Anda di halaman 1dari 15

WEALTH MANAGEMENT

A. Pendahuluan
Sejarah Wealth Management berawal di London sekitar pada abad 17 dan 18. Awal
perkembangan dipengaruhi oleh pusat keuangan internasional yang semakin berkembang.
Perkembangan ini terjadi tak lepas dari para private banker yang menjadi reprentasi keuangan
dalam bentuk paling awal. Lembaga keuangan memberikan berbagai pelayanan kepada para
anggota kerajaan yang melakukan perdangangan internasional. Ada beberapa fungsi dari
lembaga keuangan ini, yakni sebagai penyimpanan deposito, beri pinjaman dan menyediakan
mata uang asing untuk menjalankan pertukaran barang dengan negara lain (Nugraha, 2007).
Kegiatan para private banker menjadi awal evolusi perbankan yang ikut menciptakan
jenis-jenis bank lain seperti commersial bank, corporate bank, merchan banker, dan
sebagainya. Berkat revolusi industri, London dan Paris menjadi pusat perkembangan wealth
management. Secara institusional wealth management dimulai di London dan semakin
berkembang ke berbagai wilayah negara Eropa, benua Amerika, Asia dan benua lainnya
(Indrajit dan Djokopranoto, 2011).
Istilah wealth management (manajemen kekayaan) mulai dipakai tahun 1990 dikalangan
perusahaan pialang saham, bank dan asuransi. Wealth menagement merupakan bentuk evolusi
dari konsultasi keuangan untuk para klien dari perusahaan tersebut. Wealth management
sebagai tipe lebih maju untuk perencanaan keuangan yang memberikan masukan pada individu
dan keluarga terkait dengan kepemilikan tanah, perpajakan, manajemen aset dan manajemen
portofolio.
B. Definisi
Wealth management, is an advanced investment advisory discipline that incorporates
financial planning and specialist financial services.
Pada dasarnya Wealth Management adalah kepanjangan ilmu dari Personal Finance dan
manajemen keuangan keluarga. Metode wealth management, adalah metode pengelolaan
1

keuangan dan kekayaan di dalam melakukan investasi, namun secara fokus mengurus segala
hal yang berkaitan dengan kegiatan keuangan pribadi. Anda bisa mengelolanya sendiri atau
meminta bantuan perbankan atau brokerage (referensi brokerage (perbankan), penulis
lampirkan didalam sub terakahir Wealth Management).
Metode WM (wealth management) akan bertindak sebagai manager keuangan pribadi
Anda, sehingga membantu kita mencapai tujuan keuangan yang kita inginkan (yang berkaitan
dengan keuangan tersebut), apapun itu tujuannya. Pola kerjanya, mirip dengan manajemen
keuangan korporasi / perusahaan (corporate finance).
Bedanya, fokus polanya dirubah untuk kebutuhan seseorang. Skope-skope yang biasa
disinggung adalah, antara lain sebagai berikut:
Pertama, diidentifikasi secara komplit jumlah harta, utang, penghasilan, pengeluaran
dan profil resiko yang kita miliki. Lalu, keinginan anda secara keuangan.
Kedua, kebutuhan (perencanaan anda) dibuat dalam skala prioritas dan tujuan dalam
sebuah portfolio investasi.
Lalu Ketiga, membuat bagan pengelolaan dana yang tepat, menyinggung juga tentang
asuransi (bila dibutuhkan), dan hal-hal lain yang bersifat kompetibel dan tidak terlalu costly
(berbiaya mahal).
Menurut para ahli ada berbagai definisi tentang manajemen kekayaan (wealth
management). Yarman (2008) mendefinisikan manajemen kekayaan sebagai perencanaan
kegiatan investasi berdasarkan tujuan keuangan dan kriteria masing-masing individu.
Perencanaan investasi itu meliputi pengelolaan hutang, pengembangan aset secara efektif,
melindungi kekayaan melalui perencanaan pajak, trust, manajemen risiko, serta pengalokasian
kekayaan berdasarkan perencanaan pajak. Purwati (2009) mendefinisikan manajemen
kekayaan sebagai manajemen keuangan keluarga yang bisa dilakukan setiap orang dengan
mempertimbangkan semua peluang dan risiko yang mungkin dihadapi. Menurut Tandelilin
(2010), manajemen kekayaan memiliki lingkup layanan yang luas dan komprehensif. Hal ini
menunjukkan bahwa lingkup manajemen kekayaan terkait dengan penawaran produk dan jasa
2

keuangan yang menyeluruh. Ada beberapa jenis layanan yang ditawarkan meliputi
PortofolioManagement and Portofolio Rebalancing, Investment Management and Strategy,
trust and Estate Management, Tax Advice, Family Office Structure and Management,
Insurance (termasuk perencanaan yang meliputi: asuransi aset, asuransi jiwa, asuransi
pendidikan, dan asuransi pensiun).
C. Desain Keuangan Wealth Management
Di Indonesia, Istilah wealth management mulai populer pada 14 tahun yang lalu (tahun
2000), ketika bank asing yang beroperasi di Indonesia menawarkan jasa wealth management.
Sebenarnya wealth management adalah ilmu keuangan yang lebih tua dari manajemen
resiko (isu ini marak dibahas dan direspon oleh PTPN, sumber: Muchsin, Hilman 2011,
mengenal wealth management), bahkan umur wealth management lebih tua dibandingkan
penyakit jantung yang baru muncul di awal tahun 1900-an.
Cikal bakal wealth management dimulai pada awal berdirinya pusat keuangan
internasional di London, Amsterdam, dan Paris yang dirintis oleh para private banker pada
abad 17 dan 18. Meskipun wealth management dimulai di London dan bergeser ke Amerika
Serikat dengan landmark Wall Street-nya, yaitu pada abad 19 dan 20. Namun, tempat teraman
bagi kaum berduit untuk menyimpan kekayaan tetaplah di Swiss. UBS menjadi andalan Swiss
di dunia perbankan internasional.
Prof. Tendelilin (2012), di dalam sebuah kajian mengemukakan bahwa perkembangan
industri keuangan global sekarang ini mengarah kepada pelayanan konsultasi keuangan
terhadap individu dan institusi yang memiliki kekayaan yang tinggi (high net worth
individuals) yang memerlukan perhatian khusus dan penanganan yang spesifik terhadap
kekayaan mereka. Manajemen kekayaan merupakan tipe tingkat lanjut dari perencanaan
keuangan bagi individu/keluarga maupun institusi. Wealth Management mungkin merupakan
istilah yang masih jarang di kenal di masyarakat luas.
Wealth management ini merupakan pendekatan tata cara berinvestasi dengan
menggabungkan perencanaan keuangan melalui suatu portfolio investasi yang tujuannya
3

adalah memberdayakan kita untuk membiayai kehidupan sehingga kita bisa memiliki lebih
banyak waktu untuk menjalankan pekerjaan, berbisnis, memperhatikan keluarga dan usaha
pribadi lainnya untuk tujuan keuangan di masa yang akan datang yang semakin sejahtera.
Wealth management memungkinkan investor memiliki kesempatan untuk menyusun kembali
prioritas sebelum membuat keputusan serta mengambil tindakan untuk mencapai tujuan
investasi tersebut yaitu melindungi nilai portofolio investasi. Menyusun kembali portfolio
investasi inilah yang dimaksud dengan alokasi aset investasi.
Wealth management merupakan solusi untuk dapat mengatasi kemungkinan
berkurangnya nilai investasi selama periode investasi berlangsung melalui proses diversifikasi
dengan cara menyeimbangkan alokasi asset atas kemungkinan mendapatkan keuntungan yang
lebih tinggi dengan kemungkinan risiko yang bisa terjadi pada investasi tersebut. Diversifikasi
dapat dilakukan, salah satunya dengan jalan trade off atau menetapkan pilihan berdasarkan
skala prioritas.
D. Pilar Utama Wealth management
Wealth management mempunyai tiga pilar utama, yakni Wealth Protection and
Preservation, Wealth Accumulation and Growth dan Wealth Distibution and Transition. Ketiga
pilar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Diagram 2. 1 Pilar Wealth Management


Sumber : Modul WM 01 program sertifikasi CMMA
1. Proteksi dan Pemeliharaan Kekayaan (Wealth Protection and Preservation )
Sebuah kekayaan yang sudah berhasil diakumulasikan dan dikembangkan (akselerasi)
tersebut, tentu juga perlu dilindungi dari berbagai resiko yang mungkin terjadi.
Alasannya: jika resiko tersebut (seperti resiko sakit, meninggal, sakit kritis), maka
peran perlindungan atau proteksi kekayaan sangat berperan penting. Manfaatnya: apabila si
pencari nafkah memiliki potensi resiko, maka aset yang sudah dikumpulkan tidak akan
tergerus untuk biaya perawatan. Inilah yang disebut sebagai wealth growth & accumulation
atau proteksi dan pemeliharaan terhadap kekayaan. Artinya, kekayaan anda harus dilindungi
agar kekayaan itu tidak hilang atau mengurangi risiko kekurangan kekayaan.
Pilar pertama dari wealth management menekankan pada proteksi kekayaan klien yang
dikelola. Proteksi ini dilakukan pada semua risiko yang dapat terjadi dan memberikan dampak
merugikan bagi kekayaan klien. Pada umumya proteksi atau perlindungan terhadap risiko
dapat dilakukan melalui asuransi. Asuransi sebagai satu bentuk pengendalian risiko yang
dilakukan dengan cara mengalihkan risiko dari satu pihak ke pihak lain (perusahaan asuransi).
Asuransi mempunyai beberapa jenis yang dapat digunakan untuk mengelola kekayaan. Pada
umumnya produk asuransi dibedakan menjadi tiga bagian besar, yakni asuransi jiwa, asuransi
kesehatan dan asuransi umum.
Menurut UU No.2 tahun 1992 pasal 1, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih, pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi. Penggantian diberikan kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Rahayu (2010) menjelaskan bahwa asuransi dibutuhkan oleh seseorang untuk
melindungi atau memproteksi dirinya dan semua yang dimilikinya. Secara umum asuransi
mempunyai beberapa fungsi yakni:
5

a. Pemindahan Risiko
Fungsi utama asuransi adalah suatu mekanisme dalam pemindahan risiko.
b. Dana Bersama
Ada beberapa kontribusi berupa premi asuransi yang dikumpulkan dalam pool
sumbernya dari banyak orang untuk membayar kerugian-kerugian yang terjadi.
Pada umumnya asuransi bukanlah opsi satu-satunya untuk melindungi dan menghadapi
risiko yang timbul. Masih ada opsi lain yang dapat digunakan dalam proteksi kekayaan. Opsi
tersebut antara lain dengan melakukan lindung nilai, memanfaatkan produk-produk keuangan
lain, misalnya produk-produk derivatif futures (kontrak berjangka), forward, swap dan option
(kontrak opsi saham).
Selain itu masih ada opsi lain, yakni dengan melakukan diversifikasi. Dengan
diversifikasi yang sesuai, risiko yang dihadapi oleh keseluruhan kekayaan dapat diminimalkan.
Dengan memahami konsep diversifikasi yang berkaitan dengan risiko, keluarga yang
mengelola kekayaan ini dapat menentukan alokasi aset yang tepat dalam menjaga kekayaan
yang dikelolanya. Secara konsep, diversifikasi dapat dilakukan menurut kelas aset ataupun
menurut geografinya.
Mengembangkan dan melindungi (memproteksi) kekayaan dapat dilakukan dengan:
a. Melakukan penyesuaian jenis-jenis aset yang anda miliki, dengan model proteksi yang
ada;
b. Melakukan proteksi penghasilan anda dengan asuransi;
c. Melakukan proteksi sekaligus pengembangan penghasilan dengan strategi hedging
(lindung nilai) dengan benar, dan;
d. Melakukan proteksi sekaligus pengembangan dengan strategi portfolio aset (diversifikasi
aset) dengan benar.

Diagram 2. 2 Pilar I Wealth Management


Sumber: Modul WM 01 program sertifikasi CMMA

2. Pertumbuhan dan Akumulasi Kekayaan (Wealth Growth and Accumulation)


Pilar kedua dari wealth management, yaitu tekanan pada pertumbuhan kekayaan dan
akumulasi kekayaan. Pertumbuhan dan akumulasi kekayaan dikelola melalui beberapa
manajemen, yakni manajemen pajak (tax management), manajemen investasi (investment
management), business venture dan money management. Secara garis besar pertumbuhan dan
akumulasi bisa dikelola dari dua sisi sudut pandang, yakni manajemen pajak dan manajemen
investasi.
Manajemen pajak fokus untuk mendalami pajak yang terbebankan pada klien atas
penghasilan yang diperolehnya setiap waktunya. Pajak sebagai kewajiban yang mesti dibayar.
Namun masih ada peluang atau celah dari ketentuan perpajakan yang legal. Peluang ini bisa
dimanfaatkan demi efesiensi pembayaran.
Peluang dalam menggunakan manajemen investasi merupakan penentuan strategi
investasi yang pada akhirnya dapat memberikan keuntungan dengan risiko yang sesuai dengan
toleransi klien. Investasi sangat baik dilakukan pada aset riil, seperti pembentukan usaha,
koleksi benda berharga, penyimpanan emas, real estate; atau dapat juga dilakukan pada aset

finansial seperti reksadana, kepemilikan saham, kepemilikan obligasi, dan produk keuangan
yang lain.
Pada umumnya ada tiga faktor penting yang perlu diperhatikan investor dalam
melakukan investasinya, yaitu: return harapan (keuntungan yang diharapkan), horizon
investasi (jangka waktu investasi) dan risiko.
Manajemen uang merupakan bagian dari manajemen investasi. Cheng et al. (2009)
menyatakan bahwa tujuan dilakukannya manajemen arus uang adalah untuk memperoleh arus
uang yang berimbang atau bahkan lebih. Proporsi ketersediaan aset dalam bentuk cair terhadap
aset yang berbentuk kurang cair turut juga menentukan pemenuhan kebutuhan dari klien.
Namun kepemilikan uang dalam bentuk kas atau cair dalam proporsi yang terlalu besar
tidaklah begitu efisien karena terdapat pilihan investasi atas dana tersebut yang dapat
menawarkan pertumbuhan nilai atas dana tersebut.
Meningkatkan pertumbuhan dan akumulasi kekayaan dapat dilakukan dengan:
a. Melakukan pengelolaan investasi yang benar;
b. Melakukan strategi pajak yang benar;
c. Memilih instrument-instrumen investasi yang benar dan sesuai keadaan (terlebih pada
profil dan preferensi resiko anda);
d. Memilih dan memutuskan membuka usaha (wirausaha), entah dengan konsep business
venture atau mandiri, dan;
e. Yang terakhir, lakukan pengelolaan earning atau pendapatan yang benar.
Ada beberapa instrumen yang dapat digunakan dalam manajemen portofolio pada pilar
kedua ini yakni reksadana (pasar uang yang terdiri dari SBI, deposito, efek utang jangka
pendek), obligasi dan saham.

Diagram 2. 3 Pillar II Wealth Management


Sumber : Modul WM 01 program sertifikasi CMMA

3. Distribusi dan Transisi Kekayaan (Wealth Distribution and Transition)


Distribusi kekayaan, adalah suatu proses penyampaian kekayaan dari pembangun kekayaan
kepada pewaris dan para pemakai, sewaktu dan dimana kekayaan tersebut diperlukan. Proses
distribusi tersebut pada dasarnya menciptakan faedah (utility) waktu, tempat, dan pengalihan hak
milik.
Dalam menciptakan ketiga faedah (waktu, tempat, dan pengalihan hak milik) tersebut,
terdapat dua aspek penting yang terlibat di dalamnya, yaitu: Channel of distribution, yaitu lembaga
yang berfungsi sebagai saluran distribusi; kedua, physical distribution, yaitu aktivitas yang
menyalurkan arus fisik kekayaan.
Dalam kebiasaan masyarakat kita (Budaya Timur), membicarakan harta peninggalan (estate)
di kala si pemilik harta masih hidup adalah sesuatu yang tidak etis. Ada pula yang berpikiran
warisan identik dengan kematian. Memang benar warisan itu muncul karena adanya kematian si
pewaris. Namun, bukan berarti hal itu tabu atau tidak etis untuk dibicarakan di kala si pewaris
masih hidup.
Dahulu, jarang sekali seorang kepala keluarga membuat suatu perencanaan keuangan. Hal
ini dikarenakan tingkat kompleksitas kehidupan sangat berbeda dengan saat ini. Permasalahan yang
dihadapi di daerah pedesaan tidaklah sekompleks di daerah perkotaan. Banyak kasus permasalahan
hidup berkeluarga yang mulai bermunculan, baik itu kasus perceraian, warisan, perjanjian kawin,
pengelolaan harta peninggalan yang jumlahnya terus meningkat tiap tahunnya. Ini menunjukkan
bahwa terdapat suatu transformasi perilaku dari masyarakat kita, yang mulai berani membuka
masalah dalam keluarganya ke publik.
Penting tidaknya suatu perencanaan warisan (estate planning) tentunya kembali lagi kepada
si pewaris kekayaan itu sendiri. Si pewaris lah yang mengetahui kondisi keluarganya. Apakah ahli
warisnya cukup cakap menerima dan mengelola harta peninggalannya? Ataukah si pewaris merasa
para ahli warisnya tidak akan bisa mengelola harta peninggalan dan dikhawatirkan akan habis
dalam waktu singkat. Namun, hendaknya perencanaan warisan mulai dipikirkan dan direncanakan
10

bagi setiap keluarga (khususnya calon pewaris yang jumlah asetnya besar dan berpotensi
menimbulkan masalah bagi ahli warisnya).
Sebagai langkah antisipatif terhadap kejadian-kejadian yang serba tidak pasti, hal-hal yang
mungkin dapat dijadikan pertimbangan dalam perencanaan warisan adalah estate planning.
adalah warisan. Dengan demikian sudah saatnya bagi kita, masyarakat timur, untuk tidak
terbelenggu oleh pemikiran-pemikiran timur yang kadangkala membatasi ruang gerak kita.
Membicarakan dan merencanakan warisan bukanlah suatu pelanggaran dan tidak melanggar
etika. Sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan tidak melanggar
kesusilaan, sah-sah saja seseorang membicarakan dan merencanakan sebuah warisan.
Lalu, bagaimana sebuah warisan dapat direncanakan? Dalam hal ini, tentunya dalam
konteks perencanaan keuangan, sebaiknya mengetahi dan memahami aturan-aturan dan prosedur
yang berkaitan dengan masalah warisan sebelum anda membuat suatu perencanaan warisan (estate
planning). Untuk itu, pada bagian estate planning ini akan dijelaskan segala sesuatu yang berkaitan
dengan perencanaan warisan.
Warisan atau estate didefinisikan sebagai perpindahan kekayaan seseorang yang meninggal
dunia kepada satu atau beberapa orang beserta akibat-akibat hokum dari kematian seseorang
terhadap harta kekayaan (vermogen). Dari definisi tersebut memunculkan suatu pandangan bahwa
warisan adalah perolehan hak milik atas suatu kekayaan.
Pandangan yang demikian sebenarnya terlalu sempit dan menimbulkan salah pengertian
karena perpindahan berdasarkan pewarisan tidak hanya hak milik atas kekayaan, tetapi hak-hak
erfpacht, dan tagihan. Disamping itu, tidak hanya hak-hak dalam lapangan hukum kekayaan saja,
tetapi juga hak-hak tertentu yang berasal dari hubungan hokum kekeluargaan, dan juga turut beralih
semua kewajiban-kewajiban dalam lapangan hukum kekayaan.
Dalam hukum warisan, hukum adat dan hukum islam mempunyai pandangan yang berbeda
dengan hukum perdata, yakni mengenai utang-utang dari orang yang meninggalkan warisan. Dalam
hukum adat dan hukum islam, harta peninggalan beralih dari pewaris kepada ahli warisnya dalam
11

keadaan bersih, setelah dikurangi utang-utang dari pewaris dan pembayaran-pembayaran lain yang
disebabkan oleh meninggalnya pewaris.
Dengan demikian, akan lebih tepat apabila definisi warisan adalah kekayaan yang berupa
kompleks aktiva dan pasiva pewaris yang berpindah kepada ahli waris. Kompleks aktiva dan
pasiva yang menjadi milik bersama beberapa orang ahli waris disebut boedel.
Suatu perpindahan aktiva dan pasiva tersebut dapat dikatakan sebagai warisan apabila
memenuhi 3 (tiga) syarat utama, yaitu: Pertama, harus ada orang yang meninggal dunia. Kedua,
harus ada harta yang ditinggalkan, dan. Ketiga, harus ada ahli waris.

Diagram 2. 4 Pillar III Wealth Management


Sumber : Modul WM 01 program sertifikasi CMMA
E. Menerapkan Manajemen Resiko
Untuk dapat meningkatkan rangkaian pertumbuhan kekayaan (mendukung ketiga pilar),
maka diperlukan sumberdaya manusia yang kompeten, dan sumber informasi yang reliable agar
pertumbuhan dapat berkelanjutan dan dapat meningkatan.
Menerapkan manajemen resiko pada konsep WM, adalah gagasan praktis, didasarkan sesuai
risk appetite-nya.
12

Secara umum kita (pemodal) memiliki reaksi yang berbeda terhadap resiko, beberapa mau
menerima resiko dan yang lain takut dengan resiko. Apabila dikaitkan dengan preferensi terhadap
resiko, maka resiko dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu: risk seeker (pemodal yang menyukai resiko),
risk neutral (pemodal yang netral terhadap resiko), dan risk averter (pemodal yang menghindari
resiko / tidak suka dengan resiko).
Risk seeker (pemodal yang menyukai resiko), pemodal ini jika dihadapkan dengan dua
pilihan investasi: Bisnis Besar, Resiko Besar, dan Bisnis Kecil Resiko Kecil. Maka pemodal
tersebut lebih berminat mengambil pilihan bisnis besar, resiko besar. Pemodal seperti ini cenderung
agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan bisnis (investasi) karena mengetahui bahwa
terdapat hubungan linier antara tingkat return (pengembalian) dan tingkat resiko.
Risk neutral (pemodal yang netral terhadap resiko), pemodal ini biasanya akan bersikap
meminta kenaikkan tingkat return (pengembalian) yang sama untuk setiap kenaikan resiko.
Pemodal ini cukup fleksibel dan bersikap hati-hati (prudent) dalam mengambil setiap keputusan
investasi.
Risk averter (pemodal yang menghindari resiko / tidak suka dengan resiko), pemodal ini jika
dihadapkan dengan dua pilihan investasi: Bisnis Besar, Resiko Besar, dan Bisnis Kecil Resiko
Kecil. Maka pemodal tersebut lebih berminat mengambil pilihan resiko kecil, walaupun tahu
bahwa bisnis tersebut juga kecil. Pemodal seperti ini cenderung cenderung tidak suka agresif dan
keputusan bisnis yang bersifat spekulatif, sehingga sangat mempertimbangkan keputusan bisnisnya
(investasinya) dengan matang dan terencana.
Fakta lapangan, menyebutkan bahwa banyaknya kasus salah paham antara karakter low risk
low return atau high risk high return dengan keputusan investasi setiap orang-orang tersebut.
Maksudnya, orang yang nyatanya pebisnis (investor) penakut dipaksa masuk ke level bsinis high
risk. Sehingga membuat pemecahan karakter pemodal (3 hal diatas) tidaklah berfungsi, bahkan
hanya sebatas penjelasan sampah semata.
Manajemen resiko pertama, adalah:
13

Harus anda identifikasi kembali pada hasil saat ini dengan tujuan awal investasi, berikut dengan
profil resikonya;

Harus anda identifikasi kembali tentang kepatutan pola investasi anda, apakah pola
diversifikasi (dont put your egg in one basket jangan meletakkan telur-telur investasi anda di
dalam 1 (satu) keranjang) agar tidak rusak (bangkrut) saat keranjang (bisnis tsb) jatuh. Atau,
anda memang memilih pola investasi terfokus (spesialisasi) agar bisnis anda berkembang
secara fokus. *investasi terfokus, juga harus mempertimbangkan tata kelola asset dan
keuangan, agar tidak terjadi bencana keuangan saat investasi (bisnis) tersebut koleps secara
tiba-tiba;

Bila 2 (dua) langkah diatas telah anda lakukan, dan nyatanya tetap negative (nihil). Anda patut
melakukan rebalancing (penyesuaian) pada instrument-instrumen investasi anda. Maksudnya,
selama ini apakah benar anda memilih investasi (bisnis) yang benar atau memilih investasi
yang salah.
Manajemen resiko kedua, hanyalah secara jujur sejujur jujurnya seseorang dengan kategori

takut resiko (risk averter) untuk memilih investasi (bisnis) yang beresiko rendah (low risk).
Lalu, seseorang dengan kategori netral resiko (bersikap meminta kenaikkan tingkat return
(pengembalian) yang sama untuk setiap kenaikan resiko), hendaknya untuk memilih investasi
(bisnis) yang beresiko seimbang.
Fakta lapangan, menyebutkan bahwa banyaknya kasus salah paham antara karakter low risk
low return atau high risk high return dengan keputusan investasi setiap orang-orang tersebut.
Maksudnya, orang yang nyatanya pebisnis (investor) penakut dipaksa masuk ke level bsinis high
risk. Sehingga membuat pemecahan karakter pemodal (3 hal diatas) tidaklah berfungsi, bahkan
hanya sebatas penjelasan sampah semata.

14

DAFTAR PUSTAKA

e-journal.uajy.ac.id/8570/3/MM201938, diakses pada tanggal 02 Desember 2016 pukul 15.21.


Pencarian dengan google.
https://manajemenkekayaan.wordpress.com/2008/11/06/wealth-management, diakses pada tanggal
02 Desember 2016 pukul 15.30. Pencarian dengan google.
https://www.academia.edu/30106656/Pengertian_Wealth_Management, diakses pada tanggal 03
Desember 2016 pukul 14.10. Pencarian dengan google.

15

Anda mungkin juga menyukai