Dalam era globalisasi dewasa ini dituntut tersedianya sumber daya manusia
yang mampu bekerja secara profesional dalam segala bidang termasuk upaya
pelayanan kesehatan. Peranan tenaga kesehatan sangat menentukan
keberhasilan pelaksanaan program pembangunan di bidang kesehatan. Guna
menghasilkan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan baik dari segi
kuantitas dan kualitas diperlukan pengelolaan pendidikan yang profesional.
Saya menyambut baik terbitnya Standar Lahan Praktik Lapangan Diploma III
Refraksionis Optisien ini, karena standar ini akan merupakan rambu-rambu bagi
institusi pendidikan dalam mengelola penyelenggaraan pembelajaran di lahan
praktik. Selain itu perlu disadari bahwa dalam pendidikan tenaga kesehatan
hampir 60% dari proses pembelajaran adalah pembelajaran praktik.
TENTANG
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4586);
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
4. Peraturan Pemerintahan Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4496);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157);
7. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa;
8. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : OT.02.03/I/4/03440.1 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi
dan tatalaksana Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/MENKES/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 890/Menkes/Per/VIII/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Politeknik Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1988/Menkes/Per/IX/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Kesehatan;
13. Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Nomor
HK.02.05/I/III/2/02938/2012 tentang Kurikulum Program Pendidikan Diploma III Refraksi Optisi.
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR LAHAN PRAKTIK
PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN UNTUK DIPLOMA III REFRAKSI OPTISI;
Kedua : Standar Lahan Praktik Pendidikan Tenaga Kesehatan untuk Diploma III Refraksi Optisi sebagaimana
dimaksud dalam Diktum Kesatu, tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Keputusan ini;
Ketiga : Standar Lahan Praktik Pendidikan Tenaga Kesehatan untuk Diploma III Refraksi Optisi sebagaimana
dimaksud dalam Diktum Kedua digunakan untuk Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan Jenjang Pendidikan
Diploma III Refraksi Optisi;
Keempat : Standar Lahan Praktik Pendidikan Tenaga Kesehatan untuk Diploma III Refraksi Optisi terdiri dari Standar
Lahan Praktik Pendidikan Diploma III Refraksi Optisi dan Standar Praktik Berdasarkan Kompetensi
Pendidikan Diploma III Refraksi Optisi
Kelima : Standar Lahan Praktik Pendidikan Tenaga Kesehatan untuk Diploma III Refraksi Optisi sebagaimana
dimaksud dalam Diktum Keempat, terdiri dari :
a. Kriteria Lahan Praktik;
b. Pembimbing;
c. Instruktur;
d. Sasaran dan Target Pencapaian;
Keenam : Standar Lahan Praktik Berdasarkan Kompetensi Pendidikan Tenaga Kesehatan untuk Diploma III Refraksi
Optisi, berisi tentang Kompetensi, Sub Kompetensi, Kebutuhan Lahan Praktik dan Kriteria Lahan Praktik.
Kutujuh : Standar Lahan Praktik Pendidikan Tenaga Kesehatan untuk Diploma III Refraksi Optisi sebagaimana
dimaksud dilakukan secara berkesinambungan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal
diperlukan penatalaksanaan pembelajaran baik teori maupun parktik yang efektif dan efisien.
Ditetapkan di : JAKARTA
2 NOPEMBER 2012
Pada Tanggal :
Tembusan :
1. Menteri Kesehatan;
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan;
3. Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan;
4. Para Dirjen di Lingkungan Kementerian Kesehatan;
5. Para eselon II di Lingkungan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan;
6. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan;
7. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi seluruh Indonesia;
8. Para Direktur Politeknik Kesehatan Seluruh Indonesia;
9. Direktur Akademi / Penyelenggara Program Diploma III Refraksi Optisi.
A. Latar Belakang
Salah satu upaya kesehatan yang harus dicapai adalah upaya kesehatan
mata dan pencegahan kebutaan dalam rangka optimalisasi fungsi
penglihatan masyarakat dengan melibatkan tenaga kesehatan yang mampu
C. Dasar Hukum
Standar lahan praktik ini disusun mengacu pada landasan hukum sebagai
berikut:
1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4301);
2. Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4586);
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Tahun Nomor 5063);
D. Pengertian
1. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab,
yang dimiliki seseorang sebagai syarat kemampuan untuk mengerjakan
tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu;
2. Praktik Lapangan Diploma III Refraksi Optisi adalah Pembelajaran yang
dilaksanakan dilahan praktik pelayanan kesehatan, optikal dan industri
(lensa, frame dan lensa kontak) dalam jangka waktu tertentu;
3. Standar Praktik adalah Kriteria minimal yang harus dipenuhi dalam
melaksanakan pembelajaran praktik untuk mencapai kompetensi peserta
didik;
Standar lahan praktik lapangan adalah standar minimal yang harus dipenuhi
dalam melaksanakan pembelajaran praktik lapangan untuk mencapai
kompetensi peserta didik.
Lahan praktik yang dipilih harus memenuhi kompetensi yang akan dicapai
oleh peserta didik. Adapun kriteria lahan praktik lapangan sebagai berikut ini:
BKMM/BKIM 4
PUSKESMAS 4
KLINIK MATA 4
OPTIKAL 3
B. Pembimbing
1. Sasaran
1) Seperangkat Tang
2) Seperangkat Obeng
3) Pemanas Bingkai Kacamata
4) Pembersih Lensa Kacamata
5) Mesin Facet Manual
6) Ultrasonic Cleaner
7) Spheromater
8) Pengukur Tebal Lensa ( Thickness Gauge )
c. Peralatan Pelayanan Lensa Kontak
Standar lahan Praktik Diploma III Refraksi Optisi mengacu pada kompetensi
Kurikulum Pendidikan Diploma III Refraksi Optisi Tahun 2012. Untuk
pencapaian kompetensi tersebut dibutuhkan lahan praktik secara spesifik
mempunyai kriteria yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
Kebutuhan Lahan
No Kompetensi Sub Kompetensi Kriteria Lahan Praktik
Praktik
1. Melakukan 1.1. Melakukan anamnesa A. Lahan praktik A. Lahan praktik
Pemeriksaan 1.2. Mengidentifikasi posisi bidang Refraksi : bidang Refraksi :
Pendahuluan bola mata Rumah Sakit
Rumah Sakit Khusus Memiliki / Supervisi :
1.3. Memeriksa tajam pengli-
Mata
hatan jauh dan dekat BKMM/BKIM 1) Dr. Spesialis Mata
1.4. Memeriksa lapang pan- Puskesmas/PKM 2) Refraksionis
dang Klinik Mata Optisien/
Optikal Optometris
2. Melakukan 2.1 Melakukan persiapan
Refraksi Objektif pemeriksaan Memiliki Sarana &
B. Lahan Praktik Prasarana pendukung
2.2 Melakukan pemeriksaan
Bidang Optisi : yang berkaitan dengan
2.3 Menetapkan hasil peme- Laboratorium Lensa kebutuhan praktik
riksaan Industri Lensa refraksi ( refraksi
2.4 Mencatat hasil peme- Industri Bingkai obyektif dan subyektif )
riksaan Kacamata
Optikal B. Lahan Praktik
3. Melakukan 3.1 Melakukan persiapan Bidang Optisi :
Refraksi Subjektif C. Lahan Praktik
pemeriksaan
Bidang Lensa Memiliki :
3.2 Melakukan pemeriksaan Kontak :
3.3 Menetapkan hasil peme- - Optikal 1. Memiliki tenaga
riksaan - Laboratorium Lensa laboratorium yang
3.4 Mencatat hasil pemerik- Kontak terkualifikasi.
saan
2. Refraksionis
4. Melakukan 4.1 Melakukan persiapan Optisien/Optometris
pemeriksaan pemeriksaan
penglihatan 3.Memiliki Sarana &
4.2 Memeriksa tajam Prasarana pendukung
binokuler
Standar lahan praktik Pendidikan Diploma III Refraksi Optisi merupakan acuan
bagi civitas akademika yang bertanggung jawab terhadap mata kuliah dan
pembelajaran praktik. Disamping itu, Standar lahan praktik ini juga sebagai
acuan bagi para pembimbing dilahan praktik dalam upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran praktik secara optimal yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas lulusan.
Standar lahan praktik Pendidikan Diploma III Refraksi Optisi digunakan sebagai
acuan yang bersifat umum, dalam mengelola program pembelajaran praktik
bagi pendidikan program Diploma III Refraksi Optisi. Dalam implementasi
program pembelajaran praktik perlu dijabarkan secara khusus dalam pedoman
lahan praktik sesuai kebutuhan proses pembelajaran praktik dan kondisi
setempat tanpa mengabaikan Implementasi kurikulum.
Standar Lahan Praktik Diploma III Refraksi Optisi ini berhasil disusun atas
partisipasi aktif dan kontribusi positif dari berbagai pihak, antara lain:
Tingkat Pusat :
Dr. Donald Pardede, MPPM; Dr. Asjikin Iman Hidayat Dachlan, MHA; Dra.
Trini Nurwati, M.Kes; Sri Sunarsih, DFM, Msi; Asep Fithri Hilman, S.Si, M.Pd;
Ismawiningsih, SKM, MKM; Yuyun Widyaningsih, S.Kep, MKM; Eric Irawati,
S.SiT; Ns I Ratnah, S.Kep; Dora Handyka, S.ST; Matadih, S.Sos.
Tingkat Daerah :
Dian Leila Sari, AmdRO, SPd, M.Kes (ARO LEPRINDO Jakarta); Benny
Sulistyono, AMd.RO (ARO Kartika Indera Persada Jakarta); Sri Wahyu
Budoyo Kusumo, AMd.RO, SE (ARO GAPOPIN Jakarta); Yusron
Shirmohammad, AMd.RO, SKM (ARO Surabaya); Sjaiful Anwar, AMd.RO,
SKM (ARO Surabaya); Timantha Ginting, AMd.RO, SPd (ARO Yayasan
Binalita Sudama Medan); Zulianti, AMd.RO, SKM (ARO Yayasan Binalita
Sudama Medan); Mochammad Kholil, AMd.RO, SKM (Prodi Diploma III
Refraksi Optisi STIKES Widya Husada Semarang); A.Bunyamin, AMd.RO
(Prodi Diploma III Refraksi Optisi Stikes Widya Husada Semarang);
Bunyamin R.A, A.Md.RO, SE (ARO Kartika Indera Persada Jakarta); Purna
Kurniawan, AMd.RO (ARO GAPOPIN Jakarta).
LAMPIRAN I
SURAT PERJANJIAN KERJASAMA
ANTARA
.......................................
DENGAN
.......................................
TENTANG
LAHAN PRAKTIK
No : ............................................
2. Nama :
Jabatan : Pudir I
Instansi : ARO
Alamat :
Yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
Kedua belah pihak setuju dan sepakat untuk mengadakan perjanjian kerjasama lahan
praktik bagi peserta didik institusi Akademi Refraksi optisi dengan ketentuan dan syarat
syarat sebagaimana tercantum dalam pasal pasal dibawah ini :
Pasal 1
KETENTUAN UMUM
Pasal 2
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK PERTAMA bersama PIHAK KEDUA mengadakan perjanjian dalam bidang jenis
pelayanan bagi peserta didik Institusi Akademi Refraksi Optisi........... sesuai dengan
standar lahan praktik yang tidak dapat dipisahkan dari perjanjian ini
Pasal 3
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 4
HAK
Pasal 5
KEWAJIBAN
Pasal 6
PELAKSANAAN KEGIATAN
Pasal 7
PEMBAYARAN
Pasal 8
PELAPORAN DAN PENGAWASAN
1. PELAPORAN
a. Peserta praktik membuat laporan kegiatan.
b. Instruktur / pembimbing membuat laporan kegiatan
2. PENGAWASAN
Pengawasan kegiatan praktik dilakukan oleh instruktur dan pembimbing secara
bersama sama.
Pasal 9
JANGKA WAKTU PERJANJIAN
Pasal 10
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJASAMA
1. Surat perjanjian kerjasama ini tidak berlaku lagi setelah berakhirnya masa
perjanjian kerjasama.
2. Salah satu pihak dapat memutuskan kerjasama dengan alasan yang jelas.
Pasal 11
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Apabila timbul perbedaan pendapat atau perselisihan antara kedua belah pihak dalam
pelaksanaan perjanjian kerjasama ini akan diselesaikan secara musyawarah.
Pasal 12
PENUTUP
1. Hal hal yang belum ditentukan atau memerlukan penyelesaian lebih lanjut akan
ditetapkan kemudian oleh kedua belah pihak yang akan dituangkan kedalam
suatu addendum yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari perjanjian ini.
2. Setiap perubahan yang menyangkut ketentuan dalam isi perjanjian ini harus
disepakati terlebih dahulu oleh kedua belah pihak.
Perjanjian ini dibuat dan ditanda tangani di ........... pada hari dan tanggal tersebut pada
awal perjanjian ini, dalam rangkap 2 ( dua ) bermaterai Rp. 6.000 ( enam ribu rupiah )
dan masing masing memiliki kekuatan hukum yang sama.
(..........................................................) (..........................................................)
LAMPIRAN II
LAPORAN EVALUASI PESERTA PRAKTIK
NAMA :
NIM :
INSTITUSI :
TEMPAT PRAKTIK :
INSTRUKTUR :
PEMBIMBING :
REFRAKSI
KOMPETENSI PENILAIAN
1 2 3 4 KET
Melakukan Pemeriksaan Pendahuluan
Melakukan Refraksi Objektif
Melakukan Refraksi Subjektif
Melakukan pemeriksaan penglihatan binokuler
OPTISI
KOMPETENSI PENILAIAN
1 2 3 4 KET
Mengolah Resep Kacamata
Melakukan Pemilihan Bingkai Kacamata
Melakukan Pemilihan Lensa Kacamata
Melakukan penyetelan kacamata
Melakukan Verifikasi (QC) Lensa dan Kacamata
Melakukan Tatalaksana Pelayanan Refraksi Optisi
LENSA KONTAK
KOMPETENSI PENILAIAN
1 2 3 4 KET
Melakukan Pemasangan Lensa Kontak Uji Coba
Melakukan Pesanan Lensa Kontak
Melakukan Bimbingan Pemakaian Lensa Kontak
KET : Mengetahui,
1. Kurang INSTRUKTUR
2. Cukup
3. Baik
4. Sangat Baik ( )
LAMPIRAN III
LAPORAN TARGET PESERTA PRAKTIK
NAMA :
NIM :
INSTITUSI :
TEMPAT PRAKTIK :
INSTRUKTUR :
PEMBIMBING :