SLB-C Sukapura
SLB-C Sukapura
4 Studi Kasus
Studi kasus adalah suatu cara untuk mempelajari berbagai contoh objek
yang akan dirancang dengan berbagai tempat dengan tujuan menemukan
berbagai permasalahan dengan kasus sejenis. Berikut hasil studi kasus dapat
dipaparkan sebagai berikut :
Lokasi objek perancangan dan studi kasus ini, berada di Jl. Komplek
Perumahan Bumi Asri, Sukapura, Kiaracondong Bandung dengan posisi
geografis sebagai berikut :
Gerbang
Masuk
Perum
Jalan Komplek Perumahan Bumi Asri
Bumi Asri
a. Potensi View
Potensi view bangunan SLB C Sukapura banyak berupa rumah tinggal
para penduduknya karena tepat berada disebelah pintu masuk dari perumahan, lalu
jalan-jalan raya sekaligus jalan-jalan kecil atau gang menuju rumah tinggal
penduduknya yang berada diluar perumahan tersebut. Potensi view yang sangat
langsung kearah luar dari bangunan sekolah adalah ruang kepala sekolah, dan
ruang kelas autis yang masing-masing berada dilantai 2 B. Kemudian ruang kelas
tingkat SMALB di lantai 2 A pada bagian ujung, sedangkan untuk daerah ruang
kelas lainnya hanya mendapat view dari dalam bangunan sekolah itu sendiri.
Keterangan :
Untuk bangunan lantai pertama, yang potensi viewnya bagus adalah area
ruang kelas tingkat SDLB dan SMPLB kemudian ruang terapi juga ruang mushola
sekolah. Area ruang kelas tingkat SDLB dan SMPLB karena view yang terlihat
dari dalam ruang kelas tersebut adalah ruang mushola yang masih berada didalam
bangunan sekolah sehingga membuat tingkat konsentrasi anak masih baik karena
ruang mushola digunakan dengan jadwal dan waktunya tersendiri. Ruang terapi
yang bermaterial dinding kaca tempered, memiliki view langsung menuju kearah
depan atau main entrance sekolah dengan baik. Ruang terapi adalah ruang yang
seharusnya mengarah kearah tempat yang tertutup karena siswa peserta didik
dengan penyandang tunagrahita akan sulit fokus dan kurang sesuai dengan tujuan
diadakannya fasilitas ruang terapi.
Bangunan lantai kedua dari SLB C Sukapura terdiri dari ruang kantor
kepala sekolah, ruang kelas tingkat SMALB serta satu ruang kelas autis.
Ruang kepala sekolah secara langsung akan terlihat dari koridor ruang
kelas tingkat SMALB sehingga potensi view dari koridornya sangatlah
kurang. Jika view dilihat dati ruang kepala sekolah yang searah juga
dengan ruang kelas autis maka akan langsung terlihat jalan raya dan
rumah penduduk sekitar.
Ruang terapi memiliki salah satu bagian dinding dengan kaca tempered,
sehingga sinar matahari masuk maksimal pada siang hari. Posisinya yang tidak
terhalang area dan ruang apapun mendukung sinar matahari lebih merata dalam
ruangannya.
c. Identitas Sekolah
1. Visi-Misi
Visi-Misi biasanya erat sekali hubungannya dengan penetapan
tujuan yang mendasari berdirinya suatu instansi atau sekolah. Visi-Misi
dari SLB-C Sukapura adalah sebagai berikut :
Visi
2. Struktur Organisasi
Wakil
4. Logo Instansi
Mengantar siswa
peserta didik
Berbincang-bincang
Orang Tua dengan orang tua
Siswa lainnya
Menjaga anak-
anaknya ketika berada
disekolah
Sumber : Milik Pribadi
e. Kegiatan
Kegiatan belajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) tentu berbeda dari pada
umumnya, terutama untuk Sekolah Luar Biasa pada Tunagrahita. Kegiatan
belajar anak-anak per-tahunnya sudah ditetapkan secara tematik sehingga
untuk menghindari kejenuhan dan kurang fokusnya anak-anak dari
pembelajaran di sekolah, sehingga setiap hari Jumat para guru berkumpul
untuk rapat dengan bahasan rencana jadwal pelajaran untuk tiap kelas dan
tingkatan secara menyeluruh sesuai dengan tema yang telah ditentukan pada
minggu tersebut. Waktu durasi anak-anak tiap tingkatan cenderung sama,
dengan rincian sebagai berikut :
Jam belajar Awal : 07.30-08.30
Istirahat : 08.30-10.00
Jam belajar Akhir : 10.00-12.00
Kelas berakhir : 12.00
Kegiatan umum para siswa tunagrahita di Sekolah Luar Biasa (SLB)
setiap harinya adalah sebagai berikut :
1. Pembukaan : Waktu berkumpul (anak menceritakan pengalaman,
menyanyi, melakukan kegiatan fisik sesuai dengan tema).
2. Inti : Pengembangan kemampuan menulis (kegiatan kelompok besar),
pengembangan kemampuan berhitung (kegiatan kelompok kecil atau
berpasangan), melakukan pengamatan sesuai dengan tema (misalnya
mengamati jenis kendaraan yang lewat pada tema transportasi).
3. Penutup : Mendongeng, pesan-pesan moral dan bermusik juga bernyanyi.
Luas
No. Nama Ruang
(m2)
1 Ruang Kepala Sekolah 35
2 Ruang Guru 48
3 Ruang Belajar 1 48
4 Ruang Belajar 2 48
5 Ruang Belajar 3 48
6 Ruang Belajar 4 48
7 Ruang Belajar 5 20
8 Ruang Belajar 6 48
9 Ruang KMD 42
10 Ruang RC 12
11 Dapur 6
12 WC Guru 3.15
13 WC Siswa 1 1.5
14 WC Siswa 2 1.5
15 WC Siswa 3 1.5
16 WC Siswa 4 1.5
17 Ruang Aula 54
18 Ruang Kantin 30
19 Gudang 5
20 Ruang Keterampilan 42
21 Ruang Perpustakaan 6.25
Sumber : Kartu Inventaris Barang (KIB) Gedung dan Bangunan
SLB C-Sukapura, Bandung
Langit-langit pada ruang kelas tingkat SDLB tentu berbeda dengan ruang
kelas tingkat SMPLB dan SMALB. Untuk tingkat SDLB, ceiling dibuat
semenarik mungkin. Hal ini betrtujuan untuk menarik minat anak untuk masuk
kelas dan berkonsentrasi penuh dengan apa yang guru ajarkan pada saat proses
belajar mengajar. Untuk ruang kelas tingkat SMPLB dan SMALB memiliki
ceiling dengan material gypsum yang tidak memiliki penurunan atau kenaikan
dari elevasinya.
Keyplan lantai 1 dan dokumentasi kelas SDLB dan SMPLB
Sumber : Dokumen Pribadi
Seluruh ruang kelas baik tingkat SDLB, SMPLB ataupun tingkat SMALB
menggunakan jenis lantai yang sama dengan material keramik tiles, berukuran
40x40cm memiliki finishing mengkilap dan memiliki tekstur yang halus bermotif
atau mengambil warna batu marmer putih. Furnitur yang berada diruang kelas
lebih dominan berupa loose furnitur karena metode pembelajaran yang memiliki
tema sehingga dapat disesuaikan dengan tema yang ada. Furnitur dalam ruang
kelas adalah meja belajar ganda, meja setengah biro untuk guru, kursi kerja dan
kursi belajar juga satu kursi hadap. Lemari arsip bersama-sama, meja makan dan
kursi makan untuk keperluan berkumpul dan makan bersama untuk tingkat SDLB
dan SMPLB, aktifitas yang terjadi dikelas tidak hanya sebagai tempat untuk
melakukan proses belajar mengajar namun juga untuk berkumpul dan belajar
membina diri agar menjadi mandiri.
2. Ruang Terapi
Ruang terapi diperlukan untuk sebuah sekolah luar biasa, untuk ketunaan
grahita ruang terapi diperlukan untuk mengembalikan tingkat fokus anak
siswanya agar dapat kembali mengikuti pelajaran yang baru. Dalam ruang terapi
juga terdapat fasilitas untuk melatih bicara anak, melatih kemandirian anak, dan
juga pelatihan untuk mengurus dirinya sendiri. Ruang terapi disekolah ini
memiliki luasan 12m2 hanya setengah dari ketentuan luas minimum menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 33 tahun 2008 tentang Standar
Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa (SMALB) yang menjelaskan bahwa luas ruang Terapi Bina Diri adalah
24m2. Tentu saja banyak fungsi yang terabaikan dari ruang Terapi disekolah ini.
Keyplan lantai 1 dan dokumentasi ruang terapi
Sumber : Dokumen Pribadi
Dinding ruang terapi SLB C Sukapura memiliki dua jenis yang pertama
dinding masive untuk memisahkannya dengan ruangan yang lainnya, dan
penggunaan dinding kaca tempered tanpa adanya jendela. Penghawaan hanya
bertumpu pada AC (Air Conditioner) pada ruangan tanpa adanya kontribusi dari
penghawaan alami. Ceiling pada ruangan terapi ini bermaterial gypsum tanpa
adanya penurunan dan kenaikan elevasinya, dengan pencahayaan buatan lampu
pijar berwarna putih dingin. Untuk lantai, seperti pada ruang kelas pada ruang
terapi SLB C Sukapura menggunakan keramik tiles ukuran 40x40cm dengan
finishing mengkilap dengan tekstur halus berupa motif marmer berwarna putih,
kemudian dilapisi lagi dengan karpet sintetis dengan ukuran 200x200cm.
Furnitur sebagai pengisi ruang dari ruang terapi khusus tunagrahita ini
adalah fasilitas mengurus diri sekaligus okupasi atau pelatihan berbicara siswa,
seperti meja rias, lemari pakaian dan fasilitas penyimpanan lainnya. Seluruhnya
bersifat loose furniture yang memungkinkannya untuk dipindahkan kemana saja.
3. Ruang Kepala Sekolah dan Ruang Guru
Ruang kepala sekolah terpisah dengan ruang guru. Posisi ruang kepala
sekolah berada di lantai dua sedangkan posisi ruang guru berada di lantai pertama
sebagai kontrol dari siswa SDLB dan SMPLB. Ruang kepala sekolah, memiliki
dinding masive dan jendela yang banyak terdapat pada dua sisi, sehingga
pencahayaan dan penghawaan alami pada ruang kepala sekolah sangat terpenuhi
dengan baik. Langit-langit atau ceiling bermaterial gypsum tanpa ada elevasi
penurunan dan penaikan yang diterapkan, pencahayaan buatan yang digunakan
adalah dua lampu turbular light tanpa menggunakan penghawaan alami. Fasilitas
dari furnitur yang terdapat pada ruangan kepala sekolah, terdiri dari meja setengah
biro, kursi pimpinan dan kursi hadap, meja dan kursi tamu, lemari perlengkapan
dan lemari arsip yang berifat loose dan dapat dipindahkan.
Dinding yang digunakan pada ruang guru adalah dinding masive tanpa
partisi apapun didalamnya lagi, area-area bekerja terbuka seluruhnya untuk
mampu dijadikan area bekerja sekaligus ruang rapat bagi para guru. Ruang guru
sekolah ini fungsinya masih digabungkan dengan fungsi tata usaha dan
perpustakaan karena keterbatasan ruang dan kebutuhan kelas yang banyak.
Jendela terhitung banyak, namun pencahayaan alami sama sekali tidak dapat
difungsikan dalam ruang guru ini, sehingga penchayaan buatan dengan beberapa
lampu pijar berwarna putih dingin selalu digunakan bahkan pada siang hari.
Penghawaan alami pun kurang maksimal karena posisi ruang guru yang
masuk antara ruang terapi dan kelas tingkat SDLB membuatnya terpencil dan sulit
dicapai udara alami, sehingga didalam ruangan terdapat dua AC (Air Conditioner)
untuk solusi penghawaan tersebut. Ceiling yang digunakan pada ruang guru
bermaterial gypsum board tanpa elevasi penurunan dan kenaikan apapun. Keramik
tiles adalah jenis lantai yang digunakan di ruang guru dengan ukuran modul
40x40cm, memiliki motif batu marmer putih dengan finishing mengkilap.
Keyplan lantai 1 dan dokumentasi ruang guru, perpustakaan dan ruang tata usaha
Sumber : Dokumen Pribadi
Furnitur yang terdapat dalam ruang guru terdiri dari meja setengah biro,
kursi kerja, kursi hadap, kursi administrator, meja kerja, lemari-lemari display,
lemari perlengkapan, lemari arsip, meja resepsionis dan loker penyimpanan yang
seluruhnya bersifat loose furniture.
Kantin atau koperasi berada didepan dekat main entrance sekolah, kantin
atau koperasi ini sudah terencana dengan cukup baik dengan menjual berbagai
macam peralatan sekolah juga hasil dari keterampilan dari siswa peserta didik
SLB C Sukapura itu sendiri, seperti tas, sandal dan sebagainya. Selain itu diruang
ini juga menjual berbagai makanan ringan dan minuman dingin.
Keyplan lantai 1 dan dokumentasi kantin atau koperasi
Sumber : Dokumen Pribadi
5. Toilet
Keyplan lantai 1 dan dokumentasi toilet umum
Sumber : Dokumen Pribadi