Sikap Sukarno yang demikian itu tidak disenangi oleh para pemuda yang
lebih bersifat revolusioner. Oleh karena itu, para pemuda memelopori
pembentukan badan-badan perjuangan.
Sampai akhir bulan Agustus 1945, sikap hati-hati Sukarno masih tetap
dipertahankan. Hal ini terbukti pada waktu diadakan sidang PPKI tanggal 22
Agustus 1945. Untuk menghadapi situasi dalam sidang itu diputuskan, untuk
pembentukan BKR (Badan Keamanan Rakyat). BKR merupakan bagian dari
BPKKP (Badan Penolong Keluarga Korban Perang). Tujuan dibentuknya
BKR untuk memelihara keselamatan masyarakat dan keamanan di berbagai
wilayah. Oleh karena itu, BKR juga dibentuk di berbagai daerah, namun
harus diingat bahwa BKR bukan tentara. Jadi, sampai akhir bulan Agustus
1945, Indonesia belum memiliki tentara.
Angkatan Perang Inggris yang tergabung dalam SEAC (South East Asian
Command) mendarat di Jakarta pada tanggal 16 September 1945. Pasukan
ini dipimpin Laksamana Muda Lord Louis Mountbatten yang mendesak
pihak Jepang untuk mempertahankan status quo di Indonesia. Indonesia
masih dipandang sebagai daerah jajahan seperti pada masa-masa sebelum
17 Agustus 1945. Dengan demikian maka Jepang semakin keras dan berani
untuk tetap mempertahankan diri dan melawan gerakan para pemuda yang
sedang melakukan usaha perlucutan senjata dan perebutan kekuasaan.
Pada tanggal 29 September 1945, mendarat lagi tentara Inggris yang
dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christison, panglima dari AFNEI
(Allied Forces Netherlands East Indies). Kedatangan tentara AFNEI
ternyata diboncengi oleh tentara Belanda yang disebut NICA
(Netherlands India Civil Administration). Hal ini menimbulkan kemarahan
bagi bangsa Indonesia. Akhirnya, timbul berbagai insiden dan
perlawanan terhadap kekuatan asing, terutama terhadap Belanda.
perjuangan para pemuda yang bersifat
setengah militer atau setengah organisasi
politik (laskar-laskar) masih tetap diizinkan
beroperasi apabila tidak ingin bergabung ke
dalam TKR.
Sumber: 30 Tahun
Indonesia Merdeka 1945-
1960, 1995.
Gambar 5.23 Urip Sumoharjo.
pada tanggal 5 Mei 1947, Presiden mengeluarkan dekrit yang berisi tentang pembentukan
panitia yang disebut Panitia Pembentukan Organisasi Tentara Nasional. Panitia itu dipimpin
sendiri oleh Presiden Sukarno.
Setelah panitia itu bekerja, akhirnya keluar Penetapan Presiden tentang pembentukan
organisasi TNI (Tentara Nasional Indonesia). Mulai tanggal 3 Juni 1947, secara resmi telah
diakui berdirinya TNI sebagai penyempurnaan dari TRI. Segenap anggota angkatan perang yang
tergabung dalam TRI dan anggota kelaskaran dimasukkan ke dalam TNI. Dalam organisasi ini
telah dimiliki TNI Angkatan Darat (TNI AD), TNI Angkatan Laut (TNI AL), dan TNI Angkatan
Udara (TNI AU). Semua itu terkenal dengan sebutan ABRI
(Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Saat ini Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
kembali bernama Tentara Nasional Indonesia