Anda di halaman 1dari 3

MEMBANGUN TENTARA NASIONAL

Disusun oleh:

Kelompok 1

Guntur Pramudya B. W. (13030121120005)

Mila Lutfiana Anisa (13030121130040)

Galang Herdhananda (13030121130051)

Vava Ariella Aufa Azura (13030121140071)

Laras Mukti Wardani (13030121140081)

Nasywa Aqilla Hanindija Aji (13030121140091)

Program Studi Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Diponegoro

2023
Badan Keamanan Rakyat (BKR)

BKR merupakan badan yang dibentuk pada siding PPKI 22 Agustus 1945 untuk melakukan
pemeliharaan keamanan bersama rakyat. Badan ini diresmikan oleh presidn Soekarno pada
23 Agustus 1945. Anggota BKR saat itu ialah para pemuda Indonesia yang sebelumnya telah
mendapat pendidikan militer sebagai tentara Heiho, Pembela Tanah Air (PETA), KNIL dan
lain sebagainya. Meskipun banyak pemuda yang telah mendapatkan pendidikan militer,
pemerintah lebih memilih untuk tidak membuat satuan militer karena menghindari serangan
Jepang dan Sekutu yang telah memiliki kesepakatan untuk mempertahankan Indonesia dalam
status quo.

Tentara Keamanan Rakyat (TKR)

Pada tanggal 5 Oktober 1945, Pemerintah mengeluarkan maklumat pembentukan tentara


kebangsaan yang diberi nama Tentara Keamanan Rakyat. Dibentuknya TKR dilatarbelakangi
oleh situasi yang mulai tidak aman karena Sekutu kembali datang ke Indonesia. Selain itu
juga ada keinginan para anggota BKR dan pemuda pejuang karena Pemerintah RI belum juga
membentuk suatu tentara nasional Indonesia yang resmi. Awalnya markas tertinggi TKR
berada di Purwokerto, namun karena beberapa hal dipindahkan ke Yogyakarta. Meskipun
tingkatannya tentara, badan ini fungsi utamanya memelihara keamanan dalam negeri, bukan
menghadapi musuh dari luar.

Tentara Republik Indonesia (TRI)

Untuk menyempurnakan organisasi tentara menurut standar militer internasional, maka pada
tanggal 26 Januari 1946 pemerintah mengeluarkan maklumat tentang penggantian nama
Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara Republik Indonesia. Perpindahan nama ini
didasari banyak laskar perjuangan yang dibentuk oleh rakyat di daerah masing-masing. Oleh
karena itu terjadi perubahan nama untuk menegaskan bhawa satu-satunya organisasi militer
di Indonesia adalah TRI. Untuk mewujudkan tentara yang sempurna, pemerintah membentuk
suatu panitia yang disebut dengan Panitia Besar Penyelenggaraan Organisasi Tentara. Pada
tanggal 17 Mei 1946 panitia mengumumkan hasil kerjanya, berupa rancangan dan bentuk
Kementerian Pertahanan dan Ketentaraan, kekuatan dan organisasi, peralihan dari TKR ke
TRI dan kedudukan laskar-laskar dan barisan-barisan serta badan perjuangan rakyat.
Kemudian karena beberapa hal pada 3 Januari 1947 TRI beralih nama menjadi TNI.

Tentara Pelajar
Kesatuan militer yang sebagian besar terdiri para pelajar dan sebagian kecil mahasiswa ini
menjadi cikal bakal berdirinya TNI pada organisasi ikatan pelajar Indonesia. Kesatuan ini
resmi berdiri pada tanggal 3 Juni 1947 sebagai persatuan dua kekuatan bersenjata. Kemudian
pada 17 Juli 1946 pasukan pelajar ini dikukuhkan menjadi Tentara Pelajar. Setelah berjuang
mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1951 Tentara Pelajar resmi dibubarkan
dengan masing-masing anggota diberi penghargaan dari Pemerintah berupa "uang jasa",
semacam beasiswa, yang disebut KUDP dan besarnya variatif. Selain itu diberikan pilihan
untuk melanjutkan pendidikannya atau melanjutkan di TNI maupun Polri.

TNI

Pada bulan Desember 1949 TNI berubah nama menejadi APRIS. Namun ketika RIS
dibubarkan dan Indonesia kembali menjadi Negara kesatuan, pada tanggal 17 Agustus 1950
APRIS berganti nama menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI). Untuk
mencapai tingkat efektifitas dan efisiensi, pada tahun 1962 dilakukan upaya penyatuan
angkatan perang dengan kepolisian negara menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(ABRI). ABRI melakukan tugas sebagai kekuatan hankam dan kekuatan sospol dalam
menumpas pemberontakan PKI. Pada tahun 1998 terjadi perubahan situasi politik di
Indonesia, sehingga pada tanggal 1 April 1999 TNI dan Polri secara resmi dipisah menjadi
institusi yang berdiri sendiri. Sejak runtuhnya rezim Orde Baru tiga angkatan militerpun
yakni Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, dikembalikan menjadi TNI.
Terpilihnya Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai presiden tahun 1999-2001
menghapuskan Dwi Fungsi ABRI sehingga militer aktif tidak lagi melibatkan diri dalam
politik partisan untuk mendukung Golongan Karya. Fraksi TNI-Polri juga dihilangkan dari
parlemen dan militer tidak aktif lagi menempati jabatan sipil.

Anda mungkin juga menyukai