Anda di halaman 1dari 10

4.

Langkah Kerja
4.1 Pembuatan Bioetanol

1. Mempersiapkan bahan baku (mengupas, membersihkan, dan


menghaluskan ubi kayu).
2. Menimbang ubi kayu yang telah halus sebanyak 300 gram dan
memasukkan ke dalam gelas kimia.
3. Menambahkan 400 ml air sumur.
4. Memanaskan campuran hingga suhu 90oC, kemudian
mendinginkannya, pada saat inilah terjadi proses hidrolisis.
5. Setelah dingin, menambahkan ragi roti, NPK dan urea masing-masing
sebanyak 11 gram ke dalam campuran, lalu mengaduknya.
6. Memasukkan ke dalam galon, kemudian menutupnya.
7. Menghubungkan selang dari galon berisi campuran ke dalam
erlenmeyer yang berisi NaOH 0,1 N 250 ml.
8. Melakukan fermentasi selama 7 hari.

4.2 Proses Distilasi

1. Menyaring cairan dari bioetanol yang telah difermentasi 7 hari.


2. Mencatat volume filtrat.
3. Mendistilasi cairan tersebut dengan seperangkat alat distilasi.
4. Mengamati dan mencatat suhu tetesan distilat pertama.
5. Setelah selesai, mencatat volume distilat.

4.3 Analisa Data

a) Pengukuran indeks bias


1. Mempersiapkan bioetanol dan alat refraktometer
2. Meneteskan sampel (bioetanol) ke alat refraktometer
3. Melakukan pengukuran dan mencatat nilai indeks bias

b) Pengukuran Density
1. Menimbang kosong piknometer
2. Memasukkan sampel ke dalam piknometer hingga penuh, lalu
menutup piknometer
3. Menimbang berat piknometer + sampel
4. Menghitung Density bioetanol
5. Data Pengamatan
5.1 Pembuatan Bioetanol

a) Fermentasi

Sifat Fisik
No Bahan Warna Bau Bentuk Harga
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1. Ubi Kayu Putih, Putih,Tidak Berbau Cairan Cairan Rp 3000/kg


keruh keruh Berbau Menyengat
2. Urea Putih Putih Berbau Berbau Padatan Padatan
terlarut
3. NPK Biru Biru Tidak Tidak Padatan Padatan Rp 20000
Kehijauan Kehijauan Berbau Berbau terlarut
4. Ragoi roti Kuning Kuning Berbau Berbau Padatan Padatan Rp 2500/bks
terlarut

b) Distilasi

Sifat Fisik
No Sampel Warna Bau Bentuk Hasil
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Distilasi

1. Ubi Kayu Putih, Bening Berbau Berbau Cairan Cairan Etanol


keruh Menyengat

5.2 Data Sampel


a) Analisis Bioetanol

Sifat Fisik
No Sampel Indeks Bias Density(gr/ml) % alkohol
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1. Ubi Kayu 1,345 1,357 1,06 0,80063 55 94

b) Data Berat Sampel


Berat (kg)
No Sampel Berat Berat galon+ Berat galon+sampel Berat galon+sampel Berat sampel Berat
kosong sampel +air(sebelum pemanasan) +air(setelah pemansan) yang didistilasi distilat

1. Ubi Kayu 0,5 0,8 1,2 1,05 0,517 0,80063

c) Data Volume Sampel

Volume (L)
No Sampel V. sampel V. air V. sampel+air V. sampel+air V. Sampel+air V.sampel Volume
awal (sebelum pemanasan) (setelah pemanasan)(setelah fermentasi)yang didistilasi distilat

1. Ubi Kayu 0,542 0,4 0,942 0,743 0,475 0,475 0,01

6. Perhitungan
1. Neraca Massa pada Fermentor

Sari/pati Ubi Kayu

Fermentor
CO2 = [(517 + 11 + 11 +
11) (500)] gr
= 50 gr

V = 743 ml v = 475 ml

m = 517 gr m = 500 gr

NPK = 11 gr

Urea = 11 gr Ragi = 11 gr

Tabel Neraca Massa

Komponen Input (gr) Output (gr) Keterangan


Sari/pati ubi kayu 517 - top produk
Ragi roti 11 - (to stack gas)
NPK 11 - bottom produk
Urea 11 -
CO2 - 50
Alkohol + air - 500
Total 550 550

2. Neraca Massa pada Distilator

B
V = 10 ml
Berat = 8,0063 gr
= 0,80063 gr/ml
Indeks Bias = 1,357
% Alkohol = 94% x 8,0063gr = 7,53 gr
A D % Air = 6% x 8,0063gr = 0,48 gr
V = 475 ml 8,0063 gr
Berat = 500 gr I
= 1,06 gr/ml S
Indeks Bias = 1,345
% Alkohol = 55% x 500gr = 275 T
% Air = 45% x 500gr = 225
I
500
L

R
C
V = 465 ml
Berat = 491,9937 gr
= 1,05 gr/ml
% Alkohol = 54,36........(1)
% Air = 45,63.......(2)
100

Neraca Alkohol % Alkohol.A = % Alkohol.B + %Alkohol.C


55% . 500 = 94% . 8,0063 + % Alkohol . 491,9937
275 = 7,53 + 491,9937 % Alkohol
% Alkohol = 54,36............. (1)

Neraca Air % Air.A = %Air.B + %Air.C


45% . 500 = 6% . 8,0063 + % Air. 491,9937
225 = 0,48 + 491,9937 % Air
% Air = 45,63.............(2)

Tabel Neraca Massa

Komponen Input (gr) Output (gr)


Alkohol + air 500 -
Top produk (alkohol) - 8,0063
Bottom produk - 491,9937
Total 500 500
Alkohol Air Indeks
(mL) (mL) % Bias
5 0 96 1,361
4,5 0,5 86,4 1,354
4 1 76,8 1,35
3,5 1,5 67,2 1,349
3 2 62,5 1,345
2,5 2,5 48 1,346
2 3 38,4 1,337
1,5 3,5 28,8 1,335
1 4 19,2 1,332
0,5 4,5 9,6 1,333
0 5 0 1,331

3. Neraca Ekonomi
Harga Etanol 96% 1L = Rp 27.500,-
Harga ubi kayu = Rp 3000/kg
Dari hasil praktikum, 2kg ubi kayu menghasilkan 475ml pati/sari, dan
setelah didistilasi menghasilkan 10 ml etanol.
Maka, jumlah ubi kayu yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1000ml(1L)
etanol adalah:
= [1000 ml x (475ml/10ml)] x 2 kg
475 ml
= 200 kg
Maka, biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1000ml etanol adalah:
= 200 kg x Rp 3000/kg
= Rp 600.000,-
Maka, pembuatan bioetanol dengan ubi kayu tidaklah ekonomis.

7. Analisa Data
Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan bioetanol dari ubi kayu.
Bioetanol merupakan senyawa hidrokarbon dengan gugus hidroxyl (-OH)
dengan atom karbon (C) dengan rumus kimia C 2H5OH dan diproduksi dari
bahan baku tanaman yang mengandung karbohidrat seperti ubi kayu, ubi jalar,
sorgum, beras, ganyong dan sagu, serta bahan baku lainnya yaitu tanaman atau
buah yang mengandung gula seperti tebu, nira, mangga, nanas, pepaya, anggur,
dan lain-lain. Proses pembuatan bioetanol adalah dengan cara mengubah gula
(C6H12O6) yang difermentasi dengan ragi hingga menghasilkan etanol (C 2H5-
OH) yang dan CO2. Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah ubi
kayu. Berbeda dengan praktikum sebelumya, di mana sampel yang digunakan
adalah tetes tebu dan larutan gula yang sudah mengandung gula sehingga
langsung dapat dilakukan proses fermentasi, karena pada praktikum kali ini
yang digunakan adalah bahan yang mengandung pati (dalam hal ini adalah ubi
kayu), maka pati tersebut harus dihidrolisis terlebih dahulu sehingga dapat
pecah menjadi gula sederhana, dan kemudian baru dapat dilakukan fermentasi.
Proses hidrolisis ini dapat dilakukan dengan cara hidrolisis enzyme, yaitu
menggunakan enzyme alfa amilase, atau dengan hidrolisa asam, yaitu misalnya
dengan penambahan asam sulfat.
Ubi kayu yang digunakan pada praktikum ini adalah sebanyak 2 kg, yang
kemudian dikupas, dicuci lalu diparut/dihaluskan. Hasil parutan ini kemudian
disaring sehingga terpisah antara bagian liquidnya(pati/sari) dan
solidnya(ampas). Kemudian pati ini dimasukkan ke dalam panci, dan
ditambahkan dengan 400 ml air sumur, kemudian dipanaskan pada suhu 90 oC.
Pada saat dipanaskan inilah terjadinya proses hidrolisis, yaitu pemecahan pati
menjadi gula kompleks. Agar hidrolisis terjadi lebih optimum, seharusnya
ditambahkan enzyme alfa amilase pada saat campuran berada pada suhu 90 oC,
namun karena ketiadaan bahan, maka proses hidrolisis hanya dilakukan dengan
proses pemanasan. Pada suhu 90oC campuran akan mengalami gelatinasi (agak
mengental seperti jelly), dan pada saat inilah terjadinya pemecahan tepung
secara kimia menjadi gula kompleks(dextrin). Proses ini selesai saat campuran
yang sudah mengental kembali menjadi cair seperti sup. Kemudian campuran
didinginkan, dan suhunya dijaga pada suhu 60oC, dan pada saat ini, terjadi
pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana. Setelah campuran berubah
menjadi gula sederhana, barulah proses fermentasi dapat dilakukan.
Fermentasi dilakukan dengan cara memasukkan campuran yang sudah
dingin ke dalam galon, kemudian menambahkan NPK, urea dan ragi ke dalam
campuran tersebut. Ragi yang digunakan adalah ragi roti, yang berfungsi untuk
memproduksi energi dalam kondisi ketiadaan oksigen(anaerob) dengan
mengubah gula menjadi etanol dan karbondioksida. Sementara urea dan NPK
berfungsi sebagai nutrisi bagi ragi, karena ragi memerlukan sumber energi dan
nutrien untuk berkembang dan menghasilkan senyawa kimia. Setelah
semuanya tercampur, kemudian galon yang digunakan sebagai fermentor
ditutup rapat, untuk menghasilkan proses anaerob, serta agar sampel tidak
terkontaminasi dengan udara maupun dengan kontaminan lainnya. Kemudian
galon dihubungkan ke erlenmeyer yang berisi NaOH dengan menggunakan
selang. NaOH ini berfungsi untuk menangkap CO 2 yang dihasilkan dari proses
fermentasi, agar CO2 ini tidak mencemari udara meskipun hanya sebagian kecil
dari CO2 yang dihasilkan. Kemudian sampel disimpan di tempat yang tertutup
dan didiamkan selama 7 hari agar fermentasi berjalan maksimal.
Setelah 7 hari, galon yang berisi sampel dikeluarkan. Terlihat bahwa
terdapat uap-uap air yang menempel pada dinding galon, yang
mengindikasikan terbentuknya CO2. Sampel juga menghasilkan bau yang
cukup menyengat. Kemudian galon ditimbang beserta hasil fermentasi. Dari
data pengamatan, dapat dilihat bahwa berat galon berkurang jika dibandingkan
dengan pada saat sebelum fermentasi. Hal ini dikarenakan oleh terbentuknya
hasil samping berupa CO2. Kemudian diukur juga volume yang didapatkan,
indeks bias serta densitasnya. Seharusnya pH juga diukur, namun karena
keterbatasan alat, di mana kertas lakmus yang digunakan untuk mengukur pH
tidak ada, maka nilai pH tidak dapat diukur. Namun standar pH yang baik
untuk bioetanol adalah 7,3. Kemudian larutan didistilasi pada suhu 78 oC (titik
didih etanol) sehingga etanol akan terpisah dari larutan. Kemudian diukur juga
indeks bias dan densitas dari etanol(distilat) yang dihasilkan.
Pengukuran indeks bias dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi
senyawa cairan serta untuk menentukan kemurnian dari senyawa cair tersebut.
Nilai indeks bias yang baik untuk etanol berdasarkan data standar Merc Index
adalah sebesar 1,361. Indeks bias juga digunakan untuk menentukan %alkohol
yang dihasilkan dengan menarik garis pada kurva kesetimbangan yang telah
dibuat sebelumnya, dengan cara membuatn grafik perbandingan antara indeks
bias dengan %alkohol. Dan dari data pengamatan, dapat dilihat bahwa,
meskipun untuk nilai densitas masih cukup tinggi, yaitu 1,06 gr/ml, sementara
nilai standar densitas untuk bioetanol adalah 0,79 gr/ml, namun larutan hasil
fermentasi (sebelum didistilasi) memiliki nilai indeks bias yang cukup baik,
yaitu 1,345 dan dari kurva kesetimbangan didapat bahwa larutan memiliki
kadar alkohol sebanyak 55%. Namun ternyata, volume etanol yang dihasilkan
setelah didistilasi selama 3 jam, hanyalah 10 ml, dari total 475 ml. Hal ini
disebabkan oleh kurang lamanya waktu distilasi, atau juga disebabkan oleh
tidak dilakukannya penyaringan pada saat larutan akan didistilasi, sehingga
etanol lebih sulit untuk diuapkan. Sementara untuk etanol yang dihasilkan, dari
data pengamatan dapat dilihat bahwa densitas etanol sudah cukup baik, yaitu
0,80063 gr/ml, dengan indeks bias 1,357, dengan % alkohol sebesar 94%.
Untuk neraca massa, didapatkan data yang sesuai, yaitu input = output.
Dari data perhitungan juga dapat dilihat bahwa kadar CO2 yang dihasilkan tidak
begitu tinggi. Sementara dari nilai ekonomis, pembuatan bioetanol dengan ubi
kayu tidaklah ekonomis. Karena harga etanol 96% sebanyak 1L jauh lebih
murah dibandingkan dengan harga bahan baku pembuatan bioetanol yaitu ubi
kayu. Penggunaan ubi kayu sebagai bahan baku bioetanol juga masih bersaing
dengan penggunaannya sebagai bahan pangan, sehingga tidak efisien. Maka
dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menghasilkan bioetanol dengan harga
yang lebih ekonomis.

8. Kesimpulan
Dari percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Mahasiswa mampu membuatn bioetanol dari ubi kayu


2. Mahasiswa mengetahui proses pembuatan bioetanol
3. Mahasiswa mampu menganalisa hasil pembuatan bioetanol
4. Dari praktikum, didapat hasil etanol:
Volume = 10 ml
Berat = 8,0063 gr
Indeks Bias = 1,357
Densitas = 0,80063 gr/ml
% Alkohol = 94

Anda mungkin juga menyukai