Mengelola Pembiayaan Dalam Bank Syariah PDF
Mengelola Pembiayaan Dalam Bank Syariah PDF
ANGGARAN PERBANKAN
MENGELOLA PEMBIAYAAN DALAM BANK SYARIAH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Mengelola
Pembiayaan Dalam Bank Syariah dengan baik dan lancar .
Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan
pemahaman pembaca terhadap Mengelola Pembiayaan Dalam Bank Syariah.
Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah,
serta penarikkan garis kesimpulan dalam makalah ini .
Makalah Mengelola Pembiayaan Dalam Bank Syariah ini disajikan dalam
konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam
memahami makalah ini. Dengan makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami
mengenai Mengelola Pembiayaan Dalam Bank Syariah.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dosen pembimbing mata
kuliah Anggaran Perbankan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk berkarya menyusun makalah Mengelola Pembiayaan Dalam Bank Syariah.
Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan bantuan berupa konsep dan pemikiran dalam penyusunan makalah ini .
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, kritik dan
masukan sangat penulis harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu
makalah ini .
Metro, 20 Oktober 2013
Penulis
Kelompok 4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 16
B. Saran ..................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Penulisam
Tujuan dari makalah ini
A. Pengertian Pembiayaan
B. Tujuan Pembiayaan
1) Mencari Keuntungan
3) Membantu Pemerintah
C. Fungsi Pembiayaan
D. Unsur-Unsur Pembiayaan
1) Capital (Modal)
Kemampuan pemohon untuk menyediakan modal/ kemampuan keuangan
calon secara umum
2) Capacity (kemampuan)
Kemampuan calon nasabah untuk mengelola usahanya
3) Character (kepribadian)
4) Collateral (agunan)
H. Jaminan Kredit
Adanya risiko kerugian di mana nasabah tidak sanggup lagi untuk membayar
semua kewajibannya baik untuk sementara waktu atau selamanya harus segera
diantisipasi oleh dunia perbankan, kalau tidak maka sudah dapat
dipastikan kredit tersebut macet alias tidak terbayar lagi. Ketidakmampuan
nasabah dalam melunasi kreditnya, dapat ditutupi dengan suatu jaminan kredit.
Fungsi jaminan kredit adalah untuk melindungi bank dari kerugian. Dengan
adanya jaminan kredit di mana nilai jaminan, biasanya melebihi nilai kredit maka
bank akan aman.
Dalam praktiknya yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur
adalah sebagai berikut :
a. Jaminan dengan barang-barang
1)Tanah
2) Bangunan
3) Kendaraan bermotor
4) Mesin-mesin/peralatan
5) Barang dagangan
6) Tanaman/kebun/sawah
7) Dan barang-barang berharga lainnya.
b. Jaminan surat berharga seperti:
1) Sertifikat Saham
2) Sertifikat Obligasi
3) Sertifikat Tanah
4) Sertifikat Deposito
5) Promes
6) Wesel
7) Dan surat berharga lainnya
c. Jaminan orang atau perusahaan.
Jaminan yang diberikan oleh seorang atau perusahaan kepada bank
terhadap fasilitas kredit yang diberikan. Apabila kredit tersebut macet maka
orang atau perusahaan yang memberikan jaminan itulah yang diminta
pertanggungjawabannya atau menanggung risiko.
d. Jaminan asuransi.
Bank menjaminkan kredit tersebut kepada pihak asuransi, terutama
terhadap phisik obyek kredit, seperti kendaraan, gedung dan lainnya. Apabila
terjadi kehilangan, maka pihak asuransilah yang akan menanggung kerugian
tersebut.
I. Proses Adminstrasi Pembiayaan Syariah
Administrasi merupakan pengelolaan mengenai pencatatan. Penyimpanan
dokumen dan pembuatan laporan yang berhubungan dengan pemberian fasilitas
pembiayaan. Administrasi pembiayaan merupakanrangkaian kegiatan hubungan
beberapa komponen yang saling terkait antara satu dan lainnya, seperti software,
brainware (SDM) dan hardware.
Proses administrasi menghasilkan output berupa system informasi. Dengan
demikian fungsi administrasi pembiayaan adalah :
1. data/informasi dari manajemen
2. alat komunikasi antara bank dengan debitur
3. Sebagai instrument pengawasan pembiayaan
4. Sebagai pertanggungan jawab
5. Sebagai alat bukti apabila terjadi sengketa
6. Sumber dana untuk laporan berkala.
2 blog.ub.ac.id/pamuladila/
J. Pengamanan Pembiayaan Syariah
Secara sederhana dapat diaktakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang
dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat
adalah bank yang menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat , dapat
menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaranlalu lintas pembayaran
serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakan,
terutama kebijakan moneter.
Prinsip 5C di dalam pelaksanaannya dituangkan dalam rambu-
rambukesehatan bank atau biasa disebut prudential standart. Rambu-
rambu kesehatan ini lebih ditujukan agar bank wajib memelihara tingkat kesehatan
bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan kegiatan
usaha
Bank adalah sebagai sebuah lembaga penghimpun dana masyarakat guna
menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana, dapat
melakukan kegiatan usahanya dengan aman. Sehingga bank tersebut selalu terjaga
kondisinya dalam keadaan sehat. Dengan demikian rambu-rambu kesehatan bank
harus mendapatkan perhatian yang cermat dari setiap bank, baik bank syariah
maupun bank konvensional.
Diabaikannya rambu-rambu kesehatan bank oleh bank-bank yang berdasarkan
prinsip Islam memberikan dampak kerugian yang jauh lebih besar dibandingkan
apabila hal itu dilakukan oleh bank konvensional. Hal ini terjadi karena alasan
berikut:
Pertama, Resiko yang dihadapi oleh bank Islam dalam hal pembiayaan
diberikan berdasarkan akad mudharabah kepada nasabahnya, jauh lebih besar
dibandingkan resiko yang dihadapi oleh bank konvensional yang memberikan
pembiayaan dengan agunan. Sehingga bank Islam hanya mengandalkan first way
out, yaitu pendapatan (reveneu) bisnis nasabah (debitur) karena dalam pembiayaan
akad mudharabah dalam prinsipnya tidak boleh meminta agunana dari nasabah.
Sedangkan bank konvensional sumber pelunasan pembiayaan berasal dari first way
out yaitu pendapatan bisnis itu sendiri dan juga mengandalkan second way out yaitu
berupa agunan atau jaminan pembiayaan, bila pembiayaan mengalami kegagalan atau
macet.
Kedua, Apabila terjadi kegagalan pada pembiayaan yang diberikan oleh bank
Islam, antara lain dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, nasabah tidak
berkewajiban mengembalikan dana bank tersebut apabila terjadi sesuatu dengan
usaha nasabah yang dikarekan faktor yang di luar kemampuannya. Contohnya pada
akad mudharabah, bank Islam yang harus memikul resiko kehilangan dana yang telah
diberikan kepada mudharib(nasabah).
Jenis-jenis rambu-rambu kesehatan bank yang harus diperhatikan oleh bank
khususnya dalam menjalankan usahanya, yaitu adalah salah satu dengan analisis
pembiayaan. Bahwa bank syariah wajib memiliki dan menerapkan pedoman
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia, demikian menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
Tentang Perbankan Pasal 8 Ayat 2.45 Bank harus mengajukan penilaian awal saat
nasabah mengajukan permohonan pembiayaan dengan berpedoman kepada prinsip
5C.3
Berbagi hasil dalam bank syariah menggunakan istilah nisbah bagi hasil, yaitu
proporsi bagi hasil antara nasabah dan bank syariah. Misalnya, jika customer service
bank syariah menawarkan nisbah bagi hasil Tabungan sebesar 65:35. Itu artinya
nasabah bank syariah akan memperoleh bagi hasil sebesar 65% dari return investasi
yang dihasilkan oleh bank syariah melalui pengelolaan dana-dana masyarakat di
3 Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, op. cit, hal. 348
sektor riil. Sementara itu bank syariah akan mendapatkan porsi bagi hasil sebesar
35%. Bagaimana menghitung nisbah bagi hasil tersebut? Untuk produk
pendanaan/simpanan bank syariah, misalnya Tabungan dan Deposito, penentuan
nisbah bagi hasil dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: jenis produk simpanan,
perkiraan pendapatan investasi dan biaya operasional bank. Hanya produk simpanan
dengan skema investasi (mudharabah) yang mendapatkan return bagi hasil.
Sementara itu untuk produk simpanan dengan skema titipan (wadiah), return yang
diberikan berupa bonus.
Pertama-tama dihitung besarnya tingkat pendapatan investasi yang dapat
dibagikan kepada nasabah. Ekspektasi pendapatan investasi ini dihitung oleh bank
syariah dengan melihat performa kegiatan ekonomi di sektor-sektor yang menjadi
tujuan investasi, misalnya di sektor properti, perdagangan, pertanian, telekomunikasi
atau sektor transportasi. Setiap sektor ekonomi memiliki karakteristik dan performa
yang berbeda-beda, sehingga akan memberikan return investasi yang berbeda-beda
juga. Sebagaimana layaknya seorang investment manager, bank syariah akan
menggunakan berbagai indikator ekonomi dan keuangan yang dapat mencerminkan
kinerja dari sektoral tersebut untuk menghitung ekspektasi /proyeksi return investasi.
Termasuk juga indikator historis (track record) dari aktivitas investasi bank syariah
yang telah dilakukan, yang tercermin dari nilai rata-rata dari seluruh jenis
pembiayaan yang selama ini telah diberikan ke sektor riil. Dari hasil perhitungan
tersebut, maka dapat diperoleh besarnya pendapatan investasi dalam bentuk
equivalent rate- yang akan dibagikan kepada nasabah misalnya sebesar 11%.
Selanjutnya dihitung besarnya pendapatan investasi yang merupakan bagian
untuk bank syariah sendiri, guna menutup biaya-biaya operasional sekaligus
memberikan pendapatan yang wajar. Besarnya biaya operasional tergantung dari
tingkat efisiensi bank masing-masing. Sementara itu, besarnya pendapatan yang wajar
antara lain mengacu kepada indikator-indikator keuangan bank syariah yang
bersangkutan seperti ROA (Return On Assets) dan indikator lain yang relevan. Dari
perhitungan, diperoleh bahwa bank syariah memerlukan pendapatan investasi -yang
juga dihitung dalam equivalent rate- misalnya sebesar 6 %.
Dari kedua angka tersebut, maka kemudian nisbah bagi hasil dapat dihitung.
Porsi bagi hasil untuk nasabah Dari kedua angka tersebut, maka kemudian nisbah
bagi hasil dapat dihitung. Porsi bagi hasil untuk nasabah adalah sebesar: [11% dibagi
(11%+6%)] = 0.65 atau sebesar 65%. Dan bagi hasil untuk bank syariah sebesar: [6%
dibagi (11%+6%)] = 0.35 atau sebesar 35%. Maka nisbah bagi hasilnya kemudian
dapat dituliskan sebagai 65:35.
Tentu saja dalam prakteknya nasabah tidak perlu terlalu pusing dengan
perhitungan bagi hasil semacam ini. Masyarakat hanya tinggal menanyakan berapa
rate indikatif dari Tabungan atau Deposito yang diminatinya. Rate indikatif ini
adalah nilai equivalent rate dari pendapatan investasi yang akan dibagikan kepada
nasabah, yang dinyatakan dalam persentase misalnya 11% atau 8% atau 12%. Jadi
masyarakat dengan cepat dan mudah dapat menghitung berapa besar keuntungan
yang akan diperolehnya dalam menabung sekaligus berinvestasi di bank syariah.4
4
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Edukasi+Perbankan/Menghitung_Bagi_Hasil_i
B.htm?display=print
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2010).
Veithzal Rivai, Islamic Financial Management, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008).
O.P. Simorangkir, Pengantar Lembaga Keungan Bank dan Non Bank, (2004).
Rivai Veithzal, Islamic Financial Management, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008).
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Edukasi+Perbankan/Menghitung_Bagi_Hasil_
iB.htm?display=print
http://ammarawirausaha.blogspot.com/2010/04/kelayakan-pemberian-kredit.html
http://blog.ub.ac.id/pamuladia
http://syafaatmuhari.wordpress.com/tag/arah-kebijakan-bank-syariah/
Antonio,Muhammad syafii.2001.Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik.jakarta: Gema
insane
Machmud ,Amir.2010.Bank Syariah.jakarta:Erlalnggga.