Anda di halaman 1dari 25

BAB I

GAMBARAN UMUM MATA KULIAH KEPEMIMPINAN

Untuk mempelajari Kepemimpinan, kita harus mengetahui pengertian dari

Kepemimpinan. Berikut akan saya paparkan pengertian dari istilah tersebut.

Konsep kepemimpinan pada dasarnya berasal dari kata pimpin ( Leader )

yang artinya bimbing atau tuntun. Dari kata pimpin melahirkan kata kerja

memimpin yang artinya membimbing atau menuntun, dan kata benda,

Pemimpin yaitu orang yang berfungsi memimpin atau orang yang membimbing

atau menuntun. Sedangkan kepemimpinan yaitu kemampuan seseorang dalam

mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan.

Kepemimpinan dalam birokrasi merupakan sesuatu yang sangat menentukan

berhasil tidaknya birokrasi. Coutoris mengatakan bahwa kelompok atau birokrasi

tanpa pimpinan seperti tubuh tanpa kepala, mudah tersesat kacau anarkis.

Yung berpendapat bahwa sebagian besar umat manusia memerlukan

pemimpin, bahkan mereka tidak menghendaki yang lain daripada pemimpin. Oleh

karena itu birokraasi sangat membutuhkan pemimpin yang Vioner, yaitu

pemimpin yang mempunyai visi serta pemimpin yang mau melayani bukan

dilayani.

Kartono ( 2005 ) mengatakan bahwa pemimpin adalah seorang pribadi yang

memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan

1
untuk menggerakkan orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai sasaran

tertentu.

Cooley ( 1902 ) mengatakan bahwa:

The leader is always the nucleus or tendency, and on the other hand,
all social movement, closely examined will be found to concist of
tendencies having such nucleus.

Maksudnya pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu

kecenderungan, pada kesempatan lain, semua gerakan sosial kalau diamati secara

cermat akan ditemukan kecenderungan yang memiliki titik pusat.

Kepemimpinan adalah suatu proses saling mendorong melalui keberhasilan

interaksi dari perbedaan individu, mengontrol daya manusia dalam mengejar

tujuan bersama. Dalam buku karangan Prof. Dr. Sudarwan Danim yang berjudul

Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok, menyebutkan beberapa

definisi kepemimpinan.

Farland ( 1978 ) dalam Danim ( 2004 : 55 ) mengemukakan bahwa

kepemimpinan adalah suatu proses dimana pimpinan dilukiskan akan memberi

perintah / pengaruh, bimbingan / proses mempengaruhi pekerjaan orang lain

dalam memilih & mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi kepemimpinan

merupakan sebuah fenomena yang universal, dan merupakan fenomena yang

kompleks sehingga tidak ada satu definisi kepemimpinan yang dapat dirumuskan

secara lengkap untuk mengabstraksikan perilaku sosial / interaksi manusia di

dalam organisasi.

2
Menurut Pamudji dalam bukunya Kepemimpinan Pemerintahan di

Indonesia mengemukakan bahwa Teknik Kepemimpinan adalah suatu cara yang

merupakan pola tetap untuk mempengaruhi orang - orang agar bergerak kearah

yang diinginkan si pemimpin . ( Pamudji 2001 : 114 )

Adapun teknik-teknik kepemimpinan menurut Pamudji, antara lain :

1. Teknik Pematangan atau Penyiapan Pengikut


Teknik ini dapat berupa teknik penerangan maupun propaganda. Teknik

penerangan ini dimaksudkan untuk memberikan keterangan yang jelas dan

faktual kepada orang - orang, sehingga mereka dapat memiliki keterangan

yang jelas dan dalam mengenai sesuatu hal yang menyebabkan timbulnya

kemauan untuk mengikuti pemimpin sesuai dengan rasa, hati dan akal mereka.

Hal ini berbeda dengan teknik propaganda yang berusaha untuk memaksakan

kehendak atau keinginan pemimpin, bahkan kadang - kadang bagi

pengikutnya tidak ada pilihan lain, dengan menggunakan ancaman - ancaman

hukuman ( sanksi ).

2. Teknik Human Relations


Proses atau rangkaian kegiatan memotivasi orang, yaitu keseluruhan proses

pemberian motif ( dorongan ) agar orang mau bergerak. Dalam hal ini yang

dapat dijadikan motif yaitu pemenuhan kebutuhan yang meliputi kebutuhan

fisik ( sandang, pangan, dan papan ) serta kebutuhan psikologis seperti

kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan untuk

diikut sertakan dan lain - lain. Dorongan-dorongan untuk memenuhi

3
kebutuhan tersebut menyebabkan orang - orang bersedia mengikuti pemimpin

yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan - kebutuhan tersebut.

3. Teknik Menjadi Teladan


Pemberian contoh yang baik dari pemimpin agar para bawahan dapat

mengikuti sikapnya yang baik dalam bertindak. Dengan memberikan contoh -

contoh yang baik, diharapkan orang - orang yang digerakkan mau mengikuti

apa yang dilihat. hakekat dari pemberian contoh ini diwujudkan dalam dua

aspek, yaitu aspek negatif dalam bentuk larangan - larangan atau pantangan -

pantangan dan aspek positif dalam bentuk anjuran - anjuran atau keharusan -

keharusan berbuat.

4. Teknik Persuasif dan Pemberian Perintah


Teknik persuasif atau ajakan menunjukkan kepada suatu suasana dimana

antara kedudukan pimpinan dengan bawahan tidak terdapat batasan - batasan

yang jelas, sehingga pemimpin tidak dapat menggunakan kekuatan dan

kekuasaannya, sedangkan teknik pemberian perintah yaitu menyuruh orang

yang diberi perintah untuk mematuhi yang memberi perintah melakukan

sesuatu.
Ketaatan terhadap perintah disebabkan karena wibawa pemimpin yang timbul

karena pemimpin memiliki kelebihan - kelebihan disamping pemimpin

tersebut diterima sebagai bagian dari mereka, dan mendapat kepercayaan juga

karena adanya rasa patuh atas dasar hukum di kalangan pengikut


5. Teknik Penggunaan Sistem Komunikasi yang Cocok
Teknik penggunaan sistem komunikasi yang cocok yaitu menyampaikan suatu

maksud atau keinginan kepada pihak lain baik dalam bentuk penerangan,

persuasi, perintah dan sebagainya. dalam hal ini yang terpenting bahwa apa

yang diinginkan pimpinan dalam memberikan perintah dapat dipahami dengan

4
baik oleh bawahan, sehingga tidak terjadi kekeliruan dalam melaksanakan

tugas. Biasanya komunikasi ini bersifat dua arah, yaitu dari pimpinan ke

bawahan yang berisi perintah - perintah atau informasi- informasi dan dari

bawahan ke atasan yang berisikan laporan - laporan dan saran - saran.

6. Teknik Penyediaan Fasilitas Fasilitas


Jika sekelompok orang sudah siap untuk mengikuti ajakan pemimpin maka

orang - orang tersebut harus diberi fasilitas - fasilitas dan kemudahan -

kemudahan. Adapun yang dimaksud dengan fasilitas dan kemudahan di sini

adalah:
a. Kecakapan, yang dapat diberikan melalui pendidikan dan pelatihan.
b. Uang, biasanya disediakan dalam anggaran belanja.
c. Waktu, mutlak diperlukan untuk melakukan sesuatu walaupun tersedia

fasilitas - fasilitas lainnya sedangkan waktu selalu terbatas.


d. Perlengkapan kerja.
e. Perangsang, adalah sesuatu untuk menarik sehingga dapat menimbulkan

kegairahan atau keinginan untuk memilikinya atau mendapatkannya. hal

ini dapat berupa materi seperti penghasilan tambahan dan dapat berupa

non materi berupa kebanggaan.

Perbedaan Pemimpin dan Pimpinan

Menurut Rukmana ( 2007 ) mengatakan bahwa :

1. Pemimpin adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi

orang lain dalam rangka pencapaian tujuan tertentu.


2. Sedangkan pimimpin adalah : orang yang menduduki jabatan dalam suatu

organisasi atau birokrasi.

5
3. Kepemimpinan adalah : cara atau teknik ( gaya ) yang digunakan pemimpin dalam

mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam melakukan kerjasama

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Fungsi Kepemimpinan

Secara garis besar fungsi kepemimpinan dapat dibagi atas dua macam yaitu:

1. Fungsi kepemimpinan yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai.

Misalnya:
a. Memikirkan dan merumuskan dengan teliti tujuan organisasi serta

menjelaskannya supaya anggota dapat bekerjasama untuk mencapai

tujuan.
b. Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada anggota-anggota

organisasi untuk menganalisa situasi supaya dapat dirumuskan rencana

kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi harapan baik.


c. Pemimpin berfungsi membantu anggota organisasi dalam

mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan supaya dapat

mengadakan pertimbangan yang sehat.


d. Pemimpin berfungsi memberi kepercayaan dan menyerahkan tanggung

jawab kepada anggota dalam melaksanakan tugas sesuai dengan

kemampuan masing - masing demi kepentingan bersama.


e. Memberi dorongan kepada setiap anggota organisasi untuk melahirkan

perasaan dan pikirannya, dan memilih pemikiran yang baik dan

berguna dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh organisasi.


2. Fungsi pemimpin yang berkaitan dengan penciptaan suasana pekerjaan

yang sehat dan menyenangkan, antara lain :

6
a. Pemimpin berfungsi memupuk dan memelihara kebersamaan didalam

organisasi, agar mempermudah pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan.
b. Mengusahakan suatu tempat bekerja yang menyenangkan sehingga

dpat dipupuk kegembiraan dan semangat bekerja dalam pelaksanaan

tugas.
c. Pemimpi dapat menanamkan dan memupuk perasaan para anggota

bahwa mereka termasuk dalam organisasi dan merupakan bagian dari

organisasi.

TYPE KEPEMIMPINAN

Dalam sebuah survey besar pada ratusan perusahaan besar Amerika,

diselidiki faktor-faktor apa yang membuat seseorang pimpinan atau manajer

menjadi jauh lebih berhasil dari yang lain. Ternyata bukanlah perbedaan

kemampuan analisa yang penting, tapi justru hal hal yang berkaitan dengan emosi

dan perasaan dan hubungan personal. Empat hal yang paling menonjol adalah:

Kemauan dan keuletan untuk mencapai tujuan, kemampuan untuk mengambil

inisiatif baru, kemampuan bekerjasama dan kemampuan memimpin tim.

Secara umum ada enam tipe kepemimpinan :

7
1) Visionary atau Kepemimpinan dengan Visi, yang mampu membawa orang

pada tujuan impian bersama. Tipe ini dibutuhkan pada saat terjadinya ketidak

pastian atau dibutuhknnya perubahan.

2) Coaching atau Gaya Pembinaan, yang lebih mengutamakan hubungan inter-

personalseorang dengan seorang untuk mencapai tujuan organisasi, lebih pas

untuk melestarikan kemapanan.

3) Affiliate atau Kepemimpinan Kerja sama, yang lebih mengutamakan

harmoni, sangat bagus untuk masa-masa susah dan memotivasi tim yang

sedang dalam krisis.

4) Democratic atau Kepemimpinan demokrasi, mengedepankan pendapat dan

pandangan semua orang, dan konsesus dan keinginan bersama adalah

pendapat tertinggi.

5) Pacesetting atau Kepemimpinan Memacu Kemajuan, sangat dibutuhkan

untuk memotivasi team dalam mengejar ketinggalan atau untuk mencapai

target yang luar biasa.

6) Commanding atau Kepemimpinan Otoriter, yang lebih umum dipakai

untuk mengatasi kemelut internal.

Dari enam tipe kepemimpinan itu, empat yang pertama lebih mementingkan

Emotional Intellegence, dan lebih sering berhasil dari pada dua yang terakhir.

Pemakaian dua tipe terakhir haruslah dijalankan dengan sangat berhati - hati

8
karena dalam pelaksanaannya sering membawa hasil buruk. Hanya pada situasi

khususlah kedua tipe tersebut boleh digunakan dengan hati - hati. Seorang

pemimpin dapat saja memiliki dan memakai bebarapa tipe gaya kepemimpinan

yang berbeda untuk keadaan dan saat yang berbeda.

Kepemimpinan dapat diajarkan dan dilatih, dan bukan didapat sejak lahir.

Hal ini sering diperdebatkan, dan secara ilmiah telah dibuktikan pada banyak

survey bahwa dengan pelatihan dan dalam iklim yang menunjang, seseorang dapat

berkembang dan menjadi pemimpin yang baik.

Termasuk tipe pemimpin yang seperti apakah anda? Ingatlah bahwa setiap

kita pada dasarnya dilahirkan untuk memimpin, minimal untuk diri sendiri.

Marilah kita tingkatkan kualitas kepemimpinan kita untuk mencapai hasil yang

lebih baik.

Dalam sebuah survey besar pada ratusan perusahaan besar Amerika,

diselidiki factor - faktor apa yang membuat seseorang pimpinan atau manajer

menjadi jauh lebih berhasil dari yang lain. Ternyata bukanlah perbedaan

kemampuan analisa yang penting, tapi justru hal hal yang berkaitan dengan emosi

dan perasaan dan hubungan personal. Empat hal yang paling menonjol adalah:

Kemauan dan keuletan untuk mencapai tujuan, kemampuan untuk mengambil

inisiatif baru, kemampuan bekerjasama dan kemampuan memimpin tim.

Kepemimpinan dapat diajarkan dan dilatih, dan bukan didapat sejak lahir.

Hal ini sering diperdebatkan, dan secara ilmiah telah dibuktikan pada banyak

9
survey bahwa dengan pelatihan dan dalam iklim yang menunjang, seseorang dapat

berkembang dan menjadi pemimpin yang baik.

Termasuk tipe pemimpin yang seperti apakah anda? Ingatlah bahwa setiap

kita pada dasarnya dilahirkan untuk memimpin, minimal untuk diri sendiri.

Marilah kita tingkatkan kualitas kepemimpinan kita untuk mencapai hasil yang

lebih baik.

BAB II

IDENTIFIKASI TEORI DAN KONSEP

1. Teori Otokratis dalam Kepemimpian Pemerintahan

Teori otokratis adalah teori bagaimana seorang pimpinan pemerintahan dalam

menjalankan tugasnya bekerja tanpa menerima saran dari bawahan, perintah

diberikan dalam satu arah saja artinya bawahan tidak diperkenankan membantah,

mengkritik, bahkan bertanya.

2. Teori Sifat dalam Kepemimpinan Pemerintahan

10
Teori sifat adalah teori yang mengatakan bahwa kepemimpinan tercipta dari

seseorang berdasarkan sifat - sifat yang dimiliki seseorang tersebut, berarti yang

bersangkutan sudah sejak lahir memiliki ciri - ciri untuk menjadi pemimpin.

3. Teori Manusiawi dalam Kepemimpinan Pemerintahan

Teori ini adalah teori yang pemimpinnya benar - benar merasakan bawahannya

(baik rakyat maupun staf) sebagai manusia yang dapat dimotivasi kebutuhannya

sehingga menimbulkan kepuasan kerja, untuk itu teori ini berkaitan dengan teori

motivasi.

4. Teori Perilaku Pribadi

Teori ini merupakan teori dimana pemimpin melakukan pendekatan pada bawahan

melalui cara - cara formal yang tidak resmi, dengan begitu perintah biasanya

dilakukan secara lisan dan bukan tertulis.

5. Teori Lingkungan

Teori ini memperhitungkan ruang dan waktu, berbeda dengan teori sifat yang

mengatakan pemimpin itu dilahirkan ( leader is born ) maka dalam teori ini

pemimpin dapat dibentuk. Yang dimaksud dengan ruang adalah tempat lokasi

pembentukan pemimpin itu berada, misalnya diwaktu kecelakaan pesawat maka

11
pilot begitu dibutuhkan, disuatu lokasi kerumunan masa maka seseorang yag

bersuara keras akan dapat lebih didengar. Yang disebut dengan waktu adalah saat

yang tepat ketika bentukan pimpinan pemerintahan itu terjadi atau dipertahankan,

misalnya di Irak yang sering melakukan invansi atau diserbu pihak lain maka

rakyat membutuhkan seorang pemberani seperti Saddam Husain untuk cukup

lama jadi presiden.

6. Teori Situasi

Teori ini merupakan teori dimana pemimpin memanfaatkan situasi dan kondisi

bawahannya dalam kepemimpinannya yaitu dengan memperhatikan dukungan

( supportif ) dan pengarahan.

7. Teori Pertukaran

Teori pertukaran dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori dimana

pemimpin pemerintahan dalam mempengaruhi bawahnnya memakai strategi take

and given yaitu sebagai berikut :

Ketika atasan hendak memberikan perintah maka selalu diutarakan bahwa bila

berhasil akan dinaikkan gaji, atau sebaliknya sebelum penerimaan suatu honor

lalu pemimpin mengutarakan bahwa selayaknya bawahan bekerja lebih rajin,

dengan demikian akan menjadi bawahan yang tahu diri.

Kartini dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan juga menyebutkan

macam - macam teori kepemimpinan seperti diatas. Akan tetapi Dr. Kartini

12
Kartono menambahkan beberapa macam teori yaitu teori psikologis, teori

sosiologis, teori suportif, dan teori laissez faire.

a. Teori Psikologis menyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah

memunculkan dan mengembangkan sistem motivasi terbaik, untuk

merangsang kesediaan bekerja dari para pengikut dan anak buah.

b. Teori Sosiologis menyatakan bahwa kepemimpinan dianggap sebagai

usaha untuk melancarkan antar relasi & menyelesaikan setiap konflik

organisatoris antara para pengikutnya, agar tercapai kerjasama yang baik.

c. Teori suportif menyatakan bahwa para pengikut harus sekuat mungkin &

bekerja dengan penuh gairah, sedang pemimpin akan membimbing dengan

sebaik - baiknya melalui policy tertentu.

d. Teori Laissez Faire menyatakan bahwa pemimpin laissez faire pada

intinya bukanlah pemimpin yang sebenarnya. Pemimpin laissez faire

ditampilkan oleh ketua dewan yang sebenarnya tidak becus mengurus

dan dia menyerahkan semua tanggung jawab serta pekerjaan kepada

bawahan/semua anggotanya. Beliau tidak mencantumkan teori lingkungan,

teori pertukaran dan teori kontingensi.

Sedangkan Pamudji dalam bukunya yang berjudul Kepemimpian

Pemerintahan di Indonesia hanya mengemukakan teori - teori kepemimpinan

13
yang dianggap penting saja yaitu teori serba sifat ( traits theory ), teori lingkungan

( environmental theory ),( personal - situational theory ), teori interaksi dan

harapan ( interaction - expectation theory ) teori humanistik ( humansitic theory ),

dan teori tukar menukar ( exchange theory ) teori pribadi dan situasi.

Ada beberapa faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya

kepemimpinan tertentu adalah :

1. Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas.


2. Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan.
3. Persepsi sikap dan gaya kepemimpinan
4. Norma yang dianut kelompok.
5. Ancaman dari luar organisasi.
6. Tingkat Stress.
7. Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Jadi keefektifan kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan

Membaca Situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya

agar cocok dengan tuntutan situasi.


1. Teori Jalan Tujuan. Menurut teori ini nilai strategis dan keefektifan

seseorang pemimpin didasarkan pada kemampuannya dalam

menimbulkan kepuasan dan motivasi para anggota dengan penerapan

Reward and Punishment.


2. Teori kelebihan. Teori ini beranggapan bahwa seseorang akan menjadi

pemimpin apabila ia memiliki kelebihan dari para pengikutnya.

Teori Pemerintah

14
Bahwa pemerintah adalah organisasi yang mempunyai kekuatan besar dalam

satu Negara, mencakup urusan masyarakat, teritorial dan urusan kekuasaan dalam

mencapai tujuan Negara. (Suradinata, 2002 : 14 )

Pemerintah juga merupakan satu badan penyelenggaraan atas nama rakyat

untuk mencapai tujuan Negara, sedangkan proses kegiatan nya disebut

pemerintahan dan besar kecilnya kekuasaan pemerintah berasal dari rakyat,

dengan demikian pemerintah dalam menjalankan proses kegiatan Negara harus

berdasarkan kemauan rakyat, karena rakyatlah yang menjadi jiwa bagi kehidupan

dan proses berjalannya suatu Negara.

Menurut Ndraha ( 2003 : 6 ) pemerintah adalah :

Organ yang berwenang memproses pelayanan publik dan berkewajiban

memproses pelayanan civil bagi setiap orang melalui hubungan

pemerintahan, sehingga setiap anggota masyarakat yang bersangkutan

menerimanya pada saat yang diperlukan sesuai dengan tuntutan ( harapan )

yang di perintah. Dalam hubungan itu sah ( legal ) dalam wilayah

Indonesia, berhak menerima layanan civil tertentu dan pemerintah wajib

melayaninya.

Sementara Finer (dalam Kencana, 2001 : 46), menjelaskan bahwa

pemerintah harus mempunyai kegiatan yang terus menerus ( process ), wilayah

negara tempat kegiatan itu berlangsung ( state ), pejabat yang memerintah ( the

15
duty ), dan cara, metode serta sistem ( manner, menthod, and system ) dari

pemerintah terhadap masyarakatnya.

Sementara menurut pendapat Untrech (dalam Suradinata, 2002:14),

mendifinisikan pemerintah dalam tiga pengertian yang berbeda, pertama :

pemerintah sebagai gabungan dari semua badan kenegaraan tertinggi yang

berkuasa, memerintah, kedua: pemerintah sebagai gabungan badan kenegaraan

tertinggi yang berkuasa memerintah diwilayah suatu negara, ketiga: pemerintah

dalam arti kepala negara ( presiden bersama dengan para mentrinya ).

Menurut Montesquieu ( dalam Salam, 2004 : 35 ) pemerintah adalah seluruh

lembaga negara yang biasa dikenal dengan nama trias politica baik itu legislatif

( membuat undang - undang ), eksekutif ( melaksanakan undang - undang),

maupun yudikatif (mengawasi pelaksanaan undang undang ).

Nawawi ( 2000 : 5 ) mengatakan bahwa negara atau pemerintahan sebagai

organisasi non profit yang berfungsi memberikan pelayanan pada setiap dan

semua individu sebagai masyarakat ( public service ) dalam memenuhi

kebutuhannya masing - masing. Pemerintahan yang bersifat non profit berfungsi

sebagai pelaksana pembangunan untuk mewujudkan dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat / rakyatnya.

Dalam menjalankan fungsi yang bersifat non profit itu, pemerintah

membentuk berbagai lembaga yang lebih kecil, agar berjalannya fungsi pelayanan

masyarakat ( public service ) dan pembangunan, yang diantaranya diorientasikan

16
menurut aspek - aspek kehidupan seperti pendidikan, sosial, kesehatan, hukum,

agama dan lain - lainnya.

Rasyid ( 2002 : 21 ) berpendapat bahwa pemerintahan selalu dilihat sebagai

perpaduan antara aturan main ( konstitusi, hukum, etika ) lembaga yang

berwenang mengelola serangkaian kekuasaan ( eksekutif, legislatif, yudikatif )

serta sejumlah birokrat dan pejabat politik sebagai pelaku dan penanggung jawab

atas pelaksanaan kewenangan kewenangan tersebut.

Sedangkan menurut pendapat Ndraha ( 1997 : 6 ), mengemukakan

pemerintahan sebagai gejala sosial, artinya terjadi didalam hubungan antar

anggota masyarakat, baik individu dengan individu, kelompok dengan kelompok,

maupun antar individu dengan kelompok. Gejala ini terdapat pada suatu saat di

dalam sebuah masyarakat.

Ndraha ( 2003 : 5 ) menambahkan dia juga menambahkan pendapatnya

tentang pemerintahan adalah sebuah sistem multi proses yang bertujuan

memenuhi dan melindungi kebutuhan dan tuntutan yang diperintah akan jasa

publik dan layanan civil.

17
BAB III

APLIKASI TEORI JALUR TUJUAN

Dalam teori jalur tujuan ( Path Goal Theory ) yang dikembangkan oleh

House (dalam Kretner dan Kinicki, 2005) menyatakan bahwa pemimpin

mendorong kinerja yang lebih tinggi dengan cara memberikan kegiatan kegiatan

yang mempengaruhi bawahannya agar percaya bahwa hasil yang berharga bisa

dicapai dengan usaha yang serius. Kepemimpinan yang berlaku secara universal

menghasilkan tingkat kinerja dan kepuasan bawahan yang tinggi. Dalam situasi

yang berbeda masyarakat gaya kepemimpinan yaitu karakteristik personal dan

kekuatan lingkungan. Teori ini juga menggambarkan bagaimana persepsi harapan

dipengaruhi oleh hubungan kontijensi diantara empat gaya kepemimpinan dan

berbagai sikap dan perilaku karyawan. Perilaku pemimpin memberikan motivasi

sampai tingkat (1) mengurangi halangan jalan yang mengganggu pencapaian

tujuan, (2) memberikan panduan dan dukungan yang dibutuhkan oleh para

karyawan, dan (3) mengaitkan penghargaan yang berarti terhadap pencapaian

tujuan. Selain itu House percaya bahwa pemimpin dapat menunjukkan lebih dari

satu gaya kepemimpinan, dan mengidentifikasikan lima gaya kepemimpinan,

yaitu :

1. Gaya Direktif

18
Dimana pemimpin memberitahukan kepada bawahan apa yang diharapkan

mereka, memberitahukan jadwal kerja yang harus diselesaikan dan standar kerja,

serta memberikan bimbingan secara spesifik tentang cara cara menyelesaikan

tugas tersebut, termasuk di dalamnya aspek perencanaan, organisasi, koordinasi

dan pengawasan. Karateristik pribadi bawahan mempengaruhi gaya

kepemimpinan yang efektif. Jika bawahan merasa mempunyai kemampuan yang

tidak baik, kepemimpinan instrumental ( direktif ) akan lebih sesuai. Sebaliknya

apabila bawahan merasa mempunyai kemampuan yang baik, gaya direktif akan

dirasakan berlebihan, bahwa akan cenderung memusuhi ( Mamduh, 1997 ).

House dan Mitchell ( 1974 ) dalam Yukl ( 1989 ) menyatakan bahwa direktif

leadership itu memberitahukan kepada para bawahan apa yang diharapkan dari

mereka, member pedoman yang spesifik, meminta para bawahan untuk mengikuti

peraturan peraturan dan prosedur prosedur, mengatur waktu dan

mengkoordinasi pekerjaan mereka. Sedangkan menurut Griffin ( 1980 ) dalam

Yukl ( 1989 ), pegawai yang mengerjakan tugas tugas sulit tetapi kurang

motivasi mereka tidak mau menerima situasi yang ambigu ini dengan mengatur

aktivitas aktivitas mereka sendiri. Fungsi pimpinan dalam situasi ini adalah

memberikan struktur tugas dengan merencanakan, mengorganisir,

mengkoordinasi, mengarahkan, dan mengontrol kerja anak buahnya. Sikap

direktif yang demikian diperkirakan akan membuahkan hasil hasil yang positif.

2. Gaya Supportif

19
Gaya kepemimpinan yang menunjukan keramahan seorang pemimpin, mudah

ditemui dan menunjukan sikap memperhatikan bawahannya ( House dan Mitchell

1974 dalam Yukl 1989 ). Mamduh ( 1997 ) mengatakan jika manajer ingin

meningkatkan kesatuan dan kekeompakan kelompok digunakan gaya

kepemimpinan supportif. Jika bawahan tidak memperoleh kepuasan sosial dari

kelompok gaya kepemimpinan supportif menjadi begitu penting. Sedangkan Yukl

( 1989 ) mengatakan apabila tugas tersebut terlalu menekan ( stresfuul ),

membosankan atau berbahaya, maka supportif akan menyebabkan meningkatnya

usaha dan kepuasan bawahan dengan cara meningkatkan rasa percaya diri,

mengurangi ketegangan dan meminimalisasi aspek aspek yang tidak

menyenagkan. Kepemimpinan gaya supportif, menggambarkan situasi dimana

pegawai yang memiliki kebutuhan tinggi untuk berkembang mengerjakan tugas

tugas yang mudah, sederhana, dan rutin. Individu seperti ini mengharapkan

pekerjaan sebagai sumber pemuasan kebutuhan, tetapi kebutuhan mereka tidak

terpenuhi. Reaksi yang mungkin timbul adalah perasaan kecewa dan frustasi.

Bukti bukti penelitian oleh House dan Mitchell ( 1974 ) dalam Yukl ( 1989 )

dengan kuat menunjukkan bahwa pegawai yang mengerjakan tugas tugas yang

kurang memuaskan seperti ini cenderung memberikan respon positif terhadap

sikap pimpinan yang supportif ( Griffin, 1980 ) dalam Yukl ( 1989 ).

3. Gaya Partisipatif

Gaya kepemimpinan dimana mengharapkan saran saran dan ide mereka sebelum

mengambil sesuatu keputusan ( House dan Mitchell 1974 dalam Yukl 1989 ).

Apabila bawahan merasa mempunyai kemampuan yang baik, gaya kepemimpinan

20
direktif akan dirasa berlebihan, bawahan akan cenderung memusuhi, sehingga

gaya kepemimpinan partisipatif lebih sesuai. Jika bawahan mempunyai locus of

control yang tinggi, ia merasa jalan hidupnya lebih banyak dikendalikan oleh

dirinya bukan oleh factor luar seperti takdir, gaya kepemimpinan yang partisipatif

lebih sesuai ( Mamduh, 1997 ). Vroom dan Arthur Jago ( 1988 dalam Yukl, 1989 )

mengatakan bahwa partisipasi bawahan juga mempengaruhi dalam pengambilan

keputusan oleh pimpinan.

Situasi dimana kebutuhan untuk berkembang rendah dan pegawai mengerjakan

tugas tugas yang mudah, sikap yang dianggap tepat untuk pegawai yang secara

ego terlibat dengan pekerjaan dan mengalami kepuasan intrinsic dari tugas yang

dikerjakan adalah sikap partisipatif dan berorientasi prestasi ( Griffin, 1980 dalam

Yukl, 1989 ).

4. Gaya Orientasi Prestasi

Gaya kepemimpinan dimana pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan

mengharapkan bawahan untuk berprestasi semaksimal mungkin serta terus

menerus mencari pengembangan prestasi dalam pencapaian tujuan tersebut. Yukl (

1989 ) menyatakan bahwa tingkah laku individu didorong oleh need for

achievement atau kebutuhan untuk berprestasi. Kepemimpinan yang berorientasi

kepada prestasi ( achievement ) dihipotesakan akan meningkatkan usaha dan

kepuasan bila pekerjaan tersebut tidak tersetruktur ( misalnya kompleks dan tidak

diulang ulang ) dengan meningkatkan usaha dan kepuasan bila pekerjaan

tersebut tidak tersetruktur ( misalnya kompleks dan tidak diulang ulang ) dengan

21
meningkatkan rasa percaya diri dan harapan akan menyelesaikan sebuah tugas dan

tujuan yang menantang. Kepuasan kerja lebih tinggi diperoleh apabila telah

melaksanakan prestasi kerja yang baik. Pegawai yang memiliki kebutuhan untuk

berkembang dan mengerjakan tugas tugas sulit berdasarkan pembahasan

konseptual House dan Mitchell ( 1974 dalam Yukl, 1989 ) sikap pemimpin yang

paling tepat untuk pegawai ini adalah gaya partisipatif dan berorientasi prestasi.

Prestasi kerja karyawan di suatu organisasi, tidak terlepas dari gaya

kepemimpinan yang ada dalam organisasi tersebut. Kebehasilan seorang

pemimpin umumnya terlihat dari prestasi kerja karyawannya. Dimana tinggi atau

rendahnya prestasi kerja karyawan, umumnya menunjukan efektif atau tidaknya

gaya kepemimpinan yang digunakan sesorang pemimpin kepada karyawannya.

22
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Prestasi kerja yang sangat tinggi sangat diperlukan dalam setiap usaha

kerjasama karyawan untuk tujuan organisasi, seperti diketahui bahwa pencapaian

tujuan organisasi adalah sesuatu yang sangat diidam idamkan oleh setiap

organisasi. Factor factor yang biasanya dipakai untuk menilai prestasi kerja

adalah : kuantitas dan kualitas pekerjaan, kerjasama, kepemimpinan, kehati

hatian, pengetahuan, pengenalan jabatan, kerajinan, kesetiaan dapat tidaknya

diandalkan dan inisiatif. Kepemimpinan adalah perilaku dimana seseorang

memotifasi orang lain agar mau berkerja keras mencapai tujuan tertentu.

Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk

mempergunakan orang lain agar mau bekerja mencapai tujuan dan sasaran.

Para karyawan akan dapat termotivasi untuk berprestasikerja dengan baik,

apabila kebutuhan di dalam hidupnya terpenuhi, baik kebutuhan yang sifat fisik

dan non fisik. Semakin luas pengetahuan seorang karyawan, semakin ia dapat

mengembangkan aspirasinya untuk meningkatkan kesejahteraannya. Pemenuhan

kebutuhan karyawan pada dasarnya dapat dinyatakan melalui gaya kepemimpinan

dari seseorang pemimpin. Bila seorang pemimpin memiliki pengetahuan yang

23
baik mengenai motivasi, maka pemimpin tersebut dapat membuat keputusan gaya

kepemimpinan mana yang lebih efektif bagi para karyawannya.

Atau dengan kata lain seseorang karyawan dapat termotivasi untuk

berprestasi kerja dengan baik, apabila kebutuhannya dapat terpenuhi atau

diperhatikan melalui gaya kepemimpinan yang efektif dari pimpinannya.

Pemimpin juga harus dapat beradaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungan

organisasi agar dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan.

2. Saran

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Kepemimpinan di Negara Republik

Indonesia yang begitu kompleks, ditambah lingkungan fisik dan sosial yang

beragam membutuhkan pemimpin yang handal dan profesional. Penetapan jabatan

sesuai kapasitas pegawai sangat penting untuk dilakukan, agar sesuai dengan

kemampuannya masing masing. Seorang pemimpin juga harus bisa memotivasi

para pegawainya agar mau bekerja keras mencapai tujuan tertentu dengan

maksimal. Seorang pemimpin juga harus memiliki kepemimpinan yang

merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memotivasi dan

mempergunakan orang lain agar mau bekerja mencapai tujuan dan sasaran.

24
DAFTAR PUSTAKA

http://misleim-mizy.blogspot.com/2011/04/kepemimpinan-strategis-taktik-
jitu.html di akses tanggal 30 Desember 2011

James K. Van Fleet. 1973. 22 Manajemen Kepemimpinan. Jakarta : Mitra Usaha.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005 . Perilaku dan Budaya Organisasi.


Bandung :Refika Aditama.

Toha, Miftah. 2003. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta : Raja Grafindo.

25

Anda mungkin juga menyukai