Anda di halaman 1dari 9

KEMOTAKSIS

Oleh:
Nama : Handhika Dhatu Hutomo
NIM : B1J013155
Kelompok :1
Rombongan : II
Asisten : An Nisaa Justicia Mutiara Rany

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan suatu organisme untuk bergerak sendiri disebut motilitas. Hampir


semua sel bakteri spiral dan sebagian dari sel bakteri basil bersifat motil, sedangkan bakteri
yang berbentuk kokus bersifat immotil. Beberapa bakteri dapat melakukan gerakan meluncur
yang sangat mulus yang hanya terjadi kalau persentuhan dengan benda padat. Kebanyakan
bakteri yang motil dapat mendekati atau menjauhi berbagai senyawa kimia yang disebut
kemotaksis (Black,1999). Uji motilitas digunakan untuk mengetahui bakteri bersifat motil
atau non motil. Motilitas bakteri disebabakan oleh perpindahan (taksis) karena adanya
rangsangan dari fartor lingkungan tertentu. Pada gerak kemotaksis, bakteri bereaksi dengan
adanya senyawa kimia tertentu sehingga bakteri akan mendekati sumber rangsangan (Heriadi
et al., 2012).
Flagella merupakan struktur komplek yang tersusun atas bermacam-macam protein
termasuk flagelin yang membuat flagella berbentuk seperti tabung cambuk dan protein
kompleks yang memanjang dinding sel dan membran sel untuk membentuk seperti cambuk.
Flagella digunakan bakteri sebagai alat gerak. Terdapat berbagai macam flagella pada bakteri
berdasar letaknya (Pramono 2007).
Banyak sel bakteri dapat bergerak dengan menggunakan flagel, akan tetapi ada
bakteri yang tidak dapat bergerak karena lidah memiliki flagel. Hal ini senada dengan
penyataan Taringan (1988) yang menyatakan bahwa gerak bakteri terjadi pada bakteri yang
mempunyai flagel, karena flagel ini merupakan alat gerak bagi sel bakteri. Flagel merupakan
bulu cambuk yang dimiliki oleh beberapa jenis bakteri dan letaknya berbeda-beda tergantung
kepada spesiesnya (Budiyanto 2008).

B. Tujuan

Mempelajari kemotaksis bakteri karena bakteri memiliki flagella dan terstimuli oleh
yang bersifat sebagai atraktan.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan adalah gelas objek, pipa kapiler, pipa kapiler bentuk U,
mikroskop.
Bahan-bahan yang digunakan adalah suspensi E. coli, larutan glukosa 0.1 M,
akuades steril.

B. Metode

1. Dua tabung kapiler U diletakan berlawanan arah pada gelas objek


2. Suspensi bakteri diteteskan di tengah tabung kapiler U.
3. Satu tabung kapiler dicelupkan ke dalam larutan glukosa, satu tabung lainnya dicelupkan
ke dalam akuades steril
4. Tabung kapiler yang telah terisi larutan glukosa dan akudes masing-masing diletakan
pada salah satu sisi tabung kapiler U.
5. Gelas objek diletakan pada mikroskop dengan hati-hati
6. Pergerakan E. coli diamati setiap lima menit sekali selama satu jam.
7. Hasil pengamatan dibandingkan antara ke dua suspensi yang berada di larutan glukosan
dengan akuades
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kemotaksis Rombongan II


Kelompok Waktu Jenis Pergerakan Jumlah Bakteri

Trumbling Smoothing Glukosa Akuades


1 5 (1) - 100 -
5 (2) 60 40
5 (3) - 40 20
5 (4) - 20 10

2 5 (1) - 4 -
5(2) 5 1

3 5 (1) - 36 28
5 (2) - 14 -

4 5 (1) 40 10
5(2) - - -
5 (3) 20 20
5 5 (1) - 100 60
5 (2) - 80 50
5 (3) - 60 40
5 (4) - 40 30
5 (5) - 20 20
5 (6) - 10 10
6 5 (1) - 125 80
5 (2) - 100 -
5 (3) - 80 -

Gambar 1. Pengamatan Kemotaksis E. coli dengan Senyawa Repelen Aquades

Gambar 2. Pengamatan Kemotaksis E. coli dengan Senyawa Atraktan Glukosa


B. Pembahasan

Bakteri bisa bergerak menggunakan motor penggeraknya membentuk gerakan run


dan tumble. Bakteri bergerak lurus searah dengan jarak tertentu lalu merubah arah sebelum
mengulangi prosesnya. Pergerakan ini mirip dengan gerak brown. Secara khusus, parameter
motilitas seperti kecepatan gerak run dan tumble bergantung pada kondisi lingkungan yang
bervariasi tergantung tempatnya (Cates, 2012).
Senyawa kemoatraktan adalah senyawa yang bersifat nutritif atau zat zat yang
dapat mengikat atau menarik bakteri sehingga bakteri bergerak mendekat. Kebalikan dari
senyawa kemoatraktan adalah senyawa repelen. Senyawa repelen merupakan senyawa yang
bersifat toksik atau tidak berguna bagi bakteri sehingga bakteri tidak bergerak mendekat
bahkan bergerak menjauh. Berikut strategi E. coli dalam bergerak mendekat senyawa
atraktan (Sourjik dan Wingreen, 2012) :

Sistem kemotaksis bakteri dapat digunakan untuk sensor gradien biologis. Sistem ini
dapat menggunakan konsentrasi yang rendah, terdapat berbagai respon, integrasi beberapa
sinyal termasuk pH, osmolaritas, dan suhu. Pada umumnya kemotaksis umum pada
prokariota. Bakteri Eschericia coli dapat menjadi isolat yang baik untuk pengamatan
kemotaksis karena komponen yang dimilikinya sedikit dan koneksinya tidak terlalu rumit.
Bakteri seperti E. coli merasakan gradiens sementara. Sel memulai bergerak satu arah, dan
menentukan apakah kondisi semakin baik atau buruk. Jika kondisi semakin membaik sel
cenderung untuk terus bergerak, sementara semakin memburuk (lingkungan konstan) sel
cenderung menrubah arah atau tumble (Sourjik dan Wingreen, 2012). Gambar berikut ini
meunjukkan mekanisme terjadinya gerak pada E. coli :
Flagella terdiri dari struktur filamen, hook, dan tubuh basal (basal body). Struktur
filamen berbentuk propeller heliks yang terkomposisi dari protein monomer berulang disebut
flagellin. Flagellin ialah polimerisasi yang terjadi antara protomer N-terminal dan C-terminal
domain untuk membuat 11 protofilamen yang berbentuk silinder hampa. Hook atau pengait
silinder hampa melengkung terletak diantara tubuh basal dan filamen yang bertindak sebagai
penyambung universal.Tubuh basal merupakan bagian dari flagellum yang tertanam di
dalam sel membran dan mentransit peptidoglikan. Setiap tubuh basal memiliki struktur
anchor, polymerization platform, kanal sekresi untuk pengait dan filamen protein, dan rotor
(Mukherjee et al., 2011).
Pada praktikum ini, bakteri E. coli melakukan pergerakan mendekati kemoatraktan
berupa zat nutritif yaitu glukosa. Sedangkan E. coli sedikit melakukan gerak tumbling dan
tidak melakukan pergerakan saat terdapat senyawa repelen berupa aquades. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sourjik dan Wingreen (2012), bahwa bakteri E. coli akan bergerak
mendekati senyawa atraktan dan bergerak menjauhi senyawa repelen.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kemotaksis pada bakteri E. coli yang teramati yaitu bergerak smooth / run
mendekati larutan glukosa dan bergerak tumbling serta diam terhadap akuades.

B. Saran

Praktikum ini bisa menggunakan beberapa jenis larutan atraktan lain dan repelen lain
sehingga lebih terlihat pergerakannya.
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto , M. Krino, A.. 2008. Klasifikasi Mikroorganisme. Malang: UMM Press.


Black, J. G. 1999. Microbiology: Principles and explorations. 4th ed. John Willey & Sons,
Inc., New York:
M. E. Cates. 2012. Difusive transport without detailed balance in motile bacteria: Does
microbiology need statistical physics. J. of Microbiology, 2(3).pp 1-23.
Heriadi, Fahruddin, dan Haedar. 2012. Isolasi Dan Uji Resistensi Merkuri (Hg) Pada
Bakteri Dari Pantai Losari Makassar. J. Bakteriologi, 2(1).pp 1-13.
Mukherjee, S., Yakhnin, Kysela, D., Sokoloski, J., Babitzke, P., dan Kearns, D.B. 2011.
CsrAFliW interaction governs flagellin homeostasis and a checkpoint on flagellar
morphogenesis in Bacillus subtilis. J. of Molecular Microbiology, 82(2).pp 447-
461.
Pramono, Hendro. 2007. Penggolongan Mikroba. Bandung: kurnia.
Sourjik, V. Dan Wingreen, N.S. Responding to chemical gradients: bacterial chemotaxis.
Current Opinion in Cell Biology, 24.pp 262268
Taringan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai