Anda di halaman 1dari 61

METODA UJI TANPA RUSAK ( UTR )

UMUM :
Uji tanpa Rusak UTR
UTR : Metoda fisis untuk menentukan kondisibahan tanpa merusak bahan.
Pengujian karakteristik bahan dilakukan secara tidak langsung, tetapi melalui
karakteristik yang dapat dihubungkan dengan kondisi yang sebenarnya.

KEUNTUNGAN UTR :
Tidak merusak bahan
Dilakukan dilapangan (dilokasi alat / bahan)
Dapat dilakukan pada bahan sebanyak yang diinginkan, disesuaikan dengan
kondisi dengan bahan yang akan diuji.

BEBERAPA UJI TIDAK MERUSAK


Uji Visual (VT)
Uji Liquid Penetrant (PT)
Uji Magnetik Partikel (MT)
Uji Ultrasonik ( UT )
Uji Radiography ( RT )
Uji Edy Current (ET)
Uji Acustic Emision (AE)
Uji Leak ( Kebocoran )
Uji Analisa Komposisi kimia
Uji Kekerasan
Uj Ketebalan bahan. Dll

METODA ULTRASONIK

METODA : UJI ULTRASONIK


Gelombang Ultrasonik berfrekuensi tinggi (1 MHz s/d 10 MHz)
ditembuskan kedalam bahan. Dalam penjalarannya didalam bahan, gelombang
ultrasonik akan memantul setiap kali menjumpai bidang pantul (termasuk cacat),
gelombang pantul dapat diterima oleh probe, maka indikasinya dapat diamati
melalui layar CRT (Cathode Ray Tube). Melalui indikasi yang muncul pada CRT
lalu dianalisa untuk mengetahui cacat bahan, untuk mendapatkan cacat seakurat
mungkin, dalam scaning disediakan probe dengan berbagai jenis probe ( dimensi,
frequency dan berbagai sudut probe ).
DASAR-DASAR ULTRASONIK
Gelombang Ultrasonik adalah gelombang mekanik seperti gelombang suara
yang frekuensinya > 20 KHz. Gelombang ini dapat dihasilkan oleh probe yang
bekerja berdasarkan perubahan energi listrik menjadi energi mekanik dan
sebaliknya, selama perambatanya didalam material dipengaruhi oleh sifat-sifat
bahan, misalnya: Massa jenis, homoginitas, besar butir kekerasan dan lain-lain.
Gelombang ultrasonic ini dapat dipakai untuk mengetahui tebal bahan, dan ada
tidaknya cacat didalam bahan.
Gelombang ultrasonic dapat dipantulkan dan dibiaskan oleh permukaan
batas antara dua bahan yang berbeda, dari sifat pantulan pantulan tersebut dapat
ditentukan: tebal bahan, lokasi cacat & ukuran cacat, yang tegak lurus terhadap
arah

rambatan

gelombang. Dengan menggunakan teknik gema, cacat yang

letaknya agak jauh dari permukaan akan lebih mudah dideteksi, sedangkan yang
sangat dekat dengan permukaan lebih sukar diperiksa. Untuk mendeteksi cacat
lebih akurat dibuatkan probe sudut yang arah rambatannya membuat sudut tertentu.

METODA ULTRASONIK

Dalam penggunaannya probe dikontakan langsung pada benda uji melalui


kuplan yang sangat tipis disebut teknik kontak lansung, dapat pula dilakukan
teknik rendam (Immersion).
Ukuran cacat tidak dapat ditentukan dengan tepat karena hanya permukaan
yang tegak lurus terhadap arah rambatan saja yang dapat terdeteksi, penentuan
ukuran cacat dapat dilakukan dengan cara membandingkan amplitudo gelombang
pantul dari cacat tersebut terhadap cacat refrensi. Misal: Cacat refrensi berbentuk
silinder atau berbentuk lingkaran datar yang bidangnya tegak lurus terhadap arah
rambatan gelombang.
PRINSIP DASAR UJI ULTRASONIK.
Untuk memeriksa tebal bahan atau cacat didalam suatu bahan dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu:
Teknik Resonasi
Tekni Transmisi
Teknik Gema
Teknik gema dengan kontak langsung paling banyak digunakan baik pengujian di
laboratorium ataupun di lapangan.
TEKNIK RESONANSI.
SIGNAL
AMPLIFIER

HIGH FREKUENSI
GENERATOR
WITH VARIABLE F

CRT

SWEEP VOLTAGE
GENERATOR

Probe
BENDA
UJI

METODA ULTRASONIK

Tebal bahan dapat di ukur dengan cara mengukur frekuensi / panjang


gelombang ultrasonic yang dapat menimbulkan Resonansi Maximum pada bahan
tersebut. Adanya cacat dapat dideteksi dengan terjadinya perubahan resonansi,
karena jarak bahan yang beresonansi berubah.
TEKNIK TRANSMISI.
TRANSMITING
PROBE

RECEIVING
PROBE
Standar
uji

High Frekuensi
Generator

50

AMPLIFIER
0

100

100 % Intensity

50

AMPLIFIER

100

CACAT

40 % Intensity

Benda Uji

Adanya cacat didalam bahan dapat diketahui dari adanya penurunan


intensitas gelombang ultrasonic yang diterima oleh probe penerima, sedangkan
tebal bahan tidak digunakan untuk pengujian dengan teknik ini.
TEKNIK GEMA

METODA ULTRASONIK

10

10

4.5

10

Tebal bahan, lokasi dan besarnya cacat dapat diketahui dari waktu rambat
dan amplitudo gelombang yang diterima oleh probe.
GELOMBANG ULTRASONIK.
Di alam ini dikenal bermacam-macam gelombang, misal :
Gelombang Elektromagnetik (gel radio, cahaya, sinar x, dsb)
Gelombang listrik (arus listrik).
Gelombang Mekanik (suara, musik)
Gelombang UT adalah gelombang Mekanik seperti suara yang frekuensinya
> 20k.Hz, gelombang ini mempunyai besaran- besaran fisis seperti :
Panjang gelombang (), Kecepatan rambat (V), waktu gatar (T), Amplitudo (A).
Frekuensi (F), Soun Path = (S), Koefisien Refleksi material = ( r ), Intensitas
gelombang = ( I ), Factor atenuasi material = () dsb.
Formula yang berlaku bagi gelombang suara berlaku pula bagi gelombang UT,
missal:

V
F

Sin / Sin = V1 / V2 .........

S=v.t
(Sinellius)

I1 / I2 = r22 / r12 . ..

It = I0 . e-.t

(Last sguer law)


.

(Attenuation)

Hukum seperti :

METODA ULTRASONIK

Hamburan, Difraksi, Dispersi dan hukum gelombang lainnya berlaku pula


bagi gelombang ultrasonik. Untuk bahasan selanjutnya diutamakan perhitungan
jarak. Panjang gelombang, pantulan dan Pembiasan.
Dalam perambatan pada bahan yang sama V dan F dianggap tetap (konstan).
Dalam berbagai bahan F selalu dianggap tetap, kecepatan rambat bahan (V)
merambat tergantung pada jenis bahan dan mode gelombang. Frekuensi yang
sering digunakan untuk Uji Tanpa Rusak umumnya antara 250 KHZ 15MHZ,
untuk pemeriksaan las digunakan F 2 MHZ 4 MHZ.
CARA PERAMBATAN GELOMBANG.
Untuk menggambarkan cara merambatnya gelombang Ultrasonik pada
bahan, digambarkan sebagai atom yang saling terikat melalui pegas.

Force

atom

pegas

METODA ULTRASONIK

MODE / GELOMBANG
Dari cara bergetar dan perambatanya, gelombang Ultrasonik dapat menjalar
didalam bahan dengan berbagai mode.
MODE LONGITUDINAL :
Mode longitudinal terjadi bila gelombang Ultrasonik merambat pada suatu
arah sejajar gerakan atom yang digetarkan. Gelombang long (longitudinal /
pressure wave), dapat merambat pada semua bahan (gas, cair, padat)

MODE TRANSVERSAL .
Mode transversal terjadi bila gelombang UT merambat pada arah tegak lurus
pada arah gerakan atom yang digetarkan.
Gelombang transversal / Shear wave hanya dapat merambat pada benda padat.

VT

METODA ULTRASONIK

V
7

MODE PERMUKAAN.
Mode permukaan terjadi bila gel UT transversal merambat pada permukaan,
gerakan atom berbentuk ELLIPS (Surface Releigh wave).
Hanya merambat pada permukaan bahan benda padat pada kedalaman max 1 .
particle
Medium Surface
Direction of propagation
Particle motion

Tranducer
Discontinuity
(Crack)

Test specimen

MODE PELAT .
Mode pelat terjadi bila gel Longitudinal merambat pada bahan plat tipis
yang tebalnya kurang dari . gerakan atom yang bergetar berbentuk ELLIPS.
Gel plat / lamb wave merambat pada seluruh benda uji plat tipis, berbentuk
D
simetris atau asimetris.
I
R
E
C
T
I
O
N

THIN SHEET (PLATE)

D
I
R
E
C
T
I
O
N

O
F

O
F

P
R
O
P
A
G
A

R
METODA ULTRASONIK
O
P
A
G
A

O
N

O
N

SYMETRICAL

ASYMETRICAL
PLATE WAVES

PERUBAHAN MODE.
Gelombang UT yang merambat dalam suatu bahan, dapat berubah mode,
dari satu mode ke mode lain. perubahan ini terjadi misalnya karena : PANTULAN
atau PEMBIASAN. Mode berubah kecepatan rambat berubah, sedangkan F tetap
akibatnya berubah.
KEMAMPUAN DETEKSI.
Cacat terkecil yang dapat dideteksi oleh gelombang ultrasonik adalah :

min = 1/2
KECEPATAN RAMBAT DAN PANJANG GELOMBANG.
Kecepatan rambat (v) gelombang Ultrasonik dalam suatu bahan tergantung
pada jenis bahan yang dilalui oleh mode gelombang tersebut.
Gelombang Longitudinal (VL) :
VL =

1-

(1+ ) (1-2)

1
2 (1+ )

Gelombang Transversal. (VT).


VT =

Dimana : E = Modulus elastisitas


= Massa Jenis

= Rasio Posion
METODA ULTRASONIK

VL dan VT, sudah dihitung / tersedia pada tabel untuk berbagai jenis material.
Untuk mode pelat kecepatan rambat tidak hanya tergantung pada jenis bahan.
Tetapi tergantung pula pada tebal bahan & frekuensinya untuk itu sulit
dirumuskan.
Missal bila F diketahui maka dapat dihitung.
TRANSMISI & PANTULAN PADA PERMUKAAN YANG TEGAK LURUS
PADA ARAH RAMBATAN.
Bila gelombang ultrasonik menjalar dari bahan I ke bahan II tegak lurus pada
permukaan batas ke II bahan tersebut, maka sebagian gelombang akan diteruskan
sedangkan sebagian lagi dipantulkan.
Intensitas yang diteruskan / dipantulkan tergantung pada koefisien transmisi /
refleksinya.
2
R=

W2 W1
W1 + W2

W1 =

1 . V1

D=IR.

W2 = 2 . V2

Dimana : R = Koefisien Refleksi


D = Koefisien Transmisi
W = Impendansi Akustik

= Massa Jenis

V = Kecepatan Rambat
Besarnya impendansi akustik dan kecepatan rambat tidak usah dihitung tinggal
lihat ditabel.
METODA ULTRASONIK

10

Misal :

W = 1,5 . 10 kg / m2s

Bahan 1 Oli

Bahan 2 Baja W = 46,5 . 10 kg / m2s


2
R=
R=

46,5 1,5
46,5 + 1,5

22
45
= 48

= 0, 88 atau 88%

D = 1 0,88 = 0,12 atau 12%


Ini berarti bahwa 88% dari gelombang yang datang dari oli akan dipantulkan
kembali oleh permukaan baja, dan hanya 12% yang diteruskan kedalam baja,
sebaliknya bila gelombang datang dari baja, maka 88% akan dipantulkan kembali
oleh permukaan baja dan hanya 12% saja yang diteruskan ke dalam oli.
ATENUANSI.
Dalam perambatannya gelombang ultrasonik juga mengalami pengurangan
intensitas, baik karena PENYEBARAN, ABSORSI, maupun HAMBURAN oleh
butiran, juga dipengaruhi oleh frequensi yang melalui bahan tersebut.
Rumus atenuasi :

It = I0 . e t

I0

It

Dimana :

Io = Intensitas mula-mula
It = Intensitas setelah melalui tebal t

METODA ULTRASONIK

11

= Koefisien atenuasi
Pengurangan amplitudo sebagai akibat atenuasi untuk berbagai harga dapat
ditunjukan dalam tabel. Harga untuk baja dan Al bila frekuensi gelombang 2
MHz adalah 10 x 10-3 dB/mm sedangkan untuk besi 100 x 10-3 dB/mm.
dB (decibel) adalah satuan tingkat kekuatan gelombang dan didefinisikan sbb :

dB = -20 log
Oleh karena itu besi tuang lebih banyak mengatenuasi gel ultrasonic dibanding
dengan baja ( Al ), terutama bila digunakan F yang lebih tinggi. Karena ukuran
butiranya lebih besar, ukuran butir yang lebih besar akan banyak menghamburkan
gelombang kearah lain.
PANTULAN DAN PEMBIASAN.
Gelombang ultrasonik yang datang pada permukaan batas akan dipantulkan &
dibiaskan mengikuti hukum snellius.

Material 1 = V1
Material 12 == V2
Material
V1
L

METODA ULTRASONIK

L
T

12

Misal : Gelombang datang dari perspeks dengan sudut datang 10 0, masuk kedalam
baja.
Perspeks = V1 L = 2,73 x 103 m/s, V1 T = 1,43 x 103 m/s
Baja

= V2 L = 5,9 x 103 m/s, V2 T = 3,23 x 103 m/s

Analisa Bidang Pantul :


Gel Long

= 1 L = = 100

Gel Transv

Sin T =

. Sin 100

. 0,174 = 0,0909

= 5,220

Analisa Bidang Bias :


Gel Long

Gel Transv

METODA ULTRASONIK

L=

L = 22, 090

. 0,174 = 0,376

Sin T =

. 0,174 = 0,20

. Sin 100

= 11,880 = 120

13

Bila sudut datang diperbesar maka pada suatu posisi tertentu akan menyebabkan
L = membentuk sudut 900

Artinya gelombang longitudinal yang dibiaskan merambat pada permukaan batas


( k1) disebut sudut kritis I contoh diatas.
Sin k1 / Sin L = V1 L / V2 L Sin k1 = (2,73 / 5,9) x Sin 900
Sin k1 = 0,463 k1 27,560 = 280
Bila sudut datang lebih besar dari 280 maka seluruh gelombang longitudinal akan
dipantulkan kembali ke perspek & didalam baja hanya merambat gelombang
transversal saja.
Bila sudut datang terus diperbesar maka pada suatu posisi tertentu T = 90 0
artinya gelombang transversal merambat pada permukaan batas, kondisi ini disebut
sudut kritis ke II. ( k2), kondisi ini menghasilkan gelombang permukaan.
Sin k2 / Sin T = V1 L / V2 T Sin k2 = (2,73 / 3,23) x Sin 900
Sin k2 = 0,845 k2 = 57,690 = 580

T
L

k1

V1

V1
L

V2

Sudut kritis I.

k2

METODA ULTRASONIK

V2

Sudut kritis II.

14

Bila sudut datang diperbesar terus, gelombang transversal & longitudinal


dipantulkan seluruhnya dan pada sudut datang 650 terjadi gelombang permukaan
murni.

PENGARUH KUPLAN.
Fungsi Kuplan yaitu untuk memudahkan merambatnya gelombang dari
probe kedalam benda uji, karena apabila antara probe dan benda uji terdapat
udara maka hampir 100 % gelombang akan dipantulkan kembali kedalam probe.
Pada teknik kontak langsung, bila permukaan halus lapisan kuplan sangat tipis
tidak mempengaruhi arah rambatan tapi mempengaruhi amplitudo dari indikasi
yang timbul pada layar, maka dari itu untuk pengukuran besarnya cacat tekanan
yang diberikan ke dalam probe diusahakan konstan.
Oli adalah kuplan yang cukup baik, tetapi ada yang lebih baik daripada oli yaitu
Gliserin, selain itu juga ada yang dapat digunakan sebagai kuplan diantarnya :
elmulsi air, air, stempet, kanji dan lain sebagainya. Dalam aflikasinya kuplan
disesuaikan dengan benda uji.
0

50
100
150
Surface
Roughness
( m) 200

10

Glycerine 100 %
glycerine 50% + water
glycerine 25% + water

Signal Amplitude

Steel

30

water
Oil

METODA ULTRASONIK

15

Surface Roughness, Type of Couplant


and Signal Amplitude

Amplitudo Transmitted
(db)

Beam Path distance (mm).

Attenuation Beam Spread


ECHO SIGNAL HEIGHT (DB)

-10

F = 5 M.H.Z
size 10 x10

-20

Beam Spread

Beam Path Distanc


Scattering
ATTENNUATION DUE
TO BEAM SPREAD & SCATTERING
HB1
(A)

Beam Spread
HBS
Transfer Loss

Scattering
HS

(B)

HB2

Attenuation by
Scattering

METODA ULTRASONIK
0

Attenuation by
beam spread

2T

Reflection Loss

16

ATTENUATION DURING TRANSMISION.

SUMBER DAN PENERIMA GELOMBANG


Suara dapat ditimbulkan melalui berbagai cara. Misalnya mekanik
(memukul, memetik) atau dengan cara elektronik melalui transduser (pengeras
suara) dsb. Gelombang ultrasonik dapat ditimbulkan oleh perubahan energi listrik
ke energi mekanik dari transduser yang disebut PROBE, melalui efek
PIEZOELEKTRIC dan MAKNETROSTRIKTIF. Kedua efek ini reversible dapat
terjadi dari listrik ke mekanik dan sebaliknya, karena sifat reversible maka probe
dapat berfungsi sebagai sumber dan penerima gelombang ultrasonik.
EFEK PIEZOELEKTRIK.
Efek ini terjadi pada kristal bahan tertentu seperti barium titanat, kuarsa dsb.
Bila kristal menerima tegangan listrik, dimensi kristal akan berubah, dan apabila
aliran listrik dimatikan maka dimensi kristal akan kembali ke dimensi semula dan
terjadi getaran.

METODA ULTRASONIK

m v.

17

Bila kristal ditempatkan pada benda lain maka getaran akan diteruskan dan
merambat kedalam benda uji. makin tinggi tegangan yang diberikan pada kristal
amplitude getaran makin besar. Frekuensi getaran tergantung pada dimensi kristal
piezoelectric, makin tipis ( tebal kristal ) maka frekuensi yang timbul makin
BESAR. Sebagai contoh : tebal kristal 1mm untuk barium titanate dapat
menghasilkan gelombang ultrasonic 2,2 MHz. Kristal piezoelectric dengan kontak
listriknya diberi wadah keseluruhanya disebut probe.
PROBE :

Kristal tunggal

Probe tunggal

Kristal ganda

Probe kembar / ganda

Bila bidang permukaan Kristal sejajar dengan bidang permukaa probe disebut
probe NORMAL, gelombang yang keluar adalah gelombang LONGITUDINAL &
arah rambatannya tegak lurus terhadap permukaan probe.
Bila bidang permukaan tidak sejajar antara kristal dengan permukaan probe.
disebut probe SUDUT gelombang yang masuk kebenda uji adalah
gelombang TRANSVERSAL dan membentuk sudut tertentu misalnya sudut 45 0,
sudut 600, Sudut, 700.
jadi ada 4 macam probe :
Probe Normal tunggal
Probe Normal kembar (TR).
Probe sudut tuggal
Probe sudut kembar
METODA ULTRASONIK

18

Dan probe sudut UNIVERSAL.

kristal
kristal
couplant

couplant

Benda Uji
Benda Uji

EPEK MAKNETOSTRIKTIF.
Beberapa macam bahan seperti : Baja, ferrit, nikel dan paduaanya dapat
berubah dimensainya bila berada dalam magnet yang kuat. Bahan ini mempunyai
sifat effek maknetostriktif, medan magnet yang timbul dari kumparan yang dilalui
arus listrik.
Bahan ini akan berubah dimensinya bila arus listrik dihentikan dan kembali
ke semula dan bergetar, menimbulkan getaran UT. Juga sebaliknya gel UT datang
pada bahan. Dalam bahan akan terjadi medan magnet, menginduksi kumparan
sehingga terjadi tegangan listrik.
Medan magnet ini menginduksi kumparan sehingga terjadi tegangan listrik
yang selanjutrnya diperkuat untuk penditeksian.

METODA ULTRASONIK

19

Untuk mengurangi panas sebagai akibat arus yang timbul pada bahan
maknetostriktif, bahan ini dibuat berlapis-lapis seperti inti transformator. Bahan
maknetostriktif juga mempunyai sipat reversible.

GEOMETRI GELOMBANG.
Seperti pada gelombang suara , gelombang UT yang keluar dari probe dan
merambat pada benda uji , membentuk pola penyebaran 3 dimensi ke semua arah.
Intensitas maximum terjadi pada arah sumbu kristal piezoeleotrik (central beam).
Meskipun menyebar ke semua arah, dalam akustik di tetapkan batas-batas
intensitas dimana gelombang masih dapat dimanfaatkan untuk pengukuran yaitu
10% (-20 dB), terhadap intensitas maximum (central beam) pada setiap penampang
lintang.
Dead zone

10% ~ -20 dB

Central beam
100% ~ 0 dB

F
10 % ~ -20 dB

Didaerah medan dekat N gel merambat secara silindris (tidak menyebar), arah dan
intensitas gel tidak teratur, daerah ini pengukuran tidak teliti.
Didaerah medan jauh (F), gel menyebar secara konis, arah dan intensitas gel
teratur, pengukuran lebih teliti.
METODA ULTRASONIK

20

Medan dekat (N)

Sudut penyebaran ()
.

N = D2 F / 4V

Sin = V / D.F

Formula lain

Sin = 1,22

Dimana :

= Medan dekat

= diameter off kristal

= frekuensi

= kecepatan rambat

= panjang gelombang

Sin = 1,22 V / D.F

Jadi terlihat
N makin besar bila D dan f besar, dan sebaliknya
makin besar bila D dan f kecil, dan sebaliknya
Hal ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pengukuran.
Pengukuran bahan tipis dapat dilakukan dengan probe yang diameternya kecil
sehingga N kecil atau dengan probe kembar / ganda.

METODA ULTRASONIK

21

Untuk benda tebal dapat dilakukan denganmenggunakan probe yang diameternya


besar, sehingga intensitasnya semakin kecentral beam, penetrasi gelombang
semakin baik walaupun, N semakin besar. Untuk itu dalam penggunaan probe,
factor diatas harus diperhatikan.

PESAWAT ULTRASONIK.
Prinsip pesawat UT tergantung pada tehnik yang digunakan. peralatan untuk tehnik
resonansi berbeda dengan. Peralatan untuk tehnik gema / transmisi.
Diagram dibawah ini rangkaian yang biasa digunakan untuk tehnik gema.

Timer
Sweep

CRT

Acceiver
Trans
mitter

Amplipier
Probe

S=V.t
Test piece

METODA ULTRASONIK

22

Pesawat ini pengukuran yang dilakukan berdasarkan pada pengukuran waktu dan
tegangan.
Pengukuran waktu yang dilakukan melalui skala horizontal diterjemahkan untuk
pengukuran jarak (s) sedangkan pengukuran tegangan untuk skala vertikal adalah
untuk mengetahui besarnya cacat skala horizontal dan vertical ini harus linier, agar
hasil pemeriksaan menjadi akurat / teliti.

METODA ULTRASONIK

23

METODA ULTRASONIK

24

METODA ULTRASONIK

25

CARA BEKERJA PESAWAT :


Secara simgkat pesawat UT bekerja sebagai berikut :
Layar merupakan bagian depan dari suatu tabung hampa, bagian dalam layar
dilapisi zat fluresen yang dapat menyala terang bila tertembak electron, electron
berasal dari sumber yang terletak dibagian belakang tabung hampa.
Antara sumber electron dan layar terdapat lempeng vertikal dan horizontal dan
pengaturan focus. Lempeng mempengaruhi gerakan horizontal, juga lempeng
horizontal mempengaruhi gerakan vertical dari sinar electron dalam perjalanan
menuju layar.
Berkas electron yang terfocus mengenai layar menimbulkan bintik yang
menyala. Bila lempeng A,B,C,D tidak diberi tegangan maka sinar electron akan
jatuh ditengah layar bintik nyala.
Bila lempeng A lebih positip dari pada B, bintik nyala akan berpindah ke
titik 1, besarnya perpindahan tergantung besarnya beda tegangan antara lempeng A

METODA ULTRASONIK

26

& B dan apabila lempeng B lebih positip bintik nyala akan berpindah ke titik 2,
demikian pula dengan lempeng C dan D.
Bila lempeng C dan B diberi tegangan tertentu maka bintik nyala akan
berpindah ke skala 0, dalam keadaan ini bila lempeng D diberi tegangan secara
bertahap maka bintik nyala akan bergerak kearah skala 10 dan bila tegangan D
dihilangkan maka bintik nyala kembali ke O.

.
.
.

Tabung hampa

t2

t1

2t2

3t2

CRT

2t1

10

t3

Untuk pengaturan selanjutnya diatur dengan mengatur tombol-tombol


range / time base skala horizontal dan vertical.
Dengan mengatur tombol, kecepatan garakan bintik nyala dari skala O ke
10 dapat disesuaikan dengan kecepatan gerakan gelombang ultrasonik didalam
benda uji hal ini dilakukan pada waktu kaibrasi jarak.
METODA ULTRASONIK

27

Probe mempunyai hubungan langsung dengan pemancar juga melalui


lempeng A melalui penguat pada saat pemancar memberikan tegangan pada kristal.
Kristal mulai bergetar mengeluarkan gelombang ultrasonik, sehingga pada layar
akan terjadi penyimpangan bintik nyala kearah vertical dan menghasilkan pulsa
awal.

Bila gelombang ultrasonik dipantulkan kembali dan ditangkap oleh probe


maka pada saat penerimaan gelombang ini, bintik nyala ini juga akan menyimpang
vertikal menghasilkan indikasi.
Makin besar kekuatan gel pantulan, makin tinggi amplitudo yang terjadi pada
layar, dari lokasi indikasi yang terjadi, dapat diketahui lokasi dari permukaan
pemantul /cacat.
Pulsa awal merupakan petunjuk, bahwa gelombang mulai dipancarkan,
mempunyai lebar tertentu, dimana pada daerah selebar pulsa tersebut. Pengamatan
pantulan gel tidak dapat dilakukan daerah ini disebut Dead zone.
DISPLAY HASIL PENGUKURAN .
Salah satu jenis pesawat ultrasonik menggunakan layar sebagai display,
dimana indikasi yang timbul akibat pantulan gelombang dapat memberikan
informasi tentang jarak / lokasi permukaan pantulan (skala horizontal) dan
amplitudo (skala vertical), presentasi ini disebut SCAN A.
Dari presentsi scan A dapat digabungkan dengan system lain yang dapat
menggambarkan letak cacat pada suatu penampang lintang dari benda uji yang
diperiksa, presentasi ini disebut SCAN-B.

METODA ULTRASONIK

28

Bila scan A digabungkan dengan posisi probe diseluruh permukaan benda uji
maka diperoleh lokasi cacat dilihat dari permukaan atas presentasi ini disebut
SCAN-C.
Display digital dilakukan dengan mengambil dasar seperti pada SCAN-A,
hanya jarak yang dapat Dipersentasikan misalnya Thicknees meter.

10

5
Jarak

SCAN - A

Scan -C
tc
tc

t
METODA ULTRASONIK

29

Scan - B

FUNGSI TOMBOL.
Fungsi tombol pada umumnya sama meskipun berbeda pembuatnya.
Fungsi tombol yang penting adalah :
1. Tombol nyala / mati.
2. Tombol gain.
Tombol gain kasar perubahan 20 dB.
Tombol gain halus perubahan 2 dB (< 2 dB).
3. Tombol supresi untuk membatasi atau menghilangkan gangguan (noise).
4. Tombol fungsi untuk memilih jenis probe
5. Tombol range ( daerah ukur / time base ).
6. Tombol penggeser pulsa ( delay line ).
7. Tombol pulsa monitor untuk memunculkan atau menghilangkan pulsa
monitor pada layar / dari layar.
8. Tombol pengatur lebar atau lokasi pulsa monitor.
9. Tombol pengatur focus, untuk mempertajam garis / titik nyala.
10.Tombol pengatur batas daerah ukur yang diperiksa untuk analisa cacat.

METODA ULTRASONIK

30

11.Tombol pengatur suara apabila di stel kemungkinan terjadinya cacat /


pantulan yang terdeteksi.
12.Tombol pengatur lebar pulsa.
13. Tombol untuk charger
14.Tombol untuk dihubungkan dengan peralatan lain

METODA ULTRASONIK

31

KLIBRASI.
KALIBRASI JARAK PROBE NORMAL TUNGGAL

Kalibrasi dimaksudkan untuk menyesuaikan skala pada layar misal 0 10.


Dengan jangkauan dari gelombang ultrasonic dalam benda uji / blok kalibrasi.
Gelombang yang merambat didalam benda uji / blok kalibrasi adalah gelombang
longitudinal sebelum melakukan kalibrasi jarak tempuh harus diketahui telebih
dahulu tebal benda uji yang akan diukur kira-kira t BU? Setelah itu tentukan range ?
R > tBU
Misal tBU = 90 mm
n=

R
t std

Indikasi

100
25

= 4 Indikasi pulsa

25
R

Skala layar

25
100

10 = 2,5

I =
=

R = 100

II =

2 x 25
100

10 = 5

III =

3 x 25
100

10 = 7.5

METODA ULTRASONIK

32

IV =

V1

4 x 25
100

10 = 10

25
0

Block Standar

4
3

10

Check kalibrasi.

23
1

V1
Lucite

t Lucite = 23 = 50 steel
I.

50
100

10 = 5

Check ke
100
100

2 x 50
100

10

10 = 10

t = 100

10 = 10
V1

80
mm

II.

100
0

40
Mengukur
Tebal Benda Uji
m
m
METODA ULTRASONIK

10

tBu = x 100 = 80 mm
33
mmmm

60
mm
0

10

tc = 4 / 10 . 100 = 40 mm

tBu2 = x 100 = 60 mm

10

KALIBRASI JARAK PROBE NORMAL


PROBE DIARAHKAN KE TEBAL 25 mm PADA V1
TEST

INDIKASI PULSA PADA SKALA LAYAR

RANGE (mm)

50
100
125
150
200
250
300

II

III

IV

5
2.5
2
1.66
1.25
1

10
5
4
3.33
2.5
2

7.5
6
5
3.75
3

10
8
6.6
5
4

VI

10
8.3 10
6.25 7.5
5
6

VII

VIII

IX

8.75
7

10
8

10

PROBE DIARAHKAN KE TEBAL 100 mm PADA V1


200
250
300
400
500

5
10
4
8
3.3 6.6
2.5 5
2
4

10
7.5
6

10
8

10

Untuk kalibrasi jarak Range 200


METODA ULTRASONIK

34

Probe diarahkan keketebalan 100 untuk memudahkan kalibrasi.

KALIBRASI JARAK PROBE NORMAL KEMBAR


Kalibrasi jarak tempuh untuk range lebih besar dari 20/25 mm caranya
sama seperti kalibrasi probe normal tuggal. Sedangkan untuk range dibawah 25
mm kalibrasi dilakukan sebagai berikut :
missal R= 10mm menggunakan standar v w.

Indikasi : x Skala layar


: x 10 = 4

Indikasi :

10

x 10 = 8

METODA ULTRASONIK

10

35

Mengukur cheeking ke ketebalan yang lain

Indikasi :

x 10 = 5

Kalibrasi OK

10

KALIBRASI JARAK PROBE SUDUT


Pelaksanaan kalibrasi jarak dengan probe sudut lebih sukar dari pada probe
normal, karena posisi probe harus tepat, pada garis acuan yang telah dibuat dalam
standar blok tersebut. Karena posisi probe yang tepat akan mengasilkan indikasi
yang amplitudonya maximum. Sebelum melakukan kalibrasi jarak probe sudut
harus sudah diketahui :
1. Titik index (exite poin),
2. Penyimpangan sudut probe,
Untuk menentukan range (jarak jangkau) kalibrasi harus dicari dulu sound path
(S). Misal tebal benda uji = 20 mm, sudut probe 600

R>S

S=
S

S = 2 . 20 / cos 60 = 80

Dari hasil perhitungan missal S = 80 mm maka R = 100


Probe diarahkan ke radius
25
50
25

METODA ULTRASONIK

36

10

Indikasi :

1.

x 10 = 2.5

2.

x 10 = 10

Chek kalibrasi probe diarahkan ke 50

25

50

Indikasi = (50 / 100) x 10 = 5


0

Bila perlu chek lagi kearah radius 100 mm. di layar akan muncul pada skala
(100 / 100) x 10 = 10
Kalibrasi jarak missal R = 250

100

METODA ULTRASONIK

37

10

10

Indikasi :
I =

x Skala layar
x 10 = 4

II =

x 10 = 8

Setelah melakukan kalibrasi jarak tempuh sesuai dengan jarak jangkau yang
dikehendaki pada layar dan sudah yakin benar. Untuk selanjutnya melakukan
pemeriksaan cacat pada benda uji missal sambungan las.
KALIBRASI JARAK DENGAN PROBE SUDUT

TEST

PROBE

PULSA MUNCUL DILAYAR HARUS PADA

RANGE (MM)

DIARAHKAN KE

SKALA

II

Radius 25

2.5

10

Radius 50
Radius 25

5
2

Radius 50

10

Radius 100
Radius 25

5
1.66

6.66

Radius 50

3.33

8.33

Radius 100
Radius 25

6.66
1.42

5.71

Radius 50

2.85

7.1

Radius 100
Radius 25

5.71
1.25

5.0

Radius 50

2.5

6.25

Radius 100

10

100

125

150

175

200

METODA ULTRASONIK

III

IV

38

300

Radius 100

3.33

6.66

10

400

Radius 100

2.5

7.5

10

500

Radius 100

10

KALIBRASI ALAT ( PESAWAT UT )


Setiap kali akan digunakan, pesawat UT harus dikalibrasi dengan bantuan blok
kalibrasi . Misalnya dengan blok kalibrasi

V1,V2. Kalibrasi alat ini harus

diperiksa linieritasnya baik skala horizontal maupun vertical


PEMERIKSAAN LINIERSITAS HORISONTAL;
Pemeriksaan dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa skala horizontal linier. Buat
range 250 mm pada layar. Tempatkan probe pada ketebalan 100. V1.
Atur pulsa pada skala 4 dan 8, selanjutnya tempatkan probe pada ketebalan 25 V1,
amati setiap indikasi pulsa.

Indikasi:

V1

25

METODA ULTRASONIK
0

39

10

Apabila tepat pada skala 1 s/d 10 maka skala horizontal linier.


PEMERIKSAAN LINIERITAS VERTIKAL
Pemeriksaan dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa skala vertical adalah linear
untuk itu diusahakan pada layar dapat ditimbulkan dua buah indikasi yang
amplitudonya 2: 1
X = .dB

91

85

60% FSH

100
0

30% FSH

X dB

I%

II %

10

10 %

Ratio

5%

I/II
2,05

X+4

X+2

X=30

60

30

pada range toleransi yang diijinkan atau

linier pada berapa % FSH % FSH sesuai

X-2

Skala vertical linear apabila ratio berada

X-4

1,95

referensi standar range toleransi.

X-6

1,95

1,9

METODA ULTRASONIK

X-8

X-10

1,9

1,8

1,9

40

2,1

2,2

PEMERIKSAAN LINIERITAS TOMBOL GAIN.


Pemeriksaan dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa step tombol dari pesawat UT
adalah linier.
80 %

% FSH
-6Db

100

V1

40 %

Amplitudo

Perubahan

Amplitudo

Amplitudo

Awal (%)
80

Gain (dB)
-6

Actual
-

Akhir (%)
32 - 48

80

-12

16 - 24

40

+6

64 - 96

20

+12

64 - 96

10

10

Keterangan

PEMERIKSAAN RESOLUSI.

91

85

100
V1

Apabila resolusinya baik indikasi harus dapat memperlihatkan perbedaan jarak


yang sangat berdekatan pada skala 8,5 ; 9,1; 10

METODA ULTRASONIK

41

SENSITIVITAS DAN RESOLUSI


Sensitivitas dan resolusi dari sistim pesawat UT tergantung pada alat elektronik
dan probenya
Sensitivitas : adalah kemampuan system untuk menditeksi pemantul kecil yang
letaknya jauh dari permukaan, sedangkan
Resolusi : adalah kemampuan system untuk membedakan dua permukaan
pemantul yang sangat berdekatan. Sensitivitas dan resolusi merupakan dua faktor
yang saling mempengaruhi artinya bila Sensitivitasnya baik resolusinya kurang
baik sedangkan bila resolusinya baik sensitivitasnya kurang baik.
Demikiaan pula alat elektroniknya untuk memperoleh sistim yang resolusinya baik
di perlukan probe dan alat elektronik yang baik besaran sentivitas biasanya relatip
yang satu mungkin laebih baik dari yang lain
SENSITIVITAS

RESOLUSI

KURANG

KURAN
G
BAIK

10

KURANG

METODA ULTRASONIK

10

BAIK

10

10

42

PEMERIKSAN TITIK INDEK.


Titik indek perlu diketahui lokasinya karena titik ini merupakan titik nol dari setiap
pengukuran jarak.
Dilakukan sebagai berikut :

MAX

V1

Titik Index
Lama

10

Titik Index
Baru

Kesalahan / ketidak telitian dalam menentukan letak titik indeks akan


mengakibatkan kesalahan dalam menentukan letak cacat /reflector.
Kesalahan letak titik indek terhadap spesipikasi pabrik maks 2 skala.
Bila telah melebihi 2 skala probe harus diperbaiki atau tidak dipakai.

METODA ULTRASONIK

43

PEMERIKSAN SUDUT PROBE


Sudut bias gelombang yang masuk kedalam benda uji dapat diukur dengan
beberapa macam cara, tetapi sebelumnya titik indeks harus diketahui lokasinya.

40

60

50

MAX

V1

Titk indek

40

50

Dengan cara interpolasai sudut probe


yang sebenaranya adalah
Misalnya 580

Sudut probe

60

Titik
Indek
probe

10

MAX

Y=15

=15

Ukur jarak X dan Y.


Y = 15 sudah standar, x = diukur dari titik indeks sudut probe tan dapat dicari.
Sudut probe yang diperkenankan toleransinya 2 probe harus diperbaiki jangan
langsung digunakan.

METODA ULTRASONIK

44

10

IMERSION TEHNIK
Biasanya sistim imersion (rendam) ini digunakan untuk pengukuran secara
otomatis, dimana sistim scan A digabungkan dengan gerakan probe terhadap
permukaan BU dalam sistem terpadu sehingga menghasilkan Scan B dan Scan C.
mengingat jarak permukaan BU jauh maka harus ditentukan jarak minimum yang
tidak akan mengganggu pengukuran.

VL air

Jarak air
d air

VL baja

Tebal baja

Waktu yang diperlukan oleh gelombang untuk merambat dari probe ke permukaan
BU adalah :

tair = dair /VLair


pantulan kedua terjadi dalam selang waktu t air . jadi supaya pantulan ke 2 dan
seterusnya tidak mengganggu dari permukaan di dalam BU (antara permukaan 1
dan 2)
Maka

tbj = dbj / VLbj < tai

Karena Vbj = 4 Vair, maka : dbj < 4 dair atau dair > dbj.
Jadi jarak probe permukaan I harus lebih besar dari d bj (tebal BU). Untuk dapat
membaca skala lebih teliti range dapat diperkecil dan indikasi permukaan I dapat
digeser ke skala 0.
METODA ULTRASONIK

45

R 200
0

1
1I

d Air

tc

dair

tc

tBU

10

Tebal benda uji

METODA ULTRASONIK

46

10

MENENTUKAN LOKASI DIMENSI CACAT LAMINASI DENGAN PROBE


NORMAL.
LANGKAH KERJA :
1. Tentukan / ukur BU. Tebal = 40.
2. .tentukan range R > 40R=50.
3. Lakukan kalibrasi jarak OK
4. mencari cacat laminasi

R 50

ukur BU dq UT tebal / Back Wal.

100 %
TBU

TBU = (8,2 / 10) x 50 = 41

8
10
4
6
3 catat G = ..dB + 6
Kalibrasi gain sensitivity, buat indikasi menjadi 100% FSH
2

dB = ..dB = Gain Operasi


5. Pencarian cacat laminasi teknik 6 dB drop
2

100 %

2
6 dB

1
2

11

22

4
tc

50 %

10 00
0

8,2

4
Ujung cacat

2
tc = (4 / 10) x 50 = 20

METODA ULTRASONIK

47

10
0

TEKNIK EKUALISASI
2

100 %

11

22

tc
2

Equel

10 00

8,2

Ujung cacat

2
Tc = (4 / 10) x 50 = 20

HASIL UJI CACAT LAMINASI

BU

?
?

tBU
METODA ULTRASONIK

48

10

MENENTUKAN LOKASI DAN DIMENSI CACAT MENGGUNAKAN PROBE


SUDUT
LANGKAH KERJA :
1.

Mengukur t BU t = .. missal t = 20

2.

menentukan sudut probe =. missal sudut 600

3.

menentukan titik indeks probe, Check sudut bias probe


menentukan range R >
20
cos 60

t
cos

2t

, cos

= 40 R = 100

5. lakukan kalibrasi jarak Check OK


6. lakukan kalibrasi gain sensitivity

o
V1

100% FSH

1,5
Max
G = dB + 6 dB
Gop = ..dB

7. memeriksa cacat pada BU

10

analisa cacat
Cacat
Leg 1 = Sc < t/cos
t

Leg 2

Leg 1

Leg 2 = Sc > t/cos


Sc < 2t/cos

METODA ULTRASONIK

49

Menentukan Lokasi & Dimensi Cacat


100%

50 %
100
%

R 100%

Max

50 %

Px

Pc

2,5

10

- 100 %
- 6 dB

tc

- 50 %

2,5

Sc = dilihat dilayar Sc = (2,5/10) x 100 = 25 mm


Px = diukur pada BU
Pc = dihitung Pc = Sc . Sin
X = Px Pc
L = diukur pada BU
tc = dihitung leg 1

tc = Sc . cos

leg 2

tc = 2t Sc cos

Hasil Pengukuran
?

METODA ULTRASONIK

tBU

50

MENENTUKAN LOKASI & DIMENSI CACAT LAS


Langkah kerja
1. Ukur tebal BU. t = 20 mm
2. Cari cacat laminasi, tidak ada cacat laminasi Teruskan
3. Memilih sudut probe menentukan sudut probe mencek sudut probe
4. Menentukan range R = t / cos ; 2t / cos
Misal t = 20 R > 2 . 20 / cos 60 = 80

R = 100

5. Melakukan kalibrasi jarak OK


6. Melakukan Kalibrasi gain sensitivity
100 %

o
V1

1,5

Max

G = dB
+ 6 dB
Gop = .dB
10

7. Pemeriksaan Sambungan las


Penentuan scaning area

P = 2 .t. tg

HAZ

P = 2 .t. tg

METODA ULTRASONIK

51

Px

Analisa cacat las

Pc
Sc

Untuk leg 1 Sc < t / cos = 20 / cos 60 = Sc < 40


Untuk leg 2 Sc > t / cos ; Sc < 2t / cos 40 < Sc < 80

Max

Leg 2

Leg 1

10

Penentuan Lokasi & Dimensi Cacat Las


P
c
100 %

tc

Max
50 %
L
x

100 %

100 %

-6dB

50 %

50 %

0
METODA ULTRASONIK

10

10

6
52

HASI UJI SAMBUNGAN LAS


Sc = dilihat dilayar
Px = diukur pada BU
Pc = Sc . Sin dihitung
X = Px Pc
L = diukur pada BU
tc = untuk leg 1 tc = Sc . cos
leg 2 tc = 2t Sc . cos

12

20

SCAN - B
0
40

140

30

40
4

25

SCAN - C

METODA ULTRASONIK

53

Penentuan Lokasi Cacat Perhitungan jarak dapat dilakukan seperti pada


pengukuran tebal.
Misal pada layar timbul indikasi Sbb.

Maka tebal bahan ( d )

10

d = (6 / 10) x 200 = 120 mm

Lokasi Cacat ( dc ) dc = (4,5 /10 ) x 200 = 40 mm


Pantulan ke 2 dari cacat adalah pada skala 9
Jadi pada bahan yang tebalnya 120 mm terdapat cacat pada kedalaman 40 mm dari
permukaan BU.

METODA ULTRASONIK

54

Bila indikasi yang terjadi jumlahnya cukup banyak maka indikasi harusl dianalisa
satu persatu dimulai dari pulsa pertama.
Misal pada layar dikalibrasi dengan Range 200 dilayar muncul pulsa sebagai
berikut :

5
3

7
6

10

Misal terdapat 7 buah indikasi pada layar


Indikasi 1 Lokasi ; (2,5 / 10) x 200 = 50 mm dalamnya cacat 1
Indikasi 2 Lokasi ; (4,5 / 10) x 200 = 90 mm dalamnya cacat 2
Indikasi 3 Lokasi ; 100 pantulan 2 dari cacat 1
Indikasi 4 Lokasi ; (6 / 10) x 200 = 120 mm back wall (tebal benda uji)
Indikasi 5 Lokasi ; 150 mm pantulan 3 dari cacat 1
Indikasi 6 Lokasi ; 180 mm pantulan 2 dari cacat 2
Indikasi 7 Lokasi ; 200 mm pantulan 4 dari cacat 1

METODA ULTRASONIK

55

PENGUNAAN PROBE SUDUT


Probe sudut hanya digunakan untuk menentukan lokasi dan besar cacat yang
memiliki permukaan yang membentuk sudut terhadap permukaan benda uji.
Penentuan Lokasi Cacat dengan probe sudut :
Penentuan lokasi cacat dengan probe sudut memerlukan ketelitian yang lebih
baik dibanding probe normal karena dituntut suatu kondisi indikasi dilayar harus
maximal agar diyakini bahwa cacat berada pada central beam.

Max

10

Untuk mendapatkan indikasi maximal probe harus digerakan maju mundur kekiri
dan kekanan

METODA ULTRASONIK

56

METODA ULTRASONIK

57

KALIBRASI JARAK
Kalibrasi jarak menggunakan probe sudut berbeda dengan probe normal,
pengukuran dengan probe sudut memungkinkan 3 macam jarak, yang bias
ditampilkan pada layar.
Jarak tempuh (S)
Jarak proyeksi diukur dari titik indeks, diukur dari ujung probe (a)
Jarak tempuh kearah tebal (a)
P
Pc
a

t1

t2

Bila salah satu jarak telah diketahui maka jarak yang lain dapat ditentukan.
Sin = P / S
Cos = 2t / S

P = 2t tg = S Sin

t1 = Sc . Cos

S = 2t / cos P / sin

t2 = 2t Sc Cos

METODA ULTRASONIK

58

Kalibrasi jarak proyeksi


Misal kalibrasi probe sudut 450 dan R = 200 mm
Jarak tempuh 100 mm jarak proyeksinya = 100 x Sin 450 = 70,7 mm
Jadi indikasi pada layar harus diletakan pada skala :
Indikasi I = (70,7 / 200) x 10 = 3,5 Skala layar
II = 2 . 70,7 / 200 = 7,1 Skala layar

R 200

3,5

7,1

10

P1

P2

Dengan menempatkan indikasi pada skala 3,5 dan 7,1 diperoleh range 200 mm
jarak proyeksi dari titik indeks probe.

METODA ULTRASONIK

59

Pemakaian Skala DGS (Distance Gain Size) berdasarkan standard DIN


Amplitudo suatu indikasi tergantung pada letak permukaan pemantul/cacat
(distance), gain dan dimensi permukaan pemantul/cacat tersebut (size). Makin jauh
letak cacat dan dengan gain yang kecil serta makin kecil dimensi cacat, maka
makin kecil pula amplitudo indikasi dari cacat tersebut.
Krautkramer secara teoritis dengan percobaannya telah membuktikan
adanya hubungan antara besaran-besaran tersebut di atas dan berhasil membuat
hubungan antara besaran tersebut dalam diagram dan skala DGS dengan syarat
bahwa permukaan dianggap datar/rata dan berbentuk lingkaran dua dimensi.
Karena diagram dan skala ini dipengaruhi oleh probe dan pesawat yang
digunakan, maka dibuatkan diagram dan skala untuk berbagai jenis probe, range,
frekuensi dan dimensi dan pesawat ultrasonik. Untuk itu krautkramer membuat
skala dengan kode-kode tertentu disesuaikan dengan faktor-faktor tersebut. Misal
untuk pesawat USK, USL dan USM dibuatkan skala DGS dengan kode huruf
MAN untuk probe normal dan kode huruf MA untuk probe sudut.
Untuk memasukkan faktor frekuensi probe, sudut probe dan range dibuatkan
kode angka misal skala DGS MAN 242 adalah untuk probe B.4 SN atau MB4SN
dengan range 2 x 250 mm = 500 mm.
Skala DGS MA 442 adalah untuk probe MWB 45 dengan range 2 x 50 mm
= 100 mm dan jarak proyeksi dari ujung probe.
Untuk dapat menggunakan skala DGS langsung maka perlu dilakukan
kalibrasi, baik gain maupun jarak sehingga amplitudo langsung menunjukkan
dimensi cacat dalam satuan mm DGS.
Distance: A Gain: V

METODA ULTRASONIK

Size: G

60

DISTANCE AMPLITUDO CORRECTION ( DAC )


Kurva DAC adalah salah satu cara dari standard ASME untuk menentukan dimensi
cacat relative terhadap suatu referensi cacat tertentu (menggunakan Basic
Calibration Block / BCB).
Untuk itu terlebih dahulu harus di buat kurva DAC dari cacat referensi berupa
lubang bor sisi atau berupa takikan pada block BCB

1/4
2/4

T
3/4

B CB
R = 10/4 T
100% DAC

TBCB = 3/4 in ( 19 mm)


Probe sudut = 600

50% DAC

Size = 8 x 9 mm
Frekuensi = 4 Mhz

20% DAC

10

Kurva DAC

Setelah kurva DAC diperoleh amplitudo dari indikasi cacat dibandingkan dengan
kurva DAC dan dapat dihitung persentase perbandingan antara amplitude kurva
DAC untuk jarak yang sama dan ukuran cacat referensi yang sama.
METODA ULTRASONIK

61

Anda mungkin juga menyukai