Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Demikian
pentingnya agama dalam kehidupan manusia, sehingga diakui atau tidak
sesungguhnya

manusia

sangatlah

membutuhkan

agama

dan

sangat

dibutuhkanya agama oleh manusia. Demikian pentingnya agama dalam


kehidupan manusia, sehingga diakui atau tidak sesungguhnya manusia
sangatlah membutuhkan agama dan sangat dibutuhkannya agama oleh
manusia. Tidak saja di massa premitif dulu sewaktu ilmu pengetahuan belum
berkembang tetapi juga di zaman modern sekarang sewaktu ilmu dan
teknologi telah demikian maju.
Semua agama pasti memiliki kekhasan masing-masing setiap mengadakan
berbagai upacara agama, dari baru lahir hingga meninggal dunia banyak
upacara agama yang kita lewati. Kali ini dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai Agama Katolik dalam hal kewajiban merawat pasien
menurut Agama Katolik dan sarana prasarana apa saja yang dibutuhkan dalam
perawatan jenazah menurut Agama Katolik. Setiap agama memiliki cara
tersendiri dalam menangani jenazah karena itulah hal ini wajib untuk
diketahui. Sebagai perawat yang akan menghadapi hal tersebut, sebaiknya
harus mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan dan disiapkan ketika
kita melakukan perawatan jenazah khususnya menurut agama Kristen Katolik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah
sebagai berikut :
1) Apakah Pengertian Peran Perawat?
2) Apakah Tujuan Keperawatan?
3) Bagaimana Konsep Agama Kristen dalam Keperawatan?
4) Bagaimana Kaidah dan Etika Agama Kristen di Indonesia yang
Berhubungan dengan Kesehatan?
5) Bagaimana Kewajiban Merawat Pasien menurut Agama Katolik?
6) Bagaimana Konsep Kematian menurut Agama Kristen?
7) Bagaimana Perawatan Jenazah menurut Agama Katolik?
1

8) Apa saja Sarana dan Prasarana yang Dibutuhkan dalam Perawatan Jenazah
menurut Agama Katolik?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui Pengertian Peran Perawat


Untuk mengetahui Tujuan Keperawatan
Untuk mengetahui Konsep Agama Kristen dalam Keperawatan
Untuk mengetahui Kaidah dan Etika Agama Kristen di Indonesia yang

5.
6.
7.
8.

Berhubungan dengan Kesehatan


Untuk mengetahui Kewajiban Merawat Pasien menurut Agama Katolik
Untuk mengetahui Konsep Kematian menurut Agama Kristen
Untuk mengetahui Perawatan Jenazah menurut Agama Katolik
Untuk mengetahui Sarana dan Prasarana yang Dibutuhkan dalam
Perawatan Jenazah menurut Agama Katolik

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat menambah wawasan tentang pembelajaran Kewajiban Merawat
Pasien menurut Agama Katolik untuk mahasiswa kepada pembaca.
2. Dapat menambah wawasan bagaimana Sarana dan Prasarana yang
Dibutuhkan dalam Perawatan Jenazah menurut Agama Katolik untuk
mahasiswa kepada pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap kedudukannya dalam sistem (ZaidinAli , 2002,).
Menurut Gaffar (1995) peran perawat adalah segenap kewenangan
yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki.
Agama adalah keyakinan yang dianut oleh individu dalam pedoman
hidup mereka yang dianggap benar. Agama sangat menghargai seorang petugas
kesehatan karena petugas ini adalah petugas Kemanusiaan yang sangat mulia.
Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk
dibahas, padahal kita tahu hal ini sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini

terbukti dengan didalam keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan


spiritual (walaupun tidak benar-benar dapat disamakan dengan agama). Tapi kali
ini saya hanya ingin membagi ide atau pemikiran saya, bukan tentang pemenuhan
kebutuhan spiritual, tetapi yang berhubungan dengan pendidikan agama bagi
keperawatan.
Saat ini institusi pendidikan keperawatan sedang menjamur, sebagian
besar mengaku ingin mencetak tenaga siap pakai, terampil dan memiliki akhlak.
Karena tujuannya termasuk mencetak tenaga keperawatan yang berakhlak maka
mata kuliah agama tentu saja menjadi wajib mendapat perhatian. Hal ini tentu saja
adalah hal yang baik, karena kita semua tentu tidak mau keperawatan diisi oleh
orang-orang yang bermental rusak.
Yang menjadi pertanyaan apakah yang selama ini diajarkan telah sesui
dengan kebutuhan dunia keperawatan? Apakah yang kita harapkan dari
mengajarkan agama pada mahasiswa keperawatan, apakah itu cukup atau dipakai
dalam kehidupan profesionalnya sebagai perawat? dan banyak pertanyaan lagi
yang mugkin dapat timbul dan kita pikirkan pemecahannya.
Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah
mempunyai patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu
juga ada mata kuliah etika keperawatan yang tentu saja diharapkan dapat
menumbuhkan sikap profesional sesuai dengan tuntutan dunia keperawatan, yang
tentu saja diharapkan dengan ini sudah cukup untuk membentuk mahasiswa yang
siap pakai dan terampil dan bahkan bisa dikatakan tindakannya sesuai dengan
tuntutan etika dalam keperawatan yang pengertiannya tidak jauh beda dengan
akhlak. Karena kalau kita berbicara tentang akhlak yang mulia, mengapa
pembentukannya harus dilakukan dibangku kuliah. Bukankah dengan pendidikan
etika keperawatan saja sudah cukup? Karena itu mengapa agama tetap diajarkan
dibangku kuliah?
Agama tetap penting untuk diajarkan, karena untuk menekankan aspek
tertentu bagi masyarakat kita peran agama sangat besar, tinggal bagaimana
pemanfaatannya yang perlu dibenahi. Bila mata kuliah agama hanya mengajarkan
agama secara umum saja yang tidak mengena dengan kehidupan profesional,

maka menurut saya tidak ada gunanya dan jadinya hanya formalitas mengajarkan
agama, karena tidak mau disebut sebagai institusi yang tidak mengajarkan akhlak
pada mahasiswa.
Hak dan kewajiban perawat dengan pasien
1. Kewajiban petugas keperawatan
a) Melaksanakan tugas sesuai dengan tugas sumpah jabatan
b) Memberikan pelayanan dengan baik
c) Menetapkan tariff yang terjangkau oleh masyarakat
d) Mengusahakan keringanan biaya
e) Melindungi pasien dari sasaran propaganda agama lain
2. Hak petugas keperawatan
a) Mendapatkan gaji dan honor
b) Mendapatkan penghargaan yang layak dari pemerintah setempat
c) Mendapatkan perlindungan hukum
d) Melindungi pasien dari ancaman luar kehidupan keselamatan jiwanya
2.2

Tujuan Keperawatan
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas

perawat dalam praktik,

dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang

diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan
tanggung keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesional.
Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.
Pada peran ini perawat diharapkan mampu.
1.

Memberikan pelayaran keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok,

atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang
bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.
2.
Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat
harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan sugnifican dari klien. Perawat
menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan
mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.
2.3 Konsep Agama Kristen dalam Keperawatan
Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Kristen

Agama Kristen juga memiliki peranan yang sangat penting dalam


keperawatan dimana agama merupakan bagian utama yang tidak bias dipisahkan
dari kehidupan seseorang. Dalam hal ini baik yang merawat maupun yang
dirawat. Agama Kristen memandang bahwa seseorang yang sakit itu sebagai
bentuk dari pertobatan. Maka dari itu dalam merawat seseorang harus memiliki
iman yang kuat dalam niatnya.
Tindakan medis dalam dunia keperawatan tidak menyertakan tuhan
maka tindakan-tindakan yang dilakukan menjadi tidak terarah dan tidak akan
tercapai sesuai dengan harapan yang kita inginkan.

2.4 Kaidah dan Etika Agama Kristen di Indonesia yang Berhubungan


dengan Kesehatan
Kaidah dan etika agama yang berhubungan dengan kesehatan pada
prinsipnya memiliki persamaan walaupun agama yang dijadikan kepercayaan
tersebut memiliki perbedaan.Pada hakikatnya setiap agama akan mendapatkan
asuhan keperawatan dan pelayanan yang sama.
Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia. Tanpa
kesehatan, manusia tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan optimal. Karena
menyadari akan pentingnya kesehatan, sejak dulu gereja telah secara aktif
mengambil bagian dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Dari situ kemudian muncullah keinginan untuk membentuk suatu
forum yang dapat menyatukan langkah bersama. Setelah melalui tiga pertemuan
pimpinan lembaga pelayanan kesehatan Kristen, pada tahun 1983, terbentuklah
Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia (PELKESI) di
Balige, Sumatera Utara. Untuk saat ini, Sekretariat PELKESI berada di RS PGI
Cikini, Jakarta.
PELKESI memiliki visi mewujudkan pelayanan kesehatan di
Indonesia yang mendatangkan damai sejahtera Allah bagi semua orang.

Sedangkan misinya, melaksanakan pelayanan kesehatan yang utuh dan


menyeluruh (holistik). Pelayananan secara holistik meliputi fisik, sosial, ekonomi
dan spiritual.
2.5 Kewajiban Merawat Pasien menurut Agama Katolik
Kesehatan merupakan hal yang mendasar dalam hidup manusia. Orang
yang tidak sehat akan menderita dan berusaha untuk sembuh. Oleh sebab itu pada
umumnya, apa pun akan dikorban untuk mencari kesembuhan itu.
Merawat orang sakit merukapan pekerjaan yang sangat mulia. Mengapa?
Karena orang yang sakit ada dalam kondisi yang tidak berdaya, lemah dan sangat
membutuhkan bantuan orang lain, lebih-lebih bila sakit itu mengancam nyawa
(sakit yang berat). Oleh sebab itu secara moral, membantu orang yang sakit jauh
lebih tingggi nilainya dari pada membantu orang yang sehat.
Kewajiban merawat pasien atau orang yang sakit merupakan tuntutan
kemanusiaan universal. Artinya bahwa tindakan merawat tersebut harus dilakukan
pada siapapun yang sakit tanpa memandang latar belakang agama, suku, ras,
golongan dan perbedaan-perbedaan lain. Konsekuensinya adalah perawat atau
orang yang seharusnya bisa menolong orang yang sakit tetapi tidak melakukannya
berarti dia melanggar hukum kemanusiaan universal tersebut. Secara sosial ia
akan dikatakan tidak berprikemanusiaan dan secara agama akan disebut berdosa.
2.5.1 Pendampingan dan Bimbingan Bagi Pasien
Pasien atau orang yang sakit ada dalam kondisi yang tidak normal dan
ini menyebabkan pola pikir, pola rasa, pola bertindak, pola makan dan
sebagainya juga tidak normal. Oleh sebab itu dibutuhkan pendampingan dan
bimbingan yang intensif. Mendampingi orang yang tidak normal tentu
pekerjaan yang tidak mudah. Dibutuhkan kesabaran ekstra dari para perawat
dan orang-orang disekitarnya.

Pendampingan dan bimbingan pasien tersebut harus berdasarkan


pemahaman bahwa manusia terdiri dari dua unsur yakni jasmani dan rohani.
Jasmani sakit, rohani juga ikut sakit, dan begitu pula sebaliknya. Maka yang
pendampingan secara jasmani dan rohani tidak boleh dipisahkan.
Khusus bagi pasien yang sakit berat atau menghadapi kematian, yang
harus disadari adalah bahwa mereka akan mengalami tahap-tahap seperti
berikut (E. Kulber Ross);
1. Menyangkal dan menyendiri
2. Marah, protes, cemburu dan dendam
3. Tawar menawar dan memohon pada Tuhan untuk tetap hidup
4. Depresi dan frustasi
5. Menyerah dan pasrah
Tolok ukur dari seorang perawat yang baik dan tidak dapat dilihat dari
bagaimana sikap, tindakan dan ucapannya dalam mendampingi dan merawat
seorang pasien. Kesabaran, ketelatenan, kepekaaan dan ketulusan hati dalam
merawat pasien menjadi prinsip-prinsip dasar dalam pelayanan.

2.6 Konsep Kematian menurut Agama Kristen


Antropologi Perjanjian Lama menjelaskan bahwa manusia bukan berasal
dari Allah melainkan diciptakan oleh Allah (Kej 1:27) atau dibentuk oleh Allah
dari debu tanah dan diberi kehidupan setelah Allah menghembus nafas hidup ke
dalam hidungnya (Kej. 2:7). Bila manusia disebut ciptaan maka di dalam manusia
ada unsur ketidakkekalan (mortality). Dalam Kej. 2:16-17 terdapat larangan
makan buah pengetahuan yang baik dan jahat dengan akibat mati. Perintah Allah
itu itu dilanggar sssmanusia sehingga manusia mati dalam pengertian terpisah
dengan Allah atau mati rohani. Rasul Paulus juga berbicara bahwa manusia mati
(nekros) karena pelanggaran dan dosa (Ef 2:1, Rm 7:9). Selain itu dalam Roma
6:23, Rasul Paulus mengatakan bahwa upah dosa adalah maut (thanatos). Akibat
dosa, manusia terputus hubungannya dengan Allah. Dalam Kej 2:7 dikatakan
bahwa Tuhan Allah membentuk manusia dari debu tanah. Allah memasukkan
8

nafas (neshamah) ke dalam bentuk jasmani, dan dengan cara itu manusia menjadi
makhluk hidup (nefesh chayyah). Tetapi bukan berarti manusia menerima jiwa
atau roh ilahi (divine soul or spirit).
Paham immortalitas jiwa tidak dikenal dalam Alkitab. Manusia mengalami
kematian bukan karena Tuhan, tetapi karena kemauan manusia sendiri yang
hendak menjadi sama seperti Allah. Dosa utama ini yang membawa kematian
dalam hidup manusia. Pandangan rohani yang dalam ini berasal dari konflik
antara tradisi Yahwis berhadapan dengan konsepsi dunia Timur kuno. Manusia
yang terdiri dari tubuh, roh dan jiwa disebut sebagai manusia seutuhnya; manusia
sebagai suatu totalitas. Manusia yang utuh ini yang Allah ciptakan dan sekaligus
diselamatkan Allah setelah jatuh dalam dosa. Keselamatan yang Allah berikan
bukanlah keselamatan untuk jiwanya saja, tetapi keselamatan untuk tubuhnya
juga. Kalau manusia mati, ia mati seluruhnya sebagai tubuh dan jiwa. Allah
bersama-sama manusia dalam hidupnya dan Allah juga bersama-sama dengan
manusia pada waktu manusia mati dan sesudah manusia mati. Jelas bahwa
manusia mati sebagai manusia dalam totalitas dirinya. Ia mati sebagai diri yang
rohani dan badani. Maka kematian badani adalah lambang yang tepat yang
menjelaskan lebih mendalam bahwa maut adalah akibat dosa dan tidak terelakkan.
Bila dosa mengakibatkan kematian, maka Kristus telah diutus Allah untuk
menghapuskan dosa manusia sehingga di dalam Kristus manusia didamaikan
dengan Allah. Dengan jalan itu, Allah memberikan kepada manusia kemungkinan
baru untuk hidup sebagai partnerNya.
2.7 Perawatan Jenazah menurut Agama Katolik
Gereja Katolik tidak memiliki aturan khusus bagaimana harus merawat
jenasah. Prinsipnya adalah bahwa setiap jenazah harus diperlakukan secara layak.
Hal-hal umum yang biasa dilakukan adalah memandikan jenazah (siapapun boleh
ikut memandikannya, dan kalau sudah dimandikan tidak akan dimandikan lagi),
memberikan pakaian sama seperti ketika dia masih hidup (bisa pakaian baru atau
pakaian yang paling ia sukai), meriasnya sama seperti kalau ia mau berangkat ke

gereja atau pesta (dengan pertimbangan bahwa ia akan menghadap Tuhan) dan
membaringkannya dalam peti yang sudah dihias dengan rangkaian bunga dan
wangi-wangian. Sekali lagi pangruptilaya atau perawatan jenazah ini pada
umumnya sesuai dengan adat istiadat setempat. Setelah dimandikan dan
dibaringkan dalam peti kemudian didoakan oleh sanak saudara, kerabat dan para
pelayat. Siapapun boleh menyentuh dan ikut mendoakannya. Sebelum
diberangkatkan ke kubur dan ketika dimasukkan ke liang lahat, akan didoakan
sesuai dengan ritus agama Katolik yang sudah ada dipimpin oleh Romo atau
prodiakon (tokoh umat). Khusus untuk kremasi, menurut iman kristiani, abu
jenazah tidak diperkenankan untuk dilarung (ini tradisi iman Hindu & Budha)
atau disimpan di rumah tinggal keluarga. Kalaupun dilarung abu jenazah harus
dimasukkan terlebih dahulu dalam wadah yg kuat-aman, baru kemudian
dibenamkan di laut. Pada prinsip idealnya, Gereja menegaskan bahwa abu jenazah
hendaknya

ditempatkan di rumah penitipan/persemayaman abu jenazah

(columbarum). Bagaimanapun juga, kita tidak boleh asal-asalan di dalam


memperlakukan orang yang telah meninggal sekalipun telah berubah fisik
misalnya menjadi kerangka/abu.
Dalam tradisi katolik ada upacara mendoakan orang mati mulai dari 3 hari,
7 hari, 40 hari, 100 hari dan seterusnya (hal ini tidak ada dalam tradisi gereja
Kristen Protestan). Mengapa kita mendoakan orang mati? Karena baik orang yang
masih hidup maupun yang sudah mati tetap sama. Bedanya adalah dia tidak punya
badan lagi, tetapi roh dan jiwanya tetap sama. Orang tua saya tetap orang tua saya
meskipun dia sudah meninggal, dan mendoakan dia ketika sudah meninggal sama
nilainya dengan mendoakan dia ketika dia masih hidup. Hubungan kasih antara
saya dengan orang tua dan saudara-saudara saya yang sudah meninggal tidak
terputus oleh kematian. Saya akan mendoakan mereka dan mereka akan
mendoakan saya. Berdoa pada Tuhan, bukan berdoa pada ayah ibu saya yang
sudah meninggal. Dan alangkah sedihnya kita besok ketika kita sudah mati dan
tidak pernah didoakan dan diingat lagi.

10

Alasan lain mengapa gereja Katolik memiliki tradisi mendoakan orang


mati 3, 7, 40, dan seterusnya adalah untuk menghibur dan menguatkan sanak
saudara yang ditinggal mati. Doa bersama adalah kekuatan dan penghiburan yang
luar biasa besar artinya bagi mereka yang baru saja ditinggal pergi oleh orang
yang dicintainya.
2.8 Sarana dan Prasarana yang Dibutuhkan dalam Perawatan Jenazah
menurut Agama Katolik
a. Cara merawat jenazah
Tindakan ini dilakukan untuk menjaga privasi keluarga sekaligus merawat
jenazah supaya tahan lama dan kelihatan bersih dan menghargai jenazah.

1. Perlengkapan memandikan jenazah


Adapun perlengkapan yang diperlukan dalam memandikan jenazah :
a. Air bersih secukupnya
b. Sabun mandi untuk membersihkan
c. Sarung tangan atau handuk untuk membersihkan kotoran-kotoran
d. Lidi atau sebagainya untuk membersihkan kuku
e. Handuk untuk mengeringkan badan atau tubuh jenazah setelah selesai
dimandikan
2. Cara-cara memandikan jenazah
a. Bujurkan jenazah di tempat yang tertutup, tetapi jika jenazah dapat
didudukkan di kursi bisa didudukan dikursi.
b. Seandainya jenazah perempuan maka yang memandikan perempuan demikian
c.
d.
e.
f.

juga sebaliknya.
Lepaskan seluruh pakaian yang melekat dan menutup
Tutup bagian auratnya
Lepaskan logam seperti cincin dan gigi palsu seandainya ada.
Bersihkan kotoran nazisnya dan meremas bagian perutnya hingga kotorannya

keluar, hal ini dialakukan dalam keadaan duduk.


g. Bersihkan rongga mulut
h. Bersihkan kuku, jari dan tangannya
i. Diusahakan menyiram air mulai dari anggota yang kanan, diawali dari kepala
bagian kanan terus ke bawah, kemudian bagian kiri terus kebawah dan diulang
sampai bersih
11

3. Cara pelaksanaan memandikan jenazah


a. Mulai menyiram anggota tubuh secara urut, tertib segera dan rata hingga
b.
c.
d.
e.
f.

bersih minimal 3 kali serta dimulai anggota tubuh sebelah kanan.


Menggosok seluruh tubuh dengan air sabun.
Menyiram beberapa kali sampai bersih.
Setelah bersih seluruh tubuh dikeringkan dengan handuk kering hingga kering.
Pakailah baju jenazah dengan warna gelap atau pakaian kesukaannya.
Diangkat ke rumah di ruang tengah dimana dialasi tikar pandan.

4. Hal-hal yang diperhatikan


a. Dilarang memotong rambut, hal ini dihindari karena dianggap menganiaya
jenazah dengan menimbulkan kerusakan atau cacat tubuh.
b. Saat menyiram air pada wajah dan muka tutuplah lubang mata, hidung, mulut
dan telinganya agar tidak kemasukan air.
c. Apabila anggota tubuh terluka dalam menggosok dan membersihkan bagian
terluka supaya hati-hati dilakukan dengan lembut seakan memperlakukan pada
waktu masih hidup.
d. Cara memformalin jenazah
Formalin yang digunakan 70% sebab dapat membunuh bakteri dengan
membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi kekurangan air, sehingga sel bakteri
akan kering dan membentuk lapisan baru dipermukaan, hal ini bertujuan untuk
melindungi lapisan dibawah, supaya tahan terhadap serangan bakteri lain.
Formalin digunakan kurang lebih 4 liter supaya tahan lama kurang lebih satu
minggu, untuk tiga hari jumlah 2 liter dimana konsentrasinya sama 70%,
untuk penyuntikan formalin dipercayakan kepada pihak RS atau bidan. Jika di
RS penyuntikan ini dipercayakan kepada perawat sedang di luar RS
dipercayakan kepada bidan. Ini disuntikan pada tubuh jenazah. Salah satu
tempatnya di bagian yang banyak mengandung air dan berongga contohnya di
bagian sela-sela iga. Formalin juga dapat dimasukkan ke pembuluh vena
saphena magna. Pembuluh ini letaknya di atas persendian kaki supaya tidak
merusak organ tubuh lainnya. Ada juga yang disuntikkan di pelipatan paha.
Namun, di dunia kedokteran sudah menggunakan standar di kaki karena selain
mencarinya mudah juga pembuluh sudah kelihatan.

12

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perawat harus mempunyai pengetahuan khusus mengenai aturan hukum
yang mengatur praktik keperawatan dan perawat dapat memberikan advis kepada
pasien sesuai dengan apa yang disyariatkan. Sehingga pasien mempunyai
kepuasan dan lebih memiliki kompliens yang baik. Pasien terminal biasanya
dihinggapi rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan
keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada di
samping perawat. Pemenuhan kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat
hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan
diri pasien untuk menghadapi alam yang kekal.
Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan
kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio-Spritual yang
komprehensif, karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar
spiritual.
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO
yang menyatakan bahwa aspek agama ( spiritual ) merupakan salah satu unsur
dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan
dokter, terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien.
Perawatan jenazah penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu
menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan
agama yang dianut keluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus
dapat menasihati keluarga dan mengambil tindakan yangs sesuai agar penanganan

13

jenazah tidak menambah resiko penularan penyakit seperti halnya hepatitis B,


AIDS, Kolera dan sebagainya. Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap
jenazah tersebut dapat diizinkan dengan memperhatikan hal yang telah disebut
diatas, seperti misalnya mencium jenazah sebagai bagian dari upacara
penguburan. Perlu diingat bahwa virus HIV hanya dapat hidup dan berkembang
dalam manusia hidup, maka beberapa waktu setelah penderita infeksi HIV
meninggal, virus pun akan mati.
3.2 Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini diharapkan agar para pembaca
khususnya

mahasiswa

dan

mahasiswi

Poltekkes

Denpasar

Jurusan

Keperawatan dapat lebih mengetahui dan memahami Prinsip dan teknik untuk
memberikan bimbingan

spritual pada pasien dan keluarga, dan teknik

perawatan jenazah yang baik dan benar serta dapat mengaplikasikannya dalam
dunia keperawatan sehingga menjadi perawat yang profesional.

14

Anda mungkin juga menyukai