Anda di halaman 1dari 1

Beton merupakan material struktur yang umum digunakan.

Sebagaian besar
bangunan komponen utamanya terbuat dari beton. Ada berbagai jenis beton yang
biasanya digunakan dalam kontruksi antara lain beton normal, beton mutu tinggi,
dan beton ringan. Menurut SNI 03-3449-1994 beton ringan adalah beton yang
memakai agregat ringan atau campuran agregat kasar ringan dan pasir alam
sebagai pengganti agregat halus ringan dengan ketentuan tidak boleh melampaui
berat isi maksimum beton 1850 kg/m3. Beton ringan biasanya digunakan sebagai
dinding pemisah atau dinding isolasi. Penggunaan beton ringan untuk komponen
struktur harus memenuhi persyaratan kekuatan material struktur. Pertimbangan
penggunaan beton ringan untuk komponen struktur adalah membuat struktur
menjadi ringan sehingga beban konstruksinya lebih kecil. Salah satu bahan
alternatif yang digunakan dalam pembuatan beton ringan adalah butiran
styrofoam. Styrofoam ini akan ditambahkan kedalam campuran beton. Beton yang
dibuat dengan penambahan styrofoam dapat disebut beton-styrofoam (styrofoam
concrete) yang disingkat styrocon. Penggunaan styrofoam dalam beton ringan
dapat dianggap sebagai rongga udara. Secara umum kandungan udara
mempengaruhi kekuatan beton. Kekuatan beton berkurang 5,5% dari kuat desak
setiap pemasukan udara 1% dari volume campuran. Beton dengan pengisi bahan
udara mempunyai kekuatan 10% lebih kecil dari pada beton tanpa pemasukan
udara pada kadar semen dan workabilitas yang sama (Murdock & Brook, 1999).
Pada beton dengan kekuatan menengah dan tinggi tiap 1% peningkatan
kandungan udara akan mengurangi kekuatan tekan beton sekitar 5%, tanpa
perubahan air semen (Mehta, 1986).
Beton geopolimer adalah senyawa silikat alumino anorganik, yang disentesiskan
dari bahan-bahan produk sampingan seperti abu terbang (fly ash) dan abu sekam
padi (rice hush ash) yang banyak mengandung alumunium dan silikon
(Davidovits, 1997). Beton geopolimer merupakan beton geosintetik yang reaksi
pengikatnya terjadi melalui eaksi polimerisasi dan bukan melalui reaksi hidrasi
seperti pada beton konvensional (Davidovits, 2005). Gel pengikat pada
geopolimer menampilkan persamaan struktural pada panjang skala nanometer
dengan panjang atom seperti material zeolitic. Dalam beberapa kasus khususnya
dengan adanya kandungan air yang tinggi, suhu tinggi, rendah sintesa dan
perbandingan Si/Al tingi sampai membentuk formasi nanokristal terhadap gel
geopolimer (Provis et al, 2005). Beton geolimer lebih ramah lingkungan karena
selain dapat menggunakan bahan pembuangan industri, proses pembuangannya
juga tidak perlu energi, seperti pada proses pembuangan semen hingga suhu 800 C
cukup dengan pemansan 60 C selam sehari penuh, maka bisa dihasilkan beton
berkualitas tinggi (Sanggapramana, 2011).

Anda mungkin juga menyukai