Resistor adalah suatu alat elektronika yang berfungsi sebagai tahanan. Dalam rumus, resistor
dilambangkan dengan tanda R (Resistance) yang memiliki hubungan dekat juga dengan rumus V = I x
R. Resistor memiliki satuan (ohm). Resistor memiliki nilai tahanannya tersendiri, dan terdapat dua
cara menghitung nilai tahanan resistor yaitu ada yang menggunakan pita/gelang warna resistor, dan ada
juga yang menggunakan kode angka. Baik, langsung saja ini adalah cara cepat menghitung nilai
resistor.
a. 4 Gelang Warna
Contoh :
Pita ke-1 adalah warna coklat (1)
Pita ke-2 adalah wana merah (2)
Pita ke-3 adalah warna orange (1000)
Pita ke-4 adalah warna emas (5%)
Jadi didapatkan nilainya adalah 12.000 dengan toleransi 5% atau 12 k toleransi 5%.
b. 5 Gelang Warna
1. Pita ke-1, Pita ke-2, dan Pita ke-3 adalah angka nilai tahanan
2. Pita ke-4 adalah perkalian jumlah angka nol
3. Pita ke-5 adalah nilai toleransi
c. 6 Gelang Warna
4. Pita
ke-6
adalah koefisien suhu
Untuk cara membaca resistor dengan kode angka sendiri adalah sebagai berikut :
Resistor dengan 3 digit. Angka pertama dengan angka kedua adalah nilai tahanan resistor, dan
untuk angka ketiga adalah angka pengali.
Contoh :
102 = 10 x 100 = 1.000
301 = 30 x 10 = 300
140 = 14 x 1 = 14
Namun untuk nilai resistor SMD dengan nilai resistansi dibawah 10 biasanya ditandai antara
batas nilai koma dengan huruf R.
Contoh :
3R5 = 3,5
0R5 = 0,5
0R05 = 0,05
Untuk resistor SMD sendiri ada yang memiliki nilai 0000 atau 0 biasanya digunakan sebagai
jumper pada sebuah rangkaian dengan tidak memiliki nilai hambatan atau 0.
Cara menghitung resistor merujuk pada tabel di bawah ini, baik itu 4, 5, atau 6 warna. Kita hanya perlu
mencocokkan warna dari resistor dengan tabel.
Sebelum memahami cara menghitung resistor kita perlu memahami dulu komponen resistor 4 warna, 5
warna, dan 6 warna.
Gelang 1 = Coklat ( 1 )
Gelang 2 = Hitam ( 0 )
Gelang 3 = Merah ( 102)
Gelang 4 = emas ( 5 % )
Nilai resistor tersebut adalah : 10 X 102= 1000 = 1 K 5 %
Cara Menghitung Resistor 5 Warna
kita pakai contoh resistor dengan warna sebagai berikut
Gelang 1 = Merah ( 2 )
Gelang 2 = Kuning ( 4 )
Gelang 3 = Hitam (0)
Gelang 4 = Merah ( 102)
Gelang 5 = Hijau ( 0,5 % )
Nilai resistor tersebut adalah : 240 X 102= 24000 = 24 K 0,5 %
Cara Menghitung Resistor 6 Warna
anda mempunyai resistor 6 warna misalnya sebagai berikut
Gelang 1 = Merah ( 2 )
Gelang 2 = Kuning ( 4 )
Gelang 3 = Hitam (0)
Gelang 4 = Merah ( 102)
Gelang 5 = Hijau ( 0,5 % )
Gelang 6 = Orange (15ppm/derajat celcius)
Nilai resistor tersebut adalah : 240 X 102= 24000 = 24 K 0,5 % 15 ppm/derajat
Sebagai contoh, untuk resistor dengan nilai 330 ohm, 5% maka cincin warnanya adalah orange,
orange, coklat dan emas. Penjelasan: orange dan orange mewakili angka (33); sedangkan coklat adalah
pengali (multiplier) (10) dan emas adalah toleransi (5%). Sedemikian sehingga nilainya 33*10 = 330?.
Jika gelang ke tiga diubah ke warna merah, maka pengali (multiplier) akan menjadi 100, sehingga
nilainya 33100 = 3300 ohm = 5.6 k ohm. = 5k6 ohm
Jika cincin pengali (multiplier band) adalah emas atau perak, kemudian desimal poin akan
digeser ke kiri satu atau dua tempat (dibagi dengan 10 atau 100).
Sebagai contoh, sebuah resistor dengan cincin hijau, biru, perak dan emas mempunyai nilai 56*0.01 =
0.56?.
Catatan: 20% resistors hanya mempunyai 3 cincin artinya, cincin toleransi (cincin ke empat tanpa
warna).
Multimeter adalah alat yang berfungsi untuk mengukur Voltage (Tegangan), Ampere (Arus
Listrik), dan Ohm (Hambatan/resistansi) dalam satu unit. Terdapat 2 jenis Multimeter dalam
menampilkan hasil pengukurannya yaitu Analog Multimeter (AMM) dan Digital Multimeter (DMM).
Sehubungan dengan tuntutan akan keakurasian nilai pengukuran dan kemudahan pemakaiannya serta
didukung dengan harga yang semakin terjangkau, Digital Multimeter (DMM) menjadi lebih populer
dan lebih banyak dipergunakan oleh para Teknisi Elektronika ataupun penghobi Elektronika. Avometer
berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya
voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. O artinya ohm, untuk mengukur ohm atau hambatan.
Terakhir, yaitu meter atau satuan dari ukuran. AVO Metersering disebut dengan Multimeter atau
Multitester. Secara umum, pengertian dari AVO meter adalah suatu alat untuk mengukur arus, tegangan,
baik tegangan bolak-balik (AC) maupun tegangan searah (DC) dan hambatan listrik. AVO meter sangat
penting fungsinya dalam setiap pekerjaan elektronika karena dapat membantu menyelesaikan pekerjaan
dengan mudah dan cepat. Berdasarkan prinsip kerjanya, ada dua jenis AVO meter, yaitu AVO meter
analog (menggunakan jarum putar / moving coil) dan AVO meter digital (menggunakan display
digital). Kedua jenis ini tentu saja berbeda satu dengan lainnya, tetapi ada beberapa kesamaan dalam
hal operasionalnya. Misal sumber tenaga yang dibutuhkan berupa baterai DC dan probe / kabel
penyidik warna merah dan hitam. Pada AVO meter digital, hasil pengukuran dapat terbaca langsung
berupa angka-angka (digit), sedangkan AVO meter analog tampilannya menggunakan pergerakan jarum
untuk menunjukkan skala. Sehingga untuk memperoleh hasil ukur, harus dibaca berdasarkan range atau
divisi. AVO meter analog lebih umum digunakan karena harganya lebih murah dari pada jenis AVO
meter digital.
A. AVOMETER DIGITAL
2. Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah disambungkan dengan alat ukur.
4. Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya terpasang terbalik karena
display dapat memberitahu.
a) Mengukur tegangan DC
3. Di bawah tulisanDCV.A, ada tulisan kecil "hfe", garis skala ini untuk membaca nilai hfe dari sebuah
transistor, ini jarang digunakan.
Ada selektor switch (tombol selektor) yang kita putar sesuai keinginan kita, ingin mengukur tegangan
AC/DC, arusa DC atau ingin mengukur hambatan serta nilai hfe dari sebuah transistor.
Jika mengukur DC, pastikan probe merah ke positif rangkaian atau sering disebut Vcc dan probe merah
ke bagian negatif rangkaian atau sering disebu Ground (GND). Sebelum mulai kita atur knop pemutar sesuai
besar tegangan yang kita ukur, namun selalu pertama kali tempat ke nilai tertinggi, jika tidak terbaca maka
turunkan, sampai jarum penunjuk bergerak dan bisa terbaca. Di gambar selektor switch tersebut memperlihatkan
nilai tertinggi tegangan yang dapat terukur adalah 1000 Volt, jika jarum penunjuk skala tidak bergerak, mungkin
tegangan yang kita baca terlalu kecil, sehingga kita harus merubah selektor switch menjadi lebih kecil.
misalkan kita mengukur tegangan sebuah rangkaian, multimeter terlihat seperti gambar berikut: maka kita bisa
menghitung nilai tegangannya, pada gambar kanan di skala terbaca 2,65, skala tertinggi 10, dan gambar kiri
selektor switch menunjukkan nilai 0,5, maka dapat kita hitung:
V=skala yang ditunjuk jarum penunjuk/skala terbesar X selektor switch.
V=2,65/10X0,5
V=0,1325 Volt
Yang dimaksud Multimeter atau Avometer adalah Alat ukur Listrik yang memungkinkan kita untuk mengukur
besarnya Besaran listrik yang ada pada suatu rangkaian baik itu Tegangan, Arus, maupun Nilai
Hambatan/Tahanan. AVOmeter adalah singkatan dari Ampere Volt Ohm Meter, jadi hanya terdapat 3 komponen
yang bisa diukur dengan AVOmeter sedangkan Multimeter , dikatakan multi sebab memiliki banyak besaran
yang bisa di ukur, misalnya Ampere, Volt, Ohm, Frekuensi, Konektivitas Rangkaian (putus ato tidak), Nilai
Kapasitif, dan lain sebagainya. Terdapat 2 (dua) jenis Multimeter yaitu Analog dan Digital, yang Digital sangat
mudah pembacaannya disebabkan karena Multimeter digital telah menggunakan angka digital sehingga begitu
melakukan pengukuran Listrik, Nilai yang diinginkan dapat langsung terbaca asalkan sesuai atau Benar cara
pemasangan alat ukurnya. Mari mengenal bagian-bagian Multimeter atau Avometer agar lebih memudahkan
dalam memahami tulisan selanjutnya:
Bagian-Bagian Multimeter
1. SEKRUP PENGATUR JARUM, Sekrup ini dapat di putar dengan Obeng atau plat kecil, Sekrup ini
berfungsi mengatur Jarum agar kembali atau tepat pada posisi 0 (NOL), terkadang jarum tidak pada
posisi NOL yang dapat membuat kesalahan pada pengukuran, Posisikan menjadi NOL sebelum
digunakan.
2. TOMBOL PENGATUR NOL OHM. Tombol ini hampir sama dengan Sekrup pengatur jarum, hanya
saja bedanya yaitu Tombol ini digunakan untuk membuat jarum menunjukkan angka NOL pada saat
Saklar pemilih di posisikan menunjuk SKALA OHM. Saat saklar pemilih pada posisi Ohm biasanya
pilih x1 pada skala Ohm kemudian Hubungkan kedua ujung TERMINAL (Ujung terminal Merah
bertemu dengan Ujung terminal Hitam) dan Lihat pada Layar penunjuk, Jarum akan bergerak ke
KANAN (Disitu terdapat angka NOL (0), Putar tombol pengatur Nol Ohm sampai jarum
menunjukkan angka NOL). Proses ini dinamakan KALIBRASI OhmMeter. Hal ini Muthlak
dilakukan sebelum melakukan pengukuran tahanan (OHM) suatu komponen atau suatu rangkaian.
3. SAKLAR PEMILIH. Saklar ini harus di posisikan sesuai dengan apa yang ingin di UKUR, misalnya
bila ingin mengukur tegangan AC maka atur/putar saklar hingga menyentuh skala AC yang pada alat
ukur tertulis ACV, Begitu pula saat mengukur tegangan DC, cari yang tertulis DCV, begitu
seterusnya. Jangan Salah memilih Skala Pengukuran.
Pada setiap bagian SKALA PENGUKURAN yang dipilih dengan Saklar Pemilih, terdapat Nilai-
nilai yang tertera pada alat ukur, Misalnya Pada Skala Tegangan AC (tertulis ACV pada alat ukur)
tertera skala 10, 50, 250, dan 750 begitu pula pada Skala Tegangan DC (tertulis DCV pada alat ukur)
tertera skala 0.1 , 0.25 , 2.5 , 10 , dst. Skala tersebut adalah skala yang akan digunakan untuk
membaca hasil pengukuran, Semua skala dapat digunakan untuk membaca, Hanya saja tidak semua
skala dapat memberikan atau memperlihatkan nilai yang diinginkan, misalnya kita mempunyai
Baterai 9 Volt DC, kemudian kita mengatur SAKLAR PEMILIH untuk Memilih SKALA
TEGANGAN DC pada posisi 2,5 dan menghubungkan TERMINAL Merah dengan positif (+)
baterai dan Hitam dengan Negatif (-) baterai. Apa yang akan terjadi?? Jarum akan bergerak ke Ujung
Kanan dan tidak menunjukkan angka 9Volt, Mengapa Demikian?? Sebab NILAI MAKSIMAL yang
dapat diukur bila kita memposisikan Saklar Pemilih pada skala 2.5 adalah hanya 2.5 Volt saja,
sehingga untuk mengukur Nilai 9Volt maka saklar harus di putar menuju Skala yang LEBIH BESAR
sari NILAI Tegangan yang di Ukur, jadi Putar pada Posisi 10 dan Alat ukur akan menunjukkan nilai
yang diinginkan. Untuk melakukan suatu pengukuran listrik, Posisi alat ukur pada rangkaian juga
Mesti dan Hal wajib yang harus di perhatikan agar pembacaan alat ukur tidak salah. Pemasangan
Alat ukur yang salah /Tidak benar memberikan hasil pengukuran yang TIDAK BENAR dan bukan
kurang tepat, jadi ini sangat perlu di perhatikan. Posisi alat ukur saat mengukur TEGANGAN
(Voltage) Pada saat mengukur tegangan baik itu teggangan AC maupun DC, maka Alat ukur mesti di
pasang Paralel terhadap rangkaian. Maksud paralel adalah kedua terminal pengukur ( Umumnya
berwarna Merah untuk positif (+) dan Hitam untuk Negatif (-) harus membentuk suatu titik
percabangan dan bukan berjejer (seri) terhadap beban. Pemasangan yang benar dapat dilihat pada
gambar berikut:
Memasang Multimeter Paralel
Kali ini saya tidak akan membahas mengenai mengapa alat ukur di pasang paralel saat mngukur tegangan dan
Seri pada saat mengukur Arus, sebab itu lebih kompleks kecuali ada yang membutuhkannya. Hal ini erat
kaitannya dengan Rangkaian dalam suatu alat ukur.
2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda angka yang
ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol Pengatur Nol OHM).
Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 , x10, x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan
ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah
kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Tegangan yang anda ingin ukur, ACV untuk
tegangan AC (bolak balik) dan DCV untuk tegangan DC (Searah).
5. Posisikan SKALA PENGUKURAN pada nilai yang paling besar terlebih dahulu seperti 1000 atau 750 jika
anda TIDAK TAHU berapa nilai tegangan maksimal yang mengalir pada rangkaian.
6. Pasangkan alat ukur PARALEL terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.
1. Misalkan Nilai tegangan yang akan diukur adalah 15 VOLT DC (Belum kita ketahui sebelumnya, itulah saya
katakan Misalnya).
2. Kemudian Kita memposisikan saklar pemilih pada posisi DCV dan memilih skala paling besar yang tertera
yaitu 1000. Nilai 1000 artinya Nilai tegangan yang akan diukur bisa mencapai 1000Volt.
3. Saat memperhatikan Alat ukur maka Dalam Layar penunjuk jarum tidak terdapat skala terbesar 1000 yang
ada hanya 0-10, 0-50, dan 0-250. Maka Untuk memudahkan membaca perhatikan skala 0-10 saja.
4. Skala penunjukan 0-10 berarti saat jarum penunjuk tepat berada pada angka 10 artinya nilai
tegangan yang terukur adalah 1000 Volt, jika yang di tunjuk jarum adalah angka 5 maka nilai
tegangan sebenarnya yang terukur adalah 500 Volt, begitu seterusnya.
5. Kembali Pada Kasus no. 1 dimana nilai tegangan yang akan diukur adalah hanya 15 Volt sementara
kita menempatkan saklar pemilih pada Posisi 1000, maka jarum pada alat ukur hanya akan bergerak
sedikit sekali sehingga sulit bagi kita untuk memperkirakan berapa nilai tegangan sebenarnya yang
terukur. Untuk itu Pindahkan Saklar Pemilih ke Nilai Skala yang dapat membuat Jarum bergerak
lebih banyak agar nilai pengukuran lebih akurat.
6. Misalkan kita menggeser saklar pemilih ke Posisi 10 pada skala DCV. Yang terjadi adalah, jarum
akan bergerak dengan cepat ke paling ujung kanan. Hal ini disebabkan nilai tegangan yang akan di
ukur LEBIH BESAR dari nilai Skala maksimal yang dipilih. Jika Hal ini di biarkan terus menerus
maka alat ukur DAPAT RUSAK, Jika jarum alat ukur bergerak sangat cepat ke kanan, segera
pisahkan alat ukur dari rangkaian dan ganti Skala SAKLAR PEMILIH ke posisi yang lebih Besar.
Saat saklar Pemilih diletakkan pada angka 10 maka yang di perhatikan dalam layar penunjukan
jarum adalah range skala 0-10, dan BUKAN 0-50 atau 0-250.
7. Telah saya jelaskan bahwa saat memilih skala 10 untuk mengukur nilai tegangan yang lebih besar
dari 10 maka nilai tegangan sebenarnya tidak akan terukur / diketahui. Solusinya adalah Saklar
Pemilih di posisikan pada skala yang lebih besar dari 10 yaitu 50. Saat memilih Skala 50 pada skala
tegangan DC (tertera DCV), maka dalam Layar Penunjukan Jarum yang mesti di perhatikan adalah
range skala 0-50 dan BUKAN lagi 0-10 ataupun 0-250.
8. Saat Saklar pemilih berada pada posisi 50 maka Jarum Penunjuk akan bergerak Tepat di tengah
antara Nilai 10 dan 20 pada range skala 0-50 yang artinya Nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur
bernilai 15 Volt.
Perhatikan gambar berikut:
Nilai tegangan Terlihat Benar
9. Untuk mengetahui berapa nilai tegangan yang terukur dapat pula menggunakan RUMUS:
Saat melakukan pengukuran ternyata Jarum Alat Ukur berada pada posisi seperti yang terlihat pada gambar:
Berapakah Nilai
tegangan DCV
yang terukur saat
Saklar Pemilih
berada pada
Posisi:
1. 2.5
2. 10
3. 50
4. 1000
Jawab:
1. Untuk membaca nilai Tahanan yang terukur pada alat ukur Ohmmeter sangatlah mudah.
2. Anda hanya perlu memperhatikan berapa nilai yang di tunjukkan oleh Jarum Penunjuk dan kemudian
mengalikan dengan nilai perkalian Skala yang di pilih dengan sakelar pemilih.
3. Misalkan Jarum menunjukkan angka 20 sementara skala pengali yang anda pilih sebelumnya dengan
sakelar pemilih adalah x100, maka nilai tahanan tersebut adalah 2000 ohm atau setara dengan 2 Kohm.
Kemudian saklar
pemilih
menunjukkan
perkalian skala
yaitu x 10k maka
nilai resistansi
tahanan / resistor
tersebut adalah:
Nilai yang di
tunjuk jarum =
26
Skala pengali = 10 k
Daftar Pustaka
Aldin/ 2013. Belajar Mengenal dan Menggunakan Avo. (Online) http://aldinkstel.blogspot.com/2013/10/belajar-
mengenal-dan-menggunakan-avo.html (diakses 6 Februari 2015)
Anonim. 2012. Cara Membaca Nilai Resistor. (Online) http://resistor777.blogspot.com/p/cara-membaca-
nilai-resistor.html (diakses 6 Februari)