Anda di halaman 1dari 24

PORTFOLIO FAMILY HEALTH CARE PROJECT

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DOKTER KELUARGA FKUB

Judul

Vertigo pada Wanita Usia 55 Tahun dengan Hipertensi Stage II


dan Kominikasi Keluarga yang Kurang

Dokter Muda Pembina


I Made Indra Wijaya
115070107111009
Puskesmas Kendalsari
Periode 12 Desember 2016 - 8 Januari 2017

Pembimbing:
dr. Samsul Arifin
dr. Chusnul Chuluq, MPH
dr. Sri Purwani
dr. Febriani Lombogia
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
2016

Tanggal kunjungan pasien ke Puskesmas

: Sabtu, 24 Desember 2016

No. Rekam Medis

: 15xx

Identitas Pasien:
Nama
Umur / tanggal lahir
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Status perkawinan
Sistem pembayaran

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Ny. Paini
55 tahun
Perempuan
Jl. Bantaran V/ 19 Malang
Islam
Tidak tamat SD
Penjual kue
Menikah
BPJS

Anamnesis:
Auto-Anamnesis / Hetero-Anamnesis (coret salah satu yang sesuai)
Keluhan Utama / Alasan Kedatangan:
Pusing berputar

Riwayat Keluhan Saat Ini


Pasien datang ke Puskesmas Kendalsari dengan keluhan pusing berputar sejak
7 hari yang lalu. Pusing terasa hilang timbul tiga sampai empat kali sehari
dengan durasi sekitar satu menit. Pasien merasa badannya terasa seperti
berputar ketika memejamkan maupun membuka mata. Tidak ada keluhan telinga
berdenging, tidak ada telinga grebeg-grebeg, tidak ada penurunan kesadaran.
Pusing dirasa bertambah parah ketika perubahan posisi kepala dan membaik
ketika istirahat beberapa saat. Pusing berputar tidak disertai mual dan muntah.

Keluhan Lain yang dirasakan saat ini dan riwayat perjalanannya:


Pasien merasa tengkuk nya kadang terasa kaku dan pasien juga mengeluh
kadang linu-linu di kakinya sepulang berjualan kue.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat penyakit hipertensi terdiagnosis sekitar satu tahun lalu di puskesmas
Kendalsari dengan tekanan darah pada saat itu 170/100.
Tidak ada riwayat DM dan alergi.

Riwayat Keluarga (Family History)


Kakak kandung pasien pernah di diagnosis vetigo sekitar 5 tahun yang lalu dan
sekarang sudah sembuh.
Ayah pasien menderita hipertensi dan sudah meninggal 10 tahun yang lalu.

Riwayat Sosial (eksplorasi faktor risiko internal dan eksternal)


Pasien bekerja sebagai pembuat kue dan mengantarkan ke warung-warung di
sekitar rumah pasien. Pasien merupakan seorang ibu dengan empat orang anak
dan hanya tinggal serumah dengan anak terakhir. Suami pasien bekerja di Bali
sedangkan tiga anak lainnya sudah menikah dan tidak tinggal serumah dengan
pasien. Pasien lebih sering menghabiskan waktu sendiri dirumah atau bersama
tetangganya. Hubungan sosial masyarakat antar warga di sekitar rumah pasien
sangat baik dan suasana kekeluargaannya sangat kental. Pasien mengaku akhirakhir ini sering memikirkan tentang anak pertamanya yang sedang hamil 9 bulan
di Jember. Sebagai orangtua, pasien mengaku ingin menemani anaknya yang
sedang hamil tetapi karena terkandala jarak dan faktor keuangan sehingga
pasien belum sempat ke Jember.

Riwayat Pengobatan
Sebelumnya pasien berobat ke puskesmas Kendalsari dan diberi captopril 3 x
12,5 mg tetapi tidak kuat dengan efek sampingnya dan ketika meminta ganti obat
pasien mengatakan tidak ada obat lain di puskesmas selain captopril pada saat
itu. Kemudian pasien berobat ke bidan setempat untuk penyakit hipertensinya
dan diberi amlodipine 1 x 10 mg malam hari. Pasien tidak rutin minum obat dan
kembali ke bidan jika merasa pegal-pegal dan tengkuknya kaku.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum dan Tanda Vital dan Status Gizi
Keadaan Umum
Kesadaran
Status Gizi
Tekanan Darah
Frekuensi Nadi
Frekuensi Nafas
Suhu Aksila
Tinggi Badan
Berat Badan
IMT

: Tampak sakit ringan


: Compos Mentis
: Kesan gizi lebih
: 160/100 mmHg
: 86 kali per menit
: 18 kali per menit
: 36,6oC
: 150 cm
: 60 kg
: 26,6 kg/m2 (Overweight)

Status Generalis
Kepala
Leher
Thorax

Abdomen

Normosefal, konjungtiva anemis (-/ -)


Reflek Cahaya (+/ +), pupil bulat isokor (3 mm/ 3 mm),
Sklera ikterik (-/ -)
Pembesaran Kelenjar getah bening (-)
Edema (-) Massa (-)
Pulmo
Bentuk simetris, gerakan simetris
Stem fremitus normal di seluruh lapang paru
Perkusi
sonor
|
sonor
sonor
|
sonor
sonor
|
sonor
Suara Nafas

vesikuler |
vesikuler |
vesikuler |

Ronkhi - | -|-|-

Wheezing - | -|-|-

vesikuler
vesikuler
vesikuler

Jantung
Iktus tidak terlihat, teraba pada ICS V MCL sinistra
Batas Jantung Kanan pada SL dextra
Batas Jantung Kiri sesuai iktus
S1S2 single, murmur (-), gallop (-)
Flat, soefl, sikatrik (-)
Bising Usus (+) normal, metallic sound (-)
Perkusi : timpani pada seluruh lapangan abdomen
Liver span + 8 cm, Traube space timpani
Shifting dullness (-)

Ekstremitas

Hepar dan lien tidak teraba


Ruam kulit (-)
Akral hangat, CRT < 2 detik

Status Lokalis
-

Pemeriksaan Penunjang (jika ada):


-

Analisis yang mendasari penegakan diagnosis aksis 2


VERTIGO
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi
(memutar) tanpa sensasi peputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa
berputar atau badan yang berputar. Keluhan yang paling sering dijumpai dalam
praktek. Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yaitu memutar. Vertigo
termasuk ke dalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing,
pening, sempoyongan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik.
Vertigo paling sering ditemukan adalah Benign Paroxysmal Positional Vertigo
(BPPV). Menutur penelitian pasien yang datang dengan keluhan pusing
berputar/vertigo, sebanyak 20% memiliki BPPV, walaupun penyakit ini sering
disertai penyakit lainnya.
Dalam anamnesis ditanyakan keluhan pusingnya seperti apa, melayang, goyang,
berputar, tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga
keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo: Perubahan posisi kepala dan
tubuh, keletihan dan ketegangan. Profil waktu, apakah timbulnya akut atau
perlahan-lahan, hilang timbul, paroksismal, kronik progresif atau membaik.
Beberapa penyakit tertentu mempunyai profil waktu yang karakteristik. Apakah
juga ada gangguan pendengaran yang biasanya menyertai/ditemukan pada lesi
alat vestibuler atau n. vestibularis. Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin,
kanamisin, salisilat, antimalaria dan lain-lain yang diketahui ototoksik/
vestibulotoksik dan adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung,
hipertensi, hipotensi, penyakit paru dan kemungkinan trauma akustik.3
Pemeriksaan fisik ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan
sistemik, otologik atau neurologik-vestibuler, dapat berupa pemeriksaan fungsi
pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi
serebelum. Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk

menentukan penyebab, apakah akibat kelainan sentral yang berkaitan dengan


kelainan susunan saraf pusat (korteks serebrim serebelum, batang otak atau
berkaitan dengan sistim vestibuler/otologik, selain itu harus dipertimbangkan pula
faktor psiikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut. Faktor
sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi jantung, hipertensi,
hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi. Dalam menghadapi kasus
vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk vertigonya, lalu letak lesi dan
kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal yang tepat dan terapi
simtomatik yang sesuai.1,7
Beberapa penyebab vertigo yang sering ditemukan.5
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
Merupakan penyebab tersering vertigo, umumnya hilang sendiri (self limiting)
dalam 4 sampai 6 minggu. Saat ini dikaitkan dengan kondisi otoconia (butir
kalsium di dalam kanalis semisirkularis) yang tidak stabil. Terapi fisik dan
manuver Brandt-daroff dianggap lebih efektif daripada medikamentosa.
Penyakit Meniere
Disebabkan oleh pelebaran dan ruptur periodik kompartemen endolimfatik di
telinga dalam, selain vertigo biasanya disertai juga dengan tinnitus, dan
gangguan pendengaran. Belum ada pengobatan yang terbukti efektif, terapi
profilaktik juga belum memuaskan, tetapi 60-80% akan remisi spontan. Dapat
dicoba penggunaan vasodilator, diuretik ringan bersama diet rendah garam,
kadang-kadang dilakukan tindakan operatif berupa dekompresi ruangan
endolimfatik dan pemotongan n.vestibularis. Pada kasus berat atau jika sudah
tuli berat dapat dilakukan labirinektomi atau merusak saraf dengan instilasi
aminoglikosida ke telinga dalam (ototoksik lokal). Pencegahan antara lain dapat
dicoba dengan menghindari kafein, berhenti merokok, membatasi asupan garam.
Obat diuretik ringan atau antagonis kalsium dapat meringankan gejala.
Simtomatik dapat diberi obat supresan vestibuler.
Neuritis Vestibularis
Merupakan penyakit yang self limiting, diduga disebabkan oleh infeksi virus, jika
disertai gangguan pendengaran disebut labirinitis. Sekitar 50% pasien akan
sembuh dalam dua bulan. Di awal sakit, pasien dianjurkan istirahat di tempat
tidur, diberi obat supresan vestibuler dan anti emetik. Mobilisasi dini dianjurkan
untuk merangsang mekanisme kompensasi sentral.
Vertigo Akibat Obat
Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan
hilangnya pendengaran. Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop,
antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplastik yang mengandung
platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin,
sedangkan kanamisin, amikasin dan metilmisin lebih bersifat ototoksik.
Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid,
asam nalidiksat, metronidazol dan minosiklin. Terapi berupa penghentian obat

bersangkutan dan terapi fisik; penggunaan obat supresan vestibuler tidak


dianjurkan karena justru menghambat pemulihan fungsi vestibuler. Obat
penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan rasa
melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo.
Hipertensi
Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal,
antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien
hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi
tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan
komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Penyebab
hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial (primer)
merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan
karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu hipertensi
yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. 2,8
Joint National Committee telah mengeluarkan klasifikasi hipertensi ke 7 yang
dipakai pada tekanan darah orang dewasa. Klasifikasi sebagai berikut :
Kategori
Normal
Pre Hipertensi
Hipertensi Stage I
Hipertensi Stage II

Sistol
<120
120-139
140-159
>160

Diastol
<80
80-89
90-99
>100

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:


Target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi
(diabetes, gagal ginjal proteinuria) <130/90 mmHg
Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau kondisi
penyerta lainnya seperti diabetes melitus atau dislipidemia juga harus
dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi. Pengobatan
hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi
nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan
tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor risiko serta
penyakit penyerta lainnya.
Terapi nonfarmakologis terdiri dari :
Menghentikan rokok
Menurunkan berat badan berlebih
Menurunkan konsumsi alkohol berlebih

Latihan fisik
Menurunkan asupan garam
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang
dianjurkan oleh JNC 7 :
Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron Antagonist (Aldo Ant)
Beta Blocker (BB)
Calcium channel blocker atau calcium antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor Antagonist / Blocker (ARB)
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terpi dimulai secara progresif dalam
beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan
masa kerja panjang atau memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali
sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau
dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada atau tidaknya
komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah,
dan kemudian tekanan darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya
adalah meningkatkan dosis obat tersebut atau berpindah ke antihipertensi lain
dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari dengan
menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar
pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan
darah, tetapi terapi konbinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan
menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum
bertambah.4,7
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien yaitu :
Diuretika dan ACEI atau ARB
CCB dan BB
CCB dan ACEI atau ARB
CCB dan diuretika
AB dan BB
Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat
Pada pasien ini ditemukan keluhan pusing berputar sejak 7 hari yang lalu. Pusing
terasa hilang timbul tiga sampai empat kali sehari. Pasien merasa badannya
terasa seperti berputar ketika memejamkan maupun membuka mata. Tidak ada
keluhan telinga berdenging, tidak ada telinga grebeg-grebeg, tidak ada
penurunan kesadaran. Pusing dirasa bertambah parah ketika perubahan posisi
kepala dan membaik ketika istirahat beberapa saat. Pusing berputar tidak diikuti
8

riwayat mual dan muntah. Pasien mengku sedang ada pikiran tentag anaknya
yang sedang hamil 9 bulan di Jember. Pada pemeriksaan fisik Dix-Hallpike
maneuver didapatkan nystagmus horizontal pada pasien
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang dapat memicu timbulnya hipertensi.
Ayah pasien juga pernah didiagnosis hipertensi. Penyebab terjadinya hipertensi
pada pasien ini tidak diketahui secara jelas, sehingga dapat digolongkan sebagai
hipertensi Primer. Pasien merasa tengkuk nya kadang terasa sakit dan pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/100mmHg. Oleh karena itu
pasien didiagnosis dengan Hipertensi Stage II
Diagnosis Holistik
Aksis 1 - Aspek Personal

Alasan Kedatangan : Pusing berputar 7 hari sebelumnya

Persepsi
: Pasien menganggap
pusingnya akibat serangan stroke

Harapan
: Pasien ingin sembuh dan
beraktifitas dengan normal

Kekhawatiran
: Pasien khawatir jika
nantinya tidak bisa berjalan normal
Upaya
: Pasien berobat ke puskesmas
Aksis 2 - Aspek Biomedis

: Vertigo
Hipertensi Stage II

Aksis 3 - Aspek Risiko Internal

Usia lanjut
Obesitas
Sering memikirkan anaknya yang sedang hamil
Merasa kesepian saat dirumah

Aksis 4 - Aspek Risiko Eksternal

Kurangnya hubungan antar keluarga karena hampir semua keluarga


pasien tidak tinggal satu rumah
Tingkat pendidikan rendah
Aksis 5 - Derajat Fungsional : Derajat 1 (No difficulty at all)

Intervensi Komprehensif
Diagnosis
Holistik
Aksis 1

Intervensi Komprehensif
1. Masalah : Pusing berputar
Intervensinya : Menjelaskan kepada pasien bahwa pusing
yang terjadi dapat dikarenakan oleh kurang istirahat dan
beban pikiran. Serta menjelaskan faktor-faktor lain seperti
hipertensi yang dapat mempengaruhinya dan bagaimana
mencegah keluhan muncul lagi.
2. Masalah : Hipertensi dan tengkuk terasa kaku serta
linu-linu
Intervensinya : Menjelaskan kepada pasien bahwa
tengkuk yang kaku bisa disebabkan karena hipertensinya
dan linu-linu bisa diakibatkan karena aktifitasnya serta
proses penuaan. Menjelaskan penyebab dan faktor
resiko penyakit serta pencegahan perburukan kondisi.

Aksis 2

1. Masalah : Pusing berputar


Intervensinya : Terapi farmakologis pasien mendapatkan
obat dimenhidrinat 3 x 50mg tablet. KIE pasien untuk
mengurangi beban pikiran, dan aktivitas secukupnya.
Serta mengajarkan pasien melakukan brandt daroff
maneuver
2. Masalah : Hipertensi dan tengkuk terasa kaku serta
linu-linu
Intervensinya :
-Saya menjelaskan kepada pasien tentang gejala-gejala
yang dapat timbul dan dirasakan pasien pada penyakit
Hipertensi.
-Saya memberikan pengobatan untuk Hipertensi stage II
dengan Amlodipin dosis 1 x 10 mg malam hari.
-Saya menyarankan pasien untuk rutin berobat ke
Puskesmas agar Hipertensi dapat terkontrol
-Saya mengedukasi pasien tentang pola makan pasien
hipertensi yang dapat diterapkan di rumah yaitu diet
rendah Natrium. Saya juga menyarankan pasien untuk
mengikuti pola makan rendah lemak untuk mencegah
terjadinya dyslipidemia yang merupakan faktor resiko
terjadinya stroke.
-Saya mengedukasi pasien untuk tetap rutin berolahraga
seperti yang biasa pasien lakukan
-Saya memberikan pengobatan untuk linu-linu dengan
paracetamol 3 x 500 mg

Aksis 3

-Saya menyarankan pasien untuk dapat mengurangi berat

10

Aksis 4

Aksis 5

badan
dengan
pola
makan
seimbang
yaitu
memperbanyak sayur dan buah.
-Saya mengedukasi pasien untuk menerapkan pola diet
rendah Natrium dan mengukur porsi garam pada
masakan di rumah dengan mengganti garam dapur
menjadi garam meja
-Saya menyarankan pasien untuk menjaga komunikasi
dengan keluarga terutama dengan anak pasien yang
sedang hamil.
Melakukan pendekatan pada anak terkahir pasien untuk
sering berkomunikasi dapat mengetahui permasalahan
ibunya (pasien). Serta tetap menjaga hubungan dengan
keluarga, komuniasi yang optimal dengan tetangga sekitar.
Masalah : Derajat 1 (No difficulty at all)
Intervensi : KIE kepada pasien untuk menjaga pola hidup
sehat dalam beraktifitas sehari hari.

Alasan pembinaan keluarga pada kasus ini:

Pasien memiliki keluhan pusing berputar yang dirasa menganggu aktifitas


Pasien kadang-kadang terganggu dengan keluhan kaku di tengkuk
Pasien merasa terganggu dengan keluhan linu-linu setelah bekerja
Pasien menderita hipertensi stage II
Pasien termasuk low educated person.
Pasien banyak menghabiskan waktu sendiri di rumah
Kurangnya komunikasi dengan keluarga pasien

11

Kunjungan Rumah Pertama

Tanggal

: 27 Desember 2016

Tempat

: Rumah Pasien (Jalan Bantaran V/ 19 Malang)

Yang Hadir

: Pasien

Family Genogram

KELUARGA Tn. S

Tn. S 74th

Ny A 57th

Tn B 30th

Keterangan

Ny R 29th

Ny R 28th

Ny S 70th

Ny P 55th

Tn. T 26th

Tn K 50th

Tn. H 24th

Tn G 23th

Tn. H 20th

:
: Perempuan
: Laki-Laki
: Meninggal
: Tinggal satu rumah
: Pasien

: Vertigo
: Hipertensi

12

Family Apgar

No.

Pertanyaan

1.

Sering

Saya puas karena saya dapat


bercerita kepada keluarga saat
saya memiliki masalah

2.

Kadangkadang

Saya puas dengan cara keluarga


bermusyawarah untuk
memecahkan masalah

3.

Saya puas karena diberikan


kesempatan bertumbuh sesuai
arah kehidupan yang saya inginkan

4.

5.

Jarang

Saya puas dengan kasih sayang


yang terjalin di antara keluarga
saya

Saya puas dengan keluarga


membagi antara waktu pribadi dan
waktu bersama

Penilaian nilai total:


8-10 : Fungsi keluarga baik (Highly Functional Family)
4-7
: Fungsi keluarga kurang baik (Moderately Functional Family)
0-3
: Fungsi keluarga tidak fungsional (Severely Disfuctional Family)
Skor Family APGAR = 5 (Fungsi Keluarga Kurang Baik)

Family SCREEM

Social

Pasien sering berkunjung ke tetangga yang dekat dengan rumah


pasien. Pasien sering berinteraksi dengan tetangga sekitar.
Hubungan antar tetangga sangat baik

Cultural

Religion

Pasien Rajin sholat 5 waktu, dan sering mengikuti pengajian


setempat

Economic

Pasien bekerja sebagai pembuat kue dan mengantarkan ke warung


sekitar rumah pasien. Status ekonomi pasien menengah kebawah.

13

Education

Medical

Pasien menempuh pendidikan hanya sampai kelas 2 SD sehingga


tidak mudah memahami informasi yang disampaikan.
Pasien tidak ke Puskesmas untuk berobat hipertensinya tetapi pergi
ke bidan setempat.

Bentuk Keluarga : Keluarga Inti (Nuclear Family)


Tahapan Keluarga (sesuai
DUVAL) : Tahap VI (Family as
Launching Centre)

14

Mandala of Health

Culture

Community
Hubungan antar tetangga yang
sangat baik

Personal
Behaviour:
Sering ke
tetangga
sekitar karena
keadaan
rumah yang
sepi
Sick Care

System
Tidak
adanya
amlodipine
untuk
beberapa
waktu
membuat
pasien
malas ke
puskesmas

Lifestyle
Kurang terbuka pada keluarga
karena kurangnya komunikasi

Family
Pasien dan anak bungsu

Wanita
Usia lanjut
Vertigo
Hipertensi
Stage II
Komunikasi
keluarga yang
kurang

PsychoSocioEconomic
Environment
Beban pikiran
terhadap
anaknya
Work
Pasien
bekerja
sebagai
pembuat
kue dan
mengantar
kan ke
warungwarung
sekitar

Physical
Environment
Pasien tinggal
di
permukiman
yang banyak
terdapat
tetangga

Human
Biology
Wanita
Obesitas
Usia Lanjut

Human-Made Environment

15

Dx
Holistik
Aksis 1

Aksis 2

Subyektif
Pasien mengeluh
pusing
berputar
sejak 7 hari yang
lalu
Pasien
khawatir
jika terus menerus
jalan
sempoyongan dan
tidak bisa berjalan
normal
Pasien
merasa
kadang-kadang
tengkuknya terasa
kaku
Vertigo
Hipertensi stage II

Obyektif
TD : 160/100 mmHg
N : 86 x/mnt
RR : 18 x/mnt
Tax : 36,6oC

TD : 160/100 mmHg
N : 86 x/mnt
RR : 18 x/mnt
Tax : 36,6oC

Aksis 3

Pasien usia pra


Lansia
Pasien dengan
vertigo
Pasien dengan
HT st.II
Pasien tergolong
obesitas
Komunikasi antar
keluarga jarang

TB
: 150 cm
BB
: 60 kg
IMT
: 26,6 kg/m2
(Overweight)

Aksis 4

Pasien termasuk Anak


bungsu
sering mendapat
ekonomi
kelas
shift kerja malam,
menengah
sehingga jarang
kebawah
bertemu
ibunya
Komunikasi antar
(pasien)
keluarga
yang
Kurangnya
kurang terjaga
komunikasi pasien
Anak
sulung
dengan anggota
sedang
hami,
keluarga yang lain
pasien
sering

Planning /
Intervensi
Menjelaskan
faktor-faktor yang
dapat
mempengaruhi.
Memberikan obat
untuk
keluhan
pasien.

Brandt-daroff
maneufer
Dimenhidrinat 3
x 50 mg
Pola Diet rendah
garam, rendah
lemak
Amlodipin 1 x 10
mg
Motivasi kepada
pasien
untuk
tetap
rutin
berolahraga
Menjelaskan
pola diet rendah
garam
untuk
pasien Hipertensi
Penjelasan
keuntungan
minum
obat
Hipertensi
dengan teratur
KIE
kepada
pasien
bahwa
komunikasi antar
keluarga
itu
penting.

16

memikirkannya
Aksis 5

Derajat 1 (no
difficulty at all)

Mampu
melakukan
pekerjaan ringan
sehari-hari
di
dalam dan luar
rumah

KIE
kepada
pasien
untuk
menjaga
pola
hidup
sehat
dalam
beraktifitas
sehari hari

Family coping score : 5

17

Lampiran
Karakteristik Rumah dan Lingkungan
Luas rumah:5 x 10 m2
Jumlah orang dalam satu rumah: 2 orang
Luas halaman rumah: Tidak bertingkat
Lantai rumah dari: sebagian keramik, sebagian semen
Dinding rumah dari: tembok
Penerangan di dalam rumah
Jendela: ada; Jumlah: 2 buah di bagian ruang tamu depan
Listrik: ada
Ventilasi
Kelembapan rumah: lembap
Bantuan ventilasi di dalam rumah: ada
Kebersihan di dalam rumah:
Tampak bersih di ruang tamu, tetapi kesannya kurang bersih di bagian belakang
(dapur, tempat cuci )
Tata letak barang dalam rumah: Cukup tersusun rapi
Sumber air
air minum dari: Air sumur
air cuci dan masak dari: Air sumur
Jarak sumber air dari septic tank: < 5 meter

18

Kamar Mandi Keluarga: Ada


Dalam Rumah
Jumlah 1 buah, ukuran 1 x 1,5 m2
Jamban: Ada; dalam rumah
Tempat sampah: ada tempat sampah di dalam rumah ada juga yang di luar
rumah
Kendaraan: Mempunyai 1 sepeda motor

19

Denah Rumah Pasien

Keterngan :
1 : Ruang tamu + ruang keluarga
2 : Kamar 1
3 : Kamar 2
4 : Gudang + kasur
5 : Sumur
6 : Tempat cuci piring
7. Kamar mandi
8. Dapur

7
8

1
2

20

Foto Dokumentasi

Ruang Tamu yang juga Berfungsi Sebagai Ruang Keluarga

Dokter Muda Pembina bersama Pasien di Ruang Tamu Pasien

21

Kamar Mandi Pasien

Foto bersama Pasien

22

Resep Pasien

R/ Dimenhidrinat tab 50 mg

No XX

S 3 dd 1
___________________________

Innn

R/ Amlodipin tab 10 mg

No XX

S 1 dd 1
Innn
R/ Paracetamol tab 500 mg

No XV

S 3 dd 1
Innn

Pro

Ny Paini

Usia

55 th

Alamat

Jl. Bantaran V/19 Malang

DAFTAR PUSTAKA
23

1. Anderson JH dan Levine SC. Sistem Vestibularis. Dalam: Effendi H,


Santoso R, Editor: Buku Ajar Penyakit THT Boeis. Edisi Keenam.
Jakarta: EGC. 1997. H 39-45
2. Armilawati, dkk. Hipertensi dan Faktor Resikonya Dalam Kajian
Epidemiologi. 2015. Diakses tanggal 28 Desember 2016. 20:15.
3. Bashiruddin J. Vertigo Posisi Paroksismal Jinak. Dalam : Arsyad E,
Iskandar N, Editor. Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher.
Edisi Keenam. Jakarta :Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 104-9.
4. British Hypertension Society. Guidliness for management of
Hypertension: Report of the Fourth Working Party fot the British
Hypertension Spciety. J Hum Hypertension. 2012; 18; 139-85
5. Joesoef AA. Vertigo. In: Harsono, editor. Kapita Selekta Neurologi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2000. P.341-359
6. Kaplan NIM. Primary hypertension: Pathogenesis. Kaplans clinical
hypertension 8th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2010 p.56-135
7. Sherwood L. Telinga, Pendengaran, dan Keseimbangan. Dalam:
Fisiologi Manusia dan Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC. 1996.
p 176-189
8. Yogiantoro, M. Hipertensi Esensial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid 2. Edisi V.Iinterna Publishing. Jakarta, 2009: 1079-1085

24

Anda mungkin juga menyukai