Anda di halaman 1dari 132

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Salah satu kegagalan dunia usaha di Indonesia dalam menciptakan

kehidupan bisnis yang sehat, bersih dan bertanggung jawab adalah

manajemen laba. Upaya untuk merekayasa informasi ini telah menjadi faktor

yang menyebabkan laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai

fundamental suatu perusahaan.

Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral sebagai

sumber penyalahgunaan informasi yang merugikan pihak-pihak yang

berkepentingan. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima

tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal

sebagai asimetri informasi (information asymetric) yaitu kondisi dimana ada

ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai

penyedia informasi dengan pemegang saham dan stakeholders.

Ada tuntutan publik yang berkembang sejalan dengan maraknya

kasus-kasus penyimpangan korporasi, publik semakin menyadari kasus

penyimpangan korporasi sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh manajer

perusahaan tetapi melibatkan pemilik (owner), auditor internal, komisaris,

regulator (pemerintah dan asosiasi profesi).

1
2

Kasus-kasus penyimpangan itu seolah merupakan ajang konspirasi

dari semua pihak yang mempunyai hubungan dengan perusahaan itu. Auditor

internal dan komisaris yang seharusnya mengarahkan manajer agar berjalan

sesuai dengan aturan, justru merestui manajer melanggar aturan yang ada

untuk mengamankan posisi dan rejekinya. Publik pun tetap akan menuntut

dunia usaha sebagai pihak yang harus berperan aktif untuk mewujudkan

bisnis yang adil (fairness), transparansi (transparency), akuntabilitas

(accountability), dan responsibilitas (responsibility).

Dalam prinsip good corporate governance ditekankan pentingnya

keberadaan komite audit dan komisaris independen sebagai pengawas dan

pengendali sebuah perusahaan agar berjalan efektif dan efisien. Untuk itu

kunci utama untuk mewujudkan bisnis yang bersih, sehat, dan bertanggung

jawab adalah dengan membangun system pengawasan dan pengendalian.

Komite audit dan komisaris independen harus merupakan orang-orang yang

bebas dari tekanan dan intervensi manajerial.

Penelitian yang akan dilakukan merupakan replikasi dari penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Nurna Aziza dkk. Untuk itu penulis mencoba

mengembangkan permasalahan dalam skripsi dengan judul HUBUNGAN

ANTARA MANAJEMEN LABA, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, DAN

STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PERENCANAAN

AUDIT.
3

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari penjelasan sebelumnya, masalah-

masalah penelitian yang dapat dirumuskan dan dibatasi permasalahannya

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan perencanaan auditing yang dipengaruhi

oleh adanya manajemen laba dan good corporate governance, serta

mengetahui struktur pengendalian intern perusahaan tersebut.

2. Bagaimana penerapan good corporate governance, dan struktur

pengendalian intern yang baik serta adanya intervensi auditor.

3. Bagaimanakah melakukan pemahaman dan evaluasi atas struktur

pengendalian internal yang diterapkan di perusahaan yang akan

diaudit.

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis membatasi masalah

dalam hal ini adalah pemahaman tentang hubungan antara manajemen laba,

good corporate governance, dan struktur pengendalian intern terhadap

perencanaan audit hanya pada data survey pendapat dari kantor akuntan

publik yang akan diteliti. maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Apakah ada hubungan antara manajemen laba, secara signifikan

terhadap good corporate governance ?.

2. Apakah struktur pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap

praktik perencanaan audit ?.


4

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dalam skripsi ini dilaksanakan pada

pendapat-pendapat auditor dari beberapa kantor akuntan publik diperoleh

dari :

1. Survey beberapa kantor akuntan publik melalui kuesioner yang

dibagikan

2. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data

akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor.

3. Serta Literatur perusahaan lainnya yang mendukung penelitian.

1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka dapat dirumuskan bahwa

penelitian skripsi ini adalah:

1. Untuk membuat langkah-langkah dalam perencanaan audit yang

sistematis, efektif dan efisien, apakah sesuai dengan Standar Auditing

(SA) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

2. Untuk mempelajari dan mengevaluasi struktur pengendalian intern

sebelum melakukan substansif dan compliance test.

3. Untuk dapat memberikan informasi atau masukan yang berguna bagi

Kantor Akuntan Publik lainnya mengenai permasalahan yang dibahas

atau diteliti.
5

4. Penelitian ini merupakan kesempatan untuk menambah dan

mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapat dari bangku kuliah,

sehingga dapat melatih cara berpikir logis dan menginterpretasikan

teori-teori yang ada untuk diterapkan dalam penelitian.

Sedangkan tujuan dari penelitian skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan antara manajemen laba dengan good

corporate governance.

2. Untuk mengetahui hubungan sistem pengendalian intern perusahaan

dengan ruang lingkup pemeriksaan.

3. Sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan program

pendidikan S1 (Strata Satu) jurusan Akuntansi pada Universitas Timbul

Nusantara-IBEK, dan untuk mengembangkan ilmu ekonomi,

khususnya Akuntansi keuangan.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk dapat memberikan kontribusi pada pengembangan literature

dibidang auditing dan akuntansi perilaku, khususnya yang berkaitan

dengan hubungan antara manajemen laba, good corporate

governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan

audit.
6

2. Untuk dapat menyempurnakan langkah-langkah dalam perencanaan

audit yang efektif dan efisien, sebagai bahan masukan dan sumber

pemikiran untuk auditor dalam menjalankan tugasnya, juga

meningkatkan kinerja pegawai atau staf-staf yang bekerja di Kantor

Akuntan Publik.

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penulisan karya-

karya ilmiah yang sejenis.

4. Untuk dapat menambah pengalaman dan wawasan atau pengetahuan

penulis dalam disiplin ilmu yang penulis miliki, khususnya masalah

topik penelitian yang dibahas.

1.6. Metodologi Penelitian

Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis tidak lupa untuk

menggunakan metode penelitian, karena dengan adanya metodologi

penelitan ini, maka penulis mudah untuk melakukan penelitian ini dengan

menjabarkan langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh penulis dalam

hal pengumpulan data-data, dimana antara lain terdapat sumber-sumber data

yang diperoleh penulis, metode pengumpulan data, data terakhir adalah

metode analisis dan hasil penelitian


7

1.7. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, akan diberikan pembahasan yang terdiri

dari lima pembahasan:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan dalam skripsi ini mencakup latar belakang,

identifikasi, pembatasan, dan perumusan masalah, ruang

lingkup penelitian, maksud dan tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini menguraikan teori-teori yang dijadikan sebagai

pedoman dalam melakukan penelitian dan teori-teori tersebut

tercakup dalam tinjauan pustaka serta dikaitkan dengan

masalah yang akan diteliti, yaitu pengertian manajemen laba,

good corporate governance, struktur pengendalian intern,

perencanaan audit, dan penelitian sebelumnya, dan kerangka

penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini menguraikan populasi dan sampel penelitian,

jenis dan sumber data, operasional variabel, teknik

pengumpulan data, dan metode analisa data yang digunakan

dalam penyusunan skripsi ini.


8

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini terdiri dari deskripsi objek penelitian yang

menerangkan tentang gambaran umum hubungan antara

manajemen laba, good corporate governance, dan struktur

pengendalian intern terhadap perencanaan audit, analisa dan

pembahasan hasil temuan penelitian, uji hipotesis, dan

interprestasi hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari hasil

penelitian dan memberikan saran yang bermanfaat bagi

perkembangan kinerja perusahaan.


9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Perencanaan Audit

2.1.1 Pengertian Perencanaan Audit

Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh

auditor untuk melakukan perencanaan audit awal sampai pada

pengembangan rencana audit dan program audit menyeluruh Variabel ini

diukur dengan menggunakan jam perencanaan audit. Keberhasilan

penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan

audit yang dibuat oleh auditor.

1. Menurut Standar pekerjaan lapangan pertama Profesional Akuntan

Publik (SPAP) mensyaratkan adanya perencanaan yang memadai

yaitu:

Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi dengan semestinya. (IAI, 2001).

2. Menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya Auditing, menerangkan

bahwa:

Perencanaan dan supervise berlangsung terus menerus selama


audit, auditor sebagai penanggung jawab akhir atas audit dapat
mendelegasikan sebagian fungsi perencanaan dan supervise
auditnya dalam kantor akuntannya (asisten).

8
10

3. Menurut Standar Auditing 316 dalam Standar Profesional Akuntan

Publik (Ikatan Akuntan Indonesia, 2001) mensyaratkan agar

audit dirancang untuk memberikan keyakinan memadai atas


8
pendeteksian salah saji yang material dalam laporan keuangan.

4. Menurut SA Seksi 326 (PSA No. 07), Paragraf Audit No. 20

menyatakan bahwa:

Auditor pada hakikatnya harus dirumuskan dalam jangka waktu

dan biaya yang wajar .

2.1.2. Prosedur Perencanaan Audit

Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam

perencanaan dan supervise biasanya mencakup review terhadap catatan

auditor yang berkaitan dengan satuan usaha dan diskusi dengan staf lain

dalam kantor akuntan dan pegawai satuan usaha tersebut. Contoh prosedur

tersebut meliputi :

a. Mereview arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanent,

laporan keuangan, dan laporan audit tahun lalu.

b. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit

dengan staf kantor akuntan yang bertanggung jawab atas jasa non

audit bagi satuan usaha.


11

c. Mengajukan pertanyaan tentang perkembangan bisnis saat ini

yang berdampak terhadap satuan usaha.

d. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.

e. Membicarakan type, luas, dan waktu audit dengan manajemen,

dewan komisaris, atau komite audit.

f. Mempetimbangkan dampak diterapkanya pernyataan standar

akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan

Indonesia, terutama yang baru.

g. Mengkoordinasikan bantuan dari pegawai satuan usaha dalam

penyiapan data.

h. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada, konsultan, spesialis,

dan auditor intern

i. Membuat jadwal pekerjaan audit (time schedule)

j. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staf audit.

k. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk

memperoleh tambahan informasi tentang tujuan audit yang akan

dilaksanakan sehingga auditor dapat mengantisipasi dan


12

memberikan perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan yang

dipandang perlu.

Isi dari Audit Plan mencakup

1. Hal-hal mengenai klien

Pengetahuan tentang bisnis klien, membantu auditor dalam :

a. Mengindentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus.

b. Menilai kondisi yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan,


diolah, direview dan dikumpulkan dalam organisasi.

c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas persediaan,


depresiasi, penyisihan piutang ragu-ragu, persentase penyelesaian
kontrak jangka panjang.

d. Menilai kewajaran representasi manajemen

e. Mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan


kecukupan pengungkapannya.

2. Halhal yang mempengaruhi klien

Bisa didapat dari majalahmajalah ekonomi / surat kabar, antara lain :


Business News, Ekonomi Keuangan Indonesia. Contoh : adanya
peraturan-peraturan baru yang dapat mempengaruhi klien.

3. Rencana kerja auditor, halhal penting antara lain:

a.Staffing

b. Waktu pemeriksaan,

1. Waktu dimulainya suatu pemeriksaan


13

2. Berapa lama waktu pemeriksaan

3. Dead Line

4. Budget, baik dalam jumlah jam kerja maupun biaya pemeriksaan

c. Jenis jasa yang diberikan

1. General Audit

2. Special Audit.

3. Bantuan Adminstrasi

4. Menyusun Neraca / Laba Rugi

5. Perpajakan

Halhal tambahan :

b. Bantuanbantuan yang dapat diberikan klien.

1. Mengisi formulir konfirmasi piutang, utang

2. Membuat schedule-schedule

c. Time Schedule

2.1.3. Elemen-elemen Perencanaan Audit

Ruang lingkup dari perencanaan pemeriksaan ini adalah bervariasi

sesuai dengan besarnya dan kompleksitas permasalahan objek yang

diperiksa dan pengetahuan mengenai jenis usaha objek yang diperiksa.

Adapun elemen-elemen perencanaan audit menurut Arens and Loebbecke

(2000:219) adalah :
14

1. Praplan
2. Memperoleh latar belakang informasi
3. Memperoleh informasi tentang kewajiban sah/tentang undang-
undang klien
4. Melaksanakan prosedur menurut penelitian persiapan
5. Materialitas yang diset dan auditor bisa mengambil risiko dan tidak
bisa dipisahkan
6. Memahami struktur pengawasan intern dan menilai risiko kendali
7. Mengembangkan program audit dan rencana audit.

2.1.4. Perencanaan Awal

Beberapa hal penting yang terdapat dalam perencanaan awal ini

adalah menyangkut informasi mengenai alasan klien untuk diaudit,

menerima atau menolak klien baru maupun klien lama, mengidentifikasi

alasan klien untuk diaudit, menentukan staf untuk penugasan dan

memperoleh surat penugasan. Perencanaan awal itu terdiri dari hal-hal

berikut ini :

o Menyelidiki klien baru

Menyelidiki klien baru adalah hal yang penting bagi auditor sebelum

mereka memutuskan untuk menerima atau menolak klien tersebut. Hal itu

dilakukan dengan cara mengevaluasi prospek klien dalam lingkungan

usaha, stabilitas keuangan dan hubungan klien dengan kantor akuntan

terdahulu. Auditor pengganti diwajibkan untuk berhubungan dengan

auditor sebelumnya dan harus mendapatkan izin dari klien sebelum

komunikasi dilakukan.
15

o Melanjutkan klien lama

Untuk melanjutkan klien lama juga harus di evaluasi untuk memutuskan

apakah diterima atau tidak dapat dilanjutkan, penyebab tidak bisa

dilanjutkannya pemeriksaan karena perselisihan sebelumnya, jika terjadi

tuntutan hukum terhadap Kantor Akuntan Publik oleh klien.

o Mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit

Dua faktor utama yang mempengaruhi bahan bukti audit yang akan

dikumpulkan adalah siapa pemakai laporan dan maksud penggunaan

laporan. Auditor mungkin akan mengumpulkan lebih banyak bahan bukti

audit jika laporan digunakan secara luas.

o Staf untuk penugasan

Menentukan staf yang pantes untuk penugasan adalah penting untuk

memenuhi standar auditing yang telah ditetapkan dan meningkatkan

efisiensi audit. Pertimbangan yang mempengaruhi penyusunan staf

adalah orang-orang yang diserahi tugas harus akrab dengan bidang

usaha klien.

o Memperoleh surat penugasan

Tujuan dibuatnya surat penugasan adalah untuk mengurangi salah

pengertian sehingga harus dibuat secara tertulis. Surat penugasan adalah


16

kesepakatan antara KAP dengan klien, isi dari surat tersebut adalah

menyatakan batasan dari penugasan, batas waktu, bantuan akan

diberikan atau daftar rincian yang perlu disiapkan untuk auditor, serta

honorariuran.

2.1.5. Memperoleh informasi mengenai latar belakang klien

Auditor harus memiliki tentang ciri-ciri lingkungan kegiatan perusahaan

klien yang akan diaudit yang berguna sebagai acuan dalam menentukan

surat penugasan atau perlu tidaknya prosedur-prosedur audit khusus. Hal-hal

yang harus dilakukan untuk memperoleh informasi sehingga dapat

memahami latar belakang klien adalah dengan cara : meninjau lokasi pabrik

dan kantor, menelaah kebijakan-kebijakan penting perusahaan,

mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa serta

mengevaluasi kebutuhan akan spesialis dari luar.

2.1.6. Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien

Faktor-faktor yang menyangkut lingkungan hukum industri klien

mempunyai dampak besar terhadap hasil audit. Pengetahuan auditor untuk

menafsirkan fakta yang berkaitan selama pekerjaan berlangsung akan

meyakinkan bahwa pengungkapan yang semestinya telah dilaksanakan

dalam laporan keuangan. Dalam hal ini dokumen-dokumen hukum yang

penting untuk diperiksa oleh auditor adalah Akta Pendirian Perusahaan,


17

anggaran dasar perusahaan, masalah rapat dewan komisaris, para

pemegang saham, komite audit dan para pejabat eksekutif termasuk

didalamnya adalah ringkasan pokok mengenai keputusan yang dibuat oleh

direksi dan pemegang saham serta dokumen mengenai kontrak penjualan

maupun pembelian.

2.1.7. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan

Melakukan analisis ini sangat penting artinya karena dengan demikian

keseluruhan kegiatan pemeiksaan dapat tergambar didalamnya. Prosedur

analitis ini diantaranya : Memahami bidang usaha klien, penetapan

kemampuan satuan usaha untuk menjaga kelangsungan hidupnya, indikasi

adanya kemungkinan kekeliruan dalam laporan keuangan dan mengurangi

pengujian yang terinci.

2.1.8. Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat


diterima.

Besarnya salah saji dalam informasi akuntansi dapat membuat

pertimbangan pengambilan keputusan terpengaruh. Tanggung jawab auditor

adalah menetapkan apakah suatu laporan keuangan terdapat salah saji

material, apabila auditor berpendapat adanya salah saji yang material ia

harus memberitahukan hal ini pada klien, sehingga koreksi dapat dilakukan.
18

Jika klien menolak untuk mengoreksi laporan keuangan tersebut maka

auditor dapat memberikan pendapat dengan pengecualian.

Ada lima langkah dalam menetapkan materialitas dua langkah

pertama diperlukan untuk merencanakan luas pengujian, sedangkan tiga

langkah berikutnya untuk mengevaluasi hasil atau melaksanakan pengujian

audit, langkah-langkah tersebut adalah:

1. Menentukan pertimbangan awal mengenai materialitas

2. Mengalokasikan pertimbangan awal mengenai materialitas kedalam

segmen.

3. Mengestimasikan total salah saji dalam segmen

4. Mengestimasikan salah saji gabungan.

5. Membandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan awal

mengenai materialitas.

2.1.9. Mengembangkan rencana dan program audit menyeluruh

Untuk melaporkan serta memberikan pendapat yang tepat maka

auditor harus melakukan wawancara, melakukan pemeriksaan dan meneliti

keaslian bukti-bukti. Guna mempermudah pelaksanaan maka auditor harus

menyusun program yang direncanakan secara logis untuk prosedur-prosedur


19

audit bagi setiap pemeriksaan. Program pemeriksaan juga merupakan suatu

alat pengendalian dimana pemeriksa dapat menyesuaikan pemeriksaannya

dengan anggaran dan jadwal yang telah ditetapkan dalam Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam hal ini Ikatan Akuntansi Indonesia

(2001:311.3) menyatakan bahwa:

Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan


sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus
membuat suatu program audit secara tertulis. Program audit
membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten
mengenai pekerjaan yang harus dilakukan. Bentuk program audit
dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi.

2.1.10. Proses Audit

Proses audit adalah metodologi penyelenggaraan audit yang jelas

untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti pendukung yang

kompeten. Ada empat tahap dalam proses audit, keempat tahap tersebut

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1

Empat tahap Audit

Tahap I : Merencanakan dan merancang


pendekatan audit

Tahap II : Melakukan pengujian


pengendalian dan transaksi
20

Tahap III : Melaksanakan prosedur analisis


dan pengujian terinci atas saldo

Tahap IV : Menyelesaikan audit dan


menerbitkan laporan audit

Sumber : Arens and Loebbecke, yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf ( 1996:132)

2.2. Manajemen laba

2.2.1. Pengertian Manajemen Laba

Manajemen laba adalah tindakan yang ditujukan untuk

memaksimumkan utilitas manajer dan cenderung untuk menguntungkan diri

mereka (manajer) sendiri dengan cara mempengaruhi proses pelaporan

keuangan. Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses

pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri

sendiri.

Beberapa ahli mengajukan teori mengenai manajemen laba yaitu :

1. Menurut H. Sri Sulistyanto dalam bukunya Manajemen Laba,

menerangkan bahwa:

Manajemen laba adalah upaya untuk mengubah,


menyembunyikan, dan merekayasa angka-angka dalam laporan
keuangan dengan mempermainkan metode dan prosedur
akuntansi yang digunakan perusahaan.
21

2. Menurut Davidson, Stickney, dan Weil (1987) ,mengartikan

Manajemen Laba yaitu :

Manajemen laba merupakan proses untuk mengambil eng tertentu


yang disengaja dalam batas-batas prinsip akuntansi berterima
umum untuk menghasilkan tingkat yang diinginkan e laba yang
dilaporkan.

3. Menurut Schipper (1989) mengartikan Manajemen Laba sebagai :

Penyusunan. laporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk


memperoleh keuntungan pribadi (pihak yang tidak setuju
mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi
operasi yang tidak memihak dari sebuah proses).

4. Menurut National Association of Certified Fraud Examiners (1993)

mengartikan Manajemen Laba yaitu :

Manajemen laba adalah kesalahan atau kelalaian yang disengaja


dalam membuat laporan mengenai fakta material atau data
akuntansi sehingga menyesatkan ketika semua informasi itu
dipakai untuk membuat pertimbangan yang akhirnya akan
menyebabkan orang yang membacanya akan mengganti atau
mengubah pendapat atau keputusannya.

5. Menurut Fisher dan Rosenzweig (1995) mengartikan Manajemen

Laba sebagai :

Manajeman laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk


menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah
perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikkan
(penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang.

6 Menurut Lewitt (1998) mengartikan Manajemen Laba yaitu :

Manajemen laba adalah fleksibilitas akuntansi untuk


menyetarafkan diri dengan inovasi bisnis. Penyalahgunaan laba
ketika publik memanfaatkan hasilnya. Penipuan mengaburkan
volatilitas keuangan sesungguhnya. Itu semua untuk menutupi
konsekuensi dari keputusan-keputusan manajer.
22

7. Menurut Healy dan Wahlen (1999), berpendapat tentang Manajemen

Laba yaitu :

Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan


pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan
penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan
tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada
beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau
untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung
pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

8. Menurut Scott (1997:369) yang menyatakan bahwa :

manajemen laba adalah cara yang digunakan oleh manajer untuk


mempengaruhi angka laba secara sistematis dan sengaja dengan
cara memilih kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu
yang bertujuan untuk memaksimumkan utilitas manajer dan atau
nilai pasar dari perusahaan.

2.2.2. Pola Manajemen Laba

Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dilakukan dengan cara :

1. Taking a bath adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan


cara menjadikan laba perusahaan pada periode berjalan menjadi
sangat ekstrim rendah (bahkan rugi) atau sangat ekstrim tinggi
dibandingkan dengan laba pada periode sebelumnya atau
sesudahnya.
2. Minimisasi laba (income minimization) adalah pola manajemen laba
yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan
periode berjalan lebih rendah daripada laba sesungguhnya.
3. Maksimisasi laba (income maximization) adalah pola manajemen laba
yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan
periode berjalan lebih tinggi dari pada laba sesungguhnya.
4. Perataan laba (income smoothing) adalah pola manajemen laba yang
dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan
23

periode-periode tertentu menunjukkan fluktuasi yang normal dalam


rangka mencapai kecenderungan atau tingkat laba yang diinginkan.

2.2.3. Faktor faktor Munculnya Praktik Manajemen Laba

Ada tiga faktor yang bisa dikaitkan dengan munculnya praktik-praktik

manajemen laba yaitu :

1. Manajemen Akrual

Manajemen akrual yang biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas

yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang

secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer. Contoh

manajemen akrual antara lain adalah dengan mempercepat

pengakuan atau menunda pengakuan pendapatan (revenue).

2. Penerapan suatu kebijakan akuntansi yang wajib (adoption of

management accounting changes)

Terkait dengan keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan

akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan, manajemen

perusahaan mempunyai dua pilihan, yaitu apakah perusahaan akan

menetapkannya lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau

menundanya sampai saat berlakunya kebijakan akuntansi baru yang

wajib (mandatory accounting policy).

3. Perubahan akuntansi secara sukarela (voluntary accounting changes)


24

Perubahan metode akuntansi secara sukarela, biasanya berkaitan

dengan upaya manajer untuk mengganti atau mengubah suatu metode

akuntansi tertentu di antara sekian banyak metode yang dapat dipilih

yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada.

Unsur-unsur laporan keuangan yang sering dijadikan sasaran

perekayasaan atau manipulasi oleh manajemen yaitu :

Unsur Penjualan

1. Saat penjualan faktur. Misalnya, penjualan yang sebenarnya untuk

periode yang akan datang, fakturnya dibuat pada periode ini akan

dilaporkan sebagai penjualan periode ini.

2. Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif

3. Penurunan produk, misalnya dengan cara mengklasifikasikan

produk yang belum rusak ke dalam kelompok produk rusak dan

selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih

rendah

Unsur Biaya

1. Memecah-mecah faktur, misalnya faktur untuk suatu pembelian

atau pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian atau pesanan

dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dan tanggal yang

berbeda dan kemudian melaporkannya ke dalam beberapa periode

akuntansi yang berbeda


25

2. Mencatat prepayment (biaya dibayar di muka) sebagai biaya.

Misalnya melaporkan biaya iklan dibayar di muka untuk tahun

depan sebagai biaya iklan tahun ini.

Berbagai perubahan kebijakan akuntansi yang sering dijadikan alat

perekayasaan laba antara lain :

1. Perubahan metode pencatatan persediaan ke metode LIFO

2. Perubahan metode pencatatan biaya jaminan hari tua

3. Perubahan metode depresiasi aktiva tetap, amortisasi aktiva tidak

berwujud dan konsolidasi

4. Perubahan dalam penaksiran atau estimasi masa manfaat aktiva

tetap maupun aktiva tidak berwujud

5. Perubahan kebijakan terhadap pembebanan atau

pengkapitalisasian.

2.2.4. Motivasi Manajemen Laba

Scott (2000:302) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya

manajemen laba, yaitu:

1. Bonus Purposes
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan
bertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen laba
dengan memaksimalkan laba saat ini.
2. Political Motivation
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan
pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba
26

yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan


pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3. Taxation Motivation
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang
paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan
untuk penghematan pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan
pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja
perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar
tidak diberhentikan.
5. Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan
menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan
manajemen laba dengan harapan dapat menaikkan harga saham
perusahaan.
6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada
investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap
menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.

2.2.5. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba

Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab

manajemen laba. Fleksibilitas manajemen untuk memanajemeni laba dapat

dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak

luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen

laba.

Ada dua tipe asimetri informasi : adverse selection dan moral


hazard.

1. Adverse Selection
27

Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu

pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan

suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki

informasi lebih atas pihak-pihak lain.

2. Moral Hazard

Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu

pihak yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu

transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati

tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi

mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak.

2.3. Good Corporate Governance

2.3.1. Pengertian Good Corporate Governance

Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam

meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan

antara manajemen perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham dan

stakeholders lainnya. Salah satu cara yang di gunakan untuk memonitor

masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah

corporate governance.

Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance yang

merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa

berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor


28

bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka

investasikan.

Beberapa ahli mengajukan teori mengenai manajemen laba yaitu :

1. Menurut Shleifer dan Vishny (1997), dijelaskan bahwa :

corporate governance sebagai bagian dari cara atau mekanisme

untuk meyakinkan para pemilik modal dalam memperoleh imbal

hasil (return) yang sesuai dengan investasi yang telah

ditanamkan.

2. Prowsen (1998) mengatakan bahwa:

corporate governance merupakan alat untuk menjamin direksi

atau manajer bertindak yang terbaik menurut kepentingan investor

luar (kreditor dan investor publik).

3. Dalam Forum of Corporate Governance for Indonesia (FCGI) 2001,

diuraikan bahwa:

corporate governance adalah seperangkat peraturan yang


mengatur hubungan (dengan kata lain sebagai sistem yang
mengendalikan perusahaan) antara pemegang saham, pengurus
(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan
serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainya yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka.

4. Azhar Maksum (2005:2) mengartikan corporate governance sebagai:


29

suatu sistem yang dibangun untuk mengarahkan dan


mengendalikan perusahaan sehingga tercipta tata hubungan yang
baik, adil dan transparan diantara berbagai pihak yang terkait dan
memiliki kepentingan (stakeholder) dalam perusahaan.

2.3.2. Prinsip dasar good governance

Pada organisasi Kantor Akuntan Publik meliputi:

1. Fairness (keadilan) : akuntan publik dalam memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, harus bersikap

independen dan menegakkan keadilan terhadap kepentingan klien,

pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan

publik itu sendiri.

2. Transparency/tranparansi : hendaknya berusaha untuk selalu

transparan terhadap informasi laporan keuangan klien yang diaudit.

3. Accountability : menjelaskan peran dan tanggungjawabnya dalam

melaksanakan pemeriksaan dan kedisiplinan dalam melengkapi

perkerjaan, juga pelaporan.

4. Responsibility/pertanggungjawaban : memastikan dipatuhinya prinsip

akuntansi yang berlaku umum dan standar profesional akuntan publik

selama menjalankan profesinya.

2.3.3. Teori Keagenan

Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game

theory, yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang
30

(pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut

principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision

making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal

memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu

sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati.

Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam

kontrak kerja atas persetujuan bersama. Cara untuk mengatasi masalah

ketidakselarasan kepentingan adalah melalui pengelolaan perusahaan yang

baik (good corporate governance). Tiga bentuk hubungan keagenan, yaitu

antara pemilik dengan manajemen (bonus plan hypothesis), kreditur dengan

manajemen (debt/equity hypothesis), dan pemerintah dengan manajemen

(political cost hypothesis).

2.3.4. Teori Bid-Ask Spread

Teori keagenan menggunakan tiga asumsi manusia yaitu: 1) manusia

pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest); 2) manusia memiliki

daya pikir terbatas mengenai persepsi masa datang (bounded-rationality);

dan 3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse).

2.4. Struktur Pengendalian Intern

2.4.1. Pengertian Struktur Pengendalian Intern


31

Alasan perusahaan untuk menyusun struktur pengendalian intern

adalah dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Sistem terdiri

dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk

memberi keyakinan kepada pihak manajemen bahwa tujuan dan sasaran

perusahaan dapat dicapai.

Beberapa ahli mengajukan teori mengenai struktur pengendalian

intern yaitu:

1. Menurut SPAP SA seksi 150, (IAI 2001:312.2) menyebabkan bahwa :

Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern

harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,

saat ini dan lingkup pengujian yang akan ditentukan.

2. Menurut IAI (2001:319.2) mendefinisikan pengendalian intern sebagai:

suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen


dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan
keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan
berikut ini : a. Keadalan pelaporan keuangan, b. Efektifitas dan
efisien operasi, dan c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku.

3. Menurut Mulyadi dalam bukunya Sistem Akuntansi, menerangkan

bahwa:

Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode


dan ukuran-ukuran yang dikoordinir untuk menjaga kekayaan
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen .
32

4. Menurut Zaki Baridwan dalam bukunya Sistem Akuntansi yang

dikutip dari AICPA, pengendalian intern didefinisikan sebagai berikut :

Pengendalian intern itu meliputi struktur organisasi dan semua


cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di
dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta
milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data
akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi dan membantu
menjaga dipatuhinya kebijakan-kebijakan manajemen yang telah
ditetapkan lebih dahulu

5. Menurut Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya Auditing


Kontemporer yang dikutip dari Committee on Auditing Procedure,
yang dipublikasikan tahun 1949 dengan judul Internal Control
Elements of Coordinate System and its Importance to Management
and the Independent Public Accountant , berbunyi sebagai berikut :

Pengawasan intern mencakup struktur organisasi dan seluruh


metode serta prosedur yang terkoordinir yang diterapkan oleh
perusahaan untuk mengamankan hartanya, mencek ketelitian dan
kepercayaan terhadap data akuntansi, mendorong kegiatan agar
efisien, dan mengajak untuk mentaati kebijakan perusahaan.

6. Menurut Anies S.M Basmalah, dalam bukunya Auditing PDE

menerangkan bahwa :

Pengendalian intern adalah seluruh kebijakan, prosedur, dan


praktik akuntansi yang dibuat oleh manajemen untuk membantu
mereka melindungi organisasi dari kesalahan (error) dan
penyalahgunaan (fraud)

7. Menurut Dr. Slamet Sugiri, M. B. A. Akuntan dalam bukunya


Pengantar Akuntansi , menerangkan bahwa :

Pengendalian intern dapat dipandang dari 2 (dua) arti yaitu :


a. Pandangan yang sempit menyatakan bahwa pengendalian
intern adalah pengecekan penjumlahan, baik mendatar (cross
footing) maupun penjumlahan menurun (footing).
b. Pandangan yang luas menyatakan bahwa pengendalian intern
lebih luas dari pada pengecekan, yaitu meliputi semua alat yang
33

digunakan manajemen untuk melakukan pengendalian


(pengawasan).

8. Menurut Bambang Hartadi dalam bukunya Sistem Pengendalian

Intern dalam hubungan dengan Manajemen dan Audit, pengendalian

intern merupakan :

Semua metode dan ketaatan-ketaatan yang terkoordinasi yang


dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan,
memeriksa ketelitian dan seberapa jauh data akuntansi dapat
dipercaya meningkatkan efisiensi usaha dan menolong ditaatinya
kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan.

9. Menurut James D. Wilson dan John B. Campbell dalam bukunya

Controllership, menerangkan bahwa :

Pengendalian intern mencakup rencana organisasi dan semua


metode serta tindakan yang digunakan dalam perusahan untuk
mengamankan harta, mengecek kecermatan dan keandalan dari
data akuntansinya, memajukan efisiensi operasi, dan memastikan
pentaatan pada kebijaksanaan yang telah ditetapkan manajemen.

2.4.2. Tujuan Pengendalian Intern

Tujuan pengendalian diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berikut :

a. Pengendalian Preventif

Bertujuan sama dengan pengendalian pra tindak, disamping untuk

mengarahkan kegiatan-kegiatan agar sesuai dengan yang

direncanakan, pengendalian ini sering dikatakan lebih baik

dibandingkan dengan pengendalian detektif dan korektif karena

alasan-alasan sebagai berikut :

1. Pengendalian preventif sifatnya lebih murah


34

2. Biaya Pelaksanaanya lebih murah

3. Lebih baik mencegah sebelum suatu masalah timbul daripada

mendeteksi atau memperbaiki persoalan setelah hal tersebut

terjadi.

b. Pengendalian Detektif

Dimaksudkan untuk menentukan dan mengidentifikasi adanya

kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan aktivitas tertentu,

disamping itu untuk mengurangi frekuensi terjadinya kesalahan.

Keterbatasan pengendalian ini adalah bahwa pengendalian detektif

hanya dapat memberitahukan mengenai masalah yang timbul saja.

c. Pengendalian Korektif

Tujuan pengendalian korektif adalah untuk memberikan informasi

yang diperlukan oleh personil-personil yang terlibat dalam

penyelidikan dan perbaikan kesalahan yang telah terdeteksi oleh

pengendalian detektif. Meskipun namanya korektif, pengendalian ini

hanya mengumpulkan bukti saja dan komputer tidak memperbaiki

sendiri kesalahan yang terjadi.

2.4.3. Unsur-unsur Pengendalian Intern

Unsur-unsur pengendalian intern dijelaskan lebih lanjut sebagai

berikut:

1. Lingkungan pengendalian
35

Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan

mempengaruhi kesadaran orang-orangnya. Lingkungan pengendalian

merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang

lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian

mencakup hal-hal berikut ini :

a.Integritas dan nilai etika

b. Komitmen terhadap kompetensi

c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit

d. Struktur organisasi

e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab

f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

2. Penaksiran Risiko

Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa

dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara

negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah,

meringkas dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi

manajemen dalam laporan keuangan, risiko dapat timbul atau berubah

karena keadaan berikut ini :

a. Perubahan dalam lingkungan operasi

b. Personel baru

c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki


36

d. Teknologi baru

e. Lini produk, produk, atau aktivitas baru

f. Restrukturisasi korporasi

g. Operasi luar negeri

h. Standar Akuntansi baru

3. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu

memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Umumnya

aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat

digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan

hal-hal berikut ini :

a. Review terhadap kinerja

b. Pengolahan informasi

c. Pengendalian fisik

d. Pemisahan tugas

4. Informasi dan Komunikasi

Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang

meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun

untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas

(baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi

aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan.

5. Pemantauan
37

Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian

intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain

dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan

koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung

secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai

kombinasi dari keduanya.

2.4.4. Hubungan Pengendalian Intern dengan Ruang Lingkup (scope)

Pemeriksaan

Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka

kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan

dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan publik hal tersebut

menumbuhkan risiko yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan opini

tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam

melakukan pemeriksaan dan tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti

yang mendukung pendapat yang diberikannya.

Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman

dan evaluasi atas pengendalian intern perusahaan, auditor menyimpulkan

bahwa pengendalian intern tidak berjalan efektif, maka auditor harus

memperluas scope pemeriksaannya pada waktu melakukan substantive test,

sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern berjalan


38

efektif, maka scope pemeriksaan pada waktu melakukan substantive test

bisa dipersempit.

Gambar 2.2

Komponen Internal Control

MONITORING
(Ongoing)

RISK ASSESSMENT

CONTROL ACTIVITIES Infrastructure

INFORMATION AND
COMMUNICATION

CONTROL ENVIRONMENT
(Foundation)

Sumber : Konrath (2002 : 207)

2.4.5. Melakukan Pemahaman dan Evaluasi atas Pengendalian Intern

Auditor harus mendokumentasikan pemahamanya tentang komponen

pengendalian intern entitas yang diperoleh untuk merencanakan audit.

Bentuk dan isi dokumen dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas entitas,

serta sifat pengendalian intern entitas. Sebagai contoh dokumentasi

pemahaman tentang pengendalian intern entitas yang besar dn kompleks

dapat mencakup bagan alir (flowchart), kuesioner, atau tabel keputusan.


39

Namun untuk entitas yang kecil, dokumentasi dalam bentuk

memorandum sudah memadai. Umumnya semakin komleks pengendalian

intern dan semakin luas prosedur yang dilaksanakan, seharusnya semakin

luas dokumentasi yang dilakukan oleh auditor.

Karena baik buruknya pengendalian intern akan memberikan

pengaruh yang besar terhadap :

Keamanan harta perusahaan

Dapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan

Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan

Tinggi rendahnya audit fee

Jenis opini yang akan diberikan akuntan publik

Ada tiga cara yang bisa digunakan akuntan publik, yaitu :

1. Internal Control Questionnaires

Cara ini banyak digunakan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), karena

diaggap lebih sederhana dan praktis. Biasanya KAP sudah memiliki satu

set ICQ yang standar, yang bisa digunakan untuk memahami dan

mengevaluasi pengendalian intern diberbagai jenis perusahaan. Yang

perlu diperhatikan adalah :

a. Auditor harus menanyakan langsung pertanyaan-pertanyaan di ICQ

kepada staf klien dan kemudian mengisi sendiri jawabanya, jangan

sekedar menyerahkan ICQ kepada klien untuk diisi.


40

b. Untuk repeat engagement (penugasan yang berikutnya) ICQ tersebut

harus dimutakhirkan berdasarkan hasil tanya jawab dengan klien.

c. Ada kecendrungan bahwa klien akan memberikan jawaban seakan-

akan pengendalian intern sangat baik.

Karena itu auditor harus melakukan compliance test untuk membuktikan

efektifitas dari pengendalian intern klien.

2. Flow Chart (bagan arus)

Flow chart menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur di

suatu unit usaha, untuk auditor yang terlatih baik, penggunaan flow chart

lebih disukai, karena auditor bisa lebih cepat melihat apa saja kelemahan

dan kebaikan dari suatu sistem dan prosedur.

Setelah flow chart dibuat, auditor harus melakukan walk through, yaitu

mengambil dua atau tiga dokumen untuk mentest, apakah prosedur yang

dijalankan sesuai dengan apa yang digambarkan dalam flow chart.

3. Narrative

Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, sistem dan

prosedur akuntansi yang berlaku di perusahaan, cara ini biasa digunakan

untuk klien kecil yang pembukuannya sederhana.

2.4.6. Keterbatasan Pengendalian Intern Entitas

Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya,

pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi

manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan


41

pengendalian intern entitas. Hal ini mencakup kenyataan bahwa

pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat salah dan rusak

karena kegagalan yang bersifat manusiawi tersebut.

Disamping itu pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi di

antara dua orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan

pengendalian intern. Faktor lain yang membatasi pengendalian intern adalah

biaya pengendalian intern entitas tidak boleh melebihi manfaat yang

diharapkan dari pengendalian tersebut.

2.5. Kerangka Pemikiran

Maraknya kasus-kasus penyimpangan korporasi yang terjadi dalam

dunia usaha di Indonesia, seolah merupakan ajang konspirasi antara

manajemen dan semua pihak yang berkepentingan dalam perusahaan

tersebut, karena telah gagal dalam menciptakan kehidupan bisnis yang

sehat, bersih, dan bertanggung jawab. Dengan menjalankan manajemen laba

dan mengabaikan konsep good corporate governance.

Dalam prinsip good corporate governance pentingnya sistem

pengawasan dan pengendalian yang baik sebuah perusahaan agar efektif

dan efisien, harus melibatkan Komite Audit dan Komisaris Independen yang

merupakan orang-orang yang bebas dari tekanan dan intervensi manajerial,

serta mengadakan evaluasi terhadap struktur pengendalian intern

perusahaan tersebut.
42

Fenomena: Maraknya kasus-kasus penyimpangan yang terjadi dalam dunia usaha, seolah merupakan ajang konspirasi antara
manajemen dan semua pihak yang mempunyai kepentingan dalam perusahaan. Gagal dalam menciptakan kehidupan bisnis
yang sehat, bersih, dan bertanggung jawab dikarenakan perusahaan tersebut menjalankan praktik manajemen laba, dan
mengabaikan konsep good corporate governance. Dalam prinsip good corporate governance pentingnya ditekankan system
pengawasan dan pengendalian yang baik sebuah perusahaan agar efektif dan efisien, harus melibatkan komite audit dan
komisaris independen yang merupakan orang-orang yang bebas dari tekanan dan intervensi manajerial Berdasarkan fenomena
ini, penulis ingin meneliti sejauh mana hubungan manajemen laba, good corporate governance, struktur pengendalian intern
terhadap perencanaan audit..
.

PSAK (2007)
SA, AICPA (2000)
Mulyadi (2001,2007) Grand Theory: Middle Theory: Standar
Sukrisno Agoes (2004) Perencanaan Audit Auditing, SPAP
H.Sri Sulistyanto (2008)
Johny S. (2004)Dll

Diimplikasikan pada beberapa Kantor Akuntan Publik

Tabel 2.5
Hubungan antara manajemen laba, good corporate
Kerangka governance, dan struktur pengendalian
Pemikiran
intern terhadap perencanaan audit

Variabel dependen Variabel independent (X):


(Y): Manajemen laba, Good
Perencanaan audit corporate governance, struktur
Pengendalian intern

Model: PA = + 1 ML+ 2 GCG+ 3 SPI +

Uji asumsi: Uji Validitas(ketepatan) dan Uji Uji hipotesis: Menggunakan model analisis
Reliabilitas(keandalan) regresi untuk mengetahui pengaruh/tidak
manajemen laba, good corporate governance,
struktur Pengendalian intern terhadap
perencanaan audit

Hasil analisis yang diperoleh mengenai pengaruh atau tidak manajemen laba, good corporate
governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit
43

Keterangan:
ML : Manajemen Laba SPI : Struktur Pengendalian Intern
GCG : Good Corporate Governance PA : Perencanaan Audit
2.6. Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.6.

Matrik Penelitian Sebelumnya


No Nama Peneliti Sampel Penelitian Hasil Penelitian
1 Bedard & Johnstone Tidak diketahui Perencanaan audit adalah total lamanya
waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk
(2004) melakukan perencanaan audit awal,
sampai pada pengembangan rencana
audit dan program audit menyeluruh.
2 Wallace & Koplan (1984) Tidak diketahui Auditor meningkatkan upaya perikatan
dengan pengendalian internal secara
signifikan lemah
3 Nelson et.al (2002) Tidak diketahui Manajemen laba dapat dikurangi dengan
adanya campur tangan auditor
4 Dechow et al (1996) Tidak diketahui Hubungan positif antara kualitas
corporate governance dengan kehandalan
laporan keuangan.
5 Richardson (1998) Tidak diketahui Keberadaan asimetris informasi dianggap
sebagai penyebab manajemen laba.
6 Nurna Aziza, dkk (2006) Tidak diketahui Manajemen laba tidak berhubungan
44

positif dengan perencanaan audit, good


corporate governance, tidak berhubungan
positif
7 Ayres (1994) Tidak diketahui Ada tiga faktor yang dikaitkan dengan
munculnya praktik-praktik tersebut, yaitu
manajemen akrual, penerapan suatu
perubahan yang wajib, perubahan
akuntansi yang tidak diwajibkan

2.7. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian

yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berdasarkan pada

latar belakang penelitian dan teori yang telah dijelaskan maka penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui apakah dengan manajemen laba, good

corporate governance, dan struktur pengendalian intern memiliki pengaruh

atau tidak terhadap perencanaan audit yang akan dinyatakan dalam

rumusan hipotesis sebagai berikut:

1. Manajemen Laba, Good Corporate Governance, dan Struktur

Pengendalian Intern berpengaruh signifikan terhadap Perencanaan

Audit, baik secara parsial maupun secara simultan.

.
45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di beberapa Kantor Akuntan Publik yang

berlokasi di Jakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2009

sampai dengan Mei 2009.

3.2. Objek Penelitian


46

Objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian,

sedangkan tempat dimana variable melekat merupakan subjek penelitian.

Merujuk pada pendapat tersebut maka yang menjadi objek dari penelitian ini

adalah hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan

struktur pengendalian intern dengan perencanaan audit, untuk itu meneliti

objek tersebut penulis melakukan studi pada beberapa Kantor Akuntan Publik

yang ada di Jakarta yang terdaftar di Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Pemilihan objek tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa

manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian

intern adalah faktor penentu bagi suatu KAP untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan terhadap perencanaan audit. Sedangkan penulis memilih

perencanaan audit adalah karena perencanaan audit merupakan langkah

awal dari suatu proses pemeriksaan45yang menentukan baik atau tidaknya

proses selanjutnya.

3.3. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif

dengan pendekatan survey. Metode penelitian deskriptif adalah metode

dalam melakukan penelitian atas suatu kelompok manusia, suatu objek,

suatu kondisi, system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang. Data yang diperoleh selama penelitian akan diolah, dianalisa, dan
47

diproses lebih lanjut dengan dasar teori yang telah dipelajari untuk kemudian

ditarik kesimpulan.

Sedangkan penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada

populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari

sample yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-

kejadian relative, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variable

sosiologis dan psikologis.

3.4. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor

Akuntan Publik (KAP) di Jakarta sebanyak 50 orang. Metode pengambilan

sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling (judgmental sampling).

Kriteria sampel adalah pertama, auditor yang berpartisipasi/menjadi auditor

eksternal pada perusahaan (klien) selama dua tahun berturut-turut yaitu

tahun 2007-2008.

Kedua, auditor mengaudit klien yang telah membentuk dewan

komisaris atau/dan komite audit. Sampel penelitian ini ditentukan minimum

sebesar 30 responden.

Dasar penentuannya adalah Central Limit Theorem (Mendenhall dan


Beaver, 1992) yang menyatakan bahwa jumlah minimum sampel untuk
mencapai kurva normal setidaknya adalah dengan mencapai nilai responden
minimum 30.
48

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam

melakukan penelitian ini adalah menggunakan data primer, yaitu:

a). Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data langsung dilapangan dimana

penulis mengadakan penelitian ke perusahaan untuk memperoleh data

yang berhubungan dengan, seperti mengumpulkan data identitas para

responden yang diberikan kuesioner.

b). Angket atau Questioner

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya.

Selanjutnya untuk pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat

ditentukan skornya. Salah satu cara yang sering digunakan dalam

menentukan skor adalah dengan menggunakan skala Likert. Bentuk

skala Likert memiliki lima kategori. Apabila dirangking maka susunannya

akan dimulai dari sangat tidak setuju (strongly disagree) sampai kepada

sangat setuju (strongly agree).

Maka dari itu jawaban dari setiap item dalam variabel penelitian

yang menggunakan skala Likert mempunyai tingkatan dari sangat positif

sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata dan akan diberi skor

1 sampai 5. Untuk lebih jelasnya akan diberikan contoh sebagai berikut :


49

Apabila responden menjawab (sangat setuju) diberi nilai 5

Apabila responden menjawab (setuju) diberi nilai 4

Apabila responden menjawab (netral) diberi nilai 3

Apabila responden menjawab (tidak setuju) diberi nilai 2

Apabila responden menjawab (sangat tidak setuju) diberi nilai 1

3.6. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam hal ini penulis menggunakan dua jenis variable, yaitu variable

bebas (independent), dan variable terikat (dependen) atau variable yang

dipengaruhi oleh variable bebas. Sesuai dengan judul yang diajukan penulis,

yaitu hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan

struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit, maka variable

-variabelnya sebagai berikut :

1. Perencanaan Audit (Y)

Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh

auditor untuk melakukan perencanaan audit awal sampai pada. Variabel

ini diukur dengan menggunakan jam. Diukur dengan menjabarkannya

dalam dimensi dan indikator, perencanaan awal merupakan langkah awal

dari setiap kegiatan, perencanaan audit merupakan suatu keharusan


50

apabila kita menghendaki pemeriksaan yang efektif, dimensi dan indikator

terdapat pada lampiran.

2. Manajemen laba (X1)

Manajemen laba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah risiko

yang akan ditanggung auditor atas tindakan manajemen (klien) terhadap

laba yang diciptakan. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen

yang telah digunakan oleh Bedard dan Johnstone (2004) dan dimodifikasi

dengan skala likert satu sampai lima yaitu dari sangat tidak berisiko =1

sampai dengan sangat berisiko =5. Instrumen ini terdiri dari delapan item

yang mengukur adanya manajemen laba. dimensi dan indikatornya

terdapat pada lampiran.

13. Good Corporate Governance (X2)

Good corporate governance merupakan risiko yang ditanggung

auditor atas baik buruknya tata kelola dalam perusahaan klien, diukur

dengan menggunakan instrumen. Instrumen terdiri dari instrumen tentang

dewan komisaris ada empat item dengan skala likert satu sampai lima

yaitu dari sangat setuju =5 sampai dengan sangat tidak setuju =1, dimensi

dan indikatornya terdapat pada lampiran.

4. Struktur Pengendalian Intern (x4)

Variabel ini merupakan penerapan di perusahaan untuk menyusun

struktur pengendalian intern adalah dalam rangka pencapaian tujuan

perusahaan tersebut. Diukur dengan menjabarkannya dalam dimensi dan


51

indikator yang terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur

yang dirancang untuk memberi keyakinan kepada pihak manajemen

bahwa tujuan dan sasaran perusahaan dapat dicapai, kebijakan dan

prosedur ini disebut pengendalian intern. Instrumen terdiri dari instrumen

tentang dewan komisaris ada empat item dengan skala likert satu sampai

lima yaitu dari sangat setuju =5 sampai dengan sangat tidak setuju =1,

dimensi dan indikatornya terdapat pada lampiran.

Tabel 3.1.

Operasionalisasi variable

No Variabel Dimensi Indikator No. Skala Sumber Data


Pertany
aan
1 Perencanaa - Perencanaan Awal - Evaluasi alasan klien 1 Likert Kuesioner
n Audit (Y) untuk diaudit
- Mutu lingkungan 2 Likert Kuesioner
pekerja sesuai dengan
ditentukan pekerja
- Mutu dan integritas 3 Likert Kuesioner

- - Memperoleh Informasi - Memahami bidang 4 Likert Kuesioner


mengenai latar industri klien untuk
belakang klien mempekerjakan orang
yang tepat

- Memperoleh informasi - Memahami Akte 5 Likert Kuesioner


mengenai kewajiban Pendirian, Anggaran
hukum klien dasar Perusahaan,
meneliti dokumen
rapat, dan kontrak-
kontrak

-Melaksanakan prosedur - Pelaksanaan prosedur 6 Likert Kuesioner


analisis pendahuluan analitis dengan baik.

-Menentukan materialitas - Evaluasi laporan 7 Likert Kuesioner


dan menetapkan risiko keuangan secara
audit yang dapat keseluruhan,
diterima memberikan pendapat
sesuai PABU
- Penetapan materialitas 8 Likert Kuesioner
dan risiko audit perlu
untuk merencanakan
52

luas pengujian serta


mengevaluasi laporan
keuangan.

-Mengembangkan - Penyusunan rencana 9 Likert Kuesioner


rencana audit dan dan program audit
program audit dengan baik
menyeluruh
(Sumber : Soekrisno
Agus, Auditing)
2 Manajemen - Pola manajemen laba - Taking bath 10 Likert Kuesioner
Laba (X1) - Minimalisasi laba 11 Likert Kuesioner
- Maksimalisasi laba 12 Likert Kuesioner
- Perataan laba 13 Likert Kuesioner

- Motivasi manajemen - Bonus purposes 14 Likert Kuesioner


laba - Political motivation 15 Likert Kuesioner
(Sumber : H. Sri - Taxation motivation 16 Likert Kuesioner
Sulistyanto :2008, - Pergantian CEO 17 Likert Kuesioner
Manajemen Laba ) - Initial public offering 18 Likert Kuesioner
(IPO)

3 Good - Keadilan (fairness) - terhadap kepentingan 19 Likert Kuesioner


Corporate klien, pemakai laporan
Go (x2) keuangan,
kepentingan akuntan
publik 20 Likert Kuesioner
- pembagian tugas antar
rekan kerja seprofesi
Kuesioner
- Transparansi 21 Likert
(transparency) - terhadap informasi
laporan keuangan klien 22 Likert Kuesioner
- pembagian fee
- Akuntabilitas 23 Likert Kuesioner
(accountability) - mempertahankan
integritas, objektivitas,
dan independensi
- Pertanggung jawaban 24 Likert Kuesioner
(responsibility) - mematuhi prinsip
(Sumber :Prinsip GCG akuntansi yang berlaku
Organization for umum dan
Economic Corporation berpedoman pada
and Development SPAP
(OECD) dalam Surya
dan Yustiavandana
(2006:68)

4 Struktur -Tujuan Struktur - Pengendalian Preventif 25 Likert Kuesioner


Pengendalia Pengendalian Intern - Pengendalian Detektif 26 Likert Kuesioner
n Internal - Pengendalian Korektif 27 Likert Kuesioner

-Unsur-unsur Struktur - Lingkungan 28 Likert Kuesioner


Pengendalian Intern pengendalian
- Penaksiran risiko 29 Likert Kuesioner
53

Boynton, Johnson) - Aktivitas pengendalian 30 Likert Kuesioner


(2001) alih bahasa Paul - Informasi dan 31 Likert Kuesioner
A. Rajoe et al. (2003) komunikasi
Dan SPAP - Pemantauan 32 Likert Kuesioner
(2001) (x4

3.7. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu

penelitian, karena analisis data merupakan suatu usaha untuk menemukan

jawaban atas suatu permasalahan yang terjadi. Berdasarkan yang telah

dibuat, maka metode yang digunakan dalam menganalisis data antara lain :

1. Kriteria utama yang digunakan untuk menilai suatu alat pengukuran

ialah validitas (ketepatan) dan reliability (keandalan). Validitas merujuk

kepada sejauhmana suatu uji dapat mengukur apa yang sebenarnya

ingin kita ukur. Keandalan berkaitan dengan ketepatan dari prosedur

pengukuran. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan tugasnya sebagai alat ukur. Uji

validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

mengikuti kaidah product moment (r) yaitu : uji validitas dengan

metode ini merupakan uji validitas item, dasar kerjanya dengan

komputerisasi korelasi antar setiap item dengan skor total test

sebagai kriteria validasinya. Dasar pengambilan keputusannya


54

adalah jika nilai suatu instrument dinyatakan valid apabila harga

koefisien rhitung rtabel maka dapat dikatakan jika semua item dalam

variabel yang digunakan adalah valid, begitu juga sebaliknya.

b. Uji Reliabilitas

Suatu pengukur adalah andal sepanjang pengukur tersebut

menghasilkan hasil-hasil yang konsisten. Uji reliabilitas

(kehandalan) ditujukan untuk mengetahui sejauhmana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya (reliabel). Suatu pengukuran dapat

dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan terhadap

kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama,

maksudnya ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil

diantara hasil beberapa kali pengukuran. untuk mengatasi

persoalan ini adalah dengan menggunakan koefisien Alpha. Nilai

alpha akan berkisar antara 0 sampai dengan 1. Suatu pengukuran

dikatakan reliabel bilamana paling tidak nilai alphanya 0,6.

2. Dalam pengujian analisis jalur (path analysis) data berskala ordinal

harus diubah ke dalam data berskala interval, dengan menggunakan

rumus yang dikutip dari Riduwan dan Kuncoro (2007: 30)


55

3. Analisis regresi berganda dilakukan bila jumlah variabel bebasnya

minimal dua (lebih dari 1). Adapun persamaan regresi yang digunakan

adalah :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + + bn Xn

Dimana :

Y = variabel yang dipengaruhi ; X = variabel yang mempengaruhi

a = konstanta regresi ; b = koefisien regresi

Tahap-tahap Pengujian dalam Regresi Berganda

1. Mempersiapkan persamaan regresi linier berganda dengan model :

Y = + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 +

2. Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut, perlu diuji validitas dan

reliabilitas dengan bantuan SPSS 16.0.

3. Untuk menguji hubungan perubahan variabel dependent yang dapat

dijelaskan oleh variabel independent secara bersama-sama

digunakan koefisien determinasi disesuaikan (adjurted R2) bergerak

dari 0 sampai 1. Semakin tinggi nilai adjurted R2 berarti semakin


56

banyak variasi variabel dependent dapat dijelaskan oleh variabel

independent dan semakin baik model tersebut.

4. Uji Hipotesis

Pembentukan suatu hipotesis memerlukan teori-teori terlebih dahulu

sebagai pendukung pernyataan hipotesis yang diusulkan. Dalam

membentuk hipotesis terhadap beberapa hal yang dipertimbangkan:

a. Hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternative (Ha) yang diususlkan.

b. Daerah penerimaan dan penolakan serta tektik arah pengujian.

c. Penentuan nilai hitung statistik.

d. Menarik kesimpulan menerima atau menolak hipotesis yang

diusulkan.

1) Uji-F, digunakan untuk mengetahui signifikansi seluruh koefisien

regresi, dengan langkah sebagai berikut : Ho : 1 = 2 = 3 = 0,

yang berarti tidak ada pengaruh variabel independent terhadap

variabel dependent secara bersama-sama. Ha : 1 2 3

0, yang berarti bahwa ada pengaruh variabel independent

terhadap variabel dependent secara serempak. Nilai Ftabel

dengan tingkat signifikansi () sebesar 5% dan df = (n-k) (k-l),

dimana n = jumlah sampel, k = jumlah variabel. Kemudian

dilakukan perbandingan dengan F hitung untuk menentukan Ho

diterima atau ditolak, dengan ketentuan : Ho diterima apabila

Fhitung < Ftabel dan Ho ditolak apabila Fhitung > Ftabel.


57

2) Uji-t, digunakan untuk menguji koefisien regresi secara individu,

dengan ketentuan sebagai berikut : Ho : 1 = 0, yang berarti

bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel independent

dengan variabel dependent. Ha : 1 0, yang berarti bahwa ada

pengaruh antara variabel-variabel independent dengan variabel

dependent secara individual. Langkah selanjutnya adalah

menentukan tingkat signifikansi () yaitu sebesar 5% dengan df

= (n-k) untuk menentukan nilai ttabel. Dilakukan perbandingan

dengan thitung untuk menentukan Ho ditolak atau diterima,

dengan ketentuan : Ho diterima apabila t hitung < ttabel.

Pelaksanaan uji statistic dalam penelitian ini digunakan SPSS.

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


58

4.1.1. Gambaran Umum Unit Penelitian

Data yang diperoleh berasal dari kuesioner yang dibagikan ke

beberapa Kantor Akuntan Publik di Jakarta, berikut daftar dan Alamat Kantor

Akuntan Publik yang dibagikan kuesioner. Yaitu :

1. KAP. Abdul Aziz & Rekan


Bumi Malaka Asri 3, Jl. Flamboyan Raya H1/9, Malaka Sari
Duren Sawit, Jakarta Timur 13460
Telp : 021-863 2184, 8660 2049, 8660 2051

2. KAP. Trisno, Hendang, Adams & Rekan


Jl. Biak No.18 Jakarta 10150, telp : 021-6386 3277, 79

3. KAP. Johan Malonda Astika & Rekan


Jl. Pluit Raya 200 Blok V No.1-5, Jakarta 14450
Telp : 021-661 7155

4. KAP. Anwar, BAP & Rekan


Komp. Ruko Roxy Mas Blok E2 No. 47
Jl. K.H.Hasyim Ashari No.125 Jakarta 10150
Telp : 021-631 5210, 631 5057

5. KAP Bayudi Watu & Rekan


Jl. Sangihe No.10, Jakarta Pusat 10150
Telp : 021-6386 3065, 67, 632 4242

Kuisioner yang telah terisi seluruhnya terkumpul kepada peneliti pada

tanggal 12 Mei 2009, data penelitian yang diolah adalah jawaban responden

dari kuisioner yang dikirim. Data yang diolah adalah data primer dalam

bentuk kuesioner dari hasil jawaban responden yang memuat pertanyaan

terkait dengan hubungan antara manajemen laba, good corporate

governance, struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit.

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel


59

dan Statistic Package for the Sosial Sciences (SPSS) versi 16.0. Kuesioner

sebagai instrumen penelitian didistribusikan langsung oleh peneliti kepada

semua level auditor pada kantor akuntan publik yaitu senior auditor dan

yunior auditor.

Dalam penelitian ini, terkumpul kuesioner sebanyak 50 kuesioner,

berasal dari kantor akuntan publik. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 55

kuesioner dan dari jumlah tersebut, kuesioner yang kembali berjumlah 50

atau sebanyak 89.5% responden yang mengembalikan. Walaupun tingkat

pengembalian kuesioner tidak 100% tetapi masih mencukupi untuk

pengolahan data menggunakan software SPSS 16.00.

4.1.2. Data Penyebaran Kuesioner

4.1.2.1 Data Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner

Kuesioner yang dipergunakan untuk penelitian ini dikirimkan ke auditor

yang berkerja Kantor-Kantor Akuntan Publik yang berada di Jakarta, yang

secara lengkap disajikan dalam tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1
Kalkulasi Perbandingan Kuesioner yang Dikirimkan

Tidak Tidak Dapat


No Organisasi Kirim Kembali
kembali lengkap diolah

1. KAP. ABDUL AZIZ & REKAN 10 0 10 0 10


60

KAP. TRISNO, HENDANG,


2. 10 0 10 0 10
ADAMS & REKAN

KAP. JOHAN MALONDA


3. 15 0 15 0 15
ASTIKA & REKAN

4. KAP. ANWAR BAP & REKAN 10 0 10 0 10

KAP. BAYUDI WATU &


5. 10 5 5 0 5
REKAN

TOTAL 55 5 50 0 50

Sumber: diolah sendiri

4.2.1 Statistik Deskriptif Data Responden

1. Data Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin dibagi dua kategori yaitu laki-laki dan

perempuan. Dengan melihat tabel dibawah ini dapat diketahui

persentasi responden laki-laki dan persentasi responden perempuan.


61

Tabel 4.2.

Sumber: Output SPSS

Dari table jenis kelamin diatas dilihat bahwa total responden adalah

50, dan 46 % perempuan yaitu sebanyak 23, sedangkan sisanya 54 %

laki-laki yaitu sebanyak 27.

2. Data Responden berdasarkan Usia

Berdasarkan usia responden dibagi empat kategori yaitu kurang dari

26 tahun, 26 tahun sampai 35 tahun, 36 tahun sampai 45 tahun, dan

lebih dari 45 tahun. Rincian dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 4.3.

Sumber: Output SPSS

Dari tabel usia diatas dapat dillihat bahwa responden yang paling

banyak adalah usia <26 th dengan persentase sebanyak 52% yaitu 26

responden. Kemudian sisanya terdiri dari 38 % usia 26 35 th yaitu


62

sebanyak 19 responden, 6 % usia 36 45 th yaitu sebanyak 3

responden dan 4 % usia > 45 th yaitu sebanyak 2 responden.

3. Data Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Berdasarkan lama bekerja, data responden dibagi empat kategori

yaitu kurang dari 2 tahun, 2 tahun sampai 4 tahun, 5 tahun sampai 6

tahun dan 7 tahun sampai 10 tahun. Rincian nya dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 4.4.

Sumber: Output SPSS

Dari tabel lama bekerja diatas dapat dilihat bahwa 58 % responden

lama bekerja 2 4 th yaitu sebanyak 29 responden, sedangkan sisanya

22 % responden lama bekerja 5 6 th yaitu sebanyak 11 responden,

dan 20 % responden lama bekerja 7 10 th yaitu sebanyak 10

responden.

4. Data Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan pendidikan, data responden dibagi empat kategori

yaitu S3, S2, S1, dan D3.


63

Tabel 4.5.

Sumber: Output SPSS

Dari tabel pendidikan diatas dapat dilihat bahwa 10 %

berpendidikan D3, 90 % berpendidikan S1. Maka disimpulkan

responden paling banyak adalah yang berpendidikan S1

4.2.2 Statistik Deskriptif Pertanyaan

1) Variabel Y (Perencanaan Audit)

Pada kuesioner ini peneliti membagi lima kategori jawaban

berdasarkan pendapat responden, yaitu sangat tidak setuju, tidak

setuju, netral, setuju, dan sangat setuju dengan masing-masing

nilai atau skor 1, 2, 3, 4, dan 5, sehingga dapat diketahui rata-rata

keseluruhan jawaban responden

1. Pertanyaan 1
Perencanaan audit di KAP ini, menghendaki setiap Auditor lebih dahulu
mengevaluasi apa alasan klien untuk diaudit. Berikut hasil jawaban
responden :
64

Tabel 4.6.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35

rensponden menjawab setuju, 14 responden menjawab sangat setuju,

dan 1 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju

sebesar 70%.

2. Pertanyaan 2

Untuk meningkatkan efisiensi audit dan memenuhi Standar Auditing


yang telah ditetapkan, staf-staf yang ditugaskan di KAP ini, harus yang
familiar dengan bidang usaha klien. Berikut hasil jawaban responden :

Tabel 4.7.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 27

rensponden menjawab setuju, 13 responden menjawab sangat setuju, 9


65

responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju.

Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 54%.

3. Pertanyaan 3
Agar tidak terjadi salah pengertian, anda sebagai auditor harus
membuat kesepakatan tertulis antara KAP dengan klien secara jelas,
tegas dan termuat dalam kontrak audit. Berikut hasil jawaban
responden:
Tabel 4.8.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 40 responden, 23

rensponden menjawab sangat setuju, 11 responden menjawab setuju,

dan 6 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah sangat

setuju sebesar 57.5%.

4. Pertanyaan 4

Staf-staf yang ditugaskan di KAP ini, lebih baik yang akrab dengan
bidang usaha klien, oleh karena itu, auditor lebih dahulu harus
memahami bidang usaha klien. Berikut hasil jawaban responden:
66

Tabel 4.9.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 29

rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju,

10 responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak

setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 58 %.

5. Pertanyaan 5
Akte Pendirian, dan anggaran perusahaan klien, notulen rapat, dan
kontrak-kontrak perusahaan diperhitungkan oleh auditor di KAP ini,
dalam membuat perencanaan audit. Berikut hasil jawaban responden:

Tabel 4.10.

Sumber: Output SPSS


67

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 33

rensponden menjawab setuju, 12 responden menjawab sangat setuju, 3

responden menjawab netral, dan 2 responden menjawab tidak setuju

Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 66%.

6. Pertanyaan 6
Keseluruhan kegiatan pemeriksaan di KAP ini, harus tergambar dalam
prosedur analitis pendahuluan. Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.11.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 33

rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju,

dan 7 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju

sebesar 66%.

7. Pertanyaan 7

Dalam menentukan materialitas dan risiko audit, anda sebagai auditor

harus mengevaluasi laporan keuangan secara keseluruhan. Berikut

hasil jawaban responden:


68

Tabel 4.12.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35

rensponden menjawab setuju, 11 responden menjawab sangat setuju, 2

responden menjawab netral, dan 2 responden menjawab tidak setuju.

Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 70%.

8. Pertanyaan 8

Penetapan materialitas dan risiko audit di KAP ini, perlu dilakukan

untuk merencanakan luas pengujian, mengevaluasi hasil dan

melaksanakan pengujian audit. Berikut hasil jawaban responden:

Tabel 4.13.

Sumber: Output SPSS


69

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 29

rensponden menjawab setuju, 15 responden menjawab sangat setuju,

dan 6 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju

sebesar 58 %.

9. Pertanyaan 9

Penyusunan rencana dan program audit harus dilaksanakan oleh


auditor di KAP ini, agar auditor dapat memahami petunjuk, mengenai
langkah-langkah apa yang harus dilakukan. Berikut hasil jawaban
responden:
Tabel 4.14.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35

rensponden menjawab setuju, 13 responden menjawab sangat setuju,

dan 2 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju

sebesar 70%.

2) Variabel X1 (Manajemen Laba)

Pada kuesioner ini peneliti membagi lima kategori jawaban

berdasarkan pendapat responden, yaitu sangat tidak setuju, tidak

setuju, netral, setuju, dan sangat setuju dengan masing-masing


70

nilai atau skor 1, 2, 3, 4, dan 5, sehingga dapat diketahui rata-rata

keseluruhan jawaban responden.

1.Pertanyaan 10

Menurut anda, dalam mengevaluasi laporan keuangan, auditor perlu


mereview hasil audit periode sebelumnya, apalagi jika sangat ekstrim
terhadap periode sekarang. Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.15.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 33

rensponden menjawab setuju, 13 responden menjawab sangat setuju, 3

responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju.

Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 66%.

2. Pertanyaan 11

Pada laporan keuangan klien, auditor di KAP ini, harus dapat melihat
dan menganalisis apakah ada kecendrungan melakukan manajemen
laba. Berikut hasil jawaban responden:
71

Tabel 4.16.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 29

rensponden menjawab setuju, 12 responden menjawab sangat setuju, 6

responden menjawab netral, dan 3 responden menjawab tidak setuju.

Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 58%.

3. Pertanyaan 12

Anda sebagai auditor, harus mengetahui apa saja tindakan manajemen


laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Berikut hasil
jawaban responden:
Tabel 4.17.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 34

rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju,


72

dan 6 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju

sebesar 68 %.

4. Pertanyaan 13

Anda sebagai Auditor, perlu memahami mengapa laporan laba rugi


mengalami fluktuasi yang sama hampir setiap bulannya. Berikut hasil
jawaban responden:
Tabel 4.18.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35

rensponden menjawab setuju, 8 responden menjawab netral, 5

responden menjawab sangat setuju, dan 2 responden menjawab tidak

setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 70%.

5. Pertanyaan 14
Di KAP ini, auditor harus mengetahui apa saja motivasi manajemen
laba yang dilakukan manajer sebagai orang yang mempunyai andil
besar dalam laporan keuangan. Berikut hasil jawaban responden:
73

Tabel 4.19.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 36

rensponden menjawab setuju, 7 responden menjawab sangat setuju, 5

responden menjawab netral, dan 2 responden menjawab tidak setuju.

Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 72%.

6. Pertanyaan 15

Political motivasion menyebabkan perusahaan melakukan manajeman


laba, anda sebagai auditor, mempertimbangkan hal tersebut dalam
keputusan audit. Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.20.

Sumber: Output SPSS


74

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 34

rensponden menjawab setuju, 8 responden menjawab sangat setuju, 7

responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju.

Jawaban mayoritas adalah sangat setuju sebesar 68%.

7. Pertanyaan 16

Penghematan pajak menjadi motivasi perusahaan melakukan


manajemen laba, di KAP ini, auditor harus mempertimbangkan hal
tersebut dalam keputusan audit. Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.21.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 32

rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab netral, 7

responden menjawab sangat setuju dan 1 responden menjawab tidak

setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 64%.

8. Pertanyaan 17
Anda sebagai auditor, jika menemui mengapa bonus yang diterima
CEO meningkat, bersamaan dengan pergantian CEO, maka hal
tersebut menjadi pertimbangan dalam keputusan audit. Berikut hasil
jawaban responden:
75

Tabel 4.22.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 27

rensponden menjawab setuju, 12 responden menjawab netral, 8

responden menjawab sangat setuju. Dan 3 responden menjawab tidak

setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 54%.

9. Pertanyaan 18

Untuk menaikan harga saham, perusahaan yang akan go public


cenderung melakukan manajeman laba, dalam hal itu anda sebagai
auditor harus melihat apa yang menyebabkan peningkatan laba
tersebut. Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.23.

Sumber: Output SPSS


76

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 30

rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju, 9

responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju.

Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 60%.

3) Variabel X2 (Good Corporate Governance)

Pada kuesioner ini peneliti membagi lima kategori jawaban

berdasarkan pendapat responden, yaitu sangat tidak setuju, tidak

setuju, netral, setuju, dan sangat setuju dengan masing-masing

nilai atau skor 1, 2, 3, 4, dan 5, sehingga dapat diketahui rata-rata

keseluruhan jawaban responden.

1. Pertanyaan 19

Anda sebagai auditor, ketika memberi pendapat mengenai kewajaran


laporan keuangan, hendaklah bersikap independent, adil terhadap
keputusan klien, pemakai, dan akuntan public. Berikut hasil jawaban
responden:
Tabel 4.24.

Sumber: Output SPSS


77

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 33

rensponden menjawab setuju, 12 responden menjawab sangat setuju, 4

responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju.

Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 66%.

2. Pertanyaan 20
Di KAP ini, anda sebagai auditor selama melaksanakan pemeriksaan
harus adil dalam pembagian tugas sesama rekan kerja seprofesi.
Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.25.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 32

responden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 5

responden menjawab netral dan 4 responden menjawab tidak setuju.

Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 64%.

3. Pertanyaan 21
Sebagai auditor, menurut anda Good corporate governance suatu
perusahaan, harus transparansi terhadap informasi dalam laporan
keuangan yang diaudit. Berikut hasil jawaban responden:
78

Tabel 4.26.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50

responden, 30 responden menjawab setuju, 12 responden menjawab

sangat setuju, 6 responden menjawab netral dan 2 responden

menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah sangat setuju

sebesas 60%.

4. Peratanyaan 22

Di KAP ini, Antara rekan kerja seprofesi, haruslah adil dan bijaksana
dalam hal pembagian bonus kerja untuk senior dan junior auditor.
Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.27.

Sumber: Output SPSS


79

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 26

responden menjawab setuju, 13 responden menjawab netral, 9

responden menjawab sangat setuju dan 2 responden menjawab tidak

setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 52%.

5. Pertanyaan 23

Menurut Anda, auditor dalam bertugas harus mempertahankan


integritas, objektivitas, dan independensi. Berikut hasil jawaban
responden:
Tabel 4.28

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 27

responden menjawab setuju, 18 responden menjawab sangat setuju, 4

responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak setuju.

Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 54%.

6. Pertanyaan 24

Di KAP ini, anda sebagai auditor, harus menjalankan peran dan


tanggung jawab dengan baik dalam melaksanakan pemeriksaan.
Berikut hasil jawaban responden:
80

Tabel 4.29

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden,

28 rensponden menjawab setuju, 16 responden menjawab sangat

setuju, 5responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak

setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 56%.

7. Pertanyaan 25

Selama menjalankan profesi auditor, anda berpedoman pada PABU &


SPAP, dan SAK, yang harus selalu dipatuhi dalam bertugas. Berikut
hasil jawaban responden:

Tabel 4.30

Sumber: Output SPSS


81

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 31

responden menjawab setuju, 15 responden menjawab sangat setuju, 3

responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak setuju.

Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 62%.

4) Variabel X3 (Struktur Pengendalian Intern)

Pada kuesioner ini peneliti membagi lima kategori jawaban

berdasarkan pendapat responden, yaitu sangat tidak setuju, tidak

setuju, netral, setuju, dan sangat setuju dengan masing-masing

nilai atau skor 1, 2, 3, 4, dan 5, sehingga dapat diketahui rata-rata

keseluruhan jawaban responden.

1. Pertanyaan 26

Untuk mencegah sebelum masalah timbul, sebaiknya auditor membuat


pengendalian preventif, yang mempunyai tujuan sebagai pra tindak,
agar sesuai dengan yang direncanakan. Berikut hasil jawaban
responden:
Tabel 4.31.

Sumber: Output SPSS


82

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35

rensponden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 3

responden menjawab netral 3 responden menjawab tidak setuju.

Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 70%.

2. Pertanyaan 27

Di KAP ini, jika kesalahan terjadi dalam pelaksanaan aktivitas


pemeriksaan, auditor harus membuat pengendalian detektif, yang
tujuannya untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Berikut hasil
jawaban responden:
Tabel 4.32.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 39

responden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 2

responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar

78%.

3. Pertanyaan 28
Informasi yang diperlukan oleh personil-personil dalam penyelidikan
dan perbaikan kesalahan, di KAP ini, auditor harus memahami lebih
dahulu tujuan dari pengendalian korektif. Berikut hasil jawaban
responden:
83

Tabel 4.33.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 30

responden menjawab setuju, 11 responden menjawab sangat setuju,

dan 8 responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak

setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 60%.

4. Pertanyaan 29
Anda sebagai auditor, dalam mengevaluasi struktur pengendalian
intern, harus mengetahui lingkungan pengendalian, karena merupakan
landasan komponen pengendalian lainnya. Berikut hasil jawaban
responden:
Tabel 4.34.

Sumber: Output SPSS


84

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35

responden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju, 5

responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar

70%.

5. Pertanyaan 30

Sebagai auditor, menurut anda perhitungan risiko perlu diidentifikasi


sejak awal, untuk mengetahui laporan keuangan telah disajikan secara
wajar atau tidak. Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.35.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 38

responden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 2

responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak setuju.

Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 76%.

6. Pertanyaan 31

Menurut anda, sebagai auditor harus mengetahui apa saja unsur-unsur


struktur pengendalian intern perusahaan tersebut, agar memperoleh
keyakinan, bahwa kebijakan-kebijakan dan prosedur telah dijalankan
dengan baik. Berikut hasil jawaban responden:
85

Tabel 4.36.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 31

responden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 7

responden menjawab tidak setuju, dan 3 responden menjawab netral.

Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 62%.

7. Pertanyaan 32

Di KAP ini, anda sebagai auditor, harus mengadakan pemantauan


terhadap kualitas kinerja dalam struktur pengendalian intern perusahaan
tersebut. Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.37

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50

responden, 28 rensponden menjawab setuju, 9 responden menjawab


86

tidak setuju, 7 responden menjawab sangat setuju dan 6 responden

menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 56%.

4.3 Pembahasan atau Temuan penelitian

4.3.1 Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu

alat ukur dalam melakukan tugasnya sebagai alat ukur. Dengan uji validitas

dapat diketahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam

mendefinisikan suatu variabel. Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat

pada hasil output spss pada tabel dengan judul Item-Total Statistics. Melihat

kevalidan masing-masing pertanyaan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-

Total Correlation. Dapat dikatakan valid apabila nilai dari Corrected Item-

Total Correlation (r-hitiung) > dari pada r-tabel. Hasil output masing-masing

pertanyaan dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini.


87

a. Uji Validitas Terhadap Y (Perencanaan Audit)

Tabel 4.38.

Sumber: Output SPSS


Nilai r-tabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n k,

dimana k merupakan jumlah butir pertanyaan dalam suatu variabel, dan n

merupakan jumlah responden. Maka df = 50 - 9 = 41. Tabel r product

moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 41 dengan alpha 5%,

diperoleh r table sebesar 0,301.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. r hitung P1 sebesar 0.409 > r table 0.301, kesimpulan valid.


2. r hitung P2 sebesar 0.444 > r table 0,301, kesimpulan valid.
3. r hitung P3 sebesar 0.435 > r table 0.301, kesimpulan valid.
4. r hitung P4 sebesar 0.298 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
5. r hitung P5 sebesar 0.215 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
6. r hitung P6 sebesar 0.394 > r table 0.301, kesimpulan valid.
7. r hitung P7 sebesar 0.291 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
8. r hitung P8 sebesar 0.089 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
9. r hitung P9 sebesar 0.255 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
88

Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator

pertanyaan variabel perencanaan audit dalam riset akuntansi memiliki r hitung

yang lebih besar dari nilai r table , telah valid. Sedangkan 5 indikator

pertanyaan variabel perencanaan audit dalam riset akuntansi memiliki r hitung

yang lebih kecil dari nilai r table dinyatakan tidak valid, maka dari itu di uji lagi 4

indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah ini :

Tabel 4.39.

Sumber: Output SPSS

Maka df = 50 - 4 = 46. Tabel r product moment (two tailed test)

menunjukkan bahwa pada df 46 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar

0,285.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. r hitung P1 sebesar 0.469 > r table 0.285, kesimpulan valid.


2. r hitung P2 sebesar 0.363 > r table 0.285, kesimpulan valid.
3. r hitung P3 sebesar 0.376 > r table 0.285, kesimpulan valid.
4. r hitung P6 sebesar 0.408 > r table 0.285, kesimpulan valid.

Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator

pertanyaan variabel perencanaan audit dalam riset akuntansi memiliki r hitung

yang lebih besar dari nilai r table, telah valid.


89

b. Uji Validitas Terhadap X1 (Manajemen Laba)

Tabel 4.40.

Sumber: Output SPSS

Maka df = 50 - 9 = 41. Tabel r product moment (two tailed test)

menunjukkan bahwa pada df 41 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar

0,301.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. r hitung P10 sebesar 0.121 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
2. r hitung P11 sebesar 0.389 > r table 0,301, kesimpulan valid.
3. r hitung P12 sebesar 0.374 > r table 0.301, kesimpulan valid.
4. r hitung P13 sebesar 0.408 > r table 0.301, kesimpulan valid.
5. r hitung P14 sebesar 0.279 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
6. r hitung P15 sebesar 0.266 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
7. r hitung P16 sebesar 0.025 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
8. r hitung P17 sebesar 0.333 > r table 0.301, kesimpulan valid.
9. r hitung P18 sebesar 0.067 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.

Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator

pertanyaan variabel manajemen laba dalam riset akuntansi memiliki r hitung


90

yang lebih besar dari nilai r table , telah valid. Sedangkan 5 indikator

pertanyaan variabel manajemen laba dalam riset akuntansi memiliki r hitung

yang lebih kecil dari nilai r table , dinyatakan tidak valid, maka dari itu di uji lagi 4

indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah ini:

Tabel 4.41.

Sumber: Output SPSS

Maka df = 50 - 4 = 46. Tabel r product moment (two tailed test)

menunjukkan bahwa pada df 46 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar

0,285.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. r hitung P11 sebesar 0.518 > r table 0.285, kesimpulan valid.


2. r hitung P12 sebesar 0.511 > r table 0.285, kesimpulan valid.
3. r hitung P13 sebesar 0.554 > r table 0.285, kesimpulan valid.
4. r hitung P17 sebesar 0.298 > r table 0.285, kesimpulan valid.

Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator

pertanyaan variabel manajemen laba dalam riset akuntansi memiliki r hitung

yang lebih besar dari nilai r table, telah valid.


91

c. Uji Validitas Terhadap X2 (Good Corporate Governance)

Tabel 4.42.

Maka df = 50 - 7 = 43. Tabel r product moment (two tailed test)

menunjukkan bahwa pada df 43 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar

0,294.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. r hitung P19 sebesar 0.406 > r table 0. 294, kesimpulan valid.


2. r hitung P20 sebesar 0.139 < r table 0. 294, kesimpulan tidak valid.
3. r hitung P21 sebesar 0.243 < r table 0. 294, kesimpulan tidak valid.
4. r hitung P22 sebesar 0.325 > r table 0. 294, kesimpulan valid.
5. r hitung P23 sebesar 0.563 > r table 0. 294, kesimpulan valid.
6. r hitung P24 sebesar 0.608 > r table 0. 294, kesimpulan valid.
7. r hitung P25 sebesar 0.298 > r table 0. 294, kesimpulan valid.

Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 5 indikator

pertanyaan variabel good corporate governance dalam riset akuntansi

memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table , telah valid. Sedangkan 2

indikator pertanyaan variabel good corporate governance dalam riset

akuntansi memiliki r hitung lebih kecil dari nilai r table, dikatakan tidak valid. maka
92

dari itu di uji lagi 5 indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah

ini :

Tabel 4.43

Maka df = 50 - 5 = 45. Tabel r product moment (two tailed test)

menunjukkan bahwa pada df 45 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar

0,288.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. r hitung P19 sebesar 0.350 > r table 0.288, kesimpulan valid.


2. r hitung P22 sebesar 0.330 > r table 0.288, kesimpulan valid.
3. r hitung P23 sebesar 0.554 > r table 0.288, kesimpulan valid.
4. r hitung P24 sebesar 0.596 > r table 0.288, kesimpulan valid.
5. r hitung P25 sebesar 0.351 > r table 0.288, kesimpulan valid.

Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 5 indikator

pertanyaan variabel good corporate governance dalam riset akuntansi

memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table , telah valid.
93

d. Uji Validitas Terhadap X3 (Struktur Pengendalian Intern)

Tabel 4.44.

Maka df = 50-7 = 43. Tabel r product moment (two tailed test)

menunjukkan bahwa pada df 43 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar

0,294.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. r hitung P26 sebesar 0.483 > r table 0.294, kesimpulan valid.


2. r hitung P27 sebesar 0.197 < r table 0.294, kesimpulan tidak valid.
3. r hitung P28 sebesar 0.186 < r table 0.294, kesimpulan tidak valid.
4. r hitung P29 sebesar 0.540 > r table 0.294, kesimpulan valid.
5. r hitung P30 sebesar 0.313 > r table 0.294, kesimpulan valid.
6. r hitung P31 sebesar 0.265 < r table 0.294, kesimpulan tidak valid.
7. r hitung P32 sebesar 0.311 > r table 0.294, kesimpulan valid.

Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator

pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi

memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table , telah valid. Sedangkan 3

indikator pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset

akuntansi memiliki r hitung yang lebih kecil dari nilai r table, dikatakan tidak valid.
94

maka dari itu di uji lagi 4 indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat

dibawah ini:

Tabel 4.45.

Maka df = 50 - 4 = 46. Tabel r product moment (two tailed test)

menunjukkan bahwa pada df 46 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar

0,285.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. r hitung P26 sebesar 0.281 < r table 0.285, kesimpulan tidak valid.
2. r hitung P29 sebesar 0.541 > r table 0.285, kesimpulan valid.
3. r hitung P30 sebesar 0.526 > r table 0.285, kesimpulan valid.
4. r hitung P32 sebesar 0.326 > r table 0.285, kesimpulan valid.

Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 3 indikator

pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi

memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table , telah valid. Sedangkan 1

indikator pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset

akuntansi memiliki r hitung yang lebih kecil dari nilai r table, dikatakan tidak valid.

maka dari itu di uji lagi 3 indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat

dibawah ini:
95

Tabel 4.46.

Maka df = 50 - 3 = 47. Tabel r product moment (two tailed test)

menunjukkan bahwa pada df 47 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar

0,285.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1 r hitung P29 sebesar 0.532 > r table 0.285, kesimpulan valid.


2 r hitung P30 sebesar 0.533 > r table 0.285, kesimpulan valid.
3 r hitung P32 sebesar 0.330 > r table 0.285, kesimpulan valid.

Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 3 indikator

pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi

memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table , telah valid.

4.3.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas (kehandalan) ditujukan untuk mengetahui sejauhmana

hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (reliabel). Uji reliabilitas dapat

dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan untuk

lebih dari satu variabel. Hasilnya output spss dapat dilihat dibawah ini
96

a. Uji Reliabilitas Terhadap Y (Perencanaan Audit)

Tabel 4.47.

Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai

Cronbachs Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa

Cronbachs Alpha 0.621 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk

variabel Y sudah reliabel.

b. Uji Reliabilitas Terhadap X1 (Manajemen Laba)

Tabel 4.48.

Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai

Cronbachs Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa

Cronbachs Alpha 0.679 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk

variabel X1 sudah reliabel.


97

c. Uji Reliabilitas Terhadap X2 (Good Corporate Governance)

Tabel 4.49.

Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai

Cronbachs Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa

Cronbachs Alpha 0.677 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk

variabel X2 sudah reliabel.

d. Uji Reliabilitas Terhadap X3 (Struktur Pengendalian Intern)

Tabel 4.50.

Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai

Cronbachs Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa

Cronbachs Alpha 0.43 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk

variabel X3 sudah reliabel.

4.3.3 Uji Regresi Linear Berganda

Analisis regresi dilakukan untuk menguji apakah ada atau tidaknya

pengaruh dari variabel manajemen laba, good corporate governance, dan

struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit.


98

Dengan rumus:

Y = + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 +

Uji regresi dapat dilakukan setelah mentranformasikan data hasil

kuesioner dengan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan hasil

output spss dapat dilihat dibawah ini

Tabel 4.51.

Dari tabel 4.51 diatas menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang

dikeluarkan (removed) dalam penelitian ini, atau dapat dikatakan bahwa

variabel manajemen laba, good corporate governance, dan struktur

pengendalian intern sebagai variabel bebas dimasukkan dalam perhitungan

regresi

Tabel 4.52.
99

Pada tabel 4.52 didapat R sebesar 0,285 menunjukkan bahwa

hubungan perencanaan audit (Variabel Y) dalam mempengaruhi manajemen

laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern (Variabel

X) kuat. Adjusted R Square sebesar 0,021 yang menunjukkan bahwa 21 %

perencanaan audit dipengaruhi oleh manajemen laba, good corporate

governance, dan struktur pengendalian intern. Sedangkan sisanya 79 %

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.

Pada tabel diatas, dapat dilihat standar deviasi perencanaan audit

adalah 81,80 yang jauh lebih besar dari standar error of estimate hanya

1.364. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model regresi lebih bagus

dalam bertindak sebagai prediktor perencanaan audit terhadap manajemen

laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern.

Tabel 4.53.

Analisis pada tabel 4.3.3.3 terlihat uji ANOVA (F test) atau F hitung

sebesar 15,417 dengan tingkat signifikansi 0,000, probabilitas jauh dibawah

0,05, yang berarti bahwa perspektif keuangan, perspektif pelanggan,


100

perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan secara bersama-sama mempengaruhi kinerja perusahaan.

Tabel 4.54.

Besarnya kontribusi Perspektif Keuangan (X1) yang secara

langsung mempengaruhi kinerja perusahaan (Y) adalah 0,351.

Besarnya kontribusi Perspektif Konsumen (X2) yang secara

langsung mempengaruhi kinerja perusahaan (Y) adalah 0,468

Besarnya kontribusi Perspektif Proses Bisnis Intrernal (X3)

yang secata langsung mempengaruhi kinerja perusahaan (Y)

adalah 0,253

Besarnya kontribusi Perspektif Pembelajaran dan

pertumbuhan (X4) yang secara langsung mempengaruhi

Kinerja Perusahaan (Y) adalah -0,117


101

Gambar Histogram diatas dengan variabel independent :perspektif

keuangan, perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal dan

perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dan variabel dependent yaitu

kinerja keuangan, menunjukan hasil nilai skewness 0. artinya data yang baik

memiliki nilai skewness mendekati 0.


102

Hasil dari output spss normal p-p plots diatas untuk perspektif

keuangan, perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal dan

perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap kinerja perusahaan

menunjukan bahwa distribusi dari titik-titik data perspektif keuangan,

perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal dan perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan menyebar disekitar garis diagonal, dan

penyebaran titik searah dengan garis diagonal.

Output spss pada gambar Scatterplot meunjukan penyebaran titik-titik

data yaitu (1)Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar

angka 0, (2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau di bawah

saja, dan (3) Titik-titik data tidak membentuk pola.

4.4 Uji Hipotesis

4.4.1 Uji t
103

Peneliti menggunakan uji-t test untuk mengetahui apakah

terdapat pengaruh secara parsial antara Perspektif yang ada

pada Balance Scorecard terhadap kinerja perusahaan, signifikan

apabila nilai probabilitas < 0,05. Uji t ini dilihat dari tabel 4.3.20

yaitu tabel Coefficients. Dengan hasil output spss sebagai

berikut:

1. Variabel Perspektif Keuangan memiliki nilai t hitung sebesar

2.962 dengan nilai Sig 0,005 0,05, artinya signifikan.

Signifikan disini berarti Ha1 dierima dan Ho1 ditolak. Artinya,

perspektif keuangan secara parsial berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan.

2. Variabel Perspektif Pelanggan memiliki nilai t hitung sebesar

3.673 dengan nilai Sig 0,001 < 0,05, artinya signifikan.

Signifikan disini berarti Ho2 ditolak dan Ha2 diterima. Artinya,

Perspektif Pelanggan secara parsial berpengaruh langsung

ternadap kinerja perusahaan.

3. Variabel Perspektif Proses Bisnis Internal memiliki nilai nilai t

hitung sebesar 1.803 dengan nilai Sig 0,080 > 0,05, artinya

tidak signifikan. Tidak signifikan disini berarti Ho3 diterima

dan Ha3 ditolak. Artinya, Perspektif Proses Bisnis Internal


104

secara parsial tidak berpengaruh langsung ternadap kinerja

perusahaan.

4. Variabel Perspektif Proses Bisnis Internal memiliki nilai nilai t

hitung sebesar -0.958 dengan nilai Sig 0,344 > 0,05, artinya

tidak signifikan. Tidak signifikan disini berarti Ho4 diterima

dan Ha4 ditolak. Artinya, Perspektif Pembelajaran dan

Pertumbuhan secara parsial tidak berpengaruh langsung

ternadap kinerja perusahaan.

Uji F

Peneliti menggunakan uji-F test untuk mengetahui apakah

terdapat pengaruh secara simultan antara variabel Perspektif

keuangan, perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal

dan perspektik pembelajaran adan pertumbuhan terhadap

kinerja perusahaan. Berdasarkan Tabel 4.3.19 yaitu tabel ANOVA

menunjukkan nilai Sig. 0,000<0,05, artinya signifikan. Signifikan

disini artinya Ha1,Ha2,Ha3, dan Ha4 diterima dan Ho, Ho2, Ho3

dan Ho4 ditolak.

4.5 Interprestasi

4.5.1 Interprestasi hasil Jawaban Kuesioner/Pertanyaan dilihat dari

Indikator Utama dari setiap Variabel

1. Kinerja Perusahaan (Y)


105

Indikator/tolak ukur dari kinerja perusahaan disini yaitu dilihat dari

SDM/Tenaga kerja, lingkungan kerja, dan kepemimpinan eksekutif. Dilihat

dari hasil jaawaban kuesioner, mayoritas menjawab sangat setuju.

Dimana kinerja perusahaan didukung oleh SDM yang bermutu,

lingkungan kerja yang mendukung, dan kepemimpinan eksekutif yang

berpotensi/berkualitas.

2. Perspektif Keuangan (X)

Perusahaan yang melakukan pengukuran keuangan harus

mendeteksi keberadaan industri yang dimilikinya. Ada tiga tahap dalam

kehidupan bisnis yaitu tahap berkembang (growth), tahap bertahan

(sustain), dan tahap panen (harvest). Sesuai dengan siklus kehidupan

bisnis tersebut PT. Inhutani III berada pada tahap bertahan menuju pada

tahap panen, ini dilihat dari hasil jawaban kuesioner yang telah dibagikan

kepada karyawan PT. Inhutani III.Tahap bertahan menuju pada tahap

panen, dimana produk/jasa yang dihasilkan perusahaan mulai pada

tingkat kejenuhan. Hal tersebut dilihat dari pertanyaan kuesioner dengan

indikator memperluas bauran pendapatan, memaksimalkan produktifitas,

dan meminimalkan biaya. Perusahaan berusaha meningkatkan persentasi

penjualan, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan pelanggan,

meningkatkan efesiensi operasi dan pemantauan besarnya pengeluaran,

itu dilihat dari jawaban responden atas pertanyaan tersebut banyak

menjawab sangat setuju. Akan tetapi tidak ada aplikasi baru dari
106

produk/barang yang dihasilkan perusahaan dan tingkat pengembalian

investasi perusahaan, kecuali pengeluaran untuk pendapatan karyawan,

pemeliharaan dan perbaikan fasilitas (aktiva perusahaan), itu dilihat dari

jawaban pertanyaan tersebut mayoritas responden menjawab tidak

setuju.

2. Perspektif Pelanggan

Pelanggan merupakan salah satu faktor yang penting dalam bisnis

perusahaan. Sesuai dengan misi PT. Inhutani III (Persero) yaitu selalu

berusaha memuaskan pelanggan, oleh sebab itu untuk dapat memuaskan

pelanggan (dilihat dari hasil kuesioner responden), dengan indikator

pertanyaan yaitu atribut produk/jasa, citra perusahaan, dan hubungan

dengan pelanggan, perusahaan berusaha membuat produk kayu yang

berkualitas, dan prosedur pendistribusian kayu yang cepat serta

memberikan layanan yang terbaik bagi pelanggan.

3. Perspekti Proses Bisnis Internal

Pengukuran kinerja pada perspektif proses bisnis internal yang

menjadi tolak ukur adalah:

Proses Inovasi

Dilihat dari hasil kuesioner responden, mayoritas jawaban pertanyaan

sangat setuju dan setuju bahwa PT. Inhutani III (persero) selalu

melakukan proses inovasi dengan cara mengidentifikasi pasar,


107

membangun keahlian dalam teknologi dan mengidentifikasi kebutuhan

pelanggan. Hal ini dilakukan perusahaan mungkin agar selalu dapat

memenuhi kepuasan pelanggan. Proses inovasi ini khususnya dilakukan

perusahaan mungkin untuk mengutamakan efektifitas dan ke efisiensian

dalam menciptakan niali tambah bagi pelanggan. Tetapi ada beberapa

responden menjawab netral atas pertanyaan dengan indikator ini mungkin

dikarena responden ini ragu-ragu atau tidak mengetahui proses inovasi

yang dijalankan perusahaan.

Proses Operasi

Proses operasi menunjukan kegiatan perusahaan dalam membuat produk

sampai mendistribusikan produk ke pelanggan. Dilihat dari hasil kuesioner

responden, mayoritas menjawab setuju bahwa perusahaan menjamin

produk yang diproduksi, perusahaan mengukur fleksibelitas dan

karakteristik biaya/non biaya untuk produk, dan perusahaan mengukur

waktu yang diperlukan untuk pengembangan produk.

Layanan Purna Jual

Dilihat dari hasil kuesioner responden, mayoritas yang menjawab sangat

setuju. Dimana perusahaan berusaha memberikan layanan inovatif, cepat

dan tepat kepada pelanggan.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan


108

Tolak ukur perspekti pembelajaran dan pertumbuhan terdiri dari

kepuasan karyawan, kemampuan sistem informasi, dan motivasi,

pemberdayaan serta pensejajaran. Penulis melakukan survei melalui

kuesioner yang dibagikan kepada 40 karyawan PT. Inhutani III (Persero).

Kepuasan karyawan

Kepuasan karyawan, dalam hal ini tolak ukurnya adalah tingkat kepuasan

karyawan, tingkat perputaran karyawan, besarnya pendapatan, dan nilai

tambah. Rata-rata dari hasi kuesioner karyawan menjawab puas dengan

perusahaan, disebabkan kjarena perusahaan memperhatikan

kenyamanan untuk karyawan.

kemampuan sistem informasi

Kemampuan sistem informasi dilihat dari segi komunikasi yaitu

komunikasi dan kerjasama yang terjalin antara karyawan dangan atasan,

kesempatan memberikan pendapat, dan kesempatan mengambil

keputusan. Perusahaan Inhutani merupakan perusahaan BUMN yang

segala keputusannya berada pada pemengang saham, baik menejer atau

staff tidak bisa begitu saja mengambil keputusan. Namun karyawan

merasa puas terhadap kemampuan sistem informasi yang diberikan

perusahaan.

motivasi, pemberdayaan serta pensejajaran


109

Motivasi, pemberdayaan dan pensejajaran dinilai dari tolak ukur loyalitas

dan kesetiaan, program pendidikan dan pembagian tugas. Dilihat dari

hasil jawaban kuesioner, mayoritas responden menjawab tidak setuju.

Gambar 4.5.1

Peta Balanced Scorecard PT Inhutani III


VISI
Menjadi perusahaan pengelola hutan dan hasil hutan yang terbaik di Indonesia
TUJUAN
Pertumbuhan Jasa Unggul Teknologi SDM Kepuasan
Laba Unggul Profesional Pelangaan
dan
Berkomitnen

Perspektif Strategi Harvert

Keuangan

Arus kas Penurunan Modal


operasional yang Kerja
maksimum

Pelanggan

Kepuasan Citra Perusahaan Quality


terhadap atribut relationship
produk/jasa dengan customer

Proses Bisnis
Internal Proses Inovasi Proses operasi yang efektif

Kendali mutu hutan Ketepatan waktu

Pembelajaran dan
Perumbuhan
Kepuasan Kemampuan Motivasi
Karyawan system informasi pembelajaran,
pensejajaran

Sumber: diolah sendiri

4.5.2 Interprestasi Hasil Penelitian dari Hasil Uji

1. Adjsuted R Square, yang diperoleh adalah sebesar 0,597 atau 59,7%.

Hal ini berarti bahwa, variabel X1, X2, X3, dan X4 hanya mampu
110

menjelaskan 59,7% Kinerja Perusahaan (Y), sisanya (dihitung dengan

rumus 1 - 0,597) yaitu sebesar 0,403 atau 40,3%, dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini. Data adjusted R

Square dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

2. Hasil Uji Regresi Berganda secara Simultan (Uji F):

Hasilnya ada pengaruh secara bersama sama dari seluruh

variabel X (Perspektif keuangan, perspektif konsumen, perspektif

proses bisnis internal dan perspektif pembelajran dan pertumbuhan)

terhadap Y (kinerja perusahaan). Hal ini dapat dilihat dari kolom sig.

yang berada dibawah 0.05 atau tepatnya 0.000, hal ini berarti Ha

diterima, sedangkan Ho ditolak. Dengan nilai F atau F hitung 15.417.

3. Hasil Uji Regresi Berganda secara Parsial (Uji t):


111

Hasilnya pengaruh yang signipikan ada pada variabel X1 yaitu

Perspektif Keuangan sebesar 0.005, hal ini berarti Ha diterima,

sedangkan Ho ditolak untuk X1 dan pada variabel X2 yaitu Perspektif

Pelanggan sebesar 0.001, hal ini berarti Ha diterima, sedangkan Ho

ditolak untuk X2. sedangkan variabel X3 (Perspektif Proses bisnis

internal) dan X4 (Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan) tidak

signifikan. Pada X4(perspektif pembelajaran dan pertumbuhan)

mempunyai nilai signifikan yang besar 0.344 dan mempunyai pengaruh

negatif yaitu 0,117, mungkin karena rata-rata lama bekerja responden

7 sampai 10 tahun dimana selama mereka bekerja di perusahaan tidak

ada program pendidikan dan pelatihan untuk karyawan ini dilihat dari

indikator pertanyaan kuesioner, jadi tentang penerapan metode

Balanced Scorecard pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

pada perusahaan belum sepenuhnya diterapkan.

4. Hubungan yang ada dalam pengaruh tersebut dapat dilihat pada tabel

diatas yaitu:
112

a. Perspektif Keuangan menghasilkan beta 0,351 (positif), hal ini

berarti terdapat pengaruh yang positif dari perspektif keuangan

terhadap kinerja perusahaan. Peningkatan perspektif keuangan

maka mempengaruhi peningkatkan kinerja perusahaan.

b. Perspektif Pelanggan/konsumen menghasilkan beta 0,468 (positif),

hal ini berarti terdapat pengaruh yang positif dari perspektif

konsumen terhadap kinerja perusahaan. Peningkatan pelanggan

maka mempengaruhi peningkatkan penurunan kinerja pelanggan.

c. Perspektif proses bisnis internal menghasilkan beta 0,344 (positif),

hal ini berarti terdapat pengaruh yang positif dari perspektif proses

bisnis internal terhadap kinerja perusahaan. Peningkatan

Perspektif proses bisnis internal maka mempengaruhi peningktan

terhadap kinerja perusahaan.

d. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menghasilkan beta

-0,117(negatif), hal ini berarti terdapat pengaruh yang negatif dari

perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap kinerja

perusahaan. Penurunan Perspektif Pembelajaran dan

pertumbuhan maka mempengaruhi penurunan terhadap kinerja

perusahaan.

e. Persamaan Regresi yang dibentuk adalah Y= -8,261 + 0,494X 1 +

0,502X2 + 0,304X3 - 0,137X4 +

4.6 Matrik Hasil Penelitian dan Implikasi Ekonomi


113

Tabel 4.6

Matriks Penelitian Sebelumnya


No Nama Peneliti dan Hasil Penelitian Heny Wahyuni
Tahun 2008
1 Elkington (2001) Kinerja bisnis memerlukan monitoring Konsisten
ukuran keuangan dan lingkungan sosial Terdapat pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama antara
perspektif keuangan, perspektif
pelanggan, perspektif proses bisnis
internal dan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan
terhadap kinerja perusahaan,
dengan nilai sig.0.000
2 Mulyadi (2001) Balanced Scorecard merupakan alat Konsisten
untuk melipatgandakan kinerja keuangan. Terdapat pengaruh (positif) yang
signifikan perspektif keuangan
terhadap kinerja perusahaan
dengan nilai sig. 0.005. artinya
peningkatan perspektif keuangan
berpengaruh terhadap peningkatan
kinerja perusahaan

3 Ratna Safriliana Kinerja tidak dapat diukur dengan Konsisten


(2002) keuangan saja tetapi juga dengan non Perspektif pelanggan memiliki
keuangan pengaruh yang positif terhadap
kinerja perusahaan. Dengan nilai
0.253
4 Herlina (2003) Menunjukan perbedaan antara Tidak Konsisten
pengukuran kinerja tradisional dengan Terdapat pengaruh (negatif)
pengukuran kinerja Balanced Scorecard perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan terhadap kinerja
perusahaan, dengan nilai beta
-0.117
114

Jakarta, 20 April 2009


Kepada Yth:
Bapak/Ibu Responden
Hal : Permohonan untukmenjadi responden

Bapak/Ibu yang terhormat,


Saya, pengirim kuisioner ini :
Nama : Hairu Ningsih
Status : Mahasiswa fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi UTIRA-IBEK
Jakarta Barat
115

Alamat : Jl. Semanan Raya No. 38, Kalideres. Jakarta Barat


No. Telp : 0812 1980 5088
Dalam rangka melakukan penelitian ilmiah ini untuk skripsi (S1) UTIRA-IBEK
Jakarta, saya membutuhkan informasi untuk mendukung penelitian yang sedang
saya lakukan ini. Adapun penelitian ini menganalisa tentang Hubungan antara
Manajemen Laba, Good Corporate Governance,dan Struktur Pengendalian
Intern terhadap Perencanaan Audit. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Narumi
Lapoliwa. MBA. MM. Ak, dan Ibu Riris R. S. SE. Ak.
Sehubungan dengan hal diatas, saya mohon partisipasi bapak/ibu untuk
memberikan informasi melalui kuisioner ini. Mengingat kesibukan dan pentingnya
waktu bapak / ibu, saya berusaha membuat kuisioner ini seefisien mungkin. Semua
informasi yang terkumpul melalui kuisioner ini hanya digunakan untuk kepentingan
akedemis saja dan saya akan jaga kerahasiaannya.
Partisipasi bapak/ibu merupakan kunci keberhasilan penelitian ilmiah ini. Atas
kesediaan bapak/ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner ini, saya ucapkan
terima kasih.

Hormat saya,

Hairu Ningsih
Penelitian
DATA RESPONDEN
No :

Berilah tanda silang ( X ) pada alternative yang Bapak/Ibu pilih


1. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
2. Usia responden : < 26 th 36 45 th
26 35 th 45 th
3. Lama bekerja : < 2 th 5 6 th
116

2 4 th 7 10 th
4. Pendidikan : S3
S2

S1
D3

Responden Yth,
Dimohon untuk membaca pertanyaan pertanyaan secara hati- hati
dan menjawab dengan lengkap. Apabila terdapat salah satu nomor yang
tidak disi maka kuisioner dianggap tidak berlaku. Tidak ada jawaban yang
benar/ Salah dalam pilihan anda.
Contoh Jawaban:
Fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan perusahaan ?
Sangat setuju
Setuju
Netral
Tidak Setuju
117

Sangat Tidak Setuju


118

Variabel (Y) Perencanaan Audit


8. Perencanaan audit di KAP ini, seorang Auditor lebih dahulu

mengevaluasi apa alasan klien untuk diaudit.

Sangat setuju Tidak Setuju

Setuju Sangat Tidak Setuju

Netral

9. Untuk meningkatkan efisiensi audit dan memenuhi Standar Auditing

yang telah ditetapkan, staf-staf yang ditugaskan harus yang familiar

dengan bidang usaha klien.

Sangat setuju Tidak Setuju

Setuju Sangat Tidak Setuju

Netral

10. Agar tidak terjadi salah pengertian Auditor harus membuat

kesepakatan tertulis antara KAP dengan klien secara jelas, tegas dan

termuat dalam perencanaan audit.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

11. Staf-staf yang ditugaskan lebih baik yang akrab dengan bidang usaha

klien, oleh karena itu, pertama kali harus memahami bidang usaha

klien.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral
119

12. Akte Pendirian, dan anggaran perusahaan klien, notulen rapat, dan

kontrak-kontrak perusahaan diperhitungkan oleh auditor dalam

membuat perencanaan audit.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

13. Keseluruhan kegiatan pemeriksaan tidak harus tergambar dalam

prosedur analitis pendahuluan.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

14. Dalam menentukan materialitas dan risiko audit, auditor tidak perlu

mengevaluasi laporan keuangan secara keseluruhan.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

15. Penetapan materialitas dan risiko audit perlu untuk merencanakan

luas pengujian, mengevaluasi hasil dan melaksanakan pengujian

audit.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
120

Netral

16. Penyusunan rencana dan program audit yang baik harus dilaksanakan

oleh auditor, agar auditor dapat memahami petunjuk mengenai

langkah-langkah apa yang harus dilakukan.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

Variabel (X1) Manajemen Laba

17. Auditor dalam mengevaluasi laporan keuangan harus memeriksa

laporan keuangan periode sebelumnya, apalagi jika sangat ekstrim

terhadap periode lalu.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

18. Pada laporan keuangan klien, auditor harus dapat melihat dan

menganalisis apakah ada kecendrungan melakukan manajemen laba.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral
121

19. Menurut anda, apakah auditor harus dapat mengetahui apa saja

tindakan manajemen laba tersebut. Apabila diketahui mengapa

laporan laba lebih tinggi dari periode sebelumnya.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

20. Sebagai Auditor tidak perlu memahami mengapa laporan laba

mengalami fluktuasi yang sama hampir setiap bulannya.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

21. Auditor harus mengetahui apa saja motivasi yang dilakukan manajer

sebagai orang yang mempunyai andil besar dalam laporan keuangan.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

22. Political motivasion menyebabkan perusahaan melakukan manajeman

laba, sebagai auditor harus dapat memberikan kelonggaran karena

adanya peraturan pemerintah yang ketat

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral
122

23. Penghematan pajak menjadi motivasi perusahaan melakukan

manajemen laba, sebagai auditor harus lebih detail lagi melihat bukti-

bukti pendapatan perusahaan.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

24. Auditor harus dapat mengetahui mengapa bonus yang diterima CEO

meningkat, bersamaan dengan pergantian CEO.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

25. Untuk menaikan harga saham, perusahaan yang akan go public

cenderung melakukan manajeman laba, tetapi dalam hal itu auditor

tidak perlu melihat peningkatan laba tersebut.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

Variabel (X1) Good corporate governance

26. Anda sebagai auditor, ketika memberi pendapat mengenai kewajaran

laporan keuangan, hendaklah bersikap independent, adil terhadap

keputusan klien, pemakai, dan akuntan public.


123

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

27. Auditor selama melaksanakan pemeriksaan harus adil dalam

pembagian tugas sesame rekan kerja seprofesi.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

28. Good corporate governance harus selalu transparansi terhadap

informasi dalam laporan keuangan yang diaudit.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

29. Antara rekan kerja seprofesi haruslah transparans dalam hal

pembagian fee antara partner, senior, junior auditor.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

30. Anda sebagai auditor dalam bertugas mempertahankan integritas,

objektivitas, dan independensi

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral
124

31. Sebagai Auditor, anda tidak menjelaskan peran dan tanggung jawab

dalam melaksanakan pemeriksaan.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

32. Selama menjalankan profesi auditor, bertanggung jawab bahwa PABU

& SAK menjadi pedoman yang selalu dipetahui auditor.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

Variabel (X1) Struktur Pengendalian Intern

33. Untuk mencegah sebelum masalah timbul sebaiknya auditor dapat

membuat pengendalian preventif, yang mempunyai tujuan sebagai pra

tindak agar sesuai dengan yang direncanakan.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral
125

34. Jika ada kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan aktivitas auditor

tidak perlu membuat pengendalian detektif yang tujuannya untuk

mengidentifikasi masalah

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

35. Informasi yang diperlukan oleh personil-personil dalam penyelidikan

dan perbaikan kesalahan, auditor harus mengetahui tujuan dari

pengendalian korektif.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

36. Sebagai auditor dalam mengevaluasi struktur pengendalian intern

harus mengetahui lingkungan pengendalian, yang merupakan

landasan komponen pengendalian lainnya.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

37. Apakah perhitungan risiko perlu diidentifikasi untuk mengetahui

laporan keuangan telah disajikan secara wajar.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral
126

38. Untuk menyakinkan apakah kebijakan-kebijakan dan prosedur telah

dijalankan sebagai auditor tidak perlu mengetahui aktivitas

pengendalian perusahaan tersebut.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral

39. Pemantauan adalah suatu proses penilaian kualitas kerja dalam

struktur pengendalian inten apakah auditor perlu untuk mengadakan

pemantauan tersebut.

Sangat setuju Tidak Setuju


Setuju Sangat Tidak Setuju
Netral
127

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Heny Wahyuni

NIM : 141.030.184

Program Studi : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

mencapai gelar Sarjana Ekonomi Strata 1 (S-1) di UTIRAIBEK Jakarta,

maka saya telah menulis skripsi berjudul :

Analisa Kinerja PT. Inhutani III (Persero) dengan Balanced Scorecard

Penyusunan dan penulisan skripsi ini merupakan buah karya saya sendiri

yang diperoleh sebagai hasil studi pada program S1 Akuntansi di UTIRA

IBEK Jakarta. Oleh karenanya saya menyatakan bertanggung jawab penuh

atas skripsi tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, agar semua

pihak maklum.

Jakarta, 1 Juli 2008

Yang membuat pernyataan


128

(Heny Wahyuni)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Heny Wahyuni

Tempat/Tgl Lahir : Sampit, 12 Austus 1985

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Gelong Baru Utara IIC NO 3, RT 01 RW 07,

Tomang Jakarta Barat

Telepon : 081314333385

Pendidikan Formal:

Tahun 1992 - 1997 : SDN 2 KAL-TENG.

Tahun 1997 - 2000 : SLTP N 1 KALTENG.


129

Tahun 2000 - 2003 : SLTA N 1 KALTENG.

Tahun 2004-sekarang :Fakultas Ekonomi UTIRA-IBEK

Jakarta, 20 Juni 2008

Saya yang bersangkutan,

Heny Wahyuni
130

Heny WahyuniDengan indikator pertanyaan sebagai berikut:


131

Kuesioner

1) Akuntan publik dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan

keuangan yang diperiksa, harus bersikap independen dan menegakkan

keadilan terhadap kepentinga klien, pemakai laporan keuangan, maupun

terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri.

2) Akuntan publik yang berprofesi sebagai auditor, selama melaksanakan

pemeriksaan hendaknya bersikap adil dalam hal pembagian tugas antar

sesama rekan kerja seprofesi.

3) Akuntan publik hendaknya berusaha untuk selalu transparansi terhadap

informasi laporan keuangan klien yang diaudit.

4) Akuntan publik hendaknya transparansi dalam hal pembagian fee antara

partner, senior auditor dan auditor yunior.

5) Akuntan publik senantiasa menjelaskan peran dan tanggungjawannya

dalam pelaksanaan pemeriksaan dan kedisiplinan dalam melengkapi

pekerjaan, juga pelaporan.

6) Akuntan publik dalam menjalankan tugasnya harus mempertahankan

integritas, objektivitas dan independensi.

7) Akuntan publik selama menjalankan profesinya memastikan dipatuhinya

prinsip akuntansi yang berlaku umum dan berpedoman pada Standar

Profesi Akuntan Publik (SPAP).

8) Akuntan publik dalam menjalankan profesinya sebagai auditor, harus

mentaati aturan etika profesi.


132

Anda mungkin juga menyukai