Anda di halaman 1dari 8

PORIFERA DAN CNIDARIA

Oleh :
Nama : Handhika Dhatu Hutomo
NIM : B1J013155
Rombongan : III
Kelompok :2
Asisten : Arih Daimah

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hewan spons atau disebut juga sebagai kelompok porifera merupakan hewan
multiseluler yang primitif. Tubuhnya tidak memiliki jaringan ataupun organ
sesungguhnya. Kata porifera berasal dari bahasa latin, ponus berarti lubang kecil,
sedangkan ferra berarti mengandung atau mengembang. Kata tersebut untuk
menunjukkan akan kekhususan hewan yang bersangkutan, yaitu hewan yang memiliki
banyak lubang-lubang kecil dan bila disingkat cukup disebut hewan berpori
(Yusminah, 2007).
Filum Cnidaria meliputi bentuk beragam seperti ubur-ubur, hydra, anemon
laut, dan karang. Cnidaria merupakan filum dari hewan paling sederhana yang telah
memiliki jaringan yang lebih lengkap dibanding dengan filum porifera karena pada
dinding tubuhnya telah memiliki 3 (tiga) lapisan yaitu : ektoderm (lapisan paling luar),
mesoglea (lapisan tengah) dan gastroderm (lapisan bagian dalam, serta memiliki
struktur tubuh yang lebih kompleks. Sel-sel Cnidaria sudah terorganisasi membentuk
jaringan dan fungsi dikoordinasi oleh saraf sederhana. Termasuk dalam phylum
Cnidaria ini antara lain ubur-ubur, anemon, dan coral. Cnidaria mempunyai rongga
pencernaan (gastrovasculer) dan mulut tetapi tidak memiliki anus (Nontji, 2005).
Kebanyakan cnidaria memangsa organisme mulai dari ukuran plankton dan
hewan yang beberapa kali lebih besar dari diri mereka sendiri, dan banyak
mendapatkan banyak nutrisi dari ganggang endosimbiotik, dan beberapa adalah
parasit. Seperti spons dan ctenophore. Cnidaria mempunyai dua lapisan sel utama yang
mengapit lapisan tengah yang mirip jeli yang disebut mesoglea pada cnidaria; hewan
yang lebih kompleks memiliki tiga lapisan sel utama dan tidak ada lapisan perantara
mirip jeli. Oleh karena itu, cnidaria dan ctenophora disebut sebagai diploblastik secara
tradisional, bersama dengan spons (Seipel, 2005).

B. Tujuan

Tujuan praktikum Porifera dan Cnidaria, antara lain:


1. Praktikan mengenal beberapa anggota Phylum Porifera dan Cnidaria.
2. Praktikan mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi
anggota Phylum Porifera dan Cnidaria.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi


individu yang beranekaragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Prosedur
identifikasi berdasarkan pemikiran yang bersifat deduktif. Identifikasi dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Cara yang paling populer yakni dengan membandingkan
tumbuhan atau hewan yang ingin diketahui dengan gambar di dalam buku atau antara
tumbuhan dengan material herbarium yang sudah diketahui identitasnya. Langkah
yang harus ditempuh untuk mengadakan identifikasi yaitu pencandraan sifat-sifat
makhluk hidup, pengelompokan berdasarkan ciri-ciri dan pemberian nama kelompok.
Determinasi merupakan kegiatan membandingkan suatu hewan dengan hewan lain
yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau disamakan) (Mayr, 1971).
Porifera atau spons adalah salah satu kelompok organisme multiseluler tertua
yang hidup sejak zaman Cambrian dan Neoproterozoic sekitar 635-717 juta tahun yang
lalu. Spons hidup dalam kisaran lingkungan akuatik dan bentik yang luas, mulai dari
kolam air tawar hingga palung laut yang dalam (Morrow et al, 2019). Mereka mampu
bertahan hidup dalam jumlah yang sangat banyak di laut baru-baru ini dalam kondisi
lingkungan yang berubah-ubah secara ekstrim. Tubuh dari filum ini hanya tersusun
dari sel yang memiliki berbagai fungsi (Soest et al, 2012). Ciri-ciri khusus tubuh
porifera, yaitu tubuhnya memiliki banyak pori yang merupakan awal dari sistem kanal
(saluran air) yang menghubungkan lingkungan eksternal dengan lingkungan internal.
Tubuh porifera tidak dilengkapi dengan apa yang disebut apendiks dan bagian tubuh
yang dapat digerakkan. Tubuh porifera belum memiliki saluran pencernaan makanan,
adapun pencernannya berlangsung secara intraseluler. Tubuh porifera dilengkapi
dengan kerangka dalam yang tersusun atas bentuk kristal dari spikula–spikula atau
bahan fiber yang terbuat dari bahan organik (Yusminah, 2007).
Struktur tubuh Porifera berpori-pori dengan macam-macam bentuk, dibagi atas
tiga tipe yaitu Ascon, Sycon atau Scypha dan Rhagon. Dari tipe Ascon yang berbentuk
jambangan bunga yang merupakan tipe paling sederhana yang dilihat suatu rongga
sentral yang disebut spongocoel atau paragaster. Ujung atas dari jambangan terdapat
lubang besar yang disebut osculum. Pada dinding tubuh hewan ini terdapat lubang-
lubang kecil yang disebut porosofil atau pori dan sering juga disebut ostium. Dalam
tubuh Porifera ditemukan sistem saluran air yang dimulai dari pori-pori
atau porosofil dan diakhiri pada lubang keluar utama yang disebut oscolum. Sebelum
air dikeluarkan melalui oskulum, maka air dari segala jurusan tubuh itu lebih dahulu
ditampung di alam rongga sentral atau spongocoel. Pola saluran air dari berbagai
jenis Porifera itu tidak sama, namun mempunyai fungsi pokok yang sama yaitu untuk
mengalirkan air dari daerah eksternal ke dalam daerah internal dan dikeluarkan
kembali ke daerah eksternal (Jasin, 1992).
Menurut Bergquist (1998) dan Gazave (2010), spons dibagi ke dalam beberapa
kelas berdasarkan komposisi kerangka mereka, yaitu:

Serabut Bentuk
Tipe Sel Spikula Exoskeleton
Spongin Tubuh

Asconoid,
Kalsit.
Berinti tunggal, Jika ditemukan syconoid,
Calcarea

Mungkin
membran eksternal Tidak terbuat dari leuconoid
satu atau
tunggal kalsit. atau
banyak
solenoid

Silika.
Hexactinellida

Kebanyakan syncytia Mungkin


Tidak Tidak Leuconoid
disemua spesies satu atau
menyatu

Pada beberapa
Demospongiae

Berinti tunggal, Sebagian spesies. Jika


membran eksternal Silika besar ditemukan Leuconoid
tunggal spesies terbuat dari
aragonit
Homoscleromorpha

Berinti tunggal, Sebagian Sylleibid


membran eksternal Silika besar Tidak atau
tunggal spesies leuconoid

Filum Cnidaria merupakan hewan diploblastik karena tubuhnya memiliki dua


lapisan sel, yaitu ektoderm (epidermis) dan endoderm (lapisan dalam atau
gastrodermis). Ektoderm berfungsi sebagai pelindung sedang endoderm berfungsi
untuk pencernaan. Sel-sel gastrodermis berbatasan dengan coelenteron atau gastrosol.
Gastrosol adalah pencernaan yang berbentuk kantong. Makanan yang masuk ke dalam
gastrosol akan dicerna dengan bantuan enzim yang dikeluarkan oleh sel-sel
gastrodermis. Pencernaan di dalam gastrosol disebut sebagai pencernaan ekstraseluler.
Hasil pencernaan dalam gastrosol akan ditelan oleh sel-sel gastrodermis untuk
kemudian dicerna lebih lanjut dalam vakuola makanan. Pencernaan di dalam sel
gastrodermis disebut pencernaan intraseluler. Sari makanan kemudian diedarkan ke
bagian tubuh lainnya secara difusi. Begitu pula untuk pengambilan oksigen dan
pembuangan karbondioksida secara difusi. Cnidaria memiliki sistem saraf sederhana
yang tersebar berbentuk jala yang berfungsi mengendalikan gerakan dalam merespon
rangsangan. Sistem saraf terdapat pada mesoglea. Mesoglea adalah lapisan bukan sel
yang terdapat diantara lapisan epidermis dan gastrodermis. Gastrodermis tersusun dari
bahan gelatin (Praweda, 2003).
Cnidaria memiliki dua bentuk tubuh dasar, medusa dan polip. Medusa, seperti
ubur-ubur dewasa, bebas-berenang atau mengambang. Mereka biasanya memiliki
tubuh berbentuk payung dan tetramerous (empat bagian) simetri. Mulut biasanya di
sisi cekung, dan tentakel berasal di tepi payung. Polip, sebaliknya, biasanya sessile.
Mereka memiliki tubuh tubular; salah satu ujungnya menempel pada substrat, dan
mulut (biasanya dikelilingi oleh tentakel) ditemukan di ujung lain. Polip dapat terjadi
sendiri atau dalam kelompok individu; dalam kasus terakhir, individu yang berbeda
kadang-kadang spesialis untuk fungsi yang berbeda, seperti reproduksi, makan atau
pertahanan (Myers, 2001).
Menurut Mukayat (1989) Coelenterata atau cnidaria dibagi menjadi 3 kelas
yaitu :
1. Kelas Hydrozoa
Biasanya berbentuk koloni-koloni kecil dengan bentuk polip dominan, bahkan
seluruh koloni mungkin hanya terdiri dari polip. Beberapa jenis polip membentuk
medusa dengan jalan pembentukan tunas. Medusa mempunyai velum, yaitu bentukan
serupa laci dalam payung. Pinggiran payung tidak bertakik (bercelah). Contohnya
yaitu Hydra, Obelia, dan Gonionemus.
2. Kelas Scyphozoa
Ubur-ubur yang sebenarnya adalah medusa-medusa dengan pinggiran yang
berlekuk-lekuk, tidak ada cadar (velum), saluran radial bercabang-cabang, dan gonad-
gonad dalam kantung-kantung ruang gastrikulum. Contoh Scyphozoa adalah Aurelia
Aurita. Ubur-ubur ada yang dapat mencapai garis tengah beberapa kaki (sampai 150
cm).
3. Kelas Anthozoa
Anggota-anggota anthozoa (Yunani anthos = bunga) adalah anemon-anemon
laut dan hewan-hewan karang laut, tubuhnya berbentuk polip, tidak ada bentuk
medusa. Hewan-hewan itu tidak bertangkai dan biasanya terbungkus dengan skeleton
eksternal dan disebut karang, memiliki banyak tentakel.
Salah satu manfaat dari anthozoa khususnya karang hidup yaitu menjadi faktor
utama yang menarik ikan untuk datang, tumbuh dan berkembang, serta berasosiasi
dengan terumbu karang. Ikan berinteraksi secara langsung dengan memanfaatkan
struktur karang sebagai tempat berlindung, tempat mencari makan dan berkembang
biak. Ikan-ikan karang mempunyai sifat hidup relatif lebih menetap jika dibandingkan
dengan ikan-ikan pelagis lain. Keberadaan ikan-ikan karang tersebut akhirnya
menjadikan ekosistem terumbu karang sebagai ekosistem yang banya dihuni biota laut
(Arisandi et al, 2018).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, kaca pembesar, mikroskop
cahaya, mikroskop stereo, sarung tangan karet (gloves), masker, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam acara praktikum ini adalah beberapa spesimen
hewan Porifera dan Cnidaria.
B. Metode

Metode yang dilakukan dalam praktikum antara lain:


1. Mengamati, menggambar, dan mendeskripsikan karakter pada spesimen yang
diamati berdasarkan ciri-ciri morfologi.
2. Mengidentifikasi spesimen dengan kunci identifikasi.
3. Membuat kunci identifikasi sederhana berdasarkan karakter spesimen yang
diamati.
4. Membuat laporan sementara dari hasil praktikum.
DAFTAR REFERENSI

Arisandi, A., Tamam, B., Fauzan, A. 2018. Profil Terumbu Karang Pulau Kangean,
Kabupaten Sumenep, Indonesia. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.Vol:10
(2) 76-83
Bergquist, P.R. 1998. Porifera dalam Anderson, D.T.,. Invertebrate Zoology. Oxford
University Press. pp. 10–27.
Gazave, E; Lapébie, P; Renard, E; Vacelet, J; Rocher, C; Ereskovsky, AV; Lavrov,
DV; Borchiellini, C . 2010. Molecular phylogeny restores the supra-generic
subdivision of homoscleromorph sponges (porifera, homoscleromorpha). PLOS
ONE 5 (12): e14290.
Jasin, Jasin.1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Mukayat, Brotowidjojo Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Nontji, A. 2005. Lautan Nusantara. Jakarta : Djambatan.
Mayr, Ernest. 1971. Principles Of Systematic Zoologi. Tata McGraw-Hill Publishing
Company, New Delhi.
Morrow, C., Cardenas, P., Boury-Esnault, N., Picton, B., McCormack, G., Soest, R.
V., Collins, A., Redmond, N., Maggs, C., Sigwart, J., Allcock, L. A. 2019.
Integrating morphological and molecular taxonomy with the revised concept
of Stelligeridae (Porifera: Demospongiae). Zoological Journal of the Linnean
Society. (XX) 1-51.
Myers, P. 2001. Porifera (On-line), Animal Diversity Web. Diakses 16 September
2018, di http://animaldiversity.org/accounts/Porifera/
Seipel, K., and Schmid, V. 2005. Evolution of striated muscle: Jellyfish and the origin
of triploblasty. Developmental Biology 282 (1): 14–26.
Soest, Rob. W.M. V, Esnault, Nicole. B, Vacelet. J, Dohrmann, Martin, Erpenbeck. D,
Voogd, Nicole. J. De, Santodomingo. N, Vanhoorne, Bart, Kelly. M, Hooper. J.
N. A. 2012. Global Diversity Of Sponges (Porifera). Plos ONE. Vol:7.
Yusminah, Hala. 2007. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Press.

Anda mungkin juga menyukai