Anda di halaman 1dari 8

4.

3 Perencanaan Kolam pelabuhan


Kolam pelabuhan harus tenang, mempunyai luas dan kedalaman yang cukup, sehingga
memungkinkan kapal berlabuh dengan aman dan memudahkan bongkar muat barang. Selain itu
tanah dasar harus cukup baik untuk bisa menahan angker dari pelampung penambat.
Jenis kapal = kapal minyak
Dengan :
DWT = 25.000 ton
Loa = 165,2 m
B = 26,7 m
Draft = 9,8 m

4.3.1 Perhitungan Panjang Kolam Putar :


Luas kolam putar yang digunakan umpntuk mengubah arah kapal minimum adalah
luasan lingkaran dengan jari-jari 1,5 kali panjang kapal total (Loa) dari kapal terbesar yang
menggunakannya. Apabila perputaran kapal dilakukan dengan bantuan jangkar atau
menggunakan kapal tunda, luas kolam putar minimum adalah luas lingkaran dengan jari-jari
sama dengan panjang total kapal (Loa) (Bambang Triatmodjo, hal. 121)
R = 1,5 x Loa
= 1,5 x 165,2
= 247,8 m
D = 495,6 m
D = 2R
= 2 x 247,8
= 495,6 m
Akolam = 2 r2
= 2 x x 247,82
= 385.817,988 m2

4.3.2 Kedalaman Kolam Pelabuhan


Dengan memperhitungkan gerak isolasi kapal karena pengaruh alam seperti gelombang,
angin dan arus pasang surut, kedalaman kolam pelabuhan adalah 1,1 kali draft kapal pada
muatan penuh di bawah muka air rencana. Sehingga, didapatkan kedalaman minimal kolam
putar :
dp = 1,1 x D
= 1,1 x 9,8
= 10,78 m
Direncanakan kedalaman minimal kolam putar adalah 10,78 meter.

4.4. Perencanaan Alur Pelabuhan


Diketahui data-data :
1. Kondisi pasang surut :
HHWL = + 0,77 m
HWL = + 0,62 m
LWL = - 0,62 m
LLWL = - 0,99 m
Jenis = diurnal.

2. Kondisi gelombang :
Gelombang Signifikan (Hs)
1. Hs = 1,5 m
2. Arah = NW
3. Periode = 8 detik
Gelombang Maksimum
1. Hs =3m
2. Arah = SW
3. Periode = 12 detik

4.4.1. Perencanaan Lebar Alur


Lebar alur biasanya diukur pada kaki sisi-sisi miring saluran atau pada kedalaman yang
direncanakan. Lebar alur tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
1. Lebar, kecepatan dan gerak kapal.
2. Trafik kapal, apakah alur direncanakan untuk satu atau dua jalur.
3. Kedalaman alur.
4. Apakah alur lebar atau sempit.
5. Stabilitas tebing alur.
6. Angin, gelombang, arus lurus dan arus melintang dalam alur.
Menurut buku Pelabuhan, Bambang Triatmodjo :
1. Lebar alur satu jalur

1.5B 1.8B 1.5B

4.8B

Jadi lebar alur untuk 1 jalur : L = 4,8 x B


= 4,8 x 26,7
= 128,16 m
Pada perencanaan digunakan alur dengan 1 jalur karena pada lalu lintas kapal
produksi waktu kedatangan dapat direncanakan dan diprediksi sesuai kebutuhan.
Sehingga kapal yang berpapasan dapat dihindari dengan system pengaturan jadwal yang
baik.

4.4.2. Menentukan squat


Squat adalah pertambatan draft kapal terhadap muka air yang disebabkan oleh kecepatan
kapal.
Fr 2
2,4 2

L pp 1 Fr 2
Sq =
Kecepatan kapal diambil 10 knots, apabila arus melintang tidak ada maka kecepatan
kapal berkisar antara 7 9 knots (Buku Pelabuhan, B. Trihatmojo hal. 119 )
Jika kecepatan kapal V = 10 knots = 5,14 m/dt.
1 knots = 0,514 m/dt
Dimana :
= volume air yang dipindahkan (m3)
Lpp = panjang garis air (m)
V
gR
Fr = angka Froude, Fr =
V = kecepatan (m/dt)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
h = kedalaman (m)

V
gR
Angka Froude, Fr =
5,14
9,81 9.775
=
= 0,53
Lpp = 155,0 m (data katalog Avic Dingheng Shipbuilding Co.LTD)
Dspl = 31000 ton
air laut = 1030 kg/m3
B = 26,7 m
D = 9.8 m
Maka :
= Dspl/air laut
= 31000 / 1,030
= 30097,0873 m2
30097,087 0,532
2,4
1552 1 0,532
Sq =
= 0.9959 meter = 1 meter
H = draft + squat
= 9,80 + 1,00
= 10,8 m

HHWL +0,77 m

HWL
+ 0,62 m

Normal + 0,0 m
LWL - 0,62 m
LLWL -0,99 m

1
MSL =
Gross Clearance
Hmin = 1.15 D = 1.15 x 9,80
= 11,27 m
Net Clearance :
T= T1 + T2 + T3 + T4
dimana :
T = net clearance (m)
T1 = faktor keadaan tanah
T2 = faktor gelombang
T3 = faktor gerakan kapal
T4 = faktor pengendapan
Perhitungan secara rinci :
Faktor keadaan tanah (T1)
Lpp = 0,846 x Loa 1,0193
= 0,846 x 165,2 1,0193
= 154,237 m 155 m
Tabel keadan tanah :
Jenis tanah Panjang kapal (Lpp) (m)
> 125 85 - 125 < 25
Lumpur 0,20 0,20 0,20
Pasir 0,30 0,25 0,20
Tanah keras 0,45 0,30 0,20
Karang 0,60 0,45 0,30

Karena Lpp = 155 m > 125 m dan kondisi tanah adalah tanah keras maka T1 = 0,45 m

Faktor gelombang (T2) :


T2 = 0,3h - T1
= (0,3 x 1.76) 0,45
= 0.078 m
Faktor gerakan kapal (T3) :
T3 = k x v
Dengan :
v = kecepatan = 10 knots = 5,14 m/dt
k = ditentukan berdasarkan panjang kapal

Panjang kapal Harga k


(m)
> 185 0,033
185 126 0,027
125 86 0,022
< 85 0,017

Loa = 165,2 m berada pada 125-185 m, maka k = 0,027


T3 = 5,14 x 0,027
= 0,13878 m
T3 < nilai squat
0.13878 < 1,00 , maka dipakai nilai squat = 1,00 meter
Faktor endapan (T4) :
Faktor ini disebabkan karena adanya endapan-endapan, dikarenakan alur pelayaran
berada di tengah laut bebas. Maka, nilai endapan diasumsikan kecil dan dapat
diabaikan.

Jadi, Ttotal = T1 + T2 + T3 + T4
= 0,45 +0,078+ 1,00 + 0
= 1,528

Dibandingkan lagi dengan Hmin untuk kedalaman alur :


H = 11,50 m
H = D + T
= 9,8 + 1,528
= 11,328

Supaya kapal tidak kandas maka diambil H yang lebih besar yaitu:

Draft Kapal

Squat & trim


Net clearence

Hmaks yang diambil adalah


H = Draft + Net clearance

= 9,8 + 1,528
= 11,328 m
Dari tiga pilihan kedalaman alur dipilih yang paling besar yaitu 11.28 m , dari
Hmin = 10.8
Hmaks = 11.328
4.4.3 Panjang Alur Pelayaran
Sumber buku Pelabuhan hal 120
Dari perhitungan sebelumnya didapat lebar alur untuk satu jalur pelayaran adalah
sebesar 128,16 m
R 3L untuk < 250
R 5L untuk 250 < <350
R 10L untuk > 350
Dengan : R = jari-jari belokan
L = panjang kapal
= sudut belokan
Pada kasus ini, alur pelayaran direncakan lurus dan tidak memiliki tikungan. Hal ini
dimaksudkan agar memudahkan nahkoda untuk mengendalikan kapal dengan baik.
Panjang daerah stabilitas
3 x Loa = 3 x 165,2 = 495,6 m
Panjang daerah perlambatan
2 x Loa = 2 x 165,2= 330,4 m

Anda mungkin juga menyukai