Tema yang diangkat untuk acara ini adalah Setinggi Langit Sedalam Samudera, Potensi
Pariwisata dan Kreativitas Nusantara yang Tak Terhingga. Tema ini mendeskripsikan
kekayaan dan keberagaman potensi sumber daya bahari Indonesia yang memberikan manfaat
tak terhingga, baik dari aspek ekonomi, sosial, maupun budaya. Selain itu, tema Hari
Nusantara tahun ini dimaksudkan untuk memotivasi masyarakat untuk menggali dan
menggerakkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif guna membangun masa depan bangsa.
Akan ada acara pendukung yang tak kalah menarik dalam Hari Nusantara 2013, yaitu
Indonesia World Underwater Photo Contest 2013 dan Indonesia Fishing Tournament yang
terbuka untuk umum. Selain itu, ada pula pemilihan Putera dan Puteri Laut, kegiatan bersih-
bersih laut dan penanaman hutan bakau terkait penyelenggaraan event tahunan tersebut.
Melengkapi kemeriahan acara, rencananya akan ada parade kapal perang di Teluk Palu.
Hari Nusantara digelar setiap tahun di tempat yang berbeda tiap tahunnya dengan
mempertimbangkan potensi bahari yang identik dengan kawasan yang dipilih. Kegiatan ini
dilakukan berawal dari Deklarasi Juanda 1957, yaitu "Bangsa Indonesia menjadi negara
kepulauan sebagai konsepsi kewilayahan untuk mewujudkan wawasan Nusantara.
Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif tidak bisa dipisahkan dengan laut. Oleh karena itu,
kegiatan ini penting pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Ada tujuh wisata
tematik (minat khusus) dan tiga diantaranya terkait dengan pantai dan laut (wisata alam dan
ekowisata, wisata olahraga dan rekreasi, dan wisata kapal pesiar).
Pariwisata Bahari merupakan salah satu sektor ekonomi yang potensial
untuk menarik devisa, ada tiga yang menjadi pilar pariwisata bahari yaitu,
Cruise, Yacht////////Sail dan Diving, salah satu yang paling diminati
oleh wisatawan asing adalah Sail Indonesia dengan rute (Darwin-
Kupang-dst) yang merupakan event tahunan pariwisata, dan akan
dikembangkan lagi seperti Sail Bunaken dan Sail Saumlaki-
Ambon.
DEKIN NEWS. Jakarta. Sesuai dengan amanat UUD 1945 amandemen kedua pasal 25-A,
Indonesia merupakan negara kepulauan yang bercirikan nusantara, namun ironinya, pola
penyusunan kerangka pembangunan belum dilandasi oleh kondisi obyektif bangsa yang
memiliki wilayah laut lebih luas dibandingkan luas daratan sebagai modal bangsa kita. Hal
ini disampaikan oleh Ketua Perumusan Kebijakan Bidang Kelautan dalam rangka
memberikan masukan RPJMN 2015-2019, Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo saat memaparkan
kemajuan kajian yang sedang disusun oleh Dewan Kelautan Indonesia (DEKIN) (13/11).
Kondisi obyektif NKRI sebagai negara kepulauan dengan laut sebagai wilayah utamanya,
seharusnya dapat lebih mengutamakan atau memberikan kesempatan pembangunan kelautan
yang lebih besar, bukan justru pembangunan yang masih bernuansa daratan. Ini sangat
timpang dalam pembangunan nasional ujarnya. Hal tersebut terjadi karena pembangunan
kelautan belum menjadi mainstream, sehingga di tahun 2008 saja kontribusi ekonomi
kelautan terhadap PDB nasional masih hanya sebesar 13%.