Anda di halaman 1dari 46

DESAIN TAPAK

PENGELOLAAN PARIWISATA ALAM


PADA ZONA PEMANFAATAN
BUKIT TEKENANG TAMAN NASIONAL
DANAU SENTARUM

Courtesy : Canopy Indonesia

Balai Taman Nasional Danau Sentarum


Tahun 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga dapat disusun Buku Desain Tapak Pengelolaan
Pariwisata Alam Bukit Tekenang Taman Nasional Daanu Sentarum dan
diselesaikan sesuai target.

Buku Desain Tapak ini disusun berdasarakan Peraturan Direktorat


Jenderal PHKA Nomor: P.5/IV-SET/2015 tanggal 25 Mei 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan Dan
Konservasi Alam Nomor P.3/IV-SET/2011 tentang Pedoman Penyusunan
Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam Di Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman wisata alam serta. Buku Desain Tapak
ini merupakan dokumen pengelolaan zona pemanfaatan pariwisata alam Bukit
Tekenang kawasan Taman Nasional Danau Sentarum yang sesuai kaidah, prinsip
dan fungsi konservasi.

Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kontribusinya sehingga proses penyusunan berjalan
lancar sesuai yang diharapkan. Kami sangat berharap adanya masukan dalam
rangka penyempurnaan dan perbaikan penyusunan Buku Desain Tapak ini.

Semoga Buku Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam Bukit Tekenang


Taman Nasional Danau Sentarum ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua, khususnya pihak-pihak yang memerlukan informasi-informasi yang
terkandung di dalamnya.

Sintang, Oktober 2015


Kepala Balai

Ir. Sahdin Zunaidi, M.Si


NIP. 19631124 199403 1 003
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan

Kata Pengantar ........................................................................................................... i

Daftar Isi ..................................................................................................................... ii

Daftar Tabel ............................................................................................................................ iii

Daftar Gambar ....................................................................................................................... iv

Daftar Lampiran ................................................................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Maksud dan Tujuan....................................................................... 3
C. Ruang Lingkup................................................................................. 3
D. Sasaran 3

BAB II. KONDISI UMUM AREAL DESAIN TAPAK...................................... 4


A. Kondisi Fisik.................................................................................... 4
B. Kondisi Biologi................................................................................ 8
C.Peninggalan Sejarah...................................................................... 11
D. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya......................................... 14
E. Infrastruktur................................................................................... 16
F. Tata Guna Lahan di Sekitar Tapak ............................................... 17

BAB III. PERTIMBANGAN PENGEMBANGAN TAPAK............................... 18


A. Pertimbangan Kebijakan................................................................ 18
B. Pertimbangan Ekologis................................................................... 19
C. Pertimbangan Teknis...................................................................... 20
D. Pertimbangan Sosial dan Budaya................................................ 21
E. Rencana Pengembangan Wilayah................................................ 22

BAB IV. ANALISIS TAPAK 24


A. Kesesuaian Pengembangan Tapak Untuk Ruang Usaha............. 26
B. Kesesuaian Pengembangan Tapak Untuk Ruang Publik............. 27
C. Alternatif Pengembangan............................................................... 31

BAB V. DESAIN TAPAK PENGELOLAAN PARIWISATA ALAM..................... 35

LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sarana dan Prasarana yang sudah ada di Bukit 17


Tekenang.....................................................................
Luasan Area Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata
Tabel 2. 35
Alam Bukit Tekenang.....................................................

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Resort Lingkup TN.


Danau Sentarum............................................................. 4
Gambar 2. Jenis Tanah Taman Nasional Danau Sentarum.......... 6
Gambar 3. Curah Hujan TNDS Tahun 2014................................. 6
Gambar 4. Ilustrasi Rute menuju Bukit Tekenang......................... 7
Gambar 5. lustrasi Tipe Vegetasi.................................................... 9
Gambar 6. Garfik Jumlah Flora dan Fauna di TNDS..................... 10
Gambar 7. Berbagai Jenis Satwa, Jejak Satwa, Dan Tumbuhan
Dilindungi Di kawasan Resort Tekenang................ 11
Gambar 8. Peta Zonasi Taman Nasional Danau Sentarum.......... 14
Gambar 9. Berbagai Jenis Ikan Yang Dimanfaatkan Masyarakat.. 15
Gambar 10. Tikung Dan Repak Serta Pakan Lebah Hutan............. 16
Gambar 11. Sarana dan Prasarana yang ada di Bukit 17
Tekenang........
Gambar 12. Lokasi Desain Tapak dalam Peta Zonasi...................... 25
Gambar 13. Tracking/Jalan................................................................. 28
Gambar 14. Gazebo............................................................................... 28
Gambar 15 Guest House...................................................................... 29
Gambar 16. Kantor Resort.................................................................... 29
Gambar 17. Menara pengawas........................................................ 30
Gambar 18. Picnic Shelter................................................................... 30
Gambar 19. Jalan jembatan/Walkboard........................................... 31
Gambar 20. Diagram analisis tapak untuk ruang publik adalah
sebagai berikut.......................................................... 31
Gambar 21. Sketsa Dermaga.................................................................. 32
Gambar 22. Ilustrasi Bangunan Sightseeing....................................... 33
Gambar 23. Rencana pengembangan rumah pohon......................... 34
Gambar 24. Rencana Pengembangan Sarana Prasarana Desain
Tapak Bukit Tekenang Pada Ruang Publik................ 34
Gambar 25. Peta Desain Tapak Bukit Tekenang Untuk Ruang 36

iv
Publik.....................................................................
Gambar 26. Peta Desain Tapak Bukit Tekenang Untuk Ruang
Usaha..................................................................... 37

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam Pada


Zona Pemanfaatan Wisata Bukit Tekenang Taman
Nasional Danau Sentarum

vi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Pariwisata alam dapat dijadikan salah satu sektor unggulan dalam


upaya menggerakkan roda perekonomian suatu daerah, serta dapat
memberikan manfaat dari sisi konservasi, pendidikan dan peningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dari sudut pandang pengembangan pariwisata alam,
potensi daya tarik wisata yang dimiliki oleh setiap daerah merupakan
sumber daya yang harus dapat dimanfaatkan dalam memperbaiki dan
meningkatkan kondisi suatu daerah.
Pada era otonomi daerah, pariwisata alam diharapkan mampu memberikan
kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP). Kabupaten Kapuas Hulu sebagai salah satu kabupaten di
Propinsi Kalimantan Barat, saat ini sedang berupaya mengembangkan kegiatan
pariwisata melalui pemanfaatan potensi pariwisata alam yang ada. Taman
Nasional sebagai kawasan pelestarian alam, tidak hanya memiliki
fungsi konservasi tetapi juga harus menunjang nilai-nilai edukasi dan
ekonomi dalam pengembangan pariwisata alam di daerah, sehingga bermanfaat
bagi semua pihak.
Salah satu daya tarik wisata yang menjadi unggulan di Kabupaten
Kapuas Hulu adalah Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum
yang memiliki keunggulan daya tarik lansekap, biologi dan budaya.
Kawasan ini juga secara nasional diakui sebagai Kawasan
Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) dan Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN), sehingga kawasan ini sebagai salah satu
fokus pengembangan pariwisata alam. Selain itu lokasinya yang
dekat dengan perbatasan Indonesia-Malaysia menjadikan kawasan
taman nasional ini memiliki nilai strategis yang tinggi.
Di dalam kawasan Taman Nasional Danau Sentarum terdapat lokasi-lokasi
yang menjadi fokus kunjungan pariwisata, yang sudah sejak lama menjadi daya
tarik bagi masyarakat baik lokal, domestik maupun internasional. Salah satu
diantara gugusan bukit-bukit di dalam kawasan ini adalah Bukit Tekenang,
yang merupakan salah satu bukit sebagaimana layaknya sebuah pulau yang

Desain Tapak Bukit Tekenang 1


muncul begitu saja di atas hamparan perairan danau. Kawasan ini sangat
potensial untuk dikembangkan baik sektor pariwisatanya maupun untuk riset,
sehingga sudah banyak para peneliti yang mengunjungi kawasan ini.
Kawasan Bukit Tekenang merupakan salah satu kawasan yang potensial
untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai tujuan kunjungan wisata, dengan
memanfaatkan sumber daya alam dan bentang alamnya serta memaksimalkan
sumber daya buatan untuk menciptakan alternatif objek wisata unggulan di
Kabupaten Kapuas Hulu. Disamping itu, pengembangan Bukit Tekenang
diharapkan dapat menjadi pendukung objek wisata lainnya, dan pada masa yang
akan datang diharapkan daya tarik wisata alam Bukit Tekenang dapat menarik
investasi dan sebagai pilar dalam meningkatkan arus kunjungan wisata ( touris
flow), lama tinggal wisatawan (length of stay) dan belanja wisatawan
(tourist spending) yang berdampak baik bagi pembangunan daerah.
Kegiatan pariwisata yang dikembangkan di Taman Nasional
Danau Sentarum memiliki berbagai alasan, utamanya adalah untuk
pengembangan pariwisata daerah dalam memaksimalkan manfaat ekonomi,
selain mampu mendorong proses perlindungan terhadap lingkungan fisik
maupun sosial budaya masyarakat setempat. Dengan demikian, seluruh
sumber daya pariwisata yang ada harus dikembangkan sesuai dengan
kemampuan daya dukung sumber daya yang bersangkutan. Sebagai
konsekuensi ditetapkannya kawasan Bukit Tekenang sebagai zona
pemanfaatan pariwisata, maka diperlukan upaya-upaya pengembangan yang
strategis, komprehensif dan terarah serta dapat memberikan manfaat yang
optimal.
Sebagai upaya dalam mewujudkan kondisi tersebut, sangat penting
untuk memperhitungkan seluruh aspek pendukung baik potensi maupun
permasalahan, sehingga diharapkan akan mampu menghasilkan suatu desain
perencanaan yang dinamis serta memiliki prospek untuk masa yang akan datang.
Sehingga memudahkan dalam mengambil langkah-langkah pengelolaan yang
lestari sesuai daya dukungnya dan dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Desain Tapak Bukit Tekenang 2


B. Maksud dan Tujuan.

Maksud penyusunan desain tapak ini adalah untuk menyediakan


dokumen pengelolaan terhadap pemanfaatan pariwisata alam Bukit Tekenang
kawasan Taman Nasional Danau Sentarum, dalam bentuk buku perencanaan
dan peta dasain tapak secara komprehensif yang serasi dan harmonis dengan
kondisi lingkungannya.
Adapun tujuan dari penyusunan desain tapak ini adalah untuk menjamin
pengelolaan pariwisata alam yang sesuai kaidah, prinsip dan fungsi konservasi.
Dengan demikian maka mampu meningkatkan kualitas kondisi objek dan daya
tarik wisata serta melindungi sumber daya dan nilai-nilai budaya dan estetika
yang ada. Disamping itu, guna menghindari pengembangan pariwisata secara
spontan yang mengakibatkan dampak negatif serta dapat memberikan
kenyamanan, keamanan dan kepuasan berkunjung serta mendapatkan
pengalaman berwisata di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum.

C. Ruang Lingkup.

Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum memiliki luas 132.000 Ha sesuai


pengesahan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 34/Kpts-
II/1999 tanggal 4 Pebruari 1999. Secara spesifik penyusunan desain tapak ini
pariwisata alam Bukit Tekenang yang memiliki wilayah seluas 57,98 Ha terdiri
dari 57,58 Ha Zona Pemanfaatan Pariwisata dan 0,4 Ha Zona Tradisional.
Secara Adminitrasi letak Bukit Tekenang termasuk di wilayah Dusun Parit
Desa Dalam Kecamatan Selimbau Kabupaten Kapuas Hulu. Sedangkan menurut
zonasi pengelolaan Taman Nasional Danau Sentarum, kawasan ini telah
ditetapkan termasuk dalam zona pemanfaatan pariwisata.

D. Sasaran.

Sasaran dari desain tapak ini adalah tersusunnya pola tata ruang Bukit
Tekenang yang menjadi bagian dari pengelolaan kawasan Taman Nasional Danau
Sentarum. Ruang kelola dalam Desain Tapak Bukit Tekenang ini mencakup ruang
usaha dan ruang publik untuk menunjang pariwisata alam sesuai zona
penetapannya.

Desain Tapak Bukit Tekenang 3


II. KONDISI UMUM AREAL DESAIN TAPAK

A. Kondisi Fisik
1. Letak dan Luas

Secara administratif Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS)


terletak di Kabupaten Kapuas Hulu. Secara geografis, Danau Sentarum
terletak pada koordinat 045- 01 02 LU, dan 111 57- 112 20 BT.
Kawasan Bukit Tekenang berada di dalam Kawasan Taman Nasional Danau
Sentarum dan masuk dalam wilayah pengelolaan Resort Tekenang, Seksi
Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Semitau.

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Resort Lingkup TN. Danau Sentarum

Resort Tekenang mempunyai luas areal kerja 24.412,9 Ha dengan batas


wilayah kerja:
- Sebelah Barat berbatasan dengan Hutan Nung;
- Sebelah Timur berbatasan dengan ungai Batang Ketam, Batang Belitung,
Danau Bekuan;

Desain Tapak Bukit Tekenang 4


- Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Sentarum dan Sungai Sumpak;
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Batang Tengkidap.
.
2. Geologi, Iklim, Tanah dan Air

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan TNDS selalu beriklim


basah dan lembab (ever-wet climate) sehingga sangat mendukung
perkembangan keanekaragaman hayati. Kondisi yang selalu basah tersebut
ditunjukkan dengan terjadinya pembentukan gambut pada zaman es terakhir
(Anshari et.al, 2004).
Tipe tanah pada kawasan TNDS dapat dibagi atas 2 kelompok besar, yaitu
sedimen dan organosol pada daratan serta pasir dan lempung pada daerah
perbukitan (Geisen, 1987). Sedimen terdiri dari kaolin dan liat serta batuan
yang terdapat pada daerah terisolasi disekitar perbukitan. Batu pasir arkosik
muncul membentuk formasi umum sekitar TNDS, Bukit Seligi/Lempai, Bukit
Tekenang dan Menyukung. Substrat ini terkenal miskin nutrien dan tidak
subur.Tanah gambut terdapat dalam lembah-lembah Kapuas, antara sungai dan
kaki bukit dengan kondisi air tergenang dan dekomposisi material organik
tertahan. Tanah gambut didapatkan dengan kedalaman berkisar 0,5-2 m atau
sampai kedalaman 3-4 m pada beberapa daerah, yaitu bagian timur Bukit Vega,
selatan Danau Sekawi dan sebelah barat Bukit Semujan. Substrat dasar dataran
banjir didominasi oleh lempung, yang mengandung pasir dan klorit.Tanah
perbukitan terdiri dari pasir dan lempung serta mineral-mineral lempung.
Tanah dari perbukitan tidak subur dan beberapa lereng bukit seperti Bukit
Vega, Bukit Semujan dan Menyukung. Lereng-lereng yang dulunya ditanami
sekarang tandus dan hanya tumbuh paku-pakuan dan semak (Bukit Tekenang,
Bukit Lempai dan Bukit Seligi). Pasir podsol terdapat pada puncak Bukit
Semujan dan Menyukung dan membentuk hutan kerangas.

Desain Tapak Bukit Tekenang 5


Gambar 2. Jenis Tanah Taman Nasional Danau Sentarum

Curah hujan tahunan berkisar antara 3000-5000 mm. Curah hujan di


kawasan TNDS bervariasi dari 3200 mm di barat laut dekat Lubuk Antu sampai
3471 mm di barat daya (Semitau) dan lebih dari 4000 mm di bagian timur
(Putussibau) (Geisen, 1987). Rata-rata curah hujan bulanan adalah 3957 mm,
berkisar 3425 mm di Pulau Majang sampai 4588 mm di Nanga Leboyan. Disini
terlihat adanya kecenderungan curah hujan meningkat dari bagian utara ke
selatan, dan dari barat ke timur. Musim kemarau terjadi ketika frekuensi curah
hujan menurun, terjadi biasanya pada bulan Juni, Juli dan Agustus. Lamanya
kemarau berkisar 1-4 bulan.

Gambar 3. Curah Hujan TNDS Tahun 2014

Curah Hujan Taman Nasional Danau Sentarum


28 28
30
Tahun 2014 Rain
20 17

Wind
10 6 5 5 6 6 6
23 4 2 Spee
01 22 02 1 1
0 0 0 010 01 000 00 0 0 d
0

Desain Tapak Bukit Tekenang 6


3. Topografi

Topografi Taman Nasional Danau Sentarum umumnya merupakan


dataran yang berbentuk flat atau lebak lebung yang merupakan daerah
hamparan banjir, daerah ini mempunyai bentuk topografi yang bervariasi mulai
dari datar, bergelombang ringan, agak curam sampai pada curam (0-
45%).Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum relatif rendah, dengan
ketinggian antara 25-50 m dengan rata-rata ketinggian 35 m di atas
permukaan laut.

4. Aksesibilitas

Aksesibilitas untuk menuju bukit Tekenang hanya bisa melalui


kendaraan air, dikarenakan lokasi berada didalam kawasan Taman Nasional
Danau Sentarum.Kawasan Bukit Tekenang terdiri dari sungai dan danau yang
saling berhubungan, terdapat satu sungai utama (Sungai Tawang) dan anak
sungai (Sungai Belibis, Sungai Panjang, Sungai Tekenang Kecil, Tekenang Besar,
Sungai Sumpak, Sungai Santik) yang menghubungkian dengan daerah di luar
kawasan. Sungai Tawang merupakan sungai besar yang menjadi akses
transportasi utama untuk keluar masuk kawasan sedangkan dua sungai lainnya
sering dijadikan alternatif akses transportasi, terutama pada musim pasang
dengan jarak tempuh yang lebih dekat.

Gambar 4. Ilustrasi Rute menuju Bukit Tekenang

Desain Tapak Bukit Tekenang 7


B. Kondisi Biologi.
1. Tipe Ekosistem

Tipe ekosistem Bukit Tekenang umumnya hampir sama di seluruh


kawasan Taman Nasional Danau Sentarum, adalah sebagai berikut:
a. Hutan rapak gelagah (hutan rawa kerdil) pohon setinggi 5-8 m dan
tergenang sampai 8-11 bulan dalam setahun.Hutan ini ditandai dengan
banyaknya Putat (Baringtonia acutangula) dan Mentagis (Ixora mentangis),
Kayu Tahun (Carallia bracteata), Kebesi (Memecylon edule);
b. Hutan Gelagah (Hutan RawaTerhalang) tumbuhannya kerdil setinggi 10
15 m. Setiap tahun terendam setinggi 3 4 meter selama 4 7 bulan,
sehingga hanya terlihat tajuknya saja. Pohon yang dominan adalah Kamsia
yang banyak ditumbuhi epiphyt, Menungau (Vatica menungau), Kenarin
(Diospyros coriacea);
c. Hutan Pepah (Hutan Rawa Tegakan) Tumbuhannya agak tinggi, yaitu dapat
mencapai 25 35 m. Pada saat banjir paling tinggi hutan ini tergenang
antara 1 3 m selama 2 4 bulan. Ditumbuhi oleh pohon Kelansau,
Emang dan Melaban di Bukit Semujan;
d. Hutan Tepian (Hutan Riparian ) adalah hutan ditepian sungai besar. Hutan
ini terkadang tergenang selama enam bulan dalam setahunnya.Jenisnya
seperti Rengas Merah (Gluta renghas) dan Tembesu (Fagrarea fagrans);
e. Hutan Rawa Gambut terdapat pada daerah yang agak tinggi. Hutan ini
tergenang selama 1 4 bulan setahun dengan tinggi genangan kurang dari
1,5 m. Jenis tumbuhan yang ada seperti Bintangur (Callophylum spp),
Kapur (Dryobalanops abnormis), Terindak (Shorea seminis);
f. Hutan Dataran Rendah Perbukitan. Tipe hutan ini didominasi oleh jenis-
jenis dari family Dipterocarpaceae perbukitan rendah seperti Tengkawang
Rambai (Shorea smithiana), Resak (Vatica micrantha), Keruing dan
Tempurau (Dipterocarpus spp);

Desain Tapak Bukit Tekenang 8


Gambar 5. Ilustrasi Tipe Vegetasi

2. Potensi Flora dan Fauna

Taman Nasional Danau Sentarum merupakan salah satu dari empat taman
nasional yang terdapat di Kalimantan Barat yang eksotik dan kaya akan
keanekaragaman hayati sehingga mendapat julukan The Exotic Wetland
Ecosystem. Karena sebagai surganya burung-burung air serta memiliki
ekosistem yang langka, pada tanggal 30 Agustus 1994 kawasan lahan basah
(wetland area) yang terbesar di Kalimantan Barat ini dijadikan sebagai kawasan
ramsar yang kedua di Indonesia.
Berdasarkan Buku Basis Data Keanekaragaman Hayati tahun 2008
diketahui bahwa keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa di TN. Danau
Sentarum sangat tinggi, kawasan ini merupakan habitat bagi kurang lebih 794
jenis pohon dan perdu jenis anggrek (2,9% dari 27.500 jenis tumbuhan
berbunga di Indonesia, yang hampir separuhnya merupakan jenis endemik
Danau Sentarum/Kalimantan) dan 21 jenis diantaranya merupakan jenis yang
dilindungi, 147 jenis mamalia (28,5% dari 515 jenis mamalia Indonesia atau

Desain Tapak Bukit Tekenang 9


2/3 (64%) mamalia di Kalimantan dapat ditemukan di kawasan Danau
Sentarum dan 32 jenis diantaranya merupakan jenis yang dilindungi, 67 jenis
reptilia (13,1% dari 511 jenis reptilia Indonesia) dan 16 jenis diantaranya
dilindungi, 22 jenis (8,2% dari 270 dari amphibia Indonesia), 311 jenis burung
(20,3% dari 1.531 jenis burung Indonesia) dan 68 jenis diantaranya merupakan
jenis yang dilindungi, serta 266 jenis ikan (19% dari 1400 jenis ikan air laut
dan air tawar di Indonesia) dan dari jumlah jenis tersebut 3 jenis diantaranya
merupakan jenis yang dilindungi, serta 13 jenis diantaranya merupakan jenis
baru (new species) yang ditemukan di dunia.

Gambar 6. Garfik Jumlah Flora dan Fauna di TNDS

Flora dan Fauna di TNDS


773
800
700
600
500
Jumlah Spesies tidak
400 dilindungi
243 263
300
Jumlah Spesies dilindungi
200 115
68 55
100 32 12 22 0 3 21
0

Dari berbagai tipe ekosistem tersebut menjadi rumah dari berbagai jenis
satwa yang dilindungi diantaranya Bekantan (Nasalis larvatus), Beruang madu
(Helarctos malayanus), Kubung (Cynocephalus variegatus), Bangau Tongtong
(Leptoptilos javanicus), Pucuk ular asia (Anhinga melanogaster), Pelanduk
(Tragulus javanicus), Rusa (Cervus unicolour), Buaya senyolong (Tomistoma
schlegelii), Burung beo (Gracula religiosa), Kuntul besar (Egretta alba)dan
sebagainya. Selain itu berbagai jenis tumbuhan dilindungi seperti berbagai jenis
Nepenthes, Anggrek Hitam dapat dijumpai di kawasan ini.

Desain Tapak Bukit Tekenang 10


Gambar 7. Berbagai Jenis Satwa, Jejak Satwa, Dan Tumbuhan Dilindungi Di
kawasan Resort Tekenang

C. Peninggalan Sejarah

Kawasan Danau Sentarum telah menjadi pusat perhatian ahli-ahli geologi


asing sejak lebih kurang dua abad yang silam. Perhatian terhadap kekayaan,
keunikan dan keindahan kawasan danau-danau yang terletak di hulu Sungai
Kapuas ini semakin besar ketika zaman pemerintahan Kolonial Belanda, ini
terlihat dari dikirimnya seorang komisionaris bernama Hartmann pada tahun
1823 untuk mengunjungi kawasan Danau Sentarum dan sekitarnya guna
menjalin hubungan kerja sama dengan penguasa daerah setempat (Kerajaan
Selimbau, Suhaid, Jongkong, Bunut dan Kerajaan kecil Piasak). Kemudian
membuat suatu risalat dengan para penguasa tersebut, yang diatur oleh seorang
wakil residen Sintang berkebangsaan Belanda, bernama Baron van Lijnden.
Beberapa tahun kemudian, sekitar tahun 1852, seorang wanita terkenal
sebagai pemimpin pergerakan feminisme yang bernama Ida Pfeiffer datang
berkunjung kekawasan ini dan menceritakan tentang keunikan dan keindahan
pemandangan alam di daerah Danau Sentarum ini. Kemudian pada tahun
1867, seorang pencinta alam berkebangsaan Italia yang bernama Beccari
datang berkunjung ke komplek Danau Sentarum ini. Dalam penjelajahannya di
daerah ini, Beccari banyak menemukan jenis-jenis tumbuhan yang mempunyai

Desain Tapak Bukit Tekenang 11


keunikan tersendiri, sehingga menimbulkan minat besar bagi para peneliti lain
untuk melakukan eksplorasi kekayaan sumber daya alam yang dimiliki daerah
ini, seperti pada ekspedisi Borneo yang dilakukan tahun (1893 1894).
Kemudian berbagai kelompok pencinta alam dan pelancong, petualang maupun
para peneliti ilmiah silih berganti datang ke kawasan ini. Dari hasil kegiatan
tersebut mereka menuliskan laporan maupun catatan mengenai berbagai hal,
termasuk menuliskan laporan mengenai jenis-jenis tumbuhan dan keragaman
jenis-jenis ikan yang terdapat di daerah-daerah danau di Kapuas Hulu pada
kurun waktu satu setengah abad yang lalu (Giesen. 1987).
Para peneliti dari Indonesia juga tidak mau ketinggalan dalam hal ini, dan
pada tahun 1981Fakultas Perikanan IPB melakukan studi mengenai perikanan
di daerah Kapuas Hulu. Tetapi laporan tersebut hanya dipublikasikan secara
terbatas. Dua tahun kemudian (1983), Ave dan kawan-kawan menerbitkan
sebuah buku mengenai bibliografi Kalimantan Barat yang berisi tentang seluruh
hasil kerja yang pernah dilakukan di daerah Kapuas Hulu.
Karena keanekaragaman hayatinya yang istimewa ini dan karena sifatnya
yang unik pemerintah Indonesia telah menetapkan kawasan Danau Sentarum
sebagai Suaka Margasatwa pada tahun 1982. Indonesia juga mengakui perana
penting kawasan ini secara internasional dan mendaftarkannya sebagai lahan
basah berstatus internasional pada konvensi Ramsar pada tahun 1994.
Guna melestarikan sumber daya alam yang bernilai tinggi ini Pemerintah
Indonesia dan ODA dari Inggeris pada tahun 1992 s/d 1996 membentuk suatu
program kerja sama dalam bidang konservasi kawasan. Meskipun program
kerja sama yang dilaksanakan oleh Wetland International Indonesia Program
(WI-IP) dan Dirjen PHKA dalam hal ini diwakili oleh Sub Balai KSDA
Kalimantan Barat tersebut tujuan utamanya adalah melestarikan kekayaan dan
keunikan satwa liar yang terdapat dalam kawasan Danau Sentarum, namun
tetap melihat bahwa kelangsungan hidup kawasan ini tidak dapat dipisahkan
dengan pemanfaatan oleh penduduk setempat yang telah berlangsung secara
turun temurun. Berkenaan dengan hal tersebut maka program kerjasama ini
dirancang dengan memadukan antara program konservasi dengan pengetahuan
serta gagasan yang dimiliki penduduk Danau Sentarum.Untuk menuju arah
pengelolaan yang dapat memadukan antara pelestarian dan pemanfaatan pada
tahun 1999 status kawasan ini dirubah menjadi Taman Nasional.

Desain Tapak Bukit Tekenang 12


Dalam perkembangannya pengelolaan taman nasional dewasa ini sudah
berbasis resort sebagai sekup terkecil dalam pengelolaan. Di bangunnya Resort
Tekenang yang merupakan perwakilan kantor Kehutanan (Sub Balai Konservasi
Sumber Daya Alam Kalimantan Barat) sebagai bagian dalam proyek kerjasama
Indonesia Inggris dalam program ODA (Overseas Development Program)
pada tahun 1992. Seiringnya waktu dengan berubahnya status kawasan dari
Cagar Alam pada tahun 1981, Suaka Marga Satwa tahun 1992 dan 1999
sebagai Taman Nasional, kantor Resort Tekenang kini dikelola oleh Balai Taman
Nasional Danau Sentarum dibawah Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah
II Semitau terletak di Desa Dalam Kecamatan Selimbau Kabupaten Kapuas Hulu.
Kawasan ini ditetapkan pertama kalinya sebagai Cagar Alam berdasarkan
Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan No. 2240/DJ/I/1981 tangal 15
Juni 1981 dengan luas 80.000 ha. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 757/Kpts-II/Um/10/1982 (Rencana Tata Guna
Hutan) tanggal 12 Oktober 1982 ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa Danau
Sentarum dengan luas 75.000 ha, dan oleh Sub-Balai KSDA Kalimantan Barat
pada waktu itu (1982) Suaka Margasatwa tetap diusulkan seluas 80.000
ha.Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor: 48 Tahun 1991 tanggal 19 Oktober
1991 tentang Pengesahan Convention On Wetland of International Importance
Especially as Waterfowl Habitat. Selanjutnya pada tanggal 30 Agustus 1994
kawasan TNDS didaftarkan sebagai kawasan ramsar.
Penataan batas kawasan pertama kali tahun 1988 sepanjang 120.000
meter dari pal batas B/HP.1 sampai dengan B/HP. 1.200, kemudian disahkan
pada tanggal 12 Desember 1998. Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan
Wilayah III Pontianak pada tahun 2002 melaksanakan penataan batas kembali
Taman Nasional Danau Sentarum sepanjang 179.683,50 meter dengan luas
130.940 hektar dari panjang keseluruhannya 217.683,50 meter (temu gelang).
Pada Tahun 2014 Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: 230/IV-SET/2014 tanggal
20 Nopember 2014 mengesahkan Zonasi Taman Nasional Danau Sentarum,
sebagaimana peta berikut :

Desain Tapak Bukit Tekenang 13


Gambar 8. Peta Zonasi Taman Nasional Danau Sentarum

D. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya


1. Kondisi Sosial

Di dalam kawasan Taman Nasional Danau Sentarum terdapat lebih dari


35 dusun/kampung permanen dan musiman yang letaknya tersebar di dalam
kawasan. Dari penggalian sejarah, dusun-dusun yang berada dalam kawasan
ada sejak sebelum abad 18 atau sekitar lebih dari dua abad yang lalu. Yang
berarti sangat jauh jarak waktunya dengan penetapan kawasan ini sebagai
kawasan konservasi.Menurut batas-batas kawasan yang ada saat ini mencakup
bagian tidak kurang dari 5 kerajaan yang terbentuk saat ini, yaitu Kerajaan
Selimbau, Suhaid, Jongkong, Bunut dan Piasak dengan adat-istiadat yang
berbeda-beda. Saat ini batas-batas tersebut telah menjadi kecamatan sehingga
batas asli kerajaan sudah tidak jelas lagi, yang ada saat ini adalah batas-batas
wilayah kerja nelayan.

Desain Tapak Bukit Tekenang 14


Masyarakat Melayu tinggal di rumah lanting (rumah terapung), rumah
jangkung (tiang tongkat rumah tinggi), dan rumah perahu (motor
bandung/kelotok). Mata pencaharian mayoritas masyarakat melayu adalah
nelayan dengan berbagai kegiatan antara lain menjala, memukat, memasang
sentaban (jebakan ikan), memelihara ikan dalam karamba serta mengumpulkan
ikan-ikan hias, petani lebah madu liar (Apis dorsata). Madu yang dihasilkan
telah menjadi sumber pendapatan masyarakat sejak ratusan tahun yang lalu.

2. Potensi Perikanan
Kawasan perairan Resort Tekenang menyimpan kekayaan berbagai jenis
ikan yangdimanfaatkan masyarakat sekitar, baik untuk kebutuhan konsumsi
(diperdagangkan) atau ikan hias secara musiman, di tambah ikan kerambayang
dipelihara masyarakat.Berdasarkan kegiatan Pengumpulan Data Potensi Ikan
Keramba di Resort Tekenang ini menunjukkan bahwa total perkiraan potensi
ikan karamba yang dipelihara di 8 (delapan) kampung yang berada di wilayah
kerja Resort Tekenang sebesar 225.770 Kilogram. Masa panen menurut nelayan
yang memelihara ikan keramba tersebut berkisar antara 1 tahun hingga 4
tahun masa pemeliharaan.Produk yang dihasilkan dari pengolahan sektor
perikanan berupa ikan salai (asap), ikan asin, kerupuk ikan dan ikan segar
dengan jenis yang dimanfaatkan ikan baung (Mystus micracanthus), Patik
(Mystus nemurus), toman (Channa micropeltes), Belida (Notopterus
notopterus), Tapah (Wallago leeri), ikan gedebu, lais dan lain sebagainya. Jenis
ikan hias yang laku dipasaran dari jenis ikan buntal (Tetraodon leiurus), Empala
(Betta akarensis), Ringau (Colus microlepis), Ulang Uli (Botia macracanthusa).

Gambar 9. Berbagai Jenis Ikan Yang Dimanfaatkan Masyarakat

Desain Tapak Bukit Tekenang 15


3. Madu Hutan

Potensi madu hutan (Apis dorsata) berdasarkan hasil monitoring hasil


hutan bukan kayu madu hutan tahun 2013 di kawasan Resort Tekenang
estimasi total panen yang didapatkan secara keseluruhan mencapai Rp
158.755.000,00 yang berasal dari tikung, lalau dan repak dengan didukung
pakan lebah yang berupa pohon putat (Baringtonia acutangula)seluas 563,61
Ha (hasil inventarisasi putat). Hasil dari panen madu merupakan penghasilan
musiman bagi masyarakat dengan pengelolan yang tergabung kedalam periau
maupun perorangan.
Masyarakat setempat sudah mengenal sistem pemanenan madu secara
lestari dengan cara pengambilan madu diambil sebagian dari sarang untuk
kemudian sebagiannya lagi dibiarkan agar supaya larva dari lebah memperoleh
kesempatan untuk berkembang.

Gambar 10. Tikung Dan Repak Serta Pakan Lebah Hutan

E. Infrastruktur

Kawasan bukit Tekenang pada awalnya tidak dirancang untuk


menjadi sebuah daya tarik wisata tetapi sebagai pusat riset untuk kepentingan
para peneliti. Tetapi seiring dengan waktu ternyata Bukit Tekenang
menarik pengunjung untuk datang. Adapun sarana prasarana yang sudah ada
di Bukit Tekenang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Desain Tapak Bukit Tekenang 16


Tabel 1. Sarana dan Prasarana yang sudah ada di Bukit Tekenang
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Kantor Resort 1 Bangunan Baik
2 Guest Host 1 Bangunan Baik
3 Floting House 1 Bangunan Baik
4 Gazebo 2 Bangunan Baik
5 Shelter 4 Bangunan Baik
6 Jalan Tracking ke Puncak 450 Meter Baik
7 Walkboard 1100 Meter Baik
8 Menara Pengamatan 2 Bangunan Baik

Gambar 11. Sarana dan Prasarana yang ada di Bukit Tekenang.

F. Tata Guna Lahan di sekitar Tapak


Berdasarkan pengelolaan zonasi Taman Nasional Danau Sentarum
wilayah sekitar pengelolaan pariwisata alam Bukit Tekenang dikelilingi zona
tradisional.
Luasan wilayah kelola pariwisata alam Bukit Tekenang sebesar 57,58 Ha
pada Zona Pemanfaatan Pariwisata dan sebesar 0,4 Ha pada zona Tradisional
dengan pembagian peruntukan atas Ruang Usaha sebagai usaha penyediaan
sarana wisata alam, dan Ruang Publik sebagai usaha penyediaan jasa wisata
alam serta sarana pendukung wisata alam.
Dalam hal penyediaan sarana pendukung wisata alam dimaksud antara
lain berupa wisata tirta, transportasi, akomodasi, dan wisata petualangan

Desain Tapak Bukit Tekenang 17


III. PERTIMBANGAN PENGEMBANGAN TAPAK

A. Pertimbangan Kebijakan

Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum merupakan kawasan


pelestarian alam yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan
sumber daya alam dan kepentingan manusia. Kedua aspek tersebut harus
bersinergi, sehingga dalam pengelolaannya harus mempertimbangkan
kebijakan-kebijakan yang ada. Demikian juga halnya jika akan melakukan
pengembangan terhadap suatu lokus yang menjadi bagian dari kawasan ini.
Kawasan Bukit Tekenang adalah bagian dari kawasan Taman Nasional Danau
Sentarum, dimana peruntukannya termasuk dalam zona pemanfaatan
pariwisata dan zona tradisional, sehingga pertimbangan kepariwisataan dan
daya dukung lingkungannya harus menjadi perhatian khusus.
Pengembangan Kawasan Bukit Tekenang yang diarahkan kepada
penyusunan desain tapak, perlu mempertimbangkan berbagai kebijakan yang
menjadi landasan penyusunannya, antara lain :
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati Dan Ekosistemnya.
2. Undang-Undang No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
3. Undang-Undang No. 9 Tahun 2010 tentang Kepariwisataan.
4. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
5. Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
6. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2010 Tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional,
Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
8. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 34/Kpts-II/1999
tanggal 4 Pebruari 1999 tentang Penetapan Kawasan Taman Nasional
Danau Sentarum.

Desain Tapak Bukit Tekenang 18


9. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.56/Menhut-II/2006 Tentang
Pedoman Zonasi Taman Nasional.
10. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1
Pebruari 2007 tentang pembentukan Unit Pelaksana Teknis Balai Taman
Nasional Danau Sentarum.
11. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.22/Menhut-
II/2012 Tentang Pedoman Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa
Lingkungan Wisata Alam Pada Hutan Lindung.
12. Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam Nomor: P.12/IV-SET/2014 tentang Tata Cara penyelenggaraan
Promosi Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Kawasan Konservasi dan Hutan
Lindung.
13. Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konservasi
Alam Nomor: P.5/IV-SET/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
Direktur Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Nomor
P.3/IV-SET/2011 tentang Pedoman Penyusunan Desain Tapak
Pengelolaan Pariwisata Alam Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional,
Taman Hutan Raya dan Taman wisata alam.
14. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Nomor 230/IV-SET/2014 tanggal 20 Nopember 2014 tentang penetapan
zonasi Taman Nasional Danau Sentarum.

B. Pertimbangan Ekologis

Pengembangan pengelolaan pariwisata alam desain tapak bukit tekenang


harus memperhatikan kondisi lingkungan eksisting kawasan tersebut dari hal-
hal yang dapat merusak atau menimbulkan kepunahan, penurunan kapasitas
dan kualitas lingkungan, serta pelestarian flora dan fauna setempat.
Sebaliknya, potensi ekologi setempat itu yang harus dikembangkan sinergi
dengan kebutuhan pariwisata. Beberapa kajian dalam pertimbangan ekologis
pengembangan desain tapak Bukit Tekenang, antara lain :

Desain Tapak Bukit Tekenang 19


1. Bukit Tekenang merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan riparian,
hutan rawa dan dataran rendah perbukitan. Kawasan ini mendukung
untuk perkembangan populasi berbagai jenis flora dan fauna.
2. Kawasan Bukit Tekenang ini masih alami dan merupakan habitat dari
beberapa flora dan fauna yang terdapat di Kawasan Taman Nasional Danau
Sentarum. Flora dan fauna yang sering dijumpai antara lain Kera Ekor
Panjang (Macaca fascicularis), Bekantan (Nasalis larvatus), Biawak
(Varanus salvator), Lebah Hutan (Apis dorsata), Buaya Senyulong
(Tomistoma schegelii), Rangkong (Bucerotidae), Ular Cincin Emas (Boiga
dendrophylla) dan lain lain.
3. Bukit tekenang merupakan habitat dari lebah madu hutan (Apis dorsata),
dengan masih banyak ditemukannya repak (sarang lebah madu hutan
alami) dan sarang buatan untuk budidaya (tikong) serta tanaman alam
untuk sumber pakannya.
4. Jenis flora endemik yang menunjang perkembangan habitat fauna
khususnya untuk pakan satwa seperti bekantan, lebah madu, kera ekor
panjang.
5. Terdapat jenis flora endemik yang mendukung penelitian misalnya kayu
Menungau (Vatica menungau), Kayu Samak dan Pungguk (Cratea religiosa)
dan jenis-jenis endemik lainnya seperti Kayu Tahun, Pohon Emasung, Kayu
Putat.
6. Bukit Tekenang juga tidak luput dari gangguan alami akan kebakaran
hutan, namun demikian manfaat dari hal ini dapat dijadikan percontohan
permudaan alami akibat kebakaran hutan.

C. Pertimbangan Teknis

Luasan kawasan Bukit Tekenang relatif kecil dan berada di zona


pemanfaatan pariwisata dan zona tradisional, maka desain tapak di dalam
pengembangannya mengacu pada prinsip-prinsip yang seminimal mungkin
merusak kawasan, mengedepankan penggunaan material dari bahan-bahan
alami serta harus tetap menjaga keutuhan ekosistem kawasan. Pertimbangan
teknis lainnya mencakup :

Desain Tapak Bukit Tekenang 20


1. Bentang alam yang mewakili ekosistem lahan basah kawasan Taman
Nasional Danau sentarum. Kawasan Bukit Tekenang memiliki perwakilan
ekosistem danau yang terdiri dari hamparan danau, sungai, hutan rawa
dan hutan perbukitan.
2. Bukit Tekenang memiliki daya tarik wisata dengan branchmark dan image
yang baik dan popular dalam pengembangan wisata alam di Taman
Nasional Danau Sentarum.
3. Pihak pengelola Taman Nasional secara bertahap telah menyiapkan sarana
dan prasana untuk peningkatan daya tarik wisata alam di Bukit Tekenang.
4. Kondisi topografi yang sedang dengan kemiringan di bawah 30 %, sangat
cocok untuk wisata tracking bagi semua segmen pasar.
5. Topografi dari Bukit Tekenang yang ekstrim dapat dikembangkan untuk
wisata alam minat khusus.
6. Kondisi alam dan ekosistem kawasan Bukit Tekenang tergolong masih alami
dengan bentang alam yang memukau.

D. Pertimbangan Sosial dan Budaya

Dalam pengembangan kepariwisataan, kondisi sosial budaya lokal


merupakan aspek penting yang harus dipertimbangkan. Karena pariwisata
harus dapat memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat lokal dan
pelestarian budaya lokal. Keterlibatan masyarakat lokal menjadi penting sesuai
dengan agenda 21 UNWTO pembangunan pariwisata harus mengandung
empat prinsip: pro-poor, pro-growth, pro-job dan pro-environment. Kondisi
sosial dan budaya di kawasan Bukit Tekenang harus menjadi dasar
pertimbangan dalam pengembangan desain tapak. Beberapa petimbangan
tersebut antara lain :
1. Potensi sosial budaya masyarakat melayu setempat yang berdasarkan
prinsip kearifan lokal. Aktifitas mata pencaharian sebagai nelayan
dilakukan secara tradisional dan memperhatikan kelestarian alam.
2. Masih kuatnya penerapan peraturan hukum adat yang mempunyai
peranan penting dalam mengatur kehidupan sosial, serta potensi seni
budaya melayu yang masih kental.

Desain Tapak Bukit Tekenang 21


3. Aspek sejarah dan budaya dimana Bukit Tekenang sebagai salah satu
kawasan yang dilindungi di masa lalu.
4. Pertumbuhan penduduk di wilayah sekitar Bukit Tekenang masih sangat
kecil dengan bertempat tinggal di lanting terapung.
5. Selain sebagai nelayan, masyarakat lokal sejak jaman dahulu sudah
melakukan pemanfaatan madu hutan dengan menerapkan sistem panen
lestari. Hal ini menggambarkan tradisionil knowledge sebagai budaya
kearifan lokal yang penting.
6. Beberapa program pemberdayaan masyarakat yang berbasis ekowisata
diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan kepariwisataan.

E. Rencana Pengembangan Wilayah

Kabupaten Kapuas Hulu masih dalam kerangka penyusunan Rencana


Induk Pembangunan Pariwisata Kabupaten (RIPPARDA). Namun demikian,
dalam rencana pengembangan pariwisata daerah, Kawasan Taman Nasional
Danau Sentarum termasuk salah satu daerah tujuan untuk kunjungan wisata.
Realitanya jika mendatangi kawasan taman nasional ini, fokus kunjungan akan
menuju ke Bukit Tekenang. Dalam image masyarakat bahwa Bukit Tekenang
sudah sangat familiar dan identik dengan Danau Sentarum.
Walaupun kawasan Bukit Tekenang merupakan bagian dari Taman
Nasional Danau Sentarum tetapi keberadaannya tidak terlepas dari kondisi
wilayah administratifnya yang berada di Kabupaten Kapuas Hulu. Sehingga
pengembangan kepariwisataannya harus terintegrasi dengan kepariwisataan
di Kabupaten. Diperlukan adanya koordinasi semua pihak agar arah
pengembangan pariwisatanya tidak tumpang tindih. Oleh karena itu
pengembangan pariwisata di Bukit Tekenang harus mengacu pada kebijakan
pengembangan wilayah yang ada.
Kawasan Bukit Tekenang dalam pola tata ruang pengelolaan taman
nasional telah ditempatkan pada zonasi pemanfaatan pariwisata dan zonasi
tradisional sesuai Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam Nomor 230/IV-SET/2014 tanggal 20 Nopember 2014 tentang
penetapan zonasi Taman Nasional Danau Sentarum. Tentunya hal ini menuntut

Desain Tapak Bukit Tekenang 22


perencanaan yang detail dalam mengakomodir kebutuhan pariwisata terhadap
daya dukung lingkungan dari kawasan ini.

Desain Tapak Bukit Tekenang 23


IV. ANALISIS TAPAK

Desain tapak merupakan upaya pembagian ruang pengelolaan pariwisata


alam Bukit Tekenang yang diperuntukan bagi ruang publik dan ruang usaha
penyediaan jasa serta sarana prasarana pariwisata alam di areal kelola. Langkah awal
dari desain tapak ini adalah melakukan analisis terhadap lanskap/tapak/sites, untuk
mendapatkan gambaran tentang pengembangan potensi dengan daya dukung
lingkungannya dalam menunjang kepariwisataan.
Analisis tapak dibuat untuk memetakan potensi yang terdapat pada
masing-masing pengelolaan tapak. Hasil dari analisis tapak ini dituangkan
dalam peta, sehingga akan terlihat pola ruang penataan lanskap dalam skala
tertentu. Peta lanskap hasil dari analisis tapak ini akan menentukan dimana
letak dan posisi potensi obyek dan daya tarik wisata alam, potensi
keanekaragaman hayati, kondisi fisik lapangan serta sarana dan prasarana
pendukung pariwisata alam yang telah ada serta rencana pengembangan yang
akan datang.
Bukit Tekenang merupakan salah satu tujuan wisata di dalam kawasan Taman
Nasional Danau Sentarum, pengelolaannya telah ditetapkan kedalam zona
pemanfaatan pariwisata dan zona tradisional sebagaimana telah ditetapkan dalam
Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor
230/IV-SET/2014 tanggal 20 Nopember 2014. Sehingga analisis tapak mutlak
harus dilakukan sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Direktur Jenderal
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor P.5/IV-SET/2015 tanggal 25 Mei
2015. Kajian analisis tapak Bukit Tekenang akan menghasilkan detail pembagian
ruang Bukit Tekenang guna menunjang upaya pemanfaatan pariwisata yang
disajikan dalam peta. Pembagian pola tata ruang tersebut kelompokan kedalam
ruang publik dan ruang usaha, dengan luas keseluruhan hasil kajian tapak
adalah 57,98 Ha. Ruang publik adalah area dimana masyarakat atau
pengunjung dapat mengaksesnya untuk tujuan kunjungan wisata, area
penerimaan, area pengelolaan serta area untuk penempatan fasilitas umum
penunjang pariwisata. Sedangkan ruang usaha adalah area yang diperuntukkan
bagi pihak ketiga untuk dapat melakukan pengusahaan pariwisata alam bagi
usaha penyediaan sarana wisata alam.

Desain Tapak Bukit Tekenang 24


Gambar 12.Lokasi Desain Tapak dalam Peta Zonasi

Desain Tapak Bukit Tekenang 25


A. Kesesuaian Pengembangan Tapak Untuk Ruang Usaha.

Ruang usaha adalah bagian dari zona pemanfaatan kawasan taman


nasional yang karena letaknya, kondisi dan potensinya dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan pengusahaan pariwisata alam bagi usaha penyediaan jasa,
sarana dan prasarana wisata alam. Ruang Usaha ditentukan berdasarkan
kriteria :
1. Bukan merupakan areal potensi objek dan daya tarik wisata alam.
2. Areal bebas dari perambahan hutan.
3. Areal bukan merupakan jalur lintas satwa besar.
4. Areal bebas dari potensi bencana banjir, lonsor dan erosi.
Ruang usaha merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
pengembangan sebuah daya tarik wisata karena adanya kebutuhan
wisatawan dan juga masyarakat didalamnya. Pengembangan ruang usaha
memerlukan kreativitas tersendiri. Sebagai sebuah kawasan yang dikelilingi
oleh perairan, sangat dimungkinkan untuk memanfaatkan ruang perairan
sebagai ruang usaha. Pemanfaatan ruang perairan tersebut juga akan
memberikan nilai tambah dan keunikan bagi pengunjung. Selain itu budaya
masyarakat sekitar yang sangat tergantung dengan perairan, akan sangat
memudahkan dalam peangembangannya, seperti memodifikasi bangunan-
bangunan masyarakat yang sudah ada sebagai ruang usaha. Ruang-ruang
usaha seperti homestay, warung makan, toko souvenir dan lain-lainnya
dapat dikembangkan dalam bentuk terapung.
Dalam desain tapak Bukit Tekenang, luas area yang diperuntukan bagi
ruang usaha adalah seluas 16, 35 Ha. Luasan area tersebut terbagi dalam satu
cluster yakni di area daratan pada Bukit Tekenang.

Desain Tapak Bukit Tekenang 26


B. Kesesuaian Pengembangan Tapak Untuk Ruang Publik.

Pengunjung membutuhkan ruang publik yang aman dan nyaman


dalam melakukan aktivitas wisatanya. Pemberlakukan kapasitas daya dukung
kawasan dan penyebaran daya tarik merupakan aspek-aspek yang harus
dilakukan agar pengunjung tidak terpusat dan berkumpul dalam satu
kawasan dalam satu waktu tertentu. Terbatasnya ruang
publik yang dapat disediakan akan membatasi gerak pengunjung dan
lamanya waktu berkunjung. Untuk menghindari hal semacam ini, maka
diperlukan pengelolaan pengunjung yang baik.
Ruang publik adalah bagian dari zona pemanfaatan kawasan taman
nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan pengunjung, pengelolaan serta penyediaan sarana prasarana.
Ruang Publik ditentukan berdasarkan kriteria :
a. Merupakan areal potensi objek dan daya tarik wisata alam seperti danau,
pantai, sungai, sumber mata air, air terjun, peninggalan sejarah dan gua.
b. Sudah ada aktifitas masyarakat yang terkait dengan usaha penyediaan jasa
wisata alam.
c. Terdapat sarana prasarana umum dan atau sarana prasarana pengelolaan
kawasan.
d. Merupakan areal lokasi rencana pembangunan sarana prasarana umum dan
atau sarana prasarana pengelolaan kawasan.
Desain tapak untuk ruang publik di Bukit Tekenang disediakan seluas
41,63 Ha, atau lebih dari 71, 80 % area tapak. Beberapa sarana prasarana yang
telah dibangun guna menunjang aktifitas pariwisata alam antara lain :
1. Tracking/Jalan
Panjang tracking 420 meter menuju ke puncak bukit, terbuat dari paving
block dan cor beton.

Desain Tapak Bukit Tekenang 27


Gambar 13. Tracking/Jalan:

2. Gazebo
Gazebo sebanyak lima unit dan terletak di sepanjang jalur ruas jembatan ke
arah kanan dan kiri bangunan guest house. Ukuran tiap gazebo adalah enam
meter persegi dengan kapasitas delapan orang/gazebo.
Gambar 14. Gazebo:

3. Guest House
Luas bangunan guest house adalah 292 meter persegi dengan bentuk
bangunan semi permanent, jumlah kamar sebanyak enam kamar. Tersedia
fasilitas kantin dan sound system.

Desain Tapak Bukit Tekenang 28


Gambar 15. Guest House:

4. Kantor Resort Tekenang


Kantor Resort terletak di sebelah kiri bangunan guest house terhubung ke jalan
jembatan utama melalui jembatan dengan panjang 15 meter dan lebar 2
meter. Jenis bangunan semi permanent. Luas bangunan resort adalah 69,75
meter persegi. Luas total jungkar dan bangunan adalah 162 meter persegi.
Jumlah petugas sebanyak tiga orang PNS ditambah satu orang tenaga kontrak
dan tiga orang tenaga bantu resort. Kantor Resort berfungsi sebagai unit
pengelolaan terkecil.
Gambar 16. Kantor Resort

Desain Tapak Bukit Tekenang 29


5. Menara Pengamatan
Sarana menara pengmatan terletak di puncak bukit Tekenang dan
diperlukan untuk mengamati satwa dan melihat bentang alam di
bawahnya, serta memantau gejala dan bahaya kebakaran. Terdapat dua
unit menara pengawas dengan tinggi masing-masing 5 meter dan 6 meter.
Gambar 17. menara pengamatan:

6. Shelter
Picnic Shelter sebanyak lima unit dan terletak di sepanjang jalur hiking ke
puncak bukit. Ukuran tiap shelter adalah 36 meter persegi dengan kapasitas
delapan orang/shelter.
Gambar 18. Shelter

7. Jalan Jembatan/Walk Board


Jalan trail kayu terutama dibutuhkan untuk tempat khusus di hutan rawa
tergenang. Konstruksinya seperti konstruksi jembatan yang ada di
kampung-kampung nelayan TNDS. Bahan utama adalah papan jenis
Tembesu dan Kawi atau kayu keras lainnya yang tahan lapuk. Trail jenis ini
umumnya justru diperlukan di jalur di bawah kanopi pohon yang cukup
teduh. Jalan jembatan utama menghubungkan dermaga dan bangunan Guest

Desain Tapak Bukit Tekenang 30


House dengan ukuran lebar 1,8 meter panjang 40 meter. Ruas jalan ke
kanan dan kiri bangunan guest house sepanjang 1,1 kilometer.
Gambar 19. Jalan jembatan/Walkboard:

Gambar 20. Diagram analisis tapak untuk ruang publik

Guest House:
Luas bangunan guest house
adalah 292 meter persegi dengan
bentuk bangunan semi
Jalan permanent, jumlah kamar
Jembatan/Walkboard sebanyak enam kamar. Tersedia
Jalan jembatan utama fasilitas kantin dan sound system. Gazebo sebanyak tiga unit dan
menghubungkan dermaga terletak di sepanjang jalur ruas
dan bangunan Guest House jembatan ke arah kanan dan kiri
dengan ukuran lebar 1,8 m bangunan guest house. Ukuran
panjang 40 m. Ruas jalan tiap gazebo 36 meter persegi
ke kanan dan kiri dengan kapasitas delapan
bangunan guest house orang/gazebo.
sepanjang 1,1 km.

Picnic Shelter sebanyak


lima unit dan terletak di
sepanjang jalur hiking ke
puncak bukit. Ukuran tiap
shelter adalah 36 meter
persegi dengan kapasitas
Kantor Resort terletak di delapan orang/shelter
sebelah kiri bangunan
guest house terhubung ke
jalan jembatan utama
Menara Pengawas /Menara
melalui jembatan dengan
Pengamatan Terletak di puncak
panjang 15 meter dan bukit Tekenang dan diperlukan
lebar 2 meter. Jenis untuk mengamati satwa dan
bangunan semi permanent. melihat bentang alam di
Luas bangunan resort bawahnya, serta memantau
adalah 69,75 meter gejala dan bahaya kebakaran.
persegi. Luas total jungkar Panjang tracking 420 meter menuju ke
dan bangunan adalah 162 puncak bukit, terbuat dari paving block
meter persegi
dan cor beton.

C. Alternatif pengembangan
Untuk mencegah penumpukan pengunjung perlu dipikirkan beberapa

Desain Tapak Bukit Tekenang 31


alternatif berupa pengembangan daya tarik lainnya yang berada di sekitar
tapak Bukit Tekenang. Pembuatan pola pergerakan dan sirkulasi pengunjung
kedepannya harus ada pengaturan yang jelas. Selain itu, pengembangan objek
dan daya tarik wisata alam menjadi faktor penentu lamanya berkunjung. Hal
tersebut juga merupakan salah satu bentuk pengembangan desain tapak untuk
masa yang akan datang.
Beberapa rencana pembangunan sarana dan prasarana dalam menunjang
pariwisata alam pada Ruang Publik di tapak Bukit Tekenang, antara lain :

1. Dermaga
Dermaga ini berbahan utama kayu dan didirikan permanen di darat
pinggiran sungai. Sedangkan lantingnya mengapung di sungai yang cukup
lebar dan dalam. Untuk mengapungkan lanting dapat digunakan kayu
gelondongan besar seperti yang umum digunakan oleh masyarakat Melayu
di TNDS, atau menggunakan rangkaian bekas drum minyak. Dermaga
sungai dan lanting ini diperlukan sebagai kelengkapan kompleks bangunan
permanen yang cukup besar seperti kantor Seksi dan Setasiun Penelitian.
Ukuran dermaga dua belas meter persegi, ukuran lanting 4,5X3,5 m2 dengan
ukuran jembatan pengubung ke jalan jembatan utama 2x20 m2.

Gambar 21. Sketsa Dermaga

2. Mushala

Desain Tapak Bukit Tekenang 32


Bentuk bangunan mushola adalah bangunan rumah panggung semi
permanen dan direncanakan akan dibangun dekat lokasi Kantor Resort
Tekenang. Mushola dapat dimanfaatkan oleh petugas resort, masyarakat
Tekenang dan juga para pengunjung adapun luas dari bangunan mushola
adalah 16 M2.

3. Tempat pemandian Umum


Tempat pemandian direncanakan dibangun di sebelah utara bangunan Guest
House Tekenang sebanyak empat bilik dengan luas bangunan 16 M2 meter
persegi.
4. Bangunan Sightseeing
Tempat pemandian direncanakan dibangun di sebelah utara bangunan Guest
House Tekenang sebanyak empat bilik dengan luas bangunan 16 M2.
Gambar 22. Ilustrasi Bangunan Sightseeing:

5. Arboretum
Jenis tanaman endemik Danau Sentarum, luas lahan 1,62 Ha. Terletak di
sebelah selatan dari guesthouse dan berada dekat walkboard sebelah kiri.
6. Camping Ground
Camping ground terletak di puncak bukit Tekenang dekat dengan menara
pengawas, luas area 2766 meter persegi. Rencana fasilitas pendukung berupa
MCK dan torn air bersih.
7. Tracking jalan alternatif setapak ke puncak bukit
Tracking jalan setapak ke puncak bukit akan dijadikan jalur naik ke puncak
bukit sedangkan jalur tracking yang sudah ada akan dijadikan jalur turun.
Sehingga jalur naik dan turun menggunakan jalur yang berbeda agar tidak
terjadi pertemuan arus pengunjung.
8. Rumah Pohon

Desain Tapak Bukit Tekenang 33


Bangunan berbentuk rumah pohon terbuat dari kayu dan dibangun di pohon
Ara dengan ukuran 4x4x2,5 m (p x l x t). Rumah pohon diperlukan untuk
pengamatan satwa dan fotografi adapun rencana pengembangan
pembangunan tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 23. Rencana pengembangan rumah pohon

Gambar 24. Rencana Pengembangan Sarana Prasarana Desain Tapak Bukit


Tekenang Pada Ruang Publik

Dermaga
Mushola Bangunan
Sightseeing

Camping
Ground

Homestay
lanting

Pemandian
Arboretum umum

Rumah pohon
Tracking Jalan
Alternatif

Desain Tapak Bukit Tekenang 34


V. DESAIN TAPAK

Penyusunan desain tapak pengelolaan pariwisata alam Bukit Tekenang


Taman Nasional Danau Sentarum mengacu kepada Peraturan Direktur Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor P.5/IV- SET/2015 tanggal 25
Mei 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam Nomor P.3/IV- SET/2011 tanggal 9 Maret 2011
tentang Pedoman Penyusunan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam di
Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata.
Area Bukit Tekenang termasuk dalam wilayah pengelolaan Resort
Tekenang Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Semitau Balai Taman
Nasional Danau Sentarum. Luas wilayah kelola Resort Tekenang adalah seluas
24.412, 9 Ha, dimana luas area desain tapak Bukit Tekenang adalah 57,98 Ha
(terdiri dari 57,58 Ha Zona Pemanfaatan Pariwisata dan 0,4 Ha Zona
Tradisional) yang terletak pada koordinat 112.0604 BT 112.0691 BT dan
0.8400 LU 0.8314 LS. Area desain tapak tersebut terbagi dalam Ruang
Publik seluas 41,63 Ha dan Ruang Usaha seluas 16,35 Ha, sebagaimana
tabulasi berikut :

Tabel 2. Luasan Area Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam Bukit Tekenang
RUANG RUANG JUMLAH
No LOKASI
PUBLIK (Ha) USAHA (Ha) LUAS (Ha)

1 Bukit Tekenang 41,63 16,35 57,98

Peta desain tapak Bukit Tekenang Taman Nasional Danau Sentarum akan
disajikan secara terpisah untuk setiap Ruang Publik dan Ruang Usaha, sebagai
berikut :

Desain Tapak Bukit Tekenang 35


Gambar 27. Peta Desain Tapak Bukit Tekenang Untuk Ruang Publik
Desain Tapak Bukit Tekenang 36
Gambar 28 Peta Desain Tapak Bukit Tekenang Untuk Ruang Usaha
Desain Tapak Bukit Tekenang 37

Anda mungkin juga menyukai