Anda di halaman 1dari 98

Volume 2, No.

2, Juli 2016 ISSN 2407-8840

Jurnal APOTEMA adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan


Prodi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan
secara berkala tiap enam bulanan pada bulan Januari dan
Juli. Redaksi menerima naskah artikel hasil pemikiran dan
penelitian sesuai dengan visi jurnal. Naskah artikel ditulis
pada ukuran kertas kwarto (A4) dengan spasi single dan
dilengkapi dengan biodata penulis.

DEWAN REDAKSI

Pimpinan Umum
Abdur Rosyid
Penanggungjawab
Sunardjo
Mitra Bestari
Siti M. Amin, Suhudi, Tatag Yuli Eko Siswono, Hartanto
Sunardi
Pimpinan Redaksi
Dwi Ivayana Sari
Bendahara
R.A Rica Wijayanti
Sekretaris
Nur Aini S
Redaktur Pelaksana
Buaddin Hasan, Enny Listiawati, Zaiful Ulum
Produksi dan Pemasaran
Zainudin
Layout dan Desain
Moh. Affaf

Alamat Penerbit dan Redaksi:


Jl. Soekarno Hatta No. 52 Telp/Fax (031) 3092325 Bangkalan
Website: http://www.stkippgri-bkl.ac.id
email: apotema_promat@yahoo.co.id

Dewan Redaksi|i
DAFTAR ISI

Halaman
DEWAN REDAKSI I
DAFTAR ISI Ii
KATA PENGANTAR REDAKSI Iii
PEDOMAN PENULISAN Iv
STANDAR MUTU ARTIKEL Vii

Abdur Rahman Peningkatan Aktifitas Siswa Dalam 1-5


Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan
Geometri Bidang Datar Melalui Penerapan
Metode Group Investigasi Pada Siswa Kelas X-
MIA 6 Semester Genap Tahun Pelajaran
6-9
Hasil Belajar Siswa Antara Yang Diajar
Agus Subaidi
Menggunakan Model Pembelajaran Penemuan
Wardatul Terbimbing Strategi Kerja Kelompok Kecil
Maufiroh Dengan Model Pengajaran Langsung

Arlina Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Vi 10-20


Sdn 1 Tatura Pada Materi Operasi Hitung
Pecahan Melalui Metode Kerja Kelompok

Endang Eny Astutik Upaya Meningkatan Hasil Belajar Matematika 21-25


Siswa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Jigsaw Pada Fungsi Eksponensial Dan
Logaritma Di Kelas X-Mia.1 SMA N 2
Bangkalan Tahun 2013

Enny Listiyawati Pemahaman Siswa SMP Pada Masalah Kalimat 26-35


Matematika

Hamsina Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe 36-44


Teams Games Tournament (Tgt) Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas II
Sdn 1 Tatura Pada Materi Penjumlahan Dan
Pengurangan Bilangan Bulat

Masnia Penerapan Model Pembelajaran Investigasi 44-51


Kelompok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Sifat - Sifat Kubus di kelas
IV SDN 1 Tatura
Daftar Isi|ii
Munifah Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif 52-61
Tipe Talking Stick (Tongkat Berbicara) Dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII
SMPN 07 Bangkalan Pada Materi Pecahan

Moh. Affaf Bilangan Sempurna Genap Dan Keprimaan 63-75


Bilangan Mersenne
Nur Halizah1 dan Efektivitas Model Pembelajaran Creative 76-86
Dwi Ivayana Problem Solving (Cps) Pada Materi Lingkaran
2
Sari Di Kelas VIII MTs Nurul Huda

Daftar Isi| iii


KATA PENGANTAR REDAKSI

uji syukur kepada Allah S.W.T., Jurnal APOTEMA (disingkat JA) edisi

P ketempat akhirnya bisa terbit pada Juli 2016. Edisi ini menyajikan berbagai
macam isu: peningkatan aktivitas siswa, hasil belajar siswa model temuan
terbimbing, metode kerja kelompok, kooperatif jigsaw, pemahaman pada
masalah kalimat matematika, penerapan model TGT, penerapan model
investigasi, perbandingan TTS dengan jigsaw dan efektifitas model cooperative
problem solving, namun dari semua isu kajian edisi ini tetap memberi gambaran
tentang perkembangan pendidikan matematika di bumi nusantara tercinta.
JA memiliki mitra bestari kalangan akademisi yang kompeten dalam bidang
kajian pendidikan, terutama pendidikan matematika. Mitra bestari tersebut adalah:
(1) Prof. Dr. Siti M. Amin, M.Pd (Guru Besar Pendidikan Matematika Unesa), (2)
Dr. Suhudi, M.Pd (Dekan FKIP Undar), (3) Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, M.Pd
(Dekan FMIPA Unesa), dan (4) Prof.Drs. Hartanto Sunardi, ST. S.Si, M.Pd (Guru
Besar Pendidikan Matematika UNIPA). Kepada mitra bestari, kami dewan redaksi
JA mengucapkan terima kasih atas perkenan dan kesediaannya terlibat dalam
penerbitan jurnal ini.
Terakhir, dewan redaksi berharap semoga jurnal ini dapat menjadi media
publikasi bagi penstudi pendidikan matematika dan memberikan sumbangan
pengetahuan ilmiah kepada praktisi pendidikan matematika dan kalangan lain
sehingga pendidikan matematika semakin berkembang dan maju di tanah air
tercinta.
Selamat membaca JA edisi ini!
Bangkalan, 18 Juli 2016
Pimpinan redaksi,

Dwi Ivayana Sari

Daftar Isi|iv
PEDOMAN PENULISAN

edoman Penulisan ini merupakan panduan penulisan artikel di JA. Tata cara

P penulisan artikel dalam Pedoman Penulisan JA ini mengacu pada format


penulisan karya ilmiah. Aturan penulisan artikel dalam Pedoman Penulisan
ini adalah sebagai berikut:
(1) Artikel yang dimuat di JA adalah hasil pemikiran dan penelitian
penulis dalam ranah pendidikan matematika. Artikel tersebut bukan karya
plagiarisme atau plagiat dan tidak pernah dipublikasikan pada media massa
lain, baik media cetak maupun elektronik,
(2) Format penulisan artikel: font Times New Roman, font size 12 pts (kecuali
judul yang dicetak dengan huruf besar di tengah dengan font size 14 pts),
paragraph spasi single, page setup: tepi bagian atas, kanan dan bawah 3 cm
dan tepi bagian kiri 4 cm, dan ukuran kertas A4. Naskah artikel dapat
diserahkan dalam bentuk prin-out sebanyak 2 eksemplar yang dikirim via pos
ke alamat Jl. Soekarno Hatta No. 52 Telp/Fax (031) 3092325 Bangkalan atau
dalam bentuk filemelalui attachment email ke alamat
apotema_promat@yahoo.co.id,
(3) Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia menggunakan pedoman umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Depdikbud dan Inggris menggunakan
ragam baku dengan format esai,
(4) Struktur naskah artikel: (1) judul, (2) penulis, (3) abstrak, (4) pendahuluan, (5)
bahasan utama, (6) penutup atau kesimpulan, dan (7) daftar pustaka. Judul
artikel adalah kepala tulisan yang menjadi gambaran singkat suatu artikel.
Penulis artikel adalah orang/tim yang memiliki secara sah artikel ini, bukan
karya hasil plagiarisme. Abstrak memuat masalah studi, tujuan studi, metode
studi, data studi, dan kesimpulan. Pendahuluan (tanpa judul) memuat
informasi latar belakang masalah, tujuan studi/kajian, masalah yang diajukan,
tinjauan pustaka, dan metode studi. Bahasan utama dapat ditulis dalam
beberapa sub bagian yang merupakan isi utama artikel (data hasil dan
pembahasan studi/kajian). Penutup/kesimpulan memberikan informasi singkat
isi artikel dan berisi saran. Daftar pustaka memuat informasi semua sumber
bacaan yang digunakan sebagai bahan acuan dalam artikel,
(5) Penulisan judul ditulis dengan huruf besar semua di tengah dengan font size 14
pts. Penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik, ditempatkan di bawah
judul artikel (jika penulis lebih dari 2 orang, penulis yang dicantumkan hanya
penulis utama saja dan penulis lainnya dicantumkan pada catatan kaki halaman
pertama naskah, dan jika penulis adalah tim, dewan redaksi hanya
berkomunikasi dengan penulis utama), dan ditulis dengan huruf besar dan font
size 12 pts. Abstrak ditulis maksimum 250 kata, tidak melebihi 1.000 karakter,
ditulis kata kuncinya, dan ditulis dengan font size 12 pts. Pendahuluan,
bahasan utama, penutup, dan daftar pustaka ditulis dengan huruf besar semua
(sub-bahasan ditulis dengan huruf besar paling depan) di tepi kiri, font zise 12
pts, dicetak dan tidak menggunakan angka dan huruf. Selain itu, dalam artikel
penulis mencantumkan alamat email untuk memudahkan komunikasi,
(6) Penulisan tabel dan gambar mengikuti ketentuan pedoman penulisan karya
ilmiah, contoh:

Pedoman Penulisan | v
Pedoman Penulisan|vi

Tabel 1. Kriteria Pengelompokan Kemampuan Matematika Siswa

Skor (s) Tingkat Kemampuan


s 80 Tinggi
80 >s 70 Sedang
s< 70 Rendah

Gambar 1. Kerangka Berfikir Aljabar

(7) Penulisan kutipan sumber rujukan menggunakan teknik rujukan berkurung


(nama, tahun, halaman), contohnya: (Rosen, 2003:85),
(8) Daftar pustaka ditulis sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah,
contohnya:
Buku satu : Rosen, Kenneth H. 2003. Discrete Mathematics and Its
penulis Applications. New York: McGraw-Hill Education.
Buku dua : Konold, C., and Higgins, T. L. 2003. Reasoning about
penulis Data. In (dalam jika buku Bahasa Indonesia) J.
Kilpatrick, W. G. Martin, & D. Schifter (eds.), A
Research Companion to Principles and Standards for
School Mathematics. Drive, Reston, VA: National
Council of Teachers of Mathematics.
Buku tiga : Clemens, R. Stanley et al. 1994. Geometry. Canada:
penulis Publishing Addison/Wesley.
Buku kumpulan Battista, M.T. 2007. The Development of Geometri
artikel and Spatial Thinking. In F.K. Lester, Jr., (ed.), Second
Handbook of Research on Mathematics Teacher and
Learning. Charlotte, NC: Information Age Publishing.
Skripsi, tesis, : Suriany, Erna. 2013. Peningkatan Kemampuan Berfikir
disertasi, dan Kreatif dan Komunikasi Matematis Siswa SMA melalui
laporan Pembelajaran Math-Talk Learning Community. Tesis
penelitian tidak diterbitkan. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI.
Artikel dalam : Bannister, Vanessa R. Pitts. 2014. Flexible
jurnal dan Conception of Perspectives and Representations: An
majalah Examination of Pre-Service Mathematics Teachers
Knowledge. In International Journal of Education in
Mathematics, Science and Technology (IJEMST), Vol.
2, Issue. 3.
Pedoman Penulisan|vii

Artikel jurnal : Groth, Randall E. 2015. Research Commentary:


online dalam Working at the Boundaries of Matematics Education
internet and Statistics Education Communities of Practice.In
National Council of Teacher of Mathematics (NCTM).
(Online), Vol. 2, Issue.1, (http://www.nctm.org, diakses
9 Januari 2015).
Artikel koran : Baedowi, Ahmad. 11 Maret, 2012. Pendidikan
Penyembuh Kemiskinan? Kompas, hlm. 6.
Makalah : Isra, Nosa. 2014. Kemampuan Pemecahan Masalah
seminar, Siswa pada Pembelajaran Matematika melalui
lokakarya, Penerapan Strategi Think Talk Write (TTW) di Sekolah
pelatihan, dan Menengah Pertama. Makalah disajikan dalam
penataran Workshop dan Seminar Matematika dan Pendidikan
Matematika, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
12-13 September.
Dokumen resmi : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2014.
Dataset Siswa Sekolah Menengah Atas yang Putus
Sekolah. Jakarta: Kemendikbud.
Berita koran : Jawa Pos. 21 Mei, 2014. Matematika Sang Jagal
tanpa penulis Kelulusan UN, hlm.10.
(9) Semua naskah artikel yang masuk di dewan redaksi ditelaah mitra bestari JA.
Rekomendasi mitra bestari ini menjadi dasar pengambilan keputusan dewan
redaksi memuat dan menolak artikel di JA. Keputusan dewan redaksi akan
diinformasikan secara tertulis melalui surel (surat elektronik) kepada penulis
artikel. Artikel yang akan dimuatsebelum naik cetakakan diedit oleh tim
editor redaksi JA tanpa mengubah subtansi isi artikel.
STANDAR MUTU ARTIKEL

N askah artikel yang dimuat di JA bobot kualitasnya sesuai dengan standar


mutu yang dirumuskan dan ditetapkan Dewan Redaksi JA. Standar
Mutu Artikel JA tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Judul bernuansa nasional (lokasi penelitian tidak disebut di
judul),
(2) Artikel menggunakan format esai dalam bentuk paragraf dan tidak
menggunakan sistematika pembaban rinci,seperti, laporan penelitian, skripsi,
tesis, dan disertasi,
(3) Bagian PENDAHULUAN (jumlah halaman maksimal 60%), yang memuat
informasi tentang: (a) latar belakang masalah, (b) tujuan studi/kajian, (c)
masalah yang diajukan, (d) tinjauan pustaka, dan (e) metode studi (artikel
pemikiran tidak perlu). Latar belakang masalah berisi paparan perkembangan
terkini bidang ilmu pendidikan matematika yang diteliti yang disertai dengan
argumentasinya yang didukung hasil kajian pustaka primer dan mutakhir,
paparan kesenjangan, dan argumentasi peneliti dalam menutup kesenjangan.
Tujuan studi berisi paparan arah suatu kajian yang disesuai dengan masalah
yang diajukan. Masalah yang diajukan berisi paparan yang menanyakan
tentang kejadian, baik itu dalam bentuk deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
Tinjauan pustaka berisi paparan review dalam bentuk perbandingan karya
ilmiah lain dengan studi yang dilakukan. Metode studi berisi paparan tentang
rangkaian kegiatan pelaksanaan penelitian. Penulisan dalam metode ini hindari
yang dikutip dari buku dan desain yang sudah menjadi pengetahuan umum
tidak perlu ada sumber yang dirujuk,
(4) Bagian BAHASAN UTAMA (maksimal 40%) memuat paparan: (1) hasil
penelitian, dan (2) pembahasan. Hasil penelitian (artikel pemikiran tidak perlu)
berisi analisis data yang didalamnya bisa memuat tabel, bagan, dan gambar
yang berisi paparan hasil analisis yang sudah bermakna dan mudah dipahami
maknanya secara cepat. Tabel, bagan, dan gambar tersebut tidak berisi data
mentah yang masih dapat diolah. Pembahasan berisi pemberian makna secara
substansial terhadap hasil analis data dan perbandingan dengan temuan
sebelumnya berdasarkan hasil kajian pustaka yang relevan, mutakhir, dan
primer,
(5) Bagian PENUTUP memuat kesimpulan dan saran (maksimal 1 halaman).
Kesimpulan besiri paparan: (1) temuan studi, dan (2) data baru yang
memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pendidikan matematika.
Penulisannya hindari penggunaan istilah teknis statistik dan metodologi
penelitian. Saran berisi rekomendasi penulis kepada pembaca yang didasarkan
hasil manifestasi penulis kepada kalngan lain untuk paparan. Penulisannya
menggunakan bahasan yang jelas, memiliki otoritas penerapan, dan
memungkinkan dilakukan pendalaman, dan
(6) Bagian DAFTAR PUSTAKA memuat semua sumber bacaan yang digunakan
sebagai bahan acuan dalam studi. Bahan acuan ini relevan, mutakhir (10
tahunterakhir), dan primer

Standar Mutu Artikel |vii


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 Juli 2016 | 1

PENINGKATAN AKTIFITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN


MATEMATIKA POKOK BAHASAN GEOMETRI BIDANG DATAR
MELALUI PENERAPAN METODE GROUP
INVESTIGASI PADA SISWA KELAS X-MIA.6
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN
2014/2015

Abdur Rachman

Abstrak: Penerapan metode Group Investigation pada proses pembelajaran


Matematika di SMAN 2 Bangkalan, kelas X-MIA.6 dengan 32 orang
siswa. Metode Penelitian adalah Action Research. Analisis hasil dari
proses pembelajaran direfleksikan pada proses pembelajaran
berikutnya. Indikator keberhasilan ditinjau dari jumlah keaktifan siswa
dengan metode ini antara lain: jumlah pertanyaan, jumlah komentar
siswa, jumlah mencatat, jumlah yang menjawab. Pada Pertemuan I
(2X45 menit) nampak sedikit keaktifan siswa. Hal ini ditunjukkan
oleh jumlah pertanyaan siswa 14 (40%), siswa komentar 6 (17,10%),
siswa yang menjawab 8 (25,70%), siswa yang mencatat 32 (100%).
Pada Pertemuan II (2X45 menit) sudah nampak ada peningkatan
keaktifan siswa. Hal ini ditunjukkan oleh jumlah pertanyaan siswa 38
(108,58%), siswa berkomentar 20 (57,14%), siswa yang menjawab 18
(51,43%), siswa yang mencatat 32 (100%). Pada Pertemuan II seluruh
indikator menunjukkan peningkatan keaktifan siswa. Dengan
demikian metode group investigasi dapat diterapkan.

Kata kunci : peningkatan, aktifitas, group investigasi, action research

mengajar dengan serius, tidak


mempergunakan media dalam
PENDAHULUAN
penyampaian materi sehingga tidak
Pendahuluan terjadi interaksi dari hasil
Diketahui bahwa hasil belajar pembelajaran. Soli Abimanyu (dalam
siswa dapat dipengaruhi oleh strategi Suwandi, 326).
pembelajaran yang digunakan oleh Pembelajaran yang banyak
guru di dalam kelas. Guru harus melibatkan siswa, mengembangkan
mampu memilih strategi pembelajaran bakat yang dimiliki, berfikir kritis,
yang dianggap efektif, guru dituntut dapat memecahkan masalah, akan
untuk memiliki kemampuan tentang mendukung keaktifan siswa. Bertitik-
penggunaan berbagai metode atau tolak dari teori pembelajaran tersebut,
mengkombinasikan mbeberapa metode maka pembelajaran yang dilakukan
yang relevan. Djamarah dan Zain oleh guru dan siswa harus mengacu
(dalam Suwandi, 325) pada keaktifan siswa. Sesuai dengan
Ada kecenderungan perilaku dasar pemikiran dan kenyataan di atas,
guru dalam kegiatan pembelajaran lesu maka kurangnya kwalitas pembelajaran
dan pasif. Perilaku semacam ini matematika perlu ada pemecahan
diakibatkan suatu proses pembelajaran antara lain dengan melakukan
yang tidak banyak melibatkan siswa, pengembangan pembelajaran

Abdur Rachman: Investigasi Pada Siswa...


Jurnal Apotema Vol. 2 No. 2 |2

kooperatif khususnya group Menurut Dra. Sri Anitah


investigation. Wiryawan dan Drs. Noorhadi Th.
(1999): Menyebutkan bahwa cara
Penulis beranggapan bahwa metode belajar siswa aktif ada beberapa cirri,
group investigation yang dirintis oleh antara lain: siswa tidak hanya
Sharan and Sharan pada tahun 1975 menerima informasi, tetapi lebih
perlu diuji dan diteliti untuk banyak mencari dan memberi
mendukung peningkatan aktifitas di informasi, siswa lebih banya
kelas. Dengan group investigation mengajukan pertanyaan, baik kepada
diharapkan terjadi peningkatan aktifitas guru maupun kepada siswa lain, siswa
siswa dalam kelas, terutama siswa lebih banyak mengajukan pendapat
SMA Negeri 2 Bangkalan. Adapun terhadap informasi yang disampaikan
unsur-unsur yang diteliti adalah oleh guru atau terhadap pendapat yang
keaktifan siswa yang meliputi: jumlah diajukan oleh siswa lain, siswa
pertanyaan, jumlah siswa yang memberikan respon nyata terhadap
berkomentar, jumlah siswa yang stimulus belajar yang diberikan oleh
menjawab, jumlah siswa yang guru seperti membaca, mengerjakan
mencatat. tugas, mendiskusikan percobaan, siswa
Berdasarkan identifikasi dan berkesempatan melakukan penilaian,
pembatasan masalah di atas, maka siswa membuat sendiri tentang
maslah yang dirumuskan sebagai kesimpulan pelajaran dengan bahasa
berikut: apakah metode group dan caranya masing-masing baik secara
investigation dapat meningkatkan mandiri maupun kelompok
aktifitas siswa. Tujuan penelitian ini Pembelajaran
adalah untuk mengetahui peningkatan penyelidikan kelompok (Group
aktifitas siswa dalam pembelajaran Investigation) merupakan bagian dari
matematika melalui penerapan group pembelajaran kooperatif (Cooperative
investigation. Learning). Hal ini dijelaskan oleh
Menurut Heinz Kock (1981): Slavin (dalam Suwandi, 330) bahwa
Proses belajar siswa secara aktif pembelajaran kooperatif meliputi (1)
meliputi: mencari jalan untuk Student Team Achievement Division
memecahkan masalah sendiri, (STAD), (2) Team Assisted
menjawab pertanyaan, belajar bertanya, Individualization, (3) Cooperative
mengambil keterangan dari buku, Integrated Reading and Composition,
mendiskusikan sesuatu hal dengan (4) Jigsaw, (5) Group Investigation (6)
kawannya, melakukan percobaan Learning Together (7) Complex
sendiri, bertanggungjawab atas hasil Instruction, (8) Structure Dyadic
pekerjaannya. Methods. Oleh karena itu sebelum
Menurut Nick Cowell dan Roy dibahas lebih lanjut tentang teori
Gardner (Penerjemah : Setiani D. Syah, pembelajaran, group investigation
1995): Belajar secara aktif meliputi 3 terlebih dahulu akan dibahas
cara, antara lain: mendorong untuk pembelajaran kooperatif.
bertanya lebih baik, mendorong siswa Menurut Slavin (dalam
untuk berfokus pada pengajaran yang Suwandi, 331) belajar kooperatif
berhubungan dengan masalah, siswa (Cooperative Learning) adlah suatu
bekerja bersama-sama memecahkan model pembelajaran yang menekankan
masalah. siswa untuk belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara

Abdur Rahman, Peningkatan Aktifitas ............


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 Juli 2016 | 3

kolaboratif yang anggotanya 4 s.d 6 bertugas untuk pengambilan materi


orang dengan struktur kelompok secara acak dan memimpin jalannya
heterogen. Sunal dan Hans (dalam diskusi kelompok 40 menit,
Suwandi, 331) mengatakan bahwa presentasi ke depan dari hasil diskusi.
model cooperative learning yaitu suatu Dengan waktu yang ditentukan yaitu
cara atau pendekatan atau serangkaian 40 menit, setiap group dengan materi
strategi yang khusus dirancang untuk yang berbeda mendiskusikannya dan
memberi dorongan kepada peserta menuliskan dalam power point. Secara
didik agar bekerja sama selama proses bergantian masing-masing group
pembelajaran. mempresentasikan ke depan dengan
Siswa dalam belajar waktu 15 menit, group yang lain
matematika dihadapkan pada menanyakan atau menambahkan materi
pemahaman atau pemecahan masalah, yang dipresentasikan, jawaban dapat
oleh karena itu beljar bersama atau berasal dari ketua group atau anggota
diskusi kelompok sangat baik untuk group yang sedang presentasi.
dilaksanakan. Dengan belajar Pertanyaan berbentuk tertulis. Setelah
kelompok atau kooperatif, siswa dapat group selesai presentasi, guru akan
bekerja sama dan tolong menolong memberikan penghargaan/ pujian
mengatasai tugas yang dihadapinya. kepada group tersebut, dan
(Wina Sanjaya, 2007, 243). menambahkan materi yang belum
Metode Group Investigation mula-mula dibicarakan. Setelah selesai semua
dikembangkan oleh Sharan dan Sharan group presentasi, maka guru akan
pada tahun 1975. Guru yang menyimpulkan seluruh materi tentang
menggunakan investigasi kelompok sistem Geometri Bidang Datar
biasanya membagi kelasnya ke dalam
kelompok-kelompok yang heterogen Metodologi Penelitian
yang terdiri atas 4, 5 hingga 6 anggota. Terjadinya pola aktifitas antara
Dalam beberapa hal, kelompok dapat guru dan siswa antara lain: proses
dibentuk berdasarkan persahabatan pembelajaran terletak pada siswa, guru
atau ketertarikan pada topik tertentu. sebagai pembimbing dalam terjadinya
Kedudukan guru dalam model pengalaman belajar dan indikator yang
pembelajaran ini dijelaskan oleh Joyce dikehendaki, siswa sebagai subyek
dan Weil (dalam Suwandi, 334) yang banyak berperan dalam
berperan sebagai fasilitator yang mengembangkan cara-cara belajar
mengarahkan proses yang terjadi dalam mandiri, juga berperan membuat
kelompok. Strategi belajar perencanaan, pelaksanaan, dan
investigasi dapat dipandang sebgai tercapainya hasil dari partisipasi dan
strategi belajar pemecahan masalah aktifitas dalam pembelajaran.
atau strategi penemuan. Sujadi
(dalam Suwandi, 334). Pembelajaran Hasil Penelitian dan Pembahasan
menggunakan metode Group Pengamatan hanya satu siklus
Investigation untuk Pokok Bahasan: yaitu pertemuan I dan pertemuan II,
Geometri Bidang Datar Pertemuan I : a. Perencanaan: pada
Kemudian kelas dibagi menjdai pertemuan I ini terdiri dari 2 jam
6 kelompok yang masing-masing pelajaran @ 45 menit, dengan materi
kelompok terdiri dari 6 siswa dan Geometri Bidang Datar; b.
dipilih secara heterogen. Setiap group Pelaksanaan: berlangsung pada
dipimpin oleh ketua group yang 20 April 2015, pada kegiatan ini siswa

Abdur Rachman: Investigasi Pada Siswa...


Jurnal Apotema Vol. 2 No. 2 |4

melakukan pengambilan undian No. Kegiatan


Pertem
Persen
uan II
tentang materi yang akan dipelajari Siswa 108.57
1 38
oleh group masing-masing. Situasi bertanya %
kelas sedikit ribut. Hal ini karena siswa Siswa
57.14
2 berkoment 20
diskusi kelompok dan membuat materi ar
%

yang harus dipresentasikan dalam Siswa


51.43
3 menjawab 18
Power point. Setelah 45 menit pertama pertanyaan
%
kegiatan siswa mulai Siswa
4 32 100%
mempresentasikan per kelompok dan mencatat

hanya 2 kelompok yang maju secara


berurutan yaitu kelompokm 1 dan 2. Pada pertemuan II (10 menit menjelang
Kemudian presentasi kelompok akhir pertemuan) dibagikan kuesioner
dilanjutkan pada pertemuan ke 2. yang menunjukkan keaktifan siswa.
Indikator keberhasilan yang diukur Instrumen terdiri dari nomor 1 sampai
pada pertemuan I ini dapat dilihat pada dengan 15. Dari 32 orang siswa didapat
tabel sebagai berikut: data seperti pada tabel berikut.

Tabel 1 (hubungan antara macam Tabel 3 (hubungan antara kategori dan


kegiatan dan pertemuan I)
Pertem
jumlah poin)
No. Kegiatan Persen
uan I Kategori Jumlah poin Persen
1 Siswa bertanya 14 40.00% Selalu 260 poin 49.52%
Siswa Sering 110 poin 20.95%
2 6 17.14%
berkomentar kadang-
93 poin 17.71%
Siswa menjawab kadang
3 8 22.86%
pertanyaan Jarang 51 poin 9.71%
tidak
4 Siswa mencatat 32 100% 11 poin 2.10%
pernah
Berdasarkan data di atas pada
Situasi pertemuan I pada awal pertemuan I sudah terdapat keaktifan
sedikit ribut. Ini terjadi papa situasi siswa dalam proses pembelajaran
pengambilan nomor undian oleh ketua dengan sistem group investiagsi. Hal
kelompok. Pertemuan II : a. ini ditunjukkan oleh jumlah pertanyaan
Perencanaan; b. Melanjutkan 40%, jumlah komentar 17,14%, jumlah
pertemuan I: berlangsung pada 25 yang menjawab 22,86%, jumlah
April 2015, pada kegiatan ini siswa mencatat 100%.
melakukan presentasi kelompok 2 Pada pertemuan II keaktifan
sampai dengan kelompok 6. Situasi siswa dalam proses pembelajaran
kelas mulai lebih tertib dan terarah, hal dengan sistem group investigasi
ini ditunjukkan dengan ketenangan dan nampak meningkat secara signifikan.
perhatian siswa terhadap setiap Hal ini ditunjukkan oleh adanya
presesntasi yang dibawakan oleh peningkatan keaktifan siswa, rata-rata
kelompok, juga ditunjukkan banyaknya naik dari jumlah pertemuan I 182,8%,
pertanyaan. Indikator keberhasilan pertemuan II 317,14% sehingga
yang diukur pada pertemuan I ini dapat mengalami peningkatan 134,34%. Data
dilihat pada table sebagai berikut: kuesioner keaktifan siswa yang
termasuk kategori selalu 49,50% dan
Tabel 2 (hubungan antara macam sering 20,95% sehingga dijumlahkan
kegiatan dan pertemuan II) 70,45%.

Abdur Rahman, Peningkatan Aktifitas ............


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 Juli 2016 | 5

Dari data ini maka dapat SMA agar benar-benar memahami dan
dikatakan bahwa pengajaran dengan melaksanakan strategi mengajar yang
sistem group investigasi memang bervariasi, sehingga siswa akan lebih
positif meningkatkan keaktifan siswa bergairah untuk belajar dan selanjutnya
dalam pembelajaran. memungkinkan siswa mencapai hasil
belajar yang maksimal.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di DAFTAR PUSTAKA
atas maka dapat disimpulkan bahwa Cowell Nick dan Gardner Roy
penggunaan metode group investigasi (Penerjemah : Sjah Setiani D),
dapat meningkatkan aktifitas 1995, Teknik Mengembangkan
pembelajaran siswa, terutama kelas X- Guru dan Siswa, Grasindo,
MIA.6 khususnya pelajaran Jakarta
Matematika. Penggunaan metode group Kock Heinz, 1991, Saya Guru Yang
investigasi dalam pembelajaran Baik, Kanisius, Yogyakarta
matematika dapat mengurangi Sanjaya Wina, 2007, Strategi
kejenuhan siswa, karena siswa aktif Pembelajaran Berorientasi
untuk bertanya, menjawab pertanyaan, Standar Proses Pendidikan,
mencatat, berdiskusi, bekerja Jakarta
kelompok. Siswa merasa dirinya Suwandi, 2006, Prosedur Penelitian
mendapat perhatian dan kesempatan Tindakan Kelas, Kediri, Jawa
untuk menyampaikan pendapat, Timur
gagasan, ide dan pertanyaan. Wiryawan Sri Anitah dan Th Noorhadi,
1999, Strategi Belajar Mengajar,
Saran UT
Akhirnya peneliti menyarankan Yamin Martinis, 2007, Kiat
kepada para guru yang mengajar di Membelajarkan Siswa, Jakarta

Abdur Rachman: Investigasi Pada Siswa...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 6

HASIL BELAJAR SISWA ANTARA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN


MODEL
PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING STRATEGI KERJA
KELOMPOK KECIL DENGAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG

Agus Subaidi
Wardatul Maufiroh

Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Madura


Alamat: Jalan Raya Panglegur 3,5 KM Pamekasan
Email: agusunira@yahoo.com

Abstrak: Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMPN 3


Sampang diketahui bahwa di sekolah tersebut masih banyak guru
matematika yang menggunakan model pengajaran langsung dimana
proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru sehingga kurang
memotivasi siswa aktif di kelas akibatnya hasil belajar siswa kurang
memuaskan. Oleh sebab itu, peneliti mencoba menerapkan dan
membandingkan model pembelajaran penemuan terbimbing strategi
kerja kelompok kecil dengan model pengajaran langsung. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hasil belajar siswa mana yang lebih
baik antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
penemuan terbimbing strategi kerja kelompok kecil dengan model
pengajaran langsung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dan komparatif. Peneliti menggunakan metode tes untuk mengetahui
hasil belajar. Kemudian hasil tes tersebut dianlisis menggunakan
analisis dua rata-rata hitung atau uji-t. Hasil analisis menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran penemuan terbimbing strategi kerja kelompok kecil
lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pengajaran
langsung.

Kata-kata Kunci: Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing, Strategi Kerja


Kelompok Kecil, Model Pengajaran Langsung, dan Hasil Belajar.

PENDAHULUAN dalam Kurikulum 2013 (Kemdikbud,


2013) juga menyatakan bahwa dalam
Menurut Depdiknas (2006)
kompetensi inti yang ke-4 terdapat
menyatakan bahwa tujuan diberikan
penalaran, yaitu mengelola, menyaji,
pelajaran matematika di sekolah tingkat
dan menalar dalam ranah konkret.
SMP adalah menggunakan penalaran
Dengan demikian, penalaran
pada pola dan sifat, melakukan
merupakan unsur penting dalam proses
manupulasi matematika dalam
pembelajaran matematika. Hal ini juga
membuat generalisasi, menyusun bukti
didukung oleh beberapa pendapat ahli.
atau menjelaskan gagasan dan
Pendidikan sangat penting dalam
pernyataan matematika. Selain itu,

Agus S dan Wardatul M: Hasil Belajar ...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2, Juli 2016 |7

kehidupan dan tidak dapat dipisahkan pengetahuan (Suherman, dkk.,


dari kehidupan. Dalam situasi 2003: 58).
masyarakat yang selalu berubah, Berdasarkan hasil wawancara
idealnya pendidikan tidak hanya dengan siswa dan guru matematika di
berorientasi pada masa lalu dan masa SMPN 3 Sampang, diperoleh temuan
kini, tetapi sudah seharusnya sebagai berikut: guru di sekolah
merupakan proses yang mengantisipasi tersebut masih menerapkan model
dan membicarakan masa depan pembelajaran konvensional yaitu
(Trianto, 2007:1). Mengingat sangat pengajaran langsung yang berpusat
pentingnya bagi kehidupan, maka pada guru, sehingga membuat siswa
pendidikan harus dilaksanakan sebaik- pasif dan bosan dalam mengikuti
baiknya sehingga memperoleh hasil proses belajar matematika, hal ini
yang diharapkan. Untuk itu perlu tentunya berdampak pada rendahnya
mendapat perhatian dari pemerintah, hasil belajar dan tingkat pemahaman
masyarakat dan pengelola pendidikan siswa. Guru-guru matematika
khususnya. sebenarnya sudah mengetahui tentang
Proses pendidikan di Indonesia model-model pembelajaran tetapi
selalu mengalami suatu mereka jarang menerapkan. Alasannya
penyempurnaan yang pada akhirnya membutuhkan waktu yang relatif lebih
diharapkan menghasilkan suatu produk lama dalam mempersiapkan perangkat
atau hasil pendidikan yang berkualitas. pelajaran maupun dalam proses
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pembelajarannya.
pengelola pendidikan untuk Salah satu upaya yang
memperoleh kualitas pendidikan dalam dilakukan pemerintah dalam
upaya mencapai tujuan pendidikan memperbaiki kualitas pendidikan
nasional pada umumnya dan tujuan adalah dengan cara melakukan
kurikulum pada khususnya. perubahan kurikulum. Pada saat ini
Semua mata pelajaran yang kurikulum yang berlaku menuntu agar
diajarkan di sekolah harus berpedoman siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
pada tujuan pendidikan nasional yang Sehingga dalam hal ini, guru berperan
telah dirumuskan dalam Garis-garis sebagai fasilitator dan mempunyai
Besar Hukum Negara (GBHN). Tujuan tugas untuk bisa mengembangkan
umum diberikannya matematika pada model ataupun strategi belajar yang
jenjang pendidikan dasar dan tepat dan sesuai dengan karakteristik
menengah adalah: siswa sehingga nantinya diharapkan
1. Mempersiapkan siswa agar dapat terbentuk siswa yang mandiri.
sanggup menghadapi perubahan Salah satu model pembelajaran
keadaan di dalam kehidupan dan di yang dapat memberikan peluang
dunia yang selalu berkembang, kepada siswa untuk mengkonstruksi
melalui bertindak atas dasar pengetahuannya sendiri adalah model
pemikiran secara logis, rasional, pembelajaran penemuan terbimbing.
kritis, cermat, jujur, efektif, dan Pengajaran dengan model penemuan
efisien. ini berharap agar siswa benar-benar
2. Mempersiapkan siswa agar dapat aktif belajar menemukan sendiri bahan
menggunakan matematika dan yang dipelajarinya (Suherman, dkk.,
pola pikir matematika dalam 2003: 212).
kehidupan sehari-hari, dan dalam Model penemuan adalah cara
mempelajari berbagai ilmu penyajian pelajaran yang banyak

Agus Subaidi & Wardatul, Hasil Belajar................


Jurnal Apotema Vol.2 No. 8

melibatkan siswa dalam proses-proses menguasai bahan pelajaran yang


mental dalam rangka penemuannya disampaikan.
(Sudirman, dkk., 1987: 168). Lebih Berdasarkan uraian tersebut,
lanjut Sund (dalam Sudirman dkk, tentunya penggunaan model
1987: 168) menyatakan bahwa pembelajaran yang berbeda
discovery adalah proses mental, dan memberikan hasil belajar yang berbeda
dalam proses itu individu pula. Model pembelajaran penemuan
mengasimilasi konsep dan prinsip- terbimbing strategi kelompok kecil
prinsip. lebih menempatkan siswa sebagai
Model penemuan terbimbing subjek belajar yang aktif dalam proses
adalah model yang dalam berpikirnya, sedangkan model
pelaksanaannya sering diikuti dengan pengajaran langsung lebih
kegiatan praktek, sehingga perlu menempatkan siswa sebagai objek
dibentuk kelompok-kelompok dalam belajar yang menerima apa yang
kelas. Dalam pengelompokan siswa disampaikan. Namun, peneliti ingin
pada pembelajaran di kelas dan mengetahui sejauh apa perbandingan
memberi mereka tugas untuk tersebut jika diterapkan dalam
dikerjakan bersama, seringkali tidak pembelajaran matematika.
efektif, ada siswa yang aktif dan ada
pula yang pasif sehingga siswa yang METODE
aktif cenderung mendominasi, Penelitian ini termasuk
akibatnya beban pekerjaan tidak terbagi penelitian kuantitatif dan komparatif
merata. Untuk menghindari hal tersebut sebab data yang diperoleh berupa
dapat dibantu dengan angka dari hasil tes dan dari hasil tes
menstrukturisasikan kerja kelompok itu tersebut diteliti tentang perbedaannya.
sedemikan rupa sehingga setiap Penelitian ini yang dijadikan populasi
anggota kelompok akan menerima adalah semua siswa kelas VIII SMPN 3
tugas tertentu. Salah satu cara untuk Sampang sebanyak 8 kelas, dengan
melakukan itu adalah dengan teknik pengambilan sampel
menerapkan strategi kerja kelompok menggunakan cluster purposive
kecil dalam pembelajaran. sampling terpilih kelas VIII-C sebagai
Sedangkan model yang biasa kelas eksperimen yang diajar dengan
diterapkan di SMPN 3 Sampang adalah model pembelajaran penemuan
model pengajaran langsung. Model terbimbing strategi kerja kelompok
pengajaran langsung adalah salah satu kecil dan kelas VIII-D sebagai kelas
cara mengajar yang dirancang khusus kontrol yang menggunakan model
untuk menunjang proses belajar siswa Pengajaran Langsung.
yang berkaitan dengan pengetahuan Dalam penelitian ini peneliti
deklaratif dan pengetahuan prosedural menggunakan teknik pengumpulan
yang terstruktur dengan baik yang data dengan tes. Tes ini digunakan
dapat diajarkan dengan pola kegiatan untuk memperoleh data hasil belajar
yang bertahap, selangkah demi matematika siswa yang diajar
selangkah (Arends dalam Triyanto, menggunakan model pembelajaran
2001: 29). Dengan menggunakan penemuan terbimbing strategi kerja
model ini guru bisa mengontrol urutan kelompok kecil dengan model
dan keluasan materi pembelajaran. pembelajaran langsung. Bentuk soal
Dengan demikian guru dapat dalam teknik tes ini adalah soal uraian
mengetahui sampai sejauh mana siswa tentang faktorisasi suku aljabar.

Agus Subaidi & Wardatul, Hasil Belajar................


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2, Juli 2016 |9

Sebelum dilakukan penelitian, menggunakan model pengajaran


diperlukan uji coba terhadap instrumen langsung. Hal itu mempengaruhi besar
penelitian dimana uji coba instrumen nilai thitung sehingga nilainya lebih besar
dilaksanakan di SMPN 3 Sampang dari tkritik. Peneliti mengamati pada saat
kelas IX yang bertujuan untuk penelitian bahwa siswa yang diajar
mengetahui layak tidaknya tes menggunakan model pembelajaran
diberikan. Setelah data terkumpul maka penemuan terbimbing strategi kerja
dilakukan pengolahan data atau analisis kelompok kecil menjadikan siswa lebih
data. Selanjutnya, untuk memperoleh aktif dalam memahami materi
data hasil tes tersebut menggunakan uji pelajaran, terlebih lagi dengan
parametrik yaitu uji statistik. Pengujian berkelompok mereka saling bertukar
ini dilakukan untuk mengetahui apakah pikiran dalam memahami materi
terdapat perbedaan prestasi belajar pelajaran maupun menyelesaikan soal
matematika siswa di kelas eksperimen sehingga membuat nilai rata-rata hasil
dengan prestasi belajar matematika belajar lebih besar dibandingkan
siswa di kelas kontrol berdasarkan hasil dengan siswa yang diajar menggunakan
tes yang telah dilakukan, sehingga model pengajaran langsung.
dapat menunjukkan apakah hipotesis
yang diajukan diterima atau ditolak. KESIMPULAN

Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
dan analisis data hasil tes akhir kedua di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kelas, diperoleh rata-rata hasil belajar hasil belajar siswa antara yang diajar
matematika siswa kelas VIII-C sebagai menggunakan model pembelajaran
kelas eksperimen sebesar 63,31 dan penemuan terbimbing strategi kerja
rata-rata hasil belajar matematika siswa kelompok kecil lebih baik
kelas VIII-D sebagai kelas kontrol dibandingkan dengan menggunakan
sebesar 53,19. Dari data tersebut dapat model pengajaran langsung. Dengan
diketahui harga thitung = 3,31 dan harga thitung = 3,31 dan berdasarkan
berdasarkan tabel dengan dk = (32 + 32 tabel dengan dk = (32 + 32 2) = 62,
2) = 62, pada taraf signifikan 5% pada taraf signifikan 5% diperoleh
diperoleh harga tkritik = 1,67. Artinya harga tkritik = 1,67. Artinya thitung > tkritik,
thitung > tkritik, maka hipotesis kerja (H1) maka hipotesis kerja (H1) diterima dan
diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak. hipotesis nol (H0) ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan hasil
belajar siswa antara yang diajar PUSTAKA
menggunakan model pembelajaran Sudirman, dkk. 1987. Ilmu Pendidikan.
penemuan terbimbing strategi kerja Bandung: Remadia Karya CV.
kelompok kecil lebih baik Suherman, Erman. dkk. 2003. Strategi
dibandingkan dengan menggunakan Pembelajaran Matematika
model pengajaran langsung. Kontemporer.Bandung:
Hasil penelitian menunjukan JICA-Universitas Pendidikan
bahwa dengan model pembelajaran Indonesia (UPI).
penemuan terbimbing strategi kerja Trianto. 2007. Model Pembelajaran
kelompok kecil dihasilkan perbedaan Inovatif Berorientasi
rata-rata yang cukup besar yaitu sekitar Konstruktivistik. Jakarta:
10 poin dari hasil rata-rata yang diajar Prestasi Pustaka

Agus Subaidi & Wardatul, Hasil Belajar................


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 10

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SDN 1


TATURA PADA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN MELALUI
METODE KERJA KELOMPOK

Arlina

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa


pada topik penjumlahan dan pengurangan pecahan melalui metode kerja
kelompok. Selama ini siswa hanya dilatih dalam menyelesaikan soal-
soal secara individual dan hampir tidak pernah diberikan kesempatan
kepada siswa mengerjakannya dengan kelompok. Hal ini berakibat
rendahnya pemahaman siswa pada topik penjumlahan dan pengurangan
pecahan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menerapkan metode
kerja kelompok pada topik penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tes akhir tindakan siklus I
yang diikuti sebanyak 18 siswa, hanya 10 siswa yang tuntas atau
55,56% memperoleh nilai 65, sedangkan yang belum tuntas ada 8
siswa yang mendapat nilai 65. hasil tes akhir tindakan siklus I
belum sesuai dengan kriteria yang ditetapkan (80% siswa
memperoleh nilai 65). Berbagai kekurangan pada tindakan siklus
I, selanjutnya diadakan penyempurnaan dan perbaikan pada
tindakan siklus II. Ternyata hasil tindakan siklus II menunjukkan
bahwa dari 18 siswa yang mengikuti tes terdapat 16 siswa yang
tuntas belajar atau 88,89% yang mendapat nilai 65, sedangkan
hanya 2 siswa yang belum tuntas mendapat nilai 65 Keberhasilan
tindakan siklus II ini ditunjang dengan hasil pengamatan aktivitas
guru dan siswa sesuai indikator kinerja yang mendapat kategori
sangat baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penerapan metode kerja kelompok pada pembelajaran topik
penjumlahan dan pengurangan pecahan ternyata dapat
meningkatkan pemahaman siswa kelas VI SDN 1 Tatura. Ini berarti
bahwa hipotesis penelitian diterima, yaitu: jika menggunakan
metode kerja kelompok pada pembelajaran topik penjumlahan dan
pengurangan pecahan, maka pemahaman siswa dapat ditingkatkan.

Kata Kunci: Hasil belajar, kerja kelompok, penjumlahan, pengurangan, pecahan

PENDAHULUAN pikir manusia. Perkembangan pesat di


Matematika merupakan ilmu bidang teknologi informasi dan
universal yang mendasari komunikasi dewasa ini dilandasi oleh
perkembangan teknologi modern, perkembangan matematika di bidang
mempunyai peran penting dalam teori bilangan, aljabar, analisis, teori
berbagai disiplin dan memajukan daya peluang dan matematika diskrit. Untuk

Arlina : Meningkatkan hasil belajar..................


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 11

menguasai dan mencipta teknologi di Dari fenomena tersebut di atas,


masa depan diperlukan penguasaan menunjukkan kemampuan siswa di SD
matematika yang kuat sejak dini. dalam mengoperasikan penjumlahan
Namun disadari atau tidak, dan pengurangan pecahan masih,
pembelajaran matematika masih sehingga tidaklah mengherankan bila
menjadi momok bagi peserta didik, pembelajaran matematika, khususnya
khususnya pada materi pecahan. materi pecahan perlu dicarikan solusi
Berdasarkan pengalaman penulis yang dapat mengaktifkan siswa dalam
sebagai guru di SDN 1 Tatura dalam memaksimalkan kegiatan
mengajarkan matematika, khususnya pembelajaran. Salah satu metode yang
materi pecahan. Ketika siswa diberikan dapat mengaktifkan siswa adalah
soal penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan metode kerja
pecahan, baik yang berpenyebut sejenis kelompok.
maupun yang berpenyebut tak sejenis. Metode ini diharapkan dapat
Sekitar 80% siswa langsung meningkatkan hasil belajar siswa dan
menyelesaikannya dengan kesenjangan sosial antarsiswa karena
menjumlahkan atau mengurangkan mengutamakan siswa untuk berpikir
pembilang dan penyebutnya, sehingga dan bekerja sama satu sama lain dalam
hasil yang diperoleh menimbulkan kelompok kecil 4-6 orang dari berbagai
adanya kesalahan-kesalahan yang kemampuan akademik, jenis kelamin,
dimiliki siswa. dan etnis untuk mencapai tujuan
Banyak faktor yang menjadi bersama (Slavin, 1995: 2).
penyebab siswa mengalami kesalahan- Pembelajaran kelompok diharapkan
kesalahan dalam menyelesaikan soal dapat melibatkan intelektual emosional
penjumlahan dan pengurangan siswa khususnya kemampuan kognitif
pecahan, diantaranya adalah: (1) situasi (pengetahuan). Peran guru hanya
pembelajaran di dalam kelas yang bertindak sebagai fasilitator dan
didominasi oleh guru. Situasi ini akan mediator dalam pembelajaran.
berpengaruh pada diri siswa, siswa Berdasarkan uraian di atas,
akan nampak pasif dan hanya peneliti mencoba menerapkan metode
menerima pengetahuan sesuai dengan kerja kelompok untuk meningkatkan
apa yang disampaikan guru, (2) hasil belajar siswa pada materi operasi
rendahnya partisipasi siswa untuk aktif hitung pecahan dengan rumusan
dalam proses pembelajaran yang masalah dalam penelitian ini adalah
disebabkan oleh kurang tepatnya guru Apakah dengan menerapkan metode
menyesuaikan strategi pembelajaran kerja kelompok dapat meningkatkan
dengan kemampuan siswa yang hasil belajar siswa kelas VI SDN 1
beragam dalam kelas dan penerapan Tatura pada materi operasi hitung
metode mengajar yang hanya berfokus pecahan?
pada salah satu metode saja, dan (3)
kurangnya pemahaman siswa tentang METODE
pecahan sebagai pengetahuan prasyarat
mengakibatkan siswa tidak aktif, dan Setting dan Karakteristik Penelitian
kurang motivasi belajarnya. Sementara Penelitian tindakan kelas ini
itu, diskusi kelompok jarang adalah tindakan partisipan, karena
dilaksanakan serta interaksi dan peneliti terlibat langsung dalam
komunikasi sering tidak muncul dalam merencanakan tindakan, melakukan
kegiatan pembelajaran. tindakan, observasi, refleksi yang

Arlina : Meningkatkan hasil belajar..................


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 12

berkenaan dengan penelitian. b) action (melaksanakan tindakan), c)


Sebagaimana yang dikemukakan oleh observation (mengamati), dan d)
Madya (1994:27) bahwa dalam reflection (merefleksi/merenungkan).
penelitian partisipan dimana peneliti Sesuai dengan tujuan penelitian, maka
terlibat langsung dalam proses tahap-tahap penelitian yang akan
penelitian mulai dari awal sampai akhir dilakukan adalah sebagai berikut:
penelitian. Rancangan penelitian yang 1. Tahap Perencanaan
digunakan adalah penelitian tindakan Pada tahap perencanaan ini, akan
partisipan, karena peneliti dilakukan sebagai berikut:
berpartisipasi langsung dalam proses a. Penjajakan
penelitian, mulai dari awal sampai Pada tahap penjajakan adalah
dengan berakhirnya penelitian. merupakan kegiatan dalam
siklus awal tindakan yang
Penelitian ini dilaksanakan di
bertujuan untuk memperoleh
SDN 1 Tatura. Adapun pemilihan
gambaran umum tentang diri
lokasi ini didasarkan pertimbangan
guru/peneliti, siswa, situasi
sebagai berikut :
pembelajaran, dan topik yang
1. Sekolah ini adalah tempat mengajar
menjadi fokus kajian. Setelah
peneliti, sehingga mudah
diperoleh gambaran umum
beradaptasi dengan keadaan
tentang hal yang dimaksud
sekolah baik dengan guru maupun
maka dilanjutkan dengan
dengan siswa.
menentukan permasalahan dan
2. Berdasarkan hasil pengamatan
kegiatan perencanaan.
peneliti sewaktu mengajar, peneliti
b. Refleksi Awal
mengamati pembelajaran
i) Mengadakan konsultasi
matematika di kelas VI dengan
dengan guru SDN 1 Tatura
materi operasi hitung pecahan
tentang rencana penelitian
dalam hal ini penjumlahan dan
yang akan dilaksanakan.
pengurangan bilangan pecahan,
ii) Mengadakan pertemuan
ternyata hasilnya belum optimal.
dengan salah seorang guru
Hal ini dilihat dengan masih
banyaknya siswa yang melakukan SDN 1 Tatura sebagai
pengamat untuk
kesalahan dalam menyelesaikan
membicarakan tujuan
soal penjumlahan dan pengurangan
penelitian.
bilangan pecahan.
iii) Membentuk kelompok
Prosedur Penelitian
secara heterogen dengan
Prosedur penelitian mengacu
melihat kemampuan tinggi,
pada model yang dikemukakan oleh
sedang, dan rendah yang
Kemmis dan Mc. Taggart (dalam
didasari dari pengamatan
Rofiuddin, 1996:20), yaitu berbentuk
peneliti selaku guru di SD
siklus spiral yang terdiri dari
tersebut.
merencanakan, melaksanakan
Hasil penjajakan dan refleksi
tindakan, mengamati, dan merefleksi.
awal dimaksudkan untuk mencari
Dalam penelitian ini, peneliti
akar permasalahan tentang
mengadakan 2 tahap, yaitu: 1) tahap
kesulitan-kesulitan yang dihadapi
perencanaan yang terdiri dari a)
siswa pada materi penjumlahan dan
penjajakan, dan b) refleksi awal, dan
pengurangan pecahan.
2) tahap pelaksanaan tindakan, yang
terdiri dari a) plan (merencanakan),

Arlina : Meningkatkan hasil belajar..................


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 13

2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pengamatan dilakukan berdasar lembar


Pembelajaran observasi yang telah disiapkan
Pelaksanaan masing-masing sebelumnya. Untuk menindaklanjuti
tindakan akan dilakukan sesuai model hasil observasi maka dilakukan hasil
yang dikembangkan oleh Kemmis. tes akhir tindakan penelitian.
Model ini meliputi tahap (1)
merencanakan (plan), (2)
iv) Merefleksi (reflect)
melaksanakan (act), (3) mengamati
(observe), dan (4) merefleksi (reflect) Merefleksi dilakukan untuk melihat
yang membentuk suatu siklus. keseluruhan proses pelaksanaan siklus
Tindakan siklus akan diulang sampai tindakan dan hasil tes siswa pada topik
kriteria yang ditetapkan dalam setiap penjumlahan dan pengurangan
tindakan siklus tercapai. Kegiatan pecahan. Merefleksi adalah
untuk masing-masing tindakan siklus menganalisis data-data yang diperoleh
pada penelitian ini dapat dijelaskan dari observasi, tes hasil belajar dan
sebagai berikut: catatan lapangan. Tahap refleksi
i) Merencanakan (plan), meliputi kegiatan memahami,
terdiri dari: Menyusun rencana menjelaskan dan menyimpulkan data.
pembelajaran dan skenario Peneliti bersama pengamat
pembelajaran untuk tindakan siklus, merenungkan hasil dari siklus tindakan
Menyiapkan media yang dibutuhkan, yang telah dilaksanakan sebagai bahan
Menyiapkan media yang dibutuhkan, pertimbangan apakah pelaksanaan
Menyiapkan tes akhir tindakan, tindakan siklus sudah mencapai kriteria
Menyiapkan lembar observasi aktivitas yang ditetapkan atau belum. Jika
guru dan lembar observasi aktivitas belum, maka akan dilanjutkan kembali
siswa, Mengkoordinasikan program tindakan siklus berikutnya, dengan
kerja pelaksanaan tindakan dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan
guru sebagai pengamat pada kelas VI yang telah direncanakan. Jika sudah
SDN 1 Tatura. berhasil maka dilanjutkan dengan
ii) penyusunan laporan penelitian.
Melaksanakan (act)
Melaksanakan tindakan Teknik Pengumpulan Data
disesuaikan dengan rencana Teknik pengumpulan data yang
pembelajaran yang telah disusun, yaitu akan diperoleh dalam penelitian ini
pendekatan pola interaksi multi arah adalah: (1) observasi aktivitas guru
untuk mengetahui kemampuan siswa dalam kegiatan pembelajaran, (2)
dalam menyelesaikan soal operasi observasi aktivitas siswa pada saat
penjumlahan dan pengurangan kegiatan pembelajaran berlangsung, (3)
bilangan pecahan. hasil pekerjaan siswa terhadap tes akhir
iii) Mengamati (observe) tindakan yang telah diberikan.
Mengamati dilakukan selama Teknik Analisis Data
kegiatan pelaksanaan tindakan siklus Teknik analisis data hasil
berlangsung. Mengamati dilakukan observasi aktivitas guru dan siswa
oleh teman sejawat dan seorang guru yaitu dengan menggunakan analisis
kelas VI SDN 1 Tatura. Objek yang persentase. Skor yang diperoleh
diamati meliputi aktivitas peneliti masing-masing indikator dijumlahkan
sebagai pengajar dan siswa selama dan hasilnya disebut jumlah skor.
kegiatan pembelajaran berlangsung. Selanjutnya dihitung persentase nilai

Arlina : Meningkatkan hasil belajar..................


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 14

rata-rata dengan cara membagi jumlah Tabel 1 Hasil Analisis


skor dengan skor maksimal yang Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
dikalikan 100%, yaitu: Siklus I
Persentase Nilai Rata-rata Obse Skor Jum Perse Krit
Jumlah Skor rvasi Maks lah ntase eria
(NR) = x 100% imal skor
Skor Maksimal
Aktivi Sang
Kriteria taraf keberhasilan tindakan tas 100 98 98% at
ditentukan sebagai berikut: 90% NR Guru Baik
100% : Sangat Baik, 80% Aktivi
81,82
NR < 90% : Baik, 70% NR < 80% : tas 110 90
%
Baik
Cukup, 60% NR < 70% : Kurang, Siswa
0% NR < 60% : Sangat Kurang
Sedangkan analisis hasil tes Berdasarkan hasil analisis data
kemampuan berdasarkan indikator observasi pengamat terhadap aktivitas
pencapaian hasil belajar siswa, yaitu guru dalam proses belajar mengajar
rata-rata nilai secara perorangan dan pada Tabel 1, jumlah skor yang
persentase ketuntasan belajar secara diperoleh adalah 98 dari skor maksimal
klasikal. Adapun rumus yang 100. Dengan demikian, persentase skor
digunakan adalah sebagai berikut: rata-rata adalah 98%. Berarti taraf
1.Nilai rata-rata tes kemampuan = keberhasilan kegiatan peneliti
Nilai yang diperoleh seluruh siswa berdasarkan observasi pengamat
siswa termasuk dalam kategori sangat baik.
2.Persentase Ketuntasan belajar Hasil analisis data observasi pengamat
siswa 65 terhadap aktivitas siswa pada Tabel 1
klasikal = x 100% di atas, jumlah skor yang diperoleh
Siswa
adalah 90 dan skor maksimal 110.
Dengan demikian, Persentase skor rata-
Kriteria Keberhasilan Penelitian rata adalah 81,82%. Berarti taraf
Kriteria keberhasilan tindakan keberhasilan aktivitas siswa
adalah sebagai berikut: minimal berdasarkan observasi pengamat
80% aktivitas guru dan aktivitas termasuk dalam kategori baik.
siswa dalam kegiatan
Tes pemahaman siswa yang
pembelajaran memiliki kriteria
diberikan pada tindakan siklus I
baik serta minimal 80% dari
sebanyak 4 butir soal dengan bentuk
seluruh siswa yang dikenai
soal essay (subyektif). Dengan
tindakan memperoleh nilai (hasil
berpedoman pada indikator pencapaian
tes kemampuan) lebih dari atau
hasil belajar, maka kriteria untuk hasil
sama dengan 6,0 dan persentase
soal evaluasi I, dinyatakan sukses jika
daya serap 65%.
80% dari seluruh siswa telah
memperoleh skor 65, atau skor rata-
BAHASAN UTAMA
rata siswa pada tes tindakan
Hasil penelitian
memperoleh 65.
Siklus 1
Analisis hasil observasi Berdasarkan hasil analisis
aktivitas guru dan siswa dapat dilihat jawaban siswa terhadap soal evaluasi I
pada Tabel 1 di bawah ini: dapat dilihat pada Tabel 2. berikut:

Arlina : Meningkatkan hasil belajar..................


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 15

Tabel 2 Hasil Analisis Tes Formatif dengan lain jenis dalam kelompok
Siklus I tersebut.
Berdasarkan hasil analisis
Aspek Perolehan Hasil evaluasi belajar pada tindakan siklus I,
diperoleh nilai rata-rata persentase daya
Skor tertinggi serap siswa adalah 69,26% dan
86,67 ketuntasan belajar secara klasikal
Skor terendah mencapai 55,56% dari 18 orang siswa.
53,33 Hal ini menunjukkan bahwa belum
dapat memberikan hasil yang optimal
Nilai rata-rata siswa
69,26 sesuai taraf keberhasilan yang telah
direncanakan, yaitu 80% dari jumlah
Banyaknya siswa yang siswa mendapat nilai rata-rata 65,0.
tuntas 10 Oleh karena itu, peneliti bersama-sama
dengan guru (mitra) menyepakati untuk
Banyaknya siswa yang merefleksi kembali kekurangan-
tidak tuntas 8
kekurangan yang terjadi pada tindakan
siklus I dan melanjutkan pada tindakan
Persentase ketuntasan siklus selanjutnya.
55,56%
secara klasikal Siklus 2
Hasil analisis data observasi
Sesuai hasil analisis data dari aktivitas siswa dan guru selama
soal evaluasi I diperoleh skor rata-rata kegiatan pembelajaran berlangsung,
69,25 dengan skor minimal yang seperti terlihat pada Tabel 3 di bawah
dicapai siswa adalah 53,33 dan skor ini:
tertinggi 86,67. Dari hasil analisis data Tabel 3 Hasil Analisis
pada Tabel 2 di atas menunjukkan Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
persentase ketuntasan belajar secara Siklus II
klasikal, yaitu 55,56% dari 18 siswa. Obse Skor Jum Perse Krite
Refleksi Siklus 1 rvasi Maks lah ntase ria
Setelah memperhatikan hasil imal skor
analisis data pada tindakan siklus I, Aktivi
Sanga
mulai dari hasil analisis pengamat tas 100 99 99%
t Baik
terhadap aktivitas peneliti sebagai guru, Guru
aktivitas siswa dalam pembelajaran, Aktivi
98,18 Sanga
telah menunjukkan tarap keberhasilan tas 110 108
% t baik
berturut-turut dalam kategori sangat Siswa
baik dan baik. Hal ini berarti
pembelajaran melalui metode kerja Berdasarkan analisis data
kelompok sangat baik, Meskipun masih observasi pengamat terhadap aktivitas
terdapat kekurangan-kekurangan dalam guru pada Tabel 3 di atas, jumlah skor
pembelajaran, yaitu: siswa yang yang diperoleh adalah 99 dari skor
berkemampuan tinggi masih maksimal 100. Dengan demikian,
mendominasi kagiatan diskusi, siswa persentase skor rata-rata adalah 99%.
yang berkemampuan rendah merasa Berarti taraf keberhasilan kegiatan
rendah diri, serta kesetaraan peneliti pada tindakan siklus II
antargender dan etnis belum berdasarkan observasi pengamat
menampakkan kerjasama yang baik termasuk dalam kategori sangat baik.

Arlina : Meningkatkan hasil belajar..................


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 16

Analisis data hasil observasi pengamat siswa dan belum tuntas sebanyak 2
terhadap aktivitas siswa pada Tabel 3, orang siswa, dan ketuntasan belajar
jumlah skor yang diperoleh adalah 108 secara klasikal mencapai target
dan skor maksimal 110. Dengan persentase 88,89% dari seluruh siswa.
demikian, Persentase nilai rata-rata Refleksi Siklus 2
adalah 98,18%. Berarti taraf Setelah memperhatikan hasil
keberhasilan aktivitas siswa analisis data pada tindakan siklus I,
berdasarkan observasi pengamat mulai dari hasil analisis pengamat
termasuk dalam kategori sangat baik. terhadap aktivitas peneliti sebagai guru,
aktivitas siswa dalam pembelajaran,
Hasil evaluasi belajar siswa
telah menunjukkan taraf keberhasilan
pada tindakan siklus II yang diberikan
sangat baik. Hal ini berarti
kepada siswa sebanyak 4 butir soal
pembelajaran melalui metode kerja
dengan bentuk soal uraian. Tes yang
kelompok amat baik.
diberikan pada materi operasi
Berdasarkan hasil analisis
penjumlahan dan pengurangan
evaluasi belajar pada tindakan siklus II,
pecahan. Analisis data hasil evaluasi
diperoleh nilai rata-rata persentase daya
tindakan siklus II selengkapnya dapat
serap siswa adalah 80,74% dan
disajikan pada Tabel 4.
ketuntasan belajar secara klasikal
Tabel 4 Hasil Analisis Soal mencapai target persentase 88,89% dari
Evaluasi II 18 siswa. Hal ini telah menunjukkan
Aspek Perolehan Hasil hasil yang optimal sesuai taraf
Skor tertinggi 100 keberhasilan yang telah direncanakan,
yaitu 80% dari jumlah siswa mendapat
Skor terendah 60 skor rata-rata 65. Meskipun masih
Persentase Daya serap 80,74 ada 2 (dua) orang siswa yang belum
tuntas, tetapi karena kriteria telah
Nilai rata-rata siswa tercapai, maka peneliti bersama-sama
80,74
dengan pengamat guru (mitra)
Banyaknya siswa yang menyimpulkan bahwa pembelajaran
tuntas 16 operasi penjumlahan dan pengurangan
pecahan melalui metode kerja
Banyaknya siswa yang
2 kelompok telah dapat meningkatkan
tidak tuntas
hasil dan proses pembelajaran yang
Persentase ketuntasan bernuansa pada peningkatan kualitas
88,89%
secara klasikal pendidikan.

Berdasarkan hasil analisis data BAHASAN UTAMA


Metode kerja kelompok
dari hasil evaluasi tindakan siklus II memungkinkan siswa memahami secara
diperoleh skor rata-rata 80,74 dengan langsung konsep dan prinsip yang ingin
skor minimal yang dicapai siswa dipelajari. Siswa akan memahami apa yang
adalah 60 dan skor tertinggi 100. Dari dipelajarinya bukan hanya dari hasil
hasil analisis data pada Tabel 4 di atas penjelasan atau pemberitahuan guru tetapi
menunjukkan persentase ketuntasan dari hasil belajar yang diperoleh melalui
belajar tercapai dengan indikator kerjasama antar anggota kelompok..
keberhasilan nilai rata-rata daya serap Sehingga pengetahuan dan informasi yang
siswa mencapai 80,74% telah tuntas diperoleh siswa lebih autentik. Siswa lebih
secara perorangan sebanyak 16 orang banyak berperan sebagai pencari informasi

Arlina : Meningkatkan hasil belajar..................


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 17

dan pengetahuan. Kegiatan siswa yang yang dikemukakan oleh Vygotsky, yaitu
seperti ini dapat dilihat ketika siswa untuk mencapai pemahaman dan
diberikan kertas dan siswa diminta pengetahuan belajarnya, siswa tidak hanya
menyelesaikan soal operasi penjumlahan mengandalkan kemampuan individual
dan pengurangan pecahan dengan yang dimilikinya, melainkan memerlukan
menggunakan alat peraga berupa kertas bantuan orang lain (guru). Dalam
yang dilipat atau digambar. Siswa pelaksanaannya, guru memberikan bantuan
menemukan jawaban melalui kerjasama (bimbingan) sebagai perancah
antar anggota kelompok, kemudian (scaffolding) yang akan mengarahkan
selanjutnya disusun kembali menjadi siswa pada aktivitas belajar yang optimal.
sebuah laporan kelompok. Sehingga menurut pandangan Vygotsky
Dalam pembelajaran ini siswa peran guru sebagai pembimbing sangat
berpendapat bahwa cara guru mengajar di penting diperhatikan dan dilaksanakan.
kelas mudah dimengerti dan Selanjutnya, pada siklus I proses
menyenangkan. Siswa merasa bahwa pembelajaran yang dilaksanakan kurang
langkah-langkah yang dilakukan guru optimal, hal ini disebabkan karena ada
dalam mengajar dapat memotivasi untuk beberapa siswa yang diam atau berbicara
cepat mengerti. Siswa juga merasa tidak tentang hal lain ketika diskusi berlangsung.
terbebani dalam mempelajari materi Kondisi seperti ini mungkin disebabkan
tersebut, karena merasa kebebasan siswa belum terbiasa melaksanakan
berpikirnya dihargai. pembelajaran dengan suasana dan
Berdasarkan temuan penelitian lingkungan belajar secara kelompok,
dalam pelaksanaan kegiatan belajar sehingga butuh waktu untuk
mengajar menunjukkan bahwa guru dan menyesuaikan. Selain itu, perilaku individu
siswa aktif melakukan pembelajaran ternyata sangat menentukan dalam
melalui kerjasama antar kelompok. aktivitas belajar kelompok. Anggota-
Maksudnya guru kadang-kadang duduk anggota kelompok yang mempunyai sifat
dengan siswa dalam suatu diskusi pendiam akan menjadikan diskusi
kelompok sebagai fasilitator atau kelompok berjalan tidak sesuai dengan
motivator. Hal ini dapat dilihat dari yang diharapkan. Dalam belajar kelompok,
kegiatan curah pendapat (brainstorming) anggota-anggota kelompok harus saling
ketika siswa menyelesaikan tugas memberi bantuan penjelasan dan
kelompok yang berkaitan materi penguasaan materi, tetapi ini tidak
penjumlahan dan pengurangan pecahan. mungkin terjadi bila anggota-anggota
Kegiatan ini merupakan suatu langkah dalam kelompok tidak mampu atau tidak
untuk memotivasi siswa mengemukaakan mau mengemukakan bantuan penjelasan
ide-idenya. Laporan kerja hasil kelompok apa yang diperlukan (pendiam).
dipersentasikan di papan tulis sehingga Selain itu kurangnya keberanian
jelas dapat diketahui apa yang diminati siswa dalam mengemukakan pendapat atau
siswa untuk dipelajari. gagasan menyebabkan kurang optimalnya
Kerjasama antarguru dengan siswa pembelajaran secara kelompok. Dengan
ini sangat perlu dibina, sehingga kegiatan menggunakan metode kerja kelompok,
belajar mengajar terjalin kerjasama antar siswa yang berkemampuan rendah akan
anggota kelompok Dengan memberikan termotivasi untuk mengemukakan
kesempatan kepada siswa untuk saling pendapat atau gagasan. Dalam proses
bekerja sama antarsiswa dalam berusaha pembelajaran tersebut, keaktifan siswa
untuk mencari, menemukan, dan sangat diharapkan sehingga kesiapan siswa
menyusun pengetahuannya sesuai dengan dalam pembelajaran ini merupakan faktor
tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, yang penting. Guru harus memberikan
guru tetap memberikan bimbingan dan perhatian yang lebih kepada siswa yang
arahan seperlunya kepada siswa. Kegiatan berkemampuan rendah agar siswa menjadi
memberi bimbingan kepada siswa dalam termotivasi untuk aktif dalam proses
hal ini sesuai dengan teori pembelajaran pembelajaran. Selanjutnya, berkaitan

Arlina : Meningkatkan hasil belajar..................


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 18

dengan tujuan kelompok dalam belajar dan telah diperoleh dalam diskusi dengan
tanggung jawab masing-masing anggota kelompoknya.
kelompok, yang terjadi pada penelitian ini Pada awal pertemuan kegiatan
yaitu pada pertemuan pertama siswa yang sharing ini umumnya didominasi oleh
aktif berdiskusi dalam menyelesaikan siswa yang berkemampuan tinggi dan
tugas adalah siswa berkemampuan tinggi presentasi yang dilakukan masih sangat
tanpa melibatkan siswa yang sederhana. Siswa hanya membaca apa
berkemampuan rendah. Ini berarti bahwa yang ditulis dari hasil diskusi dari
anggota kelompok belum menunjukkan kelompoknya. Hal ini menunjukkan bahwa
tanggung jawab yang maksimal. Anggota siswa yag pasif kurang bersemangat dalam
kelompok hanya berusaha memenuhi pembelajaran dan kurang memahami apa
kewajiban kelompok tanpa yang telah didiskusikan. Mungkin ini
memperdulikan apakah semua anggota disebabkan siswa belum terbiasa
kelompok memahami dengan baik apa melakukan presentasi di depan kelas. Oleh
yang mereka kerjakan. Dari keadaan ini karena itu, pada pertemuan-pertemuan
aktivitas diskusi kelompok tidak berjalan berikutnya kegiatan presentasi siswa tidak
secara maksimal dan siswa yang dibolehkan membawa catatan hasil diskusi.
berkemampuan rendah tidak mendapat Ini akan mendorong siswa untuk berusaha
masukan dari siswa yang berkemampuan aktif dalam diskusi, sehingga mereka
tinggi. menjadi paham apa yang telah
Untuk mengatasi kondisi seperti didiskusikan bersama anggota
ini, usaha yang dilakukan adalah terlebih kelompoknya. Pada pertemuan akhir pada
dahulu (1) menjelaskan kepada kelompok tindakan siklus II siswa dapat melakukan
belajar tentang hakikat belajar kelompok presentasi dengan baik.
sebelum pembelajaran dimulai, (2) Kegiatan presentasi pada
penempatan anggota kelompok tidak hanya pertemuan pertama tindakan siklus II
berdasar kemampuan akademik, namun tampak bahwa siswa senang dan
perilaku masing-masing individu harus bersemangat melakukan presentasi. Hal ini
diperhatikan juga, seperti pendiam atau terlihat dari banyaknya siswa yang
tidak. mengacungkan tangan agar diberi
Kegiatan mempresentasikan hasil kesempatan untuk melakukan presentasi
diskusi di depan kelas dilakukan oleh salah atau ada beberapa siswa bertepuk tangan
satu siswa yang mewakili kelompoknya. (aplaus) setelah temannya selesai
Setelah mempresentasikan hasil diskusi mempresentasikan.
dilanjutkan dengan kegiatan sharing. Jika Dari kegiatan presentasi tersebut,
ada pekerjaan atau hasil diskusi kelompok membuat siswa yang lain dalam kelas
berbeda dengan kelompok yang lain, ada dapat dengan mudah memahami apa yang
hal-hal yang kurang jelas, maka siswa dipelajarinya. Siswa yang lain dapat
yang lain dapat mengajukan pertanyaan memberikan tanggapan jika apa yang
atau memberikan tanggapan. dipresentasikan berbeda dengan yang
Setiap kelompok harus diperolehnya (melakukan sharing). Mereka
menyiapkan presentasi atau peragaan dapat saling mengadu argumennya,
untuk mengkonsumsikan hasil diskusi sehingga siswa benar-benar membentuk
kepada seluruh kelas. Namun apabila hasil pemahamannya sendiri melalui interaksi
temuannya sama dengan apa yang telah sosial.
dipresentasikan oleh suatu kelompok maka Berdasarkan hasil evaluasi yang
kelompok yang mempunyai temuan yang didukung oleh metode partisipatif (metode
sama tersebut tidak perlu presentasi. kerja kelompok) pada pelaksanaan
Melalui presentasi ini siswa termotivasi pembelajaran ditemukan bahwa pada
untuk aktif dalam kelompok, karena siswa dasarnya metode kerja kelompok memiliki
yang melakukan presentasi diberikan potensi yang cukup baik untuk
kebebasan oleh guru. Hal ini diharapkan meningkatkan kemampuan siswa terhadap
agar semua siswa memahami apa yang operasi penjumlahan dan pengurangan

Arlina : Meningkatkan hasil belajar..................


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 19

pecahan. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata VI SDN 1 Tatura dalam melakukan
hasil tes akhir tindakan setiap siklus operasi hitung pecahan. Hal ini dapat
mengalami peningkatan yang berarti. ditunjukkan dengan, hasil analisis skor
Pada tindakan siklus I, hasil rata-rata daya serap siswa pada
analisis hasil evaluasi diperoleh nilai rata- tindakan siklus I adalah 69,26%,
rata 69,26, dengan ketuntasan belajar meningkat menjadi 80,74% pada siklus
secara klasikal mencapai 55,56% yang II. Demikian pula dengan persentase
mendapat nilai 65. Meskipun pada ketuntasan belajar secara klasikal
tindakan siklus I belum mencapai hasil 55,56% dari 18 siswa pada siklus I
sesuai kriteria yang telah ditetapkan, tetapi meningkat menjadi 88,89% pada siklus
jika dibandingkan perolehan nilai rata-rata II.
pada tindakan siklus II adalah 80,74 2. Metode kerja kelompok mampu
dengan ketuntasan belajar secara klasikal meningkatkan partisipasi siswa secara
88,89%. Ini berarti pada tindakan siklus I aktif baik antar guru dengan siswa
dan tindakan siklus II mengalami maupun antara siswa dengan siswa,
peningkatan belajar siswa secara optimal. berdasarkan hasil analisis pengamatan
Selain itu, hasil analisis pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa pada
aktivitas guru dan siswa dalam tindakan siklus I dan tindakan siklus II
pembelajaran pada tindakan siklus I dan dalam pembelajaran berada dalam
tindakan siklus II berada dalam kategori kategori sangat baik
sangat baik. 3. Melalui penerapan metode kerja
Berdasarkan rata-rata skor yang kelompok, siswa yang berkemampuan
dicapai siswa pada setiap akhir tindakan tinggi akan merasa lebih terlatih untuk
dan hasil pengamatan aktivitas guru dan menjadi seorang pemimpin bagi teman-
aktivitas siswa dalam pembelajaran , mulai temannya dan akan termotivasi untuk
dari tindakan siklus I sampai dengan selalu belajar sehingga mampu
tindakan siklus II mengalami peningkatan menyalurkan pengetahuannya kepada
yang baik. Dengan demikian dapat anggota kelompoknya.
diinterpretasikan bahwa siswa sudah
mengalami peningkatan pemahaman dalam DAFTAR PUSTAKA
mengoperasikan penjumlahan dan
pengurangan pecahan. Akina, 2002. Penerapan Investigasi
Berdasarkan evaluasi yang Matematika untuk Kesulitan Siswa
dilaksanakan, proses pembelajaran pada Memahami Konsep Luas Jajaran
tindakan siklus II sudah berjalan secara Genjang pada Kelas VI Sekolah
optimal. Banyak siswa yang dapat Dasar. Tesis, tidak diterbitkan,
mencapai kriteria belajar tuntas Dari Malang Universitas Negeri Malang.
kenyataan tersebut, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pembelajaran Alipandie I. 1984. Didaktik Metodik
matematika melalui metode kerja Pendidikan Umum. Usaha Nasional.
kelompok telah tercapai secara substantif Surabaya.
dan dampak pengiringnya juga tercapai
yaitu siswa diberi kesempatan yang seluas- Asari. A. R. 2000. Sekilas Tentang
luasnya untuk belajar matematika (doing Pembelajaran Kooperatif
math) secara komprehensif dan holistik. (Cooperative Learning), Makalah
Seminar Jurusan Matematika
KESIMPULAN FPMIPA Malang. Tanggal 15 Maret.

Memperhatikan uraian terdahulu, maka Darmin, 2001. Upaya Mengatasi


hasil penelitian ini dapat disimpulkan Kesalahan Pemahaman Konsep
sebagai berikut: Pecahan Desimal Melalui
1. Metode kerja kelompok dapat Pembelajaran dengan Menggunakan
meningkatkan hasil belajar siswa kelas Alat Peraga Sederhan bagi Siswa

Arlina : Meningkatkan hasil belajar..................


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 20

Kelas IV SD. Tesis, tidak diterbitkan,


Malang, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang.

Hudojo, H. 1990. Strategi Belajar


Mengajar Matematika. Malang: IKIP
Malang.

Kennedy, L.M. & Tipps, S. 1994. Guiding


Childrens of Learning of
Mathematics. Belmont, Califonia:
Wadsworth Publishing Company.

Madya, S. 1994. Panduan Penelitian


Tindakan. Jokyakarta: Lemlit Ikip
Jokyakarta

Munsyi, dkk. 1981. Pedoman Mengajar


Bimbingan Praktis Untuk Calon
Guru. Al-Ikhlas. Surabaya.

Roestiyah NK. 1998. Didaktik Metodik.


Bumi Aksara. Jakarta.

Rofiuddin, A.1996. Rancangan Penelitian


Tindakan. Malang: Lemlit IKIP
Malang.

Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning ,


Theory, Reserch, and Practice (2th).
Boston: Allyn and Bacon.

Yahdiansyah, 2004. Upaya Pembelajaran


untuk Mengatasi Miskonsepsi Siswa
Kelas IV SDN Inpres Palupi tentang
Materi Penjumlahan dan
Pengurangan Pecahan melalui
Metode Resitasi. Skripsi Tidak
Diterbitkan, Palu : FKIP Universitas
Tadulako.

Arlina : Meningkatkan hasil belajar..................


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 21

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA


DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW PADA
FUNGSI EKSPONENSIAL DAN LOGARITMA DI KELAS X-MIA.1 SMA
N 2 BANGKALAN TAHUN 2013

Endang Eny Astutik

Abstrak : Matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini berkembang dengan amat
pesat, baik materi maupun kegunaannya. Namun sampai saat ini
masih banyak siswa yang menganggap bahwa matematika adalah
mata pelajaran yang sulit dipahami dan ditakuti siswa. Akibatnya
nilai-nilai yang diperoleh siswa kurang dari 60%. Guru merasa
prihatin dan ingin memperbaiki keadaan tersebut dengan mencobakan
suatu model pembelajaran yang belum pernah dicobakan khususnya di
SMAN 2 Bangkalan, yaitu Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw.
Penelitian dilakukan dalam 3 siklus. Alat pengumpul data yang
digunakan adalah: (1). Lembar Tes,(2).Lembar observasi yang
diperoleh, dianalisis dengan cara mendeskripsikan setiap siklus,
kemudian melakukan hasil perhitungan rata-rata hasil tes siklus I ke
siklus II naik sebesar 38%, dari siklus I ke siklus III naik 53% dan dari
siklus II ke siklus III naik 11%, selain itu didapat juga rata-rata
peningkatan skor secara kelompok sebesar 123.89. Dari hasil
penelitian ini disarankan bagi para guru untuk tetap dapat merancang
pembelajaran di kelas yang bukan hanya sekedar mencapai target
materi tetapi juga dapat mengembangkan ketrampilan atau
kemampuan siswa.

Kata Kunci: hasil belajar dan model pembelajaran kooperatif Jigsaw


pembelajaran matematika dengan kooperatif jigsaw .

PENDAHULUAN membentuk kelompok baru yang


mendapat tugas sama, dan saling
Model Jigsaw
berdiskusi dalam kelompok itu. Cara
Pemikiran dasar dari model ini ini membuat masing-masing anggota
adalah memberikan kesempatan siswa menjadi pemilik unik dan ahli sebelum
untuk berbagi dengan yang lain, mereka kembali ke kelompok asalnya
mengajar serta diajar oleh sesama untuk mengerjakan tugas utama.
siswa merupakan bagian penting dalam
Setelah proses ini, guru bisa
proses belajar dan sosialisasi yang
mengevaluasi pemahaman siswa
berkesinambungan. Mula-mula siswa
dengan memberikan tes formatif. Jadi
dibagi dalam kelompok yang terdiri
jelas siswa akan saling bergantung
dari empat atau lima orang siswa.
pada rekan-rekan mereka.
Masing-masing anggota mengerjakan
salah satu bagian yang berbeda dengan Tujuan Penelitian.
yang dikerjakan oleh anggota lain. Penelitian ini dilakukan dengan
Kemudian mereka memencar ke tujuan untuk meningkatkan hasil
kelompok-kelompok lain, tiap anggota pembelajaran
Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...
Jurnal Apotema Vol. 2 No. 2 |22

matematika siswa dengan asal yang mana masing-masing


menggunakan metode jigsaw. menginformasikan atau
menjelaskan hasil pekerjaannya
METODOLOGI PENELITIAN pada anggota tersebut. Pada
Setting dan karakteristik subyek akhir siklus diadakan refleksi
penelitian terhadap hasil- hasil yang
Penelitian dilaksanakan di kelas diperoleh baik dari catatan guru
X-MIA.1 SMAN 2 Bangkalan terdiri dan hasil pengamatan
dari 36 siswa(14 siswa laki-laki dan 22 kolaborator.
siswa perempuan). Penelitian ini adalah Observasi
penelitian tindakan kelas berbasis Observasi dilaksanakan selain
Lesson Study. Pada penelitian ini oleh guru juga oleh kolaborator.
digunakan metode kualitatif, karena Semua temuan dicatat dan
memenuhi karakteristik penelitian diambil fotonya baik oleh guru
kualitatif. yang mengajar maupun oleh
kolaborator.
Realisasi Rencana Penelitian Refleksi
Siklus I Pada akhir siklus diadakan
Rencana Tindakan refleksi terhadap hasil-hasil
Pada pertemuan mingguan yang diperoleh baik dari catatan
dibuat rencana-rencana berikut: guru dan pengamatan
Guru merencanakan kolaborator
pembelajaran yang akan Siklus II
dilaksanakan dengan membuat Rencana Tindakan
rencana pembelajaran pada Pada siklus II direncanakan
Menyelesaikan sistem melanjutkan program siklus I,
Pertidaksamaan Linear Dua dengan mengubah pemberian
Variabel, membuat soal yang soal. Kalau pada siklus I siswa
disesuaikan dengan empat hanya diberi satu soal untuk
kriteria dari yang mudah dikerjakan, tapi pada siklus II
sampai tingkat sukar, menyusun tiap siswa mendapat empat
soal formatif 1, serta menyusun buah soal yang berbeda tingkat
jadwal kunjungan kolaborator. kesulitannya, tetapi hanya
Pelaksanaan Tindakan mengerjakan satu nomer sesuai
Guru menjelaskan materi sesuai dengan tingkat kemampuannya
rencana pembelajaran, dan dengan harapan setidaknya
mensosialisasikan pembelajaran setiap siswa sudah mempunyai
matematika dengan pendekatan bayangan bentuk soal yang
model Jigsaw. Pada saat nantinya akan didiskusikan
penerapan, guru memberikan pada saat di kelompok asal.
satu soal kepada tiap Pelaksanaan Tindakan
kelompok(kelompok ahli) Guru tetap menjelaskan konsep
dengan tingkat kesulitan yang Merancang model matematika
berbeda. Guru berkeliling dari masalah program linear
mengawasi, dan membimbing secara klasikal. Setelah itu
kelompok ahli yang diberi soal, setiap siswa
memerlukan bantuan. Berikut menyelesaikan soal sesuai
siswa kembali ke kelompok dengan tingkat kesulitan di
Endang Eny Astutik : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar ...
Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 23

kelompok yang disebut ke 3 setiap kelompok memberi


kelompok ahli. Guru nilai / koreksi kelompok lain.
pembimbing akan memberi Observasi
bimbingan bagi kelompok yang Seperti pada siklus II observasi
memerlukan. Setelah selesai dilakukan oleh guru yang
mengerjakan di kelompok ahli, mengajar yaitu mencatat semua
siswa kembali ke kelompok temuan dan perubahan yang
asal untuk saling terjadi pada siswa, kolaborator
menginformasikan dan mengamati keseluruhan proses
menjelaskan hasil yang sudah pembelajaran sesuai daftar
diperoleh pada kelompok ahli . pengamatan yang telah
Tes formatif kedua diberikan disiapkan.
pada akhir pokok bahasan. Refleksi
Observasi Refleksi yang dilakukan
Seperti pada siklus I , observasi meliputi seluruh kegiatan
dilakukan oleh guru yang penelitian ini yaitu siklus I,
mengajar yaitu mencatat semua siklus II dan siklus III , catatan
temuan, perubahan yang terjadi guru dan pengamatan
pada siswa, kolaborator kolabolator dianalisis
mengamati keseluruhan proses sedangkan hasil ulangan harian
pembelajaran. dianalisis dan dihitung dengan
menggunakan skor peningkatan
Refleksi nilai kelompok.
Dilakukan pada akhir siklus II
dengan melihat catatan guru, HASIL PENELITIAN DAN
hasil observasi kolaborator. PEMBAHASAN
Refleksi dilakukan meliputi Hasil-hasil penelitian pada tiap siklus
refleksi siklus I dan siklus II. dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Hasil Penelitian Siklus I
Siklus III Pada awal siklus I siswa masih
Rencana Tindakan bingung, belum memahami bagaimana
Pada siklus III direncanakan mendiskusikan soal yang dihadapi ,
melanjutkan siklus II, dengan kebanyakan masih bekerja masing-
penambahan bahwa setelah masing, saling mempertahankan
menyelesaikan soal-soal prinsip dan tidak mau saling bertanya
formatif 3 siswa saling menilai/ maupun menjelaskan. Guru dirasakan
koreksi hasil kerja teman yang sangat sibuk, karena harus mendatangi
lain, dan diinformasikan seorang demi seorang. Guru segera
kelompok yang mendapat nilai mencari strategi untuk mengatasi hal
tertinggi akan mendapat ini, yaitu dengan menginformasikan
sertifikat dan Silver Queen tiap bahwa nilai setiap kelompok sangat
siswa dalam kelompok tersebut. berpengaruh untuk menentukan
Pelaksanaan Tindakan keberhasilan kelompok. Dalam hal ini
Tindakan di siklus III pada guru melihat ada pengaruh positif
dasarnya sama dengan siklus II, terhadap perubahan sikap siswa. Pada
hanya ada penambahan bahwa akhir siklus I siswa sudah mulai
setelah mengerjakan formatif memahami cara bekerja di dalam
kelompok, baik di kelompok ahli

Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...


Jurnal Apotema Vol. 2 No. 2 |24

maupun di kelompok asal yang soal secara kelompok, dan


nantinya mereka harus saling mendiskusikan soal yang sulit.
menerima dan menjelaskan materi Guru melihat adanya interaksi antar
yang dihadapi. siswa, ada persaingan antar kelompok
Hasil tes formatif 1 belum untuk meningkatkan nilai tiap anggota
menunjukkan angka yang kelompoknya, sudah tidak terlihat lagi
menggembirakan yaitu rata-rata 56,69, siswa yang bekerja sendiri, siswa
sedangkan yang masih harus remedial selalu berusaha lebih aktif. Hasil tes
20 siswa atau sekitar 56% yang belum formatif 3 rata-ratanya 86,58, semua
berhasil. Ini dikarenakan siswa belum siswa mendapatkan nilai di atas SKBM
terbiasa dengan bekerja kelompok. Dari tabel di bawah nilai formatif pada
siklus I, siklus II dan siklus III dapat
Hasil Penelitian Siklus II disajikan dengan diagram berikut:
Pada siklus II, siswa sudah
Pembahasan
mulai aktif bekerja kelompok, hal ini
dapat dilihat dari keseriusan siswa saat Penelitian ini adalah Penelitian
diskusi baik di kelompok ahli maupun Tindakan Kelas berbasis Lesson
di kelompok asal , malah saat di Study.
kelompok ahli untuk kelompok atas Hasil analisis menunjukkan bahwa,
yang seharusnya hanya satu soal yang dari tabel di atas dapat dilihat prestasi
didiskusikan tetapi karena sudah siswa setiap siklus mengalami
selesai, mereka saling mendiskusikan peningkatan, yang paling nyata pada
soal yang seharusnya bukan bagiannya, siklus III nilai siswa di atas SKBM
tapi untuk kelompok yang lain dengan yaitu 60, kemampuan guru dalam
tekun mendiskusikan satu nomer yang mengelola pembelajaran semakin
menjadi tugasnya, mereka hanya meningkat pada RPP 1, RPP 2 dan
sempat membaca soal kelompok lain. RPP 3. Kemampuan guru tersebut
Pada akhir siklus II terlihat semakin baik karena, setiap kali selesai
adanya perubahan aktifitas siswa ke penyampaian masing-masing RPP,
arah yang positif. Bila komunikasi peneliti melakukan diskusi dan saling
antar siswa macet di kelompok ahli, memberi masukan untuk perbaikan
guru segera konsolidasi, membimbing pembelajaran pada tahap berikutnya.
dan mengarahkan pekerjaan siswa, Penghargaan terhadap siswa
hanya peran guru sudah mulai sedikit menurut kelompok Jigsaw
berkurang dibanding pada siklus I. Setelah nilai akhir pada siklus I dengan
Hasil tes formatif kedua rata-ratanya siklus II dan siklus II dengan siklus III
78,19 berarti ada peningkatan 38 % , diolah menggunakan kriteria skor,
siswa yang mendapat nilai di bawah diperoleh Rekapitulasi Peningkatan
SKBM yaitu 60 hanya 4 siswa. Rata- Skor kelompok.Berdasarkan
rata perubahan peningkatan skor secara rekapitulasi tersebut dapat ditentukan
kelompok dari nilai siklus I dan siklus Juara I, Juara II dan Juara III. Masing-
II adalah 32,78 atau naik 38 %. masing adalah juara I Kelompok
Cyntax Error dengan nilai 135, juara II
Hasil Penelitian Siklus III kelompok Translasi dengan nilai 130
Pada akhir siklus III banyak dan juara III ada dua kelompok yaitu
perubahan positif yang diperoleh, yaitu kelompok Alfa dan kelompok Matriks
siswa sudah terbiasa menyelesaikan yang nilainya sama yaitu 125. Untuk
memberi motivasi, kepada kelompok

Endang Eny Astutik : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar ...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 25

yang berprestasi diberikan Sertifikat pembelajaran dengan pendekatan


dan Silver Queen untuk setiap siswa Kooperatif atau tehnik-tehnik
dalam kelompok. lainnya, mengingat masih banyak
tehnik pada pembelajaran yang
KESIMPULAN dapat diterapkan.
Pendekatan Kooperatif Jigsaw
pada Pembelajaran Matematika dapat
DAFTAR PUSTAKA
meningkatkan aktifitas belajar siswa,
dapat melatih cara berpikir siswa yang Ibrahim, Muslimin dkk., 2000.
lebih sistematis dan melatih siswa Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:
untuk berpikir berjenjang. University
Peningkatan aktifitas belajar Press Unesa.
siswa tersebut dibuktikan dengan
meningkatnya perolehan nilai rata-rata Mundilarto, Rustam, 2004. Penelitian
tes formatif, pada siklus I 56.69, siklus Kelas. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas
II 78,19 serta siklus III 86.58 dan Murthado, Sutrisman dan G.
peningkatan skor dari siklus I ke siklus Tambunan, 1987. Pengajaran
II sebesar 32.78 atau naik 38%, Matematika. Jakarta:
peningkatan skor dari siklus II ke
siklus III sebesar 29.17 atau turun12% Modul 1 12. Karunika.
diduga siswa yang tadinya berada di Nasution, 1992. Didaktik azas-azas
papan bawah saat tes formatif 3 mengajar: Bandung: Jemmars.
nilainya melesat tinggi sedang siswa
Soedjadi, 2000. Kiat Pendidikan
yang tadinya di papan atas mengalami
Matematika di Indonesia. Jakarta:
stagnasi atau malah ada yang turun,
DitjenDikti
tetapi kalau dilihat rata-rata
peningkatan skor secara kelompok Depdiknas.
adalah 123.89 itu merupakan prestasi Sutopo, 2007. Model-model
yang sangat baik. Pembelajaran Matematika. Jakarta:
Saran Sudin Dikmenti.
Perlu diupayakan peningkatan cara
berpikir sistematis pada diri siswa Surakhmad, Winarno, 1980.
sejalan dengan meningkatnya Pengantar Interaksi Belajar Mengajar.
aktifitas belajar siswa dan Bandung:
perolehan nilai hasil belajar. Tarsito.
Dari hasil penelitian ini disarankan
Wiliam Goldwin and Herbert J.
bagi para guru untuk tetap dapat
Kalusmeir, 1971. Learning and Human
merancang pembelajaran di kelas
Abilities
yang bukan hanya sekedar
mencapai target materi tetapi juga educational Psychology. New
dapat mengembangkan ketrampilan York: Harper & Row.
atau kemampuan siswa, salah W.S.Wingkel, 1996. Psikologi
satunya melalui penerapan Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia.

Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...


Jurnal Apotema Vol. 2 No. 2 |26

PEMAHAMAN SISWA SMP PADA MASALAH KALIMAT


MATEMATIKA

Enny Listiawati
Staf Pengajar Prodi Pendidikan Matematika
STKIP PGRI BANGKALAN

Email: ennylistiawati83@gmail.com

Abstrak: Fokus masalah dalam penelitian ini adalah pemahaman siswa SMP pada
masalah kalimat matematika karena hal ini sangat penting dan
mempengaruhi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kalimat
matematika. Adapun tujuan penelitan ini adalah untuk mendeskripsikan
pemahaman siswa SMP pada masalah kalimat matematika. Subjek
penelitian ini adalah dua orang siswa SMP kelas VIII yang terdiri dari
satu siswa perempuan dan satu siswa laki-laki yang mempunyai
kemampuan matematika setara. Instrumen penelitian ini adalah peneliti
sendiri dengan instrumen pendukung yaitu soal tes kemampuan
matematika, soal tes pemahaman pada kalimat matematika dan
pedoman wawancara. Hasil penelitian yang diperoleh ada perbedaan
pemahaman subjek laki-laki dan perempuan. Subjek laki-laki dan
menginterpretasikan masalah kalimat matematika dengan kalimat
sendiri dengan singkat sedangkan subjek perempuan
menginterpretasikan dengan kalimat sendiri secara lengkap dan
terperinci. Subjek laki-laki menyelesaikan masalah kalimat matematika
secara langsung tanpa menuliskan cara penyelesaian. Sedangkan subjek
perempuan menyelesaikan masalah matematika lengkap dengan
menggunakan cara penyelesaian yaitu perkalian.

Kata Kunci : Pemahaman, pemecahan masalah, kalimat matematika

PENDAHULUAN menentukan rencana pembelajaran


yang tepat yang pada akhirnya akan
Pemahaman siswa pada kalimat dicapai hasil pembelajaran yang
matematika merupakan hal penting optimal.
yang tidak dapat diabaikan dalam Dalam penyelesaian masalah
pembelajaran matematika. Hal tersebut matematika, keberhasilan siswa sangat
dikarenakan, dalam kehidupan sehari- ditentukan oleh bagaimana siswa dapat
hari banyak permasalahan yang harus membaca dan memahami kalimat pada
diselesaikan secara matematika dimana masalah matematika tersebut. Menurut
penyelesaiannya memerlukan Pearce, Bruun, Skinner, &
keterampilan memahami hubungan Mohler(2013), kesulitan siswa dalam
antara kalimat, bilangan dan simbol- memecahkan masalah kalimat
simbol. Dengan mengetahui matematika terjadi pada saat siswa
pemahaman siswa pada kalimat membaca dan memahami
matematika, guru diharapkan dapat permasalahan tersebut. Beberapa uraian
Enny Listiwati : Pemahaman Siswa SMP ...
Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 27

di atas dapat diartikan bahwa ada Hal ini diperkuat oleh penelitian
keterkaitan antara membaca, Langeness (2011) di Minnesota,
kemampuan matematika dan Amerika Serikat mengatakan bahwa
pemahaman kalimat matematika. Siswa siswa yang menuliskan permasalahan
tidak mungkin dapat menyelesaikan dengan kalimat mereka sendiri dapat
masalah matematika jika siswa tersebut meningkatkan kemampuan dalam
tidak mampu memahami kalimat memahami dan memecahkan masalah
matematika yang terkandung dalam kalimat matematika. Dari uraian
masalah tersebut. Ada dua alasan beberapa hasil penelitian tersebut maka
mengapa pemahaman kalimat pemahaman siswa pada masalah
matematika sangatlah penting, yang kalimat matematika sangat diperlukan
pertama karena kalimat matematika agar siswa tidak mengalami kesulitan
adalah hal yang paling umum dalam memecahkan masalah kalimat
ditemukan pada sebagian besar soal matematika.
matematika. Kedua,kemampuan untuk Penulis menduga adanya
memecahkan masalah kalimat perbedaan pemahaman siswa dalam
matematika adalah kemampuan dasar memecahkan masalah kalimat
dan keterampilan kunci untuk matematika berdasarkan gender. Hal
memecahkan masalah matematika. ini sesuai dengan penelitian yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maccoby dan Jacklin
dilakukan oleh Gooding (2009) di dalam Hadiyan (2007) bahwa ada
Inggris menyatakan bahwa kesulitan perbedaan antara anak laki-laki dan
yang paling banyak dialami siswa perempuan dalam kemampuan
dalam masalah matematika adalah berpikir. Anak lakilaki pada
membaca dan memahami bahasa yang umumnya memiliki kemampuan lebih
digunakan dalam suatu masalah serta unggul dalam kemampuan visual
siswa tidak mampu memahami konteks spasial dan penalaran logis. Sedangkan
permasalahan yang ada. Strategi yang anak perempuan lebih unggul dalam
paling banyak digunakan oleh guru kemampuan verbal. Dengan demikian
adalah mendorong siswa untuk ada kecenderungan perbedaan
membaca permasalahan secara pemahamanan siswa laki-laki dan
menyeluruh, serta guru membantu perempuan pada masalah kalimat
siswa memberikan informasi dalam matematika. Hal ini diperkuat dengan
masalah matematika. Sedangkan Seifi penelitian yang dilakukan oleh Zheng
& et all (2012) melakukan penelitian di Zu (2007) di Adelaide, Australia
Irak menyebutkan bahwa mayoritas Selatan bahwa ada perbedaan antara
siswa mengalami kesulitan dalam laki laki dan perempuan dalam
memecahkan masalah kalimat memecahkan masalah matematika. Hal
matematika karena siswa kesulitan ini dipengaruhi oleh kemampuan,
dalam merepresentasikan dan psikologis, pengalaman dan pendidikan
memahami masalah. Strategi yang siswa.
paling sering digunakan guru untuk Menurut Gallagher (2000)
membantu kesulitan siswa adalah perbedaan gender memiliki peran
mengidentifikasi kata kunci pada teks dalam pola-pola kesuksesan dan
dengan cara melingkari, penggunaan strategi dalam pemecahan
menggarisbawahi atau mewarnai masalah konvensional dan non
informasi pada teks. konvensional atau modern. Secara
spesifik Gallagher (2000) menyatakan

Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...


Jurnal Apotema Vol. 2 No. 2 |28

bahwa siswa perempuan lebih diterima. Siswa dikatakan memiliki


sukses daripada siswa laki-laki untuk pemahaman terhadap masalah kalimat
memecahkan masalah konvensional matematika jika siswa tersebut telah
dengan menggunakan strategi mampu memahami arti, situasi serta
algoritma, sedangkan siswa laki-laki fakta yang diketahui dan mampu
lebih sukses daripada siswa perempuan mengaitkan konsep-konsep yang baru
untuk memecahkan masalah non diterima dengan konsep-konsep yang
konvensional atau modern dengan telah dimiliki sebelumnya. Didukung
menggunakan estimasi logis atau oleh pendapat Rohana (2011) yang
wawasan. Sedangkan Pajares (1996) menyatakan bahwa siswa dikatakan
menjelaskan bahwa siswa perempuan memahami konsep yang diberikan
lebih baik daripada siswa laki-laki dalam pembelajaran jika mereka
dalam memecahkan masalah mampu mengemukakan dan
matematika. menjelaskan suatu konsep yang
Berdasarkan uraian tersebut diperolehnya berdasarkan kata-kata
maka tujuan penelititan ini adalah sendiri tidak sekedar menghafal.
untuk mendeskripsikan pemahaman Asdar (2012) menyimpulkan
siswa SMP laki-laki dan perempuan bahwa pemahaman adalah pengetahuan
pada masalah kalimat matematika. seseorang tentang suatu konsep yang
dapat diungkap melalui
Pemahaman kemampuannya menginterpretasikan,
Pemahaman merupakan hasil menghitung, mengklasifikasikan,
dari aktivitas mental individu itu dalam menalar, membandingkan,
memahami konsep. Seseorang membuktikan, dan menjelaskan baik
memahami suatu konsep karena telah secara lisan maupun tertulis ketika
melakukan aktivitas berpikir tentang menyelesaikan suatu masalah.
konsep tersebut. Sementara itu, Pemahaman seorang individu terhadap
menurut Driver (Jafar, 2013) suatu konsep merupakan hasil dari
pemahaman adalah kemampuan aktivitas mental individu itu dalam
menjelaskan suatu situasi atau suatu memahami konsep yang dimaksud.
tindakan. Dari hal ini, pemahaman Seseorang memahami sesuatu konsep
mengandung tiga komponen penting. karena telah melakukan aktivitas
Pertama, berkaitan dengan berpikir tentang konsep tersebut.
kemampuan mengenali atau Skemp (1976) berpendapat bahwa to
mengidentifikasi unsur-unsur yang understand something means to
membangun obyek, situasi atau assimilate it into an appropriate
tindakan yang dimaksud. Kedua, schema. Hal ini mengandung arti
berkenaan dengan kemampuan bahwa seseorang dikatakan memahami
menjelaskan sifat-sifat esensial sesuatu apabila telah terjadi
sebagai batasan dari obyek, situasi atau pengintegrasian informasi baru dengan
tindakan dimaksud, dan ketiga skema yang dimiliki orang tersebut.
berkenaan dengan kemampuan Dari sini dapat dikatakan bahwa
menginterpretasi . pemahaman berkaitan dengan
Menurut Minggi (2010) kemampuan (ability) seseorang dalam
pemahaman adalah pengkaitan antara pengintegrasian informasi baru melalui
skema yang ada dengan informasi yang proses akomodasi dan asimilasi
Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...

...
Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 29

kedalam skema yang dimiliki orang kategori konsep atau prinsip. (4)
tersebut sebelumnya sehingga Summarizing (meringkas) artinya
terbentuk skema baru. memberikan pernyataan tunggal yang
Pemahaman menurut Kilpatrick mewakili informasi yang disajikan atau
dan Findell (2001) adalah pemahaman abstrak dari sebuah tema umum. (5)
yang terintegrasi dan fungsional dari Inferring (menyimpulkan) yaitu
ide-ide matematika. Seseorang yang menarik kesimpulan logis dari
memiliki pemahaman konsep telah informasi yang disajikan. (6)
mengorganisir pengetahuan mereka Comparing (membandingkan) adalah
kedalam satu kesatuan yang utuh yang mendeteksi kesamaan dan perbedaan
memungkinkan untuk belajar ide-ide antara dua atau lebih objek, kejadian,
baru dengan menghubungkan ide-ide ide, masalah, situasi. (7) Explaining
yang telah ada sebelumnya. (menjelaskan) adalah
Pemahaman konsep akan membuat mengkonstruksikan dan menggunakan
bertahan lama karena fakta dan metode sebab dan akibat model sebuah sistem.
belajar dengan pemahaman yag Dalam penelitian ini yang
terhubung, maka akan memudahkan dimaksud pemahaman adalah
untuk mengingat dan menggunakan pengintegrasian skema yang ada pada
kembali serta dapat direkontruksi siswa dengan informasi yang
ketika sudah lupa. Siswa yang diterimanya pada masalah kalimat
mempunyai pemahaman konsep akan matematika berdasarkan proses
dapat menjelaskan kembali konsep kognitif pemahamanan menurut
dengan bahasa sendiri. Adapun Krathwoll.
indikator pemahaman konsep menurut
Kilpatrick dan Findell (2001) adalah Masalah Kalimat Matematika
mampu merepresentasikan konsep
matematika dengan cara yang berbeda Cummins (Seifi & et all, 2012)
dan mengetahui cara mengatakan bahwa masalah kalimat
merepresentasikannya dengan tujuan matematika didefinisikan sebagai
yang berbeda deskripsi verbal dari situasi masalah
Sedangkan menurut dimana terdapat satu atau lebih
Krathwohl,dkk (2001) ada tujuh pertanyaan yang diangkat serta
proses kognitif pemahaman yang jawabannya dapat diperoleh dengan
meliputi: (1) Interpreting penerapan operasi matematika untuk
(menginterpretasikan atau menafsirkan) data numerik yang tersedia dalam
artinya mengubah informasi dari suatu pernyataan masalah. Masalah kalimat
representasi ke representasi yang lain matematika sebagian besar mengaitkan
misalnya menafsirkan sesuatu dengan situasi dunia nyata untuk konsep-
kata-kata sendiri, menafsirkan gambar konsep matematika. Bahkan, masalah
dengan kata-kata atau sebaliknya, tersebut membantu siswa untuk
menafsirkan bilangan-bilangan dengan menggunakan pengetahuan matematika
kata-kata dan sebaliknya. (2) mereka dalam memecahkan masalah
Exemplifying (memberikan contoh) sehari-hari. Menurut De Coete dkk
artinya memberikan contoh spesifik (Seifi & et all, 2012)masalah kalimat
dari suatu konsep atau prinsip. (3) matematika dikenal sebagai instrumen
Classifying (mengklasifikasikan) yang mengembangkan kemampuan
artinya mengklasifikasikan sesuatu atau siswa dan bakat dalam memecahkan
contoh-contoh yang merupakan masalah matematika.

Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...


Jurnal Apotema Vol. 2 No. 2 |30

Menurut Charles (1987) istilah khusus hanya ditemukan dalam


masalah kalimat matematika adalah konteks matematika ( Rubenstein &
suatu konteks dunia nyata dimana Thompson dalam Langeness, 2011).
secara matematis diberikan satu atau Dalam pembagian, istilah pembagi dan
lebih kuantitas nilai nilai yang hasil bagi harus dipelajari agar siswa
diketahui, diberikan satu atau lebih tidak mengalami kesulitan. Ungkapan
kuantitas nilai nilai yang tidak dibagi berbeda makna dengan
diketahui, hubungan antara kuantitas membagi. Sebagai contoh , 6 dibagi
nilai nilai yang diuraikan, suatu 12 adalah 0,5 , sedangkan 6 membagi
pertanyaan dimulai dengan 12 adalah 2.
menemukan nilai dari kuantitas yang Berdasarkan uraian diatas, maka
tidak diketahui dan satu atau lebih dalam penelitian ini yang dimaksud
operasi penjumlahan, pengurangan, dengan masalah kalimat matematika
perkalian, dan pembagian dapat adalah masalah matematika yang
digunakan untuk menemukan nilai berupa gabungan antara kalimat,
yang ditanyakan tersebut. Selanjutnya bilangan, huruf, simbol baik yang
Pearce (2013) mengatakan bahwa merupakan konteks dunia nyata
masalah kalimat matematika adalah maupun tidak.
gabungan antara kalimat, bilangan, Pemahaman Pada Masalah Kalimat
huruf, simbol, dan grafik. Masalah ini Matematika
juga dikenal Indikator pemahaman pada
sebagaimasalaharitmatikalisan, masalah kalimat matematika pada
masalahcerita, masalah kata, dan penelitian ini mengacu pada proses
pemecahan masalahsituasi dapat kognitif pemahaman menurut
membantusiswa untuk membacadan Krathwohl,dkk (2001) yang
memahami masalah kalimat disesuaikan dengan kebutuhan
matematika. penelitian disajikan pada tabel 1
Barwell (Langeness, 2011) berikut:
mengatakan bahwa masalah kalimat Tabel 1
matematika memiliki struktur tiga Pemahaman Pada Masalah Kalimat
bagian, yaitu (1) "set up " untuk Matematika
menjelaskan skenario masalah, (2)
sejumlah informasi tentang situasi itu, N Komponen Indikator
(3) akhirnya / beberapa pertanyaan o Pemahaman
pada akhir. Hal ini dapat dilihat pada Pada Masalah
masalah berikut :Dua bilangan Kalimat
berselisih 25. Jika 2 kali bilangan yang Matematika
besar dikurangi bilangan yang kecil 1 Interpreting Menginterpr
adalah 175. Tentukanlah kedua (Menginterpretas etasi kalimat
bilangan itu. Siswa harus membaca ikan atau matematika
berulang ulang untuk memahami menafsirkan) dalam kata-
makna dari masalah tersebut. kata sendiri,
Matematika menggunakan kosakata bilangan
yang sangat spesifik dan khusus . Kata- dan simbol
kata seperti penyebut, segiempat, matematika
jajaran genjang, dan sama kaki adalah 2 Summarizing Meringkas
Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...

...
Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 31

(Meringkas) masalah kemampuan matematika setara, (2) soal


kalimat Tes Pemahaman pada masalah kalimat
matematika matematika yang terdiri dari dua soal
dengan uraian pada materi bilangan bulat.
membuat Tujuannya adalah untuk menggali dan
notasi mengeksplorasi pemahaman siswa
matematikan pada masalah kalimat matematika, dan
ya (3) pedoman wawancara yang berisi
3 Inferring Mencari garis besar pertanyaan kepada
(Menyimpulkan) solusi dan responden.
menyimpulk
an masalah BAHASAN UTAMA
kalimat Data yang diperoleh dari hasil
matematika pekerjaan siswa dan hasil wawancara
4 Explaining Menjelaskan kemudian dianalisis. Berikut ini adalah
(Menjelaskan) setiap contoh masalah kalimat matematika
langkah yang digunakan peneliti, yaitu:
penyelesaian Dalam suatu ulangan dengan
masalah 45 buah soal, setiap jawaban
kalimat benar diberi nilai 5 dan
matematika jawaban salah diberi nilai
secara logis dan tidak menjawab diberi nilai
dan 0 (nol). Giovani menjawab
terperinci benar sejumlah 33 soal,
menjawab salah sejumlah 4
Metode Penelitian soal dan sisanya tidak dijawab.
Jenis penelitian ini adalah Berapa nilai yang diperoleh
deskriptif-kualitatif dengan fokus Giovani?
penelitian adalah deskripsi pemahaman
siswa SMP pada masalah kalimat Hasil pekerjaan siswa laki-laki
matematika. Subjek penelitian ini ditunjukkan pada gambar 1 di bawah
adalah dua siswa SMP kelas VIII di ini:
SMPN 5 Bangkalan yang terdiri dari
satu siswa laki-laki dan satu siswa
perempuan yang mempunyai
kemampuan matematika setara.
Instrumen utama penelitian Gambar 1
adalah peneliti sendiri dan instrumen
pendukung: (1) soal Tes Kemampuan Berdasarkan hasil wawancara
Matematika (TKM) yang terdiri dari 10 yang dilakukan oleh peneliti dengan
butir soal tes yang mengadopsi soal- subjek laki-laki diperoleh informasi
soal UNAS dan mengambil materi mengenai pemahaman subjek pada
yang sudah pernah dipelajai oleh siswa. masalah kalimat matematika yaitu pada
Tujuan dari pemberian soal Tes komponen pemahaman interpreting
Kemampuan Matematika ini adalah subjek menginterpretasi masalah
untuk menentukan subjek penelitin tersebut dengan menggunakan kalimat
yaitu satu siswa laki-laki dan satu sendiri secara singkat hal ini bisa
siswa perempuan yang memiliki

Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...


Jurnal Apotema Vol. 2 No. 2 |32

ditunjukkan oleh transkrip wawancara langkah penyelesaiannya secara rinci.


berikut ini: Walaupun tidak dituliskan pada hasil
Peneliti : Coba kamu jelaskan maksud pekerjaanya akan tetapi subjek dapat
dari soal ini! menjelaskan bahwa untuk mencari nilai
Subjek : Benar 33 nilainya 5. Salah 4
nilainya -3. Tidak dijawab
dari setiap soal benar, salah dan tidak
nilainya 0. Ditanyakan dijawab yaitu dengan menggunakan
nilainya. metode perkalian kemudian
menjumlahkan masing-masing hasil
Sedangkan pada komponen perhitungan yang diperoleh untuk
pemahaman summarizing subjek tidak mencari nilai akhir.
menyatakan kalimat matematika Hasil pekerjaan siswa perempuan
dengan menggunakan notasi ditunjukkan pada gambar 2 di bawah
matematika akan tetapi dengan ini:
menggunakan kata-kata, hal ini
ditunjukkan oleh transkrip wawancara
berikut:
Peneliti : Coba kamu tulis soal yang tadi
dengan menggunakan simbol
atau lambang!
Subjek : Gimana ya bu. Ya saya tulis
seperti ini bu
Gambar 2

Berdasarkan hasil wawancara


yang dilakukan oleh peneliti dengan
subjek perempuan diperoleh informasi
Pada komponen pemahaman mengenai pemahaman subjek pada
inferring subjek menyelesaikan masalah kalimat matematika yaitu pada
masalah kalimat matematika secara komponen pemahaman interpreting
singkat tanpa menggunakan subjek menginterpretasi masalah
perhitungan yang panjang dan subjek tersebut dengan menggunakan kalimat
menyimpulkan jawaban sesuai dengan sendiri secara lengkap hal ini bisa
pertanyaan yang diajukan pada masalah ditunjukkan oleh transkrip wawancara
kalimat matematika. Hal ini dapat berikut ini:
dilihat pada trasnkrip wawancara Peneliti : Coba kamu jelaskan maksud
dari soal ini!
berikut ini: Subjek : Soalnya ada 45. Giovani
Peneliti : Bagaimana cara kamu menjawab 33 soal yang benar.
menyelesaikannya? Soal benar nilainya 5. Terus dia
Subjek : Yang benar 33 nilainya 165. menjawan 4 soal yang salah.
Salah 4 nilainya -12. Tidak Soal salah nilainya -3. Soal
dijawab 8 nilainya 0. Nilainya yang tidak dijawab nilainya 0.
153. Yang ditanyakan adalah nilai
Peneliti : Maksudnya nilai apa yang 153? yang diperoleh Giovani!
Subjek : Nilai yang diperoleh Giovani
adalah 153.
Sedangkan pada komponen
pemahaman summarizing subjek tidak
Pada komponen pemahaman menyatakan kalimat matematika
explaining subjek menjelaskan setiap dengan menggunakan notasi
Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...

...
Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 33

matematika akan tetapi dengan dilakukan oleh Maccoby dan Jacklin


menggunakan kata-kata, hal ini dalam Hadiyan (2007) yang
ditunjukkan oleh transkrip wawancara menyebutkan bahwa perempuan lebih
berikut: unggul dalam segi verbal sedangkan
Peneliti : Coba kamu tulis soal yang tadi laki-laki lebih unggul dalam segi visual
dengan menggunakan simbol spasial.
atau lambang!
Subjek : Saya tidak tahu bu, saya pakai
Pada komponen pemahaman
kalimat summarizing subjek laki-laki dan
perempuan mempunyai persamaan
yaitu sama-sama tidak menyatakan
Pada komponen pemahaman masalah kalimat matematika tersebut
inferring subjek menyelesaikan dengan menggunakan notasi
masalah kalimat matematika secara matematika akan tetapi dengan
terperinci dengan menggunakan menggunakan kata-kata.
perhitungan perkalian yang dituliskan Pada komponen pemahaman
secara lengkap dan subjek inferring ditemukan ada perbedaan
menyimpulkan jawaban sesuai dengan pemahaman antara subjek laki-laki dan
pertanyaan yang diajukan pada masalah perempuan pada masalah kalimat
kalimat matematika. Hal ini dapat matematika. Subjek laki-laki
dilihat pada trasnkrip wawancara menyelesaikan masalah dengan cara
berikut ini: yang singkat tanpa menuliskan cara
Peneliti : Bagaimana cara kamu perhitungannya sedangkan subjek
menyelesaikannya?
Subjek : Soal yang benar 33 dikali 5
perempuan menyelesaikan masalah
hasilnya 165. Soal yang salah 4 kalimat matematika dengan
dikali -3 nilainya -12. Soal menggunakan aturan perkalian dan
yang tidak dijawab 8 dikali 0 penjumlahan serta menuliskan caranya
nilainya 0. Kemudian saya secara rinci. Hal ini sesuai dengan
jumlahkan 165-12+0 nilainya
153. Jadi nilai yang diperoleh
penelitian yang dilakukan oleh Pajares
Giovani adalah 153. (1996) yang menyatakan bahwa siswa
perempuan lebih baik daripada siswa
Pada komponen pemahaman laki-laki dalam memecahkan masalah
explaining subjek menjelaskan setiap matematika. Akan tetapi kedua subjek
langkah penyelesaiannya secara rinci memiliki persamaan dalam
serta menuliskannya pada hasil memberikan kesimpulan yaitu
pekerjaanya. menyimpulkan jawaban yang diperoleh
Berdasarkan hasil analisis data sesuai dengan pertanyaan pada soal.
tersebut ditemukan persamaan Pada komponen pemahaman
pemahaman siswa laki-laki dan explaining subjek laki-laki dan
perempuan pada masalah kalimat perempuan ditemukan adanya
matematika yaitu pada komponen kesamaan yaitu sama-sama
pemahaman interpreting kedua subjek menjelaskan setiap langkah yang
sama-sama menginterpretasikan dilakukan untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan dengan kalimat masalah secara logis dan terperinci.
sendiri akan tetapi perbedaanya subjek
laki-laki menyatakannya secara singkat KESIMPULAN
sedangkan subjek perempuan
menyatakannya secara lengkap. Hal ini Berdasarkan analisis hasil
sesuai dengan penelitian yang penelitian maka dapat disimpulkan

Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...


Jurnal Apotema Vol. 2 No. 2 |34

bahwa pemahaman subjek laki-laki penyelesaiannya secara rinci serta


pada masalah kalimat matematika yaitu menuliskannya pada hasil pekerjaanya.
pada komponen pemahaman
interpreting subjek menginterpretasi DAFTAR PUSTAKA
masalah tersebut dengan menggunakan
kalimat sendiri secara singkat. Asdar. (2012). Profil Konflik Kognitif
Sedangkan pada komponen Mahasiswa Dalam Pemahaman
pemahaman summarizing subjek tidak Ditinjau Dari Perbedaan
menyatakan kalimat matematika Kemampuan Kalkulus.
dengan menggunakan notasi Disertasi. Surabaya:
matematika akan tetapi dengan Universitas Negeri Surabaya.
menggunakan kata-kata. Pada Charles, R. (1987). Solving Word
komponen pemahaman inferring Problems. Research Into
subjek menyelesaikan masalah kalimat Pretice Mathematics. Pearson
matematika secara singkat tanpa Education Inc.
menggunakan perhitungan yang F, P. (1996). Self-efficacy Beliefs and
panjang dan subjek menyimpulkan Mathematical Problems Solving
jawaban sesuai dengan pertanyaan of Gifted Students
yang diajukan pada masalah kalimat Contemporary Educational
matematika. Pada komponen Psychology. 325-344.
pemahaman explaining subjek Gallagher, A. M. (2000). Gender
menjelaskan setiap langkah Differences In Advaced
penyelesaiannya secara rinci. Mathematical Problem Solving
Pemahaman subjek perempuan and Arithmetical Reasoning.
pada masalah kalimat matematika yaitu Journal of Experimental Child
pada komponen pemahaman Psychology 75, 165-190.
interpreting subjek menginterpretasi Gooding, S. (2009). Children's
masalah tersebut dengan menggunakan Difficulties With Mathematical
kalimat sendiri secara lengkap. Word Problem. Proceedings of
Sedangkan pada komponen The British Society For
pemahaman summarizing subjek tidak Research Into Learning
menyatakan kalimat matematika Mathematics.
dengan menggunakan notasi Hadiyan, A. (2007). Penelusuran
matematika akan tetapi dengan Tingkat Berpikir Geomteri
menggunakan kata-kata. Pada Siswa Laki-laki dan Perempuan
komponen pemahaman inferring SMPN 1 Karksanan
subjek menyelesaikan masalah kalimat Probolinggo Berdasarkan Teori
matematika secara terperinci dengan Van Hiele. Surabaya: PPs
menggunakan perhitungan perkalian UNESA TESIS.
yang dituliskan secara lengkap dan Jafar. (2013). Membangun Pemahaman
subjek menyimpulkan jawaban sesuai Yang Lengkap (Completely
dengan pertanyaan yang diajukan pada Understanding) Dalam
masalah kalimat matematika. Pada Pembelajaran Konsep Grup.
komponen pemahaman explaining KNPM V Himpunan
subjek menjelaskan setiap langkah Matematika Indonesia.

Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...

...
Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 35

Kilpatrick, J., & Findell, B. (2001). Matematika Universitas PGRI


Adding It Up : Helping Palembang Pada Tanggal 27
Children Learn Matematics. Juni 2011.
Diambil kembali dari Seifi, M., & et all. (2012). Recognition
http://www.nap.edu/catalog/982 Of Student's Difficulties In
2.html Solving Mathematical Word
Krathwohl, D. R., & Anderson, L. W. Problems From The Viewpoint
(2001). A Taxonomy For Of Teachers. Journal Of Basic
Learning, Teaching and and Applied Scientific
Assessing: A Revision Of Research.
Blooms Taxonomy Of Skemp, R. (1976). Relational
Educational Objectives. New Understanding Mathematic
York: Longman. Teaching. 77, 20-26. Dipetik
Langeness, J. (2011). Methods To Oktober 23, 2014, dari
Improve Student Ability In http://www.grahamtall.co.uk/sk
Solving Mathematics Word emp/pdfs/instrumental-
Problems. Dipetik September relational.pdf.
24, 2013, dari Zu, Z. (2007). Gender Differences In
www.hamline.co.iy Mathematical problem Solving
Langeness, J. (2011). Methods To Patterns : A Review Of
Improve Student In Solving Literarture. International
Math Word Problems. Dipetik Education Journal 8(2), 187-
September 24, 2015, dari 203.
www.hamline.co.iv

Minggi, I. (2010). Proses Intuisi


Mahasiswa Dalam Memahami
Konsep Limit Fungsi
Berdasarkan Perbedaan
Gender.Disertasi. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.

Pearce, D. L., Bruun, F., Skinner, K., &


Mohler, C. L. (2013). What
Teachers Say About Student
Difficulties Solving
Mathematical Word Problem in
Grade 2-5. International
Electronic Journal of
Mathematic Education Vol 8
No. 1, 3-19.
Rohana. (2011). Pengaruh
Pembelajaran Berbasis Masalah
Terhadap Pemahaman Konsep
Mahasiswa Prodi Pendidikan
Matematika FKIP Universitas
PGRI Palembang. Prosiding
Seminar Pendidikan

Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 36

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS


GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR SISWA KELAS II SDN 1 TATURA PADA MATERI
PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT

Hamsinah

Abstrak: Masalah yang dikaji dalam PTK ini adalah Apakah hasil belajar (prestasi
belajar) siswa kelas II SDN 1 Tatura pada pembelajaran penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat dapat ditingkatkan melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)?
Tujuan penelitian Untuk mengetahui dan menjelaskan peningkatan
prestasi belajar siswa kelas II SDN 1 Tatura dalam pembelajaran
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Untuk
menjawab permasalahan di atas, maka dilakukan pengumpulan data dengan
mengikuti alur PTK yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan
hasil belajar (prestasi belajar) siswa baik ditinjau dari segi nilai rata-rata
persiklus maupun persentase ketuntasan klasikal. Nilai rata-rata pada siklus I
74,18, pada siklus II berhasil ditingkatkan menjadi 84,07. Mengenai
ketuntasan klasikal yang berhasil diperoleh pada siklus I mencapai 64,10%,
pada siklus II berhasil dinaikkan menjadi 87,18%. Selain hasil belajar siswa,
aktivitas siswa meningkat bila digunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournament (TGT). Dapat disimpulkan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada
pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN 1 Tatura.

Kata Kunci : Teams Games Tournament (TGT), Prestasi Belajar, Bilangan Bulat.

Keberhasilan pembelajaran
Pendahuluan tidak terlepas dari persiapan guru
Pendidikan merupakan usaha dalam mengajar dan siswa dalam
untuk mengembangkan dan menerima menerima pelajaran. Menurut Jaeng
potensi sumber daya manusia melalui (2006:4) bahwa pembelajaran lebih
berbagai kegiatan belajar mengajar menekankan pada bagaimana upaya
yang diselenggarakan pada semua pembelajar (guru) mendorong,
jenjang pendidikan tingkat dasar, membimbing, mendampingi, dan
menengah, sampai perguruan tinggi. memfasilitasi pebelajar (siswa)
Pendidikan sekolah mempunyai tujuan belajar. Dari pernyataan tersebut
untuk membentuk perubahan prilaku terlihat bahwa guru merupakan unsur
hasil belajar sepertit memiliki utama dalam pembelajaran karena guru
pengetahuan, keterampilan dan sikap memiliki tugas dan tanggung jawab
belajar (Doni Eko Sulisyanto, 2010). terhadap pencapaian tujuan pendidikan.

Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...

...
Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 37

Berbagai cara dapat dilakukan


oleh guru untuk meningkatkan prestasi Berdasarkan hasil wawancara
belajar siswa, seperti; menguasai yang dilakukan dengan salah seorang
materi dengan baik yang tentunya guru di SDN 1 Tatura, diperoleh
menuntut guru untuk rajin belajar dan informasi bahwa sebagian besar siswa
membaca sebelum melaksanakan belum paham terhadap penjumlahan
pembelajaran, menguasai psikologi bilangan. Selain itu siswa juga tidak
anak sehingga mampun memotivasi dapat mengerjakan soal apabila soal itu
sekaligus memecahkan masalah yang berbeda dengan contoh, hal ini
dihadapi siswa, dan yang tidak kalah disebabkan karena mereka belum
pentingnya adalah menguasai dan paham terhadap materi yang diajarkan.
mampu menerapkan berbagai macam Ketidakpahaman ini menyebabkan
metode pembelajaran. mereka melakukan kesalahan dalam
Matematika merupakan ilmu mengerjakan soal, sehingga hasil
universal yang turut serta dalam belajar yang diperoleh siswa menjadi
pencapaian tujuan pendidikan, tidak rendah. Contoh kesalahan yang
hanya dapat digunakan untuk mencapai dilakukan oleh siswa dalam
satu tujuan, misalnya mencerdaskan menyelesaikan soal penjumlahan dua
siswa, tetapi dapat pula untuk angka tanpa menyimpan ataupun
membentuk kepribadian siswa serta dengan cara bersusun panjang.
mengembangkan keterampilan tertentu. Dari hasil wawancara dengan
Oleh karena itu, matematika wajib guru di SDN 1 Tatura, juga diperoleh
dipelajari oleh siswa mulai dari jenjang informasi bahwa siswa tidak percaya
pendidikan dasar sampai pendidikan diri dengan jawabannya, bahkan siswa
menengah. Dalam jenjang pendidikan malu untuk bertanya kepada gurunya
tersebut diperoleh informasi bahwa jika mengalami kesulitan. Tidak hanya
masih banyak siswa yang kurang itu, kurangnya motivasi siswa untuk
paham akan materi yang diajarkan, belajar matematika membuat siswa
bahkan diantara mereka ada yang tersebut malas untuk mengerjakan
kurang tertarik untuk belajar tugas-tugas yang diberikan. Hal ini
matematika. Hal ini tidak sesuai berakibat pada rendahnya hasil belajar
dengan tujuan matematika, di mana siswa.
tujuannya menurut Depdiknas Untuk mengatasi masalah
(2006:346) yaitu: tersebut, maka perlu dicarikan solusi
Agar siswa memiliki kemampuan yang tepat yaitu dengan menerapkan
yaitu memahami konsep model pembelajaran yang lebih banyak
matematika, menjelaskan mengaktifkan siswa, melatih siswa
keterkaitan antarkonsep dan untuk mengerjakan soal dan
mengaplikasikan konsep atau bertanggung jawab terhadap tugas yang
logaritma, secara luwes, akurat, diberikan serta dapat memberikan efek
efisien, dan tepat dalam pemecahan rekreatif bagi siswa. Salah satu model
masalah. Memiliki sikap pembelajaran yang dapat diterapkan
menghargai kegunaan matematika adalah model pembelajaran kooperatif
dalam kehidupan, yaitu memiliki tipe TGT (Teams Games Tournament).
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah.

Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 38

Dalam model pembelajaran perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan,


ini terdapat adanya pertandingan antar (3) observasi dan (4) refleksi.
kelompok untuk menguji kemampuan
siswa terhadap materi yang diajarkan. Setting dan Subjek Penelitian
Untuk itu diperlukan keaktifan seluruh Penelitian ini dilaksanakan di
siswa dalam menguasai materi yang kelas II SDN 1 Tatura. Subjek
diajarkan, karena setiap siswa akan penelitian ini adalah seluruh siswa
memberikan kontribusi kepada kelas II yang terdaftar pada tahun
kelompoknya masing-masing. Dalam ajaran 2011/2012. Pemilihan lokasi
berkelompok siswa dituntut untuk penelitian didasarkan atas informasi
dapat saling berinteraksi, saling dari salah seorang guru matematika di
bertukar pendapat atau ide, dan dapat sekolah tersebut yang menyatakan
bekerja sama dalam menyelesaikan bahwa siswa kelas II SDN 1 Tatura
tugas kelompok. kurang paham terhadap materi
Berdasarkan uraian di atas, penjumlahan sehingga menyebabkan
peneliti tertarik untuk melakukan rendahnya hasil belajar.
penelitian dengan judul Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Jenis Data dan Teknik Pengumpulan
Teams Games Tournament (TGT) Data
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar a. Jenis Data
Siswa Kelas II SDN 1 Tatura Pada Data kualitatif, berupa situasi
Materi Penjumlahan. belajar mengajar yang diperoleh
dari hasil observasi kegiatan guru
dan siswa pada setiap tindakan
METODE berupa lembar observasi dan
Pendekatan dan Rancangan disajikan dalam bentuk
Penelitian prosentase dan Data kuantitatif,
Dalam penelitian ini, akan berupa prestasi belajar yang
digunakan pendekatan kualitatif. diperoleh dari hasil evaluasi yang
Pendekatan ini digunakan karena diberikan pada setiap akhir
peneliti hendak menyelidiki dan tindakan.
memaparkan data sesuai dengan apa b. Teknik Pengumpulan Data
yang terjadi pada saat penelitian. a). Tes Tertulis
Adapun rancangan penelitian yang Tes yang digunakan
digunakan adalah rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah
tindakan kelas partisipan, yakni peneliti tes awal dan tes akhir. Tes
terlibat langsung dalam proses awal diberikan untuk
penelitian mulai dari pelaksanaan mengetahui pengetahuan
tindakan sampai berakhirnya tindakan prasyarat yang dimiliki
berupa penyusunan laporan hasil siswa, mengenai materi
penelitian penjumlahan. Tes akhir
Rancangan penelitian ini diberikan untuk mengetahui
mengacu pada model Kemmis dan Mc. kemampuan siswa dalam
Taggart (Wiriaadmadja, 2005:66) yang menyelesaikan materi
terdiri atas 4 komponen yaitu (1) penjumlahan setelah
diberikan tindakan.
Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...

...
Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 39

b). Observasi 3. Kesimpulan/Verifikasi


Observasi (Conclusion
dilaksanakan selama proses Drawing/Verification)
pembelajaran berlangsung Penarikan kesimpulan
dengan menggunakan dimaksudkan untuk
lembar observasi. memberikan kesimpulan
Tujuannya adalah untuk terhadap hasil penafsiran dan
mengamati aktivitas guru evaluasi. Penarikan kesimpulan
dan siswa selama proses merupakan pengungkapan akhir
pembelajaran. dari hasil tindakan.
c). Catatan Lapangan.
Catatan lapangan Kriteria Keberhasilan Tindakan
dilakukan untuk Untuk mengetahui
memperoleh data yang tidak keberhasilan siswa setelah
terekam dalam lembar diberikan tindakan, maka kriteria
observasi. Catatan ini keberhasilan yang digunakan dalam
memuat segala aktivitas penelitian ini yaitu mengacu pada
guru dan siswa selama Kriteria Ketuntasan Minimal
proses pembelajaran baik (KKM) yang diterapkan di SDN 1
dilakukan oleh peneliti, Tatura. Adapun KKM dalam
guru, ataupun oleh teman penelitian ini dinyatakan dengan
sejawat. angka minimal 60 (enam puluh)
dan maksimal 100 (seratus). Angka
Teknik Analisis Data maksimal 100 merupakan kriteria
Analisis data dilakukan ketuntasan ideal. Jadi seorang
dengan mengacu pada model Miles siswa dikatakan tuntas jika
dan Huberman (Sugiyono, mencapai nilai lebih dari atau sama
2007:91), yaitu: (1) reduksi data dengan 60 dan suatu kelas
(data reduction), (2) penyajian data dikatakan tuntas belajar secara
(data display) dan (3) klasikal jika diperoleh persentase
kesimpulan/verifikasi (conclusion ketuntasan belajar secara klasikal
drawing/verification) lebih dari atau sama dengan 75%
1. Reduksi Data (Data Reduction) yang dihitung dengan
Mereduksi data berarti menggunakan rumus:
merangkum, menyeleksi,
memfokuskan dan Tahap-tahap Penelitian
menyederhanakan data sejak Penelitian ini terdiri dari dua
awal pengumpulan data sampai tahap, yaitu tahap pra tindakan dan
dengan penyusunan laporan. tahap pelaksanaan tindakan.
2. Penyajian Data (Data Display) a. Tahap Pra Tindakan
Setelah data direduksi, Kegiatan yang
maka langkah selanjutnya dilakukan pada tahap ini, yaitu:
adalah menyajiakan data. Data Melakukan wawancara dengan
yang disajikan bersifat naratif. guru untuk mengetahui
Setelah data disajikan, lalu
dibuat penafsiran dan evaluasi
untuk membuat perencanaan
tindakan selanjutnya.

Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 40

kemampuan siswa pada akan diurutkan sesuai


materi penjumlahan, dengan skor yang diperoleh
Menentukan subjek penelitian, kemudian dibentuklah
Menyiapkan tes awal, dan kelompok dengan
Membentuk kelompok belajar klasifikasi 1 siswa
berdasarkan hasil tes awal. berkemampuan tinggi, 2
siswa berkemampuan
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan sedang dan 1 siswa
Kegiatan yang berkemampuan rendah.
dilakukan pada tahap ini c. Observasi
mengacu pada model penelitian Pada tahap ini, akan
yang dikemukan oleh Kemmis dilaksanakan proses
dan Mc. Taggart pengamatan terhadap
(Wiriaadmadja, 2005:66) yang aktivitas peneliti yang
terdiri atas 4 komponen, yaitu: dilakukan oleh guru
(a) perencanaan, (b) matematika kelas II SDN 1
pelaksanaan tindakan, (c) Tatura, dan aktivitas siswa
observasi dan (d) refleksi. yang diamati oleh teman
a. Perencanaan sejawat selama proses
Kegiatan yang pembelajaran dengan
dilakukan pada tahap menggunakan lembar
ini, yaitu: Membuat observasi. Tujuannya adalah
rencana pelaksanaan untuk mengamati aktivitas
pembelajaran, guru dan siswa selama
Menyiapkan LKS, proses pembelajaran
Menyiapkan kartu-kartu dengan menerapkan model
yang berisi pertanyaan pembelajaran kooperatif
mengenai materi tipe TGT.
penjumlahan, Membuat d. Refleksi
tes akhir tindakan, dan Berdasarkan hasil
Membuat lembar observasi, dan hasil tes yang
observasi diperoleh, diadakan refleksi
b. Pelaksanaan Tindakan berkaitan dengan kelebihan
Kegiatan yang akan dan kekurangan yang terjadi
dilakukan pada tahap ini selama tindakan
didasarkan pada rencana berlangsung guna
pelaksanaan pembelajaran merencanakan tindakan
yang telah dibuat, yaitu yang lebih efektif pada
dengan menerapkan model siklus berikutnya.
pembelajaran kooperatif C. Hasil dan Pembahasan
tipe TGT pada materi Hasil Penelitian
penjumlahan di kelas II
SDN 1 Tatura.
Penempatan siswa pada
kelompok berdasarkan pada
hasil tes awal, dimana siswa
Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...

...
Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 41

N Siklus pembelajaran mengalami peningkatan


Aspek yang diamati
o 1 2 dari siklus I.
I PENDAHULUAN
1. Mengingat kembali materi pada 2 3 Tabel 2 Hasil Observasi Pengamat
pertemuan sebelumnya 2 3 terhadap aktivitas guru
2. Menjawab pertanyaan atau bertanya
I KEGIATAN INTI
I 1. Memperhatikan penjelasan guru 3 4 Berdasarkan hasil observasi
2. Kesadaran siswa untuk duduk 2 3
dikelompoknya masing-masing tabel 2 pada umumnya pengelolaan
3. Berdiskusi dalam kelompok saat 3 4 kegiatan pembelajaran yang dilakukan
mengerjakan tugas 3 4
4. Mengikuti permainan 3 4 peneliti sudah baik. Peneliti telah
5. Bertanding dengan anggota dari 4 4 dapat mengelola waktu pembelajaran
kelompok lain
6. Menerima penghargaan dengan baik, mengaktifkan dan
I PENUTUP memotivasi siswa pada kerja
I 1. Memperhatikan penjelasan guru 3 4
I 2. Mengerjakan tes yang diberikan guru 3 4 kelompok, memberikan bimbingan
V Aktif dalam proses pembelajaran 3 4 ketika siswa mengalami kesulitan, serta
I melaksanakan permainan dan
pertandingan dengan baik.
Tabel 1 Hasil observasi terhadap
aktivitas siswa Refleksi
Berdasarkan Tabel hasil observasi
N Aspek yang diamati Sikl
siklus 1 dan 2 yang dilakukan oleh o us
pengamat, diperoleh informasi bahwa 1 2
I PENDAHULUAN
secara keseluruhan siswa telah 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan 4 4
menunjukkan aktivitas yang cukup baik memotivasi siswa.
2. Mengingatkan kembali materi pada 4 4
dalam proses pembelajaran, meskipun pertemuan sebelumnya.
dalam pelaksanaannya masih terdapat 3. Menyampaikan kegiatan yang harus 4 4
dilakukan siswa selama pambelajaran
siswa yang kurang aktif dalam berlangsung.
pembelajaran dan ada beberapa siswa II KEGIATAN INTI
1. Guru menjelaskan materi secara singkat. 3 4
yang belum bisa bekerja sama dan 2. Memberikan kesempatan kepada siswa 4 4
berdiskusi dengan teman kelompoknya untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahami. 4 4
dalam menyelesaikan dan menjawab 3. Membentuk kelompok belajar, masing-
LKS yang diberikan. Mereka masih masing terdiri dari 4-6 orang.
4. Membagikan LKS dan meminta siswa 4 4
suka bekerja sendiri dan ada juga yang menyelesaikan dengan kerjasama dalam
diam yang lebih suka mendengarkan kelompok.
5. Mengontrol kerja siswa dalam kelompok 4 4
dan memperhatikan temannya dan memberi bantuan seperlunya pada
berdiskusi. kelompok yang mengalami kesulitan.
6. Menunjuk perwakilan masing-masing 4 4
Pada siklus dua, diperoleh kelompok untuk duduk dalam setiap meja
informasi bahwa pada umumnya siswa turnamen guna bertanding melawan
anggota kelompok lain. 4 4
telah menunjukkan aktivitas yang baik 7. Menyampaikan aturan permainan. 4 4
dalam proses pembelajaran. Tampak 8. Memantau pertandingan yang berlangsung. 4 4
9. Memberikan penghargaan kepada
dari siswa yang dapat mengingat kelompok sesuai dengan skor yang
kembali materi pada pertemuan diperoleh berdasarkan hasil pertandingan.
III PENUTUP
sebelumnya, serta mengikuti permainan 1. Bersama siswa merefleksi kembali hasil 3 4
dan pertandingan dengan baik dan jawaban soal-soal dalam
permainan/pertandingan dan diskusi
sangat antusias, semakin kompak kelompok. 4 4
dalam berkelompok, aktif bertanya dan 2. Memberikan tes mengenai materi yang
telah diajarkan. 4 4
menjawab pertanyaan dari peneliti, 3. Menginformasikan materi yang akan
sehingga secara keseluruhan proses dipelajari pada pertemuan berikutnya.
IV Penegelolaan waktu 4 4
V Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran 3 3
VI Performance Guru Dalam Proses Pembelajaran 4 4

Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 42

Refleksi dilakukan untuk mengetahui sebesar 75%. Oleh sebab itu,


kekurangan dan kelebihan yang terjadi pelaksanaan tindakan dengan
selama pelaksanaan tindakan pada menerapkan model pembelajaran
siklus I. Hal ini dilakukan agar peneliti kooperatif tipe TGT telah berhasil.
dapat merencanakan tindakan yang
lebih efektif pada siklus II. Pembahasan
Berdasarkan analisis hasil tes Berdasarkan hasil penelitian yang telah
akhir tindakan pada siklus I (tabel 3), dikemukakan di atas, diperoleh data
diperoleh data bahwa persentase dari hasil analisis yaitu untuk tes awal
ketuntasan belajar klasikal yang dicapai diperoleh persentase ketuntasan belajar
adalah sebesar 64,10% dan untuk klasikal sebesar 46,15% dan jumlah
jumlah siswa yang memperoleh nilai siswa yang memperoleh nilai lebih dari
lebih dari atau sama dengan 65 atau sama dengan 65 sebanyak 18
sebanyak dua puluh lima orang. Hal orang. Hal ini menunjukkan bahwa
ini disebabkan karena sebagian besar pemahaman siswa tentang materi
siswa kurang dapat menyelesaikan soal penjumlahan masih rendah. Untuk tes
tes akhir tindakan dengan baik akhir tindakan pada siklus I diperoleh
khususnya soal nomor 2 dan 3. Oleh persentase ketuntasan belajar klasikal
karena data yang diperoleh belum yang dicapai adalah sebesar 64,10%
mencapai kriteria ketuntasan minimal dan untuk jumlah siswa yang
yaitu sebesar 75%, memperoleh nilai lebih dari atau sama
dengan 65 sebanyak 25 orang. Hal ini
Tabel 3 Analisis Hasil tes akhir menunjukkan bahwa kemampuan siswa
siklus 1 dan siklus 2 dalam menyelesaikan soal-soal
Skor total yang diperoleh mengenai penjumlahan bilangan
pada soal nomor Skor
Siklus sampai 500 lebih tinggi dari
total
1 2 3 4
kemampuan siswa dalam
Jumlah 106 102 99 98 405
menyelesaikan tes awal, namun belum
Skor
Ideal
117 117 156 156 546 mencapai ketuntasan klasikal.
1 % Daya 90. 87. 63. 62.8 74.1 Rendahnya hasil belajar siswa pada tes
serap 60 18 46 2 8
%
akhir tindakan pada siklus I disebabkan
KETUNT 64.10 karena pada siklus I, peneliti belum
ASAN dapat mengelola waktu pembelajaran
Jumlah 114 114 119 112 459 dengan baik. Hal ini dikarenakan
Skor
117 117 156 156 546 siswa belum paham terhadap cara
2 Ideal
pengerjaan LKS sehingga peneliti
% Daya 97. 97. 71. 84.
76.
serap 44 44 28 kembali menjelaskan mengenai materi
79 07
penjumlahan bilangan sampai 500.
Hasil analisis tes akhir tindakan
Data yang diperoleh pada siklus I
pada siklus II, diperoleh data bahwa
menunjukkan bahwa kriteria
persentase ketuntasan belajar klasikal
keberhasilan tindakan belum tercapai.
yang dicapai adalah sebesar 87,18%
Oleh sebab itu, peneliti melaksanakan
serta terdapat lima orang siswa yang
siklus II dengan memperbaiki hal-hal
belum memperleh nilai lebih dari atau
yang masih kurang pada siklus I.
sama dengan 65.
Setelah melaksanakan tindakan
Data yang diperoleh pada siklus II telah
siklus II, dari analisis hasil tes akhir
mencapai kriteria ketuntasan belajar
Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...

...
Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 43

tindakan diperoleh persentase sebagai salah satu alternatif untuk


ketuntasan belajar klasikal sebesar meningkatkan hasil belajar siswa.
87,18% dan jumlah siswa yang D. Kesimpulan
memperoleh nilai lebih dari atau sama Berdasarkan hasil dan
dengan 65 adalah sebanyak 34 orang. pembahasan, maka dapat
Hal ini menunjukkan bahwa disimpulkan beberapa hal sebagai
kemampuan siswa dalam berikut:
menyelesaikan pengurangan bilangan 1. Penerapan model pembelajaran
sampai 500 sudah cukup baik dan telah kooperatif tipe TGT pada
meningkat dari kemampuan siswa materi penjumlahan dan
dalam menyelesaikan soal tentang pengurangan bilangan sampai
sudut-sudut yang terbentuk jika dua 500 dapat meningkatkan hasil
garis sejajar dipotong oleh garis lain. belajar siswa kelas II SDN 1
Tidak hanya kemampuan siswa dalam Tatura. Hal ini terlihat pada
menyelesaikan soal-soal yang peningkatan persentase
meningkat, tetapi proses ketuntasan belajar klasikal dari
pembelajaranpun meningkat. Terlihat 64,10% menjadi 87,10%.
dari rasa percaya diri siswa terhadap 2. Penerapan model pembelajaran
jawabannya yang semakin meningkat kooperatif tipe TGT merupakan
sehingga jika mengalami kesulitan, salah satu alternatif untuk
tidak malu untuk bertanya baik kepada melatih siswa bekerja sama
teman ataupun kepada guru. Kemudian dalam mengumpulkan poin
dengan adanya permainan juga, untuk kelompoknya serta dapat
menyebabkan meningkatnya motivasi memberikan efek rekreatif bagi
siswa untuk belajar matematika siswa.
sehingga tidak ada lagi rasa malas 3. Model pembelajaran kooperatif
untuk mengerjakan tugas-tugas yang tipe TGT dapat meningkatkan
diberikan. aktifitas siswa dalam proses
Dari hasil observasi yang pembelajaran.
dilakukan pengamat, diperoleh DAFTAR PUSTAKA
informasi bahwa dalam pelaksanaan Amin Mustopa, Buchori, Erna Juliatun
model pembelajaran kooperatif tipe dan Isti Hidayah, 2008. Senang
TGT, pada umumnya aktivitas siswa Matematika 2, Pusat
maupun aktivitas guru menunjukkan Pembukuan Jakarta.
peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Peningkatan aktivitas siswa terutama Austriansyah. 2008. Penerapan Metode
pada kegiatan kerja sama dan diskusi Discovery pada Pokok Bahasan
antar-siswa, baik dalam satu kelompok Luas Trapesium dan Layang-
maupun dengan kelompok yang lain. layang untuk Meningkatkan
Peningkatan aktivitas guru terutama Hasil Belajar Siswa Kelas V
pada kemampuan guru untuk Madrasah Ibtidaiyah
mengelola waktu yang menjadi cukup Muhammadiyah Al-Haq Palu.
baik. Skripsi tidak diterbitkan. Palu:
Berdasarkan uraian di atas, FKIP UNTAD.
peneliti memperoleh gambaran bahwa
penerapan model pembelajaran Depdikbud. 1996. Petunjuk
kooperatif tipe TGT dapat dijadikan Pelaksanaan Penelitian. Palu:

Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 44

Bagian Proyek Peningkatan kooperatif-tipe-teams-games-


Balai Penataran Guru. tournament-tgt/, diakses 22
Januari 2012).
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) Jaeng, Maxinus. 2006. Belajar dan
2006 Mata Pelajaran Pembelajaran Matematika. Palu:
Matematika. Jakarta. FKIP UNTAD.

Ditnaga. 2009. Pembelajaran Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian


Kooperatif. (Online), Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
(http://www.ditnaga- Suhadi. 2008. Model Pembelajaran
dikti.org/ditnaga/files/PIP/koop Kooperatif Tipe TGT (Teams
eratif.pdf, diakses 7 Januari Games Tournament).
2012). (Online),(http://suhadinet.word
press.com/2008/03/28/model-
Ilmiati, Rahma. 2009. Meningkatkan pembelajaran-kooperatif-tipe-
Motivasi dan Kemampuan tgt-teams-games-tournament/,
Siswa Kelas VIIIAMTs Syekh diakses 23 januari 2012).
Lokiya Towale dalam
Menyelesaikan Soal-Soal Widyantini. 2006. Model
Faktorisasi Suku Aljabar Pembelajaran Matematika
Melalui Model Pembalajaran dengan Pendekatan Kooperatif.
Kooperatif Tipe TGT (Teams Yogyakarta: DEPDIKNAS.
Games Tournament). Skripsi
tidak diterbitkan. Palu: FKIP Wiriaadmadja, Rochiati. 2005. Metode
UNTAD. Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: PT Remaja
Indramunawar. 2009. Hasil Belajar. Rosdakarya.
(Online),
(http://indramunawar.blogspot.c
om/2009/06/hasil-belajar-
pengertian-dan-definisi.htm,
diakses 7 September 2009).

Ipotes. 2008. Metode Pembelajaran


Kooperatif. (Online),
(http://ipotes.wordpress.com/20
08/05/10/metode-pembelajaran-
kooperatif/, diakses 7 Januari
2012).

Ipotes. 2008. Pembelajaran Kooperatif


Tipe TGT (Teams Games
Tournament). (Online),
(http://ipotes.wordpress.com/20
08/05/11/pembelajaran-
Hamsinah : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...

...
Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI


KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI SIFAT-SIFAT KUBUS DI KELAS IV SDN 1 TATURA

MASNIA

Abstrak: Permasalahan yang mendasar pada penelitian ini adalah kurangnya


pemahaman, dan hasil belajar siswa Kelas IV SDN 1 Tatura Terhadap
Materi Pembelajaran Sifat-sifat Kubus di Kelas IV SDN 1 Tatura di
tahun pelajaran 2010/2011. Ada beberapa hal yang menyebabkan
pemahaman, dan hasil belajar siswa kurang atau rendah, diantaranya
karena belum maksimalnya pembelajaran yang dilakukan oleh guru
matematika di kelas tersebut. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan
pemahaman dan hasil belajar siswa, dan memaksimalkan pembelajaran
matematika di kelas IV SDN 1 Tatura peneliti menggunakan. Penerapan
Model Pembelajaran Investigasi Kelompok, yaitu suatu model
pembelajaran yang mengaktifkan siswa secara individu dan secara
kelompok. Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran yang perlu
dipertimbangkan antara lain: (1) Menggunakan Model Pembelajaran
Investigasi Kelompok melalui 5 langkah-langkah dengan pembentukan
kelompok dan pemberian tugas dengan disajikan alternatif
pembelajaran matematika terhadap materi pembelajaran sifat-sifat
kubus, (2) Menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok
untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran
sifat-sifat kubus perlu memperhatikan penggunaan waktu secara cermat
dan hati-hati, dan (3) guru perlu mempersiapkan materi pelajaran sesuai
Standar Badan Nasional Pendidikan (BSNP). Dan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan, diperoleh hasil pada tes awal 50% dan pada siklus I
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 75% serta hasil observasi
aktivitas guru dalam kategori baik dan aktivitas siswa dalam kategori
baik pula, dan pada siklus II ketuntasan belajar secara klasikal sebesar
100% serta hasil observasi aktivitas guru dalam kategori baik dan
aktivitas siswa dalam kategori baik. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Menggunakan Model Pembelajaran Investigasi
Kelompok untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa terhadap Materi
Pembelajaran Sifat-sifat Kubus di Kelas IV SDN 1 Tatura.

Kata Kunci : Investigasi Kelompok, Hasil Belajar, Sifat-sifat Kubus.

PENDAHULUAN strategi pembelajaran yang tepat.


Strategi pembelajaran yang baik,
Proses pembelajaran yang
adalah strategi pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru di setiap kelas
relevan dengan materi pembelajaran
atau di setiap mata pelajaran akan dapat
yang akan disampaikan kepada peserta
menghasilkan hasil belajar siswa yang
didik (siswa) baik secara individu
baik, apabila guru menggunakan

Masnia : Penerapan Model Pembelajaran Investigasi ...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 46

maupun secara klasikal. Dalam sistem Ada beberapa hal yang dapat
proses belajar mengajar sangat melatar belakangi penelitian ini antara
dibutuhkan keterampilan guru, yakni lain sebagai berikut:
strategi pembelajaran yang tepat sesuai 1. Kondisi keberhasilan siswa dalam
materi pelajaran yang disampaikan mengikuti pembelajaran tidak
kepada siswa. pernah tuntas, sebagaimana
Dengan demikian guru sangat ketuntasan belajar yang diharapkan
diperlukan untuk dapat mengelola yaitu minimal 65 - 80. Namun setiap
pembelajaran di kelas dengan disajikan materi pelajaran selalu
penyajian materi pembelajaran yang gagal, artinya siswa masih
dapat membangkitkan semangat belajar mengalami kesulitan belajar,
siswa untuk mengikuti proses belajar sehingga hasil yang dicapai siswa
mengajar. Dan guru juga dituntut untuk adalah 50-62,55.
dapat memiliki keterampilan memilih 2. Sekolah ini belum memiliki
metode dan pendekatan pembelajaran kurikulum KTSP dan BSNP
yang dapat meningkatkan hasil belajar 3. Guru belum dapat menyusun
siswa disetiap menyajikan materi Silabus/RPP
pelajaran sesuai dengan indikator dan 4. Kepala sekolah masih ragu
tujuan pembelajaran yang ingin mengambil suatu tindakan
dicapai. Begitu pula guru pada saat penelitian pembelajaran
penyusun rencana pelaksanaan 5. Dukungan orang tua siswa
pembelajaran (RPP). masih terbatas, masalahnya
Dari beberapa hal yang telah orang tua siswa rata-rata tidak
dijelaskan di atas, peneliti perna sekalah atau tidak tamat
mengupayakan suatu pembelajaran belajar.
yang akan dapat meningkatkan hasil Inilah yang menarik perhatian
belajar siswa kelas IV SDN 1 Tatura peneliti untuk memilih Model
terhadap materi pembelajaran sifat-sifat Pembelajaran Investigasi untuk
kubus, dengan menerapkan Model diterapkan di Kelas IV SDN 1 Tatura.
Pembelajaran Investigasi. Model Karena Model Pembelajaran
pembelajaran ini adalah model Investigasi adalah dapat mendekatkan
pendekatan pengamatan, pengumpulan pemahaman siswa dalam mengikuti
data, penyelidikan suatu acuan, proses pembelajaran. Secara
menduga, memeriksa benar tidaknya pengalaman belajar siswa dalam model
keberhasilan proses belajar mengajar. investigasi ini, siswa dapat
Contoh, seorang guru kelas IV di menunjukkan benda-benda yang
sekolah ini melakukan proses berbentuk kubus. Dan dapat
pembelajaran yang tidak jelas bentuk menyebutkan sifa-sifat kubus. Dan
model dan metode pembelajaran yang dapat menjelaskan sifat-sifat kubus
disajikan dihadapan siswa. Guru dalam kehidupan sehari-hari.
tersebut tidak mendapat hasil belajar Berdasarkan uraian latar
siswa yang memuaskan sesuai belakang di atas, maka rumusan
indikator dan tujuan pembelajaran. masalah ini adalah Apakah Penerapan
Sehingga guru tersebut bersama denga Model Pembelajaran Investigasi dapat
siswanya mengalami berbagai macam Meningkatkan Hasil Belajar siswa
kesulitan dalam pelaksanaan proses kelas IV SDN 1 Tatura terhadap Materi
pembelajaran. Pembelajaran Sifat-sifat Kubus?.
Tujuan penelitian ini adalah untuk

Masnia : Penerapan Model Pembelajaran Investigasi ...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 47

meningkatkan hasil belajar siswa kelas menyampaikan bahwa di sekolah ini


IV SDN 1 Tatura terhadap materi masih banyak siswa belum memahami
pembelajaran sifat-sifat kubus, dan tentang pembelajaran matematika
siswa dapat menunjukkan bentuk- secara pedagogik, masih banyak siswa
bentuk kubus secara konkret dalam mengalami masalah atau kesulitan bila
kehidupan sehari-hari. mendapat tugas penyelesaian soal dari
B. Metode Penelitian guru. Subyek penelitian dari semua
Rancangan Penelitian siswa kelas IV itu, dipilih 3 orang
Rancangan penelitian ini siswa sebagai sumber informan atau
mengacu pada model penelitian yang siswa yang mendapat hasil belajar yang
dikemukakan oleh Saripuddin rendah, yaitu nilai KKM belum tuntas
(1999:107) model inventigasi memilik yaitu nilai 75%.
enam tahapan kegiatan seperti : (1) Teknik Analisis Data
pembelajar berhadapan dengan situasi Langkah-langkah dalam
yang problematis, (2) pembelajar melakukan analisis data pada penelitian
melakukan eksplorasi sebagai respon ini adalah dengan menggunakan model
terhadap situasi yang problematis itu, Alir Miles dan Huberman (Nurmaya,
(3) pembelajar merumuskan tugas- 2008: 27) meliputi tahapan: (1)
tugas belajar atau learning tasks dan mereduksi data, (2) menyajikan data,
mengorganisasikannya untuk (3) verifikasi data. Adapun penjelasan-
membangun suatu proses penelitian, penjelasan sebagai berikut:
(4) pembelajar melakukan kegiatan (1). Mereduksi data, yang berarti
belajar individu dan kelompok, (5) merangkum, memilih hal-hal
pembelajar menganalisis kemajuan dan yang pokok dan memfokuskan
proses yang dilakukan dalam proses hal-hal penting. Sehingga data
penelitian kelompok itu, (6) melakukan yang telah direduksi
proses pengulangan kegiatan atau memberikan gambaran jelas
recycle activities. dan memudahkan penelitian
Sesuai dengan rancangan pengumpulan data
penelitian di atas, maka desain selanjutnya.
penelitian ini mengacu pada model (2). Penyajian data, akan dilakukan
Tran Vui (dalam Wakiki, 2004:4) secara naratif. Yaitu
menyebutkan ada lima langkah- sekumpulan informasi yang
langkah dalam aktivitas investigasi telah diperoleh dari hasil
yaitu; (1) memperkenalkan masalah, reduksi, sehingga dapat
(2) memecahkan masalah, (3) memberikan informasi dalam
merencanakan penyelidikan, (4) penarikan kesimpulan dan
menyelesaikan penyelidikan, dan (5) pengambilan tindakan. Data
membuat ringkasan hasil belajar. yang diperoleh selanjutnya
Setting dan Subyek Penelitian ditafsir dan dievaluasi untuk
Penelitian dilaksanakan di membuat perencanaan
kelas IV SDN 1 Tatura. Dengan subyek selanjutnya.
penelitian semua siswa kelas IV yang (3). Verifikasi data,
berjumlah 8 orang siswa yaitu 2 orang memberikan kesimpulan
laki-laki dan 6 orang perempuan. terhadap hasil penafsiran
Pemilihan lokasi atau tempat penelitian dan evaluasi, dalam
ini berdasarkan atas wawancara bentuk kalimat atau
langsung dengan kepala SDN 1 Tatura, informasi singkat dan

Masnia : Penerapan Model Pembelajaran Investigasi ...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 48

jelas yang merupakan dibuat yaitu pembelajaran


pengungkapan akhir dari yang berorentasi pada model
tindakan. Investigasi.
Tahap-tahap Penelitian c. Observasi
Pada penelitian ini terdiri dari Pada tahap observasi akan
dua tahapan yaitu kegiatan pra tindakan dilaksanakan dengan
dan kegiatan pelaksanaan tindakan. menggunakan lembar
a. Tahap Pendahuluan ( Pra tindakan) observasi yang telah
Kegiatan yang dilakukan pada tahap dipersiapkan. Selanjutnya
ini adalah : Memberikan tes awal melaksanakan evaluasi yang
kepada siswa tentang materi persyarat, telah dipersiapkan.
Penentuan informan berdasarkan hasil d. Refleksi
tes awal yang diberikan dan hasil Kegiatan yang dilakukan
konsultasi dengan guru matematika di pada tahap ini adalah
sekolah ini, Membentuk kelompok mengumpulkan,
belajar. menganalisis, menyimpan
b. Tahap pelaksanaan tindakan data hasil observasi, dan
Tahap pelaksanaan tindakan hasil tes individu, untuk
mengacu pada model yang mengetahui kelebihan dan
dikembangkan oleh Kemmis dan kekurangan yang terjadi
Mc. Taggart ( Depdiknas, 2004: 5) selama tindakan
yang dilakukan dalam dua siklus berlangsung. Kekurangan
dengan dua kali tindakan dan setiap dan kelebihan ini dijadikan
tindakan terdiri atas 4 fase sebagai acuan untuk
pelaksanaan yaitu: (1) perencanaan, menentukan siklus tindakan
(2) pelaksanaan tindakan, (3) selanjutnya.
observasi, dan (4) refleksi. Dari 2. Siklus tindakan 2
empat fase tersebut, masing-masing Pelaksanaan pada tindakan
pelaksanaannya sebagai berikut: siklus 2 ini disesuaikan dengan
1. Siklus 1 perubahan yang ingin dicapai
a. Perencanaan dengan tetap berorentasi pada
Pada tahap perencanaan ini model investigasi. Data yang
kegiatan yang dilakukan diperoleh pada siklus ini
adalah: Membuat Rencana dikumpulkan serta dianalisis
Pelaksanaan Pembelajaran hasilnya dan digunakan untuk
(RPP), Membuat Lembar menetapkan apakah model
Kerja Siswa (LKS), pembelajaran investigasi dapat
Membuat Lembar Observasi meningkatkan hasil belajar siswa
guru dan siswa dan kelas IV SDN 1 Tatura terhadap
Membuat tes setiap akhir materi pembelaran sifat-sifat
tindakan kubus.
b. Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini kegiatan yang Hasil Penelitian dan Pembahasan
dilakukan adalah Paparan data siklus I
melaksanakan pembelajaran Berdasarkan hasil tes awal di
yang didasarkan pada atas, maka pelaksanaan siklus I ini
rencana pelaksanaan dilakukan dengan pembagian
pembelajaran yang telah kelompok sebanyak 4 kelompok belajar

Masnia : Penerapan Model Pembelajaran Investigasi ...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 49

sebagai subyek penelitian yang Meningkatkan Hasil Belajar Siswa


pertama. Kedua kelompok tersebut Kelas IV SDN 1 Tatura terhadap materi
beranggotakan 3 orang secara pembelajaran sifat-sifat kubus. Hasil
heterogen. Dengan menggunakan belajar siswa tersebut pada tahap akhir
Penerapan Model Pembelajaran tindakan ini, peneliti kembali
Investigasi terhadap Materi melakukan beberapa pendekatan-
Pembelajaran Sifat-sifat Kubus, serta pendekatan yang dapat memberi
membagikan Lembar Kerja Siswa motivasi terhadap siswa seperti berikut
(LKS). Setelah itu siswa berdiskusi ini:
dalam kelompoknya kemudian 1. Melakukan wawancara, dengan
diadakan presentase hasil kerja tujuan untuk mengetahui tingkat
kelompok. Dan guru atau peneliti kemampuan siswa mengikuti proses
mengamati siswa bekerja dalam pembelajaran.
kelompoknya dengan menggunakan 2. Melakukan refleksi, dengan tujuan
lembar pengamatan kegiatan siswa untuk menentukan apakah hasil dari
secara individu, sebagaimana yang setiap siklus yang telah
telampir dalam skripsi ini. dilaksanakan itu siswa dapat
Harapan tinggal harapan, menyelesaikan setiap masalah dalam
ternyata setelah diadakan tindakan pembelajaran matematika.
siklus I masih ada 2 orang siswa Khususnya pengertian sifat-sifat
mengalami kegagalan dalam kubus.
menyelesaikan soal-soal yang ada 3. Memberikan tugas menyusun soal
dalam LKS. Dengan kenyataan tersebut sifat-sifat kubus, dengan tujuan
peneliti kembali membuat persiapan untuk menjadi bahan pembelajaran
pelaksanaan tindakan siuklus ke II. secara interaksi antara sesama teman
Dengan harapan semoga ke 2 siswa kelas.
yang gagal itu dapat menyelesaikan Pembahasan
soal-soal sifat-sifat kubus. Pelaksanaan pembelajaran
III. Paparan data siklus II dengan menggunakan penerapan model
Adapun pelaksanaan tindakan pembelajaran investigasi terdiri atas 3
siklus II ini, dilaksanakan pada hari fase yaitu: (1) Pengenalan pelajaran,
Senin, tanggal 28 Maret 2011, dengan (2) pemusatan tujuan pembelajaran, (3)
mengacu pada Penerapan Model Penutup.
Pembelajaran Investigasi dapat 1. Fase pengenalan pelajaran
Meningkatkan Hasil Balajar siswa Kegiatan yang dilakukan pada
kelas IV SDN 1 Tatura terhadap Materi fase pengenalan pelajaran adalah:
Pembelajaran Sifat-sifat Kubus. Yang a. Menyampaikan tujuan
mana sasarannya 2 orang siswa pelajaran dan hasil yang dapat
menjadi subyek penelitian. Kedua dicapai setelah pembelajaran
orang siswa itu diberikan tugas LKS dilaksanakan.
secara individu. Dari hasil penelitian b. Memotivasi siswa pada saat
tindakan selama dua kali tindakan memulai dan menutup
siklus, siswa mengalami peningkatan pelajaran.
hasil belajarnya. Sejumlah 8 orang c. Memberikan tes awal atau
siswa kelas IV SDN 1 Tatura sangat prites. Untuk mengetahui
nampak gairah belajarnya. Peneliti tingkat intelektual siswa.
berpendapat bahwa Penerapan Model d. Mempersepsi pelajaran secara
Pembelajaran Investigasi dapat runtut.

Masnia : Penerapan Model Pembelajaran Investigasi ...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 50

2. Fase pemusatan tujuan pembelajaran klasikal dari 65,63% pada siklus 1


Kegiatan yang dilakukan pada menjadi 75%.
fase ini adalah, siswa 2. Penerapan Model Pembelajaran
diarahkan pandangannya Investigasi memberikan dorongan
kepada: moral kepada siswa untuk mengikuti
a. Media atau alat peraga proses pembelajaran yang
pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
relevan dengan materi
pelajaran.
b. Secara bergantian ditunjuk DAFTAR PUSTAKA
membacakan soal
pertanyaan dan dijawab Al. Krismanto, 2001. Pembelajaran
oleh teman sendiri. Matematika yang Efektif.
c. Menunjukkan konsep- Makalah yang disampaikan
konsep belajar yang dalam seminar pendidikan
berhasil. matematika Guru SLTP/SD/MI
d. Memberikan tugas Kabupaten Gresik di PPPG
mandiri. Matematika Yogyakarta, tanggal
3. Fase Penutup 12 Maret 2001 PPPG
Pada kegiatan fase penutup ini Matematika. Yogyakarta.
adalah:
a. Menuliskan kesimpulan Burhan Mustaqim, Ary Astuty, 2008.
pembelajaran/ Buku Matematika Ayo Belajar
Rangkuman. Matematika Untuk SD/MI Kelas
b. Memberikan hadiah atau IV. Pusat Pembukuan
merefleksi diri. Depdiknas. Surakarta.
c. Pemberian tugas/PR.
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar
Peningkatan Hasil Belajar Siswa dan Pembelajaran. Rineka
pada Materi Pengertian Sifat-sifat Cipta. Jakarta.
Kubus
Berdasarkan hasil tes akhir Hudojo, H, 1990. Strategi Mengajar
tindakan pada setiap siklus, ditemukan Belajar Matematika, IKIP
bahwa Penerapan Model Pembelajaran Malang. Malang.
Investigasi telah meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi pengertian Marpaung, Y, 2001. Pendekatan
sifat-sifat kubus. Hal ini dapat Realistik dan (Sani) dalam
ditunjukkan berdasarkan analisis tes Pembelajaran Matematika.
akhir setiap tindakan (Tabel 1). Siklus I Makalah yang disampaikan pada
memperoleh KKM 65% sampai dengan seminar pendekatan realistik dan
80% secara individu. Sejumlah 8 sani dalam Pendidikan
orang siswa dengan KKM 75% secara Matematika di Indonesia.
klasikal. Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
1. peningkatan %ketuntasan klasikal
pada siklus 1 75% dan pada siklus 2 Nana Syaodih Sukmadinata, 2005.
menjadi 100% maupun daya serap Landasan Psikologis Proses

Masnia : Penerapan Model Pembelajaran Investigasi ...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 51

Pendidikan. Bandung. Remaja


Rosdakarya.
Nana Sudjana, 2005. Penilaian Hasil
Belajar Mengajar. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Sahrudin Bj,. Muchlis.ST, Pathuddin,
2010. Buku Panduan Penulisan
dan Penilaian Skripsi. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Alkhairaat Palu. Palu.

Saripuddin, 2009. Model Investigasi.


Depdiknas, PPPPTK
Matematika. Yogyakarta

Supinah, 1997. Menentukan Macam


Media Pembelajaran Matematika
SD/MI pada Jenjang Kelas. Paket
Pembinaan Penataran PPPG
Matematika. Yogyakarta.

Sutarto Hadi, 2003. Pendidikan


Realistik: Menjadikan
Pembelajaran Matematika lebih
bermakna bagi siswa. Makalah
yang disampaikan pada seminar
Nasional Pendidikan matematika
Perubahan Paradigma dari
Paradigma Mengajar ke
Paradigma Belajar. Universitas
Sanata Dharma. Yogyakarta.

Tranvui, 2009. Langkah-langkah


Aktivitas Investigasi
pembelajaran.
Depdiknas, PPPPTK
Matematika.
Yogyakarta.

Masnia : Penerapan Model Pembelajaran Investigasi ...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 52

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATI


TIPE TALKING STICK (TONGKAT BERBICARA) DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 07 BANGKALAN
PADA MATERI PECAHAN

Munifah

Guru SDN Martajasah Bangkalan


Email: munifah.c16@gmail.com

bstrak : Model pembelajaran Talking Stick merupakan suatu model


pembelajaran yang menggunakan alat yaitu tongkat, apabila tongkat di
pegang salah satu dari anggota dari suatu kelompok maka kelompok
tersebut harus menjawab pertanyaan dari guru. Model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang
membentuk kelompok heterogen dengan 2 tim yaitu tim asal dan tim
ahli. Dengan belajar secara kooperatif, diharapkan prestasi belajar siswa
dapat meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimanakah perbandingan model pembelajaran kooperatif tipe
Talking Stick dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
terhadap prestasi belajar siswa kelas VII SMPN 07 Bangkalan pada
materi pecahan. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan data
kuantitatif, sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VII SMPN 07 Bangkalan. Sebagai sampel terpilih kelas
VII-A dan VII-B dengan ketentuan bahwa kelas VII-A sebagai kelas
eksperimen (model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick)
sedangkan kelas VII-B sebagai kelas kontrol (model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw). Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah dengan metode tes. Dari hasil data yang diperoleh dan dianalisis
diketahui bahwa kedua sampel berasal dari kelas berdistribusi normal
dengan varians homogen. Selanjutnya dengan uji-t diperoleh nilai thitung
= 0,352 dan t1- = 1,684 sehingga thitung t1- sehingga dapat
disimpulkan prestasi belajar siswa pada kelas model pembelajaran
kooperatif tipe Talking Stick lebih baik dari pada kelas model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Kata kunci : model pembelajaran kooperatif tipe Taking Stick, model


pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, prestasi belajar.

PENDAHULUAN diterapkan dalam kehidupan sehari-hari


Matematika merupakan salah satu untuk memecahkan masalah, maka
mata pelajaran yang terdapat dalam matematika mempunyai peranan yang
dunia pendidikan yang harus dipelajari sangat penting bagi pembangunan
oleh semua usia dari PAUD sampai manusia yang berkualitas. Kesukaran
Perguruan Tinggi dan banyak mempelajari matematika dapat

Moh. Affaf: BilanganSempurna...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 53

disebabkan oleh objek matematika bertanggung jawab untuk


yang abstrak dan persepsi siswa yang mempelajarinya, (4) anggota dari
menganggap matematika adalah kelompok lain yang telah mempelajari
pelajaran yang sulit. sub bab yang sama bertemu dalam
Oleh karena itu, diperlukan suatu kelompok kelompok ahli
pembelajaran yang mampu mendiskusikannya, (5) setiap anggota
memberikan keleluasaan kemampuan kelompok ahli setelah kembali ke
berfikir dengan menciptakan suasana kelompoknya bertugas mengajar teman
belajar yang non otoriter dan dapat temannya, (6) pada pertemuan dan
menfasilitasi dalam proses diskusi kelompok asal, siswa siswi
pengembangan berfikir siswa. dikenai tagihan berupa kuis individu.
Model pembelajaran kooperatif
tipe Talking Stick (Tongkat berbicara) METODE
adalah suatu model pembelajaran yang Jenis penelitian ini adalah
menggunakan alat yaitu tongkat, eksperimen dengan data kuantitatif.
apabila tongkat di pegang salah satu Hal ini dikarenakan pendekatan yang
dari anggota dari suatu kelompok maka digunakan dalam penelitian ini lebih
kelompok tersebut harus menjawab mengacu kepada pendekatan
pertanyaan dari guru. Adapun langkah- kuantitatif, yakni penelitian yang
langkahnya sebagai berikut : (1) guru menggunakan skor hasil tes siswa pada
membagi kelas menjadi beberapa materi pecahan. Untuk itu analisis data
kelompok, (2) guru mejelaskan materi yang digunakan adalah analisis
kepada tiap kolompok, (3) guru statistik.
memanggil ketua ketua untuk satu Tabel E.1Rancangan Penelitian
materi tugas sehingga kelompok Kelas Perlakuan Tes
mendapat tugas satu materi yang Eksperimen X T
berbeda dari kelompok lain, (4) masing Kontrol Y T
masing kelompok membahas materi
yang sudah diberikan, (5) setelah
selesai diskusi masing-masing Keterangan:
kelompok menyampaikan hasil X : Diberi model pembelajaran
pembahasan kelompok, (6) guru kooperatif tipe Talking Stick
memberikan penjelasan singkat (Tongkat Berbicara).
sekaligus memberikan kesimpulan, (7) Y : Diberi model pembelajaran
evaluasi, (8) penutup. kooperatif tipe Jigsaw.
Model pembelajaran kooperatif T : Tes
tipe Jigsaw adalah model pembelajaran Untuk mengetahui bagaimanakah
kooperatif yang membentuk kelompok perbandingan model pembelajaran
heterogen dengan 2 tim yaitu tim asal kooperatif tipe Talking Stick (Tongkat
dan tim ahli. Adapun langkah Berbicara) dengan model pembelajaran
langkah model pembelajaran Jigsaw Jigsaw. eksperimen (penerapan model
yaitu : (1) siswa dibagi atas beberapa kooperatif tipe Talking Stick) dan kelas
kelompok (tiap kelompok anggotanya kontrol (penerapan model
4 5 orang), (2) materi pelajaran pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw),
diberikan kepada siswa dalam bentuk maka dilakukan uji kesamaan dua rata-
teks yang telah dibagi bagi menjadi rata. Namun sebelumnya, dilakukan uji
beberapa sub, (3) setiap anggotanya normalitas, uji homogenitas, terlebih
membaca sub bab yang ditugaskan dan dahulu.

Moh. Affaf : Bilangan sempurna..


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 54

Beberapa tahap yang dilakukan


HASIL DAN PEMBAHASAN dalam melaksanakan penelitian ini
Hasil Penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan a. Pelaksanaan penelitian dalam
Persiapan awal sebelum proses belajar mengajar dengan
melaksanakan penelitian yaitu menggunakan model pembelajaran
mempersiapkan instrumen penelitian. kooperatif tipe Talking Stick (Tongkat
Instrumen penelitian adalah alat atau Berbicara) pada kelas eksperimen yaitu
fasilitas yang digunakan oleh peneliti kelas VII-A dan pembelajaran
dalam mengumpulkan data agar kooperatif tipe Jigsaw pada kelas
pelaksanaan tindakan lebih mudah dan kontrol yaitu kelas VII-B
memperoleh hasil yang lebih baik, b. Pemberian tes akhir atau
dalam arti lebih cermat, lengkap, dan posttest kepada siswa untuk
sistematis sehingga lebih mudah mengetahui prestasi belajar siswa kelas
diolah. Perangkat dan instrumen yang VII-A dan VII-B setelah diberi
digunakan dalam penelitian ini antara perlakuan.
lain: c. Menganalisis data setelah diberi
a. Silabus perlakuan
Merupakan rancangan kegiatan 3. Hasil
pembelajaran yang di dalamnya Pengumpulan Data
terdapat standar kompetensi dan Dari hasil penelitian penulis telah
kompetensi dasar yang menjadi arah berhasil mengumpulkan data yang
dan landasan untuk mengembangkan diperoleh dengan menggunakan
materi pokok, kegiatan pembelajaran, metode tes yaitu posttest. Berikut ini
dan indikator pencapaian kompetensi disajikan data yang diperoleh dari hasil
untuk penilaian. penelitian, yaitu data skor tes akhir
b. RPP (Rencana Pelaksanaan posttest siswa pada materi pecahan.
Pembelajaran)
Merupakan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang disusun sebelum Tabel 4.1 Data Nilai Posttest Mata
proses pembelajaran. Meliputi standar Pelajaran Matematika
kompetensi, kompetensi dasar, kelas VII-A ( kelas eksperimen)
indikator, tujuan pembelajaran, waktu, SMPN 07 BANGKALAN
materi pembelajaran, dan kegiatan
pembelajaran. No Nama L/P Skor
c. Tes
Tes merupakan serentetan 1 Ahmat Satibi L 75
pertanyaan yang digunakan untuk 2 Bahrul Ulum P 88
mengukur kemampuan yang dimiliki 3 Ema Safira L 84
individu atau kelompok. Tes digunakan 4 Fuad Heriyanto L 75
untuk mendapatkan nilai mata 5 Izzatul Amalia P 85
pelajaran matematika, tes ini 6 Khoiril Afandy L 79
dilaksanakan setelah kegiatan 7 Lahnil P 88
pembelajaran dilaksanakan, baik untuk Hidayati,M.M
kelas kontrol maupun kelas 8 Maulida P 87
eksperimen. Peneliti menggunakan tes Wahyuni
tulis berbentuk uraian. 9 Moh.Abdul L 88
2. Pelaksanaan penelitian Rizal M

Moh. Affaf: BilanganSempurna...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 55

10 Moh.david L 88 13 Naylul Farohah P 72


Arista,M 14 Nissa P 72
11 Moh.Imron L 66 Muthasinah
Hanafi 15 Nurhayati P 78
12 Moh.Haris L 88 16 Oktaviana Putri P 93
13 Muafiyah P 81 17 Putri Nabila P 78
14 Nur Indah P 85 18 Roudatul Ihsania P 87
Febriyanti 19 Rifqi Fanani L 69
15 Nuris Pratama L 79 20 Salman Al-Farisi L 96
Putra 21 Yaumul Fadilah P 60
16 Rian Asyari L 66 22 Sahrul Fanan L 96
17 Rifaatul P 66
Aminah Analisis Data
18 Riski Mubarok L 85 a. Uji Normalitas
19 Rohimatul P 79 Dengan menggunakan rumus yang
Riskiyah tercantum pada bab III, maka diperoleh
20 Salimah P 87 data hasil dari penelitian yang telah
21 Sonia Jelita P 81 penulis lakukan. Langkah-langkah
Putri untuk mengetahui data tersebut telah
22 Syahrul Lesy L 85 terdistribusi dengan normal atau tidak
sebagai berikut:
1. Data nilai posttest kelas
Tabel 4.2 DataNilai Posttest Mata Eksperimen
Pelajaran Matematika a. Menentukan hipotesis
kelas VII-B (kelas kontrol) SMPN 07 H 0 : Sampel berasal dari populasi
BANGKALAN berdistribusi normal
No Nama L/P Skor H 1 : Sampel berasal dari populasi tidak
berdistribusi normal
1 Amirul L 93 b. Taraf signifikasi yang
Mukminin digunakan adalah = 0,05
2 AdzlikaNaura P 93 c. Menentukan kriteria pengujian
Nabila H 0 diterima jika 2 hitung < 2 1 k 1
3 Ainur Rofiq L 93 maka sampel berasal dari populasi
4 Asri Hidayah P 72 yang bedistribusi normal.
5 Ewi Syarifah P 78
6 Edy Rahman L 78 H 0 ditolak jika 2 hitumg 2 1 k 1
Maulana maka sampel berasal dari populasi
7 Fathurrozi L 69 yang tidak berdistribusi normal.
8 Imrotul Hidiyah P 60 d. Membuat daftar distribusi
Sari frekuensi
9 Juni Ria P 75 Data terbesar = 88
Rahmawati Data terkecil = 66
10 Moh.Taufiq L 96 Rentang = Data terbesar
Hidayat data terkecil
11 Moh.Rohman L 75 = 88 66 = 22
12 Muhammad L 75 Banyak kelas = 1 + 3,3 log n
Yahya = 1 + 3,3 log 22
= 1 + 3,3 1,342

Moh. Affaf : Bilangan sempurna..


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 56

= 1 + 4,42 2596 1296


= 5,42 s 2 = 16
22.21
= 5 (pembulatan
1300
ke bawah). s 2 = 16
Panjang Kelas = 462
s 2 = 44,96
Nilai X0 2 2 s = = 6,70
f i C i ci f i .c i f i .c i

66 69 3 67,5 -5 25 -15 75

70 73 0 71,5 -4 16 0 0
g. Menghitung frekuensi harapan dan
74 77 2 75,5 -3 9 -6 18

78 81 5 79,5 -2 4 -10 20
pengamatan
82 85 5 83,5 -1 1 -5 5

86 89 7 87,5 0 0 0 0 Bat Freku


Z Luas Frekuensi ensi
as
untuk Luas kelas Diharapkan Penga
Kel
Batas 0Z Interval
as (E i = L.n) matan
22 - - - -36 118 Kelas ( L)
(x) n(O i )
= 65,5 -2,313 0,489
= 4,4 6
0,0332 0,7304 3
= 4 (
pembulatan ke bawah) 69,5 -1,716
0,456
4
0,0899
1,9778 0
Tabel 4.3 daftar distribusi frekuensi
kelas VII-A (Data Nilai Posttest) 0,366
73,5 -1,119
5

0,168 3,696 2

e. Menghitung rata-rata ( x ) 77,5 -0,522


0,198
fici 5
x = x0 P
f
i 0,1114 2,4508 5

= 87,5 + 4. / 81,5 0,223


0,087
1
= 87,5 + 4(-1,63)
= 87,5 + (-6,52) 0,1615 -3,553 5
= 80,92
= 81 (pembulatan ke atas) 0,248
85,5 0,671
6

0,1476 -3,2472 7
0,396
f. Menghitung simpangan baku 89,5 1,268
2
(s)
n f i c i 2 f i c i 2 Tabel 4.4 daftar frekuensi harapan
s =p
2 2
n n 1 dan pengamatan kelas VII A
(Data Nilai Posttest)
22.118 36 2
s 2 = 4 2
Menghitung
2

2222 1
h. hitung

Moh. Affaf: BilanganSempurna...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 57

k
Oi E i 2 = 1 + 3,3 x 1,342
2
=
i 1 Ei
= 1 + 4,42
= 5,42
=
3 0,7304 2
+
0 1,9778 2 + = 5 ( pembulatan
0,7304 1,9778 ke bawah)
2 3,696 2 + 5 2,4508 2 +
Panjang kelas =
3,696 2,4508 =
5 (3,553) 2
+
7 (3,2472) 2
= 7,2
3,553 3,2472 = 7 (pembulatan ke bawah)
= 7,052 + 1,977 + 0,778 + 2,651 + (-
Tabel 4.5 daftar distribusi frekuensi
20,589) + (-32,337)
kelas VII-B (Data Nilai Posttest)
= - 40,468
Skor fi x0 ci ci2 fi fi .
i. Menentukan 2 1 k 1 tes . ci2
2
= 2 0,95 4 = 9,49 ci
10, 05 51
j. Menarik kesimpulan 60 2 63 -2 4 - 8
66 5 70 -1 1 4 5
Karena -40,468 < 9,49 berarti
2
hitung
67 - 73 7 77 0 0 - 0
2
74 - 80 1 84 +1 1 5 1
1 k 1
81 4 91 +2 4 0 16
Jadi H 0 diterima, berarti sampel berasal
87 3 98 +3 9 1 27
dari populasi berdistribusi normal. 88 8
2. Data nilai posttest kelas kontrol 94 9
a. Menentukan hipotesis 95
H0 : Sampel berasal dari populasi 101
berdistribusi normal Jumlah 22 - - - 9 57
H1 : Sampel berasal dari populasi
tidak berdistribusi normal e. Menghitung rata-rata ( x )
x = x0 P i i
b. Taraf signifikasi yang fc
digunakan adalah = 0,05 f
c. Menentukan kriteria pengujian i

H 0 diterima jika 2 hitung < 2 1 k 1 = 77 + 7 . /


maka sampel berasal dari populasi = 77 + 7 (0,40)
yang bedistribusi normal. = 77 + 2,8
H 0 ditolak jika 2 hitumg 2 1 k 1 = 79,8
= 80 (pembulatan ke atas)
maka sampel berasal dari populasi
f. Menghitung simpangan baku (s)
yang tidak berdistribusi normal.
d. Membuat daftar distribusi 2
2

2 n f i ci f i ci2


s =p
frekuensi n n 1
Data terbesar = 96
Data terkecil = 60 2 22 57 9
2
s = 7
2
= Data terbesar
2222 1
Rentang
data terkecil
= 96 60 2 1254 81
s = 49 .
= 36 22.21
Banyak kelas = 1 + 3,3 log 22

Moh. Affaf : Bilangan sempurna..


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 58

2 1173
s = 49 =
2 1,749 2 + 5 3,6938 2 +
462 1,749 3,6938
7 4,466 1 5,1172
2 2 2
s = 124,40
s = = 11,15 + +
4,466 5,1172
g. Menghitung tabel frekuensi harapan
dan pengamatan 4 3,4012 2 + 3 1,5268 2
3,4012 1,5268
Tabel 4.6 daftar frekuensi harapan = 0,036 + 0,461 + 1,437 + 3,312 +
dan pengamatan kelas VII-B 0,105 + 1,421 = 5,351
(Data Nilai Posttest) i. Menentukan 2 1 k 1
Frekue
2
= 2 0,95 4 9,49
10, 05 51
nsi
Batas Z untuk
Luas Frekuensi
Penga
j. Menarik kesimpulan
Luas kelas

Karena 5,351 < 9,49 berarti


Diharapkan 2
Kelas Batas matan hitung
0Z Interval <
2
(x) Kelas (E i = L.n)
( L) n(O
1 k 1 .
i
)

59,5 -1,83857 0,4664 Jadi H 0 diterima, berarti sampel berasal


dari populasi berdistribusi normal.
0,0795 1,749 2

66,5 -1,21076 0,3869


Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians
0,1679 3,6938 5
bertujuan untuk mengetahui apakah
varians penelitian homogen atau tidak.
Langkah-langkah yang digunakan
73,5 -0,58296 0,2190
adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Hipotesis
0,203 4,466 7
H0 : 1 22 : Data prestasi siswa pada
2

80,5 0,04484 0,0160 kedua kelas memiliki varians yang


homogen
0,2326 5,1172 1 H1 : 12 22 : Data prestasi siswa pada
kedua kelas tidak memiliki varians
87,5 0,67265 0,2486 yang homogen.
2. Menentukan taraf nyata ( =
0,1546 3,4012 4 0,05)
3. Menghitung F dengan rumus :
94,5 1,30045 0,4032
F=
0,0694 1,5268 3
=
101,5 1,92825 0,4726
= 1,66
4. Mencari nilai F ( )dari
h. Menghitung hitung
2

data distribusi F dimana :


2 = Oi E i
k 2

1 adalah derajat kebebasan pembilang


i 1 Ei Dimana dk pembilang n 1 = 22 1 =
21
2 adalah derajat kebebasan penyebut
Dimana dk penyebut n 1 = 22 -1 = 21
Moh. Affaf: BilanganSempurna...
Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 59

5. Menentukan kriteria Ho Ho ditolak untuk harga t yang lainnya.


diterima atau ditolak 4) Mencari nilai t
Ho diterima bila Fhitung <F ( ),
Tabel 4.7 Tabel Uji Hipotesis Kelas
Fhitung <F ( )( ) VII-A (Data Nilai Posttest)
Ho ditolak bila Fhitung F ( ),
No Nama Siswa ( )
Fhitung F ( )( ) 1 Ahmat Satibi 75 -6 36

6. Menarik kesimpulan 2 Bahrul Ulum 88 7 49

Fhitung= 1,66 dan F( )( )= 3 Ema Safira 84 3 9

Fuad
6,286 4 75 -6 36
Heriyanto
Karena berarti Fhitung < Izzatul
5 85 4 16
F ( ) Amalia

Jadi H0 diterima berarti prestasi siswa 6


Khoiril
79 -2 4
Afandy
pada kedua kelas memiliki varians
Lahnil
yang homogen. 7
Hidayati,M.M
88 7 49

b. Uji kesamaan dua rata-rata Maulida


8 87 6 36
Uji kesamaan dua rata-rata Wahyuni

digunakan untuk membandingkan dua Moh.Abdul


9 88 7 49
keadaan yang berbeda dengan Rizal M

menggunakan uji-t. Pada penelitian ini 10


Moh.david
88 7 49
Arista,M
yang dibandingkan adalah prestasi
Moh.Imron
belajar siswa yang diberi perlakuan 11 66 -15 225
Hanafi
dengan model pembelajaran kooperatif 12 Moh.Haris 88 7 49
tipe Talking Stick (tongkat berbicara) 13 Muafiyah 81 0 0
dan model pembelajaran kooperatif Nur Indah
14 85 4 16
tipe Jigsaw. Febriyanti

1. Jika tidak diketahui, 15


Nuris
79 -2 4
maka prosedur yang ditempuh adalah Pratama Putra

16 Rian Asyari 66 -15 225


sebagai
Rifaatul
berikut : 17 66 -15 225
Aminah
a) Menentukan Hipotesis Riski
-Ho : 1 2 : prestasi belajar siswa
18
Mubarok
85 4 16

dengan menggunakan model Rohimatul


19 79 -2 4
pembelajaran kooperatif tipe Talking Riskiyah

Stick (Tongkat Berbicara) lebih baik 20 Salimah 87 6 36

atau sama dengan model pembelajaran 21


Sonia Jelita
81 0 0
Putri
kooperatif tipe Jigsaw.
22 Syahrul Lesy 85 4 16
-H1 : 1 2 : prestasi belajar siswa
Jumlah 1785 1149
dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Talking
Stick (Tongkat Berbicara) tidak lebih
baik dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
2) Menentukan taraf nyata = 0,05
Menentukan kriteria Ho :
Ho diterima jika t < t 1

Moh. Affaf : Bilangan sempurna..


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 60

Tabel 4.8 Tabel Uji Hipotesis Kelas x1 x2


VII-B (Data Nilai Posttest) t
1 1
s
No Nama Siswa ( ) n1 n2
1 Amirul Mukminin 93 13 169

AdzlikaNaura 93
= ( ) ( )
2 13 169
Nabila

3 Ainur Rofiq 93 13 169 =


4 Asri Hidayah 72 -8 64
5 Ewi Syarifah 78 -2 4
=
6
Edy Rahman 78
-2 4
( )
Maulana
=
7 Fathurrozi 69 -11 121

Imrotul Hidiyah 60
8 -20 400
Sari = 0,352
9
Juni Ria 75
-5 25
5) Mencari nilai t 1 dari daftar
Rahmawati

Moh.Taufiq 96
distribusi t dengan dk = ( )
10 16 256
Hidayat t 1 = t(1 0,05) = t(0,95)
11 Moh.Rohman 75 -5 25
dk = ( ) = ( 22 + 22 - 2 ) =
Muhammad 75
12 -5 25 42
Yahya

13 Naylul Farohah 72 -8 64
sehingga diperoleh ttabel = 1,684
14 Nissa Muthasinah 72 -8 64
6) Menarik kesimpulan.
15 Nurhayati 78 -2 4 Karena t < t 1 , maka dapat diperoleh
16 Oktaviana Putri 93 13 169
0,352 1,684. Jadi H0 diterima.
17 Putri Nabila 78 -2 4
Berarti dapat disimpulkan bahwa
18 Roudatul Ihsania 87 7 49
prestasi belajar siswa dengan
19 Rifqi Fanani 69 -11 121

20 Salman Al-Farisi 96 16 256


menggunakan model pembelajaran
21 Yaumul Fadilah 60 -20 400
kooperatif tipe Talking Stick (Tongkat
22 Sahrul Fanan 96 16 256 Berbicara) lebih baik dengan model
Jumlah 1758 2818 pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

B. BAHASAN UTAMA
Dari tabel diatas, didapat hasil sebagai Berdasarkan hasil perhitungan di
berikut atas maka didapatkan hasil analisis
sebagai berikut:
1. Uji normalitas
- Untuk data sampel kelas VII-A,
karena 2hitung= -40,468 < 2 tabel =
9,49 maka sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
- Untuk data sampel kelas VII-B,
karena 2 hitung= 5,351 < 2 tabel =
9,49
maka sampel berasal dari populasi
Dari data tersebut, dapat diperoleh nilai yang berdistribusi normal.
t sebagai berikut : 2. Uji Homogenitas Varians
Karena F hitung= 1,66 < F tabel =
6,286 maka dapat disimpulkan bahwa

Moh. Affaf: BilanganSempurna...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 61

data prestasi siswa pada kedua kelas Mengajar. Jakarta : Pt Rineka


memiliki varians yang homogen. Cipta.
3. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Gintoe, K. Y. (T.Thn.). Pengaruh
Dari hasil analisis statistik diperoleh Model Pembelajaran Kooperatif
nilai thitung sebesar 0,352. Nilai ini Tipe Talking Stick Terhadap
kemudian dibandingkan dengan nilai t Hasil Belajar Ipa Fisika Pada
pada tabel dengan dk = 42 dengan taraf Siswa Kelas VII Smpn 9 Palu.
signifikan 5% = 1,684 Jurnal Pendidikan Fisika
Dari hasil perhitungan didapat Tadulako , 6-12.
bahwa t < t 1 yaitu 0,352 1,684 Komara, E. (2014). Belajar Dan
maka H0 diterima berarti dapat Pembelajaran Interaktif.
disimpulkan bahwa prestasi belajar Bandung: Pt Refika Aditama.
siswa yang diberi perlakuan / diajar Latifah, E. (2010). Strategi Self
menggunakan model pembelajaran Regulated Learning Dan Prestasi
kooperatif tipe Talking Stick lebih baik Belajar Kajian Meta Analisis.
dengan prestasi belajar siswa yang Jurnal Psikologi , 110-129.
diberi perlakuan atau diajar M, A. H. (2010). Penerapan Model
menggunakan model pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Tipe
kooperatif tipe Jigsaw. Jigsaw Untuk Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah
PENUTUP Siswa Smp. Jurnal Pendidikan
Simpulan Fisika Indonesia 6 , 53-57.
Prestasi belajar siswa yang diajar Marsigit. (2008). 1 Matematika.
dengan menggunakan model Jakarta: Yudistira Pt Ghalia
pembelajaran kooperatif tipe Talking Indonesia Printing.
Stick (Tongkat Berbicara) lebih baik Prof.Dr.Endang Komara, D. (2014).
dari pada siswa yang menggunakan Belajar Dan Pembelajaran
model pembelajaran kooperatif tipe Interaktif. Bandung: Pt Rafika
Jigsaw. Hal tersebut dibuktikan dengan Aditama .
hasil perhitungan statistik atas analisa Purwaningsih, A. (2014). Pengaruh
data yang diperoleh dalam penelitian Model Pembelajaran Kooperatif
ini, nilai t hitung 0,352 lebih dari nilai t Tipe Talking Stick Dan Tgt
daftar 1,684 t < t 1 , maka dapat Ditinjau Dari Kemampuan
Matematika Pada Materi Pokok
diperoleh 0,352 1,684. Hedrolisis Garam Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Kelas Xi
DAFTAR RUJUKAN Sman Kebakkramat Tahun
Alimuddin S, M. (2009). Hubungan Pelajaran 2013/2014. Jurnal
Antara Motivasi Belajar Pendidikan Kimia , 31-40.
Terhadap Prestasi Belajar Mata Sanjaya, W. (2011). Kurikulum Dan
Diklat Instalasi Listrik Siswa Pembelajaran. Jakarta : Kencana
Smkn 3 Makassar. Jurnal Medtek Prenada Media Group.
. Sardiman. (2007). Interaksi & Motivasi
Arikunto, S. (2010). Prrosedur Belajar Mengajar. Jakarta: Pt
Penelitian Suatu Pendekatan Rajagrafindo Persada.
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Shoimin, A. 68 Model Pembelajaran
Drs.Syaiful Bahri Djamarah, M. D. Inovatif Dalam Kurikulum 2013.
(2010). Strategi Belajar

Moh. Affaf : Bilangan sempurna..


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 62

Sudjana. (2005). Metoda Statistika . Suprijono, A. (2011). Cooperatif


Bandung: Tarsito. Learning Teori & Faikem.
Sugianto, D. (2014). Perbedaan Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Penerapan Model Pembelajaran Trianto. (2010). Mengembangkan
Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Sta Model Pembelajaran Tematik .
Ditinjau Dari Kemampuan Jakarta: Prestasi Pustaka.
Penalaran Dan Komunikasi Trianto. (2007). Model Pembelajaran
Matematika Siswa Sma. Jurnal Inovatif Beriorentasi
Didaktik Matematika , 96-128. Konstruktivistik. Jakarta -
Sugiyono. (2010). Kuantitatif Kualitatif Indonesia: Prestasi Pustaka.
Dan R& D. Bandung: Alfabeta.

Moh. Affaf: BilanganSempurna...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 63

BILANGAN SEMPURNA GENAP DAN KEPRIMAAN BILANGAN


MERSENNE

Moh. Affaf, M. Si.


Staf Pengajar Prodi Pendidikan Matematika
STKIP PGRI BANGKALAN
Email: affafs.theorem@yahoo.com

abstrak. Suatu bilangan asli dikatakan bilangan sempurna jika dan hanya jika
jumlah semua pembagi positif dari selain adalah Pada Jamannya,
Euler menemukan ciri untuk suatu bilangan genap merupakan bilangan
sempurna, yaitu bilangan itu harus mengandung bilangan prima
mersenne. Oleh karenanya, dalam pembahasan bilangan sempurna
genap diperlukan juga suatu prosedur untuk menyatakan suatu bilangan
mersenne prima atau bukan. Untuk mencapai hal tersebut, maka dalam
penelitian ini juga dihadirkan suatu prosedur untuk menyatakan suatu
bilangan mersenne prima atau bukan. Tes ini dikenal dengan nama Tes
Lucas-Lehmer.

Kata Kunci : Bilangan Sempurna, Bilangan Sempurna Genap,


Bilangan Mersenne, Tes Lucas, Tes Lucas-Lehmer

PENDAHULUAN harus memiliki faktor prima Mersenne.


Jadi, perlu untuk mengkaji keprimaan
Teorema fundamental dari bilangan Mersenne jika ingin
bilangan bulat menyatakan bahwa mempelajari bilangan sempurna genap.
setiap bilangan bulat yang lebih dari
satu dapat difaktorkan menjadi 1. Landasan Teori
bilangan-bilangan prima. Teorema ini
memiliki arti lain, yaitu setiap bilangan Pada bagian ini, akan dibahas
bulat lebih dari satu, pasti memiliki tentang pembentukan konstruksi , -
faktor selain bilangan itu sendiri. yang nantinya bisa dijadikan
Kemudian, matematikawan terdahulu pemrbandingan dengan konstruksi baru
tertarik untuk mempelajari hubungan yang akan dibentuk pada Hasil dan
bilangan bulat lebih dari satu dengan Pembahasan. Untuk mengawali bagian
faktor-faktor positif yang bukan ini, akan perkenalkan tentang definisi
bilangan itu sendiri. Salah satu Tripel Pythagoras
diantataranya adalah bilangan
2.1. Kongruensi bilangan bulat dan
sempurna. Suatu bilangan bulat positif
sifat-sifat didalamnya
dikatakan sempurna jika jumlah semua
faktor positif dari bilangan tersebut Satu lagi konsep penting dalam
selain bilangan itu adalah bilangan itu teori bilangan adalah kongruensi.
sendiri. Sejak jaman Euclid, bilangan Definisi kongruensi bilangan bulat
sempurna telah menjadi bahasan yang diberikan sebagai berikut.
menarik. Kemudian di jamannya, Euler Definisi 2.1.1(Kongruen). Misal
menemukan ciri khusus bilangan bilangan bulat yang lebih besar dari 1.
sempurna dalam kasus bilangan Bilangan bulat a dan b dikatakan
tersebut genap, yaitu bilangan tersebut kongruen modulo m dan dituliskan

Moh. Affaf : Bilangan sempurna..


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 63

( ) jika dan hanya jika Teorema 2.1.2. a ,b , dan m bilangan


. bulat dengan m >0 sehingga
Contoh 2.1.1. ( ). Maka untuk bilangan
7 dan 5 kongruen modulo 2 karena bulat positif n berlaku
( ) ( )
Bukti:
Teorema 2.1.1. Misal a , b , c , d ,e ,
dan m adalah bilangan bulat dengan d 1. Jelas ( ) benar
>0 dan m>0, maka: 2. Jika ( ) benar untuk suatu bilangan
(i) ( ) positif , berarti ( ).
(ii) jika ( ) maka Karena ( ) benar , berdasarkan
( ) Teorema 2.1.1 bagian (v), maka
(iii) jika ( ) dan ( ) , yaitu
( ) , maka ( ) ( ) . Jadi
(iv) jika ( ) dan , ( ) juga benar.
maka ( ) Berdasarkan Prinsip Induksi
(v) jika ( ) dan Matematika, maka ( ) benar untuk
( ) , maka ( ) setiap bilangan bulat positif .
(vi) jika ( ) dan Definisi 2.1.2(residu terkecil). Jika m
( ) , maka > 0 dan r sisa dari pembagian b oleh m,
( ) maka r dikatakan residu terkecil dari b
Bukti: modulo m . Kemudian, dikatakan
(i) Jelas bahwa sebagai himpunan semua residu
(ii) maka ( ) terkecil dari b untuk , mudah
diketahui bahwa *
(iii) dan . Tetapi ). Serta didefinisikan *
( ) ( ) ( ) +.
menurut Lemma 2.1.1. bagian (ii) Contoh 2.1.2.
(iv) Karena dan , maka Untuk m = 6, maka * +
menurut Lemma 2.1.1
Teorema 2.1.3. Diberikan bilangan
bagian (i)
bulat a, x, y, dan m dengan m >0. Jika
(v) dan . Tetapi
(a,m) = 1 dan ( ), maka
( ) ( )
( ).
menurut Lemma 2.1.1. bagian Bukti:
(ii)
Karena ( ), maka
(vi) dan , maka ( ) ( ), dan
( ) ( ) ( )
berdasarkan teorema 2.1.6 maka
( )
( ), atau dengan kata lain
Pada bagian (i) sampai (iii) ( ).
menyatakan bahwa pada kongruensi
Teorema 2.1.4. Diberikan bilangan a
berlaku relasi ekivalen yang akan
dan p dengan p prima. Jika ( ) ,
dijelaskan pada bahasan akhir di bab
maka ( ).
ini. Sedangkan untuk bagian (iv)
Bukti:
sampai (vi) akan sering digunakan
Perhatikan himpunan
untuk membuktikan teorema-teorema
* +. Jelas bahwa untuk
pada bahasan ini.
setiap dengan
berlaku ( ). Sekarang,

Moh. Affaf : Bilangan sempurna..


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 63

andai ( ) untuk Teorema 2.1.6. Jika p prima, maka


dengan . ( ) ( )
Berdasarkan Teorema 2.1.3 berlaku Bukti:
( ). Jadi
( ). Oleh karena itu, untuk Telah diketahui bahwa ( )
terdapat dengan . / untuk sebarang
sehingga ( ). Maka bilangan asli n. Jadi akan dibuktikan
diperoleh
( )( ) ( ( )) bahwa . / untuk .
( Karena . / bilangan bulat maka
)( ) ( )( ) ( ).
( ) Kemudian, karena setiap bilangan asli
( yang kurang p prima relatif dengan p,
)( ) ini artinya, semua hasil kalinya, yaitu
Dengan menerapkan Teorema 2.1.3 m! Juga prima relatif dengan p
diperoleh ( ) berdasarkan Teorema 2.2.1, sehingga
Teorema 2.1.5 (Teorema Wilson). berdasarkan Teorema 2.1.6 (
Untuk bilangan prima p berlaku )( ) ( ), dengan kata
( )( ) ( )
( ) ( ) lain adalah bilangan

Bukti: bulat. Oleh karena itu, . /.


Sekarang, perhatikan persamaan 2.2. Residu Kuadratik
kongruensi ( ) untuk
Bahasan ini akan digunakan
suatu bilangan prima p. Maka ( sebagai dasar pembukrian Tes Lucas
) ( )( ), sehingga dan Tes Lucas-Lehmer yang
( ) atau ( ) menurut merupakan tes keprimaan untuk
teorema 2.1.9, sehingga bilangan Mersenne.
( ) atau ( ). Jika Definisi 2.2.1 (residu kuadratik).
solusi persamaan kongruensi Diberikan bilangan prima p. Bilangan
( ) diambil dalam himpunan bulat a dengan disebut residu
* +, persamaan kuadratik modulo p jika dan hanya jika
tersebut berlaku untuk x = 1 atau x = p terdapat bilangan bulat y sehingga
- 1. Untuk * +, ( ). Jika tidak ada
persamaan kongruensi ( ) bilangan y yang demikian, maka a
memiliki solusi berdasarkan Akibat disebut residu nonkuadratik modulo p.
2.1.1 Jika adalah solusinya, Contoh 2.2.1.
jelas . 12 residu kuadratik modulo 13 tetapi 2
residu nonkuadratik modulo 5.
Definisi 2.1.3. Untuk bilangan bulat
nonnegatif m dan n dengan , Definisi 2.2.2(Simbol Legendre).
Misal p adalah prima ganjil yang tak
didefinisikan . / jika atau
membagi bilangan bulat a.
; dan
( )( ) ( ) Didefinisikan . / jika
. / untuk
dan hanya jika a residu kuadratik atau
yang lainnya. nonkuadratik modulo a.
Contoh 2.2.2.

Moh. Affaf : Bilangan sempurna..


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 64

Dari Contoh 2.2.1 maka . / dan ( ) ( ), atau dengan kata


lain . / ( )
. /
Teorema 2.2.3. Diberikan bilangan
Teorema 2.2.1 (kriteria Euler).
Diberikan bilangan bulat prima ganjil p bulat prima ganjil p. Maka . / jika
dan . Kemudian, jika:
( ) dan . /
(i) a residu kuadratik modulo p, maka
jika ( ).
( )
Bukti:
(ii) a residu nonkuadratik modulo p,
Dengan memanfaatkan Teorema 2.2.2,
maka ( ) maka tinggal mengetahui genap atau
Bukti: ganjil banyaknya * +
(i) Karena . / , maka terdapat yang memenuhi , atau bisa
bilangan bulat y sehingga dikatakan . Misal
( ). Tentu saja karena . Tentu saja atau
, sehingga karena bilangan ganjil, maka
( ) .
(ii) Karena . / , maka Sekarang jelas bahwa atau
bergantung atau
( ) untuk setiap bilangan
, sehingga
bulat y. Tetapi, selalu terdapat
* + sehingga (i) Jika dan , maka
dan , yaitu
( ). Tentu saja
genap
terdapat ( ) pasang ,
(ii) Jika dan +1, maka
oleh karena itu
dan , yaitu ganjil
( ) (iii) Jika dan , maka
( ) dan , yaitu
Teorema 2.2.2 (lemma Gauss). ganjil
Diberikan bilangan bulat prima ganjil p (iv) Jika dan , maka
dengan . Untuk dan , yaitu
, misal adalah genap
bilangan bulat kongruen modulo p Maka bukti selesai.
dengan . Jika banyaknya Teorema 2.2.4. Diberikan bilangan
bilangan yang negatif sebanyak n, bulat prima ganjil . Maka
maka . / ( ) . / jika ( )
Bukti:
dan . / jika
Pertama akan dibuktikan jika ,
maka . Jika , maka ( ).
( ) sehingga Bukti: Analog dengan bukti Teorema
( ). Sekarang, jika , 2.2.3.
maka ( ) sehingga Teorema 2.2.3. Diberikan bilangan
( ), tentu saja ini juga bulat prima ganjil . Maka
tidak mungkin. Oleh karena itu,
. / jika
( ) ,
sehingga diperoleh ( ).

Moh. Affaf: BilanganSempurna...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 65

Bukti: Analog dengan bukti Teorema jika ( ). Tentu saja


2.2.3. karena . Jika ,
1.3. Grup maka
( ) ( ).
Definisi 2.3.1 (grup). Diberikan Karena (-1,n) = 1, maka ( ).
himpunan tak kosong G dengan Oleh karena itu . Jika ,
operasi * yang terdefinisi di G dan maka ( ) dan ( ).
dituliskan sebagai . Kemudian, Berdasarkan Lemma 2.1.1 diperoleh
dikatakan grup jika dan hanya ( ) ( ) ( ). Jadi
jika memenuhi 4 kondisi berikut: . Dengan kata lain pada kongruensi
1. ; bilangan bulat, berlaku relasi ekivalen.
2. ; ( ) ( ) Contoh ini merupakan generalisasi dari
3. . Jika G grup dan H subgroup G, maka
Kemudian e disebut elemen jika , . Relasi
identitas di G ini merupakan relasi ekivalen
4. . [Herstein. 1990:57].
Kemudian dikatakan i disebut
invers dari a dan biasanya Definisi 2.3.3. Jika adalah relasi
dituliskan sebagai a atau a-1. ekivalen pada S dan , maka [a],
Jika dan juga membentuk kelas dari a didefinisikan sebagai
grup, maka dikatakan H subgroup G. , - * +
Contoh 2.3.1. Pada contoh kutipan di atas, dapat
dituliskan untuk suatu
Didefinisikan *
. Jadi, berakibat .
+ serta dan
Sekarang, jika untuk suatu
menyatakan operasi jumlah modulo m
, maka ( )
dan operasi kali modulo m berturut-
. Jadi, jika dan hanya jika
turut. Untuk m = 3, maka * +, dengan kata
* lain , - .
+. Dapat dicek bahwa
Teorema 2.3.1. Jika adalah sebuah
tidak membentuk grup,
relasi ekivalen pada S dan , maka
tetapi * + membentuk , -, gabungan ini berjalan untuk
grup. Kemudian, {1} subgroup setiap kelas-kelas di S, dan jika
* + , - , - berakibat , - , -
Definisi 2.3.2 (Relasi Ekivalen). Bukti:
Sebuah relasi pada sebuah himpunan Karena , -, maka tentu saja
S dikatakan relasi ekivalen jika dan , - . Sekarang, tinggal
hanya jika untuk setiap membuktikan jika , - , - berakibat
memenuhi 3 kondisi berikut: , - , - . Berikut akan dibuktikan
dengan kontraposisi. Misal , - , -
(i) (refleksif) , katakan , - , -. Berdasarkan
(ii) berakibat (simetris) kelas, maka karena , - dan
(iii) berakibat (transitif) karena , -. Berdasarkan sifat
Contoh 2.3.2. simetrisnya, berakibat .
Misal S adalah himpunan bilangan Karena dan , maka ,
bulat dan n adalah bilangan bulat yang maka , -. Sekarang, jika , -,
lebih dari 1 yang telah ditetapkan. maka . Tetapi , oleh karena itu
Kemudian, didefinisikan untuk , -. Jadi , - , -. Dengan cara

Moh. Affaf : Bilangan sempurna..


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 66

yang sama, mudah diperoleh , - , -. Misal banyak pembagi positif dari a


Jadi , - , -, maka bukti teorema adalah t dengan a1 , a2 , a3 ,, at semua
selesai. pembaginya dan s banyak pembagi
Teorema ini mengatakan bahwa positif dari b dengan b1 , b2 , b3 ,, bs ,
partisi ini adalah partisi disjoin pada S. maka ( ) ( ) (
Teorema ini akan digunakan untuk )( )
= a1 b1 + a1 b2 + a1 b3 + + a1 bt
membuktikan Teorema Lagrange yang + a2 b1 + a2 b2 + a2 b3 + + a2 bt
merupakan teorema fundamental dalam .
aljabar abstrak. Namun, sebelum itu, .
+ as b1 + as b2 + as b3 + + as bt
dibutuhkan definisi berikut:
Jika ai bj dari susunan di atas, maka ai
Definisi 2.3.4. Diberikan bilangan bj|ab karena ab= (ai xi)( bjyj)= (ai bj)( xi
bulat positif n dan grup dengan yj), dengan kata lain, setiap elemen
. Didefinisikan: pada susunan di atas merupakan
pembagi positif ab. Jika c pembagi
(i) ( ) sebagai banyaknya anggota G
positif a atau b jelas c muncul dalam
(ii)
susunan di atas. Sekarang, jika c bukan
(iii) ( ) = m dalam kasus m bilangan pembagi positif a dan b tetapi c
bulat positif terkecil sehingga pembagi positif ab, maka setiap prima
, dengan e elemen identitas pembagi c pasti membagi ab menurut
di G. Lemma 2.2.1. Jadi jika p prima dengan
, maka p membagi salah satu dari a
Teorema 2.3.2(Teorema Lagrange). atau b. Karena faktor prima dari a dan
Misal G himpunan berhingga dan b berbeda , maka elemen pada susunan
sehingga dan di atas berbeda dan faktor prima c
membentuk grup. Jika , maka: muncul di ai dan muncul pula di bj .
(i) ( ) ( ) Dari sini jelas bahwa setiap pembagi
(ii) ( ) ( ) positif ab muncul dalam susunan di
atas. Jadi banyaknya elemen pada
2. Hasil dan Pembahasan susunan di atas sama dengan banyak
Definisi 3.1. Diberikan . Jumlah elemen pembagi positif ab, atau
semua pembagi positif dari ( ) ( ) ( ).
dinyatakan dengan ( ).
Definisi 3.2. Bilangan asli dikatakan
Contoh 3.1.
sempurna jika dan hanya jika jumlah
( )
semua pembagi positif yang kurang
dari adalah , yaitu jika ( )
Lemma 3.1. Diberikan bilangan prima , atau dengan kata lain bilangan asli
dan bilangan bulat positif, maka sempurna jika ( )
( ) Contoh 3.2.
6 merupakan bilangan sempurna
Bukti : karena ( )
( ) ( )

( ) tetapi 12 tidak sempurna karena


( )
menurut Contoh 2.2.1.
Teorema 3.1. Jika a dan b bilangan Teorema 3.2 (Teorema Euclid). Jika
bulat positif dengan ( ) , maka bilangan asli sehingga prima,
( ) ( ) ( ) maka bilangan ( ) adalah
Bukti : bilangan sempurna.
Moh. Affaf: BilanganSempurna...
Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 67

Bukti : ( )
dituliskan . Jelas bahwa
Jelas bahwa dan prima
relatif sehingga menurut teorema 3.1 dan prima relatif. Misal
berlaku ( ( ) ) , maka
( ( )) ( ) dan
( ) ( ) ( ) .
Dengan menerapkan Lemma 3.1 Sekarang, andai , maka ( )
diperoleh karena . Hal
( ( )) ini kontadiksi dengan yang diperoleh,
( ) yaitu ( ) . Maka haruslah
( )( . Jadi, dan
( ) , sehingga
)
adalah prima. Dengan menuliskan
( )
( maka bukti selesai .
( ))
Jadi ( ) merupakan bilangan Dari teorema 3.3 jelas bahwa kunci
sempurna . agar suatu bilangan genap untuk
Contoh 3.3. sempurna adalah bilangan berbentuk
adalah prima, maka 6 haruslah prima. Jadi, penting
bilangan sempurna karena untuk mempelajari keprimaan bilangan
( ). dalam mempelajari bilangan
sempurna genap.
Pada teorema 3.2 Jelas bahwa
bilangan yang dimaksud adalah Definisi 3.3 (Bilangan Mersenne).
bilangan genap. Kemudian, pertanyaan Untuk suatu bilangan bulat positif k ,
yang muncul adalah apakah setiap bilangan berbentuk dikatakan
bilangan genap yang sempurna akan bilangan Mersenne ke-k dan dituliskan
berbentuk ( ) dengan sebagai .
prima? Pertanyaan ini dijawab Contoh 3.4.
positif oleh Matematikiawan asal Untuk k = 1 , dan k = 5 ,
Swiss, Leonard Euler dalam
Teorema 3.3 (Teorema Euler). Teorema 3.4. Jika prima, maka k
Setiap bilangan genap yang sempurna juga prima .
Bukti :
akan berbentuk ( ) dengan
Andai k komposit dan prima. Misal
adalah prima.
. Maka ( ).
Bukti :
Misal m adalah bilangan genap Kemudian, diperoleh
sempurna yang dimaksud, tanpa ( )
mengurangi keumuman, dituliskan m ( ). Berdasarkan definisi
sebagai dengan dan kekongruenan, maka .
adalah bilangan ganjil. Maka diperoleh Karena dan
( ) ( ) ( ) ( ) , ini artinya adalah faktor dari
( ) ( ) selain 1 dan . Hal ini
Tetapi m sempurna, yaitu kontradiksi dengan prima. Jadi
( ) ( ) ( ) bilangan prima.
Dari 2 hasil di atas, diperoleh ( Teorema 3.4 membatasi keprimaan
) ( ) , atau bisa pula bilangan Mersenne dari segi indeknya.
Jadi, jika indek bilangan Mersenne

Moh. Affaf : Bilangan sempurna..


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 68

komposit maka bilangan Mersennenya


komposit. Tetapi tidak selalu berlaku dengan . / . /
bahwa Jika k prima, maka prima. untuk .
Di jamannya, Euler menemukan faktor 1. Untuk , jelas.
bilangan Mersenne dengan indek prima
2. Andai benar untuk , yaitu
dalam bentuk untuk .
Penulis menetapkannya dalam teorema
. / . / benar,
3.5 berikut.
akan ditunjukkan juga benar
Teorema 3.5 (Teorema Euler).
( ) ( )
Diberikan bilangan bulat positif m
dengan sehingga
(( ) ) (( ) )
prima. Jika prima, Maka
dan komposit.

Bukti: (( ) ( ) )
Karena prima dan
( ) ( ),
( ) ( )
maka berdasarkan teorema 2.4.3

diperoleh . / , dan berdasarkan (( ) ( ) )

Kriteria Euler didapatkan ( )


( ) ( )
( ). Dengan kata lain

. Karena , maka dan Jadi . / . /
, oleh karena itu komposit. benar untuk semua bilangan asli
Contoh 3.5. n menurut prinsip Induksi
11 adalah bilangan prima dan dapat Matematika.
dituliskan sebagai . Dan (ii) Klaim bahwa ( ).
mudah diketahui bahwa Karena dengan k bilangan
adalah prima. Oleh karena itu, bulat nonnegatif, maka diperoleh
. Jadi
( ) bukan bilangan
sempurna.
( )
Teorema 3.6 (Tes Lucas). Diberikan (iii) klaim bahwa ( )
barisan bilangan dengan
dan untuk 1. Untuk , jelas bahwa
. Jika p bilangan prima dengan bentuk ( )
untuk suatu bilangan bulat 2. Andai pernyataan benar untuk
nonnegatif , maka merupakan , yaitu ( ) benar,
bilangan prima jika dan hanya jika akan ditunjukkan
( ). ( ) juga benar
Bukti: ( )
Sebelum membuktikan teorema ini,
Penulis akan memberikan klaim untuk
(
3 kondisi berikut:
)
(i) klaim bahwa barisan bilangan ( )
dengan sifat di atas ekivalen

Moh. Affaf: BilanganSempurna...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 69

Sekarang, perhatikan grup


( ) * + . Mudah
diketahui bahwa (
( ) * +) . Karena

. / * +, mudah
( )
dipahami bahwa . /
( )
di * +. Dengan
Jadi ( ) benar untuk
bilangan asli menurut prinsip mengkuadratkan kedua ruas
Induksi Matematika. Atau boleh diperoleh
dikatakan ( ) benar untuk ((

) ) ( )
bilangan prima ganjil
untuk suatu bilangan nonnegatif k. (

)
( ) Andai prima sehingga dan

( ) Maka ( )
menurut Teorema 2.1.2 dan

berdasarkan Definisi 2.1.1 diperoleh di * +. Jadi order dari . /
kesamaan . /

. /
adalah . Berdasarkan Teorema

untuk suatu . Dengan 2.5.1 maka . /
mengalikan kedua ruas dengan ( * +) , dan menurut
Lemma 2.1.1 bagian (iii) diperoleh
. / , diperoleh hasil . Tetapi
(

) ((

)
, oleh karena itu
. Hal ini kontradiksi
dengan . Jadi, jika
( ) )
( ) maka prima.

( ) ( ) Karena ( ) dan

((

) )
( ), maka . / dan
. / menurut Teorema 2.4.5 dan

(( )( )) Teorema 2.4.3. Kemudian, berdasarkan
Kriteria Euler, diperoleh
( )
( ) dan

(( ) ) ( ) ( ). Berdasarkan Teorema

(

)
2.3.6 diperoleh . /
menurut Teorema2.3.6. Kemudian

(( ) ) ( )


(( ) ) ( )

Moh. Affaf : Bilangan sempurna..


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 70

Contoh 3.6.
( ) Untuk . Kemudian,
( )
( ). Jadi
prima menurut Tes Lucas.
( ) Teorema 3.4 dan 3.5 sudah cukup
( ) baik dalam mengkarakterisasi
keprimaan bilangan Mersenne.

Kekurangan Teorema 3.4 adalah tak
berlaku dua arah dan Teorema 3.5 dan
di . Sehingga Teorema 3.6 hanya mengkarakterisasi
bilangan prima yang kongruen 3
modulo 4 saja. Untuk mengakhiri
( ) ( ) ( )
pembahasan pada skripsi ini, penulis
akan menyajikan teorema terakhir yang

( ) ( )( ) penulis anggap lebih baik dalam
mengkarakterisasi keprimaan bilangan
Mersenne. Penulis menempatkannya
( )
dalam teorema berikut yang sekaligus
merupakan teorema terakhir dalam bab
di . Dengan mengalikan kedua ruas pada
pembahasan ini.

persamaan terkhir dengan . / , diperoleh
Teorema 3.7 (Tes Lucas-Lahmer).

Diberikan barisan bilangan
( ) ( ) ( ) dengan dan
untuk . Jika p bilangan prima
ganjil, merupakan bilangan prima
( ) ( ) ( )
jika dan hanya jika

( ) ( ).
Bukti:
Pertama, klaim bahwa barisan bilangan
( ) (( )( ))
dengan sifat di atas

( ) ekivalen dengan ( )
( ) untuk .

( ) ( ) ( ) 1. Untuk , jelas.


2. Andai benar untuk , yaitu
( ) ( )
( )

( ) ( ) ( ) benar, akan
ditunjukkan juga benar

( ) ( )
( ) ( )
di . Dengan kata kain, ( )
(( ) ) (( ) )

Moh. Affaf: BilanganSempurna...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 71

(( ) ( ) )
Lemma 2.1.1 bagian (iii) diperoleh
hasil . Tetapi
( ) ( , oleh karena itu
) . Hal ini kontradiksi dengan
(( ) ( ) ) . Jadi, jika
( )
( ) maka prima.
( ) ( )
( ) ( )
Jadi ( )
( ) ( )
( ) benar untuk semua ( )
bilangan asli n menurut prinsip ( )
Induksi Matematika.
( ) Andai prima sehingga dan
( ) Terlebih dahulu, akan diklaim
( ). Maka menurut Teorema ( ) dan
2.1.2. Karena ( ), maka diperoleh ( ).
( ) ( ) untuk suatu
. Dengan mengalikan kedua ruas dengan (i) Klaim untuk ( )
( ) , diperoleh
1. Untuk , jelas bahwa
( ) (( ) ( ) ) ( )
( ) 2. Andai pernyataan benar
untuk , yaitu
(( ) ) .( )( )/ ( ) benar,
( ) akan ditunjukkan
( ) juga benar
(( ) ) ( ) ( ) Jadi ( ) benar
untuk bilangan asli
(( ) ) ( )
menurut prinsip Induksi
(( ) ) ( )
Matematika. Atau dengan kata
lain, ( ) benar
Sekarang, perhatikan grup untuk bilangan prima ganjil p.
* + . Jelas ( * +) (ii) Klaim untuk
. Karena ( ) * +, ( )
mudah dipahami bahwa ( Akan dibuktikan
) di * +. Dengan ( ) benar
mengkuadratkan kedua ruas diperoleh untuk semua bilangan asli
n.
(( ) ) ( ) ( )
1. Untuk , jelas bahwa
( )
( )
2. Andai pernyataan benar untuk
, yaitu
( )
( ) benar,
di * +, jadi order dari ( akan ditunjukkan ( )
( ) juga benar
) adalah . Berdasarkan Teorema ( )
( ) ( )
2.5.1 maka ( )
( * +) , dan menurut

Moh. Affaf : Bilangan sempurna..


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 72

( ) Jadi ( ) . Dengan
( memerhatikan ( )
( )
, maka
)
( )
( )
( ) ( )
( )

( )
( ) ( )
( )
( )
( )
( )
( )
( ) ( ) ( )
( )
( )
Jadi ( )
benar untuk semua bilangan asli ( )( )
( )
n menurut prinsip Induksi ( )
Matematika. Atau boleh
dikatakan, ( ) ( )( )
( )
benar untuk bilangan prima ganjil
( ) ( )
p.
( )( )
Karena ( ) dan ( )
( ) ( )
( ), maka . /
( )
dan . / menurut teorema
2.4.3 dan teorema 2.4.4 berturut- ( )
turut. Berdasarkan Kriteria Euler,
di . Dengan mengalikan kedua ruas pada
diperoleh ( )
persamaan terakhir dengan ( ) ,
dan ( ). diperoleh

Berdasarkan Teorema 2.3.6 ( ) ( )


diperoleh
( )
( )
( ). Kemudian ( ) ( ) ( )

( )

( ) ( )
( ) .( )( )/

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

( ) ( )
( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( )

di . Dengan kata kain,


( ) ( )

Moh. Affaf: BilanganSempurna...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 75

bilangan prima atau bukan, dapat dicek


Contoh 3.7. dengan melakukan Tes Lucas-Lehmer,
1. Untuk . Kemudian, yaitu saat diberikan barisan bilangan
, , dengan dan
, untuk . Jika p
( ) ( ), bilangan prima ganjil, merupakan
( ) bilangan prima jika dan hanya jika
( ) ( ).
( ). Jadi Adapun saran penelitian ke
berdasarkan Tes Lucas-Lehmer, depannya, bisa dilakukan penelitian
prima. Dengan kata lain, untuk mengidentifikasi bilangan
8128 merupakan bilangan sempurna sempurna ganjil. Penelitian terakhir
karena ( ) dan menyatakan bahwa tidak ada bilangan
bilangan prima. sempurna ganjil yang kurang dari .
2. Untuk . Kemudian Selain itu, dapat pula dilakukan
, , penelitian untuk memodifikasi Tes
, Lucas-lehmer agar lebih sederhana,
baik dalam bukti maupun prosedurnya.
( ),
( ), 3. Daftar Pustaka

( ), [1] Khosy, Thomas. 2007. Elementary


( ), number theory with applications.
Amsterdam. Elsivier
( ), [2] J. W. Bruce. 1993. A Really
( ), Trivial Proof of Lucas-Lehmer
Test. Math Montly. Amer.
( ). [3] M, I, Rosen. 1988. A Proof of
Jadi berdasarkan Tes Lucas- Lucas-Lehmer Test. Math Montly.
Lehmer, prima. Hal Amer.
ini telah dijelaskan dalam Contoh [4] I, R, Herstein. Abstract Algebra.
3.5 yang juga menyatakan 23 1999. Jon Wiley and Son. New
adalah salah satu faktor dari York
[5] Kravist, Sidney. 2011. The Lucas-
KESIMPULAN Lehmer Test For Mersenne
Numbers. Dover. New Jersey.
Penelitian ini telah berhasil [6] Jaroma, John, H. Note On The
mengidentifikasi bilamana suatu Lucas-Lehmer Test. Irish Math
bilangan genap merupakan bilangan Society, pg 63 72, 2004.
sempurna atau bukan, yaitu bilangan [7] Jaroma, John, H. Equivalence of
tersebut harus berbentuk ( ) pepins Test and Lucas-Lehmer
dengan adalah bilangan Test. European Journal of Pure and
mersenne ke- yang harus merupakan Applied Mathematics, Vol 2, No 3,
bilangan prima. Selanjutnya, untuk pg 352 360, 2009.
mengetahui merupakan

Moh. Affaf : Bilangan sempurna..


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 76

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM


SOLVING (CPS) PADA MATERI LINGKARAN DI KELAS VIII MTS
NURUL HUDA

Nur Halizah1 dan Dwi Ivayana Sari2


Email: nurhalizah.21@gmail.com
Email: duwee_cewek@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan guru


mengelola pembelajaran, aktivitas siswa, respon siswa, Subjek
penelitian ini hanya 1 kelas saja yaitu kelas VIII MTs Nurul Huda.Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, data yang dipakai
berupa angka angka dan dianalisis secara statistik deskriptif.Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi, angket
dan tes.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran creative problem solving (cps) pada materi lingkaran di
kelas VIII MTs Nurul Huda dikatakan efektif. Hal ini dikarenakan
kemampuan guru mengelola pembelajaran dikatakan efektif karena
rata-rata skor hasil pengamatan setiap aspek RPP berada dalam
kategori baik dan sangat baik. aktivitas siswa dalam pembelajaran
dikatakan efektif karena rata-rata dari setiap aspek berada pada batas
waktu toleransi, respon siswa terhadap pembelajaran creative problem
solving dikatakan positif karena dari Sembilan item pernyataan yang
termasuk pada kriteria positif diperoleh presentase lebih dari 80%.
Ketuntasan belajar siswa secara klasikal tercapai karena persentase
banyak siswa yang tuntas belajar lebih dari 80%.

Kata kunci :creative problem solving (CPS), Pembelajaran matematik

PENDAHULUAN matematika dikenal pelajaran yang


sangat rumit salah satunya adalah
Matematika merupakan salah satu materi Lingkaran. Hal itu dipengaruhi
bidang studi yang diajarkan di setiap oleh pembelajaran yang digunakan
jenjang pendidikan. Hal itu pada saat proses belajar mengajar
menunjukkan bahwa matematika masih menerapkan pembelajaran
merupakan ilmu pengetahuan yang konvensional. Dimana guru masih
memiliki peranan penting dalam menjadi pusat perhatian sedangkan
berbagai disiplin ilmu. Matematika siswa hanya duduk mendengarkan
juga dapat dikatakan sebagai bekal penjelasan dari guru.Hal itu yang
pengetahuan untuk hidup di menyebabkan pembelajaran
masyarakat karena berbagai matematika tidak tercapai dengan
permasalahan melibatkan matematika.
tapi Pada kenyataannya, dari sekian
siswa yaitu 70% siswa masih merasa
kurang senang dengan pelajaran
matematika, karena pelajaran

Moh. Affaf: BilanganSempurna...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 77

Oleh sebab itu diperlukan pembelajaran Adapun kelebihan model CPS


yang inovatif, pembelajaran yang ini menurut (Djamarah dkk,2006:93)
dimaksud yaitu pembelajaran Creative antara lain: CPS dapat membuat
Problem Solving(CPS)yang merupakan pendidikan disekolah menjadi lebih
variasi dari pembelajaran problem relevan dengan kehidupan, proses
solving dengan pemecahan masalah belajar mengajar melalui pemecahan
melalui teknik sistematis dalam masalah dapat membiasakan para siswa
mengorganisasikan gagasan kreatif menghadapi dan memecahkan masalah
untuk menyelesaikan masalah. Creative secara terampil, CPS merangsang
Problem Solving(CPS) adalah suatu pengembangan kemampuan berfikir
proses, metode, atau sistem untuk siswa secara kraetif dan
mendekati suatu masalah di dalam menyeluruh.Perbedaan model CPS
suatu jalan imaginatif dan dengan model lainnya yaitu pada
menghasilkan tindakan efektif. model pembelajaran ini siswa dituntut
untuk memecahkan masalah yang
Uno dan Nurdin, (2011:223) diberikan oleh guru.
menyatakan bahwa model Creative
Problem Solving adalah suatu model Dengan menggunakan model
pembelajaran menekankan pada kerja pembelajaran ini diharapkan dapat
kelompok yang memusatkan pada menimbulkan minat sekaligus
pembelajaran dan keterampilan kreativitas dan motivasi siswa dalam
pemecahan masalah yang diikuti mempelajari matematika, sehingga
dengan kekuatan keterampilan. Ketika siswa dapat memperoleh manfaat yang
dihadapkan dengan suatu pertanyaan, maksimal baik dari proses maupun
siswa dapat melakukan keterampilan hasil belajarnya.
memecahkanmasalah untuk memilih
dan mengembangkan tanggapan.Siswa Menurut peneliti pada waktu
menggunakan segenap pemikiran, pengalaman PPL, siswa pada materi
memilih strategi pemecahannya, dan lingkaran masih kurang paham karena
memproses hingga menemukan rumus rumusnya dinilai rumit. Salah
penyelesaian dari suatu masalah. satunya pada rumus lingkaran yaitu
keliling dan luas lingkaran.Oleh sebab
Menurut Suyatno (2009) itu peneliti mengambil materi lingkaran
menyatakan bahwa CPS merupakan ini untuk di teliti dengan menggunakan
variasi dari pembelajaran pemecahan model CPS. Adapun penelitian
masalah melalui gagasan creative terdahulu tentang pembelajaran
dalam menyelesaikan masalah.Model creative problem solving (CPS)
ini cocok untuk menyelesaikan soal menurut Hartantia (2013: 100) model
pemecahan masalah karena dalam pembelajaran CPS mendorong siswa
model CPS memuat langkah-langkah untuk dapat menyelesaikan
dalam menyelesaikan soal pemecahan permasalahan yang diberikan oleh guru
masalah.selain itu Menurut dengan cara yang kreatif dapat menarik
Osborn,(dalam Huda,2013: 297) perhatian, kemauan dan kesenangan
sintak CPS yang sering di singkat siswa untuk mempelajari materi yang
dengan OFPISA adalah objective diberikan sehingga siswa mempunyai
finding, fact finding, problem finding, kesadaran bahwa materi tersebut
idea finding, solution finding, penting untuk dipelajari. Sedangkan
acceptance finding. peningkatan hasil belajar disebabkan

Moh. Affaf : Bilangan sempurna..


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 78

penerapan model pembelajaran CPS CPS yang dapat dilihat dari 4 aspek
yang dilengkapi dengan diskusi kelas yaitu kemampuan guru mengelola
pada siklus ke II. diskusi kelas pembelajaran, aktivitas siswa dalam
membuat siswa lebih memahami materi pembelajaran CPS, respon siswa
yang dibahas dan mengetahui terhadap pembelajaran CPS, dan
pemecahan masalah yang paling tepat. ketuntasan belajar siswa secara klasikal
setelah diterapkan model pembelajaran
Menurut Sumanah (2014: 568) CPS.
menyatakan bahwa model
pembelajaran CPS lebih baik daripada Rumusan masalah dalam
rerata prestasi belajar siswa kelas penelitian ini adalah Bagaimana
akselerasi pada materi turunan dengan kemampuan guru mengelola
model pembelajaran konvensional. Hal pembelajaran, Aktivitas siswa, Respon
ini sejalan dengan penelitian Dewi siswa, dan ketuntasan belajar siswa
(2007) yang menyatakan bahwa CPS dengan menggunakan model
dapat meningkatkan kreativitas dan pembelajaran creative problem solving
hasil belajar siswa dan penelitian pada materi lingkaran di kelas VIII
sutrisno (2009) yang menyatakan MTs Nurul Huda? Dengan tujuan
bahwa pembelajaran dengan CPS dapat untuk mendiskripsikan kemampuan
mengantar siswa mencapai KKM. guru, Aktivitas siswa, Respon siswa,
Perbedaan penelitian ini dengan dan ketuntasan belajar siswa dalam
penelitian sebelumnya terletak pada menggunakan model pembelajaran
materi, karakter siswa sebagai obyek, creative problem solving pada materi
dan pendekatan pembelajaran. lingkaran di kelas VIII MTs Nurul
Huda.
Menurut Siswadi (2014 )
penelitian ini sejalan dengan penelitian 1. Pembelajaran Matematika
yang dilakukan Wirasani (2011) yang Matematika adalah cabang ilmu
menyatakan ditunjukan adanya mengenai angka dan perhitungan yang
peningkatan hasil belajar siswa dari menuntut siswa menggunakan logika
siklus I ke siklus II setelah dalam menyelesaikan suatu
diterapkannya model pembelajaran permasalahan.
CPS pada pembelajaran matematika. Selanjutnya dapat disimpulkan
Pada siklus I rata-rata hasil belajar bahwa pembelajaran matematika
siswa sebesar 68 daya serap sebesar adalah suatu upaya seorang guru dalam
68% dan ketuntasan belajar sebesar belajar matematika (yang menuntut
51%. Sedangkan pada siklus II rata-rata siswa berlogika) agar suasana belajar
sebesar 78, daya serap 78% dan kondusif dan tujuan pembelajaran
ketuntasan belajar sebesar 83% dicapai secara optimal.
sehingga telah melebihi target yang
ditetapkan. Terjadi peningkatan 2. Model Creative Problem Solving
ketuntasan belajar siswa pada siklus II (CPS)
dari 51% menjadi 83% desebabkan Menurut Suyatno (2009)
siswa sangat antusian dan tertarik menyatakan bahwa CPS merupakan
mengikuti pembelajaran. variasi dari pembelajaran pemecahan
masalah melalui gagasan creative
Berdasarkan uaraian di atas, dalam menyelesaikan masalah.
maka perlu untuk menyelidiki Dalam penelitian ini creative
keefektifan penerapan pembelajaran problem solving (CPS) adalah model

Moh. Affaf: BilanganSempurna...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 79

pembelajaran yang mendorong siswa Siswa diharapkan sudah memiliki


untuk dapat menyelesaikan cara baru untuk menyelesaikan
permasalahan yang diberikan oleh guru berbagai masalah secara kreatif.
dengan cara yang kreatif dapat menarik 4. Kelebihan Creative Problem
perhatian, kemauan dan kesenangan Solving (CPS)
siswa untuk mempelajari materi yang Menurut Djamarah dkk, (2006: 93)
diberikan sehingga siswa mempunyai adapun kelebihan CPS antara
kesadaran bahwa materi tersebut lain:
penting untuk dipelajari. Adapun a. Creative Problem solving dapat
langkah-langkah pembelajaran CPS membuat pendidikan disekolah
yaitu objective finding, fact finding, menjadi lebih relevan dengan
problem finding, idea finding, solution kehidupan, khususnya dengan
finding, acceptance finding. dunia kerja.
3. Langkah-langkah Creative b. Proses belajar mengajar melalui
Problem Solving (CPS) pemecahan masalah dapat
Menurut Osborn, (dalam membiasakan para siswa
Huda, 2013: 297) sintak CPS yang menghadapi dan memecahkan
sering di singkat dengan OFPISA masalah secara terampil, apabila
antara lain: menghadapi permasalahan di
Langkah 1: Objective finding dalam kehidupan keluarga,
Siswa dibagi kedalam kelompok- bermasyarakat, dan bekerja kelak,
kelompok.siswa mendiskusikan suatu kemampuan yang sangat
situasi permasalahan yang bermakna bagi kehidupan manusia.
diajuakan guru c. Creative Problem Solving
Langkah 2: Fact finding merangsang pengembangan
Siswa membrainstorming semua kemampuan berfikir siswa secara
fakta yang mungkin berkaitan kreatif dan menyeluruh, karena
dengan sasaran tersebut. dalam proses belajarnya siswa
Langkah 3: Problem finding banya melakuakn mental dengan
Salah satu aspek terpenting dari menyoroti permasalahan dengan
kreatifitas adalah mendefinisikan berbagai segi dalam rangka
kembali perihal permasalahan agar mencari pemecah.
siswa bisa lebih dekat dengan Skenario model pembelajaran CPS
masalah pada materi lingkaran sebagai berikut:
Langkah 4: Idea finding Tabel 2.1 Skenario Pembelajaran
Setiap usaha siswa harus CPS
diapresiasi sedemikian rupa
Model
dengan penulisan setiap gagasan, creative
tidak peduli seberapa relevan problem Kegiatan guru Kegiatan siswa
solving
gagasan tersebut (CPS)
Langkah 5:Solution finding Pendahuluan
a. Guru a. Siswa
Kriteria ini dievaluasi hingga ia menyampaikan memperhatik
menghasilkan penilaian yang final tujuan an penjelasan
pembelajaran dari guru dan
atas gagasan yang pantas menjadi bertanya
solusi atas situasi permasalahan b. Guru memberi b. Siswa
apersepsi memperhatik
Langkah 6: Acceptance finding kepada siswa. an penjelasan
dari guru dan
c. Guru bertanya.
memotivasi c. Siswa

Moh. Affaf : Bilangan sempurna..


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 80

siswa untuk memperhatik langkah 5 k. Guru k. Siswa


belajar. an penjelasan Solution mengevaluasi menerima
dari guru dan finding sehingga evaluasi
bertanya. menghasilkan dari guru
Kegiatan inti penilaian yang untuk
Langkah 1 d. Guru d. Siswa final atau menghasila
Objective membentuk membentuk gagasan yang kn
finding siswa menjadi 4 menjadi 4 pantas menjadi penilaian
kelompok yang kelompok solusi atau yang final
beranggota 5 yang situasi masalah
orang / siswa beranggota Langkah 6 l. Guru l. Siswa
e. Guru membagi 5 orang / Acceptance membimbing melakukan
LKS pada siswa siswa finding siswa untuk refleksi dan
e. Siswa melakukan evaluasi
f. Guru meminta menerima refleksi dan terhadap
siswa untuk LKS yang evaluasi penyelidika
mengamati diberikan terhadap n dan
masalah yang guru penyelidikan proses-
ada pada lembar f. Siswa dan proses- proses yang
kerja kelompok mengamati proses yang digunakan
(LKS) masalah digunakan
yang ada Penutup
pada
lembar m. Guru m. Siswa
kerja menyuruh menyampa
kelompok siswa untuk ikan
(LKS) menyampaikan kesimpula
Langkah 2 g. Guru g. siswa kesimpulan n dari
Fact finding mendorong mengumpu dari materi materi
siswa untuk lkan yang telah yang telah
mengumpulkan informasi disampaikan disampaik
informasi yang yang sesuai oleh guru an oleh
sesuai dengan dengan guru
permasalahan permasalah
yang ada pada an yang
LKS bersama ada pada 5. Efektivitas Pembelajaran
kelompoknya LKS Menurut mulyasa (2004:82)
bersama
kelompokn keefektifan adalah adanya kesesuaian
h. Guru memberi ya antara orang yang melaksanakan tugas
waktu kepada h. siswa
siswa untuk berefleksi dengan sasaran yang ditiju, serta
berefleksi tentang bagaimana suatu organisasi berhasil
tentang fakta- fakta-fakta
fakta atau atau mendapatkan dan memanfaatkan
informasi yang informasi sumber daya dalam usaha mewujudkan
di dapatkan yang
didapatkan tujuan operasional.
Langkah 3 i. Guru i. siswa lebih
Problem mendefinisikan dekat
finding kembali dengan METODE
perihal masalah
masalah sehingga Jenis penelitian ini adalah
sehingga menemukan penelitian deskriptif kuantitatif. Data
memungkinka solusi yang
nnya untuk lebih jelas yang akan diperoleh akan dianalisis
menemukan dengan menggunakan statistik
solusi yang
lebih jelas deskriptif. Penelitian ini untuk
Langkah 4 j. Guru j. siswa mendeskripsikan pelaksanaan
Idea finding menanyakan menjawab
kepada siswa pertanyaan pembelajaran Creative Problem
tentang ide-ide guru Solving (CPS) pada materi
yang sudah tentang
diperoleh ide-ide lingkaran.Subjek penelitian ini adalah
setelah yang sudah kelas VIII MTs Nurul Huda pada
mengamati diperoleh
masalah yang tanggal 21 s/d 27 April 2016.
diberikan Prosedur penelitian 1. persiapan
penelitian: membuat perangkat

Moh. Affaf: BilanganSempurna...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 81

pembelajaran dan instrument tidaknya perangkat pembelajaran dan


penelitian, memvalidasi perangkat dan soal tes yang telah dirancang.
instrument penelitian, analisis hasil
validasi. 2. Pelaksanaan penelitian: Tabel 4.1 Hasil Presentase Respon
menjelaskan pembelajaran CPS,
Angket. 3. Analisis hasil penelitian. 4 Presen
tase
Laporan No Uraian
Respon
Respo
siswa
instrument penelitian ini adalah n
setuju
Lembar pengamatan kemampuan guru Ya Tida
mengelola pembelajaran, Lembar 1 k
pengamatan aktivitas siswa, Angket Apakah menurutmu model
pengajaran yang telah
respon siswa, Tes hasil belajar. Teknik 25 0 100%
digunakan pada hari ini
pengumpulan data meliputi: Observasi menyenangkan
Apakah cara guru kalian
(pengamatan), Tes hasil belajar, 2 menyampaikan materi pada
Angket. Teknik analisis data meliputi: hari ini lebih menyenangkan 92%
dari sebelumnya ? 23 2
Analisis data kemampuan guru,
Analisis data aktivitas siswa, Analisis Apakah dengan model
3 pembelajaran Creative
data respon siswa, Ketuntasan belajar. problem solving(CPS)
pengajaran yang digunakan 96%
24 1
hari ini suasana belajar
BAHASAN UTAMA dikelas mu lebih
1. Deskripsi Tahapan Penelitian menyenangkan
1. Persiapan Penelitian Apakah kamu merasa lebih
4 memahami konsep apabila
a. Membuat Perangkat Pembelajaran menggunakan pembelajaran 92%
seperti yang telah dilakukan 23 2
dan Instrumen hari ini
Sebelum penelitian dilaksanakan, Apakah kamu merasa lebih
dilakukan perancangan awal perangkat 5 termotivasi apabila
menggunakan pembelajaran
pembelajaran yang meliputi rencana dengan model pembelajaran 22 3
88%
pelaksanaan pembelajaran (RPP), Creative Problem
Solving(CPS) seperti hari ini ?
lembar kerja siswa (LKS), dan Apakah menurut pendapatmu
instrumen penelitian yang meliputi 6 pembelajaran hari ini lebih
bermakna dari pada
lembar validasi, lembar pengamatan pembelajaran sebelumnya 25 0
100%
kemampuan guru mengelola
pembelajaran, lembar pengamatan Apakah kamu berminat
aktivitas siswa, angket respon siswa, 7 mengikuti pembelajaran
berikutnya dengan
dan soal tes hasil belajar (THB). menggunakan model 100%
25 0
Perangkat pembelajaran dirancang pembelajaran Creative
Problem Solving(CPS)
untuk dua kali tatap muka dengan seperti pembelajaran hari ini ?
lingkaran.
Lembar validasi meliputi lembar Berdasarkan Tabel 4.7 diatas,
validasi rencana pelaksanaan maka dapat disimpulkan respon siswa
pembelajaran (RPP), lembar validasi terhadap pembelajarandengan
lembar kerja siswa (LKS), dan lembar menggunakan model pemelajaran
validasi soal tes hasil belajar creative problem solvingdikatakan
(THB).Lembar validasi diberikan positif, karena dapat dilihat dari tujuh
kepada orang yang dianggap kompeten item pertanyaanpersentase respon
dalam bidang pendidikan matematika positif siswa lebih dari 80%.
(validator) untuk mengetahui valid atau

Moh. Affaf : Bilangan sempurna..


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 82

a. Analisi Data Hasil Belajar pembelajaran tidak lagi berpusat pada


Siswa guru.
Berdasarkan hasil rekapitulasi Hasil penelitian mengenai
nilai hasil pengamatan yang dilakukan keefektifan model pembelajaran CPS di
terhadap siswa dari 2 (dua) pertemuaan atas sesuai dengan hasil-hasil penelitian
yang telah dilakukan, maka persentase sebelumnya. Dari segi aspek
terhadap masing-masing penilaian kemampuan guru mengelola
diperoleh sebagaimana terlihat pada pembelajaran sesuai dengan hasil
tabel 4.8 berikut: penelitian
Tabel 4.2 Penilaian Presentase Skor Hartantia (2013: 100)
Siswa mengemukakan bahwa model
pembelajaran CPS mendorong siswa
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas, untuk dapat menyelesaikan
maka dapat disimpulkan permasalahan yang diberikan oleh guru
bahwaketuntasan hasil belajar siswa dengan cara yang kreatif dapat menarik
secara klasikal setelah di ajarkan perhatian, kemauan dan kesenangan
menggunakan model pembelajaran siswa untuk mempelajari materi yang
creative problem solving dikatakan diberikan sehingga siswa mempunyai
tercapai, karena persentase banyak kesadaran bahwa materi tersebut
siswa yang tuntas lebih dari 80%. penting untuk dipelajari. Adapun hasil
2. Pembahasan penelitian dari aktivitas siswa yang
Berdasarkan hasil analisis efektif sesuai dengan hasil penelitian
penelitian, model pembelajaran sebelumnya yaitu Totiana (2012: 74)
creative problem solving (CPS) mengemukakan bahwa siswa yang
dikatakan efektif, Hal ini dikarenakan: diajar menggunakan model creative
1. Kemampuan guru dalam mengelola problem solving (CPS) memiliki
pembelajaran efektif. Karena rata- aktivitas belajar yang lebih tinggi
rata skor hasil pengamatan dari daripada siswa yang diajar
setiap aspek RPP berada dalam menggunakan metode konvisional.
kategori baik dan sangat baik. Aktivitas belajar tersebut meliputi
2. Aktivitas siswa efektif, karena rata- aktivitas bertanya siswa. Adapun hasil
rata dari setiap aspek yang diamati penelitian dari ketuntasan siswa secara
berada pada batas waktu toleransi. klasikal sesuai dengan hasil penelitian
3. Respon siswa positif karena dilihat sebelumya yaitu Sumanah (2014: 568)
dari setiap pertanyaan Persentase menyatakan bahwa model
respon positif siswa lebih dari 80%. pembelajaran CPS lebih baik daripada
4. Ketuntasan belajar siswa secara rerata prestasi belajar siswa kelas
klasikal tercapai, karena persentase akselerasi pada materi turunan dengan
banyaknya siswa yang tuntas belajar model pembelajaran konvisional. Hal
lebih dari 80%. ini sejalan dengan penelitian Dewi
Beberapa hasil peneliti yang (2007) yang menyatakan bahwa CPS
menyimpulkan bahwa model dapat meningkatkan kreativitas dan
pembelajaran creative problem solving hasil belajar siswa dan penelitian
(CPS) berpengaruh positif dan sutrisno (2009) yang menyatakan
meningkatkan hasil belajar dan respon bahwa pembelajaran dengan CPS dapat
siswa, serta dapat menarik perhatian mengantar siswa mencapai KKM.
siswa dan menjadikan suasana kelas Penelitian ini menemukan hasil
lebih hidup.Sehingga dalam baru berkaitan dengan keefektifan

Moh. Affaf: BilanganSempurna...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 83

model pembelajaran CPS yang dilihat Amalia , N. (2013). Keefektifan Model


dari segi kemampuan guru mengelola Kooperatif Tipe Make a Match dan
Model CPS Terhadap Kemampuan
pembelajaran dan respon siswa. Pemecahan Masalah dan Motivasi
Berdasarkan hasil ini pembelajaran Belajar. Jurnal Kreano, 4(2), 152-155.
CPS mudah dilakukan oleh guru yang
berakibat siswa dapat mengikuti Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur
pembelajaran dengan baik. Sehingga Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
respon siswa terhadap model
pembelajaran CPS ini positif. Artinya Djamarah, Syaful Bahri, dan Zain
siswa menyenangi pembelajaran Aswan. (2006). Strategi
matematika dengan menggunakan Belajar Mengajar. Jakarta:
model pembelajaran CPS. Dampak dari Rineka Cipta.
hal ini adalah ketuntasan hasil belajar
siswa tercapai yaitu persentase Dewi, N.R. (2007). Pengembangan
banyaknya siswa yang tuntas belajar perangkat pembelajaran
lebih dari 80%. matematika dengan topik
teorema phytagoras yang
Kesimpulan berdasar pada model
Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran Creative Problem
dapat disimpulkan bahwa model Solving. Tesis. Program
pembelajaran creative problem solving Pascasarjana Universitas
(CPS) efektif untuk mengajarkan Negeri Semarang.
materi lingkaran, dengan alasan
sebagai berikut: Huda, M. (2013) Model-model Pengajaran dan
1. Kemampuan Guru dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
pembelajaran dikatakan efektif, Pelajar.
karena rata-rata skor hasil
Hamalik, O. (2014). Kurikulum dan
pengamatan setiap aspek dari RPP Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
berada dalam kategori baik dan
sangat baik. Hamdani. (2010). Strategi Belajar Mengajar.
2. Aktivitas Siswa dalam Bandung: CV. Pusaka Setia.
pembelajaran dikatakan efektif,
karena rata-rata seluruh pertemuan Hartantia, R. M. (2013). Penerapan Model
dari setiap aspek yang diamati Creative Problem Solving (CPS)
Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil
berada pada batas waktu toleransi. Belajar Kimia Pada Materi Pokok
3. Respon Siswa terhadap Termokimia Siswa Kelas XI. IA2
pembelajaran CPS dikatakan SMA Negeri Colomadu Tahun
positif, karena dari sembilan item Pelajaran 2012/2013. Jurnal
pernyataan yang termasuk pada Pendidikan Kimia (JPK), 2(2), 107-
108.
kriteria positif diperoleh persentase
lebih dari 60%. Jayati, R. D., Nopiyanti, N., & Enggriani, V.
4. Ketuntasan belajar siswa secara (2013). Perbedaan Kemampuan
klasikal tercapai, karena persentase Berpikir Kritis Mahasiswa antara
banyaknya siswa yang tuntas lebih Kelas Creative Problem Solving
dari 80%. (CPS) dengan Kelas Konvensioanl
Mata Kuliah Biologi Lingkugan
Program Studi Pendidikan Biologi
STKIP PGRI Lubuklinggau. Jurnal
Daftar Pustaka Persepektif Pendidikan, 7, 94-95.

Moh. Affaf : Bilangan sempurna..


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 84

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian


Kerami, D. (2003). Kamus Matematika. Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: CV Alfabeta.
Jakarta. Balai Pustaka.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Mulyasa, E. (2004). Kurikulum Tingkat pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Satuan Pendidikan. Bandung: R&D. Bandung: Alfabeta.
Remaja Roskadaya.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Rasjid, A. D. (2010). Prestasi Belajar pendidikan Kuantitatif Kualitatif dan
Matematika Menggunakan Kooperatif R&D. Bandung: Alfabeta.
Jigsaw Dan Konvensional Belajar
Dari Persaingan SubEquetion Linier Sumanah, Mardiyana, & Riyadi. (2014).
Dua Variabel. Jurnal Pendidikan, Pengembangan Perangkat
2(1), 28-29. Pembelajaran Matematika
Berorientasi Model Pembelajaran
Sari, D. I. (2013). Keefektifan Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Pada
Kooperatif Dengan Pendekatan Materi Turunan Untuk Siswa Kelas IX
Struktural Think Pair Share (TPS). IPA Program Akselerasi. Jurnal
Jurnal Pendidikan, 5(1), 37-44. Elektronik Pembelajaran Matematika,
569-574.
Sunardjo. (2010). Peran Pendidikan Terhadap
Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal Suyatno. (2009). Menjelajah
Pendidikan, 2(1), 15-17. Pembelajaran Inovatif.
Sidoarjo: Masmedia Buana
Sutrisno, H. (2011). Pembelajaran Tematik Pustaka.
Dalam Pembelajaran Matematika Di
SMP Negeri 1 Tanah Merah. Jurnal
Pendidikan, 3(1), 117-118. Sanjaya, W. (2006). Strategi
Pembelajaran Berorientasi
Siswadi, I. P., Abadi, S., & Negara, I. G. Standar Proses Pendidikan.
(2014). Pengaruh Model Pembelajaran Jakarta: Kencana Prenada
Creative Problem Solving (CPS) Media Group.
Berbantuan Media Grafis Terhadap
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD
Gugus VI Pangeran Diponegoro Totiana, F., Susanti, E., & Redjeki, T. (2012).
Denpasar Barattahun 2013/2014. Efektivitas Model Pembelajaran
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Creative Problem Solving (CPS) Yang
Pendidikan Ganesha, 2(1), 2-3. Dilengkapi Media Pembelajaran
Laboratorium Virtual Terhadap
Presatsi Belajar Siswa Pada Materi
Sutrisno, J. (2009). Pengembangan Pokok Koloid Kelas XI IPA Semester
Perangkat Pembelajaran Genap SMA Negeri 1 Karanganyar.
Dengan Strategi TTW melalui Jurnal Pendidikan Kimia(JPK), 1(1),
model CPS Untuk 75-78.
Meningkatkan Komunikasi
Matematis Materi segi empat. Uno, Hamzah. B., N. Mohamad.
Tesis, Program Pascasarjana (2011). Belajar dengan
Universitas Negeri Semarang. pendekatan PAIKEM. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sudjana, D., & Ibrahim, D. (2012). Penelitian Wirasani, I Gusti Ayu Made Sri.
dan Penilaian Pendidikan. Bandung: (2011). Penerapan model
Sinar Baru Algensindo. Creative problem Solving
dengan Video Compact Disk
untuk meningkatkan aktivitas

Moh. Affaf: BilanganSempurna...


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 85

dan hasil belajar matematika


pada siswa kelas IV Semester I
di SD No.1Banjar Bali. Skripsi
(tidak dipublikasikan),
Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha.

Moh. Affaf : Bilangan sempurna..


Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 | 86

BIOGRAFI PENULIS

Abdur Rahman Guru Matematika


Agus Subaidi Guru Matematika
Wardatul Maufiroh
Arlina Guru Matematika

Endang Eny Astutik Guru Matematika

Enny Listiyawati Dosen Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI


Bangkalan Jawa Timur. Penulis Lulusan (S1) universitas
Brawijaya Malan dan lulus Program Magister (S2) Pendidikan
Matematika di Universitas Negeri Surabaya Tahun 2016
Hamsina Guru matematika
Masnia Guru matematika
Munifah Guru Matematika SDN Kramat Bangkalan. Penulis Lulusan
S1 STKIP PGRI Bangkalan tahun 2016.
Moh. Affaf Dosen Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI
Bangkalan. Penulis lulusan Program Magister (S2) 2014
Nur Halizah1 dan Guru Matematika dan Dosen Program Studi Pendidikan
Dwi Ivayana Sari2 Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Penulis lulus Program
Magister (S2) Pendidikan Matematika di Universitas Negeri
Surabaya tahun 2014

Moh. Affaf: BilanganSempurna...

Anda mungkin juga menyukai