Anda di halaman 1dari 7

Surah asy-Syams ~ Tafsir al-Jailani

Al-Qur'an, Surah as-Syams, Tafsir al-Jailani, Tafsir Al-Qur'an

Surah ke 091; 15 ayat


Asy-Syams
(matahari).


Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Pembuka Surah asy-Syams


Orang yang menyingkap keesaan wujud dan perjalanan matahari zat di atas lembaranlembaran unsur penciptaan dan ruangan ketuhanan; pasti mengetahui bahwa terbentangnya
kebenaran dan munculnya eksistensi (wujud), itu semua didasarkan pada kedermawanan Ilahi
dan sesuai dengan kehendak nama-namaNya yang lembut dan sifat-sifatNya yang sempurna,
yang disusun untuk memunculkan dan menampakkan eksistensi-Nya sesuai dengan kecintaan
zat yang keluar dari pancaran keindahan-Nya, yang menimpa semua urusan yang bermacammacam, dan fase atau keadaan yang berbeda-beda.

Karena itulah Allah s.w.t. bersumpah dengan semua fase tersebut. Dia mengawali sumpahNya dengan fase munculnya matahari zat yang menjadi mata air lautan wujud. Setelah
memberikan keberkahan, Allah s.w.t. berfirman: (
[ ) Dengan menyebut nama Allah]
yang disucikan dari keterlihatan dan ketersembunyian sesuai dengan Dzat-Nya, ()
[Yang Maha Pemurah] yakni atas nama matahari Dzat Yang Esa untuk memperlihatkan
semua kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifatNya, ([ )lagi Maha Penyayang] dengan
menyembunyikan kesempurnaan tersebut dalam keesaan Dzat-Nya.
Ayat 1.
([ ) Demi matahari] keesaan Dzat yang memancarkan kilauan sinar dari langit alam
)
nama yang berawan dan dari cakrawala jagat raya ketuhanan, ([ )dan] demi (((
[cahayanya di pagi hari] yang membentang di atas cermin ketiadaan yang dapat menerima
pantulannya.
Ayat 2.
([ )Dan] demi ([ )bulan], yaitu wujud tambahan umum yang meliputi semua pantulan
dan bayang-bayang yang memantul dari cermin ketiadaan, yang merupakan ungkapan dari
fatamorgana alam baik alam gaib maupun alam penyaksian: ([ ) (apabila
mengiringinya], mengikutinya, dan menyusulinya, yakni mengiringi matahari zat dalam hal
cakupan dan kandungannya.
Ayat 3.
([ ) (Dan siang], yaitu awal kemunculan dan keterlihatan yang terpantul dari alam nama
dan sifat: ([ ) (apabila menampakkannya], yaitu menampakkan matahari zat dan
memerinci pengaruh nama dan sifatnya yang tersimpan di dalamnya melalui lembaranlembaran alam semesta.
Ayat 4.
([ ) Dan malam], yaitu awal ketersembunyian dan ketersamaran yang terpantul dari alam
awan dan kegelapan yang melenyapkan semua makhluk berjiwa dan menghilangkan
pengaruh nama dan sifat karena kilauan sinarnya yang sempurna: ([ ) ((apabila
menutupinya] di mana kemunculan matahari tertutupi oleh cahaya malam yang berlimpah
dan oleh kilauan sinarnya yang sempurna.
Ayat 5.
([ ) (Dan langit], yaitu langit nama dan sifat yang dihiasi dengan bintang-bintang yang
bertebaran dan asal-usul alam yang bermunculan: ([ ) ( ((serta pembinaannya] yang
berasal dari tersingkapnya kecintaan, keindahan, dan keagungan Allah s.w.t.
Ayat 6.
[ ) Dan bumi], yaitu alam persiapan yang rendah, menerima pantulan sisa dari semua
(

hal yang tinggi: ([ ) ( ((serta penghamparannya] dan penyebarannya dari berbagai
pengaruh yang menghasilkan sifat-sifat optimis ketuhanan.

Ayat 7.
([ ) Dan jiwa] yaitu roh yang memancar dari alam nama dan sifat melalui struktur segala
sesuatu yang bernama dan yang menerima ketinggian dan kerendahan, sehingga roh
memperoleh manfaat dengan diingatkannya ke negeri asal dan awal penciptaannya: ( (
[ )(serta penyempurnaannya], keseimbangannya, dan susunannya yang berasal dari
campuran berbagai bekas yang bisa menerima ketinggian dan kerendahan.
Ayat 8.
Setelah Allah s.w.t. menyempurnakan dan menyeimbangkan penciptaan jiwa sedemikian
rupa, ([ )( ( (Dia pun mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaan], sesuai dengan bekas ketinggian dan kerendahan yang dititipkan-Nya ke dalam
jiwa. Kemudian Allah s.w.t. membebani jiwa dengan sesuatu yang harus dikerjakannya
supaya ia dapat membedakan antara orang yang benar dengan yang salah, antara orang yang
sesat dengan yang mendapat hidayah, dan antara orang kafir dengan orang Mumin; untuk
menyempurnakan keunggulan hikmah ilahiyah dan menunjukkan kekuasaan-Nya yang Maha
Besar.
Kemudian, sebagai jawaban atas berbagai perkara sumpah yang diungkapkan dengan nada
kiasan dan peringatan, Allah s.w.t. berfirman:
Ayat 9.
([ ) Sesungguhnya beruntunglah], karena meraih derajat yang tinggi di sisi Allah s.w.t., (
[ ) ((orang yang mensucikan jiwanya] dari berbagai macam sifat yang hina dan dari
tuntutan angan-angannya.
Ayat 10.
([ ) (Dan sesungguhnya merugilah] dan binasalah ([ ) ((orang yang
mengotorinya], mengurangi kesempurnaannya, dan menyesatkannya karena ia telah
mendorong jiwa untuk melakukan berbagai macam kemaksiatan dan perbuatan dosa yang
membuat tabiat dan bagian inti tubuh berada dalam kehinaan sehingga menghasilkan
berbagai macam kerugian, kebinasaan, keharaman, dan kerendahan.
Ayat 11.
Karena itu pula (([ ) kaum) Tsamud telah mendustakan] rasul yang dikirim dan
diperintahkan untuk memberi petunjuk kepada mereka yang telah mengalami kebinasaan
dan kesesatan yang begitu besar pada saat mereka menyimpang dari jalan keadilan ()(
[karena melampaui batas], yaitu disebabkan karena kesewenang-wenangan dan perubahan
sikap mereka yang lebih mengunggulkan sesuatu yang hina daripada yang mulia; karena
sikap permusuhan yang disuntikkan oleh kekuatan yang memerintahkan keburukan, kepada
tentara-tentara yang memerintahkan ketenangan; dan oleh tindakan yang lebih mendahulukan
tuntunan watak kemanusiaan daripada kehendak ketuhanan. Ini semua terjadi karena
kezhaliman, penentangan, kedustaan, dan kerusakan yang mereka lakukan secara berlebihan.
Ayat 12.

Apalagi ([ ) ketika bangkit] dan melangkah dengan tergesa-gesa, ([ )((orang yang


paling celaka di antara mereka], yaitu orang yang paling celaka, paling jelek, dan paling
tersesat dari jalan kebenaran. Ia adalah Qadar bin Salif yang berniat menyembelih unta yang
telah diamanatkan untuk dijaga, melalui wasiat khusus Ilahi.
Ayat 13.
Setelah niatnya untuk menyembelih unta sudah bulat, (
[ )( Rasul Allah (Shlih
a.s.) berkata kepada mereka] melalui lisan kenabian: Biarkanlah (
[ )( unta betina Allah]
dan janganlah kalian menyembelihnya. Ringkasnya, janganlah kalian menyakitinya sama
sekali karena hal itu akan membuat kalian mendapat adzab yang besar. Biarkan pula () ((
[minumannya] yang telah ditentukan Allah s.w.t. baginya, dan janganlah kalian
menjauhkannya dari sumber minumannya.
Ayat 14.
Namun ([ )mereka tetap mendustakannya] dan tidak mau menerima perkataannya.
Ketika mereka sepakat untuk menyembelihnya ([ )(dan akhirnya menyembelih unta itu],
Nabi Shlih a.s. pun keluar dari tengah-tengah mereka karena takut tertimpa adzab Allah
s.w.t. dan terkena serangan keperkasaan dan kekuasaan-Nya. Setelah mereka melanggar
larangan itu, ([ ) maka Rabb pun mereka membinasakan mereka], yaitu Allah
s.w.t. menimpakan siksaan yang mengerikan kepada mereka, lalu membinasakan mereka
dengan siksaan tersebut selamanya, ([ )disebabkan dosa mereka] yang berasal dari
perbuatan mereka sendiri, yakni berupa mendustakan Rasul utusan Allah s.w.t. untuk
memberi petunjuk kepada mereka: ([ )(lalu Allah menyama-ratakan mereka] yaitu
menimpakan kebinasaan kepada mereka semua sehingga tidak ada satu orang pun yang
selamat. Ringkasnya, Qadar bin Salif menyembelih unta yang telah diamanatkan untuk
dijaga, dan kaum yang lain menyetujui tindakannya.
Ayat 15.
([ )Dan] ia serta yang lainnya ([ ) ( ((tidak takut terhadap akibat tindakannya itu]
maksudnya: ia tidak merasa takut pada hukuman yang diakibatkan oleh tindakannya
menyembelih unta tersebut, di mana hukuman ini diikuti pula oleh berbagai macam cobaan,
musibah, dan kesusahan. Nabi Shalih a.s. telah memberitahukan perihal unta itu, namun
mereka mendustakannya dan malah mencemoohnya. Karena itu, mereka pun tertimpa
bencana yang disebabkan oleh amal buruk mereka.
Kami berlindung kepada-Mu dari melakukan amal buruk, dari menghadapi keadaan yang
kacau-balau, dan dari mengalami kengerian yang begitu besar.

Penutup Surah asy-Syams


Wahai pencari kebahagiaan abadi dan kebaikan kekal, yang menghasilkan adanya
perlindungan Ilahi dan keutamaan-Nya; kamu harus membersihkan jiwamu dari semua
tuntutan fasilitas, dan dari kegelapan hati dan pilarnya, sampai kamu aman dari kesewenangwenangan jiwa dan dari permusuhannya. Kamu harus menghiasi jiwamu dengan berbagai
macam marifat, hakekat, panca indera yang baik, dan amal serta akhlak yang menjadi sebab

munculnya gelombang penyingkapan dan penyaksian yang terbebas dari segala macam ikatan
karena terkelupasnya keesaan Dzat yang dapat menggugurkan semua label yang menempel
secara tiba-tiba pada batasan-batasan yang semu.
Semoga Allah s.w.t. memberikan anugerah kepada kita untuk bisa mengosongkan jiwa dari
segala macam kehinaan dan menghiasinya dengan berbagai macam kebiasaan yang baik.

Diposting Pada: Minggu, 8 Januari, 2017

Dalam Kategori: Al-Qur'an

Dilihat: 0 kali.

Terkait:

Surah an-Nas 114 ~ Tafsir asy-Syanqithi Bagian 3

Surah an-Nas 114 ~ Tafsir al-Azhar

Surah al-Fl 105 ~ Tafsir al-Jailani

Surah an-Nas 114 ~ Tafsir al-Jalalain


Langganan buletin Hati Senang
Masukkan email Anda untuk mengetahui tentang artikel terbaru di hatisenang.com
40 Orang sudah bergabung. :-)
MAJLIS DZIKIR HATI SENANG

Anda mungkin juga menyukai