Anda di halaman 1dari 27

RESISTOR

Resistor adalah suatu alat elektronika yang berfungsi sebagai tahanan. Dalam rumus, resistor
dilambangkan dengan tanda R (Resistance) yang memiliki hubungan dekat juga dengan rumus V = I x
R. Resistor memiliki satuan (ohm). Resistor memiliki nilai tahanannya tersendiri, dan terdapat dua
cara menghitung nilai tahanan resistor yaitu ada yang menggunakan pita/gelang warna resistor, dan ada
juga yang menggunakan kode angka. Baik, langsung saja ini adalah cara cepat menghitung nilai
resistor.

1. Resistor dengan Gelang Warna


Pada gelang warna resistor terdapat 3 macam resistor, ada yang memiliki 4 gelang warna, 5 gelang
warna, dan juga ada yang memiliki 6 gelang warna. Dan berikut ini adalah cara menghitungnya.
Hafalakan juga dengan mudah urutan warna. Hi-Co-Me-O-Ku-Hi- Bi-U-Ab-Put-E-Pe-Tak

a. 4 Gelang Warna

Pada resistor dengan 4 gelang warna, cara menghitungnya adalah :


1. Pita ke-1 dan Pita ke-2 adalah angka nilai tahanan.
2. Pita ke-3 adalah perkalian jumlah angka nol.
3. Pita ke-4 adalah nilai toleransi.
Tabel Resistor 4 Warna

Contoh :
Pita ke-1 adalah warna coklat (1)
Pita ke-2 adalah wana merah (2)
Pita ke-3 adalah warna orange (1000)
Pita ke-4 adalah warna emas (5%)
Jadi didapatkan nilainya adalah 12.000 dengan toleransi 5% atau 12 k toleransi 5%.

b. 5 Gelang Warna

Pada resistor dengan 5


gelang warna, cara
menghitungnya adalah :

1. Pita ke-1, Pita ke-2, dan Pita ke-3 adalah angka nilai tahanan
2. Pita ke-4 adalah perkalian jumlah angka nol
3. Pita ke-5 adalah nilai toleransi

Tabel Resistor 5 Warna


Contoh : Pita ke-1 adalah warna coklat (1) Pita ke-2 adalah wana merah (2)
Pita ke-3 adalah warna orange (3)
Pita ke-4 adalah warna kuning (10.000)
Pita ke-5 adalah warna biru (0,25%)
Jadi didapatkan nilainya adalah 1.230.000 dengan toleransi 0,25% atau 1,23 M toleransi
0,25%.

c. 6 Gelang Warna

Pada resistor dengan 6


gelang warna, cara
menghitungnya adalah
:
1. Pita ke-1, Pita ke-2, dan Pita ke-3 adalah angka nilai tahanan
2. Pita ke-4 adalah perkalian jumlah angka nol
3. Pita ke-5 adalah nilai toleransi

4. Pita
ke-6
adalah koefisien suhu

Tabel Resistor 6 Warna


Contoh :
Pita ke-1 adalah warn acoklat (1)
Pita ke-2 adalah wana merah (2)
Pita ke-3 adalah warna orange (3)
Pita ke-4 adalah warna kuning (10.000)
Pita ke-5 adalah warna biru (0,25%)
Pita ke-6 adalah warna kuning (25 ppm)
Jadi didapatkan nilainya adalah 1.230.000 dengan toleransi 0,25% atau 1,23 M toleransi
0,25% dengan koefisien suhu 25 ppm.
2. Resistor dengan Kode Angka
Jenis resistor yang menggunakan kode angka biasanya adalah resistor SMD (Surface Mount
Device) atau yang biasa kita lihat pada motherboard suatu komputer. Ukuran dari resistor jenis
ini biasanya lebih kecil jika dibandingkan dengan resistor yang menggunakan kode warna.
Karena yang digunakan adalah kode angka sehingga cara menghitungnya pun berbeda dengan
resistor kode warna. Karena pada resistor ini yang dijadikan kode adalah digit-digit angka yang
tertera pada resistor ini sendiri.

Untuk cara membaca resistor dengan kode angka sendiri adalah sebagai berikut :
Resistor dengan 3 digit. Angka pertama dengan angka kedua adalah nilai tahanan resistor, dan
untuk angka ketiga adalah angka pengali.
Contoh :
102 = 10 x 100 = 1.000
301 = 30 x 10 = 300
140 = 14 x 1 = 14
Namun untuk nilai resistor SMD dengan nilai resistansi dibawah 10 biasanya ditandai antara
batas nilai koma dengan huruf R.
Contoh :
3R5 = 3,5
0R5 = 0,5
0R05 = 0,05
Untuk resistor SMD sendiri ada yang memiliki nilai 0000 atau 0 biasanya digunakan sebagai
jumper pada sebuah rangkaian dengan tidak memiliki nilai hambatan atau 0.

Cara Menghitung Resistor


Berdasarkan Warna sobat hitung, kali ini ingin share tentang cara menghitung resistor
berdasarkan warna gelang. Kita akan belajar cara menghitung resistor berdasarkan warna
gelang . Ada 3 tipe pengkodean warna untuk resistor yaitu resistor 4 gelang warna, 5 gelang
warna, dan 6 gelang warna. Resistor 6 warna menghasilakan nilai yang lebih akurat jika
dibandingkan dengan resistor 5 dan 4 warna. Resistor merupakan komponen penhambat aliran
arus listrik, karenana resistor juga sering dikenal dengna nama hambatan. Dalam sircuit board
resistor dilambangkan dengan gambar berikut :

Cara menghitung resistor merujuk pada tabel di bawah ini, baik itu 4, 5, atau 6 warna. Kita hanya perlu
mencocokkan warna dari resistor dengan tabel.

TABEL ACUAN MENGHITUNG BESAR RESISTOR


THERMAL
ANGKA MULTIPLIER TOLERANSI
WARNA COEFICIENT
[1-3] [4] [5]
[6]
HITAM 0 1
COKLAT 1 10 1% 100ppm
MERAH 2 100 2% 50ppm
ORANGE 3 1k 15ppm
KUNING 4 10k 25ppm
HIJAU 5 100k 0.5%
BIRU 6 1M 0.25%
UNGU 7 10M
ABU-
8
ABU
PUTIH 9
EMAS 5%
SILVER 10%

Sebelum memahami cara menghitung resistor kita perlu memahami dulu komponen resistor 4 warna, 5
warna, dan 6 warna.

GAMBAR RESISTOR KETERANGAN


Resistor 4 Warna
Warna (1) dan (2) = Angka Digit
Warna (3) = Multiplier
Warna (4) = Nilai Toleransi
Resistor 5 Warna
Warna (1) (2) (3) = Angka Digit
Warna (4) = Multiplier
Warna (5) = Nilai Toleransi
Resistor 6 Warna
Warna (1) (2) (3) = Angka Digit
Warna (4) = Multiplier
Warna (5) = Nilai Toleransi
Warna (6) = Koefisien Suhu
Cara Menghitung Resistor 4 Warna
untuk mengetahui cara menghitung resistor warna kita langsung pakai contoh saja resistor berikut:

Gelang 1 = Coklat ( 1 )
Gelang 2 = Hitam ( 0 )
Gelang 3 = Merah ( 102)
Gelang 4 = emas ( 5 % )
Nilai resistor tersebut adalah : 10 X 102= 1000 = 1 K 5 %
Cara Menghitung Resistor 5 Warna
kita pakai contoh resistor dengan warna sebagai berikut

Gelang 1 = Merah ( 2 )
Gelang 2 = Kuning ( 4 )
Gelang 3 = Hitam (0)
Gelang 4 = Merah ( 102)
Gelang 5 = Hijau ( 0,5 % )
Nilai resistor tersebut adalah : 240 X 102= 24000 = 24 K 0,5 %
Cara Menghitung Resistor 6 Warna
anda mempunyai resistor 6 warna misalnya sebagai berikut

Jadi Nilai resistornya

Gelang 1 = Merah ( 2 )
Gelang 2 = Kuning ( 4 )
Gelang 3 = Hitam (0)
Gelang 4 = Merah ( 102)
Gelang 5 = Hijau ( 0,5 % )
Gelang 6 = Orange (15ppm/derajat celcius)
Nilai resistor tersebut adalah : 240 X 102= 24000 = 24 K 0,5 % 15 ppm/derajat

Cara membaca Nilai Resistor

Resitor dengan 4 cincin/gelang:


Resistor 4 cincin umumnya digunakan untuk presisi rendah dengan toleransi 5%, 10% dan 20%.
cincin pertama dan kedua mewakili angka resistor. cincin ketiga mengindikasi perkalian (multiplier)
berapa nol yang ditambahkan. Jika multiplier band adalah emas (gold) atau perak (silver) kemudian
desimal digeser ke kiri satu atau dua (dibagi dengan 10 or 100). cincin toleransi (tolerance band)
deviasi dari nilai spesifik, biasanya terdapat jarak dari cincin lain.

Sebagai contoh, untuk resistor dengan nilai 330 ohm, 5% maka cincin warnanya adalah orange,
orange, coklat dan emas. Penjelasan: orange dan orange mewakili angka (33); sedangkan coklat adalah
pengali (multiplier) (10) dan emas adalah toleransi (5%). Sedemikian sehingga nilainya 33*10 = 330?.
Jika gelang ke tiga diubah ke warna merah, maka pengali (multiplier) akan menjadi 100, sehingga
nilainya 33100 = 3300 ohm = 5.6 k ohm. = 5k6 ohm
Jika cincin pengali (multiplier band) adalah emas atau perak, kemudian desimal poin akan
digeser ke kiri satu atau dua tempat (dibagi dengan 10 atau 100).
Sebagai contoh, sebuah resistor dengan cincin hijau, biru, perak dan emas mempunyai nilai 56*0.01 =
0.56?.
Catatan: 20% resistors hanya mempunyai 3 cincin artinya, cincin toleransi (cincin ke empat tanpa
warna).

Cara membaca Nilai Resistor


Resitor dengan 5 cincin:
Resistor dengan tipe seperti ini digunakan untuk rangkaian elektronika dengan presisi tinggi, resistor
dengan presisi 2%, 1% atau bertoleransi lebih rendah. Cara membaca cincin mirip dengan sistem
sebelumnya (4 cincin); hanya saja ada perbedaan nomor dari angka. cincin pertama, kedua dan ketiga
mewakili nilai angka, cincin ke empat adalah pengali (multiplier) dan cincin ke lima adalah toleransi.
Cara membaca Nilai Resistor
Berikut adalah standar tabel kode warna resistor:
Warna cincin cincin cincin PengaliToleransi Koefisien Fail
ke-1 ke-2 ke-3 * Suhu Rate
Hitam 0 0 0 100
Coklat 1 1 1 101 1% (F) 100 ppm/K 1%
Merah 2 2 2 102 2% (G) 50 ppm/K 0.1%
Orange 3 3 3 103 15 ppm/K 0.01%
Kuning 4 4 4 104 25 ppm/K 0.001%
Hijau 5 5 5 105 0.5% (D)
Biru 6 6 6 106 0.25%(C)
Ungu 7 7 7 107 0.1% (B)
Abu-abu 8 8 8 108 0.05%
(A)
Putih 9 9 9 109
Emas 0.1 5% (J)
Perak 0.01 10% (K)
Tanpa 20% (M)
Warna
* cincin ke-3 hanya untuk 5-band resistors
Contoh:
Resistor dengan 4 cincin:
Hijau, Biru, Merah, toleransi Perak: 56*100 = 5.6 kohms, dengan tol 10%
Coklat, Hitam, Jingga, Emas : 10*1000 = 10000 ohms (or 10K ohms), dengan tol 5%
Resistor dengan 5 cincin:
Biru, Coklat, Putih, Coklat, Merah: 619*10 = 6190 ohms (6.19K ohms), dengan tol 2%
Merah, Merah, Coklat, Hitam, Coklat: 221*1 = 221 ohms, dengan tol 1%
CATATAN :
Agar mudah dalam mengingat kode warna, Anda cukup hafalkan Hi-Co-Me-O-Ku-Hi-Bi-U-A-Pu
Dan satu lagi yang belum, bagian paling bawah yang kita sebut dengan probe, kabel penghubung ke rangkaian
yang ingin kita ukurntegangan atau arusnya. Yang merah menunjukkan kutub positif (+) dan yang hitam kutub
negatif (-) dan biasanya ada tulisan COM. Penempatan probe jangan salah biar tidak keliru membedakan positif
negatifnya saat pengukuran.
AVOMETER

Multimeter adalah alat yang berfungsi untuk mengukur Voltage (Tegangan), Ampere (Arus
Listrik), dan Ohm (Hambatan/resistansi) dalam satu unit. Terdapat 2 jenis Multimeter dalam
menampilkan hasil pengukurannya yaitu Analog Multimeter (AMM) dan Digital Multimeter (DMM).
Sehubungan dengan tuntutan akan keakurasian nilai pengukuran dan kemudahan pemakaiannya serta
didukung dengan harga yang semakin terjangkau, Digital Multimeter (DMM) menjadi lebih populer
dan lebih banyak dipergunakan oleh para Teknisi Elektronika ataupun penghobi Elektronika. Avometer
berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya
voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. O artinya ohm, untuk mengukur ohm atau hambatan.
Terakhir, yaitu meter atau satuan dari ukuran. AVO Metersering disebut dengan Multimeter atau
Multitester. Secara umum, pengertian dari AVO meter adalah suatu alat untuk mengukur arus, tegangan,
baik tegangan bolak-balik (AC) maupun tegangan searah (DC) dan hambatan listrik. AVO meter sangat
penting fungsinya dalam setiap pekerjaan elektronika karena dapat membantu menyelesaikan pekerjaan
dengan mudah dan cepat. Berdasarkan prinsip kerjanya, ada dua jenis AVO meter, yaitu AVO meter
analog (menggunakan jarum putar / moving coil) dan AVO meter digital (menggunakan display
digital). Kedua jenis ini tentu saja berbeda satu dengan lainnya, tetapi ada beberapa kesamaan dalam
hal operasionalnya. Misal sumber tenaga yang dibutuhkan berupa baterai DC dan probe / kabel
penyidik warna merah dan hitam. Pada AVO meter digital, hasil pengukuran dapat terbaca langsung
berupa angka-angka (digit), sedangkan AVO meter analog tampilannya menggunakan pergerakan jarum
untuk menunjukkan skala. Sehingga untuk memperoleh hasil ukur, harus dibaca berdasarkan range atau
divisi. AVO meter analog lebih umum digunakan karena harganya lebih murah dari pada jenis AVO
meter digital.
A. AVOMETER DIGITAL

yaitu multimeter yang pembacaan hasil ukurnya berupa digit angka.

Cara Menggunakan Multimeter Digital


Cara menggunakannya sama dengan multimeter analog, hanya lebih sederhana dan lebih cermat
dalam penunjukan hasil ukurannya karena menggunakan display 4 digit sehingga mudah membaca dan
memakainya.
1. Putar sakelar pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur siap dipakai.

2. Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah disambungkan dengan alat ukur.

3. Catat angka yang tertera pada multimeter digital.

4. Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya terpasang terbalik karena
display dapat memberitahu.
a) Mengukur tegangan DC

1. Atur Selektor pada posisi DCV.


2. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang di
cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
3. Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada posisi tertinggi
supaya multimeter tidak rusak.
4. Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek, probe warna merah
pada posisi (+) dan probe warna hitam pada titik (-) tidak boleh terbalik.
5. Baca hasil ukur pada multimeter.
b) Mengukur tegangan AC
1. Atur Selektor pada posisi ACV.
2. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang
di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
3. Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya
4. Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek. Pemasangan
probe multimeter boleh terbalik.
5. Baca hasil ukur pada multimeter.
c) Mengukur kuat arus DC

1. Atur Selektor pada posisi DCA.


2. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di cek, misal : arus yang di cek
sekitar 100mA maka atur posisi skala di batas ukur 250mA atau 500mA.
3. Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang mampu diukur oleh multimeter karena jika
melebihi batas maka fuse (sekring) pada multimeter akan putus dan multimeter sementara tidak
bisa dipakai dan fuse (sekring) harus diganti dulu.
4. Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat pengukuran tegangan DC dan AC, karena
mengukur arus berarti kita memutus salah satu hubungan catu daya ke beban yang akan dicek
arusnya, lalu menjadikan multimeter sebagai penghubung.
5. Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu daya dan probe (-) pada input
tegangan (+) dari beban/rangkaian yang akan dicek pemakaian arusnya.
6. Baca hasil ukur pada multimeter.
d) Mengukur nilai hambatan sebuah resistor tetap
1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter....
2. Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai resistor yang akan diukur.
3. Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya
dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur.
4. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
5. Baca hasil ukur pada multimeter, pastikan nilai penunjukan multimeter sama dengan nilai yang
ditunjukkan oleh gelang warna resistor.
e) Mengukur nilai hambatan sebuah resistor variabel (VR)
1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
2. Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai variabel resistor (VR)yang akan diukur.
3. Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya
dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur.
4. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
5. Sambil membaca hasil ukur pada multimeter, putar/geser posisi variabel resistor dan pastikan
penunjukan jarum multimeter berubah sesuai dengan putaran VR.
f) Mengecek hubung-singkat / koneksi

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.


2. Pilih skala batas ukur X 1 (kali satu).
3. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung kabel/terminal yang akan dicek koneksinya.
4. Baca hasil ukur pada multimeter, semakin kecil nilai hambatan yang ditunjukkan maka semakin baik
konektivitasnya.
5. Jika jarum multimeter tidak menunjuk kemungkinan kabel atau terminal tersebut putus.
g) Mengecek diode
1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
2. ilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
3. Hubungkan probe multimeter (-) pada anoda dan probe (+) pada katoda.
4. Jika diode yang dicek berupa led maka batas ukur pada X1 dan saat dicek, led akan menyala.
5. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti dioda baik, jika tidak
menunjuk berarti dioda rusak putus.
6. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada anoda dan probe (-) pada katoda.
7. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti dioda baik, jika bergerak berarti
dioda rusak bocor tembus katoda-anoda.
h) Mengecek transistor NPN
1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
2. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
3. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor .
4. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika
tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
5. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada
kolektor.
6. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti
transistor rusak bocor tembus B-C.
7. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
8. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika
tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
9. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
10. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti
transistor rusak bocor tembus B-E.
11. Hubungkan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor.
12. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti
transistor rusak bocor tembus C-E.
Note : pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) padakolektor tidak diperlukan.
i) Mengecek transistor PNP
1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
2. Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor.
3. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika
tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
4. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor.
5. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti
transistor rusak bocor tembus B-C.
6. Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
7. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika
tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
8. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
9. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti
transistor rusak bocor tembus B-E.
10. Hubungkan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor.
11. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti
transistor rusak bocor tembus C-E.
Note : pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor tidak diperlukan.
j) Mengecek Kapasitor Elektrolit (Elko).

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter..


2. Pilih skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk nilai elko diatas 100uF-
1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF-100uF dan X 1K untuk nilai elko dibawah 10uF.
3. Hubungkan probe multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe (+) pada kaki (-) elko.
4. Pastikan jarum multimeter bergerak kekanan sampai nilai tertentu (tergantung nilai elko) lalu
kembali ke posisi semula.
5. Jika jarum bergerak dan tidak kembali maka dipastikan elko bocor.
6. Jika jarum tidak bergerak maka elko kering / tidak menghantar.

PENGGUNAAN MULTIMETER ANALOG DAN DIGITAL


Garis-garis skala dan angka pada layar multimeter menunjukkan hasil pembacaan dari nilai suatu
pengukuran.
1. Tulisan atau lambang omega () menunjukkan skala pembacaan hambatan. ketika kita mengukur hambatan
suatu bahan (baik itu kawat atau resistor), maka kita bisa membaca di garis yang ditunjukkan oleh tanda ini.
2. Tulisan DCV.A menunjukkan skala pembacaan nilai tegangan atau arus listrik, jika kita mengukur jatuh
tegangan atau besar arus listrik yang mengalir melalui suatu rangkaian, maka kita akan membaca nilai
yaang ditunjukkan oleh tulisan ini.

3. Di bawah tulisanDCV.A, ada tulisan kecil "hfe", garis skala ini untuk membaca nilai hfe dari sebuah
transistor, ini jarang digunakan.

Ada selektor switch (tombol selektor) yang kita putar sesuai keinginan kita, ingin mengukur tegangan
AC/DC, arusa DC atau ingin mengukur hambatan serta nilai hfe dari sebuah transistor.
Jika mengukur DC, pastikan probe merah ke positif rangkaian atau sering disebut Vcc dan probe merah
ke bagian negatif rangkaian atau sering disebu Ground (GND). Sebelum mulai kita atur knop pemutar sesuai
besar tegangan yang kita ukur, namun selalu pertama kali tempat ke nilai tertinggi, jika tidak terbaca maka
turunkan, sampai jarum penunjuk bergerak dan bisa terbaca. Di gambar selektor switch tersebut memperlihatkan
nilai tertinggi tegangan yang dapat terukur adalah 1000 Volt, jika jarum penunjuk skala tidak bergerak, mungkin
tegangan yang kita baca terlalu kecil, sehingga kita harus merubah selektor switch menjadi lebih kecil.
misalkan kita mengukur tegangan sebuah rangkaian, multimeter terlihat seperti gambar berikut: maka kita bisa
menghitung nilai tegangannya, pada gambar kanan di skala terbaca 2,65, skala tertinggi 10, dan gambar kiri
selektor switch menunjukkan nilai 0,5, maka dapat kita hitung:
V=skala yang ditunjuk jarum penunjuk/skala terbesar X selektor switch.
V=2,65/10X0,5
V=0,1325 Volt

contoh yang lainnya:


skala terbaca pada gambar kanan adalah 4,8 (ingat!! baca skala yang ditunjuk oleh tulisan DCV.A), dan pada
selektor switch nilainya 2,5, maka dapat kita hitung:
V=4,8/10 X 2,5
V=1,2 Volt.
Jika masih bingung, pakai multimeter digital saja, caranya sama seperti multimeter analog, tapi tidak
perlu kita baca skala kemudian kita kalkulasikan, cukup putar selektor switch mulai dari nilai tertinggi, jika
belum bisa terbaca maka putar sampai nilai terkecil, kemudian tinggal dilihat nilai tegangannyadi LCD (tampilan
multimeternya).
Untuk mengukur arus DC dengan multimeter analog juga caranya sama, hanya saja posisi probenya
berbeda pada saat ditempatkan pada rangkaian. perhatikan gambar berikut:
yang pertama cara mengukur tegangan, yang kedua cara menempatkan probe untuk mengukur arus listrik dan
yang ketiga untuk mengukur nilai resistansi (hambatan) resistor. Untuk mengukur hambatan resistor ataupun
kawat yang lainnya, tidak perlu disambungkan dengan rangkaian.
2. AVOMETER ANALOG

Yang dimaksud Multimeter atau Avometer adalah Alat ukur Listrik yang memungkinkan kita untuk mengukur
besarnya Besaran listrik yang ada pada suatu rangkaian baik itu Tegangan, Arus, maupun Nilai
Hambatan/Tahanan. AVOmeter adalah singkatan dari Ampere Volt Ohm Meter, jadi hanya terdapat 3 komponen
yang bisa diukur dengan AVOmeter sedangkan Multimeter , dikatakan multi sebab memiliki banyak besaran
yang bisa di ukur, misalnya Ampere, Volt, Ohm, Frekuensi, Konektivitas Rangkaian (putus ato tidak), Nilai
Kapasitif, dan lain sebagainya. Terdapat 2 (dua) jenis Multimeter yaitu Analog dan Digital, yang Digital sangat
mudah pembacaannya disebabkan karena Multimeter digital telah menggunakan angka digital sehingga begitu
melakukan pengukuran Listrik, Nilai yang diinginkan dapat langsung terbaca asalkan sesuai atau Benar cara
pemasangan alat ukurnya. Mari mengenal bagian-bagian Multimeter atau Avometer agar lebih memudahkan
dalam memahami tulisan selanjutnya:
Bagian-Bagian Multimeter

1. SEKRUP PENGATUR JARUM, Sekrup ini dapat di putar dengan Obeng atau plat kecil, Sekrup ini
berfungsi mengatur Jarum agar kembali atau tepat pada posisi 0 (NOL), terkadang jarum tidak pada
posisi NOL yang dapat membuat kesalahan pada pengukuran, Posisikan menjadi NOL sebelum
digunakan.
2. TOMBOL PENGATUR NOL OHM. Tombol ini hampir sama dengan Sekrup pengatur jarum, hanya
saja bedanya yaitu Tombol ini digunakan untuk membuat jarum menunjukkan angka NOL pada saat
Saklar pemilih di posisikan menunjuk SKALA OHM. Saat saklar pemilih pada posisi Ohm biasanya
pilih x1 pada skala Ohm kemudian Hubungkan kedua ujung TERMINAL (Ujung terminal Merah
bertemu dengan Ujung terminal Hitam) dan Lihat pada Layar penunjuk, Jarum akan bergerak ke
KANAN (Disitu terdapat angka NOL (0), Putar tombol pengatur Nol Ohm sampai jarum
menunjukkan angka NOL). Proses ini dinamakan KALIBRASI OhmMeter. Hal ini Muthlak
dilakukan sebelum melakukan pengukuran tahanan (OHM) suatu komponen atau suatu rangkaian.
3. SAKLAR PEMILIH. Saklar ini harus di posisikan sesuai dengan apa yang ingin di UKUR, misalnya
bila ingin mengukur tegangan AC maka atur/putar saklar hingga menyentuh skala AC yang pada alat
ukur tertulis ACV, Begitu pula saat mengukur tegangan DC, cari yang tertulis DCV, begitu
seterusnya. Jangan Salah memilih Skala Pengukuran.
Pada setiap bagian SKALA PENGUKURAN yang dipilih dengan Saklar Pemilih, terdapat Nilai-
nilai yang tertera pada alat ukur, Misalnya Pada Skala Tegangan AC (tertulis ACV pada alat ukur)
tertera skala 10, 50, 250, dan 750 begitu pula pada Skala Tegangan DC (tertulis DCV pada alat ukur)
tertera skala 0.1 , 0.25 , 2.5 , 10 , dst. Skala tersebut adalah skala yang akan digunakan untuk
membaca hasil pengukuran, Semua skala dapat digunakan untuk membaca, Hanya saja tidak semua
skala dapat memberikan atau memperlihatkan nilai yang diinginkan, misalnya kita mempunyai
Baterai 9 Volt DC, kemudian kita mengatur SAKLAR PEMILIH untuk Memilih SKALA
TEGANGAN DC pada posisi 2,5 dan menghubungkan TERMINAL Merah dengan positif (+)
baterai dan Hitam dengan Negatif (-) baterai. Apa yang akan terjadi?? Jarum akan bergerak ke Ujung
Kanan dan tidak menunjukkan angka 9Volt, Mengapa Demikian?? Sebab NILAI MAKSIMAL yang
dapat diukur bila kita memposisikan Saklar Pemilih pada skala 2.5 adalah hanya 2.5 Volt saja,
sehingga untuk mengukur Nilai 9Volt maka saklar harus di putar menuju Skala yang LEBIH BESAR
sari NILAI Tegangan yang di Ukur, jadi Putar pada Posisi 10 dan Alat ukur akan menunjukkan nilai
yang diinginkan. Untuk melakukan suatu pengukuran listrik, Posisi alat ukur pada rangkaian juga
Mesti dan Hal wajib yang harus di perhatikan agar pembacaan alat ukur tidak salah. Pemasangan
Alat ukur yang salah /Tidak benar memberikan hasil pengukuran yang TIDAK BENAR dan bukan
kurang tepat, jadi ini sangat perlu di perhatikan. Posisi alat ukur saat mengukur TEGANGAN
(Voltage) Pada saat mengukur tegangan baik itu teggangan AC maupun DC, maka Alat ukur mesti di
pasang Paralel terhadap rangkaian. Maksud paralel adalah kedua terminal pengukur ( Umumnya
berwarna Merah untuk positif (+) dan Hitam untuk Negatif (-) harus membentuk suatu titik
percabangan dan bukan berjejer (seri) terhadap beban. Pemasangan yang benar dapat dilihat pada
gambar berikut:
Memasang Multimeter Paralel

1. Posisi alat ukur saat mengukur ARUS (Ampere)


Untuk melakukan pengukuran ARUS yang mesti diperhatikan yaitu Posisi terminal harus dalam
kondisi berderetan dengan Beban, Sehingga untuk melakukan pengukuran arus maka rangkaian
mesti di Buka / diputus / Open circuit dan kemudian menghubungkan terminal alat ukur pada
titik yang telah terputus tersebut. Pemasanngan yang benar dapat dilihat pada gambar:

Memasang Multimeter SERI

2. Posisi alat ukur saat mengukur Hambatan (Ohm)


Yang mesti diketahui saat pngukuran tahanan ialah JANGAN PERNAH MENGUKUR NILAI
TAHANAN SUATU KOMPONEN SAAT TERHUBUNG DENGAN SUMBER. Ini akan
merusak alat ukur. Pengukurannya sangat mudah yaitu tinggal mengatur saklar pemilih ke
posisi Skala OHM dan kemudian menghubungkan terminal ke kedua sisi komponen (Resistor)
yang akan di ukur.

Memasang Multimeter untuk mengukur tahanan

Kali ini saya tidak akan membahas mengenai mengapa alat ukur di pasang paralel saat mngukur tegangan dan
Seri pada saat mengukur Arus, sebab itu lebih kompleks kecuali ada yang membutuhkannya. Hal ini erat
kaitannya dengan Rangkaian dalam suatu alat ukur.

MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) DC


Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:

1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).

2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda angka yang
ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.

3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol Pengatur Nol OHM).
Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 , x10, x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan
ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah
kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.

4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Tegangan yang anda ingin ukur, ACV untuk
tegangan AC (bolak balik) dan DCV untuk tegangan DC (Searah).

5. Posisikan SKALA PENGUKURAN pada nilai yang paling besar terlebih dahulu seperti 1000 atau 750 jika
anda TIDAK TAHU berapa nilai tegangan maksimal yang mengalir pada rangkaian.

6. Pasangkan alat ukur PARALEL terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.

7. Baca Alat ukur.

Cara Membaca Nilai Tegangan yang terukur:

1. Misalkan Nilai tegangan yang akan diukur adalah 15 VOLT DC (Belum kita ketahui sebelumnya, itulah saya
katakan Misalnya).

2. Kemudian Kita memposisikan saklar pemilih pada posisi DCV dan memilih skala paling besar yang tertera
yaitu 1000. Nilai 1000 artinya Nilai tegangan yang akan diukur bisa mencapai 1000Volt.

3. Saat memperhatikan Alat ukur maka Dalam Layar penunjuk jarum tidak terdapat skala terbesar 1000 yang
ada hanya 0-10, 0-50, dan 0-250. Maka Untuk memudahkan membaca perhatikan skala 0-10 saja.

4. Skala penunjukan 0-10 berarti saat jarum penunjuk tepat berada pada angka 10 artinya nilai
tegangan yang terukur adalah 1000 Volt, jika yang di tunjuk jarum adalah angka 5 maka nilai
tegangan sebenarnya yang terukur adalah 500 Volt, begitu seterusnya.
5. Kembali Pada Kasus no. 1 dimana nilai tegangan yang akan diukur adalah hanya 15 Volt sementara
kita menempatkan saklar pemilih pada Posisi 1000, maka jarum pada alat ukur hanya akan bergerak
sedikit sekali sehingga sulit bagi kita untuk memperkirakan berapa nilai tegangan sebenarnya yang
terukur. Untuk itu Pindahkan Saklar Pemilih ke Nilai Skala yang dapat membuat Jarum bergerak
lebih banyak agar nilai pengukuran lebih akurat.
6. Misalkan kita menggeser saklar pemilih ke Posisi 10 pada skala DCV. Yang terjadi adalah, jarum
akan bergerak dengan cepat ke paling ujung kanan. Hal ini disebabkan nilai tegangan yang akan di
ukur LEBIH BESAR dari nilai Skala maksimal yang dipilih. Jika Hal ini di biarkan terus menerus
maka alat ukur DAPAT RUSAK, Jika jarum alat ukur bergerak sangat cepat ke kanan, segera
pisahkan alat ukur dari rangkaian dan ganti Skala SAKLAR PEMILIH ke posisi yang lebih Besar.
Saat saklar Pemilih diletakkan pada angka 10 maka yang di perhatikan dalam layar penunjukan
jarum adalah range skala 0-10, dan BUKAN 0-50 atau 0-250.

7. Telah saya jelaskan bahwa saat memilih skala 10 untuk mengukur nilai tegangan yang lebih besar
dari 10 maka nilai tegangan sebenarnya tidak akan terukur / diketahui. Solusinya adalah Saklar
Pemilih di posisikan pada skala yang lebih besar dari 10 yaitu 50. Saat memilih Skala 50 pada skala
tegangan DC (tertera DCV), maka dalam Layar Penunjukan Jarum yang mesti di perhatikan adalah
range skala 0-50 dan BUKAN lagi 0-10 ataupun 0-250.
8. Saat Saklar pemilih berada pada posisi 50 maka Jarum Penunjuk akan bergerak Tepat di tengah
antara Nilai 10 dan 20 pada range skala 0-50 yang artinya Nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur
bernilai 15 Volt.
Perhatikan gambar berikut:
Nilai tegangan Terlihat Benar

9. Untuk mengetahui berapa nilai tegangan yang terukur dapat pula menggunakan RUMUS:

Jadi misalnya, tegangan yang akan di ukur 15 Volt maka:

Tegangan Terukur = (50 / 50) x 15

Nilai Tegangan Terukur = 15


Contoh I.

Saat melakukan pengukuran ternyata Jarum Alat Ukur berada pada posisi seperti yang terlihat pada gambar:

Berapakah Nilai
tegangan DCV
yang terukur saat
Saklar Pemilih
berada pada
Posisi:

1. 2.5
2. 10
3. 50
4. 1000
Jawab:

1. Skala saklar pemilih = 2.5


Skala terbesar yang dipilih = 250
Nilai yang ditunjuk jarum = 110 (perhatikan skala 0-250)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (2.5/250)x 110 = 1.1 Volt
2. Skala saklar pemilih = 10
Skala terbesar yang dipilih = 10
Nilai yang ditunjuk jarum = 4.4 (perhatikan skala 0-10)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (10/10)x 4.4 = 4.4 Volt
3. Skala saklar pemilih = 50
Skala terbesar yang dipilih = 50
Nilai yang ditunjuk jarum = 22 (perhatikan skala 0-50)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (50/50)x 22 = 22 Volt
4. Skala saklar pemilih = 1000
Skala terbesar yang dipilih = 10
Nilai yang ditunjuk jarum = 4.4 (perhatikan skala 0-10)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (1000/10)x 4.4 = 440 Volt

MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) AC


1. Untuk mengukur Nilai tegangan AC anda hanya perlu memperhatikan Posisi Sakelar Pemilih
berada pada SKALA TEGANGAN AC (Tertera ACV) dan kemudian memperhatikan Baris skala
yang berwarna Merah pada Layar Penunjuk Jarum.
2.
Selebihnya
sama
dengan

melakukan pengukuran Tegangan DC di atas.

MENGUKUR ARUS LISTRIK (Ampere) DC


Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:

1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).


2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0)
3. Lakukan Kalibrasi alat ukur
4. Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Arus DCA
5. Pilih SKALA PENGUKURAN yang diinginkan seperti 50 Mikro, 2.5m , 25m , atau 0.25A.
6. Pasangkan alat ukur SERI terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.
7. Baca Alat ukur (Pembacaan Alat ukur sama dengan Pembacaan Tegangan DC diatas)

MENGUKUR NILAI TAHANAN / RESISTANSI RESISTOR (OHM)


1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda angka
yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol Pengatur
Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 , x10, x100, x1k, atau x10k
selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum
AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala OHM yang diinginkan yaitu pada
x1 , x10, x100, x1k, atau x10k, Maksud tanda x (kali /perkalian) disini adalah setiap nilai yang
terukur atau yang terbaca pada alat ukur nntinya akan di KALI kan dengan nilai Skala OHM
yang dipilih oleh saklar Pemilih.
5. Pasangkan alat ukur pada komponen yang akan di Ukur. (INGAT JANGAN PASANG ALAT
UKUR OHM SAAT KOMPONEN MASIH BERTEGANGAN)
6. Baca Alat ukur.

Cara membaca OHM METER

1. Untuk membaca nilai Tahanan yang terukur pada alat ukur Ohmmeter sangatlah mudah.

2. Anda hanya perlu memperhatikan berapa nilai yang di tunjukkan oleh Jarum Penunjuk dan kemudian
mengalikan dengan nilai perkalian Skala yang di pilih dengan sakelar pemilih.

3. Misalkan Jarum menunjukkan angka 20 sementara skala pengali yang anda pilih sebelumnya dengan
sakelar pemilih adalah x100, maka nilai tahanan tersebut adalah 2000 ohm atau setara dengan 2 Kohm.

Misalkan pada gambar berikut terbaca nilai tahanan suatu Resistor:

Kemudian saklar
pemilih
menunjukkan
perkalian skala
yaitu x 10k maka
nilai resistansi
tahanan / resistor
tersebut adalah:

Nilai yang di
tunjuk jarum =
26

Skala pengali = 10 k

Maka nilai resitansinya = 26 x 10 k

= 260 k = 260.000 Ohm

Daftar Pustaka
Aldin/ 2013. Belajar Mengenal dan Menggunakan Avo. (Online) http://aldinkstel.blogspot.com/2013/10/belajar-
mengenal-dan-menggunakan-avo.html (diakses 6 Februari 2015)
Anonim. 2012. Cara Membaca Nilai Resistor. (Online) http://resistor777.blogspot.com/p/cara-membaca-
nilai-resistor.html (diakses 6 Februari)

Anonim.2012. Fungsi Avometer untuk Pengukuran. (Online)


http://www.wahanaponsel.com/articles/basic_repairing/fungsi-avo-meter-untuk-pengukuran.html (diakses 6
Februari 2015)

Anda mungkin juga menyukai