Anda di halaman 1dari 38

A.

Pendahuluan
Istilah pakaian merupakan terjemahan dari kata libas atau tsiyab dalam bahasa Arab. Dalam
al-Quran, kata libas digunakan untuk menunjukkan pakaian lahir maupun pakaian batin,
sedangkan kata tsiyab (pakaian) digunakan untuk menunjukkan pakaian lahir. Kata ini diambil
dari kata tsaub yang berarti kembali, yakni kembalinya sesuatu pada keadaan semuala, atau
pada keadaan yang seharusnya sesuai dengan ide pertamanya.
Ide dasar tentang pakaian adalah kembalinya manusia pada keadaan semula, yaitu tertutupnya
aurat, namun karena godaan setan, aurat manusia terbuka. Hal ini dapat dicermati secara jelas
dalam firman Allah SWT :


Setelah itu maka, Setan membisikkan pikiran jahat (hasutan) kepada keduanya (Adam dan
Hawa) untuk menampakkan pada keduanya apa yang tertutup (pandangan) dari mereka yaitu
auratnya, dan setan berkata : Tuhan kamu melarang kamu mendekati pohon ini, supaya kamu
berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (di surga) (al-Araf : 20)
Selanjutnya dijelaskan dalam firman Allah SSWT dalam ayat 22 bahwa :

(22 : )
Maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Ketika keduanya
telah merasakan buah pohon itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah
keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka :
Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku katakan kepadamu :
Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua? (QS. al-Araf : 22)
Dari ayat tersebut di atas tampaklah bahwa pada keadaan semua manusia itu dalam keadaan
tertutup auratnya, dan yang menggoda manusia dengan tipu daya untuk melepas dan membuka
auratnya adalah setan, dan tanda-tanda kehadiran setan adalah keterbukaan aurat manusia.
Sebuah riwayat yang dikemukakan oleh al-Baqai dalam bukunya Shubhat Waraqoh menyatakan
bahwa ketika Nabi SAW belum memperoleh keyakinan tentang apa yang dialaminya di Gua
Hira apakah dari malaikat atau dari setan beliau menyampaikan hal tersebut pada istrinya
Khadijah. Khadijah berkata Jika engkau melihatnya lagi, beritahu aku. Ketika di saat lain Nabi
SAW melihat (malaikat) yang dilihatnya di Gua Hira, Nabi SAW menyampaikan kepada istrinya
Khadijah, kemudian Khadijah membuka pakaiannya sambil bertanya, Sekarang, apakah engkau
masih melihatnya ? Nabi SAW menjawab, Tidak ! dia pergi. Khadijah dengan penuh

keyakinan berkata, Yakinlah yang datang bukan setan (karena hanya setan yang senang
melihat aurat). Dalam hal ini Allah SWT mengingatkan kepada umat manusia :

(27 : )
Wahai anak-anak Adam! Janganlah kamu sekali-kali dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia
telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduan pakaiannya
untuk memperliharkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya
melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah
menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yantg tidak beriman (QS. al-Araf : 27)
Oleh karena itu, persoalan berpakaian bukan hanya persoalan yang menyangkut hobi, mode,
trend, budaya maupun kesukaan dari seseorang, akan tetapi, berpakaian lebih merupakan upaya
yang sesungguhnya untuk mengembalikan manusia setelah ditipu dan digoda setan untuk
telanjang pada fitrah dirinya sebagai makhluk yang mulia, beradab dan berbeda dengan
makhluk yang lain.
B. Tujuan dan Fungsi Pakaian
Pakaian merupakan ciri khas orang yang beradab. Pakaian merupakan identitas, status, bahkan
kumpulan nilai dari nuansa nilai-nilai kemanusiaan. Pakaian muncul dari peradaban yang
menjelma menjadi suatu budaya sekalipun pada arti yang sesungguhnya pakaian bukan suatu
budaya, akan tetapi pakaian lebih dekat dengan seruan ajaran agama guna menutup aurat, untuk
mengembalikan manusia pada ide dan hakekat manusia sebenarnya yang berbeda dengan hewan.
Adapun nilai budaya yang menyentuh pada aspek pakaian terletak pada mode dan gaya, atau
potongan yang menambah kesan indah dalam berpakaian. Dalam konteks ini muncullah istilah
busana (berbusana) yang lebih dekat dengan nilai-nilai keindahan yang promosinya ditekankan
pada modes secara lahiriyah belaka. Sedangkan istilah pakaian (berpakaian) lebih pada nilai-nilai
kemanusian yang dekat dengan nilai peradaban manusia, karena mengandung makna fitrah
manusia yanh utuh lahir dan batin.
Dalam al-Quran, Allah SWT menjelaskan kepada manusia tentang tujuan dan fungsi pakaian
yang sebenarnya :
26 : ( )
Wahai anak Adam ! Sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian kepadamu untuk menutupi
auratmu, dan pakaian (untuk) perhiasan, dan pakaian taqwa itu lebih baik. Demikian inilah dari
tanda-tanda (karunia) Allah, agar mereka selalu mengingat (QS. al-Araf : 26)
Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman dalam surat an-Nahl, ayat 81:


.
Dan Allah menjadikan bagi kamu tempat bernaung (berteduh) dari apa yang telah Dia
ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunug, dan Dia jadikan
bagimu pakaian yang bisa memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang menjagamu
dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmatnya atasmu agar kamu berserah
diri (kepadaNya) (An-Nahl : 81)
Dari firman Allah SWT tersebut di atas dapat dimengerti bahwa tujuan utama pakaian adalah
untuk menutup aurat, sedangkan fungsi pakaian beraneka ragam, misalnya untuk perhiasan, dan
perlindungan dari panas matahari, perlindungan dari sesuatu yang membahayakan (baju besi
untuk peperangan), untuk menambah kepercayaan diri, tampil menarik. Bisa saja orang
berpakaian apa andanya, minim, menonjolkan aurat dan orang akan mengatakan sebagai
keindahan (bahkan ada yang menafsirkan suatu kemajuan), dan itu bisa disebut perhiasan, akan
tetapi tujuan utama berpakaian tidak terpenuhi yaitu menutup aurat.
Istilah aurat identik dengan kata sauat sebagaimana terdapat pada al-Quran surat al-Araf ayat
26. Sauat yang berarti buruk, tidak menyenangkan, sedangkan aurat berarti aib, sesuatu yang
tercela. Keburukan yang dimaksud tidak harus dalam arti sesuatu pada dirinya buruk, tetati bisa
juga karena ada faktor lain yang mengakibatkan buruk. Tidak satupun dari bagian tubuh itu
buruk, kareana semuanya baik dan bermanfaat, termasuk aurat. Tetapi bila dilihat orang maka
keterlihatan itulah yang buruk dan aib.
Menutup aurat merupakan kewajiban setiap orang yang beriman, hal ini telah menjadi
kesepakatan para ulama. Adapun bagian tubuh yang termasuk aurat (yang wajib ditutupi) bagi
laki-laki meliputi anggota badan dari pusar sampai lutut, sementara itu aurat bagi wanita,
menurut sebagaian besar ulama Imam Malik, Imam Syafii, dan Imam Hambali wanita
berkewajiban menutup seluruh anggota tubuhnya kecuali muka dan telapak tangannya, Imam
Abu Hanifah sedikit lebih longgar karena menambahkan selain muka, telapak tangan dan kaki
wanita juga boleh terbuka.
Suatu pakaian dipandang telah memenuhi kreteria menutup aurat apabila (1) pakaian itu tidak
lubang sehingga seseorang dapat melihat bagian tubuh yang termasuk aurat, (2) pakaian itu
mempu menghalangi pandangan seseorang untuk mengetahui warna aurat (kulitnya) dan (3)
pakaian itu mampu menghalangi seseorang untuk mengetahui lekuk dan bentuk aurat seseorang.
Oleh karena itu, pada dasarnya menutup aurat itu bukan hanya sekedar tertutup tanpa
mengindahkan aspek-aspek esensial (yang pokok) yang menjadi tujuan utama berpakaian
menutup aurat.itu sendiri. Diriwayatkan dari sahabat Abi Hurairoh, Rasulullah SAW bersabda:

( )
Rasulullah SAW bersabda : Dua golongan ini dari ahli neraka yang belum pernah aku lihat,
yaitu : Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia, dan para

wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok (jalannya) (berpaling dari Allah
SWT), mengajarkan wanita berlenggak-lenggok (memalingkan wanita lain dari Allah SWT),
kepala mereka seperti punuk onta yang miring (memakai sanggul/rambut pasangan pada
rambutnya), wanita seperti ini tidak akam masuk surga dan tidak akan mencium baunya,
walaupun baunya tercium selama perjalanan ini dan ini (jauhnya) (HR. Muslim)
Imam Nawawi al-Bantaniyu menjelaskan yang dimaksud dengan nisaaun kaasiyaatun
aariyaatun (wanita yang berpakaian tetapi telanjang), ada ulama yang mengartikan maksudnya
: yaitu wanita-wanita yang memakai baju titis, jarang (transparan), dan mata penglihatan bisa
tembus ke dalam tubuhnya. Atau wanita yang memakai pakaian sempit (persis dengan body;
mode zaman sekarang) sehingga dapat memperlihatkan bentuk tubuhnya sangat menyolok
karena terlalu sempitnya (ketatnya) pakaian.
Oleh karena itu menutup aurat hendaknya memperhatikan aspek-aspek etika dan estetika dalam
berpakaian dan sekaligus memenuhi syarat-syarat hijab syari (penutup aurat) sebagaimana yang
ditentukan oleh syariat Islam.
C. Etika Berpakaian
Berpakaian tidak saja merupakan simbul budaya dan peradaban manusia, tetapi lebih merupakan
pelaskanaan ajaran Islam guna mengankat derajat manusia yang berbeda dengan makluk lain
seperti hewan. Oleh karena itu Islam mengatur tata cara berpakaian, adab kesopanan pakaian
sebagai etika berpakaian dalam Islam.
1) Setiap memulai sesuatu pekerjaan hendaknya membaca basmalah dengan lafadz
bismillahirrahmanirrahim, agar semua pekerjaaan kita senantiasa diberkahi oleh Allah SWT.
(lihat hadits tentang fadlilah basmalah).
2) Membaca doa ketika membuka pakaian atau mengambil pakaian dari tempatnya, dengan doa :


Dengan menyebut nama Allah yang tiada Tuhan selain Dia
3) Membaca doa ketika memakai pakaian, sebagai berikut :

Ya Allah aku mohon kebaiakan kepadaMu dari pakaian ini dan dari kebaikan seuatu yang
terdapat di dalam pakaian ini. Dan aku berlindung kepadaMu dari kejahatan/keburukan
pakaian ini dan dari keburukan sesuatu yang terdapat di dalam pakaian ini.
4) Membaca doa ketika memakai pakaian baru, Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang
memakai pakaian lalu berdoa :



Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pakain dan rizki kepadaku tanpa jerih payah
dan kekuatan dariku
maka akan diampuni segala dosanya yang telah lalu dan yang akan datang (HR. Abu Daud).
5) Memulai berpakaian dengan anggota bagian kanan, dan mulai melepaskannya dengan anggota
yang kiri. Rasulullah SAW bersabda :
( )
Bilamamana salah seorang kamu memakai terompa (sandal, sepatu, baju dan lain-lain
pakaian) mulailah dengan bagian kanan, dan bilamana melepaskan mulaiakah dengan bagaian
kiri. Pakailah keduanya atau lepaskan keduanya sekaligus (HR. Muslim dari Abi Huroiroh)
6) Tidak berpakaian yang menyerupai lawan jenisnya, laki-laki tidak berpakaian yang
menyerupai wanita dan juga wanita tidak berpakaian yang menyerupai laki-laki.
( )

Dari Abi Huroiroh ra berkata : Rasulullah SAW melaknat laki-laki yang memakai pakaian
wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki (HR. Nasai)
)

(
Dari Ibnu Abbas, dari Rasulullah SAW, sesungguhnya beliau melaknati orang-orang
perempuan yang menyerupai laki-laki dan orang laki-laki yang menyerupai wanita (HR.
Nasai).
7) Tidak berpakaian menyerupai orang yang non-Islam. Islam melarang umatnya untuk memekai
pakaian yang menyerupai pakaian, menggunkan simbol-simbol yang dimiliki oleh orang-orang
non-Islam.



( )
Dari Ali bin Abi Tholib ra. : Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang berpakaian seperti
pakaiannya pendeta, dan memakai pakaian yang tercelup dengan warna kuning, memakai
cincing dari emas, dan membaca al-Quran dalam ruku (HR. Muslim)

8) Hendaklah tidak menggunakan wangi-wangian yang menimbulkan fitnah dan rangsangan


nafsu. Dari sahabat Abi Musa ra, Rasulullah SAW bersabda :
( )
Setiap mata (pandangan) itu berzina, dan apabila wanita memakai minyak wangi lalu ia
melewati pada suatu majlis, maka ia adalah ini dan ini (agar orang lain terangsang dan
tertarik), yaitu ia wanita penzina (HR. Tirmudzi)
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh al-Asyaari, Rasulullah Saw bersabda :
( )
Wanita manapun yang memakai minyak wangi dan melewati suatu kaum agar mereka
(terangsang dan tertarik) dan mencium baunya, maka ia telah berzina (HR Nasai)
9) Hendaklah hijab/jilbab/ pakaian tersebut menutup seluruh badan (auratnya), Allah SWT
berfirman :


59:( )
Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu serta perempuanperempuan yang beriman, supaya mengulurkan jilbabnya (pakaiannya) ke seluruh tubuhnya.
Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu, Dan
(ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang. (Al-Ahzab : 59)
10) Hendaklah pakaian itu yang wajar dan beradab, bukan berupa perhiasan yang menyolok,
yang aneh-aneh baik potongannya maupun memiliki warna warni yang menarik, yang
menimbulkan fitnah dan perhatian. Allah SWT berfirman :




(31: )
Katakanlah kepada wanita yang beriman : hendaklah mereka menahan pandangannya dan
memelihara kemaluaannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang
biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya kecuali pada suami mereka, atau ayah mereka, atau
suami ayah mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka atau saudarasaudara mereka atau putra saudara laki mereka atau putra saudara perempuan mereka atau
wanita-wanita Islam atau budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak

mempunyai keinginan terhadap wanita, atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
mereka. Dan janganlah memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung. (an-Nur : 31)
11) Hendaklah hijab/jilbab/ pakaian tersebut menutup seluruh badan (auratnya), tidak tipis,
transparan, tidak sempit, tidak ketat, tidak menampakkan lekuk tubuh dan aurat. Karena
dimaksud dan tujuan hijab/jilbab adalah menutup, jika tidak menutup, tidak dinamakan hijab,
karena hal tersebut tidak menghalangi penglihatan terhadap aurat dan lekuk-lekuknya aurat. Hal
inilah yang disinyalir oleh Nabi SAW wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang. wanita
yang demikian itu dinyatakan tidak masuk surga dan tidak mencium baunya surga.





( )
Rasulullah SAW bersabda : Dua golongan ini dari ahli neraka yang belum pernah aku lihat,
yaitu : Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia, dan para
wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok (jalannya) (berpaling dari Allah
SWT), mengajarkan wanita berlenggak-lenggok (memalingkan wanita lain dari Allah SWT),
kepala mereka seperti punuk onta yang miring (memakai sanggul/rambut pasangan pada
rambutnya), wanita seperti ini tidak akam masuk surga dan tidak akan mencium baunya,
walaupun baunya tercium selama perjalanan ini dan ini (jauhnya) (HR. Muslim).
12) Hendaknya tidak memakai pakaian dengan model yang aneh-aneh agar berbeda dengan
kebanyakan orang, dan memakainya dengan perasaan sombong dan takabbur, karena hal ini
dilarang oleh agama Islam. Rasulullah SAW bersabda :

( )

Dari Ibnu Umar ra sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : Allah tidak melihat (tidak
memeri rahmat) kapada orang yang melabuhkan (menyeret) pakaiannya karena sombong (HR.
Muslim).
D. Penutup
Etika berpakaian secara Islami sebagaimana yang dituturkan di atas, menurut hemat penulis,
meskipun serba sedikit tulisan yang dapat disampaikan melalui kesempatan ini, tetapi pada batas
tertentu tulisan tersebut diharapkan bisa memberikan gambaran dan wawasan serta pedoman
bagaimana seharusnya seorang muslim berpakaian yang baik sesuai dengan ajaran Islam.
Akhirnya penulis mengingatkan kepada kita semua akan firman Allah SWT :




(16: )
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk (khusyuk) hati
mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan
janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya,
kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan
kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik (al-Hadid : 16)
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pertolongan dan kemudahan kepada kita semua
untuk selalu mematuhi ajaran Islam, teguh pendirian, tidak terpengaruh oleh nilai-nilai budaya
dan ajaran lain yang bertentangan dengan ajaran Islam. Amin yaa rabbal-alain. Wallahu alam
bishowab.

Cara berpakaian yang baik menurut Islam


macam fungsi pakaian, yakni sebagai penutup aurat, untuk menjaga kesehatan, dan untuk
keindahan. Tuntunan Islam mengandung didikan moral yang tinggi. Dalam masalah aurat, Islam
telah menetapkan bahwa aurat lelaki adalah antara pusar samapi kedua lutut. Sedangkan bagi
perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.
Mengenai bentuk atau model pakaian, Islam tidak memberi batasan, karena hal ini berkaitan
dengan budaya setempat. Oleh karena itu, kita diperkenankan memakai pakaian dengan model
apapun, selama pakaian tersebut memenuhi persyaratan sebagai penutup aurat.
Pakaian merupakan penutup tubuh untuk memberikan proteksi dari bahaya asusila, memberikan
perlindungan dari sengatan matahari dan terpaan hujan, sebagai identitas seseorang, sebagai
harga diri seseorang, dan sebuah kebutuhan untuk mengungkapkan rasa malu seseorang. Dahulu,
pakaian yang sopan adalah pakaian yang menutup aurat, dan juga longgar sehingga tidak
memberikan gambaran atau relief bentuk tubuh seseorang terutama untuk kaum wanita.
Sekarang orang-orang sudah menyebut pakaian seperti itu sudah dibilang kuno dan tidak
mengikuti mode zaman sekarang atau tidak modis. Timbul pakaian you can see atau sejenis
tanktop, dll. Yang uniknya, semakin sedikit bahan yang digunakan dan semakin ketat pakaian
tersebut maka semakin mahal pakaian tersebut. Ada seseorang yang berkata sedikit mengena,
Anak jaman sekarang bajunya kayak baju anak kecil, pantesan saya nyari baju anak rada susah,
berebut ama orang dewasa. Memang tidak salah dia mengatakan hal seperti itu, toh, itu memang
kenyataan. Padahal jika kita tidak bisa menjaga aurat kita, kita akan kerepotan. Sangat tidak
mungkin kita akan mengumbar aurat di depan umum, jika hal tersebut dilakukan, maka kita bisa
disebut gila. Mau tidak anda disebut gila?
Anehnya, sekarang banyak kaum wanita terutama muslimah yang belomba-lomba untuk
memakai pakaian yang katanya modis tersebut. Pakaian tersebut sebenarnya digunakan oleh para
(maaf) PSK dan WTS untuk memikat pelanggan, akan tetapi seiring perkembangan waktu,
fungsi pakaian tersebut sudah berubah untuk memikat lawan jenis, sehingga semakin terpikat

lawan jenis, semakin banyak pula kasus tindakan asusila yang sering kita baca di media cetak,
elektronik, atau mungkin kita pernah melihat atau mengalaminya sendiri. Pelecehan seksual ada
di mana-mana. Tidakkah para mukminin dan mukminat telah diperintahkan oleh Allah di dalam
kitab nan suci, al-Quran, surat Al-Araf ayat 26: (lihat al-quran onlines di google)
Artinya: Hai, anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling
baik. Yang demikian itu adalah sebagaian dari tanda-tanda Kekuasaan Allah, mudah-mudahan
mereka selalu ingat. (QS Al Araf : 26)
Atau Q.S. Al-Ahzab ayat 59 yang artinya : (lihat al-quran onlines di google)
Artinya: Hai para Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri
orang mukmin, Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang
demikian itu supaya mereka mudah dikenali karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al Ahzab : 29)
Tapi mengapa kaum hanya kaum wanita saja yang dibahas? Ya, karena wanita adalah manusia
yang paling dijaga harga dirinya oleh Allah SWT. Sudah dijaga koq masih tidak bersyukur?
Coba pikirkan, sangat sayangnya Allah kepada wanita, Allah Yang Maha Penyayang sampaisampai membahas hal-hal sekecil itu. Maka dari itu marilah kita menjaga harga diri wanita
muslimah kita demi tercapainya masa depan yang cerah.
b. Adab Berpakaian
Islam melarang umatnya berpakaian terlalu tipis atau ketat (sempit sehingga membentuk
tubuhnya yang asli). Kendati pun fungsi utama (sebagai penutup aurat) telah dipenuhi, namun
apabila pakaian tersebut dibuat secara ketat (sempit) maka hal itu dilarang oleh Islam. Demikian
juga halnya pakaian yang terlalu tipis. Pakaian yang ketat akan menampilkan bentuk tubuh
pemakainya, sedangkan pakaian yang terlalu tipis akan menampakkan warna kulit pemakainya.
Kedua cara tersebut dilarang oleh Islam karena hanya akan menarik perhatian dan menggugah
nafsu syahwat bagi lawan jenisnya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:
.





( )
Artinya: Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah saya lihat keduanya, yaitu 1)
kaum yang membawa cambuk seperti seekor sapi yang mereka pakai buat memukul orang
(penguasa yang kejam, 2) perempuan-perempuan yang berpakaian, tetapi telanjang, yang
cenderung kepada perbuatan maksiat, rambutnya sebesar punuk unta. Mereka itu tidak bisa
masuk surga dan tidak akan mencium bau surga padahal bau surga itu dapat tercium sejauh
perjalanan demikian dan demikian. (HR Muslim)
Ada dua maksud yang menjadi kesimpulan pada hadits ini, yaitu sebagai berikut:

1.
1. Maksud kaum yang membawa cambuk seperti seekor sapi ialah perempuan-perempuan yang
suka menggunakan rambut sambungan (cemara dalam bahasa jawa), dengan maksud agar
rambutnya tampak banyak dan panjang sebagaimana wanita lainnya. Selanjutnya, yang
dimaksud rambutnya seperti atau sebesar punuk unta adalah sebutan bagi wanita yang suka
menyanggul rambutnya. Kedua macam cara tersebut (memakai cemara dan menyanggul)
termasuk perkara yang tecela dalam Islam
2. Mereka dikatakan berpakaian karena memang mereka menempelkan pakaian pada tubuhnya,
tetapi pakaian tersebut tidak berfungsi sebagai penutup aurat. Oleh karena itu, mereka dikatakan
telanjang. Pada zaman modern seperti sekarang ini, amat banyak manusia (perempuan)
mengenakan pakaian yang amat tipis sehingga warna kulitnya tampak jelas dari luar. Sementara
itu banyak pula perempuan yang memakai pakaian relatif tebal, namun karena sangat ketat
sehinga bentuk lekuk tubuhnya terlihat jelas. Kedua cara berpakaian seperti itu (terlampau tipis
dan ketat) termasuk perkara yang dilarang dalam Islam.
Ciri-ciri pakaian wanita Islam di luar rumah ialah:
* Pakaian itu haruslah menutup aurat sebagaimana yang dikehendaki syariat.
* Pakaian itu tidak terlalu tipis sehingga kelihatan bayang-bayang tubuh badan dari luar.
* Pakaian itu tidak ketat atau sempit tapi longgar dan enak dipakai. la haruslah menutup bagianbagian bentuk badan yang menggiurkan nafsu laki-laki.
* Warna pakaian tsb suram atau gelap seperti hitam, kelabu asap atau perang.
* Pakaian itu tidak sekali-kali dipakai dengan bau-bauan yang harum
* Pakaian itu tdak bertasyabbuh (bersamaan atau menyerupai)dengan pakaian laki-laki yaitu
tidak meniru-niru atau menyerupai pakaian laki-laki.
* Pakaian itu tidak menyerupai pakaian perempuan-perempuan kafir dan musyrik.
* Pakaian itu bukanlah pakaian untuk bermegah-megah atau untuk menunjuk-nunjuk atau
berhias-hias.
Aurat perempuan yang merdeka (demikian juga khunsa) dalam sholat adalah seluruh badan
kecuali muka dan telapak tangan yang lahir dan batin hingga pergelangan tangannya. Oleh
karena itu jika nampak rambut yang keluar ketika sholat atau nampak batin telapak kaki ketika
rukuk dan sujud, maka batallah sholatnya.
Aurat perempuan merdeka di luar sholat Di hadapan laki-laki ajnabi atau bukan muhram
Yaitu seluruh badan. Artinya, termasuklah muka, rambut, kedua telapak tangan (lahir dan batin)
dan kedua telapak kaki (lahir dan batin). Maka wajiblah ditutup atau dilindungi seluruh badan
dari pandangan laki-laki yang ajnabi untuk mengelakkan dari fitnah. Demikian menurut mahzab
Syafei.
Di hadapan perempuan yang kafir Auratnya adalah seperti aurat bekerja yaitu seluruh badan
kecuali kepala, muka, leher, dua telapak tangan sampai kedua siku dan kedua telapak kakinya.
Demikianlah juga aurat ketika di hadapan perempuan yang tidak jelas pribadi atau wataknya atau
perempuan yang rosak akhlaknya.

Ketika sendirian, sesama perempuan dan laki-laki yang menjadi muhramnya Auratnya adalah di
antara pusat dan lutut Walau bagaimanapun, untuk menjaga adab dan untuk memelihara dan
berlakunya hal yang tidak diingini, maka perlulah ditutup lebih dari itu agar tidak menggiurkan
nafsu. Ini adalah penting untuk menghindarkan fitnah.
Salah satu permasalahan yang kerap kali dialami oleh kebanyakan manusia dalam kesehariannya
adalah melepas dan memakai pakaian baik untuk tujuan pencucian pakaian, tidur, atau yang
selainnya. Sunnah-sunnah yang berkaitan dengan melepas dan memakai pakaian adalah sebagai
berikut : Mengucapkan Bismillah. Hal itu diucapkan baik ketika melepas maupun memakai
pakaian. Imam An-Nawawy berkata : Mengucapkan bismillah adalah sangat dianjurkan dalam
seluruh perbuatan. Memulai Dengan Yang Sebelah Kanan Ketika Akan Memakai Pakaian.
Berdasarkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Apabila kalian memakai pakaian maka
mulailah dengan yang sebelah kanan.
c. Kaum Lelaki Dilarang Memakai Cincin Emas dan Pakaian Sutra
Dalam hal ini, cincin emas dan pakaian sutra yang dipakai oleh kaum lelaki, Khalifah Ali r.a
pernah berkata:
( )

Artinya: Rasulullah SAW pernah melarang aku memakai cincin emas dan pakaian sutra serta
pakaian yang dicelup dengan ashfar. (HR Thabrani)
Yang dimaksud dengan ashfar ialah semacam wenter berwarna kuning yang kebanyakan dipakai
oleh wanita kafir pada zaman itu. Ibnu umar meriwayatkan sebagai berikut:
:


Artinya: Rasulullah SAW pernah melihat aku memakai dua pakaian yang dicelup dengn ashfar
maka sabda beliau: Ini adalah pakaian orang-orang kafir, oleh karena itu janganlah engkau
pakai.
Larangan bagi laki-laki memakai cincin emas dan pakaian dari sutra adalah suatu didikan moral
yang tinggi. Allah telah menciptakan kaum lelaki yang memiliki naluri berbeda dengan
perempuan, memiliki susunan tubuh yang berbeda dengan tubuh perempuan. Lelaki memiliki
naluri untuk melindungi kaum perempuan yang relatif lemah kondosi fisiknya. Oleh sebab itu,
sangat tidak layak kiranya apabila lelaki meniru tingkah laku perempuan yang suka berhias dan
berpakaian indaah serta suka dimanja. Dari sisi lain, larangan ini sekaligus sebagai upaya
pencegahan terhadap sikap hidup bermewah-mewahan, sementara masih banyak rakyat yang
hidup dibawah garis kemiskinan.
3. Tata Krama Berhias
Pada hakikatnya Islam mencintai keindahan selama keindahan tersebut masih berada dalam
batasan yang wajar dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama.

Beberapa ketentuan agama dalam masalah berhias ini antara lain sebagai berikut:
1. Laki-laki dilarang memakai cincin emas
Sebagaimana larangan yang ditujukan oleh Rasulullah SAW terhadap Ali r.a
1. Jangan bertato dan mengikir gigi
Pada zaman jahiliyah banyak wanita Arab yang menato sebagian besar tubuhnya, muka dan
tangannya dengan warna biru dalam bentuk ukiran. Pada zaman sekarang ini (khususnya di
lingkungan masyrakat kita) bertato banyak dilakukan oleh kaum lelaki. Dengan bertato ini,
mereka merasa mempunyai kelebihan dari orang lain.
Adapun yang dimaksud dengan mengikir gigi ialah memendekkan dan merapikan gigi. Mengikir
gigi banyak dilakukan oleh kaum perempuan dengan maksud agar tampak rapi dan cantik.
Rasulullah SAW bersabda;
( )
Artinya: Rasulullah SAW melaknat perempuan yang menato dan yang minta ditato, yang
mengikir gigi dan yang minta dikikir giginya. (HR At Thabrani)
1. Jangan menyambung rambut
Selain hadits yang tersebut didepan (dalam hal menyambung rambut) terdapat pula riwayat
sebagai berikut:
:



( )


Artinya: Seorang perempuan bertanya kepada nabi SAW: Ya Rasulullah, sesunguhnya anak
saya tertimpa suatu penyakit sehingga rontok rambutnya, dan saya ingin menikahkan dia.
Apakah boleh saya menyambung rambutnya?. Rasulullah menjawab: Allah melaknat perempuan
yang melaknat perempuan yang melaknat rambutnya. (HR Bukhari)
1. Jangan berlebih-lebihan dalam berhias
Berlebih lebihan ialah melewati datas yang wajar dalam menikmati yang halal. Berhias secara
berlebih-lebiha cenderung kepada sombong dan bermegah-megahan yang sangat tercela dalam
Islam. Setipa muslim dan muslimat harus dapat menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat
menyebabkan kesombongan, baik dalam berpakaian maupun dalam berhias bentuk yang lain.
Memoles wajah dengan bahan make-up terlampau banyak serta menggunakan perhiasan emas
pada leher, kedua tangan dan kedua kaki secara mencolok termasuk berlebih-lebihan. Perbuatan
yang demikian itu tidak lain adalah bermaksud untuk menarik perhatian pihak lain, terutama
lawan jenisnya. Apabila yang dimaksudkan adalah untuk menarik perhatian suaminya maka hal

itu baik untuk dilakukan. Akan tetapi, apabila yang dimaksud itu semua orang (selain suami)
maka hal itu termasuk perbuatan yang dialranga dalam Islam. Selain menjurus kepada sikap
sombong, berlebih-lebihan termasuk perbuatan tabzir, sedangkan tabzir dilarang oleh Allah
SWT. (lihat al-quran onlines di google)
Artinya: 26) Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. 27) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS Al Isra : 26-27)
Bertatakrama Dalam Bertamu dan Menerima Tamu
4. Tata Krama Bertamu
Bertamu adalah salah satu cara untuk menyambung tali persahabatan yang dianjurkan oleh
Islam. Islam memberi kebebasan untuk umatnya dalam bertamu. Tata krama dalam bertamu
harus tetap dijaga agar tujuan bertamu itu dapat tercapai. Apabila tata krama ini dilanggar maka
tujuan bertamu itu justru akan menjadi rusak, yakni merenggangnya hubungan persaudaran..
Islam telah memberi bimbingan dalam bertamu, yaitu jangan bertamu pada tiga waktu aurat.
Yang dimaksud dengan tiga waktu aurat ialah sehabis zuhur, sesudah isya, dan sebelum subuh.
Allah SWT berfirman: (lihat al-quran onlines di google)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu
miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali
(dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian
(luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada
dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu,
sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS An
Nur : 58)
Ketiga waktu tersebut dikatakan sebagai waktu aurat karena waktu-waktu itu biasanya
digunakan. Lazimnya, orang yang beristirahat hanya mengenakan pakaian yang sederhana
(karena panas misalnya) sehingga sebagian dari auratnya terbuka. Apabila budak dan anak-anak
kecil saja diharuskan meminta izin bila akan masuk ke kamar ayah dan ibunya, apalagi orang
lain yang bertamu. Bertamu pada waktu-waktu tersebut tidak mustahil justru akan menyusahkan
tuan rumah yang hendak istirahat, karena terpaksa harus berpakaian rapi lagi untuk menerima
kedatangan tamunya.
5. Cara Bertamu yang Baik
Cara bertamu yang baik menurut Islam antara lain sebagai berikut:
1. Berpakaian yang rapi dan pantas

Bertamu dengan memakai pakaian yang pantas berarti menghormati tuan rumah dan dirinya
sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan rumah, demikian
pula sebaliknya. Allah SWT berfirman: (lihat al-quran onlines di google)
Artinya: Jika kamu berbua baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri. (QS Al Isra : 7)
1. Memberi isyarat dan salam ketika datang
Allah SWT berfirman: (lihat al-quran onlines di google)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu
lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. (QS An Nur : 27)
Diriwayatkan bahwa:

:
: :


( )
Artinya: Bahwasanya seorang laki-laki meminta izin ke rumah Nabi Muhammad SAW
sedangkan beliau ada di dalam rumah. Katanya: Bolehkah aku masuk? Nabi SAW bersabda
kepada pembantunya: temuilah orang itu dan ajarkan kepadanya minta izin dan katakan
kepadanya agar ia mengucapkan Assalmu alikum, bolehkah aku masuk lelaki itu mendengar
apa yang diajarkan nabi, lalu ia berkata Assalmu alikum, bolehkah aku masuk? nabi SAW
memberi izin kepadanya maka masuklah ia. (HR Abu Daud)
1. Jangan mengintip ke dalam rumah
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Dari Sahal bin Saad ia berkata: Ada seorang lelaki
mengintip dari sebuh lubang pintu rumah Rasulullah SAW dan pada waktu itu beliau sedang
menyisir rambutnya. Maka Rasulullah SAW bersabda: Jika aku tahu engkau mengintip, niscaya
aku colok matamu. Sesungguhnya Allah memerintahkanuntuk meminta izin itu adalah karena
untuk menjaga pandangan mata. (HR Bukhari)
1. Minta izin masuk maksimal sebanyak tiga kali
Jika telah tiga namun belum ada jawaban dari tuan rumah, hendaknya pulang dahulu dan datang
pada lain kesempatan.
1. Memperkenalkan diri sebelum masuk
Apabila tuan rumah belum tahu/belum kenal, hendaknya tamu memperkenalkan diri secara jelas,
terutama jika bertamu pada malam hari. Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang artinya: dari
Jabir ra Ia berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW lalu aku mengetuk pintu rumah
beliau. Nabi SAW bertanya: Siapakah itu? Aku menjawab: Saya Beliau bersabda: Saya,

saya! seakan-akan beliau marah (HR Bukhari)


Kata Saya belum memberi kejelasan. Oleh sebab itu, tamu hendaknya menyebutkan nama
dirinya secara jelas sehingga tuan rumah tidak ragu lagi untuk menerima kedatangannya
1. Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita
Dalam hal ini, perempuan yang berada di rumah sendirian hendaknya juga tidak memberi izin
masuk tamunya. Mempersilahkan tamu lelaki ke dalam rumah sedangkan ia hanya seorang diri
sama halnya mengundang bahay bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, tamu cukup ditemui diluar
saja.
1. Masuk dan duduk dengan sopan
Setelah tuan rumah mempersilahkan untuk masuk, hendajnya tamu masuk dan duduk dengan
sopan di tempat duduk yang telah disediakan. Tamu hendaknya membatasi diri, tidak
memandang kemana-mana secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu
asing) dapat menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang
tidak sopan, bahkan dapat pula dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari kesempatan. Apabila
tamu tertarik kepada sesuatu (hiasan dinding misalnya), lebih ia berterus terang kepada tuan
rumah bahwa ia tertarik dan ingin memperhatikannya.
1. Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
Apabila tuan rumah memberikan jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan tersebut dengan
senang hati, tidak menampakkan sikap tidak senang terhadap jamuan itu. Jika sekiranya tidak
suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berterus terang bahwa dirinya tidak terbiasa menikmati
makanan atau minuman seperti itu. Jika tuan rumah telah mempersilahkan untuk menikmati,
tamu sebaiknya segera menikmatinya, tidak usah menunggu sampai berkali-kali tuan rumah
mempersilahkan dirinya.
1. Mulailah makan dengan membaca basmalah dan diakhiri dengan membaca hamdalah
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang artinya: Jika seseorang diantara kamu hendak
makan maka sebutlah nama Allah, jika lupa menyebut nama Allah pada awalnya, hendaklah
membaca: Bismillahi awwaluhu waakhiruhu. ( HR Abu Daud dan Turmudzi)
1. Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memili
Islam telah memberi tuntunan bahwa makan dan minum hendaknya dilakukan dengan tangan
kanan, tidak sopan dengan tangan kiri (kecuali tangan kanan berhalangan). Cara seperti ini tidak
hanya dilakukan saat bertamu saja. Mkelainkan dalam berbagai suasana, baik di rumah sendiri
maupun di rumah orang lain
1. Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran

Sementara ada orang yang merasa malu apabila piring yang habis digunakan untuk makan
tampak bersih, tidak ada makann yang tersisa padanya. Mereka khawatir dinilai terlalu lahap.
Islam memberi tuntunan yang lebih bagus, tidak sekedar mengikuti perasaan manusia yang
terkadang keliru. Tamu yang menggunakan piring untuk menikmati hidangan tuan rumah,
hendaknya piring tersebut bersih dari sisa makanan. Tidak perlu menyisakan makanan pada pring
yang bekas dipakainya yang terkadang menimbulkan rasa jijik bagi yang melihatnya.
1. Segeralah pulang setelah selesai urusan
Kesempatan bertamu dapat digunakan untuk membicarakan berbagai permasalahan hidup.
Namun demikian, pembicaraan harus dibatasi tentang permasalahan yang penting saja, sesuai
tujuan berkunjung. Hendaknya dihindari pembicraan yang tidak ada ujung pangkalnya, terlebih
membicarakan orang lain. Tamu yang bijaksana tidak suka memperpanjang waktu
kunjungannya, ia tanggap terhadap sikap tuan rumah. Apabila tuan rumah tekah memperhatikan
jam, hendaknya tamu segera pamit karena mungkin sekali tuan rumah akan segera pergi atau
mengurus masalah lain. Apabila tuan ruamh menghendaki tamunya untuk tetap tinggal dahulu,
hendaknya tamu pandai-pandai membaca situasi, apakah permintaan itu sungguh-sungguh atau
hanya sekadar pemanis suasana. Apabila permintaan itu sungguh-sungguh maka tiada salah jika
tamu memperpanjang masa kunjungannya sesuai batas kewajaran.
6. Lama Waktu Bertamu Maksimal Tiga Hari Tiga Malam
Terhadap tamu yang jauh tempat tinggalnya, Islam memberi kelonggaran bertamu selama tiga
hari tiga malam. Waktu twersebut dikatakan sebagai hak bertamu. Setelah waktu itu berlalu maka
habislah hak untuk bertamu, kecuali jika tuan rumah menghendakinya. Dengan pembatasan
waktu tiga hari tiga malam itu, beban tuan rumah tidak telampau berat dalam menjamu
tamuhnya.
7. Tata Krama Menerima Tamu
a. Kewajiban Menerima Tamu
Sebagai agama yang sempurna, Islam juga memberi tuntunan bagi uamtnya dalam menerima
tamu. Demikian pentingnya masalah ini (menerima tamu) sehingga Rasulullah SAW
menjadikannya sebagai ukuran kesempurnaan iman. Artinya, salah satu tolak ukur kesempurnaan
iman seseorang ialah sikap dalam menerima tamu. Sabda Rasulullah SAW:

( )

Artinya: Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan
tamunya. (HR Bukhari)
b. Cara Menerima Tamu yang Baik
1) Berpakaian yang pantas

Sebagaimana orang yang bertamu, tuan rumah hendaknya mengenakan pakaian yang pantas pula
dalam menerima kedatangan tamunya. Berpakaian pantas dalam menerima kedatangan tamu
berarti menghormati tamu dan dirinya sendiri. Islam menghargai kepada seorang yang
berpakaian rapih, bersih dan sopan. Rasululah SAW bersabda yang artinya: Makan dan
Minunmlah kamu, bersedekahlah kamu dan berpakaianlah kamu, tetapi tidak dengan sombong
dan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah amat senang melihat bekas nikmatnya pada
hambanya. (HR Baihaqi)
2) Menerima tamu dengan sikap yang baik
Tuan rumah hendaknya menerima kedatangan tamu dengan sikap yang baik, misalnya dengan
wajah yang cerah, muka senyum dan sebagainya. Sekali-kali jangan acuh, apalagi memalingkan
muka dan tidak mau memandangnmya secara wajar. Memalingkan muka atau tidak melihat
kepada tamu berarti suatu sikap sombong yang harus dijauhi sejauh-jauhnya.
3) Menjamu tamu sesuai kemampuan
Termasuk salah satu cara menghormati tamu ialah memberi jamuan kepadanya.
4) Tidak perlu mengada-adakan
Kewajiban menjamu tamu yang ditentukan oleh Islam hanyalah sebatas kemampuan tuan rumah.
Oleh sebab itu, tuan rumah tidak perlu terlalu repot dalam menjamu tamunya. Bagi tuan rumah
yang mampu hendaknya menyediakan jamuan yang pantas, sedangkan bagi yang kurang mampu
henaknya menyesuaikan kesanggupannya. Jika hanya mampu memberikan air putih maka air
putih itulah yang disuguhkan. Apabila air putih tidak ada, cukuplah menjamu tamunya dengan
senyum dan sikap yang ramah
5) Lama waktu
Sesuai dengan hak tamu, kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk hari
istimewanya. Selebihnya dari waktu itu adalah sedekah baginya. Sabda Rasulullah SAW:


( )

Artinya: Menghormati tamu itu sampai tiga hari. Adapun selebihnya adalah merupakan
sedekah baginya,. (HR Muttafaqu Alaihi)
6) Antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulang
Salah satu cara terpuji yang dapat menyenangkan tamu adalah apabila tuan rumah mengantarkan
tamunya sampai ke pintu halaman. Tamu akan merasa lebih semangat karena merasa dihormati
tuan rumah dan kehadirannya diterima dengan baik.
c. Wanita yang sendirian di rumah dilarang menerima tamu laki-laki masuk ke dalam rumahnya
tanpa izin suaminya

Larangan ini bermaksud untuk menjaga fitnah dan bahaya yang mungkin terjadi atas diri wanita
tersebut. Allah berfirman: (lihat al-quran onlines di google)
Artinya: Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada SAW lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena SAW telah memelihara (mereka) (QS An Nisa : 34
Rasulullah SAW bersabda;
( )
Artinya: Wanita itu adalah (ibarat) pengembala di rumah suaminya. Dia akan ditanya tentang
pengembalaannya (dimintai pertanggung jawaban). (HR Ahmad, bukhari, Muslim, Abu Daud,
Turmudzi dan Ibnu Umar)
Oleh sebab itu, tamu lelaki cukup ditemui diluar rumah saja, atau diminta datang lagi (jika perlu)
saat suaminya telah pulang bekerja. Membiarkan tamu lelaki masuk ke dalam rumah padahal dia
(wanita tersebut) hany seorang diri, sama saja dengan membuka peluang besar akan timbulnya
bahaya bagi diri sendiri. Bahaya yang dimaksud dapat berupa hilangnya harta dan mungkin
sekali akan timbul fitnah yang mengancam kelestarian rumah tangganya.
Sumber
http://www.teguhbayu.com/2011/06/cara-berpakaian-rapih-dan-baik-menurut.html

Pentingnya Seorang Wanita Islam Memakai


Jilbab

Saya seorang wanita yang sering menggunakan kendaraan umum untuk berpergian. Kadang saya
mengalami lelaki yang
dengan sengaja menjatuhkan tubuhnya ke saya sewaktu supir rem
mendadak atau ada jalanan berlubang. Atau lelaki yang sengaja mencolek tubuh saya ketika saya
lewat didepannya. Alhamdulillah setelah saya berjilbab lelaki itu mulai segan kepada saya dan
tidak melakukan hal itu lagi. Disitu saya menyadari benar betapa pentingnya menutup aurat
karena lelaki akan segan melakukan pelecehan terhadap kita, mereka akan lebih menghargai
dan bersikap lebih sopan terhadap kita.
Seorang wanita akan lebih bisa dihargai oleh kaum pria jika menutup auratnya, dengan menutup
aurat dapat menghindarkan kaum wanita dari pandangan nakal kaum lelaki. Seorang lelaki
normal pasti akan tertarik dengan wanita yang memamerkan keindahan tubuhnya, awalnya
mereka akan sekedar memandang , bagi yang tidak kuat iman, akan ada perasaan ingin
menyentuh wanita tersebut.
Hal ini bisa saya rasakan sendiri sebagai seorang wanita. Sewaktu saya masih memamerkan
bentuk tubuh saya, saya sering dilecehkan oleh kaum pria, kadang mereka dengan sengaja
mencolek dan meraba. Mungkin kita harus mafhum dengan keadaan tersebut karena kita sebagai
wanita juga tak dapat menjaga diri kita sendiri dari pandangan lelaki.
Allah SWT dalam surat Al Ahzab (59) berfirman : Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu,
anak-anak perempuanmu dan Ister-isteri orang mumin : Hendaklah mereka megulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Dalam ayat tersebut Allah SWT mengharuskan wanita berjilbab karena untuk menjaga
kehormatan wanita itu sendiri. Betapa indahnya jika keindahan tubuh yang wanita miliki hanya
diperuntukkan untuk suami tercinta, hanya sang suami yang dapat melihat dan menyentuhnya.
Berikut ini adalah alasan memakai jilbab yang saya kutip dari Buku Alasan Mengapa Saya
Pakai Jilbab :
1. Menjalankan syiar Islam.
2. Berniat untuk ibadah.
3. Menutup aurat terhadap yang bukan muhrim.
4. Karena saya ingin taat kepada Allah yang telah menciptakan saya, menyempurnakan
kejadian, memberi rizki, melindungi, dan menolong saya.
5. Karena saya ingin taat kepada Rasul-Nya, pembimbing ummat dengan risalah beliau
6. Untuk memperoleh Ridho Allah (InsyaAllah).
7. Merupakan wujud tanda bersyukur atas nikmat-Nya yang tiada putus.
8. Seluruh ulama sepakat bahwa hukum mengenakan jilbab itu wajib.
9. Agar kaum wanita menutup auratnya.
10. Bukan karena gaya-gayaan.

11. Bukan karena mengikut trend.


12. Bukan karena berlagak sok suci.
13. Lebih baik sok suci dari pada sok zholim ^_^ .
14. Tidak sekadar bermaksud agar berbeda dari yang lain.
15. Meninggikan derajat wanita dari belenggu kehinaan
yang hanya menjadi objek nafsu semata.
16. Jilbab cocok untuk semua wanita yang mau menjaga
dirinya dari objek nafsu semata.
17. Saya ingin menjadi wanita solihah.
18. Saya tengah berusaha mencapai derajat teqwa.
19. Jilbab adalah pakaian taqwa.
20. Jilbab adalah identitas wanita muslimah.

Etika Berpakaian Menurut Ajaran


Islam
No description
by Annisa Fidela Shanti on 12 February 2014 1768
Comments (0)
Please log in to add your comment.
Report abuse
Transcript of Etika Berpakaian Menurut Ajaran Islam
A. Pengertian Etika
4. Mengenakan pakaian modis yang sedang nge-trend.
Saat ini sebagian umat Islam, terutama kaum mudanya sering tergila-gila dengan mode pakaian
yang sedang in (nge-trend ) atau pakaian yang dikenakan oleh para bintang dan idola mereka.
Seperti pakaian bergambar penyanyi, kelompok-kelompok musik, botol dan cawan arak, gambargambar makhluk hidup, salib atau lambang-lambang club-club dan organisasi-organisasi non
Islam, juga slogan-slogan kotor yang tidak lagi memperhitungkan kehormatan dan kebersihan
diri, yang biasanya ditulis di punggung pakaian atau kaos dengan bahasa Indonesia atau bahasabahasa asing.
Pada umumnya para pemakai pakaian-pakaian tersebut merasa bangga dengan pakaiannya,
bahkan dengan maksud untuk memperoleh popularitas karena pakaiannya yang aneh tersebut.
Padahal Nabi ` bersabda: "Barangsiapa mengenakan pakaian (untuk memper-oleh) popularitas di
dunia, niscaya Allah mengenakan kepadanya pakaian kehinaan pada hari Kiamat." (HR. Ahmad,
Abu Daud dan Ibnu Majah dari Ibnu Umar, hasan).

3. Mengenakan pakaian yang menyerupai pakaian wanita.


Di antara fithrah yang disyari'atkan Allah kepada hambaNya yaitu agar laki-laki menjaga sifat
kelelakiannya dan wanita menjaga sifat kewanitaannya seperti yang telah diciptakan Allah. Jika
hal itu dilanggar, maka yang terjadi adalah kerusakan tatanan hidup di masyarakat. Dalam hadits
shahih disebutkan: "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam melaknat laki-laki yang menyerupai
wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki." (HR. Al-Bukhari).
1. Isbal.
Isbal yaitu menurunkan atau memanjang-kan pakaian hingga di bawah mata kaki. Larangan isbal
bersifat umum untuk seluruh jenis pakaian, baik celana panjang, sarung, gamis, mantel atau
pakaian lainnya. Ironinya, larangan ini dianggap remeh oleh kebanyakan umat Islam, padahal
dalam pandangan Allah ia merupakan masalah besar. Rasulullah ` bersabda: "Kain yang
memanjang hingga di bawah mata kaki tempatnya di Neraka." (HR. Al-Bukhari, shahih).
Ancaman bagi musbil (orang yang melakukan isbal ) dengan Neraka tersebut sifatnya adalah
muthlak dan umum, baik dengan maksud takabur atau tidak. Jika isbal tersebut dilakukan dengan
maksud takabur maka ancamannya lebih besar. Nabi Shallallahu 'alaihi wasalam bersabda: "Pada
hari Kiamat, Allah tidak akan melihat kepada orang yang menyeret bajunya (musbil, ketika di
dunia) karena takabur." (Muttafaq Alaih, shahih).
2. Mengenakan pakaian tipis dan ketat.
Dalam kaca mata syari'at, jika bahan-bahan pakaian itu sangat tipis sehingga menampakkan
aurat, lekuk-lekuk tubuh atau sejenisnya maka pakaian itu tidak boleh dikenakan. Hal ini
berdasarkan firman Allah Ta'ala: "Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurun-kan
kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan." (Al-A'raf: 26).

Kesalahan-kesalahan Dalam Hal Pakaian Laki-Laki


Dalil Jilbab
1. Maksud kaum yang membawa cambuk seperti seekor sapi ialah perempuan-perempuan yang
suka menggunakan rambut sambungan (cemara dalam bahasa jawa), dengan maksud agar
rambutnya tampak banyak dan panjang sebagaimana wanita lainnya. Selanjutnya, yang
dimaksud rambutnya seperti atau sebesar punuk unta adalah sebutan bagi wanita yang suka
menyanggul rambutnya. Kedua macam cara tersebut (memakai cemara dan menyanggul)
termasuk perkara yang tecela dalam Islam.
Ada dua maksud yang menjadi kesimpulan pada hadits ini, yaitu sebagai berikut:
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan
etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma,
nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Etika Berpakaian Menurut Ajaran Islam
Islam melarang umatnya berpakaian terlalu tipis atau ketat (sempit sehingga membentuk
tubuhnya yang asli). Kendati pun fungsi utama (sebagai penutup aurat) telah dipenuhi, namun

apabila pakaian tersebut dibuat secara ketat (sempit) maka hal itu dilarang oleh Islam. Demikian
juga halnya pakaian yang terlalu tipis. Pakaian yang ketat akan menampilkan bentuk tubuh
pemakainya, sedangkan pakaian yang terlalu tipis akan menampakkan warna kulit pemakainya.
Kedua cara tersebut dilarang oleh Islam karena hanya akan menarik perhatian dan menggugah
nafsu syahwat bagi lawan jenisnya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda :
Pakaian itu haruslah menutup aurat sebagaimana yang dikehendaki syariat.
Pakaian itu tidak terlalu tipis sehingga kelihatan bayang-bayang tubuh badan dari luar.
Pakaian itu tidak ketat atau sempit tapi longgar dan enak dipakai. la haruslah menutup bagianbagian bentuk badan yang menggiurkan nafsu laki-laki.
Warna pakaian tsb suram atau gelap seperti hitam, kelabu asap atau perang.
Pakaian itu tidak sekali-kali dipakai dengan bau-bauan yang harum
Pakaian itu tidak bertasyabbuh (bersamaan atau menyerupai)dengan pakaian laki-laki yaitu
tidak meniru-niru atau menyerupai pakaian laki-laki.
Pakaian itu tidak menyerupai pakaian perempuan-perempuan kafir dan musyrik.
Pakaian itu bukanlah pakaian untuk bermegah-megah atau untuk menunjuk-nunjuk atau berhiashias.
Ciri-ciri pakaian wanita Islam di luar rumah ialah:
6. Tidak memperhatikan masalah pakaian ketika masuk masjid.
Sebagian orang yang akan menunaikan shalat berjama'ah tak peduli dengan pakaian yang
dikenakannya, bahkan terkadang di luar kepatutan dan kepantasan. Misalnya masuk masjid
dengan mengenakan jenis pakaian sebagaimana disebutkan pada poin keempat. Shalat adalah
untuk menghadap kepada Allah, karena itu kita harus mengenakan pakaian yang bagus dan indah
sebagaimana yang diperintahkan. Allah berfirman: "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang
indah di setiap (memasuki) masjid." (Al-A'raf: 31)
7. Mengenakan pakaian bergambar makhluk bernyawa
Apalagi gambar orang-orang kafir, baik penyanyi, seniman, negarawan atau orang-orang terkenal
lainnya. Mengenakan pakaian bergambar makhluk bernyawa adalah haram, baik gambar
manusia atau hewan. Nabi Shalaluhu'alaihi Wa salam bersabda: "Setiap tukang gambar ada di
Neraka, Allah mencipta-kan untuknya (dari) setiap gambar yang ia bikin sebuah nyawa, lalu
mereka menyiksanya di Neraka Jahannam." (HR. Muslim). "Malaikat tidak masuk ke dalam
rumah yang ada di dalamnya anjing dan gambar-gambar." (HR. Al-Bukhari).
8. Laki-laki menggunakan perhiasan emas dan kain sutera.
Dan Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam bersabda: "Dihalalkan emas dan sutera itu untuk
kaum wanita dari kaumku dan diharamkan keduanya bagi kaum prianya dari mereka." (HR.
Ahmad, At-Tirmidzi dan An-Nasa'i, shahih).
Annisa Fidela S. - 03
Inayah Al Anisa S. - 08
Muhammad Syadid - 14
Mush'ab Islahul U. - 15

Nada M. P. Kopa - 16
Adab Berpakaian Khusus Wanita
Artinya: Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah saya lihat keduanya, yaitu 1)
kaum yang membawa cambuk seperti seekor sapi yang mereka pakai buat memukul orang
(penguasa yang kejam, 2) perempuan-perempuan yang berpakaian, tetapi telanjang, yang
cenderung kepada perbuatan maksiat, rambutnya sebesar punuk unta. Mereka itu tidak bisa
masuk surga dan tidak akan mencium bau surga padahal bau surga itu dapat tercium sejauh
perjalanan demikian dan demikian. (HR Muslim)
2. Mereka dikatakan berpakaian karena memang mereka menempelkan pakaian pada tubuhnya,
tetapi pakaian tersebut tidak berfungsi sebagai penutup aurat. Oleh karena itu, mereka dikatakan
telanjang. Pada zaman modern seperti sekarang ini, amat banyak manusia (perempuan)
mengenakan pakaian yang amat tipis sehingga warna kulitnya tampak jelas dari luar. Sementara
itu banyak pula perempuan yang memakai pakaian relatif tebal, namun karena sangat ketat
sehinga bentuk lekuk tubuhnya terlihat jelas. Kedua cara berpakaian seperti itu (terlampau tipis
dan ketat) termasuk perkara yang dilarang dalam Islam.
Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mumin:Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 33:59)
Syarat-syarat Jilbab :
1. Menutup seluruh badan, kecuali bagian yang boleh dibuka, dalilnya QS. An-Nuur :31
2. Tebal, tidak menampakkan warna kulit, dalilnya HR. Muslim, no: 2128
3. Longgar, tidak ketat yang membentuk anggota tubuh
5. Mengenakan pakaian yang tidak menutupi aurat.
Seperti memakai celana pendek atau pakaian olah raga lainnya yang menampakkan paha. Aurat
laki-laki adalah dari pusar hingga dua lutut kaki. Karena itu, paha termasuk aurat. Setiap muslim
diperintahkan menutup dan menjaga auratnya kecuali di depan isteri atau hamba sahayanya.
Ketika Rasulullah ` melihat sahabat Ma'mar tersingkap pahanya, beliau ` bersabda: "Wahai
Ma'mar, tutupilah pahamu, karena paha adalah aurat." (HR. Ahmad). "Jagalah auratmu kecuali
dari isterimu atau hamba sahayamu." (HR. Imam lima kecuali An-Nasa'i dengan sanad hasan).
More presentations by Annisa Fidela Shanti

Untitled Prezi

Annisa Fidel

Untitled Prezi

Popular presentations
See more popular or the latest prezis

ADAB BERPAKAIAN DALAM ISLAM


BAB I

PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab jamak dari yang diartikan dengan budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat.
1. Akhlak itu tersendiri terbagi atas 2, yaitu :
Akhlak Mahmuda ( akhlak terpuji )
Contoh : memberi sumbangan, sabar menghadapi masalah, rajin belajar dan bekerja, berbuat
baik kepada orang tua
2. Akhlak Mazmumah ( akhlak tercela )
Contoh : berdusta ketika berbicara, malas, dan apatis
Sebagai seorang yang beriman, kita harus membiasakan untuk berakhlak yang terpuji, karena
akhlah adlah buah dan merupakan hasil dari iman dan aqidah kita sendiri.
Akhlak menurut Imam Gazali adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu.
Akhlak menurut Ibrahim Anis adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa dan terdapat macammacam perbuatan tanpa membutuhkan pertimbangan terlebih dahulu.

B.

Rumusan Masalah
a.

Apakah pengertian akhlak?

b. bagaimana cara berahklak dalam islam?


c.

Bagaimanakah tata cara berpakaian yang benar menurut ajaran Islam ?

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Akhlak Berpakaian


Menurut bahasa, dalam bahasa Arab pakaian disebut dengan kata Libaasuntsiyaabun dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pakaian diartikan sebagai barang apa
yang biasa dipakai oleh seorang baik berupa jaket, celana, sarung, selendang, kerudung, jubah,
serban
Menurut isltilah, pakaian adalah segala sesuatu yang dikenakan seseorang dalam
berbagai ukuran dan modenya berupa baju, celana, sarung, jubah, ataupun yang lain, sesuaikan
dengan kebutuhan pemakainya untuk suatu tujuan yang bersifat khusus ataupun umum.
Tujuan berpakaian :
1.Tujuan khusus, yaitu : pakaian yang lebih berorientasi kepada nilai keindahan, sesuai dengan
situasi dan kondisi pemakaian
2.Tujuan umum, yaitu : pakaian yang lebih berorientasi kepada keperluan menutup atau
melindungi bagian tubuh yang perlu ditutup atau dilindungi, baik menurut kepatutan agama
ataupun adat
Menurut kepatutan agama lebih mengarah kepada keperluan menutup aurat, sesuai
dengan ketentuan syara dengan tujuan beribadah. Sedangkan menurut kepatutan adat adalah
pakaian yang sesuai dengan mode atau batasan ukuran berpakaian yang berlaku dalam suatu
wilayah hukum ada.
B. Bentuk akhlak berpakaian
Dalam pandangan Islam, pakaian terbagi menjadi dua bentuk :
1.

Pakaian untuk menutupi aurat tubuh yang dalam perkembangannya telah melahirkan
kebudayaan bersahaja. Hal ini sebagai realisasi dari perintah Allah, aurat wanita seluruh
tubuhnya kecuali wajah dan dua telapan tangan, sedangkan aurat pria menutup aurat di bawah
lutut dan di atas pusar. Batasan yang telah ditetapkan Allah ini melahirkan kebudayaan yang
sopan dan enak dipandang serta menciptakan rasa aman dan tenang, sebab telah memenuhi
kewajaran. Bepakaian menutup aurat juga menjadi bagian integral dalam menjalankan ibadah,
terutama shalat, haji dan umrah. Oleh sebab itu setiap orang beriman berkewajiban untuk
berpakaian yang menutup aurat.

2.

Pakaian

merupakan

perhiasan

yang menunjukkan identitas

diri, sebagai

konsekuensi

perkembangan peradaban manusia. Hal ini bertujuan untuk menjaga dan mengaktualisasikan diri
sesuai dengan tuntutan perkembangan mode dan zaman. Dalam kaitan dengan pakaian sebagai
perhiasan, maka setiap manusia memiliki kebebasan untuk mengekspresikan keinginan
mengembangkan berbagai mode pakaian, sesuai dengan fungsi dan mementumnya.
Walaupun demikian Allah memberikan batasan kebebasan itu dalam Firman-Nya :




.
Artinya : Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk
menutupi auratmu dan untuk perhiasanmu. Tetapi pakaian takwa, itu yang lebih baik.
Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat. (al-A'raf :
26)
Aurat secara bahasa berarti hal yang jelek untuk dilihat atau sesuatu yang memalukan bila
dilihat
Menurut syara aurat adalah bagian tubuh yang diharamkan Allah untuk diperlihatkan kepada
orang lain
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa garis panduan adab berpakaian (untuk lelaki dan
wanita) muslim dan muslimah haruslah mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Menutup aurat. Aurat lelaki menurut ahli hukum ialah dari pusat hingga ke lutut. Aurat wanita
ialah seluruh anggota badan, kecuali wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Rasulullah Saw.
bersabda yang artinya : "Paha itu adalah aurat." (HR.Bukhari)
2. Tidak tembus pandang dan tidak ketat. Pakaian yang tembus pandang dan ketat tidak
memenuhi syarat menutup aurat. Rasulullah Saw. bersabda yang artinya : "Dua golongan ahli
neraka yang belum pernah aku lihat ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu
yang digunakan untuk memukul manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian
tetapi telanjang dan meliuk-liukkan badan juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk.
Mereka tidak masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau syurga itu dapat
3.

dicium dari jarak yang jauh." (HR.Muslim).


Tidak menimbulkan sifat riya. Rasulullah Saw. bersabda yang artinya : "Barang siapa yang
mengenakan pakaiannya kerana perasaan sombong, Allah Swt. tidak akan memandangnya pada

hari kiamat." Dalam hadis lain, Rasulullah Saw. bersabda yang artinya : "Barang siapa yang
memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan pada
4.

hari akhirat nanti." (HR.Ahmad, Abu Daud, an-Nasa'iy dan Ibnu Majah)
Wanita tidak menyerupai laki-laki dan laki-laki tidak menyerupai wanita. Maksudnya
pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh wanita, begitu juga sebaliknya.
Rasulullah Saw. mengingatkan hal ini dengan tegas dalam sabdanya : "Allah mengutuk wanita
yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap perempuan."
(HR. Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain Baginda Nabi Saw. juga bersabda : "Allah
melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki." (HR. Abu Daud dan Al-

Hakim).
5. Menutup tubuh bagian atas dengan tudung kepala. Contohnya seperti tudung yang
seharusnya dipakai sesuai kehendak syarak yaitu untuk menutupi kepala dan rambut, tengkuk
atau leher dan juga dada. Allah berfirman :




Artinya : Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri
orang Mukmin, Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang
demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan
Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (al-Ahzab:59). Jilbab ialah sejenis baju kurung yang
lapang yang dapat menutup kepala, wajah dan dada.
6.

Memilih warna sesuai. Contohnya warna-warna lembut termasuk putih karena warna-warna
seperti itu kelihatan bersih dan sangat disenangi serta sering menjadi pilihan Rasulullah Saw.
Beliau bersabda : "Pakailah pakaian putih kerana ia lebih baik, dan kafankan mayat kamu

dengannya (kain putih)." (an-Nasa'ie dan al-Hakim).


7. Laki-laki dilarang memakai emas dan sutera. Ini termasuk salah satu etika berpakaian di
dalam Islam. Bentuk perhiasan seperti ini umumnya dikaitkan dengan wanita, namun hari ini
banyak di antara laki-laki cenderung untuk berhias seperti wanita sehingga ada yang memakai
anting, cincin dan gelang emas. Semua ini sangat bertentangan dengan hukum Islam. Rasulullah
s.a.w. bersabda : "Haram kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan (memakainya)
kepada wanita. Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda : "Janganlah kamu memakai sutera,

sesungguhnya orang yang memakainya di dunia tidak dapat memakainya di akhirat."


(HR.Muttafaq
8. Dahulukan sebelah kanan. Imam Muslim meriwayatkan dari Saidatina Aisyah : "Rasulullah
suka sebelah kanan dalam segala keadaan, seperti memakai baju, berjalan kaki dan bersuci".
Apabila memakai baju atau seumpamanya, dahulukan sebelah kanan dan apabila
menanggalkannya, dahulukan sebelah kiri. Rasulullah SAW bersabda : "Apabila seseorang
memakai baju, dahulukanlah sebelah kanan dan apabila menanggalkannya, dahulukanlah sebelah
kiri supaya yang kanan menjadi yang pertama memakai baju dan yang terakhir
menanggalkannya." (HR. Muslim).
9. Memakai pakaian baru. Apabila memakai pakaian yang baru dibeli, ucapkanlah seperti yang
diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang artinya : "Ya Allah, segala puji bagi-Mu,
Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon kebaikannya dan kebaikan apa-apa yang
dibuat baginya, aku mohon perlindungan kepada-Mu daripada kejahatannya dan kejahatan apaapa yang diperbuat untuknya. Demikian itu telah datang daripada Rasulullah".
10. Berdoa. Ketika menanggalkan pakaian, lafaz-kanlah: "Pujian kepada Allah yang mengurniakan
pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri dalam kehidupanku, dengan
nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia."
Sebagai seorang muslim, sewajarnya memakai pakaian yang sesuai dengan tuntunan dan
tuntutan agama Islam itu sebdiri, karena sesungguhnya pakaian yang sopan dan menutup aurat
adalah

cerminan

kepribadian

seorang

Muslim

yang

sebenarnya.

C. Nilai positif Akhlak Berpakaian


Suruhan memakai pakaian tidak hanya berfungsi sebagai berhias untuk keindahan,
namun juga untuk menjaga kesehatan kulit, karena kulit berfungsi melindungi fisik dari
kerusakan-kerusakan, kumat, panas, zat kimia dan sinar ultra violet yang dapat menyebabkan
kulit terbakar serta penyakit kanker kulit. Dengan berpakaian yang baik, kesehatan akan
terpelihara dan suhu tubuh akan selalu normal.
Sementara dari segi syara di samping berhias untuk keindahan penampilan, pakaian juga
sebagai aplikasi dari perintah Allah untuk menutup aurat dan bernilai ibadah. Oleh sebab itu

pemilihan bahan dan mode pakaian, selain indah dan bersih haruslah sesuai dengan ketentuan
agama, sebagaimana Firman Allah :


Artinya : Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak Menyukai orang
yang berlebih- lebihan. (Alaraf:31)

D. Membiasakan akhlak berpakaian


Tidak dapat dipungkiri bahwa, manusia dalam berbagai level kehidupan mengenakan
pakaian sebagai kebutuhan melindungi diri dan memperindah penampilan, dengan jenis dan
bahan serta mode yang beragam sesuai dengan tingkat dan status sosial serta mengikuti
perkembangan zaman.
Namun, sebagaimana dijelaskan di atas, Islam telah mengatur sedemikian rupa tentang
tata dan krama berbusana. Seorang muslim tidak dibenarkan berpakaian berdasarkan
kesenangan, mode atau adat yang berlaku di suatu masyarakat dengan meninggalkan ketentuan
syara. Hanya orang munafik yang meninggalkan ketentuan agama dalam berpakaian, sebagai
akibatnya tentu akan beroleh kemurkaan dari Allah Swt.

E.Hakikat menutup Aurat dalam berpakaian


Hakikat pakaian menurut Islam ialah untuk menutup aurat, yaitu menutup bagian anggota
tubuh yang tidak boleh dilihat oleh orang lain. Syariat Islam mengatur hendaknya pakaian
tersebut tidak terlalu sempit atau ketat, tidak terlalu tipis atau menerawang, warna bahannya pun
tidak boleh terlalu mencolok, dan model pakaian wanita dilarang menyerupai pakaian laki-laki.
Selanjutnya, baik kaum laki-laki maupun perempuan dilarang mengenakan pakaian yang
mendatangkan

rasa

berbangga-bangga,

kemewahan yang melampaui batas.


Yang menjadi dasar aurat wanita adalah:

bermegah-megahan,

takabur

dan

menonjolkan

1. Al-Quran
Allah SWT berfirman :
Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya
kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khumur
(jilbab)nya ke dadanya. (QS. An-Nur : 30-31)
Ayat ini menegaskan empat hal :
a. Perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan oleh Allah.
b. Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram.
c. Larangan untuk menampakkan perhiasan kecuali yang biasa tampak.
d. Perintah untuk menutupkan khumur ke dada. Khumur adalah bentuk jamak dari khimar yang
berarti kain penutup kepala. Atau dalam bahasa kita disebut jilbab.
Allah SWT berfirman :
Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang
mukmin : Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Al-Ahzab: 59).
Jilbab dalam bahasa Arab berarti pakaian yang menutupi seluruh tubuh (pakaian kurung), bukan
berarti jilbab dalam bahasa kita (lihat arti kata khimar di atas). Ayat ini menjelaskan pada kita
bahwa menutup seluruh tubuh adalah kewajiban setiap mukminah dan merupakan tanda
keimanan mereka.
2. Hadits Nabi SAW
Dalam riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasulullah
dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah berpaling darinya dan berkata : Hai Asma,
sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haidh (akil baligh) maka tak ada yang
layak terlihat kecuali ini, sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. (HR. Abu Daud dan
Baihaqi).
Hadits ini menunjukkan dua hal:
1.

Kewajiban menutup seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan telapak tangan.

2.

Pakaian yang tipis tidak memenuhi syarat untuk menutup aurat.

Dari kedua dalil di atas jelaslah batasan aurat bagi wanita, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan
dua telapak tangan. Dari dalil tersebut pula kita memahami bahwa menutup aurat adalah wajib.
Berarti jika dilaksanakan akan menghasilkan pahala dan jika tidak dilakukan maka akan menuai
dosa.
Kewajiban menutup aurat ini tidak hanya berlaku pada saat shalat saja namun juga pada semua
tempat yang memungkinkan ada laki-laki lain bisa melihatnya.
A. Aurat wanita bersama wanita
Wanita bersama dengan kaum wanita, bagaikan laki-laki bersama dengan laki-laki,
diperbolehkan melihat seluruh badannya kecuali antara lutut dan pusarnya, kecuali diindikasikan
akan membawa fitnah, maka tidak boleh menampakkan bagian tubuh itu. Hanya saja kepada
wanita yang tidak seagama, wanita muslimah tidak boleh menampakkan auratnya sebagaimana
kepada sesama wanita muslimah. Karena wanita yang tidak seagama berstatus orang lain bagi
wanita muslimah. Allah berfirman :
Artinya: atau wanita-wanita Islam. (QS. An Nur/24:30)
B. Aurat wanita di hadapan laki-laki
Keberadaan wanita di hadapan lawan jenisnya memiliki rincian hukum yang berbeda-beda,
yaitu:
a. Di hadapan laki-laki lain, yang tidak ada hubungan mahram.
Maka seluruh badan wanita adalah aurat, kecuali wajah dan telapak tangan. Karena keduanya
diperlukan dalam bermuamalah, memberi dan menerima.
Pandangan laki-laki kepada wajah dan telapak tangan wanita bisa diklasifikasikan dalam tiga
kelompok, yaitu:
1. Tidak diperbolehkan dengan sengaja melihat wajah dan telapak tangan wanita lain tanpa
tujuan syari. Dan jika tanpa sengaja melihatnya maka segera harus memalingkan pandangan
seperti yang telah dijelaskan pada pandangan fajah (tanpa sengaja).
2. Melihat karena ada tujuan syari dan tidak ada fitnah, seperti melihat untuk melamar.
Rasulullah menyuruh Mughirah bin Syubah untuk melihat wanita yang hendak dinikahinya:
Jika salah seorang di antaramu, meminang seorang wanita maka jika ia mampu melihat bagian
yang mendorongnya untuk menikahinya maka lakukanlah. (H.R. Ahmad, dan Abu Daud)

Dan untuk semua tujuan itu, seseorang diperbolehkan melihat wajahnya, yang dengan melihat
wajah itu sudah cukup untuk mengenalinya.
3. Memandang dengan syahwat, inilah pandangan terlarang, seperti yang disebutkan dalam
hadits Nabi:
Nabi saw bersabda :
Telah ditetapkan atas setiap anak Adam bagian dari zina, zina mata adalah pandangannya, zina
mulut adalah ucapannya, zina telinga adalah mendengarkannya, zina tangan adalah
memegangnya, zina kaki adalah melangkah menemuinya, nafsunya berharap dan berselera,
kemaluannya membenarkan atau mendustakannya. (H.R. Ibnu Majah)
Asbabun nuzul ayat 30 ini sangat memperjelas kewajiban menjaga pandangan, yaitu kisah
seorang laki-laki yang lewat di salah satu jalan di Madinah, ia memandangi seorang wanita. Dan
wanita itupun membalas memandanginya. Setan ikut bermain menggoda keduanya, sehingga
keduanya saling mengagumi. Sambil berjalan laki-laki itu terus memandangnya hingga ia
menabrak tembok dan berdarah hidungnya. Ia berkata:
Demi Allah! Saya tidak akan membasuh darah ini sebelum saya menemui Rasulullah SAW lalu
saya ceritakan kejadian ini.
Laki-laki itu segera menemui Nabi dan menceritakan kejadiannya. Nabi bersabda:
Inilah hukuman dosamu. Dan Allah menurunkan ayat 30 dan 31 ini.[1]
Pengecualian dalam hukum ini adalah jika berada dalam keadaan terpaksa, seperti penglihatan
dokter muslim yang terpercaya untuk pengobatan, khitan, atau penyelamatan dari bahaya
kebakaran, tenggelam, dsb.
b. Di hadapan laki-laki yang memiliki hubungan mahram
Ada ulama yang mengatakan bahwa dalam kondisi itu wanita hanya boleh menampakkan bagian
tubuh yang biasa terlihat sewaktu bekerja, yaitu: rambut, leher, lengan, dan betis.
Allah berfirman :
Dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasan-nya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka ( QS. An
Nur/24:31)

c. Di hadapan suami
Seorang wanita di hadapan suaminya boleh menampakkan seluruh anggota badannya. Karena
segala sesuatu yang boleh dinikmati, tentu boleh juga dilihat.
Allah berfirman :
kecuali kepada suami mereka, ,
Ada sebagian ulama yang mengatakan makruh melihat kemaluan. Karena Aisyah RA
mengatakan tentang hubungannya dengan Nabi Muhammad SAW:
Artinya: Saya tidak pernah melihat darinya dan ia tidak pernah melihat dariku. (H.R. At
Tirmidzi)
d. Budak wanita di hadapan orang yang tidak boleh menikmatinya
Aurat budak wanita di hadapan laki-laki yang tidak boleh menikmatinya adalah seperti aurat
laki-laki, yaitu antara lutut dan pusar. Dan jika di hadapan tuan yang boleh menikmatinya maka
kedudukannya bagaikan istri dengan suaminya.
Allah berfirman :
atau budak-budak yang mereka miliki,.
Aurat Laki-laki dan Hukum Menutupnya
Aurat laki-laki yang harus ditutup saat menunaikan shalat adalah qubul (kemaluan bagian depan)
dan dubur (kemaluan bagian belakang), adapun di luar itu, mulai dari paha, pusar dan lutut, para
ulama berbeda pendapat; sebagian ulama menganggapnya sebagai aurat dan sebagian lagi tidak
menganggapnya sebagai aurat.
F. Etika Berpakaian Menurut Ajaran Islam
Surat Al araf ayat 26 menjelaskan bahwa Allah menurunkan pakaian yang baik untuk
menutup aurat dan menghindarkan Manusia dari zalim terhadap dirinya dan orang lain.
yang artinya : Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah menyediakan pakaian
untuk menutup auratmu dan untuk perhiasan bagimutetapi pakaian takwa itulah yang lebih baik
demikianlah sebagai tanda-tanda Allahmudah-mudahan ingat.(al-Araf: 26)
Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai adab berpakaian (untuk lelaki dan
wanita) yaitu:

1). Menutup aurat: aurat lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut. Aurat
wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak tangan dan tapak kakinya.
Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Paha itu adalah aurat." (Bukhari)
2). Tidak menampakkan tubuh: pakaian yang jarang sehingga menampakkan aurat tidak
memenuhi syarat menutup aurat. Pakaian jarang bukan saja menampak warna kulit, malah boleh
merangsang nafsu orang yang melihatnya.
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku
lihat ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan bagi memukul
manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang dan meliukliukkan badan juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk. Mereka tidak masuk syurga
dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau syurga itu dapat dicium daripada jarak yang
jauh." (Muslim).

3). Pakaian tidak ketat: tujuannya adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh badan.
4). Tidak menimbulkan riak: Rasulullah saw bersabda bermaksud: "Sesiapa yang melabuhkan
pakaiannya kerana perasaan sombong, Allah SWT tidak akan memandangnya pada hari
kiamat." Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Sesiapa yang memakai
pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan pada hari
akhirat nanti." (Ahmad, Abu Daud, an-Nasa'iy dan Ibnu Majah)
5). Lelaki, wanita berbeza: maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai
oleh wanita, begitu juga sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan hal ini dengan tegas
menerusi sabdanya yang bermaksud:
"Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian
dan sikap perempuan." (Bukhari dan Muslim)
Baginda juga bersabda bermaksud:
"Allah melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki." ?(Abu Daud dan AlHakim).

6) Larangan pakai sutera: Islam mengharamkan kaum lelaki memakai sutera. Rasulullah SAW
bersabda bermaksud: "Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang memakainya
di dunia tidak dapat memakainya di akhirat." (Muttafaq 'alaih)

7) Melabuhkan pakaian: contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak
syarak iaitu bagi menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah berfirman
bermaksud:
"Wahai Nabi, katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan anak-anak perempuanmu serta perempuanperempuan beriman, supaya mereka melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya
(semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai
perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah
adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang."
(al-Ahzab:59)

8). Memilih warna sesuai: contohnya warna-warna lembut termasuk putih kerana ia nampak
bersih dan warna ini sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah SAW. Baginda
bersabda bermaksud: "Pakailah pakaian putih kerana ia lebih baik, dan kafankan mayat kamu
dengannya (kain putih)." (an-Nasa'ie dan al-Hakim)

9) Larangan memakai emas: termasuk dalam etika berpakaian di dalam Islam ialah barangbarang perhiasan emas seperti rantai, cincin dan sebagainya. Bentuk perhiasan seperti ini
umumnya dikaitkan dengan wanita namun pada hari ini ramai antara para lelaki cenderung untuk
berhias seperti wanita sehingga ada yang sanggup bersubang dan berantai. Semua ini amat
bertentangan

dengan

hukum

Islam.

Rasulullah

s.a.w.

bersabda

bermaksud: "Haram

kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan (memakainya) kepada wanita.

10) Mulakan sebelah kanan: apabila memakai baju, seluar atau seumpamanya, mulakan sebelah
kanan. Imam Muslim meriwayatkan daripada Saidatina Aisyah bermaksud: "Rasulullah suka
sebelah kanan dalam segala keadaan, seperti memakai kasut, berjalan kaki dan bersuci."Apabila
memakai

kasut

menanggalkannya,

atau

seumpamanya,

mulakan

dengan

mulakan
sebelah

dengan

sebelah

kiri. Rasulullah

kanan

dan

SAW

apabila
bersabda

bermaksud: "Apabila seseorang memakai kasut, mulakan dengan sebelah kanan, dan apabila
menanggalkannya, mulakan dengan sebelah kiri supaya yang kanan menjadi yang pertama
memakai kasut dan yang terakhir menanggalkannya." (Riwayat Muslim).

11). Selepas beli pakaian: apabila memakai pakaian baru dibeli, ucapkanlah seperti yang
diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang bermaksud:

"Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon
kebaikannya dan kebaikan apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon perlindungan kepada-Mu
daripada kejahatannya dan kejahatan apa-apa yang diperbuat untuknya. Demikian itu telah
datang daripada Rasulullah".

12) Berdoa: ketika menanggalkan pakaian, lafaz- kanlah: "Pujian kepada Allah yang
mengurniakan pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri dalam
kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia.
Sebagai seorang Islam, sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai menurut tuntutan
agamanya kerana sesungguhnya pakaian yang sopan dan menutup aurat adalah cermin seorang
Muslim yang sebenar.
G. Hikmah berpakaian Islami :
1) Seseorang yang berpakaian islami akan terjaga kehormatannya. Akhwat2 yang memakai jilbab
insyaAllah tidak akan diganggu oleh para ikhwan usil (Al Ahzab:59).
2) Terjaga dari perilaku yang menyimpang. Kalau di sekeliling kita masih banyak yang membuka
aurat, maka kita harus pandai2 mengalihkan pandangan. '' Katakanlah kepada laki-laki yang
beriman,hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat.'' (Q.S. An Nur: 30).
" Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya." (Q.S. An
Nur: 31)
3) Terhindar dari penyakit tertentu. Pakaian takwa adalah pakaian yang menutupi tubuh. Artinya,
secara otomatis kulit kita akan terlindungi dari bahaya sinar ultraviolet yang bisa menyebabkan
kanker kulit.
4) Terhindar dari azab Allah. Pernah ada kejadian, seorang wanita yang sedang hamil muda pergi
ke suatu tempat untuk melaksanakan tugar dari perusahaan tempat ia bekerja. Jaraknya cukup
jauh dari tempat tinggalnya. Tiba-tiba dalam perjalanan mobilnya bertabrakan dengan mobil lain.
Setelah diselidiki, tidak ada satu korban pun yang selamat dari kecelakaan itu. Dan setelah
diselidiki lebih jauh, tidak ada satu pun identitas korban yang diketahui. Makanya mayat para
korban dimakamkan oleh penduduk setempat termasuk wanita yang hamil muda itu. Setelah
beberapa hari ternyata sang suami dan keluarga korban menerima berita tersebut dan langsung
menuju pemakaman sang istri. Kemudian mayatnya dipindahkan ke dekat tempat tinggalnya.

Tapi ketika makamnya digali,mereka melihat mayat wanita itu langsung pingsan karena tidak
kuat melihat mayat. Ketika dimakamkan, mayat tersebut diletakan dalam kondisi membujur
sementara setelah digali kembali posisi mayat sudah berubah menjadi jongkok dengan kedua
tangan diletakan diatas kepala seperti menahan siksaan sementara kepalanya ditumbuhi paku2
besi yang sangat banyak hampir memenuhi semua bagian kepalanya. Setelah diselidiki, ternyata
wanita tersebut belum berjilbab semasa hidupnya. Itu siksaan di alam kubur belum lagi siksaan
nanti di akhirat.

Anda mungkin juga menyukai