Disusun oleh :
Kelompok II
Farmasi B 2013
Mochtaromi Tri Yanto
(135070501111005)
(135070501111007)
(135070501111015)
(135070501111016)
Elan Aisyafuri
(135070501111022)
II.
III.
Preformulasi
III.1
Aminophylline (Anonim, 2007)
Nama lain
Ethylenediamine
Compound;
Thophylline-thylnediamine;
Theophyllinum et ethylenediaminum.
Pemerian
: merupakan bubuk putih atau kuning terang, kadang- kadang berupa
granul. Berbau seperti amonia.
Struktur kimia :
Nama kimia
Rumus molekul
: C16H24N10O4
Kelarutan
: mudah larut dalam air (larutan dapat menjadi berasap kareana adanya
penyerapan kerbon dioksida), sebagian tidak larut pada alkohol
dehidrat.
Ph stabil
: 8.6 9.0
Titik didih
:-
:-
Inkompatibilitas
Khasiat
Sifat Khusus
:-
Koefisien partisi
:-
III.2
Pemerian
Kelarutan
Kegunaan
Wadah
III.3
IV.
Pemerian
Kelarutan
rasa asin.
: Mudah larut dalam air,sedikit mudah larut dalam air
Kegunaan
Wadah
Fungsi Bahan
Bahan aktif
Pembentuk garam
qs
Ad 100 ml
aminofilin
Pengisotonis
Cairan pembawa
4.2 Rasionalisasi
Injeksi Aminofilin merupakan obat asma yang merupakan larutan steril aminofillin
dalam air untuk injeksi, atau larutan steril teofilin dalam air untuk injeksi yang dibuat
dengan penambahan etilendiamin. Tiap 1 ml mengandung aminofilin setara dengan
tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 100,7% teofillin anhidrat, C7H8N4O2, dari
jumlah yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995). Aminofilin ini dibuat dalam
bentuk injeksi bertujuan untuk meningkatkan bioavailabilitasnya sebagai antiasma
sehingga berefek cepat jika digunakan secara parenteral dan tepat jika digunakan
pada kasus serangan asma akut yang nantinya aminofilin ini akan memberikan efek
melebarkan saluran atau bronkodilator. Injeksi ini tidak dibuat langsung dengan
bahan aktif aminofilin melainkan theofilin dalam air yang ditambahkan etilendiamin.
Pada sumber menyatakan bahwa sifat dari aminophyllin yang pada udara terbuka
menyebabkan ketidakstabilan sehingga jika dibuat larutan sebagai injeksi aminofilin
akan mengubah bentuknya dan menyebakan penurunan efek obat padahal syarat dari
sediaan injeksi adalah harus stabil. Oleh karena itu maka, dibuat theofilin dalam air
dengan
ditambahkan
dengan
etilendiamin,
garam
merupakan
garam
2. Etilendiamin 0,5 %
0,5 gram x 100 ml = 0,5 gram ( untuk 10 ampul)
100 ml
10 x 0,5
= 0,05 gram
100
Total penimbangan = 0,5 gram + 0,05 gram = 0,55 gram
3. NaCl 1%
1 gram x 0,5 = x
100 ml
52,217 ml
x = 0,522 gram (untuk 10 ampul)
10 x 0,522 gram = 0,0522 gram
100
Total Penimbangan = 0,522 gram + 0,0522 gram = 0,5742 gram
4. Aqua Pro Injecto ad 100
100% - (2,4% + 0,5% + 1%) = 96,1% = 96,1 ml
96,1 gram x 100 ml = 96,1 gram 96,1 ml (untuk 10 ampul)
100 ml
10 x 96,1 ml
= 9,61 ml
100
Total Pengukuran = 96,1 ml + 9,61 ml = 105,71 ml
VIII.
Penimbangan
Bahan
Kadar
Bobot 10 Ampul
Teofilin
2,4 %
2,4 gram
2,64 gram
Etilendiamin
0,5 %
0,5 gram
0,55 gram
NaCl
1%
0,522 gram
0,5472 gram
Ad 100 %
96,1 ml
105,71 ml
IX.
Alat
No
Jumlah
Neraca
Autoklaf
Inkubator
Ampul
10
X.
Metode
Sterilisasi
Larutan yang sudah jernih dimasukkan pada ampul tepat 10 mL kemudian ditutup
dengan pengelasan. Setelahnya ampul ditata rapi dalam wadah plastik dan disterilisasi
uap basah atau autoklav selama 20 menit pada suhu 121oC.
Proses sterilisasi dipilih sterilisasi dengan uap atau panas basah. Sterilisasi
bertujuan untuk menghilangkan semua bentuk mikroorganisme yang terdapat pada suatu
obyek. Sediaan injeksi harus memiliki nilai steril yang tepat tidak boleh kurang lebih
karena injeksi akan merobek jaringan kulit untuk dirobelk. Sterilisasi panas basah atau
uap akan menghasilkan tekanan dalam bejana pada suhu tinggi dan waktu tertentu. Uap
dibantu dengan tekanan akan masuk dalam sel dan mendenaturasi dengan adanya
koagulasi pada sel. Tekanan cairan sel yang rendah akan berpindah ke yang tinggi dna
mengakibatkan sel bakteri lisis atau pecah. Sterilisasi ini cocok untuk sediaan dalam
wadah gelas. Karena wadah gelas tidah mudah pecah dan tekanan uapnya dapat
menembus dinding kaca kemudian dengan mudah membunuh bakteri dalam larutan.
Selain itu larutan injeksi aminophyllin tidak rusak oleh panas bertekanan ini. Setelah
dilakukan sterilisasi, sediaan ampul dilakukan pengujian. Sehingga dapat dikatakan
bahwa metode sterilisasi yang digunakan adalah metode sterilisasi akhir.
XI.
Prosedur Pembuatan
Teofilin
Aquadest
-Ditimbang
sebanyak 2,64
gram
Hasil
- Aq di ukur
sebanyak
105,71 ml
-Dididihkan
dalam keadaan
tertutup
-Didinginkan
dalam keadaan
tertutup
Aq bebas
NACl
-Ditimbang di
beaker glass
0.5742 g
Hasil
-Dilarutkan NaCl
dengan Aqua
bebas CO2
sebanyak
52,855 ml
-Diaduk hingga
larut dan
Hasil 2
Hasil
Laruta
XII.
Evaluasi Sediaan
1 Evaluasi partikulat dalam injeksi (FI IV, 751)
Tujuan : untuk memastikan tidak adanya partikulat dalam sediaan injeksi
Prinsip : uji memerlukan alat penghitungan elektronik partikel pengotor cairan yang
dilengkapi dengan sensor cahaya redup dengan alat untuk memasukkan contoh yang
sesuai .
Metode : dilakukan penetapan alat dan alat penghitungan pada ukuran 10-15
mikrometer. Dicampur larutan uji dengan membalikkan 25 kali dalam 10 detik.
Awaudarakan dengan ultrasonikasi ringan selama 30 detik atau dengan membiarkan
selama 2 menit. Kemudian lepaskan tutup. Aduk isi wadah perlahan-lahan dengan
menggoyang-goyangkan atau dengan alat mekanik. Ambil contoh langsung dari wadah
tiga kali berturut-turt setiap kali tidak kurang dari 5ml. Selesaikan penetapan dalam
waktu 5 menit. Ulangi prosedur yang sama dengan blanko.
2
Metode : Digunakan kelinci dewasa yang sehat sebagai subjek yang diuji, pengukuran
yang dilakukan meliputi pengukran kenaikian suhu tubuh setelah penyuntikan larutan
uji. Alat suntik, jarum, dan alat kaca dipanaskan pada suhu 250C selama tidak krang
dari 30 menit. Alat pengukur suhu yang digunakan yang teliti seperti termometer klinik
atau termistor atau alat sejenis yang telah dikalibrasi.
Pengujian dilakukan dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji pirogen dan dengan
kondisi lingkungan yang sama. Apabila pengujian menggunakan termistor maka kelinci
dimasukkan dalam kotak penyekap sedemikian rupa sehingga kelinci tertahan dengan
letak leher yang longgar sehingga dapat duduk dengan bebas. Disuntikakan larutan uji
melalui vena tepi telinga dan dilakukan selama 10 menit. Alat pengukur suhu
dimasukkan ke dalam anus kelinci tidak kurang dari 7,5 cm, dan direkam suhu berturut
turut antara jam ke-1 dan ke-3 setelah penyuntikan dengan selang waktu 30 menit.
Penafsiran Hasil: Sedian memenuhi syarat apabila kelinci tidak menunjukkan kenaikan
suhu 0,5 atau lebih. Jika ada kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5 atau lebih
dilanjutkan pengujuan dengan menggunakan 5 ekor kelinci , jika tidak lebih dari 2 ekor
dari 8 ekor kelinci masing masing menunjukkan kenaikan suhu 0,5 atau lebih dan
jumlah kenaikan suhu 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3 sediaan dinyatakan memenuhi
syarat bebas pirogen.
4. Uji Kejernihan Larutan (Langille, Stephen, 2015)
Tujuan : Untuk mengetahui bahwa sediaan jernih dan benar benar bebas dari partikel
partikel kecil yang dapat terlihat oleh mata.
Metode : Pemeriksaan dilakukan secara visual di bawah penerangan cahaya yang baik,
dan berlatar belakang warna hitam. Dan dipastikan bahwa sediaan benar benar jernih
dan tidak ada partikel partikel yang terlihat.
Penafsiran Hasil : Sediaan jernih dan tidak ada partikel pertikel kecil yang dapat
terlihat oleh mata.
5. Uji keseragaman bobot dan volume (FI III Hal 767)
Tujuan : untuk memastikan dan menentukan kadar bobot jenis dalam sediaan sama
Prinsip : Bobot dari tiap sedian di timbang dengan menggunakan piknometer
Metode : Bobot per milliliter suatu cairan adalah bobot dalam gram per ml zat cair pada
suhu 20 C yang ditimbang di udara. Bobot per mili zat cair dalam g dihitung dengan
membagi bobot zat cair ke dalam g yang mengisi piknometer pada suhu 20 C dengan
kapasitas piknometer dalam ml. pada suhu 20 C. kapasitas piknometer ditetapkan
dengan dasar bobot satu liter pada suhu 20 C adalah 99,18 g jika ditimbang di udara.
Untuk harga bobot per ml yang dinyatakan dalam farmakope. Penyimpanan kerapatan
udara boleh diabaikan
Penafsiran hasil : Sediaan injeksi memiliki bobot jenis yang sama.
6. Uji kebocoran wadah ( Langille, Stephen, 2015)
Tujuan
: Untuk memastikan tidak adanya kebocoran pada wadah sediaan
Prinsip
: Memasukan sediaan beserta wadahnya ke dalam wadah yang berisi
metilen blue
Metode
: Pada pembuatan kecil-kecilan dapat dilakukan secara visual, namun
untuk skala pabrik tidak dapat dilakukan secara visua. Wadah wadah takaran tunggal
yang masih panas setelah di sterilkan di masukan ke dalam larutan metilen biru 0,1%.
Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen biru akan masuk kedalam karena
perbedaan tekanan dari luar dan di dalam wadah, cara ini tidak dapat dilakuakan untuk
cairan sedian yang berwarna. Wadah takaran tunggal di sterilkan terbalik jika ada
kebocoran maka larutan ini akan keluar dari wadah.
Penafsiran hasil : tidak ada kebocoran pada wadah sediaan.
7. Evaluasi pH (FI IV, hal. 1039).
Prinsip: Pengukuran pH sediaan dengan menggunakan kertas pH meter
Tujuan : Untuk dapat menentukan pH dari sediaan
Metode :Penetapan pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH meter. Yakni kertas
pH meter dicelupkan ke dalam sediaan kemudian dicocokkan kertas pH dengan
indikatornya sehingga diperoleh pH akhir.
Penafsiran hasil : Sediaan injeksi yang dihasilkan akan memiliki pH 8.6 9.0
8. Uji Sterilitas
Tujuan : untuk mengetahui apakah sediaan injeksi memiliki nilai sterilitas yang sesuai
dengan ketentuan monografi atau tidak
Prinsip : dilakukan inkubasi cairan uji dengan media uji dan dilakukan inkubasi selama
14 hari dengan metode inoculasi langsung atau penyaringan.
Metode: diambil sejumlah volume larutan uji, diinoculasi langsung pada media uji dan
dilakukan inkubasi selama 14 hari
Penafsiaran hasil : sediaan steril dengan hasil mikroba yang terhitung pada media uji
sesuai dengan batas yang ditetapkan.
9. Uji Endotoxin Bakteri (FI IV, hal 201)
Tujuan : memperkirakan kadar endotoxin bakteri yang mungkin ada dalam bahan uji
Prinsip : dilakukan dengan menggunakan LAL yang diperoleh dari ekstrak air amebosit
dalam kepiting landam kuda, Limulus Polyphemus dibuat khusus sebagai pereaksi LAL
untuk pembentukan jendal-gel. Penetapan titik akhir dilakukan dengan membandingkan
secara langsung enceran dari zat uji dengan enceran endotoxin baku dan jumlah endotoxin
dinyatakan dalam unit endotoxin (UE).
Metode : masukan ke dalam tabung reaksi 10 mm x 75 mm sejumlah volume yang telah
ditentukan dari control negative, kadar baku endotoxin specimen dan control sediaan
positive.
Ditambahkan
pereaksi
LAL
yang
telah
dikonstitusi.
Dicampur
specimen/campuran pereaksi LAL. Diinkubasi dalam penangas air. Dicatat waktu inkubasi
masing-masing tabung. Inkubasi masing-masing tabung selama 60 menit kurang lebih 2
menit pada suhu 370C 10C. Titik reaksi positif ditandai dengan terbentuknya gel yang
stabil dan akan tetap melekat pada dasar tabung pada saat dibalikan 1800.
Penafsiran hasil : tidak terbentuknya gel.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. United State Pharmacopeia. US
Depkes RI, 1979. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Jakarta ; Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI, 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Jakarta ; Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Langille, Stephen, 2015. Particulate Matter in Injectable Drug Products. PDA
Journal of Pharmaceutical Science and Technology.