TINJAUAN KASUS
A PENGKAJIAN
Sumber data
pasien
Tanggal masuk
: 6 Oktober 2016
IDENTITAS
a Identitas klien
Nama
: Tn. SM
Umur
: 32 th
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
No. RM
: 00113664
Diagnosa Medik
: CVD SH
: 36 th
Alamat
: Tegal Angus
Hubungan
: Kakak Kandung
RIWAYAT KEPERAWATAN
a Keluhan utama
Kraniotomi
PENGKAJIAN PRIMER
Airway
Equipment & Exposure : Pasien terpasang ETT, infus line dan catheter urine
Terdapat luka operasi tertutup bersih di daerah kepala perdarahan tidak ada.
PENGKAJIAN SEKUNDER
a AMPLE
Allergi
Medication
Past illnes
Pernah dioperasi
Last meal
Event
10/10/2016
Eye (E)
Motorik (M)
Verbal (V)
Total
Terpasang ETT
Status Kesadaran
Tgl
Composmenti
s
Apatis
Somnolen
10/10/201
6
De lirium
Sopor
Koma
Bentuk simetris
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, KGB
Tidak ada deviasi trakhea
Dada
Paru-paru
I : Bentuk dada simetris
Ekspansi dada : ada
Keadaan cukup bersih, terdapat electrode monitor
P : ( palpasi )
Tidak terdapat benjolan
P : ( perkusi )
Suara pekak
A : Pada auskultasi ditemukan adanya ronchi, wheezing tidak ada
Gurgling tidak ada
Jantung
I : Ictus cordis terlihat 1 cm .
P : ( palpasi )
Rongga dada tidak terdapat benjolan, bentuk simetris
P : ( perkusi )
Genetalia
Ektremitas
Integumen
Status eliminasi
Urine
Tgl
10/10/201
6
Frek BAK
Terpasang kateter
Warna
Kuning jernih
Retensi
Inkontinensia
Fekal
Tgl
Frek BAB
Warna
Konsistensi
10/10/201
6
Hari Ke-
10/10/201
6
Jumlah Porsi
Diet cair 3x250 cc
Jumlah Buah
3
Tgl
Balance cairan
Intake
Parenteral = 184 cc
Output
Balance cairan
Urine = 860 cc
Intake = 2058
IWL = 469 cc
Output = 1329
Muntah -
1364 cc
Drain -
Makan+minum
Darah -
Total : 2058 cc
Total : 1329 cc
Balance + 729
Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
Hb = 9,3 L = 9,10 Ht = 30 Tr = 99 ( 10/10/2016 )
Na = 137 K = 3,1 Cl = 97 ( 12/10/2016 )
Screening HBsAg dan Anti HIV tidak reaktif ( 10/10/2016 )
14/10/2016 Pewarnaan BTA tidak ditemukan bakteri tahan asam
13/10/2016 hasil AGD = PH 7,46 PCO2 44,2 PO2 48,7 HCO3 30,9 saturasi O2
86,3%
2) Hasil Ekg
Kesan
Terlampir
5) Pemeriksaan Kultur
Tidak ada pemeriksaan
Therapy
Tgl
Jenis therapy
10/10/201
6
Indikasi
Anti kejang
Ranitidine 2x50 mg
OMZ 1x40 mg
Mencegah perdarahan
Antibiotik
Analgetik
Mengurangi kerusakan
jaringan otak
Diuretik/meningkatkan
produksi urine
Nimotop 6x60
Profilaksis
Mineral tubuh
Vitamin
Vit C 2x1
Vit B comp 3x1
Vitamin
Vitamin
ANALISA DATA
NO
DATA FOKUS
MASALAH
ETIOLOGI
1.
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
Prosedur anesthesia
Depresi SSP
DO = - Terpasang ETT
-
Akumulasi secret
Suara ronchi
Pasien bedrest
penumpukan secret
DS = Adanya penurunan
kesadaran, subjektif
tidak bisa dikaji
Domain 4 Aktifitas/Istirahat
Ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral
DO = - Penurunan
kesadaran GCS
E3M4Vett
Prosedur anesthesia
Depresi SSP
Depresi system
kardiovaksular
- Terdapat luka
operasi post
kraniotomi
- Hb = 9,3
- TD : 137/48 mmhg
- nadi 118x/mnt
-RR 22x/mnt
-
DS = Adanya penurunan
kesadaran DPO
Domain 11
Keamanan/Perlindungan
DO = - Terdapat luka
dikepala post kraniotomi
Kelas 1 Infeksi
Resiko infeksi
Prosedur invasifTrauma
jaringan
Penurunan kelembaban luka
- Lekosit = 12,70
Invasi bakteri
resiko infeksi
RENCANA KEPERAWATAN
NO.
DX
DIAGNOSA
KEP
NOC
NIC
Domain 11
(Keamanan/Pe
rlindungan)
Domain II ( kesehatan
fisiologis)
ventilasi
Identifikasi kebutuhan aktual/potensial
pasien untuk memasukan alat pembukan
nafas.
Lakukan penyedotan melaui
endotrakeal/nasotrakeal sebagaimana
meskinya.
Kelola pemberian bronkodilator
,sebagaiman mestinya.
Kelola nebulizer sebagaimana mestinya.
Posisikan untuk meringankan sesak nafas.
Monitor status pernafasan & oksigenasi
sebagaimana mestinya.
3160 Penghisapan lendir pada jalas nafas
Lakukan tindakan cuci tangan.
Lakukan tindakan pencegahan umum.
Gunakan APD.
Tentukan perlunya suction mulut & trakea.
Lakukan auskultasi sebelum& sesudah
tindakan.
Hiperoksigenasi dg oksigen 100% selama
minimal 30 detik.menggunakan &
ventilator.
Biarkan pasien tersambung keventilator
selama prosedur suction.
Monitor adanya nyeri.
Monitor status oksigenasi pasien.
Berdasarkan suksion orifaring setelah
menyelesaikan suksion trakea.
Monitor &catat warna,jumlah &
konsistensii sekret.
RENCANA KEPERAWATAN
NO.
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
NOC
NIC
II
Domain 4
( aktifitas/istirahat)
Domain 2 ( kesehatan
fisiologi)
perubahanoksigenasi/keseimbanga
n asam basa sesuai kebutuhan.
Monitor intake output.
2720 Pencegahan perdarahan
subarachnoid
Tempatkan pasien di kamar sendiri.
Jaga ruangan tetap gelap.
Kurangi rangsangan lingkungan
sekitar pasien .
Batasi jika diindikasi.
Monitor respon pasien terhadap
pengunjung.
Berikan informasi kepada pasien &
keluarga mengenai perlunya
modifikasi lingkungan & batasan
pengunjung klien.
Berikan sedasi jika diperlukan.
Beri obat anti nyeri jika diperlukan.
Monitor status neurologis pasien.
Monitor denyut nadi & tekanan
darah pasien.
Jga parameter hemodinamik dalam
batas yang ditentukan.
Monitor TIK &tekana perfusi
serebraljika diindikasikan.
Hindari rangsangan pada rectum.
Lakukan tindakan pencegahan
kejang.
Beri antikonvulsan yang sesuai.
RENCANA KEPERAWATAN
NO.
DX
III
DIAGNOSA
KEP
NOC
NIC
Domain 11
( keamanan/
perlindungan)
Domain 2
( Kesehatan
fisiologi )
Kelas 1 Infeksi
DX: Resiko
infeksi 00004
melindungi sayatan.
Fasilitasi pasien untuk melinduni sayatan.
Arahkan pasien/keluarga cara merawat luka
insisi termasuk tanda-tanda dan gejala
infeksi.
IMPLEMENTASI EVALUASI
NO.
DX
TGL/JAM
IMPLEMENTASI
EVALUASI
(TGL& JAM)
PRF
10/10/2016
15.00
16.00
16.30
17.00
18.00
18.15
17.00
17.15
17.30
Membaca laporan
Mencuci tangan
Observasi ttv
Melakukan tindakan
suction
Melakukan perawatan
ETT
Memberikan injeksi
fenitoin 100 mg/iv
Memberikan injeksi
ranitidin 1 amp/iv
Melakukan injeksi
omeperazol 1 vial/iv
Menghitung balance
cairan
Mendokumentasikan
semua tindakan
Mencuci tangan
IMPLEMENTASI EVALUASI
NO.
DX
TGL/JAM
IMPLEMENTASI
EVALUASI
(TGL& JAM)
PRF
IMPLEMENTASI EVALUASI
NO.
DX
TGL/JAM
IMPLEMENTASI
EVALUASI
(TGL& JAM)
PRF
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Stroke adalah penyakit kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak. Berdasarkan data WHO, diseluruh dunia tahun
2002 diperkirakan 5,5 juta orang meninggal akibat stroke. Di Asia khususnya
Indonesia kasus stroke menduduki peringkat pertama, setiap tahun diperkirakan
500
ribu
orang
mengalami serangan
stroke.Sekitar
28,5%
klien dengan
dibagi
menjadi
stroke
iskemik
dan
stroke
hemoragik..
merupakan salah satu kondisi yang mengancam jiwa secara serius pada korban
kecelakaan, dan merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian pada dewasa
dan anak-anak. Diperkirakan 1,5 juta orang mengalami cedera kepala traumatik
setiap tahunnya di USA, dan 50.000 orang diantaranya meninggal,serta 80.000
sisanya mengalami kecacatan permanen. Cedera kepala traumatik memberikan efek
yang besar pada kehidupan individual dan keluarganya termasuk biaya rumah sakit,
rehabilitasi sosial serta perawatan jangka panjang. Penanganan yang cepat dan tepat
diperlukan untuk mencapai outcome yang baik. 1-6 edema serebral sering ditemui
pada praktek klinis dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
pasien sakit kritis serta pasien bedah saraf yang mengalami cedera otak akut.
Konsekuensi dari adanya edema serebri adalah dapat menimbulkan masalah besar
termasuk iskemia serebral, yang memperburuk regional dan global cerebral blood
flow, pergeseran kompartemen intrakranial akibat peningkatan TIK sehingga
menekan struktur vital otak. Kraniotomi adalah setiap tindakan bedah dengan cara
membuka kranium untuk dapat mengakses otak. Kraniotomi berarti membuat
lubang (-otomi) pada tengkorak (kranium).Prosedur ini dilakukan untuk
menghilangkan
pembekuaandarah,
tumor,mengurangi
dan
mengontrol
TIK,
mengevakuasi
hemoragi.Kriteria
dilakukan
B. Epidemiologi
Setelah stroke, sel otak mati dan hematom yang terbentuk akan diserap kembali
secara bertahap. Proses alami ini selesai dalam waktu 3 bulan. Pada saat itu 1/3
orang yang selamat menjadi tergantung dan mungkin mengalami komplikasi yang
dapat menyebabkan kematian atau cacat ( Anonim, 2011 ). Diperkirakan ada
500.000 penduduk yang terkena stroke, dari jumlah tersebut ( Anonim, 2011 ) :
- 1/3 pasien bisa pulih kembali
- 1/3 pasien mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang
- 1/3 sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengakibatkan
penderita terus menerus ditempat tidur.
Hanya 10-15 % penderita stroke bisa kembali hidup normal seperti sedia
kala. Sisanya mengalami cacat sehingga banyak penderita stroke menderita
stress akibat kecacatan yang ditimbulkan setelah diserang stroke ( Anonim,
2011 ).
C. Tujuan penulisan :
1. Tujuan Umum
Mendapatkan pengetahuan
dan
wawasan
tentang
indikasi
tindakan
kasus CVD SH atau edema serebri akibat kecelakaan pada kasus ini.
D. Metode penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam laporan ini yaitu dengan metode
observasi, tekhnik pengumpulan data, wawancara, pemeriksaan fisik dan
dokumentasi ( rekam medis ).
E. Sistematika penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab II Tinjauan Teori
Bab III Tinjauan kasus
Bab IV Pembahasan
Bab V Penutup
Daftar pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Stroke Hemoragik
1. Definisi
- Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan
neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah
-
otak
mengalami
hipoksia
dan
berakhir
dengan
kelumpuhan
2. Etiologi
Kondisi hiperkoagulasi adalah kondisi terjadi penggumpalan yang
berlebihan pada pembuluh darah yang bisa terjadi pada kondisi kekurangan
protein Cdan protein S,serta gangguan aliran gumpalan darah yang dapat
menyebabkan terjadinya stroke trombosis dan stroke iskemik.tekanan pada
pembuluh darah serebral bisa disebabkan oleh tumor, gumpalan darah yang
besar,pembengkakan pada jaringan otak, perlukaan pada otak,atau gangguan
lain, namun penyebab penyebab tersebut jarang terjadi pada kejadian
stroke. .( Black,J.M dkk .2014 )
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
a.Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
b.
Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan
terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan
c.Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d.
Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai
bentuk abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah
Hipertensi
Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,
Vasospasme serebral
penekanan
Saluran pernafasan
Defisit neurologi
Hemisfer kanan
Hemisfer kanan
Area gocca
Hemisfer kiri
Hemiparese/plegi kiri
Hemiparese/plegi
& N XII
kanan
Gg.mobilitas
Resiko trauma
Resiko jatuh
Kurang pengetahuan
( nurarif,H,A.2013)
Ada dua bentuk stroke hemoragik :
a.Perdarahan intra cerebral
Pecahnya
pembuluh
darah
otak
terutama
karena
hipertensi
arteri
mengakibatkan
dan
keluarnya
tarjadinya
darah
peningkatan
keruang
TIK
yang
subarakhnoid
mendadak,
5. Manifestasi Klinik
1. Tanda dini/awal
Jenis mempunyai tanda tanda peringatan dini yang dikenal dengan
sebutan serangan iskemik jangka pendek :
a. TIA.
b. Hemiparesis transien
c. Kehilangan kemampuan bicara.
d. Kehilangan sensori setengah/ hemisensori.
e. Sakit kepala yang berasal dari belakang leher,vertigo
f. Kehilangan kesadaran.
g. Parastesia.
h. Paralisis sementara.
i. Epistaksis.
j. Perdarahan pada retina.
2. Secara umum
a. Perubahan status EKG
b. Penurunan fungsi otak.
c. Hemiparesis dan hemiplegia.
d. Afasia.
e. Disritmia.
f. Disfagia
g. Apraksia
h. Perubahan penglihatan
i. Hemianopia homonimus
j. Ssindrom horner
k. Negleksi sensorik
l. Perubahan perilaku
m. Inkontinensia
Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke
a.Daerah
a. serebri media
-
ekstraseluler
(daerah
substansia
alba),
yang
otak
akibat
cerebri
adalah
meningkatnya
volume
Etiologi
Edema cerebri dapat muncul pada kondisi neurologis dan nonneurologis:
a. Kondisi neurologis : Stroke iskemik dan perdarahan intraserebral,
trauma kepala, tumor otak, dan infeksi otak.
b. Kondisi non neurologis : Ketoasidosis diabetikum, koma asidosis laktat,
hipertensi maligna, ensefalopati, hiponatremia, ketergantungan
pada
opioid, gigitan reptil tertentu, atau high altitude cerebral edema (HACE).
Klasifikasi
Edema cerebri dibagi atas dua bagian besar, yaitu :
a. Berdasarkan lokalisasi cairan dalam jaringan otak
Edema cerebri ekstraseluler, bila kelebihan air terutama
dalam
substansia alba
Edema cerebri intraseluler, bila kelebihan air terutama dalam
substansia grisea
b. Berdasarkan patofisiologi
Edema cerebri vasogenik
Paling
sering
dijumpai
di
klinik.
Gangguan
utama
pada
blood
akhirnya
pada hipoksia/
anoksia
(cardiac arrest),iskemia otak, keracunan air dan intoksikasi zat-zat
kimia tertentu. Juga sering bersama-samadengan edema serebri
vasogenik, misalnya pada stroke obstruktif (trombosis, emboli
serebri) dan meningitis.
srebrospinal
merembes
melalui
dinding
Neurologis
Nonneurologis
ventrikel,
Luka tembus
Cidera primer/langsung
Cidera sekunder/tak
/luka lecet
langsung
Kerusakan jaringan
Laserasi
Kerusakan syaraf
Kepala
otak
Resiko tinggi
Infeksi
menurun
reflek batuk
Perubahan
menurun
perubahan pola
Pernafasan
Fraktur tulang
kebersihan jln
tengkorak
Menurun( 02,glukosa)
perubahan metabolisme
aerob mjd nonaerob
asam laktat
hipoksia
metabolisme asidosis
meningkat
vasodilatasi
edema jar.
Serebral
otak
energi berkurang
Aliran darah
Keotak bertambah
gangguan
lesu,lemah
perfusi serebral
TIK meningkat
Penekanan pemb.
Gangguan mobilitas
Nyeri kepala
fisik/intoleransi aktifitas
Gangguan persepsi
Mual, muntah,nafsu
Makan menurun
Pada
vasogenic
edema,
terdapat
peningkatan
volume
cairan
juga
disebut
edema
basah
karena
pada
terlihat
sebagai
respon
terhadap
trauma,
yang inadekuatdari pompa natrium dan kalium pada membrane sel glia.
Neuron,
glia dan
sel
endotelial
pada
substansia
alba
dan
triethylitin,
edema
serebri
osmotik
tidak
ada
kelainan
pada
pada
substansia
cairanserebrospinal
alba
melalui
periventrikuler
dinding
ventrikel
tekanan intraventrikulermeningkat.
6. Manifestasi klinik
Pada kondisi terjadi peningkatan tekanan intrakranial
dapatditemukan tanda dan gejala berupa:
a. Nyeri kepala hebat.
b. Muntah, dapat proyektil maupun tidak.
c. Penglihatan kabur.
karena
ketika
tengkorak
untuk
tujuan
mengoperasi
jaringan,
yang
biasanyadilakukan :
Untuk mengangkat tumor
Untuk menghilangkan bekuan darah (hematoma)
Untuk mengontrol perdarahan
Untuk menghentikan kebocoran pembuluh darah (aneurisma serebral)
Untuk memperbaiki letak pembuluh darah yang tidak pada tempatnya
4. Pathway craniotomi
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik lokal :
a. Perubahan penglihatan, misalnya: hemianopsia, nystagmus, diplopia,
kebutaan, tanda-tanda papil edema.
b. Perubahan bicara, msalnya: aphasia
c. Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri, halusinasi
sensorik.
d. Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis.
e. Perubahan bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin, dan
konstipasi.
f. Perubahan dalam pendengaran, misalnya : tinnitus, deafness.
g. Perubahan dalam seksual
h. Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari
CSF).
i. Sakit kepala
j. Nausea atau muntah proyektil
k. Pusing
l. Perubahan mental
m. Kejang
6. Pemeriksaan Penunjang
Prosedur diagnostik praoperasi dapat meliputi :
a. Tomografi komputer (pemindaian CT)
Untuk menunjukkan lesi dan memperlihatkan derajat edema otak
sekitarnya, ukuran ventrikel, dan perubahan posisinya/pergeseran jaringan
otak, hemoragik.
Catatan : pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada
skemia/infark mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam pasca trauma
b. Pencitraan resonans magnetik (MRI)
Sama dengan skan CT, dengan tambahan keuntungan pemeriksaan lesi di
potongan lain.
c. Electroencephalogram (EEG)
Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang
patologis
d. Angiografy Serebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak
akibat edema, perdarahan trauma
e. Sinar-X
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran
struktur
pembedahan,
steroid
(deksametason)
dapat
hiperosmotik (manitol)
diberikan
secara
dan
intravena
diuretik
(furosemid)
yang
menetap
di
mengalami
dapat
disfungsi
intrakranial.
terjadi
pada
Kateter urinarius
ke ruang operasi
sempat
terkontaminasi
untuk menghilangkan
ansietas.
atau
Kulit
deazepam
kepala
di
pada
cukur
antikonvulsan (fenitoin,
deazepam)diresepkan
yang
Daftar pustaka
Bickley, Lynn S : Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates. Edisi 8.
Jakarta : EGC.2009
Black,J,M. & Hawks,J,H.2014. Keperawatan Medikal Bedah. PT. Pentasada meda
edukasi.Jakarta
Goetz GC.Cerebrospinal Fluid And Intracranial Pressure in: Clinical Neurology
2th edition. 2003. Phlidelphia: Elsevier Science. P511-529.
Grant A, Anne W. The Nervous System In: Anatomy And Physiology InHealth An Illness
9th
Edition.2001. London: Curchill Livingstone. P148-51
Harsono. Buku Anjar Neurologi Klinis. Yogyakarta; UGM Press, 2005
Joane. 2004. Nursing Intervention Classification. Mosby : USA
Joane. 2004. Nursing Outcomes Classification. Mosby : USA
Lt Col SK Jha (Retd). Cerebral Edema and its Management. 2003.
http://medind.nic.in/maa/t03/i4/maat03i4p326.pdf. Diakses tanggal 14 juni 2015
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Moore, Keith L., R. Anne M : Anatomi Klinis Dasar. Jakarta
:Hipokrates.2002 Panitia Lulusan Dokter 2002-2003 FKUI, Update In
Neuroemergencies,
Balai Penerbit FKUI Jakarta, 2002. 24-26.
Nurarif,A.H .2013 Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medisdan Nanda
.EGC.Jakarta.
Price S.A. Sistem saraf. In: Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-ProsesPenyakit.Jakarta:
EGC.2002
Suwono Wita J., Dewanto George, Riyanto Budi,dkk. Panduan Praktis Diagnosis &
Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta