Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Ekologi dan tingkah laku Ternak yang diberikan oleh bapak Johan Koibur

Masalah yang diberikan pada makalah ini adalah mengenai tentang


satwa, yang terdiri dari hewan kasuari dan anoa, dimana kita telah ketahui bahwa
kasuari kebanyakan di Indonesia bagian Timur: Irian Jaya, Maluku (seram dan
kepulauan aru). Jenis Casuarius casuarius telah dilindungi, namun kasuari telah jadi
satwa buruan untuk dimakan dagingnya. Sedangkan anoa lebih kebanyakan pulau
Sulawesi, Indonesia.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah


ini yang tentunya jauh dari kesempurnaan.Karena itu kami membuka diri untuk setiap
saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan karya makalah ini
selanjutnya.

Akhirnya semoga sumbangan amal bakti semua pihak tersebut


mendapat balasan yang setimpal dari-Nya. Dan semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan bagi kami dan masyarakat pecinta ilmu pengetahuan pada umumnya.

Manokwari, November
2014
Penulis

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Satwa merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya, sehingga
kelestariannya perlu di jaga agar tidak punah, baik karena factor alam, maupun
perbuatan manusia seperti perburuan, serta kepemilikan satwa yang tidak sah.

Burung Kasuari tergolong dalam ordo Casuariiformes. Ordo ini terdiri dari
dua famili, yaitu famili casuaridae dan dromidae. Di Indonesia hanya ditemukan
famili casuaridae, yang terdiri dari tiga species : Casuarius casuarius, Casuarius
benneti dan Casuarius unafendiculatus. Di Indonesia burung ini ditemukan
diIndonesia bagian Timur: Irian Jaya, Maluku (seram dan kepulauan aru). Jenis
Casuarius casuarius telah dilindungi, namun kasuari telah jadi satwa buruan
untuk dimakan dagingnya. Telurnya di Maluku menjadi bahan ukiran setelah
isinya dibuang melalui lubang sebesar jarum. Kini kasuari sudah sulit ditemukan.
Anoa adalah satwa endemik pulau Sulawesi, Indonesia. Ada dua spesies
anoa yaitu: Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah
(Bubalus depressicornis). . Anoa juga menjadi satwa identitas Provinsi Sulawesi
Tenggara. Bentuknya mirip sekali dengan kerbau hanya saja tanduknya lurus
kebelakang dengan bagian ujung runcing berbeda dari kerbau umumnya yang
memiliki tanduk melengkung ke samping. Tanduk Anoa dapat dijadikan senjata
untuk pertahanan

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah pada makalah ini, anatar lain


1. Mengetahui tingkah laku burung kasuari
2. Mengetahui tingkah laku anoa

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan pada makalah ini, antara lain:


1. Menjelaskan tentang tingkah laku burung kasuari
2. Menjelaskan tentang tingkah laku anoa
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Burung Kasuari


Burung Kasuari tergolong dalam ordo Casuariiformes. Ordo ini terdiri dari
dua famili, yaitu famili casuaridae dan dromidae. Di Indonesia hanya ditemukan
famili casuaridae, yang terdiri dari tiga species : Casuarius casuarius, Casuarius
benneti dan Casuarius unafendiculatus.

Ciri-ciri umum famili casuaridae a.l.:

Tubuh besar berbentuk pasak, tinggi bisa mencapai 150 cm.

Kakinya kokoh untuk berjalan dan berlari

Leher panjang, kokoh dan paruh besar kuat

Tidak dapat terbang karena sayap degenerasi dengan bulu yang tidak
sempurna dan terlepas.
Jari kaki 3 buah menghadap kedepan dengan kuku tajam.

Sulit dibedakan jantan- betinanya.

Di Indonesia burung ini ditemukan diIndonesia bagian Timur: Irian Jaya, Maluku
(seram dan kepulauan aru). Jenis Casuarius casuarius telah dilindungi, namun
kasuari telah jadi satwa buruan untuk dimakan dagingnya. Telurnya di Maluku
menjadi bahan ukiran setelah isinya dibuang melalui lubang sebesar jarum. Kini
kasuari sudah sulit ditemukan.

1. Tingkah laku makan

Tingkah laku makan merupakan bagian yang terpenting bagi kehidupan satwa.
Makanan yang disuakai kasuari adalah buah-buahan, insekta dan terkadang juga
makan batu-batuan kecil (menurut penduduk).
Sebagaimana jenis-jenis burung lain kausari menangkap mangsanya dengan mematuk
dan mengejar-ngejarnya bila insekta terbang. Belum diketahui apakah kasuari makan
cacing atau tidak. Belum pernah kasuari mengais tanah.
Buah-bauhan berkulit tebal seperti jambu-jambuan, kenari relative lebih mudah
dimakannya. Buah yang tergeletak di tanah dipatuknya, buah yang telah terjepit satu
atau dua kali kepalanya dihentak-julurkan sambil ditengadahkan dan diangkat ke atas,
paruh dibuka lebar, maka buah segera masuk ke rongga mulutnya dan selanjutnya
ditelan. Menggelusurnya buah dileher kasuari terlihat jelas.
Kasuari dalam mencari makanannya diduga selain mengambil buah yang telah jatuh
ditanah juga berusaha untuk menjatuhkan buah dipohon yang relative masih bisa
digetarkannya. Oleh terjangan kaki atau senggolan badannya. Dugaan ini disadarkan
pada tingkah kasuari yang sewaktu-waktu menerjang sesuatu yang tegak dimukanya.
Pernah beberapa kali kasuari menerjang drum kosong yang berdiri beberapa kali
seperti bermain tanpa dilatih sebelumnya. Gerakannya seperti ayam berkelahi hanya
tidak dengan mematuk, kepalanya tegak ke atas.
Mengenai batu-batu kecil yang ditelannya mungkin merupakan tingkah laku makan
yang penting dalam usaha untuk menghancurkan makanan, buah-buahan yang
relative keras dalam temboloknya.

2. Berkembang biak

Kasuari sering kelihatan di hutan, berdua-dua, kalau lebih terlihat yang lainnya kecil-
kecil, anaknya. Mungkin kasuari hidup berpasangan, tetapi pernah juga menemui
kasuari berjalan sendiri. Menurut penduduk, kasuari yang demikian biasanya betina,
kerena yang jantan sedang mengerami telurnya. Penduduk Somenente, TOR Atas
mengatakan kasuari betina dapat bertelur sampai delapan butir, yang jantan
mengeraminya sekitar 2 bulan.
Pernah pula menemukan telur kasuari 2 butir diatas serasah daun tergeletak begitu
saja, tidak tampak adanya bentuk sarang. Menurut penduduk pula, kasuari tidak
membuat sarang. Sarang baru terlihat bentuknya bila telur telah dierami yang jantan,
serasah dan tanah berlekuk ke bawah.
Anak kasuari yang masih kasuari kecil berbulu coklat dan bergaris-garis coklat muda
seperti anak babi hutan. Berapa lama anak kasuari ikut bapak-induknya belum jelas,
mungkin sekitar 5-6 bulan.

3. Jalan dan lari

Sebagai burung yang tak dapat terbang, maka jalan dan lari merupakan
kemampuannya yang utama baik dalam mencari makanannya maupun menhindarkan
dirinya dari bahaya yang mengancam.
Dalam keadaan tidak ada bahaya kasuari berjalan dengan kepalanya tegak keatas atau
sedikit lehernya dibengkokkan, tetapi kepala tegak atau sedikit menunduk. Lain
halnya bila lari, maka kepalanya lurus datar dengan tubuhnya, malah terkadang lebih
rendah dengan lincah meliuk-liuk diantara ranting semak atau batang pohon kecil.
Hal yang tersebut akhir terutama bila ia sedang menghindarkan diri dari bahaya.
Badannya yang berbentuk pasak memang sangat mempermudah gerakakannya dalam
hutan.
Kakinya yang kokoh dengan kukunya yang tajam pada ketiga jarinya yang
menghadap kemuka serta paruhnya benar-benar sangat membahayakan, bila kasuari
melawan dan menyerang musuhnya. Bagi manusia benar-benar harus waspada.
Seekor kasuari yang tiba-tiba bertemu dengan kita dan berhadapan arah, maka ia akan
diam, mukanya tajam seperti menyelidiki gerakan apa yang dilakukan kita. Mata dan
kepalanya yang biru bagi penulis terasa menakutkan.
Gerakan selanjutnya dari burung tersebut adalah lari melingkar membantuk busur
sejauh busur sejauh 20 30 m, bolak-balik sangat cepat. Tindakan itu merupakan
gerakan persiapan menyerang bila diganggu. Untuk kasuari yang takut, maka sejak
bertemu langsung lari cepat menyelinap dan hilang.
Karena tingkah lakunya yang demikian maka penduduk yang berburu kasuari
sendirian sangat waspada, segera setelah melihat kasuari lasngsung menyerangkan
tombak atau panahnya, sebab bila kasuari sudah melihat ia sangat lincah menghidar
atau berbahaya bila melawan.

4. Kasuari Peliharaan

Kasuari tampaknya dapat dipelihara dengan mudah. Sebagai burung yang tak dapat
terbang, maka kandangnya cukup berupa pagar, lalu disediakan tempat berteduhnya
disudut atau tengah kandang.
Kasuari yang telah lama dipelihara punya tingkah laku mirip anjing, cerdik, bisa
diajak gurau oleh si pemilik atau pemelihara. Dapat dilepaskan dari kandang dari
kandang dan kembali pulang.
Sekalipun demikian tingkah laku yang lain masih sulit diduga, pernah terjadi kasuari
yang telah dipelihara tiba-tiba menyerang anak pemelihara yang biasa
menggurauinya. Sangat fatal, perutnya robek diterjang kaki dan kukunya yang tajam
kemudian meninggal.

5. Keindahan burung kasuari

Propinsi Papua (Irian Jaya) merupakan daerah Kawasan Timur Indonesia, yang kaya
akan keaneka ragaman hayati, baik fauna maupun floranya. Keaneka ragaman fauna
Irian Jaya dari jenis burung , ada 602 species dengan tingkat endemic 52 %
(Anonymous, 1993). Salah satu jenis burung endemik yang tergolong paling besar
tubuhnya adalah burung kasuari (Casuarius Sp.). Burung ini selain besar, juga
memiliki keindahan warna leher dan pialnya.
Burung kasuari merupakan salah satu satwa liar yang dilindungi Undang-Undang dan
memiliki potensi untuk dikembangkan serta dibudidayakan sebagai hewan ternak.
Burung kasuari dewasa dapat mencapai tinggi 1,3-1,8 meter dengan berat sekitar 60-
75 kilogram. Jumlah telur setiap musim kawin berkisar 2-6 butir, tetapi lebih sering
antara 2-4 butir. Meskipun satwa ini dilindungi oleh undang-undang, namun masih
sering terjadi perburuan liar untuk mendapatkan daging, telur dan bulu dari satwa ini.
Apabila keadaan ini berlanjut terus, tanpa dilakukan pengawasan dan pengendalian
yang tepat, maka satwa ini terancam punah. Keadaan ini akan lebih dipercepat lagi
dengan adanya pembukaan hutan untuk pemukiman transmigrasi, perkebunan
ataupun industri, yang menyebabkan perusakan habitat.
Salah satu usaha pemerintah untuk mengatasi hal tersebut adalah melakukan
penangkaran fauna burung endemik Papua, termasuk kasuari di Taman Burung dan
Taman Anggrek Biak. Penangkaran merupakan salah satu usaha untuk melindungi
dan mengembangkan satwa diluar habitat alaminya. Didalam penangkaran dapat
mengakibatkan satwa mengalami perubahan lingkungan dari alam bebas menjadi
terbatas, termasuk perubahan dalam proses adaptasi dan tingkah laku makan dan
kawin.
Namun sampai saat ini tingkat keberhasilan penangkaran burung kasuari di Taman
Burung dan Taman Anggrek Biak belum optimal, karena masih terbatasnya informasi
tentang kasuari di Indonesia terutama tentang tingkah laku makan dan kawin yang
sangat menunjang proses pengawasan dan penanganan reproduksi kasuari. Oleh
karena itu perlu dilakukan pengkajian atau penelitian pola tingkah laku makan dan
kawin burung kasuari dalam penangkaran sebagai acuan dalam usaha
pembudidayaannya.

6. Klasifikasi Kasuari

Berdasarkan sistematika zoologis, burung kasuari termasuk dalam Ordo


Struthioniformis, Famili Casuariidae dan Genus Casuarius dengan tiga spesies
yaitu Casuarius unappendiculatus (Kasuari Gelambir Tunggal), Casuarius
casuarius (Kasuari Gelambir Ganda) dan Casuarius bennetti (Kasuari Kerdil)
(Coates, 1985).
Jenis kasuari gelambir tunggal banyak ditemukan di daerah hutan hujan atau hutan
rawa, terutama di dataran rendah. Daerah penyebarannya sangat luas, meliputi
Papua bagian utara, pulau salawati dan pulau Yapen-Serui. Tinggi kasuari jenis ini
1,2-1,5 meter (Beehler et al., 1986). Spesies ini memiliki ciri umum selain
bergelambir tunggal pendek kemerahan, mahkota membentuk bidang segitiga,
wajah dan kepala berwarna biru dengan leher merah berbercak kuning dibagian
belakang.
Kasuari gelambir ganda sering terdapat dipinggiran hutan dan sabana.
Penyebarannya meliputi Papua bagian Barat, Tenggara dan Selatan serta kepulauan
Aru. Spesies ini memiliki tinggi 1,5 1,8 meter (Beehler, et al., 1986 dan Coates,
1985). Kulit leher dan kepala berwarna biru keunguan bercampur merah dan
kuning. Memiliki gelambir ganda berwarna merah pada lehernya. Bermahkota
tinggi dan tebal membentuk kurva.
Kasuari kerdil lebih senang mendiami daerah pegunungan dengan ketinggiam
lebih dari 3000 meter dari permukaan laut. Tinggi kasuari ini 1,1 meter dengan
mahkota pendek mendatar kebelakang dan tidak bergelambir. Leher bawah
berwarna merah dan bagian atas berwarna biru sampai kekulit muka dengan
bercak merah disudut mulut.
Kasuari merupakan burung besar yang tubuhnya berat (60-75 kilogram), hanya
dijumpai di pulau Papua, Kepulauan Aru, Seram dan Australia Timur Laut.
Berkerabat dekat dengan burung Unta, Emu, Kiwi, Rhea dan Tinamou yang
tergolong kedalam ratiles atau burung yang tidak dapat terbang. Kasuari dapat lari
dengan kecepatan 40 kilometer per jam dengan satu lompatan melewati rintangan.
Memiliki sepasang kaki yang kokoh dengan ketiga jarinya yang dipersenjatai kuku
atau cakar yang tajam dan panjang. Bulu kasuari dewasa berwarna hitam legam,
kaku dan pendek. Sedangkan bulu anak kasuari berwarna coklat pucat dengan
garis-garis memanjang dari kepala keekor berwarna coklat gelap. Perubahan warna
bulu dari coklat bergaris menjadi coklat polos terjadi pada umur sekitar 6 bulan
kemudian dari coklat menjadi warna hitam legam setelah mencapai umur dewasa
kelamin yaitu sekitar umur 4 tahun. Kasuari memiliki daerah teritori tertentu dan
hidup secara soliter kecuali pada musim kawin dan saat mengasuh anak
Kasuari tergolong hewan diurnal yaitu melakukan aktivitas disiang hari. Di alam
bebas kasuari menjelajahi hutan sendiri-sendiri (soliter) atau bersama anaknya atau
berpasangan pada saat musim kawin. Pada saat musim kawin satwa ini bersifat
nervous dan siap menyerang siapa saja yang berada disekitarnya. Menjelang dan
awal musim kawin, jantan mulai mendekati betina dan pada saat ini sering terjadi
perkelahian antar kasuari jantan dalam memperebutkan betina.

7. Perkembang biakan Kasuari

Pertemuan jantan dan betina saat musim kawin, umumnya di daerah teritori atau di
areal tempat makan kasuari betina. Bila kasuari betina telah menerima pejantan
maka kasuari jantan akan mengikuti betina terus sehingga terlihat berpasangan,
tetapi sebaliknya bila betina menolak maka jantan akan diusir. Pengusiran ini lebih
sering terjadi pada saat diluar musim kawin. Kasuari betina umumnya lebih besar
dari jantan. Kasuari merupakan salah satu spesies yang melakukan perkawinan
dengan sistem poliandri.
Seekor kasuari betina akan kawin dengan lebih dari satu kasuari jantan. Setelah
satu clatch peneluran, kasuari betina akan meninggalkan pasangannya dan akan
mencari dan akan bercumbu dengan kasuari jantan lain sampai dibuahi pada clutch
peneluran berikutnya. Semakin tua kasuari betina semakin luas teritorinya, lebih
banyak pasangannya dan lebih agresif saat bercumbu sehingga turunannya lebih
banyak.
Menurut Coates (1986), musim kawin pada kasuari gelambir ganda (Casuarius
casuarius) umumnya dari bulan Juni sampai Oktober tetapi paling sering Juli dan
Agustus, sedangkan pada kasuari gelambir tunggal (Casuarius unappendiculatus)
masa kawin terjadi selama musim panas dan musim bertelur pada bulan Juni. Masa
kawin pada kasuari kerdil (Casuarius bennetti) terjadi pada akhir musim hujan atau
bulan Maret dan April. Kasuari jantan dan betina menduduki teritori tertentu pada
saat bertelur.
Betina meletakkan 3-6 telur berwarna kehijauan dalam sarang yang terbuat dari
daun-daunan pada pangkal sebatang pohon, kemudian betina pergi ke hutan
meninggalkan sang jantan yang akan mengerami, menjaga dan mempertahankan
anak-anaknya dari predator. Selama kurang lebih 7 minggu jantan sibuk
mengerami telur dan menjaga anaknya setelah menetas.
Jika pada waktu pengeraman ini terdapat gangguan atau ancaman dari luar maka
sang jantan akan segera lari ke hutan, berusaha mengalihkan perhatian predator
terhadap telur atau anak-anaknya yang berharga. Bagi pejantan sendiri merupakan
sasaran yang penampilannya menyolok karena warnanya yang hitam kelam,
sedangkan telur berwarna hijau dan anak kasuari bergaris garis coklat sehingga
kemungkinan besar tidak akan terlihat oleh predator. Anak kasuari akan tinggal
bersama kedua induknya sampai umur sembilan bulan sebelum mereka menjalani
pola hidup soliter dan menduduki teritori atau home range sendiri

2.2 Kasuari Burung Paling Berbahaya Di Dunia


Kasuari merupakan sebangsa burung yang mempunyai ukuran tubuh sangat
besar dan tidak mampu terbang. Kasuari yang merupakan binatang yang dilindungi
di Indonesia dan juga menjadi fauna identitas provinsi Papua Barat terdiri atas tiga
jenis (spesies). Ketiga spesies Kasuari yaitu Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius
unappendiculatus), Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius), dan Kasuari
Kerdil (Casuarius bennetti). Burung Kasuari merupakan burung besar yang indah
menawan. Namun dibalik keindahan burung Kasuari mempunyai sifat yang agresif
dan cenderung galak jika diganggu. Burung bergrnus Casuarius ini sangat galak
dan pemarah dan tidak segan-segan mengejar korban atau para pengganggunya.
Karenanya di kebun binatangpun, Kasuari tidak dibiarkan berkeliaran bebas.
Bahkan konon, The Guinnes Book of Records memasukkan burung Kasuari
sebagai burung paling berbahaya di dunia. Meski untuk rekor ini saya belum dapat
melakukan verifikasi ke situs The Guinness Book of Records.

Kasuari Gelambir Ganda

Kasuari Gelambir Ganda yang dapat juga ditemukan di benua Australia bagian
timur laut.
Ciri-ciri dan Tingkah Laku. Burung Kasuari mempunyai ukuran tubuh yang
berukuran sangat besar, kecuali Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) yang ukuran
tubuhnya lebih kecil. Burung Kasuari tidak dapat terbang. Burung kasuari dewasa
mempunyai tinggi mencapai 170 cm, dan memiliki bulu berwarna hitam yang
keras dan kaku.

Kasuari Gelambir Tunggal

Di atas kepalanya Kasuari memiliki tanduk yang tinggi berwarna kecokelatan.


Burung betina serupa dengan burung jantan, dan biasanya berukuran lebih besar
dan lebih dominan.
Kaki burung Kasuari sangat panjang dan kuat. Kaki ini menjadi senjata utama
burung langka dan dilindungi ini. Kaki burung Kasuari mampu menendang dan
merobohkan musuh-musuhnya, termasuk manusia, hanya dengan sekali tendangan.
Mungkin karena tendangan dan agresifitasnya ini tidak berlebihan jika kemudian
The Guinness Book of Records menganugerahinya sebagai burung paling
berbahaya di dunia.
Pada Kasuari Gelambir Ganda terdapat dua buah gelambir berwarna merah pada
lehernya dengan kulit leher berwarna biru.. Sedangkan pada Kasuari Gelambir
Tunggal (Casuarius unappendiculatus), sesuai namanya hanya mempunyai satu
gelambir.
Burung Kasuari yang termasuk satwa yang dilindungi dari keounahan ini
memakan buah-buahan yang jatuh dari pohonnya. Burung Kasuari biasa hidup
sendiri, dan berpasangan hanya pada saat musim kimpoi saja. Anak burung
dierami oleh Kasuari jantan.
Kasuari Kerdil

Meskipun Kasuari memiliki tubuh yang besar, namun ternyata tidak banyak yang
diketahui tentang burung endemik papua ini. Apalagi untuk spesies Kasuari
Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus) dan Kasuari Kerdil (Casuarius
bennetti).
Habitat dan Penyebaran. Burung Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius
unappendiculatus) dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) merupakan satwa
endemik pulau Papua (Indonesia dan Papua New Guinea), sedangkan Kasuari
Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) selain di pulau Papua juga terdapat di pulau
Seram (Maluku, Indonesia) dan Australian bagian timur laut. Burung Kasuari
mempunyai habitat di daerah hutan dataran rendah termasuk di daerah rawa-rawa.
Kasuari burung paling berbahaya, menyerang dengan kedua kakinya
Populasi dan Konservasi. Populasi burung Kasuari tidak diketahui dengan pasti
namun diyakini dari hari ke hari semakin mengalami penurunan.Sedang Kasuari
Kerdil (Casuarius bennetti) diberikan status konservasi Near Threatened (Hampir
Terancam). Ancaman kepunahan burung Kasuari lebih karena perburuan baik
untuk mendpatkan daging, bulu ataupun telurnya. B Burung kasuari merupakan
salah satu satwa liar yang dilindungi Undang-Undang dan memiliki potensi untuk
dikembangkan serta dibudidayakan sebagai hewan ternak. Burung kasuari dewasa
dapat mencapai tinggi 1,3-1,8 meter dengan berat sekitar 60-75 kilogram. Jumlah
telur setiap musim kimpoi berkisar 2-6 butir, tetapi lebih sering antara 2-4 butir.
Meskipun satwa ini dilindungi oleh undang-undang, namun masih sering terjadi
perburuan liar untuk mendapatkan daging, telur dan bulu dari satwa ini.
Apabila keadaan ini berlanjut terus, tanpa dilakukan pengawasan dan pengendalian
yang tepat, maka satwa ini terancam punah . Keadaan ini akan lebih dipercepat
lagi dengan adanya pembukaan hutan untuk pemukiman transmigrasi, perkebunan
ataupun industri, yang menyebabkan perusakan habitat.
Salah satu usaha pemerintah untuk mengatasi hal tersebut adalah melakukan
penangkaran fauna burung endemik Papua, termasuk kasuari di Taman Burung dan
Taman Anggrek Biak. Penangkaran merupakan salah satu usaha untuk melindungi
dan mengembangkan satwa diluar habitat alaminya. Didalam penangkaran dapat
mengakibatkan satwa mengalami perubahan lingkungan dari alam bebas menjadi
terbatas, termasuk perubahan dalam proses adaptasi dan tingkah laku makan dan
kimpoi.
Namun sampai saat ini tingkat keberhasilan penangkaran burung kasuari di Taman
Burung dan Taman Anggrek Biak belum optimal, karena masih terbatasnya
informasi tentang kasuari di Indonesia terutama tentang tingkah laku makan dan
kimpoi yang sangat menunjang proses pengawasan dan penanganan reproduksi
kasuari. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian atau penelitian pola tingkah
laku makan dan kimpoi burung kasuari dalam penangkaran sebagai acuan dalam
usaha pembudidayaannya.
Kasuari dapat lari dengan kecepatan 40 kilometer per jam dengan satu lompatan
melewati rintangan. Memiliki sepasang kaki yang kokoh dengan ketiga jarinya
yang dipersenjatai kuku atau cakar yang tajam dan panjang.
bulu kasuari dewasa berwarna hitam legam, kaku dan pendek. Sedangkan bulu
anak kasuari berwarna coklat pucat dengan garis-garis memanjang dari kepala
keekor berwarna coklat gelap. Perubahan warna bulu dari coklat bergaris menjadi
coklat polos terjadi pada umur sekitar 6 bulan kemudian dari coklat menjadi warna
hitam legam setelah mencapai umur dewasa kelamin yaitu sekitar umur 4 tahun.
Kasuari memiliki daerah teritori tertentu dan hidup secara soliter kecuali pada
musim kimpoi dan saat mengasuh anak
Kasuari tergolong hewan diurnal yaitu melakukan aktivitas disiang hari. Di alam
bebas kasuari menjelajahi hutan sendiri-sendiri (soliter) atau bersama anaknya atau
berpasangan pada saat musim kimpoi. Pada saat musim kimpoi satwa ini bersifat
nervous dan siap menyerang siapa saja yang berada disekitarnya. Menjelang dan
awal musim kimpoi, jantan mulai mendekati betina dan pada saat ini sering terjadi
perkelahian antar kasuari jantan dalam memperebutkan betina.
Perkembang biakan Kasuari:Pertemuan jantan dan betina saat musim kimpoi,
umumnya di daerah teritori atau di areal tempat makan kasuari betina. Bila kasuari
betina telah menerima pejantan maka kasuari jantan akan mengikuti betina terus
sehingga terlihat berpasangan, tetapi sebaliknya bila betina menolak maka jantan
akan diusir. Pengusiran ini lebih sering terjadi pada saat diluar musim kimpoi.
Kasuari betina umumnya lebih besar dari jantan. Kasuari merupakan salah satu
spesies yang melakukan perkimpoian dengan sistem poliandri.
Seekor kasuari betina akan kimpoi dengan lebih dari satu kasuari jantan. Setelah
satu clatch peneluran, kasuari betina akan meninggalkan pasangannya dan akan
mencari dan akan bercumbu dengan kasuari jantan lain sampai dibuahi pada clutch
peneluran berikutnya. Semakin tua kasuari betina semakin luas teritorinya, lebih
banyak pasangannya dan lebih agresif saat bercumbu sehingga turunannya lebih
banyak.
Menurut Coates (1986), musim kimpoi pada kasuari gelambir ganda (Casuarius
casuarius) umumnya dari bulan Juni sampai Oktober tetapi paling sering Juli dan
Agustus, sedangkan pada kasuari gelambir tunggal (Casuarius unappendiculatus)
masa kimpoi terjadi selama musim panas dan musim bertelur pada bulan Juni.
Masa kimpoi pada kasuari kerdil (Casuarius bennetti) terjadi pada akhir musim
hujan atau bulan Maret dan April. Kasuari jantan dan betina menduduki teritori
tertentu pada saat bertelur.
Betina meletakkan 3-6 telur berwarna kehijauan dalam sarang yang terbuat dari
daun-daunan pada pangkal sebatang pohon, kemudian betina pergi ke hutan
meninggalkan sang jantan yang akan mengerami, menjaga dan mempertahankan
anak-anaknya dari predator. Selama kurang lebih 7 minggu jantan sibuk
mengerami telur dan menjaga anaknya setelah menetas.
Jika pada waktu pengeraman ini terdapat gangguan atau ancaman dari luar maka
sang jantan akan segera lari ke hutan, berusaha mengalihkan perhatian predator
terhadap telur atau anak-anaknya yang berharga
2.3 Anoa

1. deskripsi anoa
Anoa adalah satwa endemik pulau Sulawesi, Indonesia. Ada dua spesies anoa
yaitu: Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus
depressicornis). Keduanya tinggal dalam hutan yang tidak dijamah manusia. Kedua
spesies tersebut dapat ditemukan di Sulawesi tenggara maupun sulawesi tengah.
Sejak tahun 1960-an berada dalam status terancam punah. Diperkirakan saat ini
terdapat kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk
diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya.
Hewan ini menjadi nama Panser produksi dalam negeri PINDAD. Anoa juga
menjadi satwa identitas Provinsi Sulawesi Tenggara. Bentuknya mirip sekali dengan
kerbau hanya saja tanduknya lurus kebelakang dengan bagian ujung runcing berbeda
dari kerbau umumnya yang memiliki tanduk melengkung ke samping. Tanduk Anoa
dapat dijadikan senjata untuk pertahanan

2. Persamaan dan Perbedaan Anoa Pegunungan dengan Anoa Dataran Rendah

Kedua jenis anoa ini tidak jauh berbeda, baik bentuk maupun fisiknya, rata-
rata berat anoa antara 150-300 Kg. Anoa berkembang biak dengan melahirkan
anaknya sekali dalam setahun
Anoa pegunungan mempunyai ukuran tubuh yang lebih ramping dibandingkan
anoa datarn rendah. Antara Anoa daratan rendah bulunya agak kehitam-hitaman dan
nampak agak mengkilat, tubuhnya lebih besar daripada Anoa pegunungan, sedang
Anoa pegunungan warna bulunya agak kecoklatan.
Anoa daratan rendah hidup di hutan tropis, anoa pegunungan hidupnya di
sekitar pegunungan. Bentuk bulun dan perawakannya saja yang sedikit berbeda.

3. Ciri-Ciri Anoa

Secara umum, anoa mempunyai warna kulit mirip kerbau, tanduknya lurus ke
belakang serta meruncing dan agak memipih Hewan ini mempunyai daging yang
banyak sekali. kedua jenis anoa termasuk binatang liar yang sangat peka terhadap
kehadiran makhluk lain.

a.Anoa Pegunungan
Panjang dari kepala sampai kaki 122-153 cm, tinggi bahu tidak lebih dari 75
cm, panjang ekor bisa mencapai 27 cm, sedangkan berat ukuran dewasa kurang dari
150 kg. Anoa pegunungan memiliki bulu yang sangat tebal dan berwarna cokelat
gelap atau hitam. Anoa jantan warnanya lebih gelap daripada anoa betina. Ekor relatif
pendek. Baik jantan maupun betina memiliki tanduk yang relatif pendek, lurus, dan
sudutnya mengarah kebelakang. Tanduk bisa bertumbuh hingga mencapai 15-20 cm.

Anoa pegunungan mempunyai ukuran tubuh yang lebih ramping dibandingkan


anoa datarn rendah. Anoa Pegunungan juga dikenal dengan nama Mountain Anoa,
Anoa de Montana, Anoa de Quarle, Anoa des Montagnes, dan Quarle's Anoa.
Sedangkan Anoa Dataran Rendah juga dikenal dengan nama Lowland Anoa, Anoa de
Ilanura, atau Anoa des Plaines.

b. Anoa Dataran Rendah


Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) sering disebut sebagai Kerbau
kecil, karena Anoa memang mirip kerbau, tetapi pendek serta lebih kecil ukurannya,
kira-kira sebesar kambing. Spesies bernama latin Bubalus depressicornis ini disebut
sebagai Lowland Anoa, Anoa de Ilanura, atau Anoa des Plaines.
Anoa yang menjadi fauna identitasprovinsi Sulawesi tenggara ini lebih sulit
ditemukan dibandingkan anoa pegunungan. Anoa dataran rendah (Bubalus
depressicornis) mempunyai ukuran tubuh yang relatif lebih gemuk dibandingkan
saudara dekatnya anoa pegunungan (Bubalus quarlesi). Panjang tubuhnya sekitar 150
cm dengan tinggi sekitar 85 cm. Tanduk anoa dataran rendah panjangnya 40 cm.
Sedangkan berat tubuh anoa dataran rendah mencapai 300 kg.
4. Reproduksi

Anoa sulit sekali berkembang biak karena masa reproduksinya yang lama
seperti halnya kerbau. Masa kehamilan dari 276 hari sampai 315 hari, bayi yang
dilahirkan hanya satu ekor, kemampuan bereproduksi terjadi pada umur 2 tahun
hingga 3 tahun. Anoa bisa bertahan hidup sekitar 20 tahun hingga 25 tahun.

Saat dilahirkan, bayi anoa bulunya berwarna cokelat keemasan atau kekuningan
dan sangat tebal. Warnanya perlahan akan berubah menjadi lebih gelap seiring
dengan perkembangannya. Anoa dataran rendah dapat hidup hingga mencapai usia 30
tahun yang matang secara seksual pada umur 2-3 tahun. Masa kehamilannya sendiri
sekitar 9-10 bulan. Anak anoa akan mengikuti induknya hingga berusia dewasa
meskipun telah disapih saat umur 9-10 bulan. Sehingga tidak jarang satu induk
terlihat bersama dengan 2 anak anoa yang berbeda usia.

5. Ekologi Dan Habitat

Habitat Anoa adalah dataran rendah atau pegunungan Sulawesi. Anoa


pegunungan (Bubalus quarlesi) lebih ringan daripada Anoa dataran rendah (Bubalus
depressicornis). Mungkin medan yang sulit lebih cocok untuk anoa yang bertubuh
ringan. Anoa dataran rendah memiliki bobot hingga 300 kilogram sedangkan
saudaranya Anoa pegunungan dapat mencapai sekitar setengahnya atau 150 kilogram.
Anoa ini tak dapat hidup dan berkembang bila disekelilingnya ada orang atau hewan
lain.
Anoa pegunungan berhabitat di hutan dataran tinggi hingga mencapai
ketinggian 3000 mdpl meskipun terkadang anoa jenis ini terlihat turun ke pantai
untuk mencari garam mineral yang diperlukan dalam proses metabolismenya. Anoa
pegunungan terdapat di pulau Sulawesi dan Pulau Buton di Indonesia . Anoa
Pegunungan termasuk dalam kategori hewan hutan hujan, dan memilih daerah yang
terdapat banyak vegetasi, sumber air yang permanen dan jauh dari
jangkauan manusia.
Anoa pegunungan biasanya mandi di kubangan lumpur, seperti halnya kerbau
liar. Hal ini mungkin dikarenakan ia membutuhkan mineral yang terkandung
didalamnya. Anoa Pegunungan sangat aktif di pagi hari, ia kembali ketempat
berlindungnya saat tengah hari. Mereka berlindung dibawah pohon besar yang
tumbang, dibawah batu-batu besar dan di antara akar pohon. Tanduknya digunakan
untuk menyingkirkan ranting atau untuk menggali tanah, dan juga digunakan saat
terjadi pertarungan fisik dengan anoa yang lain untuk memperlihatkan dominansi.
Anoa pegunungan hidup secara soliter atau secara berpasangan.
Anoa dataran rendah hidup dihabitat mulai dari hutan pantai sampai dengan
hutan dataran tinggi dengan ketinggian 1000 mdpl. Anoa menyukai daerah hutan
ditepi sungai atau danau mengingat satwa langka yang dilindungi ini selain
membutuhkan air untuk minum juga gemar berendam ketika sinar matahari
menyengat.

6. Makanan

Anoa merupakan hewan herbivora. Makanannya terdiri dari rumput atau


dedaunan, selain itu ia juga makan jahe, buah-buahan yang tumbuh di habitat
mereka, sawit dan juga pakis.
Anoa menunjukkan preferensi yang tinggi pada jenis makanan berupa daun
daripada buah dan umbi. Namun buah dan umbi juga dimakan tetapi terlebih dahulu
makan dedaunan.
Jenis makanan yang biasa diberikan kepada anoa di KB Ragunan yaitu kangkung,
kacang panjang, pisang, jambu biji, pepaya, jagung dan ubi jalar. Ketika semua jenis
makanan itu diberikan bersamaan, maka kangkung dan kacang panjang dimakan
terlebih dahulu, kemudian buah dan umbi.

7. Predator
Anoa tidak memiliki predator alami, walaupun saat ini yang menjadi ancaman
utamanya adalah manusia. Anoa biasanya diburu untuk diambil kulit, daging dan
tanduknya. Selain itu pembukaan hutan untuk dijadikan lahan pertanian dan
pertambangan emas juga semakin mengancam habitat Anoa, karena ia kehilangan
habitatnya dan sumber makanannya, serta ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan
keberadaan manusia.
Ancaman kepunahan satwa endemik Sulawesi ini lebih disebabkan
oleh deforestasi hutan (pembukaan lahan pertanian dan pemukiman) dan perburuan
yang dilakukan manusia untuk mengambil daging, kulit, dan tanduknya.

8. Status Konservasi

Baik Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) maupun Anoa Dataran Rendah


(Bubalus depressicornis) sejak tahun 1986 oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam
binatang dengan status konservasi Terancam Punah (Endangered; EN) atau tiga
tingkat di bawah status Punah.
Populasi dan Konservasi.
Anoa semakin hari semakin langka dan sulit ditemukan. Bahkan dalam
beberapa tahun terakhir anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) yang menjadi
maskot provinsi Sulawesi Tenggara tidak pernah terlihat lagi. Karena itu sejak tahun
1986, IUCN Redlist memasukkan kedua jenis anoa ini dalam status konservasi
endangered (Terancam Punah).
Selain itu CITES juga memasukkan kedua satwa langka ini dalam Apendiks I
yang berarti tidak boleh diperjual belikan. Pemerintah Indonesia juga memasukkan
anoa sebagai salah satu satwa yang dilindungi dalam Peraturan Pemerintah (PP)
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan
Satwa.
Beberapa daerah yang masih terdapat satwa langka yang dilindungi ini
antaranya adalah Cagar Alam Gunung Lambusango, Taman Nasional Lore-Lindu dan
TN Rawa Aopa Watumohai (beberapa pihak menduga sudah punah). Pada tahun
2000, masyarakat Kabupaten Buton dan Konawe Selatan dibantu pihak BKSDA
pernah mencoba untuk membuka penangkaran anoa. Tetapi usaha ini akhirnya gagal
lantaran perilaku anoa yang cenderung tertutup dan mudah merasa terganggu oleh
kehadiran manusia sehingga dari beberapa spesies yang ditangkarkan tidak satupun
yang berhasil dikawinkan.
Tahun 2010 ini, Taman Nasional Lore-Lindu akan mencoba melakukan
penangkaran satwa langka yang dilindungi ini. Semoga niat baik ini dapat terlaksana
sehingga anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) dan Anoa Pegunungan
(Bubalus quarlesi) dapat lestari dan menjadi kebanggan seluruh bangsa Indonesia
seperti halnya Panser Anoa buatan Pindad.

9. Faktor-faktor yang mengancam kelestarian anoa

Pada dasarnya faktor yang sangat signifikan mengancam upaya pelestarian


satwa anoa adalah adanya aktivitas manusia dengan segala bentuknya baik secara
langsung maupun tidak langsung, sadar atau tidak sadar bahkan segaja atau tidak
sengaja, telah mengakibatkan satwa anoa berada pada ambang kepunahan.
Manansang, dkk. (1996) mengatakan juga bahwa faktor lain yang tidak boleh
diabaikan adalah kejadian bencana alam seperti kebakaran hutan, gunung meletus,
bahaya banjir atau angin topan.
Beberapa faktor yang dapat mengancam kepunahan anoa, sebagai berikut :
a. Pemburu Liar (Hunting) dan Perdagangan Anoa Ilegal
Kegiatan perburuan liar terhadap satwa anoa, menurut Manansang, dkk.
(1996) merupakan penyebab utama dan secara langsung mengakibatkan
turunnya populasi anoa. Para pemburu liar anoa ini umumnya di dorong
keinginan untuk memperoleh daging, dalam kasus-kasus tertentu para
pemburu liar juga juga menjual hasil buruannya berupa tengkorak dan auat
tanduk. Pada tahun 1970-an pernah dilaporkan adanya sepasang anoa yang
dijual hidup untuk diselundupkan ke luar negeri dengan harga US$ 3.000,-
per ekor.Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa pada tahun 1970-an
pernah ada kasus penjualan anoa hidup yang akan diselundupkan ke luar
negeri. Harga satu ekor anoa saat itu mencapai US$ 3.000, jika digunakan
kurs dollar Rp. 7.500,- maka harga seekor anoa hidup benilai Rp.
22.500.000,-.
Bagi mereka yang perhatiannya kurang terhadap upaya penyelamatan
keanekaragaman sumber daya hayati, harga yang ditawarkan diatas akan men
jadi motofasi dan memberikan semangat yang besar untuk menangkap anoa.
Manansang, dkk. (1996) mengatakan bahwa pada toko-toko cendra mata di
daerah Rantepao dan Makale Kabupaten Tanah Toraja sering pula dijual
bagian tubuh anoa, seperti tanduk dan auat tengkorak, tetapi bagian tubuh
anoa tersebut kurang laku, meskipun ditawarkan dengan harga yang cukup
murah. Wisatawan yang kebanyakan berasal dari mancanegara tersebut
kurang tertarik dengan cendra mata dari bagian tubuh anoa. Kenyataan ini
tidak mengherankan mengingat pengetahuan dan kesadaran mereka terhadap
keanekaragaman sumber daya hayati sangat tinggi.
b. Kerusakan/Kehilangan Habitat yang Sesuai
Hilangnya/rusaknya habitat yang sesuai untuk kehidupan anoa di dalam
kawasan hutan lindung, selain disebabkan oleh perluasan areal pertanianm,
juga banyak diakibatkan oleh adanya kegiatan di sector pertambangan, dan
eksploitasi hutan (khususnya penebangan kayu). Kondisi ini diperparah lagi
dengan masih adanya petani yang terbiasa hidup dengan cara perladangan
berpindah, dimana mereka menebang dan membakar hutan kemudian
ditanami sebagian kecil dari hutan yang ditebang sebanyak 3 - 4 kali musim
tanam, dan selanjutnya ditinggalkan untuk membuka lahan yang lain.
Apabila pemerintah tidak menindak lanjuti, dikhawatirkan satwa langka ini
akan berubah status terancam punah menjadi status pernah ada.

c. Penyakit
Adanya serangan penyakit (terutama penyakit menular) menjadi salah satu
faktor yang dapat menurunkan populasi kedua spesies anoa (Grzimek, 1990
dalam Manansang, dkk. (1996). Sementara itu adanya ternak domestik,
bahkan introduksi rusa ke dalam populasi anoa dapat menimbulkan resiko
menularnya berbagai penyakit pada anoa. Jenis penyakit yang sering diderita
oleh ternbak sapi dan kerbau, ditemukan juga pada satwa anoa yang
ditangkarkan, penyakit tersebut antara lain disebabkan oleh virus misalnya
Akabane viral abortion yang ditularkan memalui gigitan nyamuk, penyakit
yang disebabkan oleh bakteri, seperti Tuberculosis, Streptococcus dan
Brucellosis, penyakit yang disebabkan oleh parasit seperti Strongilus, Ticks
dan Ascaris, serta penyakit yang disebabkan oleh jamur seperti Aspergillus.
9. POPULASI
Sedikit data yang bisa didapatkan mengenai jumlah populasi pasti dari Anoa
Pegunungan. Saat ini diperkirakan jumlah populasi dari seluruh Anoa Pegunungan
sekitar 3000 hingga 5000 ekor. Populasinya menurun dari tahun 1900, hal ini
diakibatkan oleh berkurangnya habitat, perburuan dan penembakan yang dilakukan
oleh militer. Diperkirakan kurang dari 2.500 ekor individu dewasa. Populasi dari anoa
sudah sangat mengkhawatirkan, karena subpopulasinya yang berada pada area hutan
lindung seperti Taman Nasional Lore Lindu juga mengalami penurunan jumlah
populasi yang diakibatkan oleh tingginya perburuan. Ada tiga area dimana jumlah
populasi anoa menurun drastis, yaitu diGorontalo, Buol, dan kabupaten Tolitoli.

10. ADAPTASI TINGKAH LAKU

a. Pola Aktivitas harian

Anoa menunjukkan pola aktif bi-phasic, dua fase, baik siang maupun malam
hari. Pada siang hari, anoa aktif pada pagi hari sekitar pukul 6-9. Sedangkan Pada
siang hari pukul 11-15, anoa mengurangi aktivitasnya, berlindung atau istirahat.
Satwa ini kembali aktif pada sore hari sekitar pukul 4-6. Pada malam hari anoa
menunjukkan intensitas aktivitas yang tinggi pada awal malam dan akhir malam. Pola
aktivitas anoa di kebun binatang sesuai dengan di alam, yaitu aktif pada siang dan
malam hari. Anoa pegunungan cenderung lebih aktif pada pagi hari, dan beristirahat
saat tengah hari. Ketika bersemangat, anoa pegunungan mengeluarkan suara moo.

b. Posisi tidur

Pada saat tidur anoa berbaring, kaki depan dan belakang ditekuk, kepala
merunduk, kadang bagian mulut menyentuh tanah, leher dilekukkan ke samping
kanan, mata tertutup.
c. Mandi/berendam
Anoa menyukai tempat berkubang baik untuk mandi maupun sekedar berendam
terutama pada saat terik matahari. Di KB Ragunan, anoa diamati berendam sekitar 15
menit, tetapi dalam kesempatan lain, dapat berendam selama 1 jam.
Pada saat berendam air disiramkan ke bagian tubuh yang tidak terkena air
menggunakan kepala yang dikibaskan ke arah samping berulangkali sehingga air
mengenai tubuhnya.

d.Berlindung
Di alam, anoa memiliki tempat berlindung atau berteduh saat matahari terik
atau ketika hujan lebat. Di KB Ragunan, anoa banyak menghabiskan waktunya di
kandang beratap ketika hujan lebat atau angin kencang disertai petir. Anoa sering
berlindung di bawah pohon-pohon besar, di bawah batu menjorok, dan dalam ruang
di bawah akar pohon.

e.Agonistik
Pada dasarnya anoa adalah satwa pemalu, selalu menghindar dari pertemuan
dengan manusia. Namun dalam kondisi tertentu, anoa dapat berperilaku agresif,
terutama ketika induk punya anak, musim birahi atau anoa yang terluka. Anoa jantan
dan betina yang sudah menempati kandang yang sama cukup lama masih
memperlihatkan perilaku agresif satu dengan lainnya, yaitu dengan cara Anoa jantan
dan betina saling menanduk

f.Menjilat dan menggaruk tubuh


Anoa menjilat tubuhnya sendiri dan tubuh pasangannya. Anoa jantan menjilati
bagian genital anoa betina, dan sebaliknya anoa betina menjilati genitalia anoa jantan.
Perilaku ini juga sering diamati pada saat anoa betina membuang air seni, bahkan air
seni yang jatuh ke tanah atau lantai kandang juga dicium oleh anoa jantan. Perilaku
saling menjilat tubuh pasangan juga diamati pada saat berbaring istirahat.
Menggaruk bagian kepala dilakukan menggunakan kuku kaki belakang, baik
kiri maupun kanan. Selain kuku, ujung tanduk juga digunakan untuk menggaruk
bagian tubuh, yang mungkin terasa gatal.

g. Perilaku lain
Anoa selalu mengibaskan ekornya ke kiri dan ke kanan untuk mengusir
serangga dari tubuhnya, dilakukan baik pada waktu makan atau berdiri istirahat.
Perilaku lain yaitu anoa sering menjulurkan lidah ke arah hidung berulang kali.
Seperti halnya hewan ungulata umumnya, bagian depan hidung senantiasa basah oleh
kelenjar yang dikeluarkannya sendiri.

h. Menanduk
Anoa seringkali dijumpai menggosok tanduk di pohon, di tanah atau di pagar.
Tanduk anoa digunakan untuk menyibak semak-semak atau menggali tanah Benjolan
permukaan depan tanduk digunakan untuk menunjukkan dominasi, sedangkan pada
saat perkelahian, bagian ujung yang tajam menusuk ke atas digunakan dalam upaya
untuk melukai lawan. Apabila menjumpai musuhnya anoa akan mempertahankan diri
dengan mencebur ke rawa-rawa atau apabila terpaksa akan melawan dengan
menggunakan tanduk.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai