Gagal Jantung
Gagal Jantung
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Definisi
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung
Epidemiologi
Sindrom gagal jantung kongestif (Congestif Heart Failure/ CHF) mempunyai prevalensi
yang cukup tinggi pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung
umur (age-dependent). Menurut penelitian, gagal jantung jarang pada usia di bawah 45 tahun,
tapi menanjak tajam pada usia 75 84 tahun.Di Eropa kejadian gagal jantung berkisar 0,4%-2%
dan meningkat pada usia yang lebih lanjut dengan rata-rata umur 74 tahun. Prognosis dari gagal
jantung akan jelek bila dasar atau penyebabnya tidak dapat diperbaiki. Seperdua dari pasien
gagal jantung akan meninggal dunia dalam 4 tahun sejak diagnosis ditegakkan dan pada keadaan
gagal jantung berat lebih dari 50 % akan meninggal pada tahun pertama2.
1.3
a. Kelainan Miokardium
- Penyakit jantung koroner
- Kardiomiopati
- Miokarditis dan penyakit jantung reumatik
b.
c.
-
Iatrogenik akibat obat-obat seperti adriamisin dan diisopiramid atau akibat radiasi.
Kelainan Mekanis
Kelebihan beban tekanan (pressure overload) : hipertensi dan stenosis aorta
Kelebihan beban volume (volume overload) : regurgitasi katup dan left to right shunt
Obstruksi terhadap pengisian ventrikel : stenosis mitral atau trikuspidal
Tamponade Perikardium
Kelainan Irama Jantung
Fibrilasi
Takikardia atau Bradikardia ekstrim
Faktor Pencetus terjadinya gagal jantung yaitu disritmia, infeksi, emboli paru,
Mekanisme
Kompensasi
Gagal
Jantung
Asimptomati
k
Gagal
Jantung
Simptomatik
(Dekompensa
Peningkatan
Aktivitas
Faktor
Adrenergik
Peningkatan
Pencetu
Pada awal gagal Simpatis,
jantung,
akibat
CO
yang
rendah
di
dalam
tubuh
terjadi peningkatan
Aktivitas Aktivasi
s
Faktor
Adrenergik
Hipertrofi
aktivitas saraf simpatisRAAS,
dan sistem
renin-angiotensin-aldosteron, serta
pelepasan arginin
Pencetu
Simpatis, Aktivasi
vasopressin yang kesemuanya merupakan mekanisme kompensasi suntuk mempertahankan
Diagnosis
Anamnesis:
Dispneadeffort
orthopnea
paroxysmal nocturnal dispnea
lemas
anoreksia dan mual
gangguan mental pada usia tua
Pemeriksaan fisik:
Takikardia, gallop bunyi jantung ketiga, peningkatan/ekstensi vena jugularis, refluks
hepatojugular, pulsus alternans, kardiomegali, ronkhi basah halus di basal paru dan bisa meluas
di kedua lapang paru bila gagal jantung berat, edema pretibial pada pasien yang rawat jalan,
edema sakral pada pasien tirah baring. Efusi pleura lebih sering pada paru kanan daripada paru
kiri. Asites sering terjadi pada pasien dengan penyakit katup mitral dan perikarditis konstriktif,
hepatomegali, nyeri tekan, dapat diraba pulsasi hati yang berhubungan dengan hipertensi vena
sistemik, ikterus, berhubungan dengan peningkatan kedua bentuk bilirubin, ekstremitas dingin,
pucat dan berkeringat.
Pemeriksaan penunjang :
Foto rontgen dada: pembesaran jantung, distensi vena pulmonaris dan redistribusinya ke
apeks paru(opasifikasi hilus paru bisa sampai ke apeks), peningkatan tekanan vascular
Laboratorium
Kimia darah (termasuk ureum, kreatinin, glukosa, elektrolit), hemoglobin, tes fungsi
tiroid, tes fungsi hati, dan lipid darah
Urinalisa untuk mendeteksi proteinuria atau glukosuria
Ekokardiografi
Dapat menilai dengan cepat dengan informasi yang rinci tentang funsi dan struktur
jantung, katup dan perikard.
Kriteria diagnosis:
Kriteria Framingham: Diagnosis ditegakkan bila terdapat paling sedikit satu kriteria mayor dan
dua kriteria minor.
Kriteria mayor
Paroksismal nocturnal dispnea
Distensi vena-vena leher
Peningkatan vena jugularis
Ronki
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop bunyi jantung III
Refluks hepatojugular positif
Kriteria minor
Edema ekstremitas
Batuk malam
Sesak pada aktivitas
Hepatomegali
Efusi pleura
Kapasitas vital berkurang 1/3 dari normal
Takikardia (>120 denyut/menit)
Mayor atau minor
Penurunan BB 4,5 kg dalam 5 hari pengobatan
Berdasarkan gejala sesak nafas NewYork Heart Association (NYHA) membagi gagal
jantung kongestif menjadi 4 klas yaitu:
Klas I
yang berat.
Klas II : Aktivitas sehari-hari terganggu sedikit
Klas III :Aktivitas sehari-hari sangat terganggu. Merasa nyaman pada waktu istirahat
Klas IV : walaupun istirahat terasa sesak.
1.6
: Aktivitas sehari-hari tidak terganggu. Sesak timbul jika melakukan kegiatan fisik
Diagnosis banding
Penyakit paru: pneumonia, PPOK, asma eksaserbasi akut, infeksi paru berat misalnya
Penatalaksanaan
Upaya pencegahan:
Pencegahan gagal jantung harus selalu menjadi objektif primer terutama pada kelompok dengan
resiko tinggi:
Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard, factor resiko jantung koroner.
Pengobatan hipertensi yang agresif.
Koreksi kelainan congenital serta penyakit jantung katup.
Bila sudah ada disfungsi miokard upayakan eliminasi penyebab yang mendasari selain
modulasi progresi dari disfungsi asimtomatik menjadi gagal jantung.
Terapi:
Non farmakologi
Anjuran umum:
1. edukasi: terangkan hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan
2. aktivitas sosial dan pekerjaan diusahakan agar dapat dilakukan seperti biasa.
Masih merupakan alternatif bila pasien tidak toleran terhadap penyekat enzim
konversi angiotensin
5. Glikosida jantung (digitalis)
Digitalis merupakan indikasi pada fibrilasi atrium pada berbagai derajat gagal
jantung.
6. Kombinasi hidralazin dengan isosorbide dinitrat
Memberi hasil yang baik pada pasien yang intoleran dengan penghambat ACE.
7. Antikoagulan dan antiplatelet.
Aspirin dindikasikan untuk pencegahan emboli serebral pada penderita dengan
fibrilasi atrial dengan fungsi ventrikel yang buruk. Antikoagulan perlu diberikan pada
fibrilasi atrial kronis maupun dengan riwayat emboli, trombosis dan transient ischemic
attacks, trombus intrakardiak dan aneurisma ventrikel.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Seorang pasien wanita berusia 81 tahun, telah dirawat di bangsal interne RSUD Achmad
Moechtar Bukit Tinggi pada tanggal 15 Mei - 2013 , dengan:
Keluhan Utama:
Sesak napas yang meningkat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sesak napas yang meningkat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya sesak napas
sudah dirasakan pasien sejak lama, sesak napas hilang timbul, timbul bila beraktifitas ringan
dan sesak hilang jika pasien beristirahat. Sesak juga dirasakan bila pasien berbaring
telentang, sesak napas hilang bila pasien berbaring ke arah kiri. Pasien terkadang
menggunakan dua buah bantal untuk tidur. Sesak tidak disertai bunyi menciut dan tidak
Pemeriksaan Umum
Kesadaran
Keadaan umum
Tekanan darah
Nadi
Nafas
Suhu
Keadaan gizi
TB
BB
Edem
Sianosis
: CMC
: Sedang
:150/100 mmHg
: 92 kali/menit
: 23 kali/menit
:37.00C
: Lebih
:155 cm
: 60 kg
: + (ekstremitas bawah)
:-
Kulit
: kering bersisik
KGB
Kepala
: normocephal
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
: caries (+)
Leher
Dada
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas atas
: RIC II
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Perut
Punggung
CVA
: NT (-), NK (-)
Alat kelamin
Anggota gerak
Diagnosis kerja :
Rencana Pemeriksaan :
Laboratorium rutin
EKG
Ro. Thorax
Echokardiografi
Endoskopi
Rencana Pengobatan :
Istirahat
Diet rendah garam
IVFD RL 20 tetes/menit.
Diuretik (Injeksi Furosemid 1 x 1)
ACE inhibitor (kaptopril 2 x 25)
Sukralfat1 x cth1
Pasang kateter balance cairan.
Oleh :
Sharah Ananta
0810313184
Widya Haryani
0810313177
Pembimbing :
Dr. Linda.Efanita, Sp. PD