TB PARU RELAPS
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami hadiahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat dan Karunia-Nya makalah laporan kasus yang berjudul MDR-TB ini dapat
supervisor dan kepada pembimbing kami dr. Saulina Sembiring yang membantu
dan penatalaksanaan pasien yang dirawat di ruang rawat inap penyakit dalam
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena
itu kami dengan besar hati menerima saran dan kritik yang membangun demi
terima kasih.
Hormat kami,
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular melalui udara yang
disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis (MTB). TB biasanya
mempengaruhi paru-paru tetapi juga dapat mempengaruhi organ lain dari tubuh.
Biasanya diobati dengan regimen obat yang diambil selama enam bulan sampai
dua tahun, tergantung pada jenis infeksi.
4
Tuberculosis Primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersihkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel
infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk, dan kelembapan. Bila partikel
infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran nafas atau
jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5
mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian oleh
makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag
keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Dari sini dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang
bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil
dan disebut sarang primer atau afek primer (focus) Ghon. Sarang primer ini dapat
terjadi di setiap bagian jaringan paru dan bisa juga menuju organ lain di luar paru.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis local) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening
(limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis local+ limfadenitis regional
membentuk kompleks primer (Ranke). Semua proses ini selanjutnya dapat
menjadi :
Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat
Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotic,
kalsifikasi di hilus, dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang
dormant
Berkomplikasi dan menyebar secara : perkontinuitatum, bronkogen,
limfogen, dan hematogen.
5
gagal ginjal. Tuberculosis pasca primer ini dimulai dengan sarang dini yang
berlokasi di regio atas paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior).
Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang dini ini mula-mula juga terbentuk sarang pneumoni kecil. Dalam 3-
10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari
sel-sel histiosit dan sel datia-langhans (sel besar dengan banyak inti) yang
dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda
menjadi TB usia tua. Tergantung dari jumlah kuman, virulensinya dan imunitas
pasien, sarang ini dapat menjadi :
Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
Sarang yang meluas, tapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan
fibrosis. Sarang dini yang meluas sebagai granuloma berkembang
menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami
nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju
dibatukkan keluar akan terjadi kavitas.
Di sini lesi sangat kecil, tetapi bakteri sangat banyak.kavitas dapat meluas
kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk ke
dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB milier. Lesi ini juga dapat
memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma, menjadi cair dan
kavitas lagi. Dapat juga menyembuh dengan membungkus diri menjadi kecil.
6
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut
adalah batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
3. Sesak napas. Sesak napas ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya meliputi setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada. Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
5. Malaise. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu
makan, badan makin kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam,
dan lain-lain.
Pemeriksaan fisik
7
ronki basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrate diliputi oleh penebalan
pleura, suara napas menjadi vesikuler melemah. Pada efusi pleura akibat TB Paru
menimbulkan suara napas yang melemah sampai tidak terdengar sama sekali pada
auskultasi toraks.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Untuk pemeriksaan TB paru, semua pasien susupek TB diperiksa 3
spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu. Diagnosis TB
paru ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pemeriksaan dahak
mikroskopis juga digunakan untuk menilai keberhasilan pengobatan dan
menentukan potensi penularan.
Sewaktu : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung
pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
Pagi : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua , segera setalah
bangun tidur.
Sewaktu : dahak dikumpulkandi UPK pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi.
b. pemeriksaan biakan (kultur TB)
berfungsi untuk mengidentifikasi M.tuberkulosis ( gold standard), dan
untuk mengetahui apakah kuman BTA pada pasien tersebut masih peka/sensitive
terhadap OAT yang digunakan atau sudah persisten. Indikasi kultur TB dan uji
resistensi OAT :
Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis
Pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak
Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda
c. Pemeriksaan Radiologis
Lokasi lesi tuberkulosis biasanya di apeks paru (segmen apikal lobus atau
segmen apikal lobus bawah), tetpai dapat juga, mengenai lobus bawah (bagian
inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberkulosis
endobronkial).
8
Pada awal penyakit, gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti
awan dan dengan batas-batas yang tida tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat
maka bayangan terlihat berupa bulatan batas yang tegas. Lesi ini disebut
tuberkuloma.
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis.
Lama-lama dinding jadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis
terlihat bayang yang bergaris-garis. Pada kalsifikasi bayangannya tampak sebagai
bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
Indikasi pemeriksaan foto thoraks adalah :
Hanya ada 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus
ini foto thoraks diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA
positif
Ketiga specimen dahak negative setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negative dan tidak ada perbaikan
setelah pemberiaan antibiotic non OAT.
Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti : penumothoraks, pleuritis
eksudativa, efusi perikarditis, atau efusi pleura) dan hemoptisis berat,
untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma.
9
2.5. Klasifikasi Penyakit Dan Tipe Pasien
10
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB memerlukan defenisi
kasus yang meliputi 4 hal :
1. lokasi : organ tubuh yang sakit, TB Paru atau TB ekstraparu
2. bakteriologi : TB BTA positif atau TB BTA negative
3. tingkat keparahan penyakit : TB ringan atau TB berat
4. riwayat pengobatan TB sebelumnya : TB baru atau TB sudah pernah
diobati
Ada beberapa tipe pasien berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, yaitu :
a. kasus baru : pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan (4 minggu)
b. kasus kambuh (relaps) : pasien TB yang sebelumnya pernah mendapatkan
pengobatan lengkap/dinyatakan sembuh, didiagnosis kembali dengan BTA positif.
c. kasus putus berobat (default) : pasien yang telah berobat dan putus berobat
2 bulan atau lebih dengan BTA positif
d. kasus gagal (failure) : pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan ke lima atau lebih selama
pengobatan.
e. pindahan (transfer in) : pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki
register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
f. lain-lain : semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas. Dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan
masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
11
Pengobatan TB DepKes RI 2007
Tujuan pengobatan TB
Prinsip Pengobatan
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap
(OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
12
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam
2 bulan.
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama.
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
13
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien
dalam satu (1) masa pengobatan.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
1) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping.
2) Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
14
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Tahap Lanjutan 3
kali seminggu
Tahap Intensif tiap hari RHZE
Berat RH
Berat badan (150/75/400/275) + S
(150/150) +
E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu
2 tab 4KDT + 500
2 tab 2KDT + 2
30-37 kg mg Streptomisin 2 tab 4KDT
tab Etambutol
inj.
3 tab 4KDT + 750
3 tab 2KDT + 3
38-54 kg mg Streptomisin 3 tab 4KDT
tab Etambutol
inj.
4 tab 4KDT + 1000
4 tab 2KDT + 4
55-70 kg mg Streptomisin 4 tab 4KDT
tab Etambutol
inj.
5 tab 4KDT +
5 tab 2KDT + 5
71 kg 1000mg 5 tab 4KDT
tab Etambutol
Streptomisin inj.
15
Intensif
(dosis 1 bulan 1 1 3 3 - - 28
harian)
Tahap
Lanjutan
4 bulan 2 1 - 1 2 - 60
(dosis 3x
semggu)
Catatan:
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin
adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori
1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
16
d @ li
n @ 450 id @ 500 ol @ 250
n n 300 menela
mgr mgr mgr
mgr n obat
Tahap
intensif
1 bulan 1 1 3 3 28
(dosis
harian)
Terapi Pembedahan
Indikasi operasi
1. Indikasi mutlak
a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak tetap positif
b. Pasien batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi
secara konservatif
2. Indikasi relatif
a. Pasien dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang
b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
c. Satu kaviti yang menetap
17
mikoskopis lebih baik dibandingkan dengan dengan pemeriksan radiologis dalam
pemantauan kemajuan pengobatan. Untuk memantau kemajuan pengobatan
dilakukan pemeriksaan spesimen sebayak dua kali (sewaktu dan pagi). Hasil
pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 spesimen tersebut negatif. Bila salah
satu spesimen atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tesebut
dinyatakan positif.
2. Pasien baru BTA negatif dan foto thoraks mendukung TB, dengan
pengobatan kategori 1(Pada minggu terakhir bulan ke 2, ke 5 dan ke 6).
18
19
Hasil pengobatan pasien TB BTA positif :
Sembuh
Pengobatan lengkap
Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap
tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal
Meninggal
Adalah pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab
apapun.
20
Pindah
Adalah pasien yang pindah berobat ke unit pengobatan lain (dengan
register kartu TB 03) dan hasil pengobatannya tidak di ketahui.
Default (Putus Berobat/lalai)
Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut turut atau lebih sebelum
masa pengobatan selesai dengan BTA positif
Gagal
Pasien yang hasil pemerisaan dahaknya tetap positif pada bulan ke lima
atau lebih selama pengobatan
Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
Komplikasi dini :
Pleuritis
Efusi pleura
Empiema
Laryngitis
TB usus
Komplikasi lanjut :
21
MDR TB adalah bentuk TB yang resistan terhadap obat di mana bakteri
TBC tidak lagi dapat dibunuh oleh sekurang-kurangnya dua antibiotik terbaik,
isoniazid (INH) dan rifampisin (RIF), biasanya digunakan untuk menyembuhkan
TB. Akibatnya, bentuk ini penyakit ini lebih sulit untuk mengobati daripada TB
biasa dan membutuhkan sampai dua tahun multidrug pengobatan.
Faktor risiko:
Terapi TB yang tidak sukses
Terapi TB yang terputus
Regimen OAT sebagai terapi TB tidak tepat
Durasi terapi TB tidak tepat
Prevalensi TB yang tinggi
HIV + tidak sebagai faktor tunggal
Tanda-tanda MDR-TB
22
M.tuberculosis) kepada satu obat anti-TB yang dapat terjadi resistensi terhadap
beberapa atau semua jenis obat yang berada pada famili yang sama.
23
Pada terapi MDR-TB, fase intensif didefinisikan sebagai lamanya
pengobatan dengan menggunakan agen injeksi. Agen injeksi harus dilanjutkan
selama 6 bulan , dan sekurangnya 4 bulan setelah pasien pertama kali pemeriksaan
kultur dan smear negatif. Melihat kembali hasil kultur, smear, x-ray, dan status
klinis dapat membantu dalam memutuskan apakah terapi dilanjutkan atau tidak.
BAB III
ANAMNESIS
Automentesi Heternoment
24
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Deskripsi :
Hal ini telah dialami OS dalam 1 bulan ini, batuk berdahak warna putih kental
(+), batuk darah (-), nyeri dada (+) saat OS batuk. Sesak nafas (+) dialami OS
dalam 1 bulan ini, sesak tidak berhubungan dengan aktivitas dan cuaca, keringat
malam (+) Mencret (+) dialami OS dalam 1 minggu ini, frekuensi 3x/ hari,
lendir (-), darah (-). BAK (+) normal.
Riwayat penggunaan narkoba suntik (-), riwayat transfusi darah (-), riwayat free
sex disangkal OS.
RPT : TB Paru 4 tahun yang lalu bronkitis tahun 2004, asma (+)
RPO : OAT selama 2 tahun hingga tuntas, dinyatakan sembuh berdasarkan
klinis
Antibiotik (+)
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Laki-laki Perempuan
Kakek-Nenek
X as ASASasX Ayah-Ibu
Asm Pasien
a HTN
25
Anak
RIWAYAT PRIBADI
Riwayat imunisasi
Riwayat alergi Tahun Jenis imunisasi
Tahun Bahan / obat Gejala - Tidak jelas
Debu+) Bersin &
batuk
26
Pernafasan : sesak nafas Sistem saraf:
Dalam batas normal
Payudara: dalam batas normal Emosi : terkontrol
DESKRIPSI UMUM
Ringan Sedang Berat
Kesan Sakit
Gizi:
Berat Badan : 43 Kg Tinggi Badan: 175 Cm
IMT : 14,05 kg/m3, Kesan : underweight
TANDA VITAL
KULIT :
v
Dalam batas normal
KEPALA DAN LEHER: Simetris; Rambut: hitam
TVJ: R-2 cmH2O; Trakea: medial, Pembesaran KGB (-), Struma (-)
TELINGA
27
RONGGA MULUT DAN TENGGOROKAN
MATA
TORAKS
Depan Belakang
Inspeksi Simetris fusiformis Simetris
Palpasi SF kanan = kiri, SF kanan = kiri
Perkusi Sonor memendek lapangan atas Sonor memendek lapangan atas
kedua paru kedua paru
Auskultasi SP: bronchial SP: bronchial
ST: ronchi basah lapangan atas ST: ronchi basah lapangan atas
kedua paru kedua paru
JANTUNG
Batas Jantung Relatif: Atas: ICR III Sinistra
Kanan: LSD
Kiri: : 1 cm medial LMCS
Jantung : HR : 80x /i, reguler, M1>M2 ,A2>A1 ,P2>P1 ,A2>P2, desah(-)
ABDOMEN
Inspeksi : Simetris
Palpasi : soepel, H/L/R tidak teraba
Perkusi : timpani, pekak hati (-), pekak beralih (-)
Auskultasi : peristaltik (+), double sound (-)
PUNGGUNG
Simetris, tapping pain (-)
EKSTREMITAS:
Superior : oedem (-) / (-)
Inferior : oedem (-) / (-)
ALAT KELAMIN:
Tidak dilakukan pemeriksaan
28
REKTUM:
Tidak dilakukan pemeriksaan
NEUROLOGI:
Refleks Fisiologis (+) Normal
Refleks Patologis (-)
BICARA:
Jelas
PEMERIKSAAN LAB :
Darah rutin : Hb 14,3 g/dl; Leukosit: 4.000 L /mm3; Ht: 44.7L%; Trombosit: 240
L/mm3, MCV 95.3 fL; MCH 30,5 pg ; MCHC 32, g/dl
RFT : Ureum 16 mg/dl, Creatinin 1.0 mg/dl
LFT : SGOT 18 IU/L, SGPT 1.4 IU/L
KGD Adrandom 103 mg/dl
Urinalisa ruangan
Warna urine kuning Protein (-) Reduksi (-) Bilirubin (-) Urobilinogen (-)
29
2. ANAMNESIS : (Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit Dahulu,
Riwayat Pengobatan,
Riwayat Penyakit Keluarga, Dll.)
Seorang pria usia 37 tahun datang ke RSUP HAM dengan keluhan batuk yang dialami oleh OS
selama 1 bulan ini, batuk berdahak warna ptutih kental, pasien merasa nyeri ketika batuk (+),
sesak nafas (+) dalam 1 bulan ini, keringat malam (+). Riwayat konsumsi antibiotik (+) dan
OAT (+) selama 2 tahun. Mencret (+) dalam 1 minggu ini 3x/hari. Penurunan BB (+) dalam 1
bulan ini. Pada pemeriksaan fisik thoraks dijumpai sonor memendek pada lapangan atas kedua
paru dan ronchi basah (+)
RENCANA AWAL
Nama Penderita : Arman Surya Pasaribu No. RM. : 4 2 3 9
Rencana yang akan dilakukan masing-masing masalah (meli
penatalaksanaan dan edukasi)
Rencana
No. Masalah Rencana Diagnosa Rencana Terapi
Monitor
1. TB Paru Relaps - Rapid test
Ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Kultur klinis
Cotrimaxazol 2 x 960 mg
- Tuberculin test
Ambroxal 3 x tab
- Foto thoraks PA
Paracetamol 3 x 500 mg
- BTA
Streptomisin 750 mg 1 amp/hari
30
Tanggal S O A P
Terapi
-
-
Sens : CM
-
TB Paru relaps + diare
TD : 100/60 -
akut
17-03-
Mencret Nadi : 86x/i dd : TB paru dengan
10 -
T : 36,7oC infeksi sekunder + colitis
TB
Pernafasan : 25x/i
31
-
-
-
Nadi : 80x/i
-
T : 35,3oC
Pernafasan : 24x/i
32
-
-
-
Sens: CM -
Temp: 35,00C -
Sens: CM
-
22-03- Batuk TD: 100/50 mmHg -
TB Paru Relaps
10 -
RR: 20x/i Dd : TB Paru MDR
-
HR: 80x/i
-
T: 35,10C
33
Sens: CM
TD: 100/50 mmHg
-
RR: 222x/i
-
HR: 80x/i TB Paru Relaps + fibrosis
-
T: 360C paru kanan
23-03- batuk -
Dd : TB Paru MDR
10 -
-
Sens: CM -
TD: 90-100/50 mmHg -
24s/d batuk RR: 24-28x/i -
25-03- HR: 64-80x/i TB Paru Relaps + fibrosis -
10 T: 35,2-36,00C paru kanan
Dd : TB Paru MDR -
34
-
-
Sens: CM
-
TD: 100-110/50-60 mmHg
TB Paru Relaps + fibrosis -
RR: 16-22x/i
paru kanan + efusi pleura -
HR: 76-80x/i
dekstra -
T: 36,1-370C
26&27- batuk Dd : TB Paru MDR
03-10 -
-
-
DAFTAR MASALAH
Nama Penderita : Arman Surya Pasaribu 4 2 3 9 7
No. RM
NO Tanggal Ditemukan Masalah Selesai/tanggal Terkontr
1. 17-03-2010 TB Paru Relaps + 19-03-201
diare akut
35
2. 22-03-2010 TB Paru Relaps
3. 23-03-2010 TB Paru Relaps +
fibrosis paru kanan
4. 26-03-2010 TB Paru Relaps
+fibrosis paru
kanan + efusi pleura
Kesimpulan :
Seorang laki-laki, 37 tahun dengan diagnose TB Paru Relaps
Prognosis :
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanactionam : dubia ad malam
DAFTAR PUSTAKA
Penanggulangan Tuberkulosis.
36