Anda di halaman 1dari 16

VIROLOGI MEDIK

West Nile Virus

Oleh:

Stanislaus Seto 14 - 20

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
2016
BAB 1. PENDAHULUAN

1
A. Latar Belakang
Virus merupakan organisme peralihan antara makhluk hidup dan benda mati.
Dikatakan peralihan karena virus mempunyai ciri-ciri makhluk hidup, misalnya
mempunyai DNA (asam deoksiribonukleat) dan dapat berkembang biak pada sel hidup.
Memiliki ciri-ciri benda mati seperti tidak memiliki protoplasma dan dapat dikristalkan
Virus West Nile (WNV) ini paling sering ditularkan ke manusia oleh nyamuk.
Langkah yang dapat ditempuh untuk mengurangi risiko infeksi WNV dengan
menggunakan obat nyamuk dan mengenakan pakaian pelindung untuk mencegah gigitan
nyamuk. Tidak ada obat untuk mengobati atau vaksin untuk mencegah infeksi WNV.
Untungnya, sebagian besar orang yang terinfeksi WNV tidak menunjukan gejala sama
sekali. Sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi akan mengalami demam dengan gejala
lainnya. Kurang dari 1% orang yang terinfeksi berkembang menjadi parah, kadang-kadang
fatal, ataupun menjadi penyakit neurologis.
WNV terdapat di alam dalam siklus antara burung dan nyamuk. Meskipun banyak
spesies nyamuk yang berbeda untuk mempertahankan siklus ini. Nyamuk dari Genus
Culex memiliki peranan besar dalam transmisi alami. Tidak semua yang terinfeksi nyamuk
mosquitoespreferentially memberi makan pada burung, yang dapat menyebabkan hewan
lain termasuk manusia becominginfected.
Dalam populasi manusia, virus dapat menyebar antara individu dengan cara
buatan. Pada awal tahun 2000, pasien yang menerima darah atau organ yang terinfeksi.
Peristiwa ini kemudian menjadi perhatian utama dalam menjaga produk darah dan organ
dari donatur berpotensi viremic, dilaporkan penularan virus melalui rute ini berkurang
secara signfikan pada tahun 2004.

B. Rumusan Masalah
West Nile Virus merupakan virus patogen yang dapat ditularkan kepada manusia
melalui vektor, nyamuk dari genus Culex. Penyebaran virus ini tergolong cepat, dan
menyebabkan kondisi klinis berat. Oleh karenanya, penyusun merasa perlu untuk
mengetahui bagaimana karakteristik, cara penularan, siklus hidup, dan patogenitasnya?
Selain itu, bagaimana langkah pencegahan pengobatan infeksi virus ini?

2
C. Tujuan
Adapun penyusunan makalah ini untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Virologi
Medik. Di samping itu, penyusun ingin menggali lebih dalam tentang sifat dan patogenitas
West Nile Virus, langkah-langkah pencegahan serta pengobatannya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

3
West Nile Virus merupakan suatu jenis virus patogenik yang ditularkan kepada
manusia melalui gigitan vektor, berupa nyamuk genus Culex, atau melalui burung, kuda,
antar sesama manusia, dan beberapa mamalia lainnya.
Virus ini pertama kali ditemukan di West Nile, salah satu region di Uganda, Afrika
Timur, pada tahun 1937.
Pada beberapa individu, infeksi virus ini bersifat asimptomatik, namun pada
beberapa orang, kurang dari 1%, infeksi virus ini dapat mengalami progresivitas menjadi
sangat serius, kadang-kadang fatal, dan gangguan neurologi.
Namun, hal ini bisa dicegah dengan menggunakan penolak serangga, dan
mengenakan pakaian lengan panjang.

B. Karakteristik
West Nile Virus merupakan virus dengan positive-stranded RNA, dari famili
Flaviviridae, genus Flavivirus, yang termasuk ke dalam virus patogen pada manusia.
Virion terdiri dari envelope, kapsid icosahedral dengan ukuran rata-rata 50 nm. Genom
pada kilobase-11 menyandi single open reading frame yang diapit oleh ujung 5 dan ujung
3 untranslated regions (UTR). Kurang lebih 3000 asam amino poliprotein akan
menghasilkan 10 protein virus melalui aktivitas seluler dan enzim viral protease.

Gambar 1. Struktur sel West Nile Virus


Tiga dari sepuluh protein yang terbentuk ini, merupakan komponen struktural yang
diperlukan untuk formasi virion (capsid protein (C)) dan penyusunan partikel viral
(premembrane (prM)), serta protein envelope (E). Tujuh protein lainnya tergolong ke
dalam protein nonstructural (NS) protein, yaitu NS1, NS2A, NS2B, NS3, NS4A, NS4B,
dan NS5), berperan penting dalam proses replikasi genom.
NS3 mengandung ATP-dependent helicase dan berhubungan dengan protein
NS2B, serin protease, yang dibutuhkan dalam proses poliprotein virus. Protein NS5

4
merupakan methyltransferase and RNA-dependent RNA polymerase. Sedangkan protein
lainnya tergolong protein kecil, secara umum bersifat hidrofobik dengan fungsi yang
berlainan. NS1 merupakan protein yang disekresikan virus yang berperan dalam melawan
sistem imun. Protein NS2 berperan dalam pengumpulan, sekaligus menginhibisi aktivasi
promoter IFN-. NS4A merupakan protein yang berperan dalam rapid expansion dan
modifikasi endoplasmic reticulum (ER) yang membantu dalam mematangkan domain
replikasi virus. Sementara itu, protein NS4B berperan dalam memblok respon IFN. Perlu
diketahui bahwa, semua protein NS mempunyai peranan penting dalam mengefisiensi
proses replikasi virus.

Gambar 2. Skema genom West Nile Virus

C. Cara Penularan
West Nile Virus, ditularkan ketika nyamuk menghisap darah manusia. Saliva
nyamuk biasanya telah terkontaminasi oleh virus, yang akan dimasukkan ke dalam darah
maupun jaringan kulit. Virus yang terdapat dalam kulit dianggap menginfeksi sel dendritik
seperti sel Langerhans (MHCII+/NLDC145+/E-cadherin+ cells), dan kemudian bergerak
menuju kelenjar getah bening. Tak lama kemudian, virus beramplifikasi dalam jaringan
dan menyebabkan atransient, low-level viremia, yang berlangsung beberapa hari, dan
biasanya berkurang seiring dengan produksi antibodi anti-WNV IgM.

5
Gambar 3. Siklus Penularan West Vile Virus

Di Kansas, dilaporkan bahwa ada lima spesies utama nyamuk yang menularkan
virus ini. Kelima spesies tersebut diataranya Culex pipiens, Culex restuans, Culex
salinarius, Culex tarsalis, dan Culex erraticus. Culex pipiens dan Culex restuans biasanya
menghisap darah burung, tetapi jika tempat perkembangbiakan mereka dekat dengan
rumah, maka akan menghisap darah manusia dan hewan peliharaan. Kedua spesies ini
berkembang biak di air, terutama air yang tercemar dengan bahan organik. Spesies ini
biasanya sangat aktif saat fajar dan senja.
Culex salinarius biasanya menghisap semua jenis mamalia dan burung, termasuk
manusia. Sering ditemukan dalam air pada air asin, rawa-rawa, danau, kolam, dan wadah
buatan manusia sekitar rumah. Nyamuk ini merupakan jenis yang aktif dari matahari
terbenam ke matahari terbit.
Culex tarsalis adalah salah satu nyamuk yang paling banyak di Kansas. Spesies ini
berkembang biak terutama di daerah pedesaan pada musim semi, khususnya di daerah
padang rumput, parit dan mata air. Merupakan spesies yang paling aktif pada senja, dan
sering menghisap darah sapi, ayam dan manusia. Selain menjadi vektor West Nile Virus,
nyamuk ini adalah vektor utama encepahalitis pada kuda barat.
Culex erraticus berada di kawasan hutan, tergolong ke dalam spesies lemah dan
menghisap darah binatang di sekitar hutan (K-State Research and Extension, 2004).
D. Siklus Hidup

6
Secara umum, siklus hidup dari genus flavivirus terdiri dari 4 tahapan, yaitu
attachment/entry, translation, replication, dan assembly/egress. Virus berpenetrasi ke
dalam sel host melalui reaksi endositosis via receptor-mediated dan diangkut menuju
endosom. Spesifikasi reseptor dari virus ini belum diketahui secara pasti. Namun,
beberapa protein pada membran sel merupakana molekul reseptor potensial bagi WNV
(DC, Integrin alpha-v beta-3), dan reseptor yang dibutuhkan untuk terjadinya ikatan dan
entry site virus, tergantung dari tipe sel.
Reaksi asidifikasi pada kompartemen endosomal menyebababkan perubahan
konformasi pada protein E, menyebabkan fusi virus dan membran endosomal dan
pelepasan nukleokapsid virus ke dalam sitoplasma. Proses translasi RNA virus dan sistesis
poliprotein segera belangsung setelah virus berada dalam sitoplasma sel host. Sedang
replikasi genom terjadi pada domain spesifik yang diperlukan untuk menyusun protein
virus.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, protein virus dapat menyebabkan ekspansi
dan modifikasi ER secara besar-besaran. Dua domain yang penting dalam sintesis protein
dan proses replikasi adalah secara berturut-turut adalah vesicle packets (VP) dan
convoluted membranes (CM). Proses replikasi dan translasi, genom yang kemudian.
Kemudian, proses replikasi dan translasi, genom akan dikemas ke dalam virion,
mengalami pematangan, akan disekresi melalui jalur sekresi ER-Golgi. Sel anakan virus
kemudian dirilis melalui proses eksositosis.

Gambar 4. Siklus sel West Nile Virus

7
E. Patogenesis
Selain menyebabkan viremia, virus ini dapat menginfeksi sejumlah organ host,
termasuk limpa, organ hati, dan ginjal. Virus dapat terdeteksi lewat urin (viruria) pasien
dengan encephalitis, setelah 8 hari pasca infeksi. Hal ini juga dibuktikan melalui
eksperimen yang dilakukan terhadap hamster, diketahui hamster menunjukan viruria dan
adanya infeksi virus pada ginjal.
Setelah memasuki SSP, WNV akan menyebabkan penyakit neurologis yang parah.
WNV mungkin masuk ke dalam jaringan otak melalui kombinasi mekanisme yang
memfasilitasi neuroinvasion virus, seperti direct infection dengan atau tanpa gangguan
pada blood brain barrier (BBB), dan atau transportasi virus di sepanjang neuron perifer.
Level viremia yang tinggi dapat dengan mudah menyebabkan infeksi otak jika
BBB terganggu. Level viremia yang tinggi mempunyai korelasi dengan tigkat keparahan
infeksi pada tikus percobaan. Viremia dan titer virus yang tinggi pada jaringan peripheral
tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk memprediksi neuroinvasion.
Protein host seperti Drak2 (death-associated protein-kinase related 2), ICAM-1
(intercellular adhesion molecule), MIP (macrophage migration inhibitory factor), dan
MMP-9 (matrixmetalo proteinase 9), terlibat dalam mengubah permeabilitas BBB selama
infeksi WNV. Hal ini dapat memperbesar peluang virus untuk menginvasi jaringan SSP
tanpa mengganggu BBB. Respon host juga berkontribusi dalam meningkatkan patogenesis
infeksi MNV.

F. Manifestasi Klinis
Invasi West Nile Virus dapat menyebabkan gangguan pada sel host yang akan
memperparah kondisi klinis dari seseorang yang terinfeksi. Masa inkubasi untuk WNV,
rentang waktu dari infeksi hingga gejala onset biasanya berlangsung antara 2 sampai 15
hari.
Pada beberapa individu (70-80%), infeksi virus ini tidak menunjukan gejala sama
sekali. Namun, satu dari lima orang yang terinfeksi dapat mengalami demam dengan
gejala lainnya seperti nyeri kepala, nyeri di sluruh badan, nyeri sendi, muntah, diare, atau
rash. Mayoritas individu infektif akan sembuh dengan sendirinya meskipun tetap
mengalami kelelahan selama beberapa minggu, bahkan beberapa bulan.

8
Gejala umum yang menonjol dari infeksi virus ini bisa berupa nyeri kepala karena
reaksi demam, meningitis, ensefalitis, meningoencephalitis, dan mungkin bisa
menyebabkan sindrom poliomyelitis-like syndrome. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa sakit kepala bukan merupakan indikator penyakit neuroinvasive. Beberapa gejala
dari infeksi virus ini akan dijelaskan seperti berikut ini.
1. West Nile fever (WNF)
Terjadi pada 20% kasus, merupakan sindrom febril yang menyebabkan gejala flu-
like symptoms. Sebagian besar WNF umumnya ringan, sindrom akut berlangsung 3 sampai
6 hari setelah onset gejala. Selain itu, gejala lainnya berupa demam tinggi, sakit kepala,
menggigil, keringat berlebihan, lemah, kelelahan, pembengkakan kelenjar getah bening,
mengantuk, nyeri pada sendi dan gejala flu. Gastrointestinal simptom berupa mual,
muntah, kehilangan nafsu makan, dan diare. Kurang dari sepertiga dari pasien berkembang
menjadi ruam/rash.
2. West Nile neuroinvasive disease (WNND)
Terjadi pada kurang dari 1% kasus, ketika virus menginfeksi sistem saraf pusat
(SSP), akan mengakibatkan meningitis, ensefalitis, meningoencephalitis atau
poliomyelitis-like syndrome. Banyak pasien dengan WNND memiliki neuroimaging
normal, meskipun kelainan dapat terjadi di berbagai daerah otak termasuk basal ganglia,
thalamus, otak kecil, dan batang otak.
3. West Nile virus encephalitis (WNE)
Merupakan manifestasi dari neuroinvasive paling umum dari WNND. WNE
menunjukan gejala mirip dengan virus ensefalitis lainnya. Ditandai dengan demam, sakit
kepala, dan perubahan status mental/degradasi mental. Temuan penting dalam WNE
adalah kelemahan otot (30-50% pasien dengan ensefalitis), sering dengan gejala lower
motor neuron, flaccid paralysis, dan hiporefleksia tanpa abnormalitas sensorik.
4. West Nile meningitis (WNM)
Biasanya disertai demam, sakit kepala, dan leher kaku. Di samping itu,
menyebabkan Pleositosis, peningkatan sel darah putih dalam cairan serebrospinal.
Perubahan kesadaran biasanya tidak terlihat dan bersifat ringan.
5. West Nile meningoencephalitis
Peradangan dari kedua gangguan otak (ensefalitis) dan meninges (meningitis).

9
Gambar 5. Gambaran gangguan otak sebagai manifestasi klinis dari infeksi WNV

Gambar 6. Diagram Simptomatis pada Infeksi WNV

6. West Nile poliomyelitis (WNP)


Sindrom flaccid paralysis akut yang berhubungan dengan infeksi WNV, jarang
terjadi bila dibandingkan dengan WNM atau WNE. Sindrom ini biasanya ditandai dengan
onset akut kelemahan tungkai asimetris atau kelumpuhan tanpa adanya gangguan sensorik.
Sakit kadang-kadang mendahului kelumpuhan. Kelumpuhan dapat terjadi tanpa adanya
demam, sakit kepala, atau gejala umum lainnya yang terkait dengan infeksi WNV.
Kadang-kadang, infeksi virus ini menyebabkan gangguan otot pernafasan, menyebabkan
kegagalan pernafasan akut.
7. West-Nile reversible paralysis
Seperti WNP, gejala berupa kelemahan atau kelumpuhan asimetris. Beberapa kasus
yang dilaporkan adanya refleks tendon dalam, dan tidak melibatkan pure anterior horn.
Prognosis untuk pemulihan yang sangat baik.

10
G. Diagnosa
Diagnosis infeksi WNV tergantung pada sejumlah faktor, termasuk kondisi
lingkungan, perilaku, dan gejala klinis. Hal yang tidak kalah penting untuk
dipertimbangkan adalah distribusi vektor WNV, maupun endemisitas WNV khususnya
selama musim semi berlangsung.
Umumya, pasien memiliki keluhan seperti demam, nyeri kepala, myalgia, atau
meningitis parah, dan flaccid paralysis. Selain itu, dapat juga dengan melihat bekas gigitan
nyamuk pada kulit.
Untuk mengkonfirmasi diagnosa awal, perlu dilakukan pemeriksaan spesifik. Tes
ini dilakukan secara serologis, untuk mengkonfirmasi antigen spesifik WNV dengan
metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Tes terbaik adalah dengan
melibatkan IgM spesifik ELISA (MAC-ELISA) dimana serum dikumpulkan dalam waktu
8-21 hari setelah munculnya gejala klinis.
Tabel 1. Tes Laboratorium untuk Diagnosa Infeksi WNV

Pemeriksaan pada tingkat molekuler dilakukan dengan tes nucleic acid test (NAT).
Tes ini sangat bagus untuk mendeteksi genom dari WNV, dengan menggunakan cairan
SSp atau serum pasien. Sampel dikumpulkan selama fase awal infeksi virus. Selain itu,
dengan metode quantitative reverse transcription polymerase chain reaction (Q-RT-PCR)
dengan primer spesifik virus.

11
Pada tes Magnetic Resonance Imaging (MRI) menunjukkan kelainan pada otak
dan meninges pasien yang terinfeksi WNV. Daerah SSP yang paling sering terkena adalah
basal Gangli, talamus, batang otak, tanduk ventral, dan sumsum tulang belakang.

Gambar 7. Radiographic dan neuropathologic pada West Nile virus encephalitis

H. Pencegahan dan Pengobatan


Cara terbaik menghindari infeksi virus ini adalah dengan mengurangi jumlah
nyamuk di sektar rumah. Peceghan lainnya yang dapat dilakukan adalah:
1. Menjaga jarak dengan kolam, pot bunga, kolam rendaman, ban bekas dan tempat-
tempat lain yang menjadi media nyamuk berkembang biak.
2. Memasang screen pada jendela untuk menjaga nyamuk keluar masuk dari rumah.
3. Tetap dalam ruangan pada waktu senja. Jika akan berada di luar ruangan, gunakan
sepatu dan kaus kaki, celana panjang dan kemeja lengan panjang.
4. Jika ingin pergi ke luar ruangan, gunakan obat nyamuk yang mengandung 20% sampai
30% DEET.
Tidak ada pengobatan khusus untuk infeksi virus West Nile. Orang yang
mengalami gejala-gejala ringan biasanya sembuh tanpa obat apapun setelah beberapa hari.
Orang yang memiliki penyakit yang parah perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan
cairan secara intravena (IV). Mungkin memerlukan mesin ventilator untuk membantu
bernafas.

12
Penghilang rasa sakit dapat digunakan untuk mengurangi demam dan meringankan
beberapa gejala.
Pada kasus yang parah, pasien sering harus dirawat di rumah sakit untuk menerima
perawatan suportif, seperti cairan infus, obat nyeri, dan perawatan.
Dapat juga dengan memberikan vaksin seperti yang tertera pada tabel berikut.
Tabel 2. Vaksin untuk melawan infeksi WNV

13
BAB 3. PENUTUP

A. Kesimpulan
West Nile Virus adalah virus pathogen yang ditularkan kepada manusia melalui
vektor nyamuk genus Culex. Virus dapat menginfeksi semua jenis burung, dan mamalia
termasuk manusia.
Virus menginvasi sel host dengan cara endositosis melalui tahapan
attachment/entry, translation, replication, dan assembly/egress. Meski demikian, belum
diketahu secara pasti reseptor spesifik terhadap virus ini. Namun, kuat dugaan bahwa
beberapa jenis protein membran (DC, Integrin alpha-v beta-3) sel host mempunyai
peranan penting dalam proses perlekatan virus ini.
Patogenitas pada infeksi West Nile Virus berupa viremia, yang menginfeksi
sejumlah organ vital manusia, seperti limpa, hati, dan ginjal. Gejala berat infeksi berupa
neuroinvasive yang menyebabkan gangguan berat seperti meningitis, ensefalitis,
meningoencephalitis atau poliomyelitis-like syndrome.
Pencegahan dapat dilakukan dengan penggunaan anti nyamuk atau mengenakan
pakain tertutup untuk meminimalisir gigitan vektor. Tidak ada obat khusus untuk
menyembuhkan infeksi virus ini. Namun, dapat diberikan cairan tambahan secara IV,
maupun vaksin.

B. Saran
Infeksi West Nile Virus dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk genus Culex.
Menjaga kebersihan dalam rumah dan lingkungan sekitar dapat dilakukan untuk
mengurangi penyebaran infeksi virus. Selain itu juga, dengan mengenakan pakaian
tertutup dan lotion anti nyamuk.

14
Sumber
Ali M, et al. West Nile virus infection: MR imaging findings in the nervous system. AJNR
Am J Neuroradiol 2005;26(2):28997
Anninger WV, Lomeo MD, Dingle J, Epstein AD, Lubow M (2003). "West Nile virus-
associated optic neuritis and chorioretinitis". Am. J. Ophthalmol. 136 (6): 11835
Asnis DS, Conetta R, Teixeira AA, Waldman G, Sampson BA (March 2000). "The West
Nile Virus outbreak of 1999 in New York: the Flushing Hospital experience". Clin.
Infect. Dis. 30 (3): 4138
Davis LE, DeBiasi R, Goade DE, et al. (Sep 2006). "West Nile virus neuroinvasive
disease". Ann Neurol.60 (3): 286300
Gould EA, Solomon T. Pathogenic flaviviruses. Lancet 2008;371(9611):5009
http://academic.emporia.edu/aberjame/student/andereck2/west_nile_virus.htm
https://medlineplus.gov/westnilevirus.html
https://www.academia.edu/11468712/West_Nile_Virus
https://www.cdc.gov/westnile/symptoms/index.html
https://www.cdc.gov/westnile/symptoms/index.html
Leung JY, et al. Role of nonstructural protein NS2A in flavivirus assembly. J Virol
2008;82(10):473141
Lindenbach, BD.; Rice, CM. Flaviviridae: the viruses and their replication. In: Knipe, HP.,
editor.Fields Virology. Lippincott, Williams, & Wilkins; Philadelphia: 2001. p.
991-1041.DM
Mackenzie JM, et al. Subcellular localization and some biochemical properties of the
flavivirus Kunjin nonstructural proteins NS2A and NS4A. Virology
1998;245(2):20315
Mackenzie JM, Westaway EG. Assembly and maturation of the flavivirus Kunjin virus
appear to occur in the rough endoplasmic reticulum and along the secretory
pathway, respectively. J Virol2001;75(22):1078799
Mojumder, D. K., Agosto, M., Wilms, H.; et al. (March 2014). "Is initial preservation of
deep tendon reflexes in West Nile Virus paralysis a good prognostic
sign?". Neurology Asia. 19 (1): 9397

15
Montgomery SP, Chow CC, Smith SW, Marfin AA, O'Leary DR, Campbell GL (2005).
"Rhabdomyolysis in patients with west nile encephalitis and meningitis". Vector-
Borne and Zoonotic Diseases. 5 (3): 252-7
Morrey JD, et al. Increased blood-brain barrier permeability is not a primary determinant
for lethality of West Nile virus infection in rodents. J Gen Virol 2008;89(Pt 2):467
73.
Olejnik E (1952). "Infectious adenitis transmitted by Culex molestus". Bull Res Counc
Isr. 2: 2101
Petropoulou KA, et al. West Nile virus meningoencephalitis: MR imaging findings. AJNR
Am JNeuroradiol 2005;26(8):198695
Samuel MA, et al. Axonal transport mediates West Nile virus entry into the central
nervous systemand induces acute flaccid paralysis. Proc Natl Acad Sci U S A
2007;104(43):171405
Schlesinger JJ. Flavivirus nonstructural protein NS1: complementary surprises. Proc Natl
Acad Sci US A 2006;103(50):1887980
Smith RD, Konoplev S, DeCourten-Myers G, Brown T (February 2004). "West Nile virus
encephalitis with myositis and orchitis". Hum. Pathol. 35 (2): 2548
Westaway EG, Ng ML. Replication of flaviviruses: separation of membrane translation
sites of Kunjinvirus proteins and of cell proteins. Virology 1980;106(1):10722

16

Anda mungkin juga menyukai