Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

Oleh:
Ni Putu Sriasih
14.321.2046
A8-B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA PPNI BALI
2015/2016
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL: MENARIK DIRI
I.

Konsep dasar isolasi social


A. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
di sekitarnya (Damaiyanti, 2012).

Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan
dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan
negative atau mengancam (Nanda-I, 2012).

B. Rentangan Responden Sosial


R. Adaptif

R. Maladaptif

a. Menyendiri
b. Otonomi
c. Bekerjasama
(mutualisme)
d. Saling tergantung
(interdependent)

a. Manipulasi
b. Curiga
c. Ketergantungan
(dependent)
d. Menarik diri
e. Narcissisme

Keterangan :
1.

Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih bisa diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat dimana
individu dalam menjelaskan masalahnya dalam batas normal.
a.

Solitude

(menyendiri)

adalah

respon

yang

dibutuhkan

seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan


sosialnya dan suatu cara untuk mengevaluasi diri untuk menentukan
masalah selanjutnya.
b.

Otonomi adalah kemampuan individu untuk menentukan dan


menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.

c.

Kebersamaan (mutuality) adalah suatu kondisi dimana individu


mampu saling memberi dan menerima.

d.

Saling

ketergantungan

(interdependency)

adalah

saling

ketergantungan antara individu dengan orang lain.


2.

Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu dalam
menyelesaikan masalahnya menyimpang dari norma-norma social dan
kebudayaan suatu tempat.
a. Manipulasi adalah individu menganggap orang lain sebagai objek untuk
mencapai kebutuhannya, tidak dapat membina hubungan social secara
mendalam.
b. Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa saling percaya
dengan orang lain. kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan
tanda-tanda cemburu, iri hati dan berhati-hati. Perasaan individu ditandai
dengan humor yang kurang dan inndividu merasa bangga dengan sikapnya
yang dingin dan tanpa emosi.

c. Ketergantungan (dependence) adalah individu mengalami kegagalan


dalam mengembangkan diri dan kemampuan untuk berfungsi secara
sukses.
d. Menarik diri (withdrawal) adalah individu menemukan kesulitan dalam
membina hubungan yang intim dan terbuka dengan orang lain.
e. Narsisisme adalah individu yang memiliki harga diri yang rapuh. Secara
terus menerus harus mendapatkan pujian, sikap yang egosentris dan marah
jika orang lain tidak mendukung.
C. Karakteristik Perilaku Menarik Diri
Karakteristik perilaku menarik adalah gangguan pola makan. Individu akan
mengalami penurunan nafsu makan dan minum secara berlebihan. Individu akan
mengalami penurunan atau peningkatan berat badan secara drastis, yang diikuti
dengan kemunduran kesehatan fisik. Individu cenderung tidur berlebihan, baik siang
maupun malam hari, dan tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama. Individu
menjadi kurang bergairah dan tidak mempedulikan lingkungan. Aktivitas individu
menjadi menurun. Tingkah laku klien menarik diri:
1.

Kurang spontan.

2.

Apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan).

3.

Ekspresi wajah kurang berseri.

4.

Afek tumpul.

5.

Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.

6.

Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap


dengan klien atau perawat.

7.

Mengisolasi diri (menyendiri). Klien terlihat memisahkan diri dari orang


lain, misalnya pada saat makan.

8.

Tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya.

9.

Pemasukan makanan dan minuman terganggu.

10. Retensi urin dan feses.


11. Aktivitas menurun
12. Kurag energi
13. Harga diri rendah
14. Menolak berhubungan dengan orang lain. klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
D. Etiologi
Menurut Townsend (1998) penyebab penarikan diri dari masa bayi sampai
tahap akhir perkembangan adalah :
a. Kelainan pada konsep diri
b. Perkembangan ego yang terlambat
c. Perlambatan mental yang ringan sampai sedang

d. Abnormalitas SSP tertentu, seperti adanya neurotoksin, epilepsi, serebral


palsi, atau kelainan neurologist lainnya
e. Kelainan fungsi dari sistem keluarga
f. Lingkungan yang tidak terorganisir dan semrawut
g. Penganiayaan dan pengabaian anak
h. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
i. Model-model peran yang negatif
j. Fiksasi dalam fase perkembangan penyesuaian
k. Ketakutan yang sangat terhadap penolakan dan terlalu terjerumus
l. Kurang identitas pribadi
E. Faktor Faktor Predisposisi Dan Presipitasi Gangguan Hubungan Sosial
1. Fraktor predisposisi
a. Faktor tumbuh kembang
Pada

masa

tumbuh

kembang

individu

mempunyai

tugas

perkembangan yang harus dipenuhi, setiap tahap perkembangan mempunyai


spesifikasi tersendiri. Bila tugas dalam perkembangan tidak terpenuhi akan
menghambat tahap perkembangan selanjutnya. Kurang stimulasi kasih
sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu pengasuh pada bayi akan
memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa
percaya.
b. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
c. Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya menjadi faktor pendukung terjadinya gangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang
tidak produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosial).
d. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan hubungan sosial, termasuk komunikasi yang tidak jelas
(double blind komunikation), ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga dan
pola asuh keluarga yang tidak menganjurkan anggota keluarga untuk
berhubungan di luar lingkungan keluarga.
2. Faktor presipitasi
a. Struktur sosial budaya
Stres yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya antara lain keluarga yang

labil, berpisah dengan orang yang terdekat/berarti, perceraian dan lain-lain.


b. Faktor hormonal
Gangguan dari fungsi kelenjar bawah otak (gland pituitary ) menyebabkan
turunya hormon FSH dan LH. Kondisi ini terdapat pada pasien skizofrenia.
c. Hipotesa virus
Virus HIV dapat menyebabkan prilaku spikotik.
d.

Model biological lingkungan sosisal


Tubuh akan menggambarkan ambang toleransi seseorang terhadap stress
pada saat terjadinya interaksi dengan interaksi sosial.

e. Stressor psikologik
Adanya kecemasan berat dengan terbatasnya kemampuan menyelasaikan
kecemasan tersebut.
3. Tanda dan gejala
Gejala subjektif:
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau di tolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Respons verbal kurang dan sangat singkat
d. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
g. Klien merasa tidak berguna
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
i. Klien merasa ditolak
Gejala objektif:
a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
b. Tidak mengikuti kegiatan
c. Banyak berdiam diri dikamar
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
e. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
f. Kontak mata kurang
g. Kurang spontan
h. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
i. Ekspresi wajah kurang berseri
j. Tidak merawat diri dari dan tidak memperhatikan kebersihan diri
k. Mengisolasi diri
l. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
m. Masukan makanan dan minuman terganggu
n. Retensi urin dan fases
o. Aktivitas menurun
p. Kurang energy (tenaga)
q. Rendah diri

r. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur)
F. Mekanisme koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan
koping yang sering digunakan adalah regrasi, represi dan isolasi. Sedangkan
contoh sumber koping yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam
hubungan yang luas dalam keluarga dan teman, hubungan dengan hewan
peliharaan, menggunakan keriatifitas untuk mengekspresikan stress interpersonal
seperti keseniaan music atau tulisan. (stuart and sundeen,199)
G. Penatalaksanaan
a. Therapy farmakologi
b. Electrinconvulsive therapy
Electro

convulsive therapy (ECT) atau yang lebih dikenal dengan

electroshock adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energy shock


listrik dalam usaha pengobatannya. Biasannya ECT ditunjukan untuk terapi
pasien gangguan jiwa yang tidak berespon kepada obat psikiatri pada dosis
terapinya. ECT pertama kali diperkenalkan oleh 2 orang neurologist italia ugo
cerletti dan lucio bini pada tahun 1930. Diperkirakan hamper 1 juta orang
didunia mendapat terapi ECT setiap tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali
seminggu.
ECT bertujuan untuk menginduksi suatu kejang klonik yang dapat
memberi efek terapi (therapeutic clonic seizure) setidaknya selama 15 detik.
Kejang yang dimaksud adalah suatu kejang dimana seseorang kehilangan
kesadarannya dan mengalami rejatan. Tentang mekanisme pasti dari kerja
ECT sampai saat ini masih belum dapat dijelaskan dengan memuaskan.
Namun beberapa penelitian menunjukkan kalau ECT dapat meningkatkan
kadar serum brain-derived neurotrophic factor (BDNF) pada pasien depresi
yang tidak responsive terhadap terapi farmakologis.
c. Therapy kelompok
Therapy

kelompok

merupakan

suatu

psikotherapy

yang

dilakukan

sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdikusi satu sama lain yang
dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa.
Therapy ini bertujuan memberi stimulasi bagi klien dengan gangguan
interpersonal.
d. Therapy lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan
harus mendapatkan perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan
memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus
psikologi seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan, karena

lingkungan tersebut akan memberikan dampak baik pada kondisi fisik


maupun kondisi psikologis seseorang.
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,
tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat
klien.Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa
pubertas.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya
akibat adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi. Keluhan
biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang
atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain
,tidak melakukan kegiatan sehari hari, tergantung pada orang lain.
c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi yakni
keturunan, endokrin, metabolisme ,ssp ,dan kelemahan ego. Kehilangan,
perpisahan, penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis
,kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi,
kecelakaan dicerai suami, putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu
yang terjadi ( korban perkosaan, tituduh kkn, dipenjara tiba tiba) perlakuan
orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri
yang berlangsung lama.
d. Aspek Fisik/ biologi
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek Psikososial
1) Genogram
Orang tua menderita skizofrenia,salah satu kemungkinan anaknya 7-16 %
skizofrenia,bila keduanya menderita 40-68%,saudara tiri kemungkinan
0,9-1,8 %,saudara kembar 2-15 %,dan saudara kandung 7-15 %.
2) Konsep diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien
akan mempengaruhi konsep diri pasien.
a) Citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan
terjadi.Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatif tentang
tubuh

Preokupasi

dengan

bagian

tubuh

yang

hilang

mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.


b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan
tidak mampu mengambil keputusan.

c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri
sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat ,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
3) Hubungan sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka
melamun,dan berdiam diri.
4) Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran keinginan
beraktivitas.
5) Status mental

a) Penampilan diri
Pasien terlihat lesu, tidak bergairah, rambut acak-acakan, kancing baju
tidak tepat, resleting tak terkunci,baju tak dikancing,baju terbalik
sebagai manifestasi kemunduran kemauan pasien .
b) Pembicaraan
Nada suara rendah,lambat,kurang bicara,apatis.
c) Aktivitas motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif,

kecenderungan

mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia).


d) Emosi
Emosi dangkal
e) Afek
Tumpul, tak ada ekspresi muka
f) Interaksi selama wawancara
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap
lawan bicara, diam.
g) Persepsi
Tidak terdapat halusinasi atau waham
h) Proses berpikir
Gangguan proses berpikir jarang ditemukan
i) Kesadaran
Kesadaran berubah,kemauan mengadakan hubungan serta pembatasan
dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak
sesuai dengan kenyataan (secara kualitatif)
j) Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu dan
orang.
k) Kemampuan penilaian
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu
keadaan, selalu memberikan alasan meskipun tidak jelas dan tidak
tepat.
l) Tilik diri
Tidak ada yang khas.
6) Kebutuhan sehari-hari
Pada permulaaan, penderita kurang memperhatikan diri dan
keluarganya,makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan.

Minat untuk memenuhi kebutuhan sendiri sangat menurun dalam hal


makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian, dan istirahat tidur.

I. Pohon Masalah

Resiko

Akibat

Perubahan

sensori

persepsi

Halusinasi

Kerusakan

Core Problem

interaksi

sosial ; menarik Diri

Deficit perawatan
diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Etiologi

( Budi Anna Keliat, 1999)


J.

Masalah keperawatan
a) Kerusakan interaksi sosial: menarik diri.
b) Harga diri rendah
c) Perubahan persepsi sensori: halusinasi
d) Resiko perilaku kekerasan
e) Defisit perawatan diri
Data yang perlu dikaji:
Data objektif: klien hanya mengatakan ya dan tidak
Data objektif:
- Gangguan pola makan: tidak ada nafsu makan/minum berlebihan.
- Berat badan menurun/meningkat drastis
- Kemunduran kesehatan fisik
- Tidur berlebihan
- Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
- Banyak tidur siang, kurang bergairah, tidak memperdulikan lingkungan.
- Aktivitas menurun, mondar-mandir/ sikap mematung, mekakukan gerakan
-

secara berulang (jalan mondar-mandir).


Menurunnya kegiatan seksual.
Kurang responsif dan minat terhadap orang lain.
Kegagalan untuk membina suatu hubungan.
Kurangnya kontak mata.

K. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan interaksi social
b. Gangguan konsep diri
c. Perubahan sensori persepsi

: menarik diri ( core problem )


: harga diri rendah ( etiologi )
: halusinasi ( akibat )

d. Deficit perawatan diri

L. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

Hari/Tgl

Diagnosa

Perencanaan

keperawatan

Isolasi sosial

Tujuan

Kriteria evaluasi

TUM: Setelah 4 x Setelah 2 x 1 menit pertemuan


15

menit

klien klien

mampu

dapat berinteraksi hubungan

saling

dengan orang lain dengan perawat


TUK 1: klien 1. Klien
dapat
hubungan

membina
saling

percaya (BHSP)

Rasional

membina
percaya
dapat

mengungkapkan

Intervensi

perasaan

1. Bina hubungan saling Hubungan


percaya

dengan percaya

dan keberadaannya secara

menggunakan prinsip langkah

verbal

komunikasi terapeutik

a. Klien mau menjawab


salam
b. Klien

a. Sapa

klien

ramah,
mau

berjabat

tangan
c. Mau
pertanyaan

baik

awal

diri
nama

untuk

menentukan

verbal selanjutnya

dengan sopan
c. Tanyakan

merupakan

dengan keberhasilan

maupun norverbal
b. Perkenalkan

menjawab

saling

rencana

d. Ada kontak mata


e. Klien

lengkap

mau

duduk

berdampingan

dengan

perawat

dan

nama

panggilan yang disukai


pasien
d. Jelaskan

tujuan

pertemuan
e. Jujur dan tepati janji
f. Tunjukan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya
g. Beri

perhatian

pada

klien dan perhatikan


TUK 2

Klien

Klien

sosial

kebutuhan klien
menyebutkan 1. Berikan
kesempatan Dengan mengungkapkan

dapat penyebab isolasi sosial yang

menyebutkan
penyebab

dapat

isolasi

berasal dari:

kepada

klien

untuk perasaan,

mengungkapkan perasaan mengetahui

a. Diri sendiri

penyebab isolasi sosial isolasi sosial

b. Orang lain

atahu tidak mau bergaul.

c. Lingkungan

2. Diskusikan bersama klien


tentang perilaku menarik
diri, tanda dan gejala.

bisa
penyebab

3. Berikan pujian terhadap


kemampuan

klien

mengungkapkan
TUK 3 klien dapat Klien

dapat

menyebutkan

menyebutkan

keuntungan

keuntungan

dengan orang lain, misalnya

keuntungan

berhubungan

banyak teman, tidak sendiri

manfaat

dengan orang lain dan bisa diskusi


dan kerugian tidak

berhubungan

perasaannya
1. Kaji
pengetahuan Reinforment
klien

tentang meningkatkan harga diri


dan
bergaul

dengan orang lain


2. Beri

kesempatan

berhubungan

kepada klien untuk

dengan orang lain

mengungkapkan
perasaannya

tentang

keuntungan
berhubungan dengan
orang lain
3. Diskusikan

bersama

klien tentang manfaat


berhubungan dengan
orang lain

dapat

4. Kaji

pengetahuan

klien tentang kerugian


bila

tidak

berhubungan dengan
orang lain
a. Beri

kesempatan
klien

untuk

mengungkapk
an

perasaan

tentang
kerugian

bila

tidak
berhubungan
dengan orang
lain
b. Diskusikan

bersama klien
tentang
kerugian tidak

berhubungan
dengan orang
lain
c. Beri

reinforCment
positif
terhadap
kemampuan
mengungkapk
an

perasaan

tentang
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang
TUK 4 klien dapat Klien
melaksanakan
hubungan

dapat

menyebutkan

kerugian tidak berhubungan

sosial dengan orang lain misalnya

secara bertahap

sendiri, tidak punya teman dan


sepi

1. Kaji

lain
kemampuan Mengetahui sejauh mana

klien
hubungan

membina pengetahuan
denga tentang

orang lain
Dorong dan bantu klien

klien

berhubungan

dengan orang lain.

untuk

berhubungan

dengan

orang

lain

melalui:
a). Klien-perawat
b).Klien-perawatperawat lain
c).Klien-perawat-perawat
lain-

klien lain

d).Klien-kelompok kecil
2. Bantu

klien

mengevaluasi manfaat
berhubungan dengan
orang lain
3. Diskusikan

jadwal

harian

dapat

yang

dilakukan

bersama

klien dalam mengisi


waktu
4. Motivasi klien untuk

mengikuti

kegiatan

terapi

aktivitas

kelompok sosialisasi
5.

Beri reinforcement
atas

kegiatan

dalam

klien

kegiatan

ruangan
TUK 5 klien dapat Klien

dapat

1. Dorong klien untuk Agar klien lebih percaya

mengungkapkan

mendemonstrasikan hubungan

mengungkapkan

perasaannya

dengan orang lain

perasaannya

setelah

a. klien-perawat

berhubungan dengan Mengetahui sejauh mana

berhubungan

b. klien-perawat-perawat lain

orang lain

dengan orang lain

c. klien-perawat-perawat lainklien lain


d. klien-kelompok kecil

2. 5.2

diri untuk berhubungan


bila dengan orang lain.
pengetahuan

Diskusikan tentang

dengan klien manfaat tidak

kerugian

3. Beri

reinforCment

positif

atas

kemampuan

klien

mengungkapkan
perasaan

manfaat

bila

berhubungan

berhubungan dengan dengan orang lain


orang lain

klien

berhubungan dengan
TUK

orang lain
Klien Klien dapat mengungkapkan 1. BHSP dengan keluarga

dapat

perasaan setelah berhubungan

memberdayakan

dengan orang lain untuk:

a. Salam,

perkenalkan diri dan tahu akibat tidak

diri

berhubungan

sistem pendukung

a. Diri sendiri

b. Sampaikan tujuan

atahu

keluarga

b. Orang lain

c. Membuat kontrak

atahu

keluarga

mampu
mengembangkan
kemampuan klien
untuk

d. Explorasi
Keluarga dapat:

b. Menjelaskan

orang lain.

pengetahuan

2.Diskusikan dengan anggota membina

perasaannya

keluarga tentang:
cara

berhubungan

merawat klien menarik

dengan orang lain.

diri

tentang
hubungan

dengan orang lain.

a. Perilaku menarik diri


b. Penyebab

perilaku Klien

menarik diri

c. Mendemonstrasikan

dengan

perasaan Mengetahui sejauh mana

keluarga

a. Menjelaskan

Agar klien lebih percaya

c. Cara

mungkin

mengoobati

dapat

perasaan

keluarga tidak nyaman, bimbang

cara perawatan klien

menghadapi

menarik diri

yang sedang menarik hubungan dengan orang

d. Berpartisipasi
perawatan
menarik diri.

dalam

diri.

klien karena
lain.

klien 3.Dorong anggota keluarga Reinforceiment


untuk

memulai

memberikan meningkatkan

dapat

dukungan kepada klien kepercayaan diri klien.


berkomunikasi
klien

dengan

berkomunikasi Dengan

dengan orang lain.

keluarga,

dukungan
klien

akan

4. Anjurkan anggota keluarga merasa diperhatikan.


untuk secara rutin dan
bergantian mengunjungi
klien secara bergantian
minimal 1x seminggu.
5. Beri reinforceiment atas
hal-hal yang telah dicapai
oleh keluarga.

M. Implementasi Keperawatan
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan isolasi social: menarik diri
Isolasi social
Sp 1 pasien
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi social

Sp 1 keluarga
1.Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien.

2. Berdikusi dengan pasien tentang manfaat berinteraksi


dengan orang lain

2.Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala isolasi social


yang dialami pasien beserta proses terjadinya.

3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi


dengan orang lain

3.Menjelaskan cara-cara merawat pasien dengan isolasi


social

4. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi


dengan orang lain
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
Sp 2 pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempratikan cara
berkenalan dengan satu orang

1.Melatih keluarga mempraktikan cara merawat pasien


dengan isolasi social.
2.Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada
pasien isolasi social

3. Membantu pasien memasukkan kegiatan bercakap-cakap


dengan orang lain sebagian salah satu kegiatan harian
Sp 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien berkenalan dengan
dua orang atau lebih
3. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan

1.Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah


termasuk minum obat (perencanaan pulang)
2.Menjelaskan tindakan tindak lanjut pasien setelah pulang.

harian

N. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilaksanakan terus menerus pada
respon pasien terhadap tindakan keperawatan. Evaluasi dilakukan perdiagnosa
keperawatan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir
( Keliat, 2006).
Evaluasi yang ingin dicapai diantaranya :
1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Pasien dapat memulai interaksi dengan kelompoknya.
3. Pasien mulai dan mempertahankan hubungan dengan orang lain.
4. Pasien mengerjakan aktifitas sehari hari dan aktifitas yang
disenangi.
5. Pasien dapat berinteraksi di dalam kelompok.

DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna.1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 1.Jakarta : EGC
Stuart & Sundeen.1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC
Townsend, Mary C.1998.Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri.
Jakarta : EGC
Rencana tindakan keperawatan jiwa sumber : Ruang Sakit Jiwa Propinsi Bali 2009

Anda mungkin juga menyukai