Anda di halaman 1dari 153

LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA

JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG


Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Sebagaimana kita ketahui bahwa untuk menentukan ketahanan jalan dipengaruhi
oleh tiga unsur yang sangat penting yaitu : lapisan pondasi, drainase dan permukaan.
Drainase termasuk salah satu hal yang tidak boleh diabaikan pada konstruksi jalan raya.
Apabila pondasi dan permukaan telah dilaksanakan dengan baik tetapi drainase kurang
memenuhi syarat-syarat yang ada, maka akan sia-sialah pengeluaran uang dan tenaga
yang sangat besar. Hal ini disebabkan karena drainase yang buruk dapat mengakibatkan
air masuk ke dalam lapisan perkerasan, sehingga dapat merusak struktur perkerasan yang
sudah ada.
Mengenai kontruksi jalan terdapat dua penggolongan besar, yaitu jalan beraspal dan
jalan yang tidak beraspal. Yang termasuk jalan tidak beraspal antara lain jalan tanah, jalan
kerikil, dan jalan makadam.
Untuk jalan beraspal, ada yang dilaksanakan dengan cara menghamparkan batuan
terlebih dahulu dan setelah itu aspal disemprotkan, selain itu juga dapat dilakukan dengan
cara mencampur aspal dan batuan terlebih dahulu sebelum dihamparkan.
Jalan aspal Hotmix adalah perkerasan jalan dengan menggunakan bahan aspal
dimana dalam pelaksanaannya antar agregat dan aspal yang telah ditentukan
komposisinya tercampur dalam suatu tempat dan pada suhu panas. Saat
penghamparannya suhu minimalnya sebesar 1200C dan suhu pemadatan tidak kurang dari
1000C

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah dari praktikum ini yaitu :
1. Bagaimana nilai karakteristik bahan-bahan perkerasan jalan (aspal dan agregat) ?
2. Bagaimana nilai karakteristik dan nilai KAO (Kadar Aspal Optimum) dalam
campuran aspal beton ?
3. Bagaimana nilai kadar aspal dalam campuran (ekstraksi) ?

KELOMPOK 13 Page 1
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum uji perkerasan jalan yang telah
dilakukan di laboratorium jalan raya ini adalah :
1. Untuk mengetahui nilai karakteristik dari bahan-bahan perkerasan jalan seperti
aspal dan agregat.
2. Untuk mengetahui nilai karakteristik dari campuran aspal beton dan nilai KAO
(Kadar Aspal Optimum) dalam campuran.
3. Untuk mengetahui nilai kadar aspal dalam campuran aspal.

1.4 LINGKUP KEGIATAN


Untuk mengetahui sifat - sifat agregat dan aspal maka diadakan pemeriksaan atau
percobaan agregat dan aspal di laboratorium.
Dalam praktikum ini dilakukan pengujian antara lain :
1) Pengujian agregat
Percobaan analisa saringan
Percobaan keausan Los Angeles
Uji indeks kepipihan dan kelonjongan
Uji berat jenis dan penyerapan agregat halus
Uji berat jenis dan penyerapan agregat kasar
Uji Impact / tumbukan
2) Pengujian aspal
Uji berat jenis aspal
Uji titik lembek aspal dan ter
Uji titik nyala dan titik bakar
Uji pentreasi aspal
Uji daktilitas aspal
3) Pengujian campuran agregat dan aspal
Pengujian campuran dengan alat marshal
Aspal 5% 3 benda uji
Aspal 6% 3 benda uji
Aspal 7% 3 benda uji
Pengujian kadar optimum dalam aspal (Ekstraksi)
KELOMPOK 13 Page 2
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

BAB II
PENGUJIAN AGREGAT

2.1. ANALISA SARINGAN

Ada dua metode dalam menentukan analisa saringan suatu agregat mineral yaitu:
* Analisa saringan kering
Sejumlah agregat yang dikeringkan dengan seksama dan beratnya ditimbang,
diguncang dengan seperangkat saringan dengan ukuran ukuran yang dipilih.
Saringan tersebut disusun dengan ukuran terbesar diatas. Pengguncangan
dilakukan dengan cara mekanis.
* Analisa saringan pencucian
Metode percobaan ini meliputi penentuan prosedur distribusi ukuran butir agregat
halus dan kasar dengan prosedur pencucian. Prosedur semacam ini sering kali
dibutuhkan bila agregatnya mengandung butiran-butiran halus atau debu yang
sangat halus atau lempung yang mungkin melekat pada butiran-butiran yang lebih
kasar. Penentuan analisa saringan ini diperlukan untuk mengetahui gradasi, perlu
atau tidaknya pengadaan kombinasi campuran.

2.1.1Peralatan
1. Timbangan kapasitas 25 kg,
2. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1 gram,
3. Ayakan standar untuk agregat kasar,
4. Ayakan standar untuk agregat halus,
5. Kuas dibuat dari bulu.

2.1.2 Bahan
Contoh agregat dikeringkan di udara terbuka, dicampur rata, kemudian contoh
agregat diambil sebagian untuk diayak. Jumlah contoh yang digunakan dalam
praktikum analisa saringan sebagai berikut:

KELOMPOK 13 Page 3
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Agregat Halus
Sejumlah agregat halus mula-mula diambil sebagian sebanding denagn angka
kehalusannya.
1. Angka kehalusan lebih dari 2,5 diambil contoh agregat 400-800 gram,
2. Angka kehalusan diantara 1,5-2,5 diambil contoh agregat 200-400 gram,
3. Angka kehalusan kurang dari 1,5 diambil contoh agregat 100-200 gram.
Agregat Kasar
Jumlah contoh untuk diayak kurang dari 0,4 kali lebih besar butir tersebut
dalam mm,dijadikan kg. Misal: besar butir maksimum=50 mm (50 kg),jadi
contoh agregat yang diambil = 0,4 x 50 = 20 kg.

2.1.3 Prosedur pengujian


Analisa ayak agregat halus
1. Agregat halus dikeringkan dalam oven dengan suhu (110+5)oC sampai
beratnya tetap,
2. Timbang agregat halus sebanyak 1000 gram,
3. Saring benda uji sebanyak yang telah ditentukan dengan menggunakan ayakan
4 mm ke atas,
4. Dari benda uji yang lolos ayakan 4 mm, timbang sebanyak 500 gram,
5. Ayak agregat 500 gram tersebut dengan ayakan lebih kecil dan 4 mm yang
berkelipatan dua, sedangkan ayakan paling besar ditempatkan paling atas. Proses pengayakan
ini dilakukan dengan meletakkan susunan ayakan pada mesin pengguncang, dan agregat
diguncang se1ama 5 menit,
6. Bersihkan masing-masing ayakan, dimulai dari ayakan yang teratas dengan kas
kawat cat yang lemas. Perhatikan penyikatan, jangan terlalu keras, sekedar menghilangkan
debu yang mungkin masih melekat pada ayakan.
7. Timbang agregat yang tertahan pada masing-masing ayakan tcrhadap berat
total, dimana:
Prosentase berat beda uji yang tertahan di atas ayakan 4
mm ke atas dihitung berdasarkan berat 500 gram.

KELOMPOK 13 Page 4
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Prosentase berat benda uji yang tertahan 2 mm ke bawah, dihitung


berdasarkan berat 500 gram.
Analisa ayak agregat kasar
1. Timbang benda uji sebesar 0,4 kali besar butir terbesar dijadikan Kg.
2. Ayakan benda uji tersebut dengan menggunakan susunan ayakan 4 mm ke atas
(bekelipatan dua), sedang ayakan yang terbesar diletakkan paling atas.
Pengayakan ini dilakukan dengan meletakkan susunan ayakan pada mesin
pengguncang dan diguncang selama 15 menit atau diayak dengan
menggunakan tangan. Harus diperhatikan,jika yang loios dari ayakan 4 mm
lebih dan atau sarna dengan 500 gram, maka yang loios harus diayak lagi, yaitu
dengan menggunakan ayakan agregat halus dari 4mm ke bawah,
3. Timbang agregat yang tertahan di atas masing-masing lubang ayakan terhadap
berat total.

Prosedur Perhitungan
Persentase berat benda uji yang tertahan di atas saringan a dihitung dengan rumus:

Keterangan:
A= berat benda uji yang tertahan di atas saringan a mm
B = berat benda uji

Catatan :
Pemeriksaan analisa ayakan ini dapat dilakukan hanya satu kali percobaan
Data hasil praktikum dilaporkan:
1. Jumlah persen sisa di atas masing-masing ayakan, dihitung dari contoh aslinya
sampai satu decimal,
2. Modulus kehalusan dari masing-masing agregat,
3. Persentase tembus kumulatif pada masing-masing lubang ayakan,
4. Gambar grafiknya dari masing-masing ayakan.

KELOMPOK 13 Page 5
Pengambilan:
Agregat Kasar 5000 gram
AgregatLABORATORIUM
Halus 1000 gram TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
gayakan agregat kasar dengn JURUSAN TEKNIK
pengayakan SIPIL(5menit)
mekanis UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
gregat halus dengn pengayakan Jl.mekanis (5menit)
MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Urutan no.saringan:
Urutan no.saringan:
1,,,
4,8,30,50,100,200

hasil pengayakan agregat halus dan agregat kasar


Prosedur pengujian analisa saringan secara sederhana dapat dirumusakan dalam
diagram alur berikut ini:
jumlah agregat yang lolos dan yang tertahanALUR
DIAGRAM PERCOBAAN ANALISA SARINGAN

g tertahan di saringan pada grafik logaritmik

KELOMPOK 13 Page 6
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

ANALISA SARINGAN

Contoh sampel : agregat


kasar dan agregat halus

Masing-masing agregat di-


timbang: agregat halus
(1000 gram) dan agregat
kasar (5000 gram)

Setelah agregat ditimbang,


kemudian diayak selama 15
menit.
KELOMPOK 13 Page 7
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Hasil ayakan tiap-tiap sari-


ngan kemudian ditimbang
lagi.

2.1.4 Perhitungan dan Pelaporan

a.Hasil Percobaan

Analisa Saringan Agregat Halus

No Ayakan Pasir
Tertahan Kumulatif
No mm gram Kumulatif (gr) % Tertahan Lolos
3" 76.2 0 0
2.5" 63.5 0 0
2" 50.8 0 0
1.5" 38.1 0 0
1" 25.4 0 0
3/4" 19.1 0 0
1/2" 12.7 0 0
3/8" 9.52 0 0 0 100
KELOMPOK 13 Page 8
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

4 4.75 213.5 213.5 21.36 78.64


8 2.38 309.5 523 52.34 47.66
30 0.59 267.7 790.7 79.13 20.87
50 0.297 68.8 859.5 86.01 13.99
100 0.149 51.3 910.8 91.14 8.86
200 0.075 41.2 952 95.27 4.73
pan - 47.3 999.3 100 0
999.3

Analisa Saringan Agregat Kasar

No Ayakan Batu Pecah


Tertahan Kumulatif
%
No mm gram Kumulatif (gr) % Tertahan Lolos
3" 76.2 0 0 0 100
2.5" 63.5 0 0 0 100
2" 50.8 0 0 0 100
1.5" 38.1 0 0 0 100
1" 25.4 0 0 0 100
3/4" 19.1 672.9 672.9 13.64 86.36
1/2" 12.7 2629.3 3302.2 66.93 33.07
3/8" 9.52 1409.7 4711.9 95.50 4.50
4 4.75 200.3 4912.2 99.56 0.44
8 2.38 0 0 99.56 0.44
30 0.59 0 0 99.56 0.44
50 0.297 0 0 99.56 0.44
KELOMPOK 13 Page 9
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

100 0.149 0 0 99.56 0.44


200 0.075 0 0 99.56 0.44
pan - 21.7 0 100.00 0.00
4933.9

b. Pengolahan Data

Analisa Saringan Agregat Halus

Tabel Analisa Saringan Agregat Halus


Berat contoh kering 1000 gram

No Ayakan Pasir
Tertahan Kumulatif
No mm gram Kumulatif (gr) % Tertahan Lolos
3" 76.2 0 0
2.5" 63.5 0 0
2" 50.8 0 0
1.5" 38.1 0 0
1" 25.4 0 0
3/4" 19.1 0 0
1/2" 12.7 0 0
3/8" 9.52 0 0 0 100
4 4.75 213.5 213.5 21.36 78.64

KELOMPOK 13 Page 10
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

8 2.38 309.5 523 52.34 47.66


30 0.59 267.7 790.7 79.13 20.87
50 0.297 68.8 859.5 86.01 13.99
100 0.149 51.3 910.8 91.14 8.86
200 0.075 41.2 952 95.27 4.73
pan - 47.3 999.3 100 0
999.3

Perhitungan analisa saringan agregat halus


Kehilangan = 1000 gram 999,3 gram
= 0,7 gram

Contoh perhitungan agregat yang tertahan No. 8

Berat kumulatif tertahan = Berat tertahan no 4 + Berat tertahan no 8


= 213,5 + 309,5
= 523 gram

Berat kumulatif tertahan


% Kumulatif tertahan =
Berat total
523
=
999.3
Berat kumulatif tertahan
= 52,34 %
Berat total

% Kumulatif lolos = 100 % - % Kumulatif tertinggal No. 8


= 100 % - 52,34%
= 47,66 %

yangterta h anayakanNo.4 sampaiNo .200


Modulus Kehalusan =
100
425,25
=
100
= 4,2525

KELOMPOK 13 Page 11
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

GRAFIK LENGKUNG AGREGAT HALUS ZONA 1


120.00
100.00
80.00
PERSENTASE LOLOS(%)
pasir 60.00 zona 1 zona 1
40.00
20.00
0.00
0.075 0.149 0.297 0.59 2.38 4.75
UKURAN SARINGAN (mm)

GRAFIK LENGKUNG AGREGAT HALUS ZONA 2


120
100
80
PERSENTASE LOLOS(%)
zona2 60 zona2 pasir
40
20
0
0.075 0.149 0.297 0.59 2.38 4.75
UKURAN SARINGAN (mm)

GRAFIK LENGKUNG AGREGAT HALUS ZONA 3


120
100
80
PERSENTASE LOLOS(%)
zona3 60 zona3 pasir
40
20
0
0.075 0.149 0.297 0.59 2.38 4.75
UKURAN SARINGAN (mm)

KELOMPOK 13 Page 12
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

GRAFIK LENGKUNG AGREGAT HALUS ZONA 4


120
100
80
PERSENTASE LOLOS(%)
zona4 60 zona4 pasir
40
20
0
0.075 0.149 0.297 0.59 2.38 4.75
UKURAN SARINGAN (mm)

Analisa Saringan Agregat Kasar


Tabel Analisa Saringan Agregat Kasar
Berat Contoh 5000 gr

No Ayakan Batu Pecah


Tertahan Kumulatif
%
No mm gram Kumulatif (gr) % Tertahan Lolos
3" 76.2 0 0 0 100
2.5" 63.5 0 0 0 100
2" 50.8 0 0 0 100
1.5" 38.1 0 0 0 100
1" 25.4 0 0 0 100
3/4" 19.1 672.9 672.9 13.64 86.36
1/2" 12.7 2629.3 3302.2 66.93 33.07
3/8" 9.52 1409.7 4711.9 95.50 4.50
4 4.75 200.3 4912.2 99.56 0.44
8 2.38 0 0 99.56 0.44
30 0.59 0 0 99.56 0.44
50 0.297 0 0 99.56 0.44
100 0.149 0 0 99.56 0.44
200 0.075 0 0 99.56 0.44
pan - 21.7 0 100.00 0.00
4933.9

Perhitungan analisa saringan agregat kasar

KELOMPOK 13 Page 13
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Kehilangan = 5000 gram 4933.9 gram


= 66,1 gram

Contoh perhitungan agregat yang tertahan No.


Berat kumulatif tertahan = Berat tertahan no + Berat tertahan no
= 672,9 + 2629,3
= 3302,2
Berat kumulatif tertahan
% Kumulatif tertahan =
Berat total
3302,2
=
4933,9
= 66,93 %
% Kumulatif flolos = 100 % - % Kumulatif tertinggal No. 8
= 100 % - 66,93 %
= 33,07 %

Modulus Kehalusan = yangterta h anayakanNo .3/4 sampaiNo .8} over {100}



375,19
=
100
= 3,7519

KELOMPOK 13 Page 14
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

RAFIK LENGKUNG AGREGAT KASAR UKURAN MAKSIMUM 10


120

100

80

PERSENTASEmaks
LOLOS(%)
40mm 60 maks 40mm kasar

40

20

0
4.75 9.52 12.7 19.100000000000001

UKURAN SARINGAN (mm)

KELOMPOK 13 Page 15
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

RAFIK LENGKUNG AGREGAT KASAR UKURAN MAKSIMUM 20


120

100

80

PERSENTASEmaks
LOLOS(%)
20mm 60 maks 20mm kasar
40

20

0
4.75 9.52 12.7 19.100000000000001

UKURAN SARINGAN (mm)

RAFIK LENGKUNG AGREGAT KASAR UKURAN MAKSIMUM 40


120
100
80
60
40
20
PERSENTASEmaks
LOLOS(%)
10mm 0 maks 10mm kasar
75

52

.7

01
12

00
4.

9.

00
00
00
00
00
.1
19

UKURAN SARINGAN (mm)

TABEL SPESIFIKASI AGREGAT GABUNGAN KASAR DAN HALUS

KELOMPOK 13 Page 16
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Saringa
n mm Agregat Tertinggal Kumulatif
Tertinggal Lolos
Halus Kasar Total Gram % (%) (%)
3" 76.2 0 0 0 0 0 0 100
2.5" 63.5 0 0 0 0 0 0 100
2" 50.8 0 0 0 0 0 0 100
1.5" 38.1 0 0 0 0 0 0 100
1" 25.4 0 0 0 0 0 0 100
11.3412 88.6587
19.1
3/4" 0 672.9 672.9 672.9 7 11.3412661 3
2629. 2629. 44.3150 55.6563068 44.3436
12.7
1/2" 0 2629.3 3 3 4 8 9
1409. 1409. 23.7595 79.4158295 20.5841
9.52
3/8" 0 1409.7 7 7 2 7 7
6.97431 13.6098
4.75
4 213.5 200.3 413.8 413.8 4 86.3901436 6
5.21640 91.6065529 8.39344
2.38
8 309.5 0 309.5 309.5 9 6 7
4.51189 3.88154
0.59
30 267.7 0 267.7 267.7 9 96.1184521 8
1.15957 97.2780287 2.72197
0.297
50 68.8 0 68.8 68.8 7 2 1
0.86462 98.1426548 1.85734
0.149
100 51.3 0 51.3 51.3 6 9 5
0.69439 98.8370525 1.16294
0.075
200 41.2 0 41.2 41.2 8 2 7
1.16294
pan 47.3 21.7 69 69 7 100 0
5933. 5933.
999.3 4933.9 2 2
5933.2

KELOMPOK 13 Page 17
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

SPESIFIKASI CAMPURAN no. 1

Agregat Ukuran Saringan Spesifikasi (%)


Gabungan (mm) no. 1
88.66 19.1
44.34 12.7 100 100
20.58 9.52 75 100
13.61 4.75 35 55
8.39 2.38 20 35
3.88 0.59 10 22
2.72 0.297 6 16
1.86 0.149 4 12
1.16 0.075 2 8

120

100

80

60
Spesifikasi

40

20

0
0.01 0.1 1 10 100

Ukuran Saringan (mm)

KELOMPOK 13 Page 18
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

SPESIFIKASI CAMPURAN no. 2

Agregat Ukuran Saringan Spesifikasi (%)


Gabungan (mm) no. 2
88.66 19.1 100 100
44.34 12.7 75 100
20.58 9.52 60 85
13.61 4.75 35 55
8.39 2.38 20 35
3.88 0.59 10 22
2.72 0.297 6 16
1.86 0.149 4 12
1.16 0.075 2 8

120.00

100.00

80.00

60.00
Spesifikasi

40.00

20.00

0.00
0.01 0.1 1 10 100

Ukuran Saringan (mm)

KELOMPOK 13 Page 19
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

SPESIFIKASI CAMPURAN no. 3

Agregat Ukuran Saringan Spesifikasi (%)


Gabungan (mm) no. 3
88.66 19.1
44.34 12.7 100 100
20.58 9.52 80 100
13.61 4.75 55 75
8.39 2.38 35 50
3.88 0.59 18 29
2.72 0.297 13 23
1.86 0.149 8 16
1.16 0.075 4 10

120.00

100.00

80.00

60.00
Spesifikasi

40.00

20.00

0.00
0.01 0.1 1 10 100

Ukuran Saringan (mm)

KELOMPOK 13 Page 20
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

SPESIFIKASI CAMPURAN no. 4

Agregat Ukuran Saringan Spesifikasi (%)


Gabungan (mm) no. 4
88.66 19.1 100 100
44.34 12.7 80 100
20.58 9.52 70 90
13.61 4.75 50 70
8.39 2.38 35 50
3.88 0.59 18 29
2.72 0.297 13 23
1.86 0.149 8 16
1.16 0.075 4 10

120.00

100.00

80.00

60.00
Spesifikasi

40.00

20.00

0.00
0.01 0.1 1 10 100

Ukuran Saringan (mm)

KELOMPOK 13 Page 21
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

SPESIFIKASI CAMPURAN no. 5

Agregat Ukuran Saringan Spesifikasi (%)


Gabungan (mm) no. 5
25.4 100 100
88.66 19.1 80 100
44.34 12.7 65 86
20.58 9.52 60 80
13.61 4.75 48 65
8.39 2.38 35 50
3.88 0.59 19 30
2.72 0.297 13 23
1.86 0.149 7 15
1.16 0.075 4 8

120

100

80

60
Spesifikasi

40

20

0
0.01 0.1 1 10 100

Ukuran Saringan (mm)

KELOMPOK 13 Page 22
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

SPESIFIKASI CAMPURAN no. 6

Agregat Ukuran Saringan Spesifikasi (%)


Gabungan (mm) no. 6
38.1 100 100
25.4 90 100
88.66 19.1 82 100
44.34 12.7 72 90
20.58 9.52
13.61 4.75 52 70
8.39 2.38 40 56
3.88 0.59 24 36
2.72 0.297 16 26
1.86 0.149 10 18
1.16 0.075 6 12

120

100

80

60
Spesifikasi

40

20

0
0.01 0.1 1 10 100

Ukuran Saringan (mm)

KELOMPOK 13 Page 23
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

SPESIFIKASI CAMPURAN no. 7

Agregat Ukuran Saringan Spesifikasi (%)


Gabungan (mm) no. 7
88.66 19.1 100 100
44.34 12.7 80 100
20.58 9.52
13.61 4.75 54 72
8.39 2.38 42 58
3.88 0.59 26 38
2.72 0.297 18 28
1.86 0.149 12 20
1.16 0.075 6 12

120.00

100.00

80.00

60.00
Spesifikasi

40.00

20.00

0.00
0.01 0.1 1 10 100

Ukuran Saringan (mm)

KELOMPOK 13 Page 24
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

SPESIFIKASI CAMPURAN no. 8

Agregat Ukuran Saringan Spesifikasi (%)


Gabungan (mm) no. 8
88.66 19.1
44.34 12.7 100 100
20.58 9.52
13.61 4.75 62 80
8.39 2.38 44 60
3.88 0.59 28 40
2.72 0.297 20 30
1.86 0.149 12 20
1.16 0.075 6 12

120.00

100.00

80.00

60.00
Spesifikasi

40.00

20.00

0.00
0.01 0.1 1 10 100

Ukuran Saringan (mm)

KELOMPOK 13 Page 25
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

SPESIFIKASI CAMPURAN no. 9

Agregat Ukuran Saringan Spesifikasi (%)


Gabungan (mm) no. 9
25.4 100 100
88.66 19.1 85 100
44.34 12.7
20.58 9.52 65 85
13.61 4.75 45 65
8.39 2.38 34 54
3.88 0.59 20 35
2.72 0.297 16 26
1.86 0.149 10 18
1.16 0.075 5 10

120

100

80

60
Spesifikasi

40

20

0
0.01 0.1 1 10 100

Ukuran Saringan (mm)

KELOMPOK 13 Page 26
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

SPESIFIKASI CAMPURAN no. 10

Agregat Ukuran Saringan Spesifikasi (%)


Gabungan (mm) no. 10
25.4 100 100
88.66 19.1 85 100
44.34 12.7
20.58 9.52 56 85
13.61 4.75 38 65
8.39 2.38 27 54
3.88 0.59 13 35
2.72 0.297 9 26
1.86 0.149
1.16 0.075 4 8

120

100

80

60
Spesifikasi

40

20

0
0.01 0.1 1 10 100

Ukuran Saringan (mm)

KELOMPOK 13 Page 27
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

SPESIFIKASI CAMPURAN no. 11

Ukuran
Agregat Spesifikasi
Saringan
Gabungan (%) no. 11
(mm)
88.66 19.1 100 100
44.34 12.7
20.58 9.52 74 92
13.61 4.75 48 70
8.39 2.38 33 53
3.88 0.59 15 30
2.72 0.297 10 20
1.86 0.149
1.16 0.075 4 9

120.00

100.00

80.00

60.00
Spesifikasi

40.00

20.00

0.00
0.01 0.1 1 10 100

Ukuran Saringan (mm)

KELOMPOK 13 Page 28
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

2.1.5 Pembahasan Analisa Saringan

Dari hasil pengujian analisa saringan, akan didapatkan harga-harga jumlah agregat
tertahan pada masing-masing nomor saringan. Harga-harga tersebut diolah untuk
mendapatkan harga-harga persentase jumlah yang lolos.
Harga-harga tersebut apabila di plotting ke dalam grafik analisa gradasi yang terdapat
SNI 03-1968-1990 SK SNI M-1989-F maka diketahu bahwa untuk gradasi agregat kasar tidak
masuk spesifikasi maksimum 10 mm, 20 mm, maupun 40 mm.
Dan untuk gradasi agregat halus, menurut hasil pengujian terhadap agregat diketahui
bahwa gradasi agregat halus menurut spesifikasi SNI 03-1968-1990 SK SNI M-1989-
Fmendekati zona 1. Dari analisa gradasi tersebut, gradasi agregat halus maupun gradasi
agregat kasar tersebut masih belum bisa digunakan sebagai material campuran aspal karena
gradasi agregat tersebut tidak masuk dalam batas batas zona yang ada. Untuk hasil pengujian
agregat halus di atas , perlu dilakukan penyesuaian agar dapat memenuhi syarat agregat halus.
Berdasarkan syarat gradasi agregat halus, didapatkan tabel penyesuaian sebagai berikut :

Ukuran Saringan Penguranga Penambaha


Berat Standard
(mm) Berat (gram) n n
0.075 213.5 153.5 60
0.149 309.5 249.5 60
0.297 267.7 387.7 120
0.59 68.8 113.05 44.25
2.38 51.3 95.55 44.25
4.75 41.2 0 41.2
pan 47.3 0 47.3
Total 999.3 999.3

KELOMPOK 13 Page 29
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Maka, berdasakan tabel perbaikan diatas, diperoleh grafik sebagai berikut :

GRAFIK LENGKUNG AGREGAT HALUS ZONA 1


120.00
100.00
80.00
PERSENTASE LOLOS(%)
pasir 60.00 zona 1 zona 1
40.00
20.00
0.00
0.075 0.149 0.297 0.59 2.38 4.75
UKURAN SARINGAN (mm)

Berdasarkan grafik diatas, agregat halus yang sudah disesuaikan dengan standart dapat
digunakan sebagai sebagai material campuran aspal.
Dalam standar spesifikasi Bina Marga(sumber : LASTON hal 12 tabel II) ada sebelas
grading untuk campuran beton aspal. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
gradasi agregat terhadap perilaku campuran beton aspal. Ukuran dan gradasi tergantung pada
apa tujuan campuran perkerasan aspal dibuat. Beton aspal berkualitas tinggi digunakan untuk
lapis permukaan jalan berlalu lintas berat.Dalam pengujian ini yang mengandung agregat
bergradasi rapat yaitu agregat yang bergradasi baik mulai dari kasar hingga halus.Dari analisa
gradasi campuran tersebut, agregat campuran tersebut tidak masuk dalam batas batas
spesifikasi campuran manapun.
Sedangkan dari hasil perhitungan analisa saringan, dengan 1000 gram agregat halus dan
5000 gram agregat kasar, juga diperoleh hasil sebagai berikut :
Untuk agregat halus, modulus kehalusnya sebesar 4,2525
Untuk agregat kasar, modulus kehalusnya sebesar 3,7519

APLIKASI LAPANGAN
Dalam kehidupan nyata di lapangan, gradasi agregat yang digunakan sebagai campuran
perkerasan jalan sangatlah penting untuk menghasilkan kualitas campuran aspal yang baik

KELOMPOK 13 Page 30
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

dan sesuai dengan perencanaan awal.Dengan mengetahui harga gradasi agregat, kita dapat
merencanakan campuran aspal yang baik. Gradasi agregat yang baik ini memiliki sifat daya
ikat (interlocking), seragam, kepadatan tinggi, dan stabilitas tinggi. Keadaan tersebut akan
mempengaruhi umur jalan raya.
Kemudian untuk gradasi agregat jelek memiliki sifat kontak antar butir agregat buruk,
seragam tetapi kepadatan jelek, dan stabilitas sedang. Kepadatan yang buruk akan
menyebabkan timbulnya ronga-rongga antar agregat. Hal tersebut akan mengurangi kekuatan
campran aspal terhadap gaya luar yang bekerja terhadap campuran tersebut. Pada contoh
kasus di lapangan akan menyebabkan kerusakan jalan, pecah dan mengurangi umur jalan.
Ketentuan harga harga gradasi campuran agregat telah diatur oleh Badan Standarisasi
Nasional Indonesia(SNI) dan juga Bina Marga. Untuk standar spesifikasi Bina Marga ada
sebelas grading untuk campuran beton aspal. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh gradasi agregat terhadap perilaku campuran beton aspal. Ukuran dan gradasi
tergantung pada perencanaan awal (job mix design) sebelumnya. Beton aspal berkualitas
tinggi digunakan untuk lapis permukaan jalan berlalu lintas berat.Pengujian berdasarkan
spesifikasi Bina marga merupakan gabungan antara agregat kasar hingga agregat halus.

KELOMPOK 13 Page 31
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

2.2 PERCOBAAN KEAUSAN LOS ANGELES

Pengujian keausan ini diperlukan untuk mengetahui tingkat ketahanan agregat


kasar terhadap keausan, percobaan yang dilakukan dengan menggunakan bola - bola
baja yang dimasukkan kedalam mesin los angeles, selanjutnya mesin - mesin diputar
dengan kecepatan 30/33 sebanyak 500 putaran. Agregat yang sudah diuji tersebut
kemudian disaring dan dicuci lalu ditimbang beratnya.
Nilai akhir dinyatakan dalam persen yang merupakan hasil perbandingan
antara berat benda uji yang tertahan saringan no. 12 dengan berat benda uji semula.
Nilai tinggi menunjukan banyaknya benda uji yang hancur akibat putaran alat yang
mengakibatkan tumbukan dan geser antar partikel dengan bola - bola baja .
Nilai abarsi > 40% menunujukan agregat tidak mempunyai kekerasan cukup
untuk digunakan sebagai bahan atau material lapisan perkerasan. Nilai abrasi <
30%,baik sebagai bahan lapis penutup. Nilai abrasi < 40%,baik sebagai bahan lapis
permukaan dan lapisan pandasi atas. Nilai abrasi < 50% dapat digunakan sebagai bahan
lapisan bagian bawah.

2.2.1Peralatan
1. Mesin pengukur keausan Los Angeles
2. Bola baja
3. Talang
4. Saringan no. 12
5. Pan

2.2.2 Prosedur Percobaan


1. Ambil benda uji yang akan diperiksa lalu cuci sampai bersih
2. Keringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 110 C.
3. Pisahkan agregat tersebut sesuai dengan kelompoknya (lihat tabel) lalu campurkan
sesuai dengan kombinasi yang diinginkan (A/B/C/D) dengan berat total 5000 gram.
4. Hidupkan lampu power.

KELOMPOK 13 Page 32
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

5. Putar drum abrasi dengan menekan tombol inching sehingga tutupnya mengarah
keatas.
6. Buka tutup drum lalu masukkan agregat yang telah dipersiapkan tadi.
7. Masukkan bola baja sebanyak yang diisyaratkan (lihat tabel).
8. Tutup kembali drum tersebut.
9. buka tutup counter lalu atur angkanya menjadi 500 kemudian tutup lagi.
10. Tekan tombol start sehingga drum berputar dan agregat serta bola baja
tertampungpada lobang tersebut.
11. Pasang talang dibawah drum.
12. Buka tutup drum lalu tekan tombol inching sehingga drum berputar dan agregat serta
bola baja tertampung pada talang tersebut.
13. Saring agregat tersebut dengan saringan no. 12 lalu agregat yang tertahan dicuci
sampai bersih.
14. Keringkan lagi dalam oven selama 24 jam pada suhu 110 C.
15. Timbang berat keringnya, hitung kehilangan beratnya lalu bagi dengan berat kering
semula sehingga didapatkan prosentase keausan agregat
Prosedur pengujian analisa saringan secara sederhana dapat dirumusakan dalam
diagram alur berikut ini:

KELOMPOK 13 Page 33
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

DIAGRAM ALUR PERCOBAAN KEAUSAN LOS ANGELES

Mengambil agregat :
1. Tertahan 3000 gram
2. Tertahan /8 3000 gram

Dicuci

Di oven 24 jam (suhu 110 C)

Ditimbang masing-masing 2500gram

Dicampur (5000 gram)

Dimasukkan kedalam pengatur keausan Los


Angelesselama
500 putaran dengan 11 bola baja

Diayak (tertahan saringan no. 12)

Dicuci lagi dan dioven + 24 jam ( suhu 110oC )

Ditimbang berat keringnya

KELOMPOK 13 Page 34
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

PENGUJIAN KEAUSAN LOS ANGELES

Pengambilan Agregat

Ditimbang

KELOMPOK 13 Pencucian agregat Page 35


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Dioven 24 jam

Pencampuran agregat

Pengujian keausan
Los Angeles selama
500 putaran

KELOMPOK 13 Page 36
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Diayak (tertahan saringan no.

Pencucian agregat

Dioven 24 jam

KELOMPOK 13 Page 37
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Ditimbang berat keringnya

2.2.3 Perhitungan dan Pelaporan

a. Hasil Percobaan

5000
Berat sampel semula a
gram
4318.9
Berat sampel tertahan saringan No. 12 b
gram
681.1
Keausan a-b
gram

13.62%
Keausan Rata - rata

b.Pengolahan data

Keausan =

=
= 13,62 %
Keterangan :
a = jumlah berat benda uji
b = berat agregat yang tertahan saringan no. 12

KELOMPOK 13 Page 38
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

2.2.4 Pembahasan Keausan Los Angeles

Ketahanan agregat terhadap penghancuran (degradasi) diperiksa dengan menggunakan


percobaan abrasi Los Angeles (Abrasion Los Angeles Test) berdasarkan PB-0206-76
AASHTO T96-7 (1982) dengan ketentuannya adalah sebagai berikut :
Nilai abrasi 40 % : tidak memenuhi untuk material perkerasan jalan.
Nilai abrasi 30 % : baik untuk lapisan penutup.
Nilai abrasi 40 % : baik untuk lapisan permukaan dan LPA.
Nilai abrasi 50 % : dapat digunakan untuk lapisan yang lebih bawah.
Agregat yang diuji dapat digunakan pada struktur perkerasan jalan. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai abrasi 13.62% yang berarti tingkat keausan yang terjadi kecil (30%) sehingga
agregat mampu menahan pembebanan selama masa pelayanan jalan dan baik untuk digunakan
pada lapisan penutup. (sumber : Silvia Sukirman , 2003 , Perkerasan Jalan Lentur hal 53)
Tabel Hasil Pembahasan
Standar Nilai Abrasi Hasil Keterangan
perhitungan
40 %
30 % 13.62% Memenuhi
40 %
50 %

Jumlah bola baja yang digunakan dalam percobaan ini juga menentukan tingkat abrasi
yang nantinya akan menentukan kelas suatu jalan dan penentuan agregat yang akan digunakan
dalam campuran aspal natinya. Semakin sedikit bola baja yang digunakan, maka semakin
rendah kelas jalan tersebut dan agregat dalam campurannya tidak terlalu bagus, begitu juga
sebaliknya. Hal ini pun tergantung dari rencana jalan yang akan dilaksanakan.

APLIKASI LAPANGAN
Dalam kondisi di lapangan, nilai tingkat keausan agregat perlu diketahui, agar
banyaknya agregat yang pecah atau aus dapat ditanggulangi dengan tepat. Ini disebabkan
karena agregat kasar harus melalui jalan yang cukup panjang dari tempat pengambilan agregat
menuju proyek perkerasan jalan. Yang pada umumnya agregat kasar diambil di sekitar sungai.

KELOMPOK 13 Page 39
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Dan selama perjalanannya ke tujuan, yang biasanya di angkut oleh dump truck, maka antar
sesama agregat akan sering terjadi tumbukan yang tidak beraturan. Sehingga kemungkinan
adanya keausan agregat sanga besar. Untuk itu perlu dicek apakah keausan agregat setelah
pencampuran aspal sudah memenuhi syarat atau belum .

2.3 INDEKS KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui bentuk agregat dan juga untuk
mengetahui persentase jumlah agregat yang pipih dan yang lonjong dari nsuatu
sampel agregat, seperti yang tercantum dalam Britis Standard Institution, BSI (1975)
yang membagi agregat dalam enam kategori yaitu: bulat (rounded), tidak beraturan
(irregular), bersudut (angular), pipih (flaky), lonjong (alongated), pipih dan lonjong
(flaky and alongated ). Collist (1985) mendefinisikan bahwa agregat berbentuk pipih
jika agregat tersebut lebih tipis minimal 60% dari diameter rata-rata. Sedangkan
agregat lonjong jika ukuran panjangnya lebih panjang mininal 180% diameter rata-
rata. Diameter rata-rata dihitung berdasarkan ukuran saringan.

2.3.1 Peralatan
1. Alat pengukur kepipihan dan kelonjongan yang sesuai dengan standar BSI
(1975).
2. Saringan, dengan urutan diameter saringan 63.0 mm. 50.0 mm, 37.5 mm, 28.0
mm, 20.0 mm, 14.0 mm, 10.0 mm, dan 6.3 mm.
3. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram.
4. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu dan mampu memanasi sampai 110
5 oC.
5. Wadah agregat sebanyak saringan yang ada. Wadah ini sebaiknya terbuat dari
besi, seng, alumunium, atau material yang lain yang cukup kuat untuk dimasukan ke
dalam oven sampai 110 5 oC.

2.3.2 Persiapan benda uji


1. Saringan agregat sebanyak 5000 gram sampel dalam urutan saringan
yang telah ditentukan.

KELOMPOK 13 Page 40
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

2. Pisahkan sampel yang tertahan pada saringan 63.0 mm dan yang lolos
saringan 63.0 mm. Berat sisa sampel yang digunakan dinyatakan sebagai M1 gram.
3. Sampel yang tertahan dalam setiap saringan dimasukan dalam
masing-masing wadah yang ditandai sesuai dengan diameter masing-masing
saringan.
4. Cuci masing-masing sampel dan keringkan dengan oven hingga
beratnya tetap. Yakinkan bahwa tidak ada agregat yang hilang.
5. Kemudian timbang sampel yang tertahan di tiap saringan dan hitung
persentasenya terhadap M1.
6. Pengukuran kepipihan dan kelonjongan dilakukan per fraksi dan
hanya fraksi yang memiliki persentase berat lebih besar atau sama dengan 5%.
Jumlah berat total fraksi yang memiliki persentase berat lebih besar atau sama
dengan 5% dinyatakan sebagai M2.
2.3.3 Prosedur Pengujian

a. Pengujian kepipihan
1. Ambil salah satu fraksi yang telah memenuhi syarat, yaitu persentase
tertahan lebih besar atau sama dengan 5%.
2. Lewatkan dengan tangan setiap butiran agregat pada alat penguji
kepipihan sesuai dengan ukurannya.
3. Butir agregat yang agak sulit lewat dapat dicoba dengan sisi lain,
diputar atau dengan sedikit paksaan.
4. Pisahkan butiran yang dapat lewat dengan yang tidak dapat lewat dan
masing-masing ditimbang.
5. Lakukan hal yang sama untuk fraksi lainnya yang memiliki
persentase berat lebih besar atau sama dengan 5%.
6. Total jumlah sampel yang lewat dinyatakan dengan M3F.

b. Pengujian kelonjongan
Secara umum prosedur pengerjaannya sama dengan pengujian untuk kepipihan,
yaitu sebagai berikut :

KELOMPOK 13 Page 41
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

1. Ambil salah satu fraksi yang telah memenuhi syarat, yaitu persentase tertahan lebih
besar atau sama dengan 5%.
2. Lewatkan dengan tangan setiap butiran agregat pada alat penguji kelonjongan sesuai
dengan ukurannya.
3. Butir agregat yang agak sulit lewat dapat dicoba dengan sisi lain, diputar atau
dengan sedikit paksaan.
4. Pisahkan butiran yang dapat lewat dengan yang tidak dapat lewat dan masing-
masing ditimbang.
5. Lakukan hal yang sama untuk fraksi lainnya yang memiliki persentase berat lebih
besar atau sama dengan 5%.
6. Total jumlah sampel yang lewat dinyatakan dengan M3E.

c. Prosedur perhitungan
Indeks kepipihan dihitung dengan rumus :

Indeks kepipihan (%) =


Indeks kelonjongan dihitung dengan rumus :

Indeks kelonjongan (%) ==


Keterangan :
M1 : total berat sample
M2 : total berat sample yang memiliki prosentase 5%
M3F : total berat agregat yang lolos alat pengujian kepipihan
M3E : total berat agregat yang tertahan alat pengujian kelonjongan

KELOMPOK 13 Page 42
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

PENGUJIAN KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN

Pengambilan contoh agregat

Penyaringan contoh agregat

Penimbangan agregat

KELOMPOK 13 Page 43
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Pengujian kelonjongan

Pengujian kepipihan

2.2.4 Perhitungan dan Pelaporan


a.Hasil Percobaan
Ukuran Agregat Kasar
Saringan Tertahan Komulatif
No mm gram % Tertahan (%) Lolos (%)
3/4" 19.1 672.9 13.70 13.70 86.30
1/2" 13.2 2629.3 53.53 53.53 46.47
3/8" 9.6 1409.7 28.70 82.22 17.78
4 6.35 200.3 4.08 86.30 13.70
PAN 0 0.00 0.00 0.00
4912.2 100.00

Berat
Ukuran Saringan Tertahan LOLOS TERTAHAN
Tertahan
Uji Kepipihan Uji Kelonjongan
No Mm (gram) %
(gr) (gr)
3/4" 19.1 672.9 13.70 120.7 0
1/2" 12.7 2629.3 53.53 399.8 102.8
3/8" 9.52 1409.7 28.70 215.7 50.6
1/4" 6.35 200.3 4.08 0 0
M1 4912.2 M2 4711.9
M3F 736.2
M3E 153.4

KELOMPOK 13 Page 44
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Indeks Kepipihan (%) M3F/M2 15.624


Indeks Kelonjongan (%) M3E/M2 3.256

b. Pengolahan Data

Dari tabel di atas didapatkan data sebagai berikut :


M1 = 4912.2 gram
M2 = 4711.9gram
M3F = 736.2gram
M3E = 153.4gram

Ind. Kepipihan=

=
= 15.624 %

Ind. Kelonjongan=

=
= 3.256 %
Keterangan :
M1 : total berat sampel
M2 : total berat sampel yang memiliki prosentasi 5%
M3F : total berat agregat yang lolos alat pengujian kepipihan
M3E : total berat agregat yang tertahan alat pengujian kelonjongan

2.2.5 Pembahasan Uji Kepipihan dan Kelonjongan

Bentuk agregat pipih atau lonjong tidak baik untuk struktur perkerasan jalan, karena
sifatnya yang mudah patah sehingga mempengaruhi gradasi agregat, interlocking, dan
menyebabkan peningkatan porositas perkerasan yang tidak beraspal.

KELOMPOK 13 Page 45
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Bina marga masih menerima bentuk agregat pipih, yaitu maksimal 25%. Penentuan
penggunaan agregat berdasarkan kepipihan dan kelonjongan agregat dan stabilitas yang
ditimbulkan oleh campuran agregat dan aspal. Apabila nilai stabilitas diatas 1000 maka
stabilitas tinggi (Petunjuk Pelaksanaan Laston Jalan Raya 87) dan meskipun 25%, agregat
masih dapat digunakan pada jalan kelas menengah atas.
Bentuk agregat bulat pun tidak baik, tetapi baik untuk kondisi perkerasan tertentu,
misalnya kelas jalan rendah, untuk lapisan pondasi bawah dan lapisan pondasi saja. Untuk
lapisan pondasi adalah 40% agregat bulat, sedangkan untuk lapisan pondasi bawah dapat lebih
besar. Pada penggunaan di lapangan agregat bulat dapat digunakan untuk lapisan permukaan
setelah sebelumnya dipecahkan terlebih dahulu. Tabulasi batas maksimal penggunaan agregat
yang pipih dan lonjong adalah sebagai berikut :

Karakteristik Batas Maksimal


Kepipihan 25%
Kelonjongan 40%

Dari hasil pengujian indeks kepipihan dan kelonjongan yang telah dilakukan di
laboratorium didapatkan nilai indeks kepipihan sebesar 15,624 %, sedangkan untuk indeks
kelonjongan sebesar 3,256 % dapat disimpulkan bahwa agregat tersebut baik untuk dijadikan
bahan perkerasan jalan, karena nilai indeks yang diperoleh sesuai atau memenuhi tabulasi
batas maksimal penggunaan agregat. ( sumber : LASTON hal 4, yang tertahan dalam saringan
ukuran 25 mm atau 3/8 = max 25 % )
Tabel Hasil Pembahasan

Karakteristik Batas maksimal Hasil perhitungan Keterangan


Kepipihan 25% 15,624 % Memenuhi
Kelonjongan 40% 3,256 % Memenuhi

APLIKASI LAPANGAN

Dalam pelaksanaan di lapangan, agregat yang di uji adalah agregat yang diambil dari
Aggregate Crushing Plant (ACP). Umumnya agregat yang di hasilkan dari Aggregate
Crushing Plant (ACP) memiliki bentuk bersudut.Bentuk pipih atau lonjong dapat terjadi
KELOMPOK 13 Page 46
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

karena komposisi dan struktur batuan. Pada penghancuran batuan yang sangat keras dan getas
akan terjadi proporsi bentuk pipih yang cukup besar. Tetapi pada proses crushing selanjutnya
akan didapat proporsi bentuk bersudut yang lebih banyak.
Sedang bila agregat berbentuk pipih maka agregat itu sangat mudah patah, mengingat
batuan berbentuk pipih memiliki tebal yang minim dan bentuk yang lebih panjang, sehingga
bila terkena tekanan yang tidak terlalu besar, batuan itu akan cepat patah. Begitupun dengan
bentuk agregat bulat. Bentuk agregat bulat akan mempersulit proses pengikatan antar sesama
agregat(kohesi). Sehingga bila dijadikan bahan pencampuran aspal, agregat dengan tipe ini
akan mudah lepas dari pengikatnya.

2.4 BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan harga berat jenis curah, berat jenis
kering permukaan (Saturated Surface Dry), dan berat jenis semu. Selain itu juga
digunakan untuk mendapatkan harga penyerapan air pada agregat halus.
Berat jenis (Spesific Gravity) adalah perbandingan antara berat kering udara
dengan berat air yang berat volumenya sama dengan sampel pada suhu atau
temperatur yang sama.

2.4.1 Peralatan
1. Timbangan yang mempunyai kapasitas lebih dari 1 kg dengan ketelitian 0.1 gram.
2. Piknometer kapasitas 500 ml.
3. Kerucut terpancung diameter atas (40+3) mm, diameter bawah (90+3) mm dan
tinggi (75+3) mm dibuat dari logam dengan tebal 0.8 mm.
4. Batang penumbuk dengan bidang penumbuk rata, berat (340+15) gram dan diameter
(25+3) mm.
5. Saringan no. 4 (4,75 mm).
6. Oven pengatur suhu kapasitas (110+5)oC.
7. Desikator.

2.4.2 Bahan

KELOMPOK 13 Page 47
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

1. Pasir alam atau buatan dari sungai atau gunung seberat 500 gram
2. Pasir lolos saringan no. 4 (4,75 mm)

2.4.3 Prosedur Pengujian


1. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110+5) oC sampai beratnya tetap.
Dinginkan pada suhu ruang lalu rendam dalam air selama (24+4) jam.
2. Buang air perendam lalu taburkan agregat di atas talam, keringkan di udara dengan
cara membalik-balikkan benda uji. Lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan
kering permukaan jenuh (SSD).
3. Periksa SSD dengan mengisi benda uji ke dalam kerucut terpancung, padatkan
dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali lalu angkat kerucut. Keadaan SSD
tercapai bila benda uji runtuh tetapi masih dalam keadaan tercetak.
4. Setelah SSD lalu masukkan 500 gram benda uji ke dalam piknometer, masukkan air
suling sampai 90% isi piknometer putar sambil diguncang sampai tidak terlihat
gelembung udara di dalamnya.
5. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian hitungan pada
suhu standar 25oC.
6. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas.
7. Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai dengan ketelitian (110+5)oC
sampai berat tetap, lalu dinginkan dengan ketelitian 0.1 gram (Bt).
8. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110+5) oC sampai berat
tetap, lalu dinginkan dengan benda uji dalam desikator setelah dingin lalu ditimbang
(Bk).
9. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna penyesuaian
dengan suhu standar 25oC (B).

Prosedur Perhitungan
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
B = berat piknometer berisi air (gram)
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)
500 = berat benda uji dalam keadaan SSD (gram)

KELOMPOK 13 Page 48
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

1. Berat jenis curah =

2. Berat jenis jenuh kering permukaan =

3. Berat jenis semu =

4. Penyerapan air =

Catatan
a. Berat jenis curah adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25oC.
b. Berat jenis jenuh kering permukaan adalah perbandingan antara berat agregat kering
permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu 25oC.
c. Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat agregat kering dalam keadaan
kering pada suhu 25oC.
d. Penyerapan atau absorpsi adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori
terhadap berat agregat kering (%).

2.4.4 Perhitungan dan Pelaporan

a. Hasil Percobaan

Berat
no Kegiatan (gram)
Mengukur berat jenuh kering
1 permukaan Bj 500
2 Mengukur berat benda uji kering oven Bk 499.1
3 Mengukur berat piknometer + air B 658.6
Mengukur berat piknometer + air
4 +benda uji Bt 960.7

b. Pengolahan Data
Bk = berat benda uji kering oven ( gr )

KELOMPOK 13 Page 49
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

B = berat piknometer berisi air ( gr )


Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air ( gr )
500 = berat benda uji dalam keadaan ssd ( gr )

No
Perhitungan Sampel 1 (gr)
.

1 BJ Bulk Bk 2.522
( B 500 Bt)
2 BJ SSD 500 2.527
( B 500 Bt )
3 BJ Semu Bk 2.534
( B Bk Bt )
Penyerapa
4 500 Bk 0.180
n 100%
Bk
Contoh perhitungan:

a Berat jenis curah = Bk


( B + 500 Bt )

499.1
=
( 658,6+ 500960.7 )

=2.522 gr

b Berat jenis jenuh kering permukaan= 500


( B + 500 Bt )

= 500
( 658,6 + 500 960,7 )

= 2.527 gr

c Berat jenis semu = Bk


( B + B k Bt )

= 499,1
( 658,6 + 499,1 960.7)

= 2.534 gr

KELOMPOK 13 Page 50
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

d Penyerapan air = 500 - Bk x 100 %


Bt

= 500 -499,1 x 100 %


960,7

= 0.180 gr

2.4.5 Pembahasan Berat Jenis dan Penyerapan Air Pada Agregat Halus

Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dan
volume air. Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan campuran agregat
dengan aspal, karena pada ummnya direncanakan berdasarkan perbandingan berat dan juga
untuk menentukan banyak pori. Agregat dengan berat jenis yang kecil mempunyai volume
yang besar sehingga dengan berat yang sama membutuhkan jumlah aspal yang lebih
banyak. Dan sebaliknya, agregat dengan berat jenis yang besar tidak membutuhkan jumlah
aspal yang banyak.Di samping itu agregat dengan kadarpori yang besar juga membutuhkan
jumlah aspal yang banyak.
Standar yang digunakan :
AM. Neville PROPERTIES OF CONCRETE
Bulk Specific Gravity (berat jenis kering permukaan jenuh) berkisar antara 2,5-
3,00.
SK SNI T-5 1990-03
Pada pengerjaan perencanaan campuran beton, penyerapan air agregat halus
untuk:
o Pasir (halus tidak pecah) < 3,10 %
o Pasir (kasar tidak pecah) < 4,20 %

KELOMPOK 13 Page 51
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Dari hasil perhitungan Bulk Spesific Grafity 2,522sehingga memenuhi syarat AM.
Neville yang berkisar antara 2,50 - 3,00 dan hasil dari perhitungan penyerapan 0.180%
sehingga memenuhi syaratSK SNI T-5 1990-03.
Berarti agregat halus ini cocok digunakan untuk bahan campuran lapisan perkerasan.
Tabel Hasil Pembahasan
Hasil Keteranga
Standar
perhitungan n
Berat jenis curah 2,5 - 3 2,522 Memenuhi
Berat jenis jenuh permukaan - 2,527 -
Berat jenis semu - 2,534 -
Penyerapan < 3,10% 0.18 % Memenuhi

APLIKASI LAPANGAN
Pengujian berat jenis agregat kasar dan halus ini, nantinya akan digunakan untuk
melakukan perhitungan selanjutnya (job mix), terutama pada pengolahan data pengujian
marshall, yaitu menentukan berat jenis maksimum campuran aspal dan agregat (teoritis) yang
nantinya akan menghasilkan nilai persentase rongga terhadap campuran.

KELOMPOK 13 Page 52
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

2.5 BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan harga berat jenis curah, berat jenis
kering permukaan (Saturated Surface Dry), dan berat jenis semu. Selain itu juga
digunakan untuk mendapatkan harga penyerapan air pada agregat kasar.
Berat jenis (Spesific Gravity) adalah perbandingan antara berat kering udara
dengan berat air yang berat volumenya sama dengan sampel pada suhu atau
temperatur yang sama.

2.5.1 Peralatan
1. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (no. 6) atau 2,36 mm (no. 8) dengan kapasitas 5
kg.
2. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan. Tempat ini
harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.
3. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0.1% dari berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
4. Oven pengatur suhu kapasitas (110 5)oC.
5. Alat pemisah contoh.
6. Saringan no. 4 (4,75 mm).

2.5.2 Bahan
1. Kerikil atau batu pecah seberat 500 gram
KELOMPOK 13 Page 53
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

2. Kerikil tertahan saringan no. 4 (4,75 mm)

2.5.3 Prosedur Pengujian


1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu.
2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu oven (110 5)oC sampai berat tetap.
3. Dinginkan pada suhu kamar selama (1-3) jam, lalu ditimbang dengan ketelitian 0.5
gram (Bk).
4. Rendam benda uji pada suhu kamar selama (24 4 ) jam.
5. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap.
6. Timbang benda uji kering permukaan jenuh (Bj).
7. Letakkan benda uji di dalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluarkan
udara dan tentukan beratnya di dalam air (Ba), ukur suhu air sesuai suhu standar
(25oC).

Prosedur Perhitungan
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
Bj = berat benda uji jenuh kering permukaan (gram)
Ba = berat benda uji jenuh kering permukaandalam air (gram)

1. Berat jenis curah =

2. Berat jenis jenuh kering permukaan =

3. Berat jenis semu =

4. Penyerapan air =

Catatan
a. Berat jenis curah adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25oC.

KELOMPOK 13 Page 54
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

b. Berat jenis jenuh kering permukaan adalah perbandingan antara berat agregat kering
permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu 25oC.
c. Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat agregat kering dalam keadaan
kering pada suhu 25oC.
d. Penyerapan atau absorpsi adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori
terhadap berat agregat kering (%).

2.5.4 Perhitungan dan Pelaporan

a. Hasil Percobaan

Berat
no Kegiatan (gram)
1 berat jenuh kering permukaan Bj 5040
2 berat benda uji kering oven Bk 4969
3 berat agregat kasar dalam air Ba 3225

b. Pengolahan Data
Bk = berat benda uji kering oven ( gr )
Ba = berat piknometer berisi air ( gr )
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air ( gr )

No
Perhitungan Sampel 1
.

1 BJ Bulk Bk 2,738
( Bj Ba )
2 BJ SSD 2,777
Bj
3 BJ Semu ( Bj Ba ) 2,849
Bk
Penyerapa
4
n ((Bk )Ba )
Bj Bk 1,429
x100%
KELOMPOK 13 Bk Page 55
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Contoh perhitungan
a Berat jenis curah = Bk

( Bj - Ba )

= 4969

(5040 - 3225 )

= 2.738 gr

b Berat jenis jenuh kering permukaan = Bj

( Bj - Ba )

= 5040

(5040 - 3225)

= 2,777 gr

c Berat jenis semu = Bk

( B k Ba )

=4969

(4969 - 3225)

= 2,849 gr

d Penyerapan air = Bj - Bk x 100 %

Bk

= 5040 4969x 100 %

4969

KELOMPOK 13 Page 56
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

= 1.429%

2.5.5 Pembahasan Berat Jenis dan Penyerapan Air Pada Agregat Kasar

Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dan volume air.
Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan campuran agregat dengan aspal,
karena pada ummnya direncanakan berdasarkan perbandingan berat dan juga untuk
menentukan banyak pori. Agregat dengan berat jenis yang kecil mempunyai volume yang
besar sehingga dengan berat yang sama membutuhka jumlah aspal yang lebih banyak. Dan
sebaliknya, agregat dengan berat jenis yang besar tidak membutuhkan jumlah aspal yang
banyak.Di samping itu agregat dengan kadarpori yang besar juga membutuhkan jumlah aspal
yang banyak.
Standar yang digunakan :
a. AM. Neville PROPERTIES OF CONCRETE
Bulk Specific Gravity (berat jenis kering permukaan jenuhberkisar antara 2,5-
3,00.
b. SK SNI T-5 1990-03
Pada pengerjaan perencanaan campuran beton, penyerapan air agregatkasar
(kerikil) adalah < 1,63 %
Dari hasil perhitungan penyerapan agregat kasar ini memenuhi, yaitu nilai standar SK
SNI T-15 1990-03, yaitu penyerapan agregat kasar ( kerikil ) adalah kurang dari 1,63 % yaitu
1,429%. Sehingga cocok untuk bahan campuran perkerasan jalan raya.
Tabel Hasil Pembahasan

KELOMPOK 13 Page 57
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Standar Hasil perhitungan Keteranga


n
Berat jenis curah 2,5-3 2,738 Memenuhi
Berat jenis jenuh permukaan - 2,777 -
Berat jenis semu - 2,849 -
Penyerapan < 1,63.% 1,429 % Memenuhi

APLIKASI LAPANGAN
Pengujian berat jenis agregat kasar dan halus ini, nantinya akan digunakan untuk
melakukan perhitungan selanjutnya (job mix), terutama pada pengolahan data pengujian
marshall, yaitu menentukan berat jenis maksimum campuran aspal dan agregat (teoritis) yang
nantinya akan menghasilkan nilai persentase rongga terhadap campuran.
2.6 TEST IMPACT

Test ini dilaksanakan untuk mengetahui kekuatan agregat yang akan dipakai di
lapangan untuk lapisan perkerasan jalan yang mana lapisan tersebut menahan beban
yang ada di jalan itu. Diantara beban yang ada, pengujian ini diperuntukan untuk
mengetahui kekuatan terhadap beban kejut.
Secara garis besar percobaan ini adalah ukuran butir agregat antara 1/2 dan 3/8
yang diletakkan dalam tabung penakar kemudian dijatuhi beban yang sudah ditentukan.
Setelah itu disaring dengan saringan no.8 dan ditimbang agregat yang tertahan saringan
no.8, kemudian dihitung nilai impact agregat tersebut.

2.6.1 Peralatan
1. Alat Impact
2. Sieve
3. Sieve 3/8
4. Sieve no.8
5. Pan dan cover
6. Kuas
7. Loyang
8. Timbangan
9. Oven

KELOMPOK 13 Page 58
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

2.6.2 Prosedur Percobaan


1. Siapakan agregat dengan ukuran butiran antara dan 3/8.
2. Atur kadar air agregat tersebut supaya berada dalam keadaan SSD (Saturated
Surface Dry).
3. Isi tabung penakar setinggi 1/3 bagian lalu tumbuk dengan batang penumbuk
sebanyak 25 kali tumbukan.Lakukan penumbukan dengan cara menyatukan batang
penumuk secara vertical dengan tinggi jatuh 50mm diatas agregat tadi secara
merata.
4. Ulangi prosedur pengisisan tersebut untuk lapisan 2 dan 3.Pada lapisan terakhir,
agregat yang melebihi tabung penakar dibuang atau diratakan dengan batang
penumbuk.Isi pori-pori yang terbentuk dengan kelebihan agregat tadi.
5. Timbang berat tabung penakar yang berisi agregat tadi lalu tentukan berat
agregatnya(A).
6. Masukan semua agregat kedalam mold penumbuk atau ditumbuk dengan batang
penumbuk sebanyak 25 kali hanya pada lapisan atas (tidak perlu dibuat 3 lapisan
seperti prosedur 3 dan 4).
7. Atur tinggi jatuh palu penumbuk 380mm di atas permukaan agregat dengan cara
mengatur posisi mur penjepit yang terdapat pada kedua tiang alat impact.
8. Putar counter agar menunjukan angka 000.
9. Lakukan penumbukan sebanyak 15 kali dengan interval waktu tidak kurang dari 1
detik.Palu penumbuk diangkat dengan cara menarik handel kiri dan kanan secara
bersamaan, ketika menyentuh pelatuk atas maka counter akan menunjukan angka
tumbukan dan palu pemadat akan jatuh secara otomatis.
10. Tumpahkan agregat tadi ke dalam loyang dengan cara mengetuk mold penumbuk,
bersihkan agregat yang tersisa dengan kuas.
11. Saring agregat tersebut dengan saringan no.8.
12. Timbang agregat yang tertahan saringan no.8 (B).
13. Hitung nilai Impact agregat tersebut.

Prosedur Perhitungan
Nilai impact agregat dihitung dengan rumus :

KELOMPOK 13 Page 59
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Nilai Impact =
Keterangan :
A = berat agregat
B = berat agregat yang tertahan saringan no.8
Prosedur pengujian test impact secara sederhana dapat dirumuskan dalam diagram alur.

Nilai Impact =
Keterangan :
A = berat agragat
B = berat agregat yang tertahan saringan no.8
Prosedur pengujian analisa saringan secara sederhana dapat dirumusakan dalam
diagram alur berikut ini:

KELOMPOK 13 Page 60
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

DIAGRAM ALUR PERCOBAAN IMPACT

Penyiapan agregat ukuran &3/8 dalam keadaan SSD

- Pengisian agregat pada tabung penakar tiap 3/8 bagian.


- Tumbuk dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali dengan tinggi jatuh 50mm.

Perataan agregat pada lapisan terakhir hingga pori-pori terisi

Timbang Agregat A

Masukan agregat dalam mold penumbuk

Memindahkan air dari bak perendam tumbuk 25 kali

Atur tinggi jatuh palu penumbuk 380mm

Putar counter pada angka 000

Lakukan penumbukan 15 kali dengan interval waktu < 1 detik

Tumpahkan agregat kedalam loyang hingga bersih

Saring agregat dengan saringan no.8 & timbang agregat yang tertahan B

2.6.3 Perhitungan dan Pelaporan


a. Hasil Percobaan

KELOMPOK 13 Page 61
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Berat
Berat Sampel semula (gram)
Berat Sampel (A) 311.1
Berat sampel setelah penekanan keras dan TERTAHAN
saringan 2,36 mm (B) 266.7
Berat Sampel setelah penekanan dan LOLOS saringan 2,36
mm ( C ) 44.4
AgGregate Impact Value = (A-B)/A (%) 14.272

a. Pengolahan Data

AB
Nilai yang tertahan 100
A

311.1266.7
= 100
311.1

= 14.272 %
Keterangan :
A = berat agregat
B = berat agregat yang tertahan saringan no. 8

2.6.4 Pembahasan Test Impact

Dari percobaan Test Impact yang telah dilakukan di laboratorium didapatkan berat
agregat dari benda uji I adalah sebesar 311.1 gram sedangkan berat agregat dari benda uji I
yang tertahan saringan no. 8 adalah sebesar 44,4 gram. Dari perhitungan didapatkan besarnya
nilai impact, yaitu sebesar 14,272 %. Dengan begitu diketahui bahwa nilai impact kurang dari
30% menunjukkan bahwa benda uji masih mampu menahan beban kejut dengan cukup baik.

APLIKASI DI LAPANGAN
Di jalan raya beban yang akan sering terjadi adalah beban kejut yang dihasilkan oleh
suspensi kendaran saat kendaraan tersebut berhenti. Karena kondisi tersebut, sangatlah
penting untuk mempertimbangkan besarnya beban kejut yang terjadi di jalan raya.Salah
satunya adalah dengan memperkirakan banyaknya agregat yang dapat menahan beban kejut
yang diakibatkan oleh kerja stomp.Dalam pekerjaan perkerasan jalan raya, dengan metode
penghamparan.Metode penghamparan dilakukan dengan cara menghamparkan agregat aspal
dipermukaan lapangan sebelum dicampur dengan aspal .

KELOMPOK 13 Page 62
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

BAB III
PENGUJIAN ASPAL

3.1 PENGUJIAN BERAT JENIS ASPAL

Pemeriksaan berat jenis aspal ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis aspal
keras yang terdapat pada laboratorium.

3.1.1 Peralatan
1 Thermometer 0C - 2000 C
2 Bak Perendam
3 Piknometer 24ml dan 25ml
4 Corong
5 Bejana Gelas

3.1.2 Prosedur Pengujian

1 Panaskan jenis aspal keras 50 gram sampai cair dan diaduk, pemanasan tidak boleh
lebih dari 30 menit pada suhu 56C di atas titik lembek.
2 Contoh tersebut dituang ke dalam piknometer yang kering hingga terisi bagian.
3 Bejana diisi dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas piknometer yang
tidak terendam adalah 40 mm, kemudian rendam dan jepit bejana dalam bak
perendam sehingga terendam 100 mm di mana suhu bak perendam adalah 25C.
4 Kemudian timbang piknometer dengan ketelitian 1 mg (A), sebelumnya bersihkan
dan keringkan piknometer tersebut.
5 Bejana diangkat dari bak perendam dan piknometer diisi dengan air suling,
kemudian piknometer ditutup tanpa tekan. Piknometer diletakan dalam bejana dan
tekan penutup hingga rapat.Bejana berisi piknometer dikembalikan ke dalam bak
perendam dan didiamkan 30 menit, kemudian piknometer diangkat dan
dikeringkan dengan lap dan timbang dengan ketelitian 1 mg (B).

KELOMPOK 13 Page 63
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

1/4
6 Benda uji dituangkan dalam piknometer yang telah kering hingga bagian,
biarkan piknometer sampai dingin selama 40 menit, kemudian timbang dengan
ketelitian 1 mg (C).
7 Piknometer yang berisi benda uji diisi dengan air suling dan ditutup tanpa tekan
dan biarkan hingga gelembung udara keluar.
8 Bejana diangkat dari bak perendam dan piknometer diletakan didalamnya,
kemudian tekan tutupnya hingga rapat.
9 Masukan dan diamkan bak bejana dalam bak perendam selama 30 menit,
kemudian piknometer diangkat, dikeringkan, dan ditimbag (D).

Prosedur Perhitungan
Berat jenis aspal dihitung dengan rumus :

Bj =
Keterangan:
= berat piknometer
B = berat piknometer + air
C = berat piknometer + aspal
D = berat piknometer + air + aspal

KELOMPOK 13 Page 64
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

PENGUJIAN BERAT JENIS ASPAL

Pengambilan sampel 50 gram

Panaskan contoh selama 30 menit


pada suhu 56oC di atas titik lembek

Timbang piknometer + tutup


dalam keadaan kosong

Piknometer yang berisi benda uji diisi


dengan air suling dan ditutup tanpa
Piknometer diisi dengan air suling
KELOMPOK tekanan. Setelah direndam 30 menit Page 65
dan ditutup 13
tanpa ditekan setelah
piknometer diangkat, dikeringkan dan
30 menit piknometer diangkat dan
ditimbang
ditimbang.
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Setelah pikno dikeringkan, diisi


dengan aspal 3/4 bagian. Setelah
dingin ditimbang.

Piknometer yang berisi benda uji diisi


dengan air suling dan ditutup tanpa
tekanan. Setelah direndam 30 menit
piknometer diangkat, dikeringkan dan
ditimbang

KELOMPOK 13 Page 66
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

KELOMPOK 13 Page 67
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

3.1.3 Perhitungan dan Pelaporan

A. Data Percobaan
BERAT JENIS BITUMEN KERAS DAN TER
Botol Pendek 25 ml Botol Panjang 25 ml
Keterangan (gram) (gram)
Berat Piknometer 40.9 37.9
Berat Piknometer + Air 64.8 59.8
Berat air/isi piknometer 23.9 21.9

Berat piknometer+contoh 56.7 51.7


Berat piknometer 40.9 37.9
Berat contoh 15.8 13.8

Berat piknometer+air+contoh 65.2 60.3


Berat piknometer+contoh 56.7 51.7
Isi Air 8.5 8.6

Isi Bitumen = Berat Air - Isi Air 15.4 13.3

BJ Aspal = Berat Contoh / Isi


1.03 1.04
Bitumen

B. Pengolahan Data Percobaan


Berat piknometer + air = 64.8 37.9
Berat piknometer = 40.9 59.8 -
Berat air/isi piknometer = 23.9 21.9

Berat piknometer +
56.7 51.7
contoh =
Berat piknometer = 40.9 37.9 -
Berat contoh = 15.8 13.8

Berat piknometer + air +


65.2 60.3
contoh =
Berat piknometer
56.7 51.7
+contoh = -
Berat air = 8.5 8.6

Isi Bitumen = 15.4 13.3

KELOMPOK 13 Page 68
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Berat Jenis = 1.03 1.04

Berat Jenis Aspal I = Berat contoh

Berat isi

= 15,8

15,4

= 1,03gr/cm3

Berat Jenis Aspal II = Berat contoh

Berat isi

= 13,8

13,3

= 1,04gr/cm3

Berat Jenis Aspal Rata-rata = Berat Jenis Aspal I + Berat Jenis Aspal II
2
= 1,03 + 1,04
2
= 1,035 gr/cm3

3.1.4 Pembahasan Berat Jenis Aspal


Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat volume aspal dan volume air.
Besarnya berat jenis aspal penting dalam perencanaan campuran agregat dan aspal, karena
pada umumnya berdasarkan perbandingan berat dan juga untuk menentukan kadar aspal
dalam suatu campuran. Dalam pengujian berat jenis aspal didapatkan hasil berat jenis
percobaan I adalah 1,03 gr/cm3dan berat jenis percobaan II adalah 1,04 gr/cm3.Maka berat
jenis rata-rata sebesar 1,035gr/cm3. Hasil tersebut sesuai dengan ketentuan yang
mensyaratkan berat jenis aspal >1 gr/cm3. (sumber : Silvia Sukirman . 2003 . Beton Aspal
Campuran Panas hal 116 tabel 4.9)

KELOMPOK 13 Page 69
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

APLIKASI LAPANGAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui berat jenis aspal di laboratorium, yang
nantinya dipergunakan dalam perhitungan selanjutnya (job mix), terutama pada pengolahan
data uji marshall, dimana nilai berat jenis aspal ini digunakan untuk mendapatkan berat jenis
maksimum (teoritis) aspal dan agregat, yang nantinya mendapatkan hasil akhir berupa
persentase rongga terhadap campuran.

3.2 PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL

Test kelembekan ditujukan untuk suhu kelembekan dari aspal. Pada


umumnya dilaksankan dengan ball dan ring. Pelaksanaanya yaitu boal dengan berat dan
ukuran yang telah diketahui dan ring yang mempunyi ukuran dan standart pula.
Aspal dicetak dalam ring tersebut dan bola diletakakan diatasnya dan dimasukkan air
dan dipanaskan serta diukur temperaturnya. Pengukuran tes kelembekan ditentukan
pada saat bola melalui ring yaitu pada temperatur pemanasan.

3.2.1 Peralatan
1 Termometer
2 Cincin Kuningan
3 Bola baja diameter 9,53 mm,berat 3,5 0,05 gram
4 Alat pengarah bola
5 Bejana gelas, tahan panas mendadak dengan diameter dalam 8,5 m dengan tinggi
sekurang-kurangnya 12 cm,kapasitas 80 ml.
6 Dudukan benda uji
7 Penjepit

3.2.2 Persiapan Benda Uji


Benda uji yang digunakan adalah aspal atau ter sebanyak 25gram yang dipersiapkan
dengan cara sebagai berikut:
1 Panaskan contoh perlahan-lahan sambil diaduk terus-menerus hingga cair merata,
dengan ketentuan pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-lahan agar
gelembung-gelembung udara tidak masuk.
KELOMPOK 13 Page 70
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

2 Waktu pemanasan ter tidak boleh lebih dari 30 menit, sedangkan untuk aspal tidak
boleh melebihi 2 jam.
3 Panaskan kedua buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh, dan letakan kedua
cincin di atas plat kuningan yang telah diberi lapisan dari campuran talk dan
clyceron.
4 Tuangkan contoh ke dalam dua buah cincin, diamkan pada suhu sekurang-kurangnya
30 menit.
5 Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang telah
dipanaskan.

3.2.3 Prosedur Pengujian


1 Pasang dan atur kedua benda uji di atas kedudukannya dan letakan pengarah bola
di atasnya, kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut ke dalam bejana gelas.
2 Isi bejana dengan air suling baru, dengan suhu (5+1)C hingga tinggi permukaan
air berkisar antara 101,6 mm sampai 108 mm,
3 Letakan termometer yang sesuai untuk pekerjaan ini diantara kedua benda uji
(+12,7) mm dari setiap cincin, periksa dan arur jarak antara permukaan plat dasar
dengan dasar benda uji sehingga menjadi 25,4 mm.
4 Letakan bola-bola baja yang bersuhu 5C di atas dan di tengah permukaan masing-
masing benda uji yang bersuhu 5C menggunakan penjepit dengan memasang
kembali pemasang bola, tahan temperatur 5C 1C selama 15 menit.
5 Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5C per menit, kecepatan
pemanasan ini tidak boleh diambil dari kecepatan pemanasan rata-rata dari awal
sampai akhir pekerjaan ini, untuk 3 menit pertama perbedaan kecepatan pemanas
tidak boleh melebihi 5C per menit.
6 Apabila kecepatan pemanas melebihi ketentuan nomor 5, maka pekerjaan diulang.
7 Apabila dari suatu pekerjaan bouble perbedaan suhu dalam cara pengujian ini
melebihi 1C maka pekerjaan diulang.

KELOMPOK 13 Page 71
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Prosedur pengujian titik lembek secara sederhana dapat dirumuskan dalam diagram
alur berikut:
DIAGRAM ALUR PERCOBAAN TITIK LEMBEK ASPAL

Ambil aspal cair (suhu 140C)

Masukan ke dalam ring

Dipasang alat uji titik lembek yang sebelumnya dimasukan gotri

Masukan kedalam bejana untuk mencapai suhu 5C

Letakan bejana di atas pemanas dan catat suhunya setiap menitnya, hingga aspal tersebut jatuh(lepas dari rin

KELOMPOK 13 Page 72
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL

Pengambilan sampel
sebanyak 25 gram

Sampel dipanaskan sampai


mencapai suhu 140oC

Pasang dan atur kedua benda uji di


atas dudukannya, letakkan
pengarah bola di atasnya dan
masukkan seluruh peralatan
KELOMPOK 13 Page 73
tersebut ke dalam bejana gelas
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Isi Bejana dengan air suling,


letakkan thermometer diantara
kedua benda uji (dari kedua

Isi bejana dgn air suling, letakkan

termometer di antara kedua benda

uji (dari kedua cincin)

KELOMPOK 13 Page 74
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

3.2.4 Perhitungan dan Pelaporan


A. Data Percobaan

Waktu (detik)
Nomor Suhu yang diamati (C)
I II
1 5 0 0
2 10 187.29 187.29
3 15 344.27 344.27
4 20 453.18 453.18
5 25 549.17 549.17
6 30 632.51 632.51
7 35 715.94 715.94
8 40 800.48 800.48
9 45 882.98 882.98
10 47 911.24 911.24
11 47.1 919.57

KELOMPOK 13 Page 75
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

B. Pengolahan Data Percobaan


Sampel I
Percobaan dimulai pada suhu : 5C
Waktu
Nomor Suhu yang diamati (C)
(detik)
1 5 0
2 10 187.29
3 15 344.27
4 20 453.18
5 25 549.17
6 30 632.51
7 35 715.94
8 40 800.48
9 45 882.98
10 47 911.24

KELOMPOK 13 Page 76
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Titik Lembek Sampel I


90
80
70
60
50 GRAFIK TITIK LEMBEK
ASPAL DAN TER
Suhu (C) 40
STANDART
30
20
10
0
0 200 400 600 800 1000

Waktu (Detik)

Sampel II

KELOMPOK 13 Page 77
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Waktu
Nomor Suhu yang diamati (C)
(detik)
1 5 0
2 10 187.29
3 15 344.27
4 20 453.18
5 25 549.17
6 30 632.51
7 35 715.94
8 40 800.48
9 45 882.98
10 47 911.24
11 47.1 919.57

Titik Lembek Sampel II


90
80
70
60
50 GRAFIK TITIK LEMBEK
ASPAL DAN TER
Suhu(C) 40
STANDART
30
20
10
0
0 200 400 600 800 1000

Waktu (Detik)

KELOMPOK 13 Page 78
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Rata-rata
Waktu (detik)
Nomor Suhu yang diamati (C)
I II
1 5 0 0
2 10 187.29 187.29
3 15 344.27 344.27
4 20 453.18 453.18
5 25 549.17 549.17
6 30 632.51 632.51
7 35 715.94 715.94
8 40 800.48 800.48
9 45 882.98 882.98
10 47 911.24 911.24
11 47.1 919.57

KELOMPOK 13 Page 79
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Rata-rata
90
80
70
60
50
GRAFIK TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER STANDART
Suhu (C) 40

30
20
10
0
0 200 400 600 800 1000

Waktu (Detik)

3.2.5 Pembahasan Titik Lembek


a. Pembahasan Hasil Perhitungan
KELOMPOK 13 Page 80
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Dalam pelaksanaan pengujian terhadap aspal, yang dimaksudkan dengan titik lembek
adalah suhu dimana aspal dalam cincin yang diletakkan secara horizontal di air yang
dipanaskan secara teratur menjadi lembek karena beban bola baja dengan diameter 9.35 mm
dan berat 3.5 gram yang diletakkan diatasnya, sehingga lapisan aspal tersebut jatuh melalui
jarak 2.54 cm (1 inchi). Nilai titik lembek dapat bervariasi antara 30 oC sampai 200oC),
tergantung nilai penetrasi (SNI).(sumber :PA-0302-76 (AASHTO T-53-74 / ASTM D-36-70)
Dari kedua aspal yang diuji mempunyai nilai penetrasi yang sama belum tentu
mempunyai titik lembek yang sama juga. Aspal dengan nilai titik lembek yang tinggi
menunjukkan bahwa dengan titik lembek yang lebih tinggi menggambarkan bahwa aspal
kurang peka terhadap perubahan temperature, kondisi tersebut lebih baik untuk bahan
pengikat konstruksi perkerasan jalan raya. Sebaliknya, jika aspal dengan titik lembek yang
lebih rendah maka aspal tersebut akan lebih rentan terhadap pengaruh temprature yang
berubah. Bila aspal cepat menjadi lembek dan cepat pula menjadi keras maka waktu
pelaksanaan pencampuran harus dipercepat untuk menghindari penggumpalan yang tidak
diinginkan.
Titik lembek aspal berguna untuk memastikan pada suhu berapa aspal akan melembek
atau meleleh. Khususnya di Indonesia yang beriklim tropis, dimanatemperature pada saat
musim kemarau/ panas akan cukup tinggi. Panas tersebut akan mempengaruhi suhu
permukaan pada aspal. Dengan mengetahui nilai titik lembek aspal, kita dapat mengantisipasi
keadaan aspal. Sehingga jangan sampai aspal yang digunakan akan melembek karena
pengaruh suhu. Kondisi lembek pada jalan akan memungkinkan memungkinkan terjadinya
bleeding jika terkena beban kejut yang besar dari kendaraan.
Dari pengujian titik lembek aspal yang telah dilakukan didapat nilai titik lembek aspal
adalah 47 oC dan 47,1C.
Tabel Hasil Pembahasan
Standar Hasil pengamatan Keterangan
48 C - 58 C
Penetrasi 60 47 C Memenuhi
46 C - 54 C
Penetrasi 80 47,1C Memenuhi
b. Pembahasan Grafik
Pada grafik pengujian titik lembek dapat dilihat proses kenaikkan suhu aspal ketika
percobaan dan proses kenaikkan suhu standart dalam pengujian ini. Waktu yang diperlukan

KELOMPOK 13 Page 81
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

untuk mencapai nilai titik lembek aspal I adalah 911,24 detik = 15, 187 menit dan waktu yang
diperlukan untuk mencapai nilai titik lembek aspal II adalah 919,57 detik = 15, 326 menit .
Standar waktu untuk mencapai suhu yang sama untuk mencapai nilai titik lembek aspal I
adalah 684 detik = 11,4 menit dan standar waktu untuk mencapai suhu yang sama untuk
mencapai nilai titik lembek aspal II adalah 685,2 detik = 11, 42 menit . Selisih waktu titik
lembek aspal I adalah 3,787 menit dan selisih waktu titik lembek aspal II adalah 3, 906 menit.
Pada percobaan yang dilakukan waktu yang ditempuh lebih lambat dibanding dengan
standart prosedur yang ada. Selisih waktu 1,65 menit. Hal ini terjadi dikarenakan penyebaran
panas oleh bunsen tidak merata atau memusat pada daerah tertentu saja. Ketidakmerataan
panas yang diterima bejana berisi air, aspal, dan ring juga dipengaruhi dari kondisi peralatan
praktikum yang digunakan. Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi hal itu adalah karena
benda uji itu sendiri.

3.3 PENENTUAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR

KELOMPOK 13 Page 82
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Pengujian titik nyala dann titik bakar bertujuan untuk menentukan titik bakar dan
titik nyala dari aspal beton. Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-
kurangnya 5 detik pada suatu titik diatas permukaan aspal.
Titik nyala dan titik bakar perlu diketahui untuk menentukan temperatur
maksimum pemanasan aspal sehingga aspal tidak terbakar. Pengujian titik nyala dan
titik bakar sebaiknya dilakukan di ruang gelap sehingga nyala api pertama dapat terlihat
dengan jelas.

3.3.1 Peralatan
1 Termometer
2 Cawan Kuningan
3 Gas Burner
4 Penahan Angin

3.3.2 Prosedur Percobaan


1 Panaskan contoh aspal antara 148.9C dan 176C sampai cukup air.
2 Isi cawan Cleveland sampai garis dan hilangkan gelembung udara yang ada di
permukaannya.
3 Letakkan cawan di atas plat pemanas dan atur posisi gas burner sehingga terletak di
bawah titik tengah cawan.
4 Letakkan termometer tegak lurus di atas benda uji dengan jarak 6,4 mm di atas
cawan, dan terletak pada satu garis yang menghubungkan titik tengah cawan dan
titik poros gas burner, kemudian aturlah letak termometer agar berjarak diameter
cawan dari tepi.
5 Tempatkan penahan angina di depan nyala penguji.
6 Nyalakan gas burner dan atur pemanasan sehingga kenaikan suhu teratur 15C per
menit sampai suhu 56C di bawah titik nyala perkiraan.
7 Atur pemanasan 5C - 6C per menit suhu antara 56C dan 28C di bawah titik
nyala yang telah diperkirakan.
8 Atur nyala Bunsen (2,3 4,8) mm.
9 Putar nyala Bunsen melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi cawan) dalam waktu
1 detik. Ulangi pekerjaan tersebut tiap kenaikan temperatur 2C.

KELOMPOK 13 Page 83
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

10 Ulangi prosedur no.8 sampai no.10 sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di
atas permukaan benda uji. Baca temperatur dan catat sebagai titik nyala.
11 Lanjutkan prosedur no.10 sampai terlihat nyala agak lama, kurang lebih selama 5
detik di atas permukaan benda uji. Baca temperature dan catat sebagai titik
bakarnya.
Prosedur pengujian titik nyala dan titik bakar secara sederhana dapat dirumuskan dalam
diagram alur berikut ini :

DIAGRAM ALUR PENENTUAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR

Memanaskan contoh aspal (sampai cair 140C) aspal cair dimasukkan dalam cawan Cleveland sampai dingin

Cawan diletakkan pada pelat pemanas, diatur posisinya

Meletakkan termometer tegak lurus dengan jarak 6,4 mm di atas cawan dan diameter cawan dari tepi

Menyalakan gas burner dan mengatur pemanasan sebagai kenaikan suhu 15C per
menit sampai suhu 56C

Mengatur kecepatan pemanasan 5C sampai 6C per menit pada suhu antara


56C dan 28C di bawah nyala perkiraan dan nyala api (2,3 4,8) mm

3.3.3 Perhitungan dan Pelaporan


A. Data Percobaan

KELOMPOK 13 Page 84
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

PEMERIKSAAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR


Waktu (menit) Suhu (C) Titik Nyala (C) Titik Bakar (C)
0 0
1 40
2 41
3 41
4 42
5 52
6 80
7 164
8 177
9 179
10 179
11 180
12 184
13 190
14 197
15 202
16 208
17 213
18 219
19 223
20 227
21 230
22 234
23 238
24 241
25 243
26 245
27 248
28 251
29 254
30 259
31 263
32 268
33 269
34 271
35 274
36 273
37 276
38 281
39 282
40 283
41 284
42 285

KELOMPOK 13 Page 85
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

43 286
44 287
45 291
46 297
47 306
48 312
49 316
50 322
51 322
52 322
53 323
54 324 324
55 324
56 328
57 334
58 338
59 342
60 348 348

B. Pengolahan Data Percobaan


Waktu (menit) Suhu (C) Titik Nyala (C) Titik Bakar (C)
0 0
1 40
2 41
3 41
4 42
5 52
6 80
7 164
8 177
9 179
10 179
11 180
12 184
13 190
14 197
15 202
16 208
17 213
18 219
19 223
20 227

KELOMPOK 13 Page 86
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

21 230
22 234
23 238
24 241
25 243
26 245
27 248
28 251
29 254
30 259
31 263
32 268
33 269
34 271
35 274
36 273
37 276
38 281
39 282
40 283
41 284
42 285
43 286
44 287
45 291
46 297
47 306
48 312
49 316
50 322
51 322
52 322
53 323
54 324 324
55 324
56 328
57 334
58 338
59 342
60 348 348

KELOMPOK 13 Page 87
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Titik Bakar
350
300
250
200
suhu (C) 150
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

Titik Nyala
350
300
250
200
suhu (C) 150
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60

waktu (menit)

KELOMPOK 13 Page 88
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

KELOMPOK 13 Page 89
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Titik Nyala dan Titik Bakar


350
300

250
200 grafik titik Bakar
suhu (C) 150 standart
grafik titik nyala
100
50

0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

3.3.4 Pembahasan Titik Nyala dan Titik Bakar


Besar Titik nyala dan titik bakar diperlukan untuk memperkirakan temperatur maksimum
pemanasan aspal sehingga aspal tidak terbakar, yang dapat menyebabkan menurunnya
kualitas aspal.
Proses pencampuran aspal beton dilakukan pada suhu aspal sekitar 100oC sampai 140oC.
Tetapi suhu ini tergantung pada jenis aspal.Karena titik nyalanya jauh di atas 140 oC, maka
aspal yang diuji tersebut dapat digunakan sebagai campuran aspal beton.Titik nyala minimum
menurut menurut tabel pentrasi adalah 200(untuk pen.60) dan 225(untuk pen.80).
(sumber :SNI 06-2433-1991)
KELOMPOK 13 Page 90
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Dari pengujian titik nyala dan titik bakar aspal yang telah dilakukan didapat nilai titik
nyala aspal adalah 324 oC pada menit ke-54 sedangkan nilai titik bakar aspal adalah 348 oC
pad menit ke-60.

Tabel Hasil Pembahasan Titik Nyala

Standar Hasil Pengamatan Keterangan


Penetrasi 60 >200C 324 C Memenuhi
Penetrasi 80 >225C

APLIKASI LAPANGAN
Pada kondisi di lapangan, nilai titik nyala dan titik bakar dibutuhkan pada saat
pencampuran agregat dan aspal dalam kondisi panas (hot mix). Karena dengan
mengetahui titik nyala dan titik bakar, dapat diketahui pada suhu berapa jenis aspal
tersebut akan mengeluarkan nyala api.Artinya pada saat pengerjaan di lapangan, ketika
membakar aspal, suhu bakar tidak boleh melebihi suhu nyala aspal. Yang apabila pada
saat pencampuran, suhu terus di naikkan melewati batas titik nyala aspal tersebut, maka
akan menyebabkan aspal terbakar dan apabila aspal mulai terbakar. Terbakarnya aspal
akibat kenaikan suhu yang terus menerus menurunkan kualitas dari aspal yang
digunakan.Uji relatif mudah terbakar menunjukkan apakah aspal telah tercemar dengan
produk ringan, ditambahkan untuk meningkatkan stabilitas. Ditentukan oleh pemanasan
aspal, di bawah kondisi standar, dan mengamati apa suhu uap menyala. Selain itu hal ini
dapat membahayakan bagi para pekerja proyek.

3.4 PENGUJIAN PENETRASI ASPAL


Percobaan penetrasi bertujuan untuk menentukan kekasaran relatif atau fisik
suatu semen asapal, dengan jalan mengukur jarak tembus sebuah jarum standart tegak
lurus dalam contoh aspal dibawah kondisi - kondisi suhu, pembebanan dan waktu yang
diketahui. Bila kondisi - kondisi lainya tidak disebutkan secara khusus maka hal itu
berarti nilai penetrasi atau pengukuran yang dilakukan pada suhu 25 0 C bahwa
jarum yang dibebani 100 gram dibebani dengan 100 gram dan pembebanan
berlangsung selama lima detik. Hal ini dikenal sebagai penetrasi normal. Satuan

KELOMPOK 13 Page 91
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

penetrasi adalah 1/10 mm, maka makin lunak, makin besar semen aspal dapat
diklasifikasikan menjadi gradasi - gradasi berdasarkan kekasarannnya .
Di Indonesia, aspal semen biasanya dibedakan berdarakan nilai penetrasinya
yaitu :
1 AC dengan penetrasi antara 40-50
2 AC dengan penetrasi antara 60-70
3 AC dengan penetrasi antara 85-100
4 AC dengan penetrasi antara 120-150
5 AC dengan penetrasi antara 200-300
Aspal dengan penetrsi rendah digunakan di daerah bercuaca panas atau lalu -
lintas dengan volume tinggi, sedang aspal semen dengan penetrasi tinggi digunakan
untuk daerah yang bercuaca dingin ataupun lalu lintas dengan volume yang rendah.
Di Indonesia pada umumnya digunakan aspal semen dengan penetrsi 60/70 dan
80/100

3.4.1 Peralatan
1 Alat penetrasi yang dapat menggerakkan jarum naik turun tanpa gesekan dan dapat
mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
2 Pemegang jarum seberat (47.5 + 0.05) gram yang dapat dilepas dengan mudash dasri
alat penetrasi untuk peneraan.
3 Pemberat dari (50 + 0.05) gram dan (100 + 0.05) gram masing-masing dipergunakan
untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gram dan 200 gram.
4 Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 440 C atau HRC 54 sampai 60
dengan ukuran dan bentuk tertentu. Ujung jarum harus berbentuk kerucut
terpancung.
5 Cawan contoh dibuat dari logam atau gelas berbetnuk silinder dengan dasar yang
rata-rata berukuran sebagai berikut :

Penetrasi Diameter Dalam


Di bawah 200 55 mm 35 mm
200 - 300 70 mm 45 mm

6 Bak perendam (waterbath) diisi tidak kurang dari 10 liter. Pelat-pelat berlubang,
terletak 50 mm di atas bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah bejana.

KELOMPOK 13 Page 92
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

7 Tempat air untuk benda uji dengan isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang
cukup untuk merendam benda uji.
8 Pengukuran waktu (syop watch)
9 Pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stopwatch dengan skala pembagian
terkecil 0.1 detik atau kurang dari kesalahan tertinggi 0.1 detik per menit.
Pengukuran penetrasi dengan alat otomatis, kesalahan alat tidak boleh lebih dari 0.1
detik.
10 Pengukuran suhu (termometer)

3.4.2 Pembuatan Benda Uji


1 Panaskan contoh dan aduk perlahan lahan hingga cukup air.
- Pemanasan contoh untuk ter, tidak boleh lebih dari 600C di atas titik lunak dan
untuk bitumen tidak lebih dari 900C di atas titik lunak.
- Waktu pemanasantidak lebih dari 30 menit.
2 Tuangkan contoh ke dalam tempat contoh, dan diamkan sampai dingin ; tinggi
contoh tidak kurang dari angka penetrasi ditambah dengan 10 mm.
3 Tutuplah benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1 jam
sampai dengan 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 jam sampai dengan 2 jam
untuk benda uji besar.

3.4.3 Prosedur Pengujian


1 Masukkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan letakkan tempat air tersebut
dalam bak perendam yang telah ditentukan suhunya, diamkan selama 1 jam sampai
dengan 1,5 jam untuk benda uji besar.
2 Pasanglah jarum penetrasi pada pemegangnya dengan baik dan bersihkan dengan
pelarut atau toluena kemudian disikat atau lap hingga kering.
3 Pasanglah pemberat 50 gram di atas jarum untuk beban (100+ 0.1) gram.
4 Pindahkan tempat air dari bak perendam di bawah alat penetrasi.
5 Jarum penetrasi diturunkan perlahan lahan hingga menyentuh permukaan benda
uji.
6 Aturlah arloji penetrometer dengan angka nol.
7 Lepaskan pemegang jarum, bersamaan dengan itu jalankan stopwatch selama
(5+0.1) detik.
8 Putarlah arloji penetrometer dan baca angka penetrasi yang ditunjukkan oleh jarum
pada arloji.
9 Lepaskan jarum pada pegangannya dan siapkan alat penetrasi untuk pekerjaan yang
selanjutnya.

KELOMPOK 13 Page 93
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

10 Lakukan pekerjaan di atas tidak kurang dari tiga kali untuk benda uji yang sama.
Jarak titik pemeriksaan satu sama lain dan dari tepi tidak kurang dari 10 mm.
Catatan
1 Laporkan angka penetrasi rata rata dari sekurang kurangnya 3 pembacaan.
2 Perbedaan pembacaan tidak boleh melebihi ketentuan di bawah ini :

Hasil Penetrasi 0 - 49 50 - 149 150 249 200


Toleransi 2 4 6 8

Apabila perbedaan antara masing masing pembacaan melebihi toleransi,


pemeriksaan harus diulang.
3 Termometer untuk bak perendam harus ditera secara teratur.
4 Alat penetrasi dan alat pemeriksaan ini hanya boleh dipakai bitumen dengan
penetrasi kurang dari 150. Untuk bitumen dengan penetrasi 350 sampai 500 harus
dilkaukan dengan alta lain.
5 Pembacaan stopwatch lebih dari (5+0.1) detik, hasilnya tidak berlaku.

PENGUJIAN PENETRASI ASPAL

KELOMPOK 13 Page 94
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Contoh Sampel Aspal dipanaskan sampai dengan


suhu 140oC

Aspal dimasukkan kedalam


cawan dan dibiarkan dingin

KELOMPOK 13 Page 95
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Sampel diletakkan di bawah


jarum penetrasi dalam keadaan Pengujian penetrasi aspal

3.4.4 Perhitungan dan Pelaporan


A. Data Percobaan
PENETRASI BAHAN BITUMEN

Penetrasi pada suhu 25 C Nilai


Nomor
massa 100 gram selama 5 detik Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
1 Pengamat 1 66 68 69
2 Pengamat 2 62 65 61
3 Pengamat 3 64 65 66
4 Pengamat 4 70 70 69

B. Pengolahan Data Percobaan


PENETRASI BAHAN BITUMEN

Penetrasi pada suhu 25 C Nilai


Nomor Sampel
massa 100 gram selama 5 detik Sampel 1 Sampel 2
3
1 Pengamat 1 66 68 69
2 Pengamat 2 62 65 61
3 Pengamat 3 64 65 66
4 Pengamat 4 70 70 69
Rata - rata 65.5 67.0 66.3

KELOMPOK 13 Page 96
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

3.4.5 Pembahasan Penetrasi Aspal


Percobaan penetrasi bahan bitumen digunakan guna menentukan kekerasan relatif atau
keadaan fisik aspal semen, pengamatan dilakukan dengan mengukur jarak tembus suatu
jarum standar pada alat uji penetrasi tegak lurus dalam contoh aspal pada kondisi, suhu,
pembebanan, dan waktu yang telah diketahui. Bila kondisi lain tidak disebutkan secara
khusus, maka penetrasi dilakukan pada suhu 25oC. Pembebanan dilakukan selama 5 detik
dengan berat beban 100 gram, pengamatan ini dikenal sebagai penetrasi normal. Satuan
penetrasi adalah 0.1 mm. Makin lunak aspal , maka nilai penetrasi akhir pengamatan
akansemakin besar. Berlaku pula hal sebaliknya.Apabila makin keras sampel aspal yang
diamati, maka makin kecil angka penetrasinya.
Di Indonesia, aspal semen diklasifikasikan menjadi gradasi-gradasi berdasarkan nilai
penetrasinya (Perkerasan Jalan Lentur, Silvia Sukirman, 1999, halaman 63), yaitu sebagai
berikut :
AC dengan penetrasi 40 50
AC dengan penetrasi 60 70
AC dengan penetrasi 80 100
AC dengan penetrasi 120 150
Dari pengujian penetrasi aspal yang telah dilakukan didapat nilai penetrasi aspal untuk
sampel 1 sebesar 66 , untuk sampel 2 sebesar 68 dan untuk sampel 3 sebesar 69. Dan rata
rata nilai penetrasi dari ketiga sampel tersebut sebesar 67,6667.Maka, aspal dapat
diklasifikasikan ke gradasi berdasarkan nilai penetrasinya ke dalam klasifikasi AC dengan
penetrasi 60-70. Sehingga aspal tersebut Memenuhi spesifikasi penetrasi 60 70.

Jenis Persyaratan
No. Satuan Metode
Pengujian Pen 40 Pen 60 Pen 80 Pen 120 Pen 200
Penetrasi,
0,01 SNI 06-
1 25C, 100 40 59 60 - 79 80 - 99 120 150 200 300
mm 2456-1991
gr, 5 detik
Titik SNI 06-
2 C 51 63 50 - 58 46 - 54 120 150 200 300
lembek 2434-1990
SNI 06- Min. Min.
3 Titik Nyala C Min. 225 218 117
2433-1991 200 200
4 Daktilitas, cm SNI 06- Min. Min. Min. 100 Min. 100 -

KELOMPOK 13 Page 97
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

25C 2432-1992 100 100


Kelarutan
dalam SNI 06-
5 % berat Min. 99 Min. 99 Min. 99 Min. 99 Min. 99
Trichlor 2438-1993
Ethylen
Penurunan
berat SNI 06- Maks. Maks. Maks.
6 % berat Maks. 1,3 Maks. 1,3
(dengan 2441-1994 0,8 0,8 0,1
TFOT)
Penetrasi
setelah SNI 06-
7 % asli Min. 58 Min. 54 Min. 50 Min. 46 Min. 40
penurunan 2456-1995
berat
Daktilitas
setelah SNI 06-
8 cm - Min. 50 Min. 75 Min. 100 Min. 100
penurunan 2432-1996
berat
SNI 06- Min. Min.
9 Berat jenis Min. 1,0 - -
2488-1997 1,0 1,0

APLIKASI LAPANGAN
Aspal dengan penetrasi rendah digunakan untuk daerah bercuaca panas atau lalulintas
dengan volume tinggi, sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi digunakan untuk
daerah bercuaca dingin atau lalulintas dengan volume rendah.
Syarat-syarat aspal semen keras yang diberikan oleh Dirjen Bina Marga-DPU adalah
sebagai berikut :
1 Aspal keras harus berasal dari minyak bumi
2 Aspal harus mempunyai sifat sejenis
3 Kadar parafin dalam aspal tidak melebihi 2%
4 Tidak mengandung air dan tidak berbusa jika dipanaskan sampai 75%
Aspal di Indonesia biasa diperoleh dengan proses destilasi minyak bumi menghasilkan
beberapa macam aspal berdasarkan atas sifat-sifatnya yang berbeda-beda. Salah satunya
adalah Aspal Keras (AC/Asphalt Cement) dan aspal ini terbagi atas beberapan sifat dan
dinyatakan dalam bentuk penetrasi, contoh: AC 40/50, AC 60/70, AC 85/100, AC 120/150,
AC 200/300. AC dengan penetrasi rendah dipakai untuk daerah yang memiliki cuaca panas
dan volume lalu lintasnya tinggi, sedangkan AC dengan penetrasi tinggi dipakai untuk daerah

KELOMPOK 13 Page 98
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

dingin atau untuk volumenya rendah.Dari jenis aspal terdapat beberapa sifat di atas,
berdasarkan kesesuaian dengan kondisi jalan.
Aspal mempunyai sifat thermoplastic yaitu bersifat kental atau keras bila temperature
berkurang dan akan bersifat lunak/cair apabila temperature bertambah. Dengan penambahan
suhu misal terjadi pada kondisi lapangan suatu perkerasan lentur, maka terjadi sifat
thermoplastic dan apabila di barengi dengan penambahan beban, maka dimungkinkan terjadi
deformasi pada perkerasan lentur.
Campuran beraspal panas didefinisikan sebagai kombinasi antara agregat yang dicampur
merata dan dilapis dengan aspal keras.Untuk mengeringkan agregat dan mencairkan aspal
agar mudah dicampur dan dipadatkan dengan baik maka bahan tersebut harus dipanaskan
sebelum pencampuran.
Hal ini sejalan dengan sifat yang dimiliki aspal, yaitu sangat dipengaruhi oleh
temperatur. Disamping itu, kekakuan aspal dipengaruhi juga oleh lamanya waktu
pembebanan. Berhubung aspal merupakan bagian dari campuran beraspal yang berfungsi
sebagai bahan pengikat butiran agregat maka sifat campuran pun akan mengalami
perubahan sejalan dengan berubahnya temperatur dan lamanya waktu pembebanan (M.
Sjahdanulirwan 2009)

1 AC pen 40/50, yaitu AC dengan penetrasi antara 40-50.

2 AC pen 60/70, yaitu AC dengan penetrasi antara 60-70.

3 AC pen 85/100, yaitu AC dengan penetrasi antara 85-100.

4 AC pen 120/150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120-150.

AC pen 200-300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200-300Persyaratan Aspal Keras / Aspal
Cemen

3.5 PENGUJIAN DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN


Tujuannya untuk mengukur jarak terpanjang yang dapat ditari antar dua
cetakan yang berisi bitumen keras sebelum putus pada suhu dan kecepatan tarik
tertentu. Disamping itu juga untuk mengetahui sifat kohesif aspal. Daktilitas aspal

KELOMPOK 13 Page 99
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

yang lebih besar akan mengikat butir - butir agregat dengan lebih baik, tetapi lebih
peka terhadap perubahan temperatur.

3.5.1 Peralatan
1 Termometer
2 Mold daktilitas kuningan
3 Bak perendam berisi 10 liter air yang dapat menjaga suhu tertentu selama pengujian
dengan ketelitian 0.18oC dan benda uji dapat direndam sekurang-kurangnya 10 cm
dibawah permukaan air. Bak tersebut dilengkapi dengan plat dasar yang berlubang
yang diletakkan 5 cm dari dasar bak perendam untuk meletakkan benda ujij.
4 Mesin uji daktilitas dengan ketentuan sebagai berikut :
Dapat menarik benda uji dengan kecepatan tetap
Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulakan getaran
selama pemeriksaan
5 Gliserin dan talk

3.5.2 Pembuatan benda uji


1 Melapisi semua benda uji dalam cetakan daktilitas dan bagian atas plat dasar dengan
campuran gliserin dan talk.
2 Melapisi semua bagian dalam cetakan daktilitas dan bagian atas plat dasar dengan
memanaskan contoh aspal kira-kira 100 gram sehingga cair dan dapat dituang.
Untuk menghindari pemansan setempat dilakukan dengan hati-hati. Pemanasan
dilakukan sanpai suhuantarea 80oC sampai dengan 100oC di atas titik lembek.
Kemudian contoh disaring dengan saringan no 5 dan diaduk, kemudian dituangkan
dalam cetakan. Pada waktu mengisi contoh dituan dengan hati-hati dari ujung ke
ujung hingga penuh berlebihan.
3 Mendinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30-40 menit, lalu
pindahkanseluruhnya kedalam bak perendam yang telah disiapakan pada suhu
pemeriksaan 25oC selama 30 menit, kemudian ratakan contoh yang berlebihan
dengan spatula yang panas sehingga cetakan terisi penuh dan rata.

3.5.3 Prosedur pengujian

KELOMPOK 13 Page 100


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

1 Benda uji didiamkan pada suhu 25oC dalam bak perendam selama 85 menit sampai
dengan 95 menit, kemudian lepaskan benda uji dari plat dasar dan sisi-sisi
cetakannya.
2 Memasang benda uji pada mesin uji dan menarik benda secara teratur dengan
kecepatan 5 cm permenit sampai benda uji putus, dengan perbedaan 5 % masih
diijinkan. Membaca jarak antara pemegang cetakan sampai benda uji putus atau
melampaui mistar ukur. Selama percobaan berlangsung benda uji harus selalu
terendam sekurang-kurangnya 2.5 cm darii air dan suhu harus dipertahankan tetap
25oC.
Catatan
Apabila benda uji menyentuh dasar mesin uji atau terapung pada permukaan air maka
pengujian dianggap tidak sesuai atau tidak normal. Untuk menghindari hal tersebut maka
berat jenis air harus disesuaikan dengan berat jenis benda uji dengan menambahkan
gliserin. Apabila pemerikasaan normal tidak berhasil setelah dilakukan 3 kali, maka
dilaporkan bahwa pengujian daktilitas bitumen tersebut gagal.
Prosedur pengujian daktilitas bahan-bahan bitumen secara sederhana dapat
dirumuskan dalam diagram alur berikut ini :

DIAGRAM ALUR
PENGUJIAN DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN

Memanaskan aspal

Melapisi cetakan dengan campuran gliserin dan talk

Menuangkan aspal ke dalam cetakan hingga penuh

Mendinginkan benda uji pada suhu ruang

Merendam benda uji pada suhu 25oC selama 30 menit


KELOMPOK 13 Page 101

Menarik benda uji dengan kecepatan 5 cm/menit


Membaca
Memasang
jarak sampai
benda
sampai uji
dengan
benda pada
uji benda
mesinuji
putus ujiputus
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

KELOMPOK 13 Page 102


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

PENGUJIAN DAKTILITAS BAHAN BITUMEN

Aspal dipanaskan
80oC- 100oC di atas
titik lembek

Cetakan dilapisi
dengan Vaselin atau
sabun krim

Aspal yang telah


dipanaskan
dituang kedalam

KELOMPOK 13 Page 103


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Sampel didinginkan
selama 40 menit dalam
alat uji tarik

Dilakukan penarikan
benda uji sampai
putus

3.5.4 Perhitungan dan Pelaporan


A. Data Percobaan
PEMERIKSAAN DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN
Daktilitas pada 25 C, 5 cm per menit Pembacaan pengukuran pada alat
Pengamat 1 > 1500 mm
Pengamat 2 > 1500 mm
Pengamat 3 > 1500 mm

B. Pengolahan Data Percobaan


PEMERIKSAAN DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN
Daktilitas pada 25 C, 5 cm per menit Pembacaan pengukuran pada alat
Pengamat 1 > 1500 mm
Pengamat 2 > 1500 mm
Pengamat 3 > 1500 mm
Rata-rata > 1500 mm

3.5.5 Pembahasan Daktilitas

KELOMPOK 13 Page 104


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Daktilitas atau kekenyalan aspal adalah kohesi dari partikel-partikel aspal yang
berusaha untuk terus bersatu agar tidak sampai terlepas satu sama lainnya, dimana keadaan
terlepasnya antara partikel aspal tersebut disebut kondisi putus.
Daktilitas aspal sangat diperlukan dalam suatu campuran bahan perkerasan jalan
dimana aspal sebagai bahan perekat dari agregat yang ada. Gaya kohesi dari aspal tersebut
berusaha untuk mempertahankan agregat tetap ditempatnya dan tidak sampai terlepas.
Sehingga semakin tinggi nilai daktilitas aspal maka semakin baik mutu aspal tersebut sebagai
suatu bahan perekat atau pengikat campuran bahan perkerasan jalan.
Pengujian benda uji dilakukan didalam bak perendam pada suhu 25C ditarik dengan
menggunakan mesin uji pada kecepatan 5 cm per menit sampai benda uji putus.
Pada pengamatan, benda uji detarik menggunakan alat uji sampai melebihi dari batas
ukur alat uji. Benda uji ditarik sampai 1500 mm yang merupakan batas maksimal mesin uji,
akan tetapi benda uji tersebut tidak putus. Hal ini menunjukkan bahwa sifat kohesi dari benda
uji tersebut sangat tinggi ,besarnya sifat kohesi sangat baik untuk bahan campuran perkerasan
jalan. Karena dengan kondisi tersebut jalan tidak mudah pecah atau retak, akan membentuk
ikatan yang baik antara agregat dengan aspal berdasarkan standar minimal untuk daktilitas
adalah 1000mm sesuai dengan SNI berdasarkan nilai penetrasinya (pen 60-70).
(sumber : SNI 06-2432-1992).
Dari pengujian daktilitas aspal yang telah dilakukan didapat nilai daktilitas aspal untuk
sampel 1 sebesar >1500 mm , untuk sampel 2 sebesar > 1500 mm dan untuk sampel 3 sebesar
> 1500 mm. Dan rata rata nilai daktilitas dari ketiga sampel tersebut sebesar > 1500 mm.
Maka, aspal tersebut Memenuhi klasifikasi (pen60-70) .(sumber : Silvia Sukirman . 2003 .
Beton Aspal Campuran Panas hal 116 tabel 4.9)

KELOMPOK 13 Page 105


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

BAB IV
PENGUJIAN CAMPURAN AGREGAT DAN ASPAL

4.1 TEST MARSHALL


Test marshall digunakan untuk mengetahui ketahanan campuran aspal terhadap
stabilitas dalam hubungannya dengan kelelahan plastis. Data-data lain yang diperoleh
seiring dengan test marshall adalah kadar aspal, berat isi dan persen ronggga dalam
agregat. Dari data tesebut dibuat grafiknya dan dibuat pula kurva kontroll dengan
batas batas ketentuan.
Dari hasil itu kita akan mendapatkan batas batas persentase kandungan aspal
yang memenuhi syarat yag ditentukan. Yang sangat menentukan untuk mengetahui
persentase kandungan aspal yang memenuhi syarat yang ditentukan.Yang sangat
menentukan persentase kandungan aspal curve dari kurva air void dan voidfilled. Yang
lainnya berfungsi untuk pengontrol, apakah pada penentuan persentase aspal yang
telah didapat itu masih masuk pada batas batas ketentuan yang yang disyaratkan

KELOMPOK 13 Page 106


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

seperti untuk kelelahan plastis dan kestabilitasnya. Kelelehan plastis (flow) yaitu
keadaan yang dinyatakan dalam mm atau 0.01 (AASSHTO)

4.1.1 Peralatan
1. 3 buah cetakan benda uji yang berdiameter 10 cm (4) dan 7.5 cm (3) lengkap
dengan plat alas dan leher sambung.
2. Landasan pemadat terdirir dari balok kayu (jati atau sejenis) berukuran 20 x 20 x 45
cm, dilapisi dengan plat baja berukuran 30 x 30 x 2.5 cm dan diikat pada lantai beton
dengan 4 bagian siku.
3. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk yang rata berbentuk silinder, berat
4.356 kg (10 pounds), tinggi hatuh bebas 45.7 cm (18).
4. Alat pengeluar benda uji (ekstruder).
5. Bak predam (waterbath), lengkap dengan pengatur suhu.
6. Mesin pengaduk (mixer), kapasitas 10 liter.
7. Mesin tekan dengan :

a. Cincin penguji (proving ring) berkapasitas 2500 kg dengan ketelitian 12.5 kg


b. Kepala penekan berbentuk lengkung
c. Arloji kelelehan dengan ketelitian 1.25 mm
8. Oven dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi sampai (200+3)oC.
9. Cawan
10. Timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 0.1 gram dilengkapi dengan
penggantung benda uji.
11. Thermometer berkapasitas 250oC dan 100oC dengan ketelitian 1% dari kapasitas dan
dibuat dari logam.
12. Hot plate (baja plat pemanas).
13. Sarung tangan karet dan asbes.
14. Sendok aduk

4.1.2 Pembuatan Benda Uji


1. Persiapan benda uji.

KELOMPOK 13 Page 107


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Keringkan agregat sampai beratna tetap pada suhu (105+5) oC, pisahkan agregat
dengan caara penyaringan kering ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki atau
seperti berikut:
1 sampai
sampai
sampai 3/8
no. 4 sampai no. 8
no. 8 sampai no. 30
no. 30 sampai no. 50
no. 50 sampai no. 100
no. 100 sampai no. 200
no. 200 sampai pan
2. Penentuan suhu pencampuran dan pemadatan
Suhu pencampuran dan pemadatan harus ditentukan sehingga bahan pengikat yang
dipakai menghasilkan viskositas yng disyaratkan.
3. Persiapan pencampuran
Untuk tiap benda uji diperlukan agregat sebanyak 1200 gram sehingga
menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 6.35 + 0.125 cm (2.5 + 0.05).
Panaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 28 oC di atas suhu
pencampur untuk aspal panas dan ter, lalu diaduk sampai merata. Untuk aspal
dingin panaskan sampai 14 oC di atas suhu ppencampuran.
Sementara itu, panaskan aspal sampai suhu pencampuran.
Tuangkan aspal sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah
dipanaskan tersebut.
Aduklah dengan cepat sampai agregat terlapis merata.
4. Pemadatan benda uji
Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk
dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 93.3oC dan 148.9oC.
Letakkan selembar kertas kering atau kertas penghisap yang sudah digunting
menurut aturan cetakan ke dalam dasar cetakan.

KELOMPOK 13 Page 108


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran


keras-keras dengan spatula yang dipanaskan atau aduklah dengan sendok
semen 15 kali keliling pinggirannya dan 10 kali di bagian dalamnya.
Lepaskan lehernya dan ratakan permukaan campuran dengan menggunakan
sendok semen menjadi bentuk yang sedikit cembung. Waktu akan dipadatkan,
suhu campuran berada dalam batas-batas suhu pemadatan.
Lakukan cetakan di atas landasan pemadat.
Lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 75 atau 35 sesuai dengan
kebutuhan dengan tinggi jatuh 45 cm, selama pemadatan tahanlah agar palu
pemadat selalu tegak lurus pada alat cetakan. Lepaskan keping alas dan
lehernya, baliklah cetakan yang berisi benda uji dan pasanglah yang sudah
dibalik ini, tumbuklah dengan jumlah tumbukkan yang sama.
Sesudah pemadatan lepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar benda
uji.
Lepaskan benda uji pada tempat yang rata dan biarkan selama kira-kira 24 jam
pada suhu ruang.

4.1.3 Prosedur Pengujian


1. Bersihkan benda uji dari kotoran yang menempel.
2. Berikan tanda pengenal pada masing-masing benda uji.
3. Ukurlah tinggi atau tebal benda uji dengan ketelitian 0.1 mm.
4. Timbang benda uji.
5. Rendam dalam air kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
6. Timbang dalam air untuk mendapatkan volumenya.
7. Timbang benda uji dalam kondisi jenuh permukaan kering.
8. Rendamlah benda uji aspal panas dalam bak perendam selama 30 menit sampai 40
menit atau panaskan di dalam oven selama 2 jam dengan suhu tetap (60+1)oC.
9. Keluarkan benda uji dari bak perendam atau oven dan letakkan ke dalam segmen
bawah penekan.
10. Pasang segmen atas diatas benda uji dan letakkan keduanya dalam mesin penguji.

KELOMPOK 13 Page 109


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

11. Pasang arloji kelelehan (flowmeter) pada kedudukannya pada salah satu batang
penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol.
12. Naikkan kepala penekan beserta benda ujinya sehingga menyentuh alas cincin
penguji sebelum pembebanan.
13. Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sebesar 50 per menit
sampai pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan.
14. Catat pembebanan maksimum.
15. Lepaskan selubung tangkai arloji kelelehan pada saat pembebanan mencapai
maksimum dan catat nilai kelelehan yang ditunjukkan oleh jarum arloji kelelehan.

KELOMPOK 13 Page 110


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Prosedur pengujian campuran aspal dengan alat Marshall sederhana dapat dirumuskan
dalam diagram alur berikut ini:
DIAGRAM ALUR
PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL

Dibuat 9 benda uji dengan 3 macam persentase

Aspal dipanaskan hingga 140oC dan agregat dipanaskan sampai 160oC, kemudian dicampu

Dipadatkan dengan cara ditumbuk 75 kali un

Dikeluarkan lalu didinginkan dan

Dikeringkan d

Ditimbang dan diukur tingg

Ditimbang

Dimasukkan dalam waterbath s

Uji pada

KELOMPOK 13 Page 111


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

PENGUJIAN MARSHAL

Pengambilan agregat kasar dan


agregat halus

Agregat diayak untuk mendapatkan


agregat tiap-tiap saringan yang
ditetapkan

Agregat ditimbang untuk


menentukan berat masing-masing
agregat yang telah disaring

KELOMPOK 13 Page 112


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Setelah ditimbang, agregat dicampur


sesuai komposisinya seberat 1200
gram

Agregat dipanaskan sampai suhu


160oC dan aspal dipanaskan pada
suhu 140oC

KELOMPOK 13 Page 113


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Aspal ditambahkan 5 %, 6 %,
dan 7 % kemudian dicampur
dengan agregat

Campuran dimasukkan kedalam


mold untuk dipadatkan

Benda uji tersebut dipadatkan dengan


alat Asphalt Compactor

KELOMPOK 13 Page 114


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Setelah ditumbuk sebanyak 75 kali,


benda uji dikeluarkan dan setelah
agak dingin benda uji diukur dan
ditimbang

Dimasukkan dalam
waterbath,
selama 30 menit

Kemudian diuji dengan alat


tekan Marshall

KELOMPOK 13 Page 115


Setelah 30 menit, benda uji diangkat dari
waterbath, kemudian diuji stabilitas dan
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

4.1.4 Perhitungan dan Pelaporan

a. Hasil Percobaan

No. Kadar Berat Tinggi Berat Diameter Pembacaan Dial


Berat
Benda Aspal Kering Benda Uji Dalam Air Benda
SSD(gram) Stabilitas Flow
Uji (%) (gram) (cm) (gram) Uji (cm)
1 5 1061.2 5.5 1063.2 575 10.275 103.5 410
2 5 1057.3 5.62 1060.5 617 10.22 102 595
3 5 1060 5.645 1062.7 622 10.235 111 490
4 6 1050.1 5.805 1060.1 606 10.085 95 600
5 6 1044.1 5.615 1056.6 602 10.2 97 750
6 6 1037.2 5.44 1040.6 607 10.25 89 490
7 7 1099.1 5.775 1101.4 650 10.18 106 526
8 7 1075.1 5.615 1076 637 10.135 89 461
9 7 1064.2 5.475 1065.7 627 10.17 97 338

KELOMPOK 13 Page 116


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

KELOMPOK 13 Page 117


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

TABEL PENGOLAHAN DATA MARSHAL

Berat
Volum
Kadar Berat Benda Berat (100-
Berat Benda e Kandunga
Kadar Aspal Aspal Benda Uji Uji Isi BJ (bxg)/b b)*g/
Uji SSD Benda n rongga
(%) Dalam Kering dalam Benda Teoritis j aspal bj
(gram) Uji (%)
Campuran (gram) Air Uji agregat
(cm3)
(gram)
A B C D E F G H I J K
4.7619047 2.1826 10.088 89.501
5 1061.2 1063.2 575 488.2 2.1737 0.40967
6 4 9 4
4.7619047 2.3839 2.4013 11.064 88.213
5 1057.3 1060.5 617 443.5 0.72153
6 9 2 9 5
4.7619047 2.4052 2.4200 11.163 88.223
5 1060 1062.7 622 440.7 0.61266
6 6 9 7 7
5.6603773 2.3124 2.3645 12.758 85.039
6 1050.1 1060.1 606 454.1 2.20216
6 9 6 2 7
5.6603773 2.2967 2.3616 12.671
6 1044.1 1056.6 602 454.6 84.579 2.74967
6 4 8 3
5.6603773 2.3920 2.4109 13.197 86.018
6 1037.2 1040.6 607 433.6 0.78413
6 7 7 2 7
6.5420560 2.4348 2.4473 15.525 83.964
7 1099.1 1101.4 650 451.4 0.50953
7 7 4 8 7
6.5420560 2.4489 2.4540 15.615 84.179
7 1075.1 1076 637 439 0.20501
7 7 1 7 3
6.5420560 2.4341 84.190
7 1064.2 1065.7 627 438.7 2.4258 15.468 0.34192
7 3 1

KELOMPOK 13 Page 118


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

TABEL PENGOLAHAN DATA MARSHAL

%
Px Tebal Stabilita
% rongga rongga Dial Angka
% rongga terisi Stabilita angka benda Dial Keleleha s/
terhadap terhadap stabilita korelas
aspal s (kg) korelas uji flow n (mm) keleleha
agregat campura s (div) i
i (kg) (mm) n [q/r]
n
L M N O P Q S R T
10.498567 0.40966 286.719
9 96.09786617 8 103.5 1175.55 1.276 1500 5.5 410 4.1 1
11.786470 0.72153 1422.0 194.707
3 93.87829231 3 102 1158.51 1.2275 7 5.62 595 5.95 8
11.776335 0.61266 257.292
9 94.79751868 2 111 1260.73 1.2181 1535.7 5.645 490 4.9 4
2.20215 1251.6 179.834
14.960322 85.28000855 8 95 1079.01 1.16 5 5.805 600 6 3
15.420984 1355.1 146.896
9 82.16929688 2.74967 97 1101.72 1.23 2 5.615 750 7.5 2

KELOMPOK 13 Page 119


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

13.981346 0.78413 1316.6 206.297


7 94.39157858 3 89 1010.86 1.3025 4 5.44 490 4.9 5
16.035310 0.50952 1408.6 228.886
3 96.82247546 6 106 1203.94 1.17 1 5.775 526 5.26 5
15.820739 1243.3
5 98.70416051 0.205011 89 1010.86 1.23 6 5.615 461 4.61 219.275
15.809896 0.34191 1417.9 325.953
3 97.83730835 9 97 1101.72 1.287 2 5.475 338 3.38 1

KELOMPOK 13 Page 120


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

b. Pengolahan data
Analisa Tabel
Contoh perhitungan diambil dari nomer benda uji 1, dengan data-data sebagai berikut ini :
Kadar Aspal (a) = 5%
Berat Agregat = 1000 gram
Berat Jenis Aspal = 1.033 gr/cm3
Berat Kering Benda Uji (c) = 1061.2gram
Berat SSD Benda Uji (d) = 1063.2 gram
Berat Benda Uji dalam Air (e) = 575 gram
Tinggi Benda uji = 55 mm

Persentase Aspal terhadap Campuran


Berat Aspal = kadar aspal berat agregat
= 5% 1000 gram
= 50 gram

Berat Agregat + Aspal = 1000 gram + 50 gram


= 1050 gram

Kadar Aspal dalam Campuran =

=
= 4.762% (b)

Volume Benda Uji

Volume =

KELOMPOK 13 Page 121


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

= 488.2 cm3 (f)


Berat Isi Benda Uji

Berat Isi =

=
= 2.1737 gram/cm3 (g)
Berat Jenis Agregat
Berat Agregat = % agregat berat kering benda uji
= (100 4.762)% 1061.2 gram
= 95.238% 1061.2 gram
= 1010.667gram
Volume Agregat = volume campuran volume aspal

=
= 436.946cm3

Berat Jenis Agregat =

=
= 2.313 gram/cm3

Berat Jenis Maksimum (Teoritis)

BJ =

KELOMPOK 13 Page 122


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

= 2.18264 gram/cm3 (h)

=
= 10.0889 % (i)

=
= 89.5014 % (j)

Jumlah Kandungan Rongga = 100% (i) (j)


= 100% 10,0889 % 89.5014%
= 0.40967% (k)

Persentase Rongga terhadap Agregat = 100% (j)


= 100% 89.5014%
= 10.499% (l)

Persentase Rongga terisi Aspal =

=
= 96.0979% (m)

Persentase Rongga terhadap Campuran =

KELOMPOK 13 Page 123


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

= 0.4097% (n)

Pembacaan Arloji Stabilitas = 103.5 div (o)

Kalibrasi Alat = 25,0,4 lbf/div, 1 lbf = 0.45359kg


Kalibrasi Alat = 25,04 0,45359
= 11,3578936 kg/div

Stabilitas = pembacaan dial stabilitas kalibrasi alat


= 103.5 div 11,3578936 kg/div
= 1175.55kg (p)

Tebal Benda Uji = 55mm (s)


Angka korelasi benda uji didapatkan dengan menggunakan interpolasi linier sebagai
berikut

Perhitungan angka korelasi


Tebal Benda Uji = 55 mm (s)
Angka korelasi benda uji didapatkan dengan menggunakan interpolasi linier sebagai
berikut :

Tebal Benda Uji AngkaKorelasi


54 1.32
55 x
55.6 1.25

Maka didapatkan :

x = 1.25 + 1.32-1.25)
= 1.25 + 0.02625
= 1.276

KELOMPOK 13 Page 124


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Stabilitas = (p) angka korelasi benda uji


= 1175.55kg 1.276
=1500kg (q)
Kelelehan = pembacaan dial flow 0.01
= 410 0.01
= 4.1 mm (r)

=
= 286.719kg/mm (t)

ANALISA REGRESI POLINOMIAL


1. Analisa Persentase Aspal terhadap Rongga Terisi Aspal
9 b0 + 54 b1 + 330 b2 = 839.979
54 b0 + 330 b1 + 2052 b2 = 5048.461
330 b0 + 2052 b1 + 12966 b2 = 30920.447

Setelah dihitung dengan matriks didapatkan :


b0 = 405.425148
b1 = -107.479996
b2 = 9.07597557

Maka diperoleh persamaan :


y = b0 + b1 x + b2 x2
= 405.425148 -107.4799969x + 9.07597557x2

JK total =
= 262.00073

KELOMPOK 13 Page 125


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

JK regresi =
= 177.04545

JK galat = JK total JK regres


= 84.955284

R2 = =0,6757441

2. Analisa Persentase Aspal terhadap Rongga dalam Campuran


9 b0 + 54 b1 + 330 b2 = 8.536
54 b0 + 330 b1 + 2052 b2 = 50.530
330 b0 + 2052 b1 + 12966 b2 = 301.858

Setelah dihitung dengan matriks didapatkan :


b0 = - 49.4302202
b1 = 17.2286368
b2 = -1.44526705

Maka diperoleh persamaan :


y = b0 + b1 x + b2 x2
= - 49.4302202 + 17.2286368x - 1.44526705x2

JK total =
= 6.4109435

JK regresi =
KELOMPOK 13 Page 126
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

= 4.2563483

JK galat = JK total JK regresi


= 2.1545952

R2 = = 0,675441
3. Analisa Persentase Aspal terhadap Kelelehan
9 b0 + 54 b1 + 330 b2 = 46600
54 b0 + 330 b1 + 2052 b2 = 277900
330 b0 + 2052 b1 + 12966 b2 = 1685400

Setelah dihitung dengan matriks didapatkan :


b0 = -43.7666667
b1 = 16.9166667
b2 = -1.43333333

Maka diperoleh persamaan :


y = b0 + b1 x + b2 x2
= -43.7666667 + 16.9166667 x -1.43333333 x2

JK total =
= 11.542156

JK regresi =
= 4.5905556

JK galat = JK total JK regresi


= 6.9516

KELOMPOK 13 Page 127


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

R2 = =0.39777208

4. Analisa Persentase Aspal terhadap Stabilitas


9 b0 + 54 b1 + 330 b2 = 10102.899
54 b0 + 330 b1 + 2052 b2 = 60339.125
330 b0 + 2052 b1 + 12966 b2 = 367276.444

Setelah dihitung dengan matriks didapatkan :


b0 = 4511.0003
b1 = -1102.66793
b2 = 88.024135

Maka diperoleh persamaan :


y = b0 + b1 x + b2 x2
= 4511.0003 + -1102.66793 x + 88.024135x2

JK total =
= 57535.38

JK regresi =
= 28402.181

JK galat = JK total JK regresi


= 29133.199

R2 = = 0.4936472

5. Analisa Persentase Aspal terhadap Stabilitas Kelelehan

KELOMPOK 13 Page 128


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

9 b0 + 54 b1 + 330 b2 = 2045.862
54 b0 + 330 b1 + 2052 b2 = 12310.566
330 b0 + 2052 b1 + 12966 b2 = 75588.603

Setelah dihitung dengan matriks didapatkan :


b0 = 2822.94806
b1 = -887.65659
b2 = 74.462985

Maka diperoleh persamaan :


y = b0 + b1 x + b2 x2
= 2822.94806 -887.65659x + 74.462985x2

JK total =
= 24450.642

JK regresi =
= 11298.278

JK galat = JK total JK regresi


= 13152.364

R2 = = 0.4620851

6. Analisa Persentase Aspal terhadap rongga dalam agregat


9 b0 + 54 b1 + 330 b2 = 126.090
54 b0 + 330 b1 + 2052 b2 = 770.144
330 b0 + 2052 b1 + 12966 b2 = 4784.221

KELOMPOK 13 Page 129


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Setelah dihitung dengan matriks didapatkan :


b0 = -40.804943
b1 = 16.2634028
b2 = -1.1663312

Maka diperoleh persamaan :


Y = b0 + b1 x + b2 x2
= -40.804943+ 16.2634028x - 1.1663312x2

JK total =
= 35.778592

JK regresi =
= 33.568053

JK galat = JK total JK regresi


= 2.2105391

R2 = =0.9382162

7. Analisa Persentase Aspal terhadap Berat Jenisagregat


9 b0 + 54 b1 + 330 b2 = 23.356
54 b0 + 330 b1 + 2052 b2 = 140.774
330 b0 + 2052 b1 + 12966 b2 = 864.081

Setelah dihitung dengan matriks didapatkan :


b0 = 2.56899947
b1 = -0.1015782
b2 = 0.01733375

KELOMPOK 13 Page 130


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Maka diperoleh persamaan :


y = b0 + b1 x + b2 x2
= 2.56899947 -0.1015782x + 0.01733375x2

JK total =
= 0.1209405

JK regresi =
= 0.0685609

JK galat = JK total JK regresi


= 0.0523796

R2 = =0.5668977

1. Tabel % Aspal terhadap Rongga Terisi Aspal

X Y X2 X3 X4 XY X2Y Y2
5 96.098 25 125 625 480.489 2402.447 9234.800
5 93.878 25 125 625 469.391 2346.957 8813.134
5 94.798 25 125 625 473.988 2369.938 8986.570
6 85.280 36 216 1296 511.680 3070.080 7272.680
6 82.169 36 216 1296 493.016 2958.095 6751.793
6 94.392 36 216 1296 566.349 3398.097 8909.770
7 96.822 49 343 2401 677.757 4744.301 9374.592
7 98.704 49 343 2401 690.929 4836.504 9742.511
7 97.837 49 343 2401 684.861 4794.028 9572.139
54 839.979 330 2052 12966 5048.461 30920.447 78657.988

2. Tabel % Aspal terhadap Rongga Dalam Campuran

X Y X2 X3 X4 XY X2Y Y2

KELOMPOK 13 Page 131


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

5 0.410 25 125 625 2.048 10.242 0.168


5 0.722 25 125 625 3.608 18.038 0.521
5 0.613 25 125 625 3.063 15.317 0.375
6 2.202 36 216 1296 13.213 79.278 4.850
6 2.750 36 216 1296 16.498 98.988 7.561
6 0.784 36 216 1296 4.705 28.229 0.615
7 0.510 49 343 2401 3.567 24.967 0.260
7 0.205 49 343 2401 1.435 10.046 0.042
7 0.342 49 343 2401 2.393 16.754 0.117
54 8.536 330 2052 12966 50.530 301.858 14.507

3. Tabel % Aspal terhadap Kelelehan (Flow)

X Y X2 X3 X4 XY X2Y Y2
5 4.100 25 125 625 20.500 102.500 16.810
5 5.950 25 125 625 29.750 148.750 35.403
5 4.900 25 125 625 24.500 122.500 24.010
6 6.000 36 216 1296 36.000 216.000 36.000
6 7.500 36 216 1296 45.000 270.000 56.250
6 4.900 36 216 1296 29.400 176.400 24.010
7 5.260 49 343 2401 36.820 257.740 27.668
7 4.610 49 343 2401 32.270 225.890 21.252
7 3.380 49 343 2401 23.660 165.620 11.424
54 46.600 330 2052 12966 277.900 1685.400 252.827

4. Tabel % Aspal terhadap Stabilitas

X Y X2 X3 X4 XY X2Y Y2
5 1175.548 25 125 625 5877.741 29388.703 1381913.396
5 1158.511 25 125 625 5792.556 28962.780 1342148.192
5 1260.733 25 125 625 6303.664 31518.319 1589447.124
6 1079.006 36 216 1296 6474.033 38844.199 1164252.925
6 1101.721 36 216 1296 6610.329 39661.972 1213790.113
6 1010.858 36 216 1296 6065.147 36390.881 1021833.509
7 1203.943 49 343 2401 8427.601 58993.207 1449478.767
7 1010.858 49 343 2401 7076.005 49532.033 1021833.509
7 1101.721 49 343 2401 7712.050 53984.350 1213790.113
54 10102.899 330 2052 12966 60339.125 367276.444 11398487.649

KELOMPOK 13 Page 132


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

5. Tabel % Aspal terhadap Stabilitas / Kelelehan

X Y X2 X3 X4 XY X2Y Y2
5 286.719 25 125 625 1433.595 7167.976 82207.817
5 194.708 25 125 625 973.539 4867.694 37911.113
5 257.292 25 125 625 1286.462 6432.310 66199.380
6 179.834 36 216 1296 1079.006 6474.033 32340.359
6 146.896 36 216 1296 881.377 5288.263 21578.491
6 206.298 36 216 1296 1237.785 7426.710 42558.663
7 228.887 49 343 2401 1602.206 11215.439 52389.031
7 219.275 49 343 2401 1534.925 10744.476 48081.531
7 325.953 49 343 2401 2281.672 15971.701 106245.415
54 2045.862 330 2052 12966 12310.566 75588.603 489511.801

6. Tabel % Aspal terhadap Rongga Dalam Agregat

X Y X2 X3 X4 XY X2Y Y2
5 10.499 25 125 625 52.493 262.464 110.220
5 11.786 25 125 625 58.932 294.662 138.921
5 11.776 25 125 625 58.882 294.408 138.682
6 14.960 36 216 1296 89.762 538.572 223.811
6 15.421 36 216 1296 92.526 555.155 237.807
6 13.981 36 216 1296 83.888 503.328 195.478
7 16.035 49 343 2401 112.247 785.730 257.131
7 15.821 49 343 2401 110.745 775.216 250.296
7 15.810 49 343 2401 110.669 774.685 249.953

KELOMPOK 13 Page 133


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

54 126.090 330 2052 12966 770.144 4784.221 1802.299

7. Tabel % Aspal terhadap Berat Jenis Agregat

X Y X2 X3 X4 XY X2Y Y2
5 2.313 25 125 625 11.565 57.826 5.350
5 2.574 25 125 625 12.869 64.346 6.625
5 2.597 25 125 625 12.983 64.913 6.742
6 2.565 36 216 1296 15.392 92.354 6.581
6 2.562 36 216 1296 15.371 92.225 6.563
6 2.623 36 216 1296 15.741 94.445 6.883
7 2.710 49 343 2401 18.971 132.798 7.345
7 2.719 49 343 2401 19.032 133.227 7.392
7 2.693 49 343 2401 18.850 131.949 7.251
54 23.356 330 2052 12966 140.774 864.081 60.732

KELOMPOK 13 Page 134


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Hubungan Persentase Aspal terhadap Rongga Terisi Aspal


100
f(x) = 9.08x^2 - 107.48x + 405.43
90 R = 0.68

80

70
Rongga Terisi Aspal (%)
60

50

40
4.0 5.0 6.0 7.0 8.0

Prosentase Aspal (%)

Hubungan Persentase Aspal terhadap Rongga dalam Campuran

Rongga dalam Campuran (%)


2
f(x) = - 1.45x^2 + 17.23x - 49.43
R = 0.66
1

0
4.0 5.0 6.0 7.0 8.0

Prosentase Kadar Aspal (%)

KELOMPOK 13 Page 135


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

f(x) =
R = 0
Hubungan Persentase Aspal terhadap Kelelehan (Flow)
8

5
Kelelehan (mm) 4

1
4.0 5.0 6.0 7.0 8.0

Prosentase Kadar Aspal (%)

f(x) =
R = 0
Hubungan Persentase Aspal terhadap Stabilitas

1200

1100

1000

900
S tabilitas (kg)
800

700

600

500
4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0

Prosentase Kadar Aspal (%)

KELOMPOK 13 Page 136


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Hubungan Persentase Aspal terhadap Stabilitas : Kelelehan


350

300

250
f(x) = 74.46x^2 - 887.66x + 2822.95
R = 0.46
200

S tabilitas/Kelelehan (kg/mm)
150

100

50

0
4.0 5.0 6.0 7.0 8.0

Prosentase Kadar Aspal (%)

Hubungan Presentase Aspal terhadap rongga dalam agregat


17.000

16.000
f(x) = - 1.17x^2 + 16.26x - 40.8
15.000 R = 0.94
14.000
Rongga dalam agregat 13.000

12.000

11.000

10.000
4 5 6 7 8
Presentase aspal (%)

KELOMPOK 13 Page 137


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Hubungan Presentase Aspal terhadap berat jenis agregat


2.800

2.700
f(x) = 0.02x^2 - 0.1x + 2.57
2.600 R = 0.57

2.500
Berat je nis agregat 2.400

2.300

2.200

2.100
4 5 6 7 8

Pre se ntas e Aspal (%)

KELOMPOK 13 Page 138


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

4.1.5 Pembahasan Test Marshall

Pengujian dengan alat Marshall dilakukan sesuai dengan prosedur Bina Marga.
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik campuran, menentukan ketahanan
atau stabilitas terhadap kelelehan plastisitas (flow) dari campuran aspal. Hubungan antara
ketahanan (stabilitas) dan kelelehan plastisitas (flow) adalah berbanding lurus, semakin besar
stabilitas, semakin besar pula flownya, dan begitu juga sebaliknya. Jadi semakin besar nilai
stabilitasnya maka aspal akan semakin mampu menahan beban, demikian juga sebaliknya.
Dan jika flow semakin tinggi maka aspal semakin mampu menahan beban.
Dari hasil pengamatan pada pengujian Marshall kemudian dibuat grafik hubungan
antara persentase kadar aspal dengan persentase rongga terisi aspal (VFA), persentase rongga
dalam campuran (VIM), kelelehan (flow), stabilitas, dan perbandingan antara stabilitas dan
kelelehan (MQ). Berikut ini penjelasan dari data data diatas:
Void Filled with Aspalt (VFA). VFA adalah rongga terisi aspal pada campuran setelah
mengalami proses pemadatan yang dinyatakan dalam persen terhadap rongga antar
butiran agregat (VMA), sehingga antara nilai VMA dan VFA mempunyai ikatan yang
sangat erat. Faktor faktor yang mempengaruhi VFA antara lain kadar aspal, gradasi
agregat, energi pemadat (jumlah dan temperatur pemadatan), dan absorbi agregat.
Mengecilnya nilai VMA pada kadar aspal yang tetap, berakibat memperbesar
persentase rongga terisi aspal.
Void In the Mix (VIM). VIM menunjukkan persentase rongga dalam campuran. Nilai
VIM berpengaruh terhadap keawetan dari campuran aspal agregat, semakin tinggi
nilai VIM menunjukkan semakin besar rongga dalam campuran sehingga campuran
bersifat porrous.
Kelelehan (flow) adalah deformasi vertikal yang terjadi mulai awal pembebanan
sampai kondisi stabilitas menurun, yang menunjukkan besarnya deformasi yang
terjadi pada lapis perkerasan akibat menahan beban yang diterimanya. Besarnya nilai
flow dinyatakan dalam mm atau 0,01. Nilai flow dipengaruhi oleh kadar aspal,
viscositas aspal, gradasi agregat, jumlah dan temperatur pemadatan.
Stabilitas merupakan kemampuan lapis perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa
mengalami perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) seperti gelombang, alur
(rutting), maupun mengalami bleeding. Nilai stabilitas dipengaruhi oleh kohesi atau
penetrasi aspal, kadar aspal, gesekan (internal friction), sifat saling mengunci
KELOMPOK 13 Page 139
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

(interlocking) dari partikel partikel agregat, bentuk dan tekstur permukaan, serta
gradasi agregat.
Marshall Quotient (MQ). Nilai MQ menyatakan sifat kekakuan suatu campuran. Bila
nilai MQ terlalu tinggi, maka campuran akan cenderung teralu kaku dan mudah retak.
Sebaliknya bila nilai MQ terlalu rendah, maka perkerasan menjadi terlalu lentur dan
cenderung kurang stabil.
Dari hasil yang telah didapatkan tersebut dapat diperoleh kadar aspal optimum
berdasarkan kriteria diatas, untuk kemampuan campuran yang sesuai dengan SNI 03-1737-
1989.
Persyaratan campuran lapis aspal untuk lalu lintas berat berdasarkan buku SNI 03-
1737-1989 Tabel IV adalah sebagai berikut :
Rongga terisi aspal = > 75%
Rongga dalam campuran = 3% - 5%
Kelelehan = 2mm 4 mm
Stabilitas = > 550 kg
Stabilitas Kelelehan = 200 kg/mm 350 kg/mm
Dalam perencanaan campuran aspal yang ideal maka harus memenuhi syarat antara
lain stabilitas yang tinggi, fleksibilitas yang rendah, rongga pori yang kecil, dan rongga dalam
campuran yang kecil.

Pembahasan Grafik
Dari data hasil praktikum pengujian campuran aspal dan alat Marshall yang telah
dilakukan, didapatkan nilai nilai yang kemudian dijadikan dasar penyusunan grafik grafik
antara lain :
1. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Rongga Terisi Aspal, mempunyai
persamaan regresi y = 405.425148 -107.4799969x + 9.07597557x2
2. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Rongga dalam Campuran, mempunyai
persamaan regresi y = - 49.4302202 + 17.2286368x - 1.44526705x2
3. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Kelelehan (Flow), mempunyai persamaan
regresi y = -43.7666667 + 16.9166667 x -1.43333333 x2
4. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Stabilitas, mempunyai persamaan regresi
y = 4511.0003 + -1102.66793 x + 88.024135x2
5. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Stabilitas Kelelehan, mempunyai
persamaan regresi y = 2822.94806 -887.65659x + 74.462985x2
6. Grafik Kadar Aspal Optimum

PERHITUNGAN GRAFIK PITA


1. Rongga Terisi Aspal (VFA)

KELOMPOK 13 Page 140


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

y = 405.425148 -107.4799969x + 9.07597557x2


y minimum = 75 %
c1 = 405.425148
b= -107.4799969
a = 9.07597557
c2 = (c1-75) = 330.425148

Sehingga persamaan menjadi --> y = 330.425148-107.4799969x + 9.07597557x2


Dari persamaan tersebut didapat xmin maupun xmax tidak terdefinisi / imajiner

2. Rongga dalam Campuran (VIM)

y = - 49.4302202 + 17.2286368x - 1.44526705x2


y minimum = 3%
c1 = - 49.4302202
b = 17.2286368
a = - 1.44526705
c2 = (c1-3) = -52.4302202
Sehingga persamaan menjadi --> y = -52.4302202 + 17.2286368x - 1.44526705x2
Dari persamaan tersebut didapat xmin maupun xmax tidak terdefinisi /imajiner
y = - 49.4302202 + 17.2286368x - 1.44526705x2
y minimum = 5%
c1 = - 49.4302202
b = 17.2286368
a = - 1.44526705
c2 = (c1-5) = -54.4302202
Sehingga persamaan menjadi --> y = -54.4302202 + 17.2286368x - 1.44526705x2
Dari persamaan tersebut didapat xmin maupun xmax tidak terdefinisi /imajiner

3. Kelelehan (flow)

y = -43.7666667 + 16.9166667 x -1.43333333 x2


y minimum = 2 mm
c1 = -43.7666667
b = 16.9166667
a = -1.43333333
c2 = (c1-2) = -45.7666667
Sehingga persamaan menjadi --> y = -45.7666667 + 16.9166667 x -1.43333333 x2
Dari persamaan tersebut didapat xmax = 7.602189311
xmin = 4.200136568

y = -43.7666667 + 16.9166667 x -1.43333333 x2


KELOMPOK 13 Page 141
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

y minimum = 4 mm
c1 = -43.7666667
b = 16.9166667
a = -1.43333333
c2 = (c1-4) = -47.7666667
Sehingga persamaan menjadi --> y = -47.7666667 + 16.9166667 x -1.43333333 x2
Dari persamaan tersebut didapat xmax = 7.125148553
xmin = 4.6771770

4.Stabilitas

y = 4511.0003 + -1102.66793 x + 88.024135x2


y minimum = 550 kg
c1 = 4511.0003
b = -1102.66793
a = 88.024135
c2 = (c1-550) = 3961.0003
Sehingga persamaan menjadi --> y = 3961.0003 + -1102.66793 x + 88.024135x2
Dari persamaan tersebut didapat xmin maupun xmax tidak terdefinisi /imajiner

5.Stabilitas dan Kelelehan

y = 2822.94806 -887.65659x + 74.462985x2


y minimum = 200 kg/mm
c1= 2822.94806
b = -887.65659
a = 74.462985
c2 = (c1-200) = 2622.94806
Sehingga persamaan menjadi --> y = 2622.94806 -887.65659x + 74.462985x2
Dari persamaan tersebut didapat xmin maupun xmax = 6.509359324
xmin = 5.411417019

KELOMPOK 13 Page 142


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

y = 2822.94806 -887.65659x + 74.462985x2


y minimum = 350 kg/mm
c1= 2822.94806
b = -887.65659
a = 74.462985
c2 = (c1-350) = 2472.94806
Sehingga persamaan menjadi --> y = 2472.94806 -887.65659x + 74.462985x2
Dari persamaan tersebut didapat xmin maupun xmax = 7.482161151
xmin = 4.43861591
Keterangan :
Pada persamaan regresi diatas y menunjukkan batas batas sesuai Petunjuk Laston
untuk Jalan Raya (PU) Tabel IV tentang Persyaratan Lapis Aspal Beton yang terlampir
untuk Lalu Lintas Berat (2 x 75 tumbukan) dan x menunjukkan kadar aspal hasil
praktikum.
Kadar aspal dalam grafik diperoleh dengan memplot langsung pada grafik sesuai
batasan Petunjuk Laston untuk Jalan Raya (PU) Tabel IV tentang Persyaratan Lapis
Aspal Beton yang terlampir untuk Lalu Lintas Berat (2 x 75 tumbukan) atau
memasukkan nilai y pada persamaan dan menyelesaikannya.
Kadar aspal yang diperoleh dari grafik 1 sampai grafik 5 diplotkan dalam satu grafik
Kadar Aspal Optimum untuk memperoleh kadar aspal optimum yang sesuai dengan
peraturan tersebut.
Berdasarkan Petunjuk Laston untuk Jalan Raya (PU) Tabel IV tentang Persyaratan
Lapis Aspal Beton yang terlampir untuk Lalu Lintas Berat (2 x 75 tumbukan), maka diperoleh
nilai kadar aspal batas pada masing masing grafik adalah sebagai berikut :
1. Grafik hubungan antara Rongga Terisi Aspal (%) dengan Kadar Aspal (%),
mempunyai persamaan regresi y = 405.425148 -107.4799969x + 9.07597557x2
dengan nilai y minimum =75%, sehingga dalam persamaan ini kadar aspal terpenuhi.
Akan tetapi tidak bisa mendapatkan nilai x dikarenakan nilai x yang dihasilkan
imajiner.
2. Grafik hubungan antara Rongga dalam Campuran (%) dengan Kadar Aspal (%),
mempunyai persamaan regresi y = - 49.4302202 + 17.2286368x - 1.44526705x2
dengan nilai y minimum = 3% dan y maksimum = 5%, tidak bisa mendapatkan nilai x
dikarenakan nilai x yang dihasilkan imajiner.

KELOMPOK 13 Page 143


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

3. Grafik hubungan antara Kelelehan (mm) dengan Kadar Aspal (%), mempunyai
persamaan regresi y =-43.7666667 + 16.9166667 x -1.43333333 x2 dengan nilai y
minimum = 2 mm, dan y maksimum = 4 mm, didapat xmax = 7.125148553% dan
xmin = 4.6771770 %
4. Grafik hubungan antara Stabilitas (kg) dengan Kadar Aspal (%), mempunyai
persamaan regresi y =4511.0003 + -1102.66793 x + 88.024135x2 dengan nilai y
minimum = 550 kg, Akan tetapi tidak bisa mendapatkan nilai x dikarenakan nilai x
yang dihasilkan imajiner.
5. Grafik hubungan antara Perbandingan Stabilitas dan Kelelehan (kg/mm) dengan Kadar
Aspal (%), mempunyai persamaan regresi y =2822.94806 -887.65659x + 74.462985x2
dengan nilai y minimum = 200 kg/mm dan y maksimum = 35- kg/mm, sehingga
didapat xmax = 6.509359324 % dan xmin = 5.411417019 %
6. Persentase kadar aspal yang diperoleh dari grafik 1 sampai grafik 5 diplotkan dalam
satu diagram pita metode Bina Marga yang berguna untuk memperoleh besarnya kadar
aspal optimum.

PERHITUNGAN KADAR ASPAL OPTIMUM (KAO)

KAO = 6.509359324 + 5.411417019 x 100%


2
= 5.96 %

Kesimpulan
Dari grafik pita diperoleh nilai nilai optimum yang didapat adalah sebagai berikut :
Kadar Aspal Optimum = 5.96 %
1. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Rongga Terisi Aspal
y = 405.425148 -107.4799969x + 9.07597557x2
= 87.23753982% (memenuhi syarat)
2. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Rongga dalam Campuran
y = - 49.4302202 + 17.2286368x - 1.44526705x2
= 1.914257085% (tidak memenuhi syarat)
3. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Kelelehan (Flow)
y = -43.7666667 + 16.9166667 x -1.43333333 x2
= 6.142373617 mm (tidak memenuhi syarat)
4. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Stabilitas
y = 4511.0003 + -1102.66793 x + 88.024135x2
= 1065.857551 kg (memenuhi syarat)
5. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Stabilitas Kelelehan
y = 2822.94806 -887.65659x + 74.462985x2
= 177.5591516 kg/mm (memenuhi syarat)
KELOMPOK 13 Page 144
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Pembahasan Grafik
Dari grafik pengolahan KAO (Kadar Aspal Optimum) digunakan koefisien
determinasi (R2) yaitu nilai kesesuaian antara regresi linear (rancangan benda uji) dengan titik
pengamatan (hasil benda uji). Rentang nilai R 2ini sebesar 0<R2<1. Nilai ini dapat
menunjukkan besarnya stabilitas dan flow dalam suatu campuran sehingga data stabilitas dan
flow dapat menunjukkan grafik yang sesuai dengan fungsi regresi. Apabila nilai R2 bernilai 1,
maka nilai regresinya sebanding dengan titik pengamatan sehingga grafik menjadi satu garis
lurus. Dan jika dalam suatu grafik nilai R2 mendekati 0, maka nilai regresi tersebut akan
semakin besar sehingga nilai keakuratannya semakin kecil. Begitu sebaliknya apabila nilai R 2
mendekati 1 maka nilai keakuratannya semakin besar (data percobaan sesuai dengan garis
regresi).
Sedangkan R merupakan koefisien relasi yang menunjukkan kuatnya hubungan antara
koefisien X dan Y. Dan rentang R ini sebesar -1 < R <1. Ketika nilai R semakin mendekati 1
maka hubungan koefisien X dengan Y semakin kuat dan bersifat searah. Bila nilai X naik
maka nilai Y juga naik. Dan bila nilai R semakin mendekati -1 maka hubungan koefisien X
dan Y juga semakin kuat namun bersifat berlawanan. Bila nilai X naik maka nilai Y turun.
Dan ketika nilai R semakin mendekati 0 maka hubungan koefisien X dan Y semakin lemah
(tidak berhubungan).

GRAFIK PITA

RTA
S/K
K
1 S
VIM

5.41 5.96 6.51

Dari lima persamaan regresi diatas, persamaan kelelehan berkisar antara 6 -6.5 mm. Nilai
tersebut tidak memenuhi dengan standar Lapis Aspal Beton untuk jalan raya yang bernilai
antara 2 mm hingga 4 mm . Persamaan aspal terhadap rongga campuran berkisar antara 1.5 %
KELOMPOK 13 Page 145
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

- 2%. Nilai tersebut tidak memenuhi dengan standar Lapis Aspal Beton untuk jalan raya yang
bernilai 3 5 %. Dalam hal ini, bahan uji percobaan memiliki rongga yang kecil yang
disebabkan agregat terlalu pipih dan kurang lonjong. Hal ini menyebabkan nilai stabilitas /
kelelehan sangat tinggi dan tidak memenuhi standar.

4.2 PENGUJIAN KADAR ASPAL DALAM CAMPURAN (EKSTRAKSI)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan aspal yang ada apakah
sesuai dengan spesifikasi yang ada. Kadar aspal merupakan presentase dan endapan dan

KELOMPOK 13 Page 146


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

campuran yang dibuat dalam percobaan dibandingkan dengan berat aspal ini diperlukan
untuk perhitungan dalam analisa campuran.

4.2.1 Peralatan
1. Reflux Extractor
2. Tabung Gelas
3. Saringan Kerucut
4. Tabung Pendingin
5. Pemanas
6. Kertas Saring
7. Kawat Asbes
8. Cairan Pencampur
9. Oven
10. Pendingin

4.2.2 Prosedur Pengujian


1. Menempatkan alat ini pada tempat yang datar dan aman terutama di ruangan yang
berventilasi baik
2. Menentukan kadar air benda uji
3. Mengeringkan dan menimbang kertas saring dengan ketelitian 0,5 gram. Melipat
kertas saring melalui garis tengahnya lalu melipat lagi menjadi bentuk seperempat
lingkaran. Membentuk kerucut dengan cara membuat ruang antara segmen lingkaran
terhadap ketiga segmen lainnya. Menempatkan kertas saring tadi pada kedua
saringan kerucut.
4. Memasukkan benda uji pada (A) gram ke dalam saringan kerucut.
5. Menuangkan solvent (TCE) ke dalam tabung gelas.
6. Memasukkan saringan kerucut beserta rangkanya ke dalam tabung gelas. Bahan
pelarut harus berada di bawah ujung saringan kerucut bawah.
7. Menempatkan tabung gelas tadi di atas hot plate(pemanas) yang dilapisi asbes, lalu
ditutup dengan condensor (tabung pendingin).
8. Mengalirkan air melalui condensor tadi untuk pendingin.

KELOMPOK 13 Page 147


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

9. Menghidupkan hot plate dengan menekan saklar ke posisi ON. Mengatur panas yang
terjadi dengan memutar tombol pengatur suhu sedemikian rupa sehingga bahan
pelarut mendidih dengan mantap. Pemanasan harus dilakukan secara hati-hati agar
tidak terjadi luapan bahan pelarut melalui bibir kerucut. Proses ekstraksi ini
dilakukan terus sampai bahan pelarut yang keluar dari ujung kerucut tidak keruh
lagi.
10. Mematikan hot plate dengan menekan saklar pada posisi OFF. Membiarkan aliran
air ke condensor terus berlangsung sampai tabung gelas cukup dingin.
11. Mengangkat rangka kerucut dan mengeringkan sampel di udara.
12. Memasukkan kertas saring berikut ekstrak agregat ke dalam cawan yang telah
ditimbang sebelumnya. Mengeringkan dalam oven pada suhu 110 C selama 24 jam,
setelah itu mendinginkan dengan desicatorselama 10 menit lalu menimbang kertas
saring + agregat yang tertingga. Menghitung berat endapan atau agregat yang
tertinggal di kertas saring (B) gram.
13. Menghitung kadar bitumen dalam campuran.

Kadar aspal =

Prosedur Perhitungan
Kadar aspal dihitung dengan rumus:

Kadar aspal =
Keterangan:
A = berat benda uji
B = berat endapan atau agregat yang tertinggal di kertas saring

Prosedur pengujian ekstraksi secara sederhana dapat dirumuskan dalam diagram alir berikut.
DIAGRAM ALUR PENGUJIAN KADAR ASPAL

Ambil benda uji dengan kadar aspal 5% dan ditimbang seberat 300 gram.
KELOMPOK 13 Page 148
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Timbang kertas saring

Bentuk kertas saring menyerupai kerucut dan masukkan sampel tersebut

Tuangkan cairan CCI4 dalam tabung gelas

Pasang kertas kerucut dan sampelnya ke dalam rangka besi

Pasang rangka besi pada tabung gelas

Letakkan tabung gelas di atas kompor yang telah dilapisi asbes

Alirkan air melalui condensor

Jika air yang menetes di ujung kerucut sudah


tidak keruh, kompor dapat dimatikan

Masukkan agregat yang tersisa pada kertas saring ke dalam oven

Keluarkan agregat dari oven dan timbang agregat

4.2.3 Perhitungan dan Pelaporan

a. Hasil Percobaan

KELOMPOK 13 Page 149


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar aspal dalam campuran yang telah
dibuat pada benda uji Marshal, apakah kadar aspal tersebut sesuai dengan kadar aspal rencana
yang telah ditentukan sebelumnya. Pada pengujian ini menggunkan 2 sampel, yaitu campuran
dengan kadar aspal 6% dan 7&

Berat (gram)
Keterangan
Sampel 1 (6%) Sampel 2 (7%)
Berat Sampel (A) 300 300
Berat Kertas Saring 3.7 3.8
Berat Kertas Saring + Sampel 303.7 303.8
Berat Kertas Saring + Mineral 279.5 277.8
Berat Endapan (B) 24.2 26
Berat Aspal dalam Campuran 8.066666667 8.667

b. Pengolahan Data

Kadar aspal =

Kadar aspal sampel 1 =


= 8.067 %

Kadar aspal sampel 2 =


= 8.667 %

4.2.4 Pembahasan Kadar Aspal dalam Campuran (Ekstrasi)


Percobaan ini, pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah kadar aspal pada
sampel yang diuji sesuai dengan kadar aspal rencana. Dalam percobaan ini kadar aspal yang

KELOMPOK 13 Page 150


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

diperoleh pada pengujian sampel ternyata lebih besar dari kadar aspal yang direncanakan.
Pada sampel 1 diperoleh kadar aspal dalam campuran sebesar 8.067% ,dengan kadar aspal
rencana sebesar 6%, Sedangkan pada sampel 2 diperoleh kadar aspal dalam campuran
sebesar 8.667%, dengan kadar aspal rencana sebesar 7%.
Seharusnya, kadar aspal hasil pengujian dan kadar aspal rencan harus sama. Jika kadar
aspal yang diperoleh lebih besar daripada yang direncanakan, maka kemungkinan akan terjadi
bleeding. Sebaliknya, jika kadar aspal yang diperoleh lebih kecil dari yang direncenakan,
maka akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam menahan beban lalu lintas, karena
ikatan antar agregat kurang kuat.
Percobaan nilai kadar aspal yang diperoleh dan dengan yang direncenakan
kemungkinan diakibatkan pengadukan campuran aspal yang tidak merata, benda uji pecah
saat proses pembuatan sehingga benda uji dibuat ulang dan kemungkinan ada aspal yang
berlebih. Selain itu pada saat pengambilan sampel untuk ektraksi diambil secara acak
sehingga sampel yang terambil kemungkinan terlalu banyak mengandung aspal.

BAB V
PENUTUP

KELOMPOK 13 Page 151


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

5.1 KESIMPULAN
Praktikum uji bahan perkerasan jalan yang telah dilakukan di Laboratorium Jalan
Raya terdiri dari pengujian agregat, pengujian aspal dan pengujian campuran antara
aspal dan agregat.

5.1.1 PENGUJIAN AGREGAT


a. Analisa Saringan
Kasar = tidak masuk spesifikasi maksimum 10 mm,20mm,40 mm.
Halus = zona 1
Campuran = tidak sesuai spesifikasi campuran
b. Keausan Los Angeles = memenuhi
c. Indeks Kepipihan dan Kelonjongan = memenuhi
d. Berat Jenis dan Penyerapan Air pada Agregat Halus = memenuhi
e. Berat Jenis dan Penyerapan Air pada Agregat Kasar = memenuhi
f. Test Impact = memenuhi
5.1.2 PENGUJIAN ASPAL
a. Berat Jenis Aspal = memenuhi
b. Titik Lembek = memenuhi
c. Titik Nyala dan Titik Bakar = memenuhi
d. Penetrasi = memenuhi
e. Daktilitas = memenuhi
5.1.3 PENGUJIAN CAMPURAN AGREGAT DAN ASPAL
a. Test Marshall
VMA = memenuhi
VIM = tidak memenuhi
Flow (kelelehan) = tidak memenuhi
Stabilitas = memenuhi
Stabilitas/Kelelehan = memenuhi
b. Ekstraksi = tidak memenuhi
5.2 SARAN
Adapun saran-saran yang dapat kami berikan setelah melakukan praktikum, adalah
sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan praktikum, hendaknya mahasiswa mempelajari percobaan
yang akan dilakukan sehingga kesalahan bisa diminimalisir.

KELOMPOK 13 Page 152


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200

b. Untuk peralatan pratikum seperti neraca atau timbangan tidak akurat. Sehingga
menyebabkan data tidak akurat dan teliti. Sebaiknya diperbaiki dahulu sebelum
dilakukan kegiatan pratikum.
c. Untuk percobaan Marshall, sebelum pembacaan dial flow harus dikalibrasi ulang
terlebih dahulu untuk mengetahui bekerja dengan baik atau tidak.Minimal 1 tahun
1 kalibrasi ulang.
d. Untuk percobaan penetrasi, cawan yang digunakan harus dibersihkan terlebih
dahulu, sehingga tidak ada sisa aspal yang menempel didalam cawan yang
mengakibatkan hasil tidak akurat.
e. Pada pengujian kadar aspal (ekstraksi), sebaiknya bahan kimia yang diperlukan
dalam pengujian disediakan lebih banyak agar pengujian yang dilakukan menjadi
lebih akurat.
f. Lebih teliti dalam percobaan dan menggunakan alat dengan benar.
g. Sebaiknya bahanbenda uji untuk praktikum tidak digunakan lebih dari satu kali
pada semuapercobaanujiaspal (penetrasi, titiknyala, titikbakar, daktilitas,
titiklembekdanberatjenis) dalampraktikum.
h. Pada pengujian marshall diupayakan peserta dapat memahami langkah-langkah
dan maksud dari pengamatan menggunakan alat marshall. Sehingga dapat
mempermudah pengolahan data dan mendapatkan hasil yang sesuai.
i. Pada praktikum supaya agregat memenuhi standar campuran lapis aspal beton
berdasarkan SNI 03-1737-1989 tabel IV diharapkan agregat berbentuk lebih
lonjong dan tidak terlalu pipih. Sehingga menambah rongga dalam campuran
benda uji dan nilai stabilitas memenuhi standar.

KELOMPOK 13 Page 153

Anda mungkin juga menyukai