BAB I
PENDAHULUAN
KELOMPOK 13 Page 1
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum uji perkerasan jalan yang telah
dilakukan di laboratorium jalan raya ini adalah :
1. Untuk mengetahui nilai karakteristik dari bahan-bahan perkerasan jalan seperti
aspal dan agregat.
2. Untuk mengetahui nilai karakteristik dari campuran aspal beton dan nilai KAO
(Kadar Aspal Optimum) dalam campuran.
3. Untuk mengetahui nilai kadar aspal dalam campuran aspal.
BAB II
PENGUJIAN AGREGAT
Ada dua metode dalam menentukan analisa saringan suatu agregat mineral yaitu:
* Analisa saringan kering
Sejumlah agregat yang dikeringkan dengan seksama dan beratnya ditimbang,
diguncang dengan seperangkat saringan dengan ukuran ukuran yang dipilih.
Saringan tersebut disusun dengan ukuran terbesar diatas. Pengguncangan
dilakukan dengan cara mekanis.
* Analisa saringan pencucian
Metode percobaan ini meliputi penentuan prosedur distribusi ukuran butir agregat
halus dan kasar dengan prosedur pencucian. Prosedur semacam ini sering kali
dibutuhkan bila agregatnya mengandung butiran-butiran halus atau debu yang
sangat halus atau lempung yang mungkin melekat pada butiran-butiran yang lebih
kasar. Penentuan analisa saringan ini diperlukan untuk mengetahui gradasi, perlu
atau tidaknya pengadaan kombinasi campuran.
2.1.1Peralatan
1. Timbangan kapasitas 25 kg,
2. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1 gram,
3. Ayakan standar untuk agregat kasar,
4. Ayakan standar untuk agregat halus,
5. Kuas dibuat dari bulu.
2.1.2 Bahan
Contoh agregat dikeringkan di udara terbuka, dicampur rata, kemudian contoh
agregat diambil sebagian untuk diayak. Jumlah contoh yang digunakan dalam
praktikum analisa saringan sebagai berikut:
KELOMPOK 13 Page 3
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Agregat Halus
Sejumlah agregat halus mula-mula diambil sebagian sebanding denagn angka
kehalusannya.
1. Angka kehalusan lebih dari 2,5 diambil contoh agregat 400-800 gram,
2. Angka kehalusan diantara 1,5-2,5 diambil contoh agregat 200-400 gram,
3. Angka kehalusan kurang dari 1,5 diambil contoh agregat 100-200 gram.
Agregat Kasar
Jumlah contoh untuk diayak kurang dari 0,4 kali lebih besar butir tersebut
dalam mm,dijadikan kg. Misal: besar butir maksimum=50 mm (50 kg),jadi
contoh agregat yang diambil = 0,4 x 50 = 20 kg.
KELOMPOK 13 Page 4
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Prosedur Perhitungan
Persentase berat benda uji yang tertahan di atas saringan a dihitung dengan rumus:
Keterangan:
A= berat benda uji yang tertahan di atas saringan a mm
B = berat benda uji
Catatan :
Pemeriksaan analisa ayakan ini dapat dilakukan hanya satu kali percobaan
Data hasil praktikum dilaporkan:
1. Jumlah persen sisa di atas masing-masing ayakan, dihitung dari contoh aslinya
sampai satu decimal,
2. Modulus kehalusan dari masing-masing agregat,
3. Persentase tembus kumulatif pada masing-masing lubang ayakan,
4. Gambar grafiknya dari masing-masing ayakan.
KELOMPOK 13 Page 5
Pengambilan:
Agregat Kasar 5000 gram
AgregatLABORATORIUM
Halus 1000 gram TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
gayakan agregat kasar dengn JURUSAN TEKNIK
pengayakan SIPIL(5menit)
mekanis UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
gregat halus dengn pengayakan Jl.mekanis (5menit)
MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Urutan no.saringan:
Urutan no.saringan:
1,,,
4,8,30,50,100,200
KELOMPOK 13 Page 6
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
ANALISA SARINGAN
a.Hasil Percobaan
No Ayakan Pasir
Tertahan Kumulatif
No mm gram Kumulatif (gr) % Tertahan Lolos
3" 76.2 0 0
2.5" 63.5 0 0
2" 50.8 0 0
1.5" 38.1 0 0
1" 25.4 0 0
3/4" 19.1 0 0
1/2" 12.7 0 0
3/8" 9.52 0 0 0 100
KELOMPOK 13 Page 8
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
b. Pengolahan Data
No Ayakan Pasir
Tertahan Kumulatif
No mm gram Kumulatif (gr) % Tertahan Lolos
3" 76.2 0 0
2.5" 63.5 0 0
2" 50.8 0 0
1.5" 38.1 0 0
1" 25.4 0 0
3/4" 19.1 0 0
1/2" 12.7 0 0
3/8" 9.52 0 0 0 100
4 4.75 213.5 213.5 21.36 78.64
KELOMPOK 13 Page 10
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
KELOMPOK 13 Page 11
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
KELOMPOK 13 Page 12
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
KELOMPOK 13 Page 13
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
KELOMPOK 13 Page 14
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
100
80
PERSENTASEmaks
LOLOS(%)
40mm 60 maks 40mm kasar
40
20
0
4.75 9.52 12.7 19.100000000000001
KELOMPOK 13 Page 15
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
100
80
PERSENTASEmaks
LOLOS(%)
20mm 60 maks 20mm kasar
40
20
0
4.75 9.52 12.7 19.100000000000001
52
.7
01
12
00
4.
9.
00
00
00
00
00
.1
19
KELOMPOK 13 Page 16
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Saringa
n mm Agregat Tertinggal Kumulatif
Tertinggal Lolos
Halus Kasar Total Gram % (%) (%)
3" 76.2 0 0 0 0 0 0 100
2.5" 63.5 0 0 0 0 0 0 100
2" 50.8 0 0 0 0 0 0 100
1.5" 38.1 0 0 0 0 0 0 100
1" 25.4 0 0 0 0 0 0 100
11.3412 88.6587
19.1
3/4" 0 672.9 672.9 672.9 7 11.3412661 3
2629. 2629. 44.3150 55.6563068 44.3436
12.7
1/2" 0 2629.3 3 3 4 8 9
1409. 1409. 23.7595 79.4158295 20.5841
9.52
3/8" 0 1409.7 7 7 2 7 7
6.97431 13.6098
4.75
4 213.5 200.3 413.8 413.8 4 86.3901436 6
5.21640 91.6065529 8.39344
2.38
8 309.5 0 309.5 309.5 9 6 7
4.51189 3.88154
0.59
30 267.7 0 267.7 267.7 9 96.1184521 8
1.15957 97.2780287 2.72197
0.297
50 68.8 0 68.8 68.8 7 2 1
0.86462 98.1426548 1.85734
0.149
100 51.3 0 51.3 51.3 6 9 5
0.69439 98.8370525 1.16294
0.075
200 41.2 0 41.2 41.2 8 2 7
1.16294
pan 47.3 21.7 69 69 7 100 0
5933. 5933.
999.3 4933.9 2 2
5933.2
KELOMPOK 13 Page 17
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
120
100
80
60
Spesifikasi
40
20
0
0.01 0.1 1 10 100
KELOMPOK 13 Page 18
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
120.00
100.00
80.00
60.00
Spesifikasi
40.00
20.00
0.00
0.01 0.1 1 10 100
KELOMPOK 13 Page 19
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
120.00
100.00
80.00
60.00
Spesifikasi
40.00
20.00
0.00
0.01 0.1 1 10 100
KELOMPOK 13 Page 20
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
120.00
100.00
80.00
60.00
Spesifikasi
40.00
20.00
0.00
0.01 0.1 1 10 100
KELOMPOK 13 Page 21
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
120
100
80
60
Spesifikasi
40
20
0
0.01 0.1 1 10 100
KELOMPOK 13 Page 22
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
120
100
80
60
Spesifikasi
40
20
0
0.01 0.1 1 10 100
KELOMPOK 13 Page 23
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
120.00
100.00
80.00
60.00
Spesifikasi
40.00
20.00
0.00
0.01 0.1 1 10 100
KELOMPOK 13 Page 24
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
120.00
100.00
80.00
60.00
Spesifikasi
40.00
20.00
0.00
0.01 0.1 1 10 100
KELOMPOK 13 Page 25
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
120
100
80
60
Spesifikasi
40
20
0
0.01 0.1 1 10 100
KELOMPOK 13 Page 26
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
120
100
80
60
Spesifikasi
40
20
0
0.01 0.1 1 10 100
KELOMPOK 13 Page 27
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Ukuran
Agregat Spesifikasi
Saringan
Gabungan (%) no. 11
(mm)
88.66 19.1 100 100
44.34 12.7
20.58 9.52 74 92
13.61 4.75 48 70
8.39 2.38 33 53
3.88 0.59 15 30
2.72 0.297 10 20
1.86 0.149
1.16 0.075 4 9
120.00
100.00
80.00
60.00
Spesifikasi
40.00
20.00
0.00
0.01 0.1 1 10 100
KELOMPOK 13 Page 28
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Dari hasil pengujian analisa saringan, akan didapatkan harga-harga jumlah agregat
tertahan pada masing-masing nomor saringan. Harga-harga tersebut diolah untuk
mendapatkan harga-harga persentase jumlah yang lolos.
Harga-harga tersebut apabila di plotting ke dalam grafik analisa gradasi yang terdapat
SNI 03-1968-1990 SK SNI M-1989-F maka diketahu bahwa untuk gradasi agregat kasar tidak
masuk spesifikasi maksimum 10 mm, 20 mm, maupun 40 mm.
Dan untuk gradasi agregat halus, menurut hasil pengujian terhadap agregat diketahui
bahwa gradasi agregat halus menurut spesifikasi SNI 03-1968-1990 SK SNI M-1989-
Fmendekati zona 1. Dari analisa gradasi tersebut, gradasi agregat halus maupun gradasi
agregat kasar tersebut masih belum bisa digunakan sebagai material campuran aspal karena
gradasi agregat tersebut tidak masuk dalam batas batas zona yang ada. Untuk hasil pengujian
agregat halus di atas , perlu dilakukan penyesuaian agar dapat memenuhi syarat agregat halus.
Berdasarkan syarat gradasi agregat halus, didapatkan tabel penyesuaian sebagai berikut :
KELOMPOK 13 Page 29
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Berdasarkan grafik diatas, agregat halus yang sudah disesuaikan dengan standart dapat
digunakan sebagai sebagai material campuran aspal.
Dalam standar spesifikasi Bina Marga(sumber : LASTON hal 12 tabel II) ada sebelas
grading untuk campuran beton aspal. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
gradasi agregat terhadap perilaku campuran beton aspal. Ukuran dan gradasi tergantung pada
apa tujuan campuran perkerasan aspal dibuat. Beton aspal berkualitas tinggi digunakan untuk
lapis permukaan jalan berlalu lintas berat.Dalam pengujian ini yang mengandung agregat
bergradasi rapat yaitu agregat yang bergradasi baik mulai dari kasar hingga halus.Dari analisa
gradasi campuran tersebut, agregat campuran tersebut tidak masuk dalam batas batas
spesifikasi campuran manapun.
Sedangkan dari hasil perhitungan analisa saringan, dengan 1000 gram agregat halus dan
5000 gram agregat kasar, juga diperoleh hasil sebagai berikut :
Untuk agregat halus, modulus kehalusnya sebesar 4,2525
Untuk agregat kasar, modulus kehalusnya sebesar 3,7519
APLIKASI LAPANGAN
Dalam kehidupan nyata di lapangan, gradasi agregat yang digunakan sebagai campuran
perkerasan jalan sangatlah penting untuk menghasilkan kualitas campuran aspal yang baik
KELOMPOK 13 Page 30
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
dan sesuai dengan perencanaan awal.Dengan mengetahui harga gradasi agregat, kita dapat
merencanakan campuran aspal yang baik. Gradasi agregat yang baik ini memiliki sifat daya
ikat (interlocking), seragam, kepadatan tinggi, dan stabilitas tinggi. Keadaan tersebut akan
mempengaruhi umur jalan raya.
Kemudian untuk gradasi agregat jelek memiliki sifat kontak antar butir agregat buruk,
seragam tetapi kepadatan jelek, dan stabilitas sedang. Kepadatan yang buruk akan
menyebabkan timbulnya ronga-rongga antar agregat. Hal tersebut akan mengurangi kekuatan
campran aspal terhadap gaya luar yang bekerja terhadap campuran tersebut. Pada contoh
kasus di lapangan akan menyebabkan kerusakan jalan, pecah dan mengurangi umur jalan.
Ketentuan harga harga gradasi campuran agregat telah diatur oleh Badan Standarisasi
Nasional Indonesia(SNI) dan juga Bina Marga. Untuk standar spesifikasi Bina Marga ada
sebelas grading untuk campuran beton aspal. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh gradasi agregat terhadap perilaku campuran beton aspal. Ukuran dan gradasi
tergantung pada perencanaan awal (job mix design) sebelumnya. Beton aspal berkualitas
tinggi digunakan untuk lapis permukaan jalan berlalu lintas berat.Pengujian berdasarkan
spesifikasi Bina marga merupakan gabungan antara agregat kasar hingga agregat halus.
KELOMPOK 13 Page 31
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
2.2.1Peralatan
1. Mesin pengukur keausan Los Angeles
2. Bola baja
3. Talang
4. Saringan no. 12
5. Pan
KELOMPOK 13 Page 32
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
5. Putar drum abrasi dengan menekan tombol inching sehingga tutupnya mengarah
keatas.
6. Buka tutup drum lalu masukkan agregat yang telah dipersiapkan tadi.
7. Masukkan bola baja sebanyak yang diisyaratkan (lihat tabel).
8. Tutup kembali drum tersebut.
9. buka tutup counter lalu atur angkanya menjadi 500 kemudian tutup lagi.
10. Tekan tombol start sehingga drum berputar dan agregat serta bola baja
tertampungpada lobang tersebut.
11. Pasang talang dibawah drum.
12. Buka tutup drum lalu tekan tombol inching sehingga drum berputar dan agregat serta
bola baja tertampung pada talang tersebut.
13. Saring agregat tersebut dengan saringan no. 12 lalu agregat yang tertahan dicuci
sampai bersih.
14. Keringkan lagi dalam oven selama 24 jam pada suhu 110 C.
15. Timbang berat keringnya, hitung kehilangan beratnya lalu bagi dengan berat kering
semula sehingga didapatkan prosentase keausan agregat
Prosedur pengujian analisa saringan secara sederhana dapat dirumusakan dalam
diagram alur berikut ini:
KELOMPOK 13 Page 33
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Mengambil agregat :
1. Tertahan 3000 gram
2. Tertahan /8 3000 gram
Dicuci
KELOMPOK 13 Page 34
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Pengambilan Agregat
Ditimbang
Dioven 24 jam
Pencampuran agregat
Pengujian keausan
Los Angeles selama
500 putaran
KELOMPOK 13 Page 36
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Pencucian agregat
Dioven 24 jam
KELOMPOK 13 Page 37
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
a. Hasil Percobaan
5000
Berat sampel semula a
gram
4318.9
Berat sampel tertahan saringan No. 12 b
gram
681.1
Keausan a-b
gram
13.62%
Keausan Rata - rata
b.Pengolahan data
Keausan =
=
= 13,62 %
Keterangan :
a = jumlah berat benda uji
b = berat agregat yang tertahan saringan no. 12
KELOMPOK 13 Page 38
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Jumlah bola baja yang digunakan dalam percobaan ini juga menentukan tingkat abrasi
yang nantinya akan menentukan kelas suatu jalan dan penentuan agregat yang akan digunakan
dalam campuran aspal natinya. Semakin sedikit bola baja yang digunakan, maka semakin
rendah kelas jalan tersebut dan agregat dalam campurannya tidak terlalu bagus, begitu juga
sebaliknya. Hal ini pun tergantung dari rencana jalan yang akan dilaksanakan.
APLIKASI LAPANGAN
Dalam kondisi di lapangan, nilai tingkat keausan agregat perlu diketahui, agar
banyaknya agregat yang pecah atau aus dapat ditanggulangi dengan tepat. Ini disebabkan
karena agregat kasar harus melalui jalan yang cukup panjang dari tempat pengambilan agregat
menuju proyek perkerasan jalan. Yang pada umumnya agregat kasar diambil di sekitar sungai.
KELOMPOK 13 Page 39
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Dan selama perjalanannya ke tujuan, yang biasanya di angkut oleh dump truck, maka antar
sesama agregat akan sering terjadi tumbukan yang tidak beraturan. Sehingga kemungkinan
adanya keausan agregat sanga besar. Untuk itu perlu dicek apakah keausan agregat setelah
pencampuran aspal sudah memenuhi syarat atau belum .
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui bentuk agregat dan juga untuk
mengetahui persentase jumlah agregat yang pipih dan yang lonjong dari nsuatu
sampel agregat, seperti yang tercantum dalam Britis Standard Institution, BSI (1975)
yang membagi agregat dalam enam kategori yaitu: bulat (rounded), tidak beraturan
(irregular), bersudut (angular), pipih (flaky), lonjong (alongated), pipih dan lonjong
(flaky and alongated ). Collist (1985) mendefinisikan bahwa agregat berbentuk pipih
jika agregat tersebut lebih tipis minimal 60% dari diameter rata-rata. Sedangkan
agregat lonjong jika ukuran panjangnya lebih panjang mininal 180% diameter rata-
rata. Diameter rata-rata dihitung berdasarkan ukuran saringan.
2.3.1 Peralatan
1. Alat pengukur kepipihan dan kelonjongan yang sesuai dengan standar BSI
(1975).
2. Saringan, dengan urutan diameter saringan 63.0 mm. 50.0 mm, 37.5 mm, 28.0
mm, 20.0 mm, 14.0 mm, 10.0 mm, dan 6.3 mm.
3. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram.
4. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu dan mampu memanasi sampai 110
5 oC.
5. Wadah agregat sebanyak saringan yang ada. Wadah ini sebaiknya terbuat dari
besi, seng, alumunium, atau material yang lain yang cukup kuat untuk dimasukan ke
dalam oven sampai 110 5 oC.
KELOMPOK 13 Page 40
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
2. Pisahkan sampel yang tertahan pada saringan 63.0 mm dan yang lolos
saringan 63.0 mm. Berat sisa sampel yang digunakan dinyatakan sebagai M1 gram.
3. Sampel yang tertahan dalam setiap saringan dimasukan dalam
masing-masing wadah yang ditandai sesuai dengan diameter masing-masing
saringan.
4. Cuci masing-masing sampel dan keringkan dengan oven hingga
beratnya tetap. Yakinkan bahwa tidak ada agregat yang hilang.
5. Kemudian timbang sampel yang tertahan di tiap saringan dan hitung
persentasenya terhadap M1.
6. Pengukuran kepipihan dan kelonjongan dilakukan per fraksi dan
hanya fraksi yang memiliki persentase berat lebih besar atau sama dengan 5%.
Jumlah berat total fraksi yang memiliki persentase berat lebih besar atau sama
dengan 5% dinyatakan sebagai M2.
2.3.3 Prosedur Pengujian
a. Pengujian kepipihan
1. Ambil salah satu fraksi yang telah memenuhi syarat, yaitu persentase
tertahan lebih besar atau sama dengan 5%.
2. Lewatkan dengan tangan setiap butiran agregat pada alat penguji
kepipihan sesuai dengan ukurannya.
3. Butir agregat yang agak sulit lewat dapat dicoba dengan sisi lain,
diputar atau dengan sedikit paksaan.
4. Pisahkan butiran yang dapat lewat dengan yang tidak dapat lewat dan
masing-masing ditimbang.
5. Lakukan hal yang sama untuk fraksi lainnya yang memiliki
persentase berat lebih besar atau sama dengan 5%.
6. Total jumlah sampel yang lewat dinyatakan dengan M3F.
b. Pengujian kelonjongan
Secara umum prosedur pengerjaannya sama dengan pengujian untuk kepipihan,
yaitu sebagai berikut :
KELOMPOK 13 Page 41
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
1. Ambil salah satu fraksi yang telah memenuhi syarat, yaitu persentase tertahan lebih
besar atau sama dengan 5%.
2. Lewatkan dengan tangan setiap butiran agregat pada alat penguji kelonjongan sesuai
dengan ukurannya.
3. Butir agregat yang agak sulit lewat dapat dicoba dengan sisi lain, diputar atau
dengan sedikit paksaan.
4. Pisahkan butiran yang dapat lewat dengan yang tidak dapat lewat dan masing-
masing ditimbang.
5. Lakukan hal yang sama untuk fraksi lainnya yang memiliki persentase berat lebih
besar atau sama dengan 5%.
6. Total jumlah sampel yang lewat dinyatakan dengan M3E.
c. Prosedur perhitungan
Indeks kepipihan dihitung dengan rumus :
KELOMPOK 13 Page 42
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Penimbangan agregat
KELOMPOK 13 Page 43
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Pengujian kelonjongan
Pengujian kepipihan
Berat
Ukuran Saringan Tertahan LOLOS TERTAHAN
Tertahan
Uji Kepipihan Uji Kelonjongan
No Mm (gram) %
(gr) (gr)
3/4" 19.1 672.9 13.70 120.7 0
1/2" 12.7 2629.3 53.53 399.8 102.8
3/8" 9.52 1409.7 28.70 215.7 50.6
1/4" 6.35 200.3 4.08 0 0
M1 4912.2 M2 4711.9
M3F 736.2
M3E 153.4
KELOMPOK 13 Page 44
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
b. Pengolahan Data
Ind. Kepipihan=
=
= 15.624 %
Ind. Kelonjongan=
=
= 3.256 %
Keterangan :
M1 : total berat sampel
M2 : total berat sampel yang memiliki prosentasi 5%
M3F : total berat agregat yang lolos alat pengujian kepipihan
M3E : total berat agregat yang tertahan alat pengujian kelonjongan
Bentuk agregat pipih atau lonjong tidak baik untuk struktur perkerasan jalan, karena
sifatnya yang mudah patah sehingga mempengaruhi gradasi agregat, interlocking, dan
menyebabkan peningkatan porositas perkerasan yang tidak beraspal.
KELOMPOK 13 Page 45
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Bina marga masih menerima bentuk agregat pipih, yaitu maksimal 25%. Penentuan
penggunaan agregat berdasarkan kepipihan dan kelonjongan agregat dan stabilitas yang
ditimbulkan oleh campuran agregat dan aspal. Apabila nilai stabilitas diatas 1000 maka
stabilitas tinggi (Petunjuk Pelaksanaan Laston Jalan Raya 87) dan meskipun 25%, agregat
masih dapat digunakan pada jalan kelas menengah atas.
Bentuk agregat bulat pun tidak baik, tetapi baik untuk kondisi perkerasan tertentu,
misalnya kelas jalan rendah, untuk lapisan pondasi bawah dan lapisan pondasi saja. Untuk
lapisan pondasi adalah 40% agregat bulat, sedangkan untuk lapisan pondasi bawah dapat lebih
besar. Pada penggunaan di lapangan agregat bulat dapat digunakan untuk lapisan permukaan
setelah sebelumnya dipecahkan terlebih dahulu. Tabulasi batas maksimal penggunaan agregat
yang pipih dan lonjong adalah sebagai berikut :
Dari hasil pengujian indeks kepipihan dan kelonjongan yang telah dilakukan di
laboratorium didapatkan nilai indeks kepipihan sebesar 15,624 %, sedangkan untuk indeks
kelonjongan sebesar 3,256 % dapat disimpulkan bahwa agregat tersebut baik untuk dijadikan
bahan perkerasan jalan, karena nilai indeks yang diperoleh sesuai atau memenuhi tabulasi
batas maksimal penggunaan agregat. ( sumber : LASTON hal 4, yang tertahan dalam saringan
ukuran 25 mm atau 3/8 = max 25 % )
Tabel Hasil Pembahasan
APLIKASI LAPANGAN
Dalam pelaksanaan di lapangan, agregat yang di uji adalah agregat yang diambil dari
Aggregate Crushing Plant (ACP). Umumnya agregat yang di hasilkan dari Aggregate
Crushing Plant (ACP) memiliki bentuk bersudut.Bentuk pipih atau lonjong dapat terjadi
KELOMPOK 13 Page 46
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
karena komposisi dan struktur batuan. Pada penghancuran batuan yang sangat keras dan getas
akan terjadi proporsi bentuk pipih yang cukup besar. Tetapi pada proses crushing selanjutnya
akan didapat proporsi bentuk bersudut yang lebih banyak.
Sedang bila agregat berbentuk pipih maka agregat itu sangat mudah patah, mengingat
batuan berbentuk pipih memiliki tebal yang minim dan bentuk yang lebih panjang, sehingga
bila terkena tekanan yang tidak terlalu besar, batuan itu akan cepat patah. Begitupun dengan
bentuk agregat bulat. Bentuk agregat bulat akan mempersulit proses pengikatan antar sesama
agregat(kohesi). Sehingga bila dijadikan bahan pencampuran aspal, agregat dengan tipe ini
akan mudah lepas dari pengikatnya.
Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan harga berat jenis curah, berat jenis
kering permukaan (Saturated Surface Dry), dan berat jenis semu. Selain itu juga
digunakan untuk mendapatkan harga penyerapan air pada agregat halus.
Berat jenis (Spesific Gravity) adalah perbandingan antara berat kering udara
dengan berat air yang berat volumenya sama dengan sampel pada suhu atau
temperatur yang sama.
2.4.1 Peralatan
1. Timbangan yang mempunyai kapasitas lebih dari 1 kg dengan ketelitian 0.1 gram.
2. Piknometer kapasitas 500 ml.
3. Kerucut terpancung diameter atas (40+3) mm, diameter bawah (90+3) mm dan
tinggi (75+3) mm dibuat dari logam dengan tebal 0.8 mm.
4. Batang penumbuk dengan bidang penumbuk rata, berat (340+15) gram dan diameter
(25+3) mm.
5. Saringan no. 4 (4,75 mm).
6. Oven pengatur suhu kapasitas (110+5)oC.
7. Desikator.
2.4.2 Bahan
KELOMPOK 13 Page 47
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
1. Pasir alam atau buatan dari sungai atau gunung seberat 500 gram
2. Pasir lolos saringan no. 4 (4,75 mm)
Prosedur Perhitungan
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
B = berat piknometer berisi air (gram)
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)
500 = berat benda uji dalam keadaan SSD (gram)
KELOMPOK 13 Page 48
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
4. Penyerapan air =
Catatan
a. Berat jenis curah adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25oC.
b. Berat jenis jenuh kering permukaan adalah perbandingan antara berat agregat kering
permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu 25oC.
c. Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat agregat kering dalam keadaan
kering pada suhu 25oC.
d. Penyerapan atau absorpsi adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori
terhadap berat agregat kering (%).
a. Hasil Percobaan
Berat
no Kegiatan (gram)
Mengukur berat jenuh kering
1 permukaan Bj 500
2 Mengukur berat benda uji kering oven Bk 499.1
3 Mengukur berat piknometer + air B 658.6
Mengukur berat piknometer + air
4 +benda uji Bt 960.7
b. Pengolahan Data
Bk = berat benda uji kering oven ( gr )
KELOMPOK 13 Page 49
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
No
Perhitungan Sampel 1 (gr)
.
1 BJ Bulk Bk 2.522
( B 500 Bt)
2 BJ SSD 500 2.527
( B 500 Bt )
3 BJ Semu Bk 2.534
( B Bk Bt )
Penyerapa
4 500 Bk 0.180
n 100%
Bk
Contoh perhitungan:
499.1
=
( 658,6+ 500960.7 )
=2.522 gr
= 500
( 658,6 + 500 960,7 )
= 2.527 gr
= 499,1
( 658,6 + 499,1 960.7)
= 2.534 gr
KELOMPOK 13 Page 50
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
= 0.180 gr
2.4.5 Pembahasan Berat Jenis dan Penyerapan Air Pada Agregat Halus
Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dan
volume air. Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan campuran agregat
dengan aspal, karena pada ummnya direncanakan berdasarkan perbandingan berat dan juga
untuk menentukan banyak pori. Agregat dengan berat jenis yang kecil mempunyai volume
yang besar sehingga dengan berat yang sama membutuhkan jumlah aspal yang lebih
banyak. Dan sebaliknya, agregat dengan berat jenis yang besar tidak membutuhkan jumlah
aspal yang banyak.Di samping itu agregat dengan kadarpori yang besar juga membutuhkan
jumlah aspal yang banyak.
Standar yang digunakan :
AM. Neville PROPERTIES OF CONCRETE
Bulk Specific Gravity (berat jenis kering permukaan jenuh) berkisar antara 2,5-
3,00.
SK SNI T-5 1990-03
Pada pengerjaan perencanaan campuran beton, penyerapan air agregat halus
untuk:
o Pasir (halus tidak pecah) < 3,10 %
o Pasir (kasar tidak pecah) < 4,20 %
KELOMPOK 13 Page 51
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Dari hasil perhitungan Bulk Spesific Grafity 2,522sehingga memenuhi syarat AM.
Neville yang berkisar antara 2,50 - 3,00 dan hasil dari perhitungan penyerapan 0.180%
sehingga memenuhi syaratSK SNI T-5 1990-03.
Berarti agregat halus ini cocok digunakan untuk bahan campuran lapisan perkerasan.
Tabel Hasil Pembahasan
Hasil Keteranga
Standar
perhitungan n
Berat jenis curah 2,5 - 3 2,522 Memenuhi
Berat jenis jenuh permukaan - 2,527 -
Berat jenis semu - 2,534 -
Penyerapan < 3,10% 0.18 % Memenuhi
APLIKASI LAPANGAN
Pengujian berat jenis agregat kasar dan halus ini, nantinya akan digunakan untuk
melakukan perhitungan selanjutnya (job mix), terutama pada pengolahan data pengujian
marshall, yaitu menentukan berat jenis maksimum campuran aspal dan agregat (teoritis) yang
nantinya akan menghasilkan nilai persentase rongga terhadap campuran.
KELOMPOK 13 Page 52
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan harga berat jenis curah, berat jenis
kering permukaan (Saturated Surface Dry), dan berat jenis semu. Selain itu juga
digunakan untuk mendapatkan harga penyerapan air pada agregat kasar.
Berat jenis (Spesific Gravity) adalah perbandingan antara berat kering udara
dengan berat air yang berat volumenya sama dengan sampel pada suhu atau
temperatur yang sama.
2.5.1 Peralatan
1. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (no. 6) atau 2,36 mm (no. 8) dengan kapasitas 5
kg.
2. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan. Tempat ini
harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.
3. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0.1% dari berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
4. Oven pengatur suhu kapasitas (110 5)oC.
5. Alat pemisah contoh.
6. Saringan no. 4 (4,75 mm).
2.5.2 Bahan
1. Kerikil atau batu pecah seberat 500 gram
KELOMPOK 13 Page 53
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Prosedur Perhitungan
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
Bj = berat benda uji jenuh kering permukaan (gram)
Ba = berat benda uji jenuh kering permukaandalam air (gram)
4. Penyerapan air =
Catatan
a. Berat jenis curah adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25oC.
KELOMPOK 13 Page 54
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
b. Berat jenis jenuh kering permukaan adalah perbandingan antara berat agregat kering
permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu 25oC.
c. Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat agregat kering dalam keadaan
kering pada suhu 25oC.
d. Penyerapan atau absorpsi adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori
terhadap berat agregat kering (%).
a. Hasil Percobaan
Berat
no Kegiatan (gram)
1 berat jenuh kering permukaan Bj 5040
2 berat benda uji kering oven Bk 4969
3 berat agregat kasar dalam air Ba 3225
b. Pengolahan Data
Bk = berat benda uji kering oven ( gr )
Ba = berat piknometer berisi air ( gr )
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air ( gr )
No
Perhitungan Sampel 1
.
1 BJ Bulk Bk 2,738
( Bj Ba )
2 BJ SSD 2,777
Bj
3 BJ Semu ( Bj Ba ) 2,849
Bk
Penyerapa
4
n ((Bk )Ba )
Bj Bk 1,429
x100%
KELOMPOK 13 Bk Page 55
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Contoh perhitungan
a Berat jenis curah = Bk
( Bj - Ba )
= 4969
(5040 - 3225 )
= 2.738 gr
( Bj - Ba )
= 5040
(5040 - 3225)
= 2,777 gr
( B k Ba )
=4969
(4969 - 3225)
= 2,849 gr
Bk
4969
KELOMPOK 13 Page 56
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
= 1.429%
2.5.5 Pembahasan Berat Jenis dan Penyerapan Air Pada Agregat Kasar
Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dan volume air.
Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan campuran agregat dengan aspal,
karena pada ummnya direncanakan berdasarkan perbandingan berat dan juga untuk
menentukan banyak pori. Agregat dengan berat jenis yang kecil mempunyai volume yang
besar sehingga dengan berat yang sama membutuhka jumlah aspal yang lebih banyak. Dan
sebaliknya, agregat dengan berat jenis yang besar tidak membutuhkan jumlah aspal yang
banyak.Di samping itu agregat dengan kadarpori yang besar juga membutuhkan jumlah aspal
yang banyak.
Standar yang digunakan :
a. AM. Neville PROPERTIES OF CONCRETE
Bulk Specific Gravity (berat jenis kering permukaan jenuhberkisar antara 2,5-
3,00.
b. SK SNI T-5 1990-03
Pada pengerjaan perencanaan campuran beton, penyerapan air agregatkasar
(kerikil) adalah < 1,63 %
Dari hasil perhitungan penyerapan agregat kasar ini memenuhi, yaitu nilai standar SK
SNI T-15 1990-03, yaitu penyerapan agregat kasar ( kerikil ) adalah kurang dari 1,63 % yaitu
1,429%. Sehingga cocok untuk bahan campuran perkerasan jalan raya.
Tabel Hasil Pembahasan
KELOMPOK 13 Page 57
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
APLIKASI LAPANGAN
Pengujian berat jenis agregat kasar dan halus ini, nantinya akan digunakan untuk
melakukan perhitungan selanjutnya (job mix), terutama pada pengolahan data pengujian
marshall, yaitu menentukan berat jenis maksimum campuran aspal dan agregat (teoritis) yang
nantinya akan menghasilkan nilai persentase rongga terhadap campuran.
2.6 TEST IMPACT
Test ini dilaksanakan untuk mengetahui kekuatan agregat yang akan dipakai di
lapangan untuk lapisan perkerasan jalan yang mana lapisan tersebut menahan beban
yang ada di jalan itu. Diantara beban yang ada, pengujian ini diperuntukan untuk
mengetahui kekuatan terhadap beban kejut.
Secara garis besar percobaan ini adalah ukuran butir agregat antara 1/2 dan 3/8
yang diletakkan dalam tabung penakar kemudian dijatuhi beban yang sudah ditentukan.
Setelah itu disaring dengan saringan no.8 dan ditimbang agregat yang tertahan saringan
no.8, kemudian dihitung nilai impact agregat tersebut.
2.6.1 Peralatan
1. Alat Impact
2. Sieve
3. Sieve 3/8
4. Sieve no.8
5. Pan dan cover
6. Kuas
7. Loyang
8. Timbangan
9. Oven
KELOMPOK 13 Page 58
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Prosedur Perhitungan
Nilai impact agregat dihitung dengan rumus :
KELOMPOK 13 Page 59
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Nilai Impact =
Keterangan :
A = berat agregat
B = berat agregat yang tertahan saringan no.8
Prosedur pengujian test impact secara sederhana dapat dirumuskan dalam diagram alur.
Nilai Impact =
Keterangan :
A = berat agragat
B = berat agregat yang tertahan saringan no.8
Prosedur pengujian analisa saringan secara sederhana dapat dirumusakan dalam
diagram alur berikut ini:
KELOMPOK 13 Page 60
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Timbang Agregat A
Saring agregat dengan saringan no.8 & timbang agregat yang tertahan B
KELOMPOK 13 Page 61
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Berat
Berat Sampel semula (gram)
Berat Sampel (A) 311.1
Berat sampel setelah penekanan keras dan TERTAHAN
saringan 2,36 mm (B) 266.7
Berat Sampel setelah penekanan dan LOLOS saringan 2,36
mm ( C ) 44.4
AgGregate Impact Value = (A-B)/A (%) 14.272
a. Pengolahan Data
AB
Nilai yang tertahan 100
A
311.1266.7
= 100
311.1
= 14.272 %
Keterangan :
A = berat agregat
B = berat agregat yang tertahan saringan no. 8
Dari percobaan Test Impact yang telah dilakukan di laboratorium didapatkan berat
agregat dari benda uji I adalah sebesar 311.1 gram sedangkan berat agregat dari benda uji I
yang tertahan saringan no. 8 adalah sebesar 44,4 gram. Dari perhitungan didapatkan besarnya
nilai impact, yaitu sebesar 14,272 %. Dengan begitu diketahui bahwa nilai impact kurang dari
30% menunjukkan bahwa benda uji masih mampu menahan beban kejut dengan cukup baik.
APLIKASI DI LAPANGAN
Di jalan raya beban yang akan sering terjadi adalah beban kejut yang dihasilkan oleh
suspensi kendaran saat kendaraan tersebut berhenti. Karena kondisi tersebut, sangatlah
penting untuk mempertimbangkan besarnya beban kejut yang terjadi di jalan raya.Salah
satunya adalah dengan memperkirakan banyaknya agregat yang dapat menahan beban kejut
yang diakibatkan oleh kerja stomp.Dalam pekerjaan perkerasan jalan raya, dengan metode
penghamparan.Metode penghamparan dilakukan dengan cara menghamparkan agregat aspal
dipermukaan lapangan sebelum dicampur dengan aspal .
KELOMPOK 13 Page 62
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
BAB III
PENGUJIAN ASPAL
Pemeriksaan berat jenis aspal ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis aspal
keras yang terdapat pada laboratorium.
3.1.1 Peralatan
1 Thermometer 0C - 2000 C
2 Bak Perendam
3 Piknometer 24ml dan 25ml
4 Corong
5 Bejana Gelas
1 Panaskan jenis aspal keras 50 gram sampai cair dan diaduk, pemanasan tidak boleh
lebih dari 30 menit pada suhu 56C di atas titik lembek.
2 Contoh tersebut dituang ke dalam piknometer yang kering hingga terisi bagian.
3 Bejana diisi dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas piknometer yang
tidak terendam adalah 40 mm, kemudian rendam dan jepit bejana dalam bak
perendam sehingga terendam 100 mm di mana suhu bak perendam adalah 25C.
4 Kemudian timbang piknometer dengan ketelitian 1 mg (A), sebelumnya bersihkan
dan keringkan piknometer tersebut.
5 Bejana diangkat dari bak perendam dan piknometer diisi dengan air suling,
kemudian piknometer ditutup tanpa tekan. Piknometer diletakan dalam bejana dan
tekan penutup hingga rapat.Bejana berisi piknometer dikembalikan ke dalam bak
perendam dan didiamkan 30 menit, kemudian piknometer diangkat dan
dikeringkan dengan lap dan timbang dengan ketelitian 1 mg (B).
KELOMPOK 13 Page 63
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
1/4
6 Benda uji dituangkan dalam piknometer yang telah kering hingga bagian,
biarkan piknometer sampai dingin selama 40 menit, kemudian timbang dengan
ketelitian 1 mg (C).
7 Piknometer yang berisi benda uji diisi dengan air suling dan ditutup tanpa tekan
dan biarkan hingga gelembung udara keluar.
8 Bejana diangkat dari bak perendam dan piknometer diletakan didalamnya,
kemudian tekan tutupnya hingga rapat.
9 Masukan dan diamkan bak bejana dalam bak perendam selama 30 menit,
kemudian piknometer diangkat, dikeringkan, dan ditimbag (D).
Prosedur Perhitungan
Berat jenis aspal dihitung dengan rumus :
Bj =
Keterangan:
= berat piknometer
B = berat piknometer + air
C = berat piknometer + aspal
D = berat piknometer + air + aspal
KELOMPOK 13 Page 64
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
KELOMPOK 13 Page 66
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
KELOMPOK 13 Page 67
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
A. Data Percobaan
BERAT JENIS BITUMEN KERAS DAN TER
Botol Pendek 25 ml Botol Panjang 25 ml
Keterangan (gram) (gram)
Berat Piknometer 40.9 37.9
Berat Piknometer + Air 64.8 59.8
Berat air/isi piknometer 23.9 21.9
Berat piknometer +
56.7 51.7
contoh =
Berat piknometer = 40.9 37.9 -
Berat contoh = 15.8 13.8
KELOMPOK 13 Page 68
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Berat isi
= 15,8
15,4
= 1,03gr/cm3
Berat isi
= 13,8
13,3
= 1,04gr/cm3
Berat Jenis Aspal Rata-rata = Berat Jenis Aspal I + Berat Jenis Aspal II
2
= 1,03 + 1,04
2
= 1,035 gr/cm3
KELOMPOK 13 Page 69
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
APLIKASI LAPANGAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui berat jenis aspal di laboratorium, yang
nantinya dipergunakan dalam perhitungan selanjutnya (job mix), terutama pada pengolahan
data uji marshall, dimana nilai berat jenis aspal ini digunakan untuk mendapatkan berat jenis
maksimum (teoritis) aspal dan agregat, yang nantinya mendapatkan hasil akhir berupa
persentase rongga terhadap campuran.
3.2.1 Peralatan
1 Termometer
2 Cincin Kuningan
3 Bola baja diameter 9,53 mm,berat 3,5 0,05 gram
4 Alat pengarah bola
5 Bejana gelas, tahan panas mendadak dengan diameter dalam 8,5 m dengan tinggi
sekurang-kurangnya 12 cm,kapasitas 80 ml.
6 Dudukan benda uji
7 Penjepit
2 Waktu pemanasan ter tidak boleh lebih dari 30 menit, sedangkan untuk aspal tidak
boleh melebihi 2 jam.
3 Panaskan kedua buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh, dan letakan kedua
cincin di atas plat kuningan yang telah diberi lapisan dari campuran talk dan
clyceron.
4 Tuangkan contoh ke dalam dua buah cincin, diamkan pada suhu sekurang-kurangnya
30 menit.
5 Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang telah
dipanaskan.
KELOMPOK 13 Page 71
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Prosedur pengujian titik lembek secara sederhana dapat dirumuskan dalam diagram
alur berikut:
DIAGRAM ALUR PERCOBAAN TITIK LEMBEK ASPAL
Letakan bejana di atas pemanas dan catat suhunya setiap menitnya, hingga aspal tersebut jatuh(lepas dari rin
KELOMPOK 13 Page 72
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Pengambilan sampel
sebanyak 25 gram
KELOMPOK 13 Page 74
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Waktu (detik)
Nomor Suhu yang diamati (C)
I II
1 5 0 0
2 10 187.29 187.29
3 15 344.27 344.27
4 20 453.18 453.18
5 25 549.17 549.17
6 30 632.51 632.51
7 35 715.94 715.94
8 40 800.48 800.48
9 45 882.98 882.98
10 47 911.24 911.24
11 47.1 919.57
KELOMPOK 13 Page 75
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
KELOMPOK 13 Page 76
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Waktu (Detik)
Sampel II
KELOMPOK 13 Page 77
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Waktu
Nomor Suhu yang diamati (C)
(detik)
1 5 0
2 10 187.29
3 15 344.27
4 20 453.18
5 25 549.17
6 30 632.51
7 35 715.94
8 40 800.48
9 45 882.98
10 47 911.24
11 47.1 919.57
Waktu (Detik)
KELOMPOK 13 Page 78
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Rata-rata
Waktu (detik)
Nomor Suhu yang diamati (C)
I II
1 5 0 0
2 10 187.29 187.29
3 15 344.27 344.27
4 20 453.18 453.18
5 25 549.17 549.17
6 30 632.51 632.51
7 35 715.94 715.94
8 40 800.48 800.48
9 45 882.98 882.98
10 47 911.24 911.24
11 47.1 919.57
KELOMPOK 13 Page 79
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Rata-rata
90
80
70
60
50
GRAFIK TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER STANDART
Suhu (C) 40
30
20
10
0
0 200 400 600 800 1000
Waktu (Detik)
Dalam pelaksanaan pengujian terhadap aspal, yang dimaksudkan dengan titik lembek
adalah suhu dimana aspal dalam cincin yang diletakkan secara horizontal di air yang
dipanaskan secara teratur menjadi lembek karena beban bola baja dengan diameter 9.35 mm
dan berat 3.5 gram yang diletakkan diatasnya, sehingga lapisan aspal tersebut jatuh melalui
jarak 2.54 cm (1 inchi). Nilai titik lembek dapat bervariasi antara 30 oC sampai 200oC),
tergantung nilai penetrasi (SNI).(sumber :PA-0302-76 (AASHTO T-53-74 / ASTM D-36-70)
Dari kedua aspal yang diuji mempunyai nilai penetrasi yang sama belum tentu
mempunyai titik lembek yang sama juga. Aspal dengan nilai titik lembek yang tinggi
menunjukkan bahwa dengan titik lembek yang lebih tinggi menggambarkan bahwa aspal
kurang peka terhadap perubahan temperature, kondisi tersebut lebih baik untuk bahan
pengikat konstruksi perkerasan jalan raya. Sebaliknya, jika aspal dengan titik lembek yang
lebih rendah maka aspal tersebut akan lebih rentan terhadap pengaruh temprature yang
berubah. Bila aspal cepat menjadi lembek dan cepat pula menjadi keras maka waktu
pelaksanaan pencampuran harus dipercepat untuk menghindari penggumpalan yang tidak
diinginkan.
Titik lembek aspal berguna untuk memastikan pada suhu berapa aspal akan melembek
atau meleleh. Khususnya di Indonesia yang beriklim tropis, dimanatemperature pada saat
musim kemarau/ panas akan cukup tinggi. Panas tersebut akan mempengaruhi suhu
permukaan pada aspal. Dengan mengetahui nilai titik lembek aspal, kita dapat mengantisipasi
keadaan aspal. Sehingga jangan sampai aspal yang digunakan akan melembek karena
pengaruh suhu. Kondisi lembek pada jalan akan memungkinkan memungkinkan terjadinya
bleeding jika terkena beban kejut yang besar dari kendaraan.
Dari pengujian titik lembek aspal yang telah dilakukan didapat nilai titik lembek aspal
adalah 47 oC dan 47,1C.
Tabel Hasil Pembahasan
Standar Hasil pengamatan Keterangan
48 C - 58 C
Penetrasi 60 47 C Memenuhi
46 C - 54 C
Penetrasi 80 47,1C Memenuhi
b. Pembahasan Grafik
Pada grafik pengujian titik lembek dapat dilihat proses kenaikkan suhu aspal ketika
percobaan dan proses kenaikkan suhu standart dalam pengujian ini. Waktu yang diperlukan
KELOMPOK 13 Page 81
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
untuk mencapai nilai titik lembek aspal I adalah 911,24 detik = 15, 187 menit dan waktu yang
diperlukan untuk mencapai nilai titik lembek aspal II adalah 919,57 detik = 15, 326 menit .
Standar waktu untuk mencapai suhu yang sama untuk mencapai nilai titik lembek aspal I
adalah 684 detik = 11,4 menit dan standar waktu untuk mencapai suhu yang sama untuk
mencapai nilai titik lembek aspal II adalah 685,2 detik = 11, 42 menit . Selisih waktu titik
lembek aspal I adalah 3,787 menit dan selisih waktu titik lembek aspal II adalah 3, 906 menit.
Pada percobaan yang dilakukan waktu yang ditempuh lebih lambat dibanding dengan
standart prosedur yang ada. Selisih waktu 1,65 menit. Hal ini terjadi dikarenakan penyebaran
panas oleh bunsen tidak merata atau memusat pada daerah tertentu saja. Ketidakmerataan
panas yang diterima bejana berisi air, aspal, dan ring juga dipengaruhi dari kondisi peralatan
praktikum yang digunakan. Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi hal itu adalah karena
benda uji itu sendiri.
KELOMPOK 13 Page 82
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Pengujian titik nyala dann titik bakar bertujuan untuk menentukan titik bakar dan
titik nyala dari aspal beton. Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-
kurangnya 5 detik pada suatu titik diatas permukaan aspal.
Titik nyala dan titik bakar perlu diketahui untuk menentukan temperatur
maksimum pemanasan aspal sehingga aspal tidak terbakar. Pengujian titik nyala dan
titik bakar sebaiknya dilakukan di ruang gelap sehingga nyala api pertama dapat terlihat
dengan jelas.
3.3.1 Peralatan
1 Termometer
2 Cawan Kuningan
3 Gas Burner
4 Penahan Angin
KELOMPOK 13 Page 83
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
10 Ulangi prosedur no.8 sampai no.10 sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di
atas permukaan benda uji. Baca temperatur dan catat sebagai titik nyala.
11 Lanjutkan prosedur no.10 sampai terlihat nyala agak lama, kurang lebih selama 5
detik di atas permukaan benda uji. Baca temperature dan catat sebagai titik
bakarnya.
Prosedur pengujian titik nyala dan titik bakar secara sederhana dapat dirumuskan dalam
diagram alur berikut ini :
Memanaskan contoh aspal (sampai cair 140C) aspal cair dimasukkan dalam cawan Cleveland sampai dingin
Meletakkan termometer tegak lurus dengan jarak 6,4 mm di atas cawan dan diameter cawan dari tepi
Menyalakan gas burner dan mengatur pemanasan sebagai kenaikan suhu 15C per
menit sampai suhu 56C
KELOMPOK 13 Page 84
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
KELOMPOK 13 Page 85
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
43 286
44 287
45 291
46 297
47 306
48 312
49 316
50 322
51 322
52 322
53 323
54 324 324
55 324
56 328
57 334
58 338
59 342
60 348 348
KELOMPOK 13 Page 86
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
21 230
22 234
23 238
24 241
25 243
26 245
27 248
28 251
29 254
30 259
31 263
32 268
33 269
34 271
35 274
36 273
37 276
38 281
39 282
40 283
41 284
42 285
43 286
44 287
45 291
46 297
47 306
48 312
49 316
50 322
51 322
52 322
53 323
54 324 324
55 324
56 328
57 334
58 338
59 342
60 348 348
KELOMPOK 13 Page 87
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Titik Bakar
350
300
250
200
suhu (C) 150
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
Titik Nyala
350
300
250
200
suhu (C) 150
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60
waktu (menit)
KELOMPOK 13 Page 88
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
KELOMPOK 13 Page 89
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
250
200 grafik titik Bakar
suhu (C) 150 standart
grafik titik nyala
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
Dari pengujian titik nyala dan titik bakar aspal yang telah dilakukan didapat nilai titik
nyala aspal adalah 324 oC pada menit ke-54 sedangkan nilai titik bakar aspal adalah 348 oC
pad menit ke-60.
APLIKASI LAPANGAN
Pada kondisi di lapangan, nilai titik nyala dan titik bakar dibutuhkan pada saat
pencampuran agregat dan aspal dalam kondisi panas (hot mix). Karena dengan
mengetahui titik nyala dan titik bakar, dapat diketahui pada suhu berapa jenis aspal
tersebut akan mengeluarkan nyala api.Artinya pada saat pengerjaan di lapangan, ketika
membakar aspal, suhu bakar tidak boleh melebihi suhu nyala aspal. Yang apabila pada
saat pencampuran, suhu terus di naikkan melewati batas titik nyala aspal tersebut, maka
akan menyebabkan aspal terbakar dan apabila aspal mulai terbakar. Terbakarnya aspal
akibat kenaikan suhu yang terus menerus menurunkan kualitas dari aspal yang
digunakan.Uji relatif mudah terbakar menunjukkan apakah aspal telah tercemar dengan
produk ringan, ditambahkan untuk meningkatkan stabilitas. Ditentukan oleh pemanasan
aspal, di bawah kondisi standar, dan mengamati apa suhu uap menyala. Selain itu hal ini
dapat membahayakan bagi para pekerja proyek.
KELOMPOK 13 Page 91
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
penetrasi adalah 1/10 mm, maka makin lunak, makin besar semen aspal dapat
diklasifikasikan menjadi gradasi - gradasi berdasarkan kekasarannnya .
Di Indonesia, aspal semen biasanya dibedakan berdarakan nilai penetrasinya
yaitu :
1 AC dengan penetrasi antara 40-50
2 AC dengan penetrasi antara 60-70
3 AC dengan penetrasi antara 85-100
4 AC dengan penetrasi antara 120-150
5 AC dengan penetrasi antara 200-300
Aspal dengan penetrsi rendah digunakan di daerah bercuaca panas atau lalu -
lintas dengan volume tinggi, sedang aspal semen dengan penetrasi tinggi digunakan
untuk daerah yang bercuaca dingin ataupun lalu lintas dengan volume yang rendah.
Di Indonesia pada umumnya digunakan aspal semen dengan penetrsi 60/70 dan
80/100
3.4.1 Peralatan
1 Alat penetrasi yang dapat menggerakkan jarum naik turun tanpa gesekan dan dapat
mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
2 Pemegang jarum seberat (47.5 + 0.05) gram yang dapat dilepas dengan mudash dasri
alat penetrasi untuk peneraan.
3 Pemberat dari (50 + 0.05) gram dan (100 + 0.05) gram masing-masing dipergunakan
untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gram dan 200 gram.
4 Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 440 C atau HRC 54 sampai 60
dengan ukuran dan bentuk tertentu. Ujung jarum harus berbentuk kerucut
terpancung.
5 Cawan contoh dibuat dari logam atau gelas berbetnuk silinder dengan dasar yang
rata-rata berukuran sebagai berikut :
6 Bak perendam (waterbath) diisi tidak kurang dari 10 liter. Pelat-pelat berlubang,
terletak 50 mm di atas bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah bejana.
KELOMPOK 13 Page 92
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
7 Tempat air untuk benda uji dengan isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang
cukup untuk merendam benda uji.
8 Pengukuran waktu (syop watch)
9 Pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stopwatch dengan skala pembagian
terkecil 0.1 detik atau kurang dari kesalahan tertinggi 0.1 detik per menit.
Pengukuran penetrasi dengan alat otomatis, kesalahan alat tidak boleh lebih dari 0.1
detik.
10 Pengukuran suhu (termometer)
KELOMPOK 13 Page 93
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
10 Lakukan pekerjaan di atas tidak kurang dari tiga kali untuk benda uji yang sama.
Jarak titik pemeriksaan satu sama lain dan dari tepi tidak kurang dari 10 mm.
Catatan
1 Laporkan angka penetrasi rata rata dari sekurang kurangnya 3 pembacaan.
2 Perbedaan pembacaan tidak boleh melebihi ketentuan di bawah ini :
KELOMPOK 13 Page 94
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
KELOMPOK 13 Page 95
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
KELOMPOK 13 Page 96
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Jenis Persyaratan
No. Satuan Metode
Pengujian Pen 40 Pen 60 Pen 80 Pen 120 Pen 200
Penetrasi,
0,01 SNI 06-
1 25C, 100 40 59 60 - 79 80 - 99 120 150 200 300
mm 2456-1991
gr, 5 detik
Titik SNI 06-
2 C 51 63 50 - 58 46 - 54 120 150 200 300
lembek 2434-1990
SNI 06- Min. Min.
3 Titik Nyala C Min. 225 218 117
2433-1991 200 200
4 Daktilitas, cm SNI 06- Min. Min. Min. 100 Min. 100 -
KELOMPOK 13 Page 97
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
APLIKASI LAPANGAN
Aspal dengan penetrasi rendah digunakan untuk daerah bercuaca panas atau lalulintas
dengan volume tinggi, sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi digunakan untuk
daerah bercuaca dingin atau lalulintas dengan volume rendah.
Syarat-syarat aspal semen keras yang diberikan oleh Dirjen Bina Marga-DPU adalah
sebagai berikut :
1 Aspal keras harus berasal dari minyak bumi
2 Aspal harus mempunyai sifat sejenis
3 Kadar parafin dalam aspal tidak melebihi 2%
4 Tidak mengandung air dan tidak berbusa jika dipanaskan sampai 75%
Aspal di Indonesia biasa diperoleh dengan proses destilasi minyak bumi menghasilkan
beberapa macam aspal berdasarkan atas sifat-sifatnya yang berbeda-beda. Salah satunya
adalah Aspal Keras (AC/Asphalt Cement) dan aspal ini terbagi atas beberapan sifat dan
dinyatakan dalam bentuk penetrasi, contoh: AC 40/50, AC 60/70, AC 85/100, AC 120/150,
AC 200/300. AC dengan penetrasi rendah dipakai untuk daerah yang memiliki cuaca panas
dan volume lalu lintasnya tinggi, sedangkan AC dengan penetrasi tinggi dipakai untuk daerah
KELOMPOK 13 Page 98
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
dingin atau untuk volumenya rendah.Dari jenis aspal terdapat beberapa sifat di atas,
berdasarkan kesesuaian dengan kondisi jalan.
Aspal mempunyai sifat thermoplastic yaitu bersifat kental atau keras bila temperature
berkurang dan akan bersifat lunak/cair apabila temperature bertambah. Dengan penambahan
suhu misal terjadi pada kondisi lapangan suatu perkerasan lentur, maka terjadi sifat
thermoplastic dan apabila di barengi dengan penambahan beban, maka dimungkinkan terjadi
deformasi pada perkerasan lentur.
Campuran beraspal panas didefinisikan sebagai kombinasi antara agregat yang dicampur
merata dan dilapis dengan aspal keras.Untuk mengeringkan agregat dan mencairkan aspal
agar mudah dicampur dan dipadatkan dengan baik maka bahan tersebut harus dipanaskan
sebelum pencampuran.
Hal ini sejalan dengan sifat yang dimiliki aspal, yaitu sangat dipengaruhi oleh
temperatur. Disamping itu, kekakuan aspal dipengaruhi juga oleh lamanya waktu
pembebanan. Berhubung aspal merupakan bagian dari campuran beraspal yang berfungsi
sebagai bahan pengikat butiran agregat maka sifat campuran pun akan mengalami
perubahan sejalan dengan berubahnya temperatur dan lamanya waktu pembebanan (M.
Sjahdanulirwan 2009)
AC pen 200-300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200-300Persyaratan Aspal Keras / Aspal
Cemen
KELOMPOK 13 Page 99
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
yang lebih besar akan mengikat butir - butir agregat dengan lebih baik, tetapi lebih
peka terhadap perubahan temperatur.
3.5.1 Peralatan
1 Termometer
2 Mold daktilitas kuningan
3 Bak perendam berisi 10 liter air yang dapat menjaga suhu tertentu selama pengujian
dengan ketelitian 0.18oC dan benda uji dapat direndam sekurang-kurangnya 10 cm
dibawah permukaan air. Bak tersebut dilengkapi dengan plat dasar yang berlubang
yang diletakkan 5 cm dari dasar bak perendam untuk meletakkan benda ujij.
4 Mesin uji daktilitas dengan ketentuan sebagai berikut :
Dapat menarik benda uji dengan kecepatan tetap
Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulakan getaran
selama pemeriksaan
5 Gliserin dan talk
1 Benda uji didiamkan pada suhu 25oC dalam bak perendam selama 85 menit sampai
dengan 95 menit, kemudian lepaskan benda uji dari plat dasar dan sisi-sisi
cetakannya.
2 Memasang benda uji pada mesin uji dan menarik benda secara teratur dengan
kecepatan 5 cm permenit sampai benda uji putus, dengan perbedaan 5 % masih
diijinkan. Membaca jarak antara pemegang cetakan sampai benda uji putus atau
melampaui mistar ukur. Selama percobaan berlangsung benda uji harus selalu
terendam sekurang-kurangnya 2.5 cm darii air dan suhu harus dipertahankan tetap
25oC.
Catatan
Apabila benda uji menyentuh dasar mesin uji atau terapung pada permukaan air maka
pengujian dianggap tidak sesuai atau tidak normal. Untuk menghindari hal tersebut maka
berat jenis air harus disesuaikan dengan berat jenis benda uji dengan menambahkan
gliserin. Apabila pemerikasaan normal tidak berhasil setelah dilakukan 3 kali, maka
dilaporkan bahwa pengujian daktilitas bitumen tersebut gagal.
Prosedur pengujian daktilitas bahan-bahan bitumen secara sederhana dapat
dirumuskan dalam diagram alur berikut ini :
DIAGRAM ALUR
PENGUJIAN DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN
Memanaskan aspal
Aspal dipanaskan
80oC- 100oC di atas
titik lembek
Cetakan dilapisi
dengan Vaselin atau
sabun krim
Sampel didinginkan
selama 40 menit dalam
alat uji tarik
Dilakukan penarikan
benda uji sampai
putus
Daktilitas atau kekenyalan aspal adalah kohesi dari partikel-partikel aspal yang
berusaha untuk terus bersatu agar tidak sampai terlepas satu sama lainnya, dimana keadaan
terlepasnya antara partikel aspal tersebut disebut kondisi putus.
Daktilitas aspal sangat diperlukan dalam suatu campuran bahan perkerasan jalan
dimana aspal sebagai bahan perekat dari agregat yang ada. Gaya kohesi dari aspal tersebut
berusaha untuk mempertahankan agregat tetap ditempatnya dan tidak sampai terlepas.
Sehingga semakin tinggi nilai daktilitas aspal maka semakin baik mutu aspal tersebut sebagai
suatu bahan perekat atau pengikat campuran bahan perkerasan jalan.
Pengujian benda uji dilakukan didalam bak perendam pada suhu 25C ditarik dengan
menggunakan mesin uji pada kecepatan 5 cm per menit sampai benda uji putus.
Pada pengamatan, benda uji detarik menggunakan alat uji sampai melebihi dari batas
ukur alat uji. Benda uji ditarik sampai 1500 mm yang merupakan batas maksimal mesin uji,
akan tetapi benda uji tersebut tidak putus. Hal ini menunjukkan bahwa sifat kohesi dari benda
uji tersebut sangat tinggi ,besarnya sifat kohesi sangat baik untuk bahan campuran perkerasan
jalan. Karena dengan kondisi tersebut jalan tidak mudah pecah atau retak, akan membentuk
ikatan yang baik antara agregat dengan aspal berdasarkan standar minimal untuk daktilitas
adalah 1000mm sesuai dengan SNI berdasarkan nilai penetrasinya (pen 60-70).
(sumber : SNI 06-2432-1992).
Dari pengujian daktilitas aspal yang telah dilakukan didapat nilai daktilitas aspal untuk
sampel 1 sebesar >1500 mm , untuk sampel 2 sebesar > 1500 mm dan untuk sampel 3 sebesar
> 1500 mm. Dan rata rata nilai daktilitas dari ketiga sampel tersebut sebesar > 1500 mm.
Maka, aspal tersebut Memenuhi klasifikasi (pen60-70) .(sumber : Silvia Sukirman . 2003 .
Beton Aspal Campuran Panas hal 116 tabel 4.9)
BAB IV
PENGUJIAN CAMPURAN AGREGAT DAN ASPAL
seperti untuk kelelahan plastis dan kestabilitasnya. Kelelehan plastis (flow) yaitu
keadaan yang dinyatakan dalam mm atau 0.01 (AASSHTO)
4.1.1 Peralatan
1. 3 buah cetakan benda uji yang berdiameter 10 cm (4) dan 7.5 cm (3) lengkap
dengan plat alas dan leher sambung.
2. Landasan pemadat terdirir dari balok kayu (jati atau sejenis) berukuran 20 x 20 x 45
cm, dilapisi dengan plat baja berukuran 30 x 30 x 2.5 cm dan diikat pada lantai beton
dengan 4 bagian siku.
3. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk yang rata berbentuk silinder, berat
4.356 kg (10 pounds), tinggi hatuh bebas 45.7 cm (18).
4. Alat pengeluar benda uji (ekstruder).
5. Bak predam (waterbath), lengkap dengan pengatur suhu.
6. Mesin pengaduk (mixer), kapasitas 10 liter.
7. Mesin tekan dengan :
Keringkan agregat sampai beratna tetap pada suhu (105+5) oC, pisahkan agregat
dengan caara penyaringan kering ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki atau
seperti berikut:
1 sampai
sampai
sampai 3/8
no. 4 sampai no. 8
no. 8 sampai no. 30
no. 30 sampai no. 50
no. 50 sampai no. 100
no. 100 sampai no. 200
no. 200 sampai pan
2. Penentuan suhu pencampuran dan pemadatan
Suhu pencampuran dan pemadatan harus ditentukan sehingga bahan pengikat yang
dipakai menghasilkan viskositas yng disyaratkan.
3. Persiapan pencampuran
Untuk tiap benda uji diperlukan agregat sebanyak 1200 gram sehingga
menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 6.35 + 0.125 cm (2.5 + 0.05).
Panaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 28 oC di atas suhu
pencampur untuk aspal panas dan ter, lalu diaduk sampai merata. Untuk aspal
dingin panaskan sampai 14 oC di atas suhu ppencampuran.
Sementara itu, panaskan aspal sampai suhu pencampuran.
Tuangkan aspal sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah
dipanaskan tersebut.
Aduklah dengan cepat sampai agregat terlapis merata.
4. Pemadatan benda uji
Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk
dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 93.3oC dan 148.9oC.
Letakkan selembar kertas kering atau kertas penghisap yang sudah digunting
menurut aturan cetakan ke dalam dasar cetakan.
11. Pasang arloji kelelehan (flowmeter) pada kedudukannya pada salah satu batang
penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol.
12. Naikkan kepala penekan beserta benda ujinya sehingga menyentuh alas cincin
penguji sebelum pembebanan.
13. Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sebesar 50 per menit
sampai pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan.
14. Catat pembebanan maksimum.
15. Lepaskan selubung tangkai arloji kelelehan pada saat pembebanan mencapai
maksimum dan catat nilai kelelehan yang ditunjukkan oleh jarum arloji kelelehan.
Prosedur pengujian campuran aspal dengan alat Marshall sederhana dapat dirumuskan
dalam diagram alur berikut ini:
DIAGRAM ALUR
PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL
Aspal dipanaskan hingga 140oC dan agregat dipanaskan sampai 160oC, kemudian dicampu
Dikeringkan d
Ditimbang
Uji pada
PENGUJIAN MARSHAL
Aspal ditambahkan 5 %, 6 %,
dan 7 % kemudian dicampur
dengan agregat
Dimasukkan dalam
waterbath,
selama 30 menit
a. Hasil Percobaan
Berat
Volum
Kadar Berat Benda Berat (100-
Berat Benda e Kandunga
Kadar Aspal Aspal Benda Uji Uji Isi BJ (bxg)/b b)*g/
Uji SSD Benda n rongga
(%) Dalam Kering dalam Benda Teoritis j aspal bj
(gram) Uji (%)
Campuran (gram) Air Uji agregat
(cm3)
(gram)
A B C D E F G H I J K
4.7619047 2.1826 10.088 89.501
5 1061.2 1063.2 575 488.2 2.1737 0.40967
6 4 9 4
4.7619047 2.3839 2.4013 11.064 88.213
5 1057.3 1060.5 617 443.5 0.72153
6 9 2 9 5
4.7619047 2.4052 2.4200 11.163 88.223
5 1060 1062.7 622 440.7 0.61266
6 6 9 7 7
5.6603773 2.3124 2.3645 12.758 85.039
6 1050.1 1060.1 606 454.1 2.20216
6 9 6 2 7
5.6603773 2.2967 2.3616 12.671
6 1044.1 1056.6 602 454.6 84.579 2.74967
6 4 8 3
5.6603773 2.3920 2.4109 13.197 86.018
6 1037.2 1040.6 607 433.6 0.78413
6 7 7 2 7
6.5420560 2.4348 2.4473 15.525 83.964
7 1099.1 1101.4 650 451.4 0.50953
7 7 4 8 7
6.5420560 2.4489 2.4540 15.615 84.179
7 1075.1 1076 637 439 0.20501
7 7 1 7 3
6.5420560 2.4341 84.190
7 1064.2 1065.7 627 438.7 2.4258 15.468 0.34192
7 3 1
%
Px Tebal Stabilita
% rongga rongga Dial Angka
% rongga terisi Stabilita angka benda Dial Keleleha s/
terhadap terhadap stabilita korelas
aspal s (kg) korelas uji flow n (mm) keleleha
agregat campura s (div) i
i (kg) (mm) n [q/r]
n
L M N O P Q S R T
10.498567 0.40966 286.719
9 96.09786617 8 103.5 1175.55 1.276 1500 5.5 410 4.1 1
11.786470 0.72153 1422.0 194.707
3 93.87829231 3 102 1158.51 1.2275 7 5.62 595 5.95 8
11.776335 0.61266 257.292
9 94.79751868 2 111 1260.73 1.2181 1535.7 5.645 490 4.9 4
2.20215 1251.6 179.834
14.960322 85.28000855 8 95 1079.01 1.16 5 5.805 600 6 3
15.420984 1355.1 146.896
9 82.16929688 2.74967 97 1101.72 1.23 2 5.615 750 7.5 2
b. Pengolahan data
Analisa Tabel
Contoh perhitungan diambil dari nomer benda uji 1, dengan data-data sebagai berikut ini :
Kadar Aspal (a) = 5%
Berat Agregat = 1000 gram
Berat Jenis Aspal = 1.033 gr/cm3
Berat Kering Benda Uji (c) = 1061.2gram
Berat SSD Benda Uji (d) = 1063.2 gram
Berat Benda Uji dalam Air (e) = 575 gram
Tinggi Benda uji = 55 mm
=
= 4.762% (b)
Volume =
Berat Isi =
=
= 2.1737 gram/cm3 (g)
Berat Jenis Agregat
Berat Agregat = % agregat berat kering benda uji
= (100 4.762)% 1061.2 gram
= 95.238% 1061.2 gram
= 1010.667gram
Volume Agregat = volume campuran volume aspal
=
= 436.946cm3
=
= 2.313 gram/cm3
BJ =
=
= 10.0889 % (i)
=
= 89.5014 % (j)
=
= 96.0979% (m)
= 0.4097% (n)
Maka didapatkan :
x = 1.25 + 1.32-1.25)
= 1.25 + 0.02625
= 1.276
=
= 286.719kg/mm (t)
JK total =
= 262.00073
JK regresi =
= 177.04545
R2 = =0,6757441
JK total =
= 6.4109435
JK regresi =
KELOMPOK 13 Page 126
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
= 4.2563483
R2 = = 0,675441
3. Analisa Persentase Aspal terhadap Kelelehan
9 b0 + 54 b1 + 330 b2 = 46600
54 b0 + 330 b1 + 2052 b2 = 277900
330 b0 + 2052 b1 + 12966 b2 = 1685400
JK total =
= 11.542156
JK regresi =
= 4.5905556
R2 = =0.39777208
JK total =
= 57535.38
JK regresi =
= 28402.181
R2 = = 0.4936472
9 b0 + 54 b1 + 330 b2 = 2045.862
54 b0 + 330 b1 + 2052 b2 = 12310.566
330 b0 + 2052 b1 + 12966 b2 = 75588.603
JK total =
= 24450.642
JK regresi =
= 11298.278
R2 = = 0.4620851
JK total =
= 35.778592
JK regresi =
= 33.568053
R2 = =0.9382162
JK total =
= 0.1209405
JK regresi =
= 0.0685609
R2 = =0.5668977
X Y X2 X3 X4 XY X2Y Y2
5 96.098 25 125 625 480.489 2402.447 9234.800
5 93.878 25 125 625 469.391 2346.957 8813.134
5 94.798 25 125 625 473.988 2369.938 8986.570
6 85.280 36 216 1296 511.680 3070.080 7272.680
6 82.169 36 216 1296 493.016 2958.095 6751.793
6 94.392 36 216 1296 566.349 3398.097 8909.770
7 96.822 49 343 2401 677.757 4744.301 9374.592
7 98.704 49 343 2401 690.929 4836.504 9742.511
7 97.837 49 343 2401 684.861 4794.028 9572.139
54 839.979 330 2052 12966 5048.461 30920.447 78657.988
X Y X2 X3 X4 XY X2Y Y2
X Y X2 X3 X4 XY X2Y Y2
5 4.100 25 125 625 20.500 102.500 16.810
5 5.950 25 125 625 29.750 148.750 35.403
5 4.900 25 125 625 24.500 122.500 24.010
6 6.000 36 216 1296 36.000 216.000 36.000
6 7.500 36 216 1296 45.000 270.000 56.250
6 4.900 36 216 1296 29.400 176.400 24.010
7 5.260 49 343 2401 36.820 257.740 27.668
7 4.610 49 343 2401 32.270 225.890 21.252
7 3.380 49 343 2401 23.660 165.620 11.424
54 46.600 330 2052 12966 277.900 1685.400 252.827
X Y X2 X3 X4 XY X2Y Y2
5 1175.548 25 125 625 5877.741 29388.703 1381913.396
5 1158.511 25 125 625 5792.556 28962.780 1342148.192
5 1260.733 25 125 625 6303.664 31518.319 1589447.124
6 1079.006 36 216 1296 6474.033 38844.199 1164252.925
6 1101.721 36 216 1296 6610.329 39661.972 1213790.113
6 1010.858 36 216 1296 6065.147 36390.881 1021833.509
7 1203.943 49 343 2401 8427.601 58993.207 1449478.767
7 1010.858 49 343 2401 7076.005 49532.033 1021833.509
7 1101.721 49 343 2401 7712.050 53984.350 1213790.113
54 10102.899 330 2052 12966 60339.125 367276.444 11398487.649
X Y X2 X3 X4 XY X2Y Y2
5 286.719 25 125 625 1433.595 7167.976 82207.817
5 194.708 25 125 625 973.539 4867.694 37911.113
5 257.292 25 125 625 1286.462 6432.310 66199.380
6 179.834 36 216 1296 1079.006 6474.033 32340.359
6 146.896 36 216 1296 881.377 5288.263 21578.491
6 206.298 36 216 1296 1237.785 7426.710 42558.663
7 228.887 49 343 2401 1602.206 11215.439 52389.031
7 219.275 49 343 2401 1534.925 10744.476 48081.531
7 325.953 49 343 2401 2281.672 15971.701 106245.415
54 2045.862 330 2052 12966 12310.566 75588.603 489511.801
X Y X2 X3 X4 XY X2Y Y2
5 10.499 25 125 625 52.493 262.464 110.220
5 11.786 25 125 625 58.932 294.662 138.921
5 11.776 25 125 625 58.882 294.408 138.682
6 14.960 36 216 1296 89.762 538.572 223.811
6 15.421 36 216 1296 92.526 555.155 237.807
6 13.981 36 216 1296 83.888 503.328 195.478
7 16.035 49 343 2401 112.247 785.730 257.131
7 15.821 49 343 2401 110.745 775.216 250.296
7 15.810 49 343 2401 110.669 774.685 249.953
X Y X2 X3 X4 XY X2Y Y2
5 2.313 25 125 625 11.565 57.826 5.350
5 2.574 25 125 625 12.869 64.346 6.625
5 2.597 25 125 625 12.983 64.913 6.742
6 2.565 36 216 1296 15.392 92.354 6.581
6 2.562 36 216 1296 15.371 92.225 6.563
6 2.623 36 216 1296 15.741 94.445 6.883
7 2.710 49 343 2401 18.971 132.798 7.345
7 2.719 49 343 2401 19.032 133.227 7.392
7 2.693 49 343 2401 18.850 131.949 7.251
54 23.356 330 2052 12966 140.774 864.081 60.732
80
70
Rongga Terisi Aspal (%)
60
50
40
4.0 5.0 6.0 7.0 8.0
0
4.0 5.0 6.0 7.0 8.0
f(x) =
R = 0
Hubungan Persentase Aspal terhadap Kelelehan (Flow)
8
5
Kelelehan (mm) 4
1
4.0 5.0 6.0 7.0 8.0
f(x) =
R = 0
Hubungan Persentase Aspal terhadap Stabilitas
1200
1100
1000
900
S tabilitas (kg)
800
700
600
500
4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0
300
250
f(x) = 74.46x^2 - 887.66x + 2822.95
R = 0.46
200
S tabilitas/Kelelehan (kg/mm)
150
100
50
0
4.0 5.0 6.0 7.0 8.0
16.000
f(x) = - 1.17x^2 + 16.26x - 40.8
15.000 R = 0.94
14.000
Rongga dalam agregat 13.000
12.000
11.000
10.000
4 5 6 7 8
Presentase aspal (%)
2.700
f(x) = 0.02x^2 - 0.1x + 2.57
2.600 R = 0.57
2.500
Berat je nis agregat 2.400
2.300
2.200
2.100
4 5 6 7 8
Pengujian dengan alat Marshall dilakukan sesuai dengan prosedur Bina Marga.
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik campuran, menentukan ketahanan
atau stabilitas terhadap kelelehan plastisitas (flow) dari campuran aspal. Hubungan antara
ketahanan (stabilitas) dan kelelehan plastisitas (flow) adalah berbanding lurus, semakin besar
stabilitas, semakin besar pula flownya, dan begitu juga sebaliknya. Jadi semakin besar nilai
stabilitasnya maka aspal akan semakin mampu menahan beban, demikian juga sebaliknya.
Dan jika flow semakin tinggi maka aspal semakin mampu menahan beban.
Dari hasil pengamatan pada pengujian Marshall kemudian dibuat grafik hubungan
antara persentase kadar aspal dengan persentase rongga terisi aspal (VFA), persentase rongga
dalam campuran (VIM), kelelehan (flow), stabilitas, dan perbandingan antara stabilitas dan
kelelehan (MQ). Berikut ini penjelasan dari data data diatas:
Void Filled with Aspalt (VFA). VFA adalah rongga terisi aspal pada campuran setelah
mengalami proses pemadatan yang dinyatakan dalam persen terhadap rongga antar
butiran agregat (VMA), sehingga antara nilai VMA dan VFA mempunyai ikatan yang
sangat erat. Faktor faktor yang mempengaruhi VFA antara lain kadar aspal, gradasi
agregat, energi pemadat (jumlah dan temperatur pemadatan), dan absorbi agregat.
Mengecilnya nilai VMA pada kadar aspal yang tetap, berakibat memperbesar
persentase rongga terisi aspal.
Void In the Mix (VIM). VIM menunjukkan persentase rongga dalam campuran. Nilai
VIM berpengaruh terhadap keawetan dari campuran aspal agregat, semakin tinggi
nilai VIM menunjukkan semakin besar rongga dalam campuran sehingga campuran
bersifat porrous.
Kelelehan (flow) adalah deformasi vertikal yang terjadi mulai awal pembebanan
sampai kondisi stabilitas menurun, yang menunjukkan besarnya deformasi yang
terjadi pada lapis perkerasan akibat menahan beban yang diterimanya. Besarnya nilai
flow dinyatakan dalam mm atau 0,01. Nilai flow dipengaruhi oleh kadar aspal,
viscositas aspal, gradasi agregat, jumlah dan temperatur pemadatan.
Stabilitas merupakan kemampuan lapis perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa
mengalami perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) seperti gelombang, alur
(rutting), maupun mengalami bleeding. Nilai stabilitas dipengaruhi oleh kohesi atau
penetrasi aspal, kadar aspal, gesekan (internal friction), sifat saling mengunci
KELOMPOK 13 Page 139
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
(interlocking) dari partikel partikel agregat, bentuk dan tekstur permukaan, serta
gradasi agregat.
Marshall Quotient (MQ). Nilai MQ menyatakan sifat kekakuan suatu campuran. Bila
nilai MQ terlalu tinggi, maka campuran akan cenderung teralu kaku dan mudah retak.
Sebaliknya bila nilai MQ terlalu rendah, maka perkerasan menjadi terlalu lentur dan
cenderung kurang stabil.
Dari hasil yang telah didapatkan tersebut dapat diperoleh kadar aspal optimum
berdasarkan kriteria diatas, untuk kemampuan campuran yang sesuai dengan SNI 03-1737-
1989.
Persyaratan campuran lapis aspal untuk lalu lintas berat berdasarkan buku SNI 03-
1737-1989 Tabel IV adalah sebagai berikut :
Rongga terisi aspal = > 75%
Rongga dalam campuran = 3% - 5%
Kelelehan = 2mm 4 mm
Stabilitas = > 550 kg
Stabilitas Kelelehan = 200 kg/mm 350 kg/mm
Dalam perencanaan campuran aspal yang ideal maka harus memenuhi syarat antara
lain stabilitas yang tinggi, fleksibilitas yang rendah, rongga pori yang kecil, dan rongga dalam
campuran yang kecil.
Pembahasan Grafik
Dari data hasil praktikum pengujian campuran aspal dan alat Marshall yang telah
dilakukan, didapatkan nilai nilai yang kemudian dijadikan dasar penyusunan grafik grafik
antara lain :
1. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Rongga Terisi Aspal, mempunyai
persamaan regresi y = 405.425148 -107.4799969x + 9.07597557x2
2. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Rongga dalam Campuran, mempunyai
persamaan regresi y = - 49.4302202 + 17.2286368x - 1.44526705x2
3. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Kelelehan (Flow), mempunyai persamaan
regresi y = -43.7666667 + 16.9166667 x -1.43333333 x2
4. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Stabilitas, mempunyai persamaan regresi
y = 4511.0003 + -1102.66793 x + 88.024135x2
5. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Stabilitas Kelelehan, mempunyai
persamaan regresi y = 2822.94806 -887.65659x + 74.462985x2
6. Grafik Kadar Aspal Optimum
3. Kelelehan (flow)
y minimum = 4 mm
c1 = -43.7666667
b = 16.9166667
a = -1.43333333
c2 = (c1-4) = -47.7666667
Sehingga persamaan menjadi --> y = -47.7666667 + 16.9166667 x -1.43333333 x2
Dari persamaan tersebut didapat xmax = 7.125148553
xmin = 4.6771770
4.Stabilitas
3. Grafik hubungan antara Kelelehan (mm) dengan Kadar Aspal (%), mempunyai
persamaan regresi y =-43.7666667 + 16.9166667 x -1.43333333 x2 dengan nilai y
minimum = 2 mm, dan y maksimum = 4 mm, didapat xmax = 7.125148553% dan
xmin = 4.6771770 %
4. Grafik hubungan antara Stabilitas (kg) dengan Kadar Aspal (%), mempunyai
persamaan regresi y =4511.0003 + -1102.66793 x + 88.024135x2 dengan nilai y
minimum = 550 kg, Akan tetapi tidak bisa mendapatkan nilai x dikarenakan nilai x
yang dihasilkan imajiner.
5. Grafik hubungan antara Perbandingan Stabilitas dan Kelelehan (kg/mm) dengan Kadar
Aspal (%), mempunyai persamaan regresi y =2822.94806 -887.65659x + 74.462985x2
dengan nilai y minimum = 200 kg/mm dan y maksimum = 35- kg/mm, sehingga
didapat xmax = 6.509359324 % dan xmin = 5.411417019 %
6. Persentase kadar aspal yang diperoleh dari grafik 1 sampai grafik 5 diplotkan dalam
satu diagram pita metode Bina Marga yang berguna untuk memperoleh besarnya kadar
aspal optimum.
Kesimpulan
Dari grafik pita diperoleh nilai nilai optimum yang didapat adalah sebagai berikut :
Kadar Aspal Optimum = 5.96 %
1. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Rongga Terisi Aspal
y = 405.425148 -107.4799969x + 9.07597557x2
= 87.23753982% (memenuhi syarat)
2. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Rongga dalam Campuran
y = - 49.4302202 + 17.2286368x - 1.44526705x2
= 1.914257085% (tidak memenuhi syarat)
3. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Kelelehan (Flow)
y = -43.7666667 + 16.9166667 x -1.43333333 x2
= 6.142373617 mm (tidak memenuhi syarat)
4. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Stabilitas
y = 4511.0003 + -1102.66793 x + 88.024135x2
= 1065.857551 kg (memenuhi syarat)
5. Grafik Hubungan Persentase Aspal terhadap Stabilitas Kelelehan
y = 2822.94806 -887.65659x + 74.462985x2
= 177.5591516 kg/mm (memenuhi syarat)
KELOMPOK 13 Page 144
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
Pembahasan Grafik
Dari grafik pengolahan KAO (Kadar Aspal Optimum) digunakan koefisien
determinasi (R2) yaitu nilai kesesuaian antara regresi linear (rancangan benda uji) dengan titik
pengamatan (hasil benda uji). Rentang nilai R 2ini sebesar 0<R2<1. Nilai ini dapat
menunjukkan besarnya stabilitas dan flow dalam suatu campuran sehingga data stabilitas dan
flow dapat menunjukkan grafik yang sesuai dengan fungsi regresi. Apabila nilai R2 bernilai 1,
maka nilai regresinya sebanding dengan titik pengamatan sehingga grafik menjadi satu garis
lurus. Dan jika dalam suatu grafik nilai R2 mendekati 0, maka nilai regresi tersebut akan
semakin besar sehingga nilai keakuratannya semakin kecil. Begitu sebaliknya apabila nilai R 2
mendekati 1 maka nilai keakuratannya semakin besar (data percobaan sesuai dengan garis
regresi).
Sedangkan R merupakan koefisien relasi yang menunjukkan kuatnya hubungan antara
koefisien X dan Y. Dan rentang R ini sebesar -1 < R <1. Ketika nilai R semakin mendekati 1
maka hubungan koefisien X dengan Y semakin kuat dan bersifat searah. Bila nilai X naik
maka nilai Y juga naik. Dan bila nilai R semakin mendekati -1 maka hubungan koefisien X
dan Y juga semakin kuat namun bersifat berlawanan. Bila nilai X naik maka nilai Y turun.
Dan ketika nilai R semakin mendekati 0 maka hubungan koefisien X dan Y semakin lemah
(tidak berhubungan).
GRAFIK PITA
RTA
S/K
K
1 S
VIM
Dari lima persamaan regresi diatas, persamaan kelelehan berkisar antara 6 -6.5 mm. Nilai
tersebut tidak memenuhi dengan standar Lapis Aspal Beton untuk jalan raya yang bernilai
antara 2 mm hingga 4 mm . Persamaan aspal terhadap rongga campuran berkisar antara 1.5 %
KELOMPOK 13 Page 145
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
- 2%. Nilai tersebut tidak memenuhi dengan standar Lapis Aspal Beton untuk jalan raya yang
bernilai 3 5 %. Dalam hal ini, bahan uji percobaan memiliki rongga yang kecil yang
disebabkan agregat terlalu pipih dan kurang lonjong. Hal ini menyebabkan nilai stabilitas /
kelelehan sangat tinggi dan tidak memenuhi standar.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan aspal yang ada apakah
sesuai dengan spesifikasi yang ada. Kadar aspal merupakan presentase dan endapan dan
campuran yang dibuat dalam percobaan dibandingkan dengan berat aspal ini diperlukan
untuk perhitungan dalam analisa campuran.
4.2.1 Peralatan
1. Reflux Extractor
2. Tabung Gelas
3. Saringan Kerucut
4. Tabung Pendingin
5. Pemanas
6. Kertas Saring
7. Kawat Asbes
8. Cairan Pencampur
9. Oven
10. Pendingin
9. Menghidupkan hot plate dengan menekan saklar ke posisi ON. Mengatur panas yang
terjadi dengan memutar tombol pengatur suhu sedemikian rupa sehingga bahan
pelarut mendidih dengan mantap. Pemanasan harus dilakukan secara hati-hati agar
tidak terjadi luapan bahan pelarut melalui bibir kerucut. Proses ekstraksi ini
dilakukan terus sampai bahan pelarut yang keluar dari ujung kerucut tidak keruh
lagi.
10. Mematikan hot plate dengan menekan saklar pada posisi OFF. Membiarkan aliran
air ke condensor terus berlangsung sampai tabung gelas cukup dingin.
11. Mengangkat rangka kerucut dan mengeringkan sampel di udara.
12. Memasukkan kertas saring berikut ekstrak agregat ke dalam cawan yang telah
ditimbang sebelumnya. Mengeringkan dalam oven pada suhu 110 C selama 24 jam,
setelah itu mendinginkan dengan desicatorselama 10 menit lalu menimbang kertas
saring + agregat yang tertingga. Menghitung berat endapan atau agregat yang
tertinggal di kertas saring (B) gram.
13. Menghitung kadar bitumen dalam campuran.
Kadar aspal =
Prosedur Perhitungan
Kadar aspal dihitung dengan rumus:
Kadar aspal =
Keterangan:
A = berat benda uji
B = berat endapan atau agregat yang tertinggal di kertas saring
Prosedur pengujian ekstraksi secara sederhana dapat dirumuskan dalam diagram alir berikut.
DIAGRAM ALUR PENGUJIAN KADAR ASPAL
Ambil benda uji dengan kadar aspal 5% dan ditimbang seberat 300 gram.
KELOMPOK 13 Page 148
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Jl. MT.Haryono 167 Malang Telp. (0341)577200 fax. (0341)577200
a. Hasil Percobaan
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar aspal dalam campuran yang telah
dibuat pada benda uji Marshal, apakah kadar aspal tersebut sesuai dengan kadar aspal rencana
yang telah ditentukan sebelumnya. Pada pengujian ini menggunkan 2 sampel, yaitu campuran
dengan kadar aspal 6% dan 7&
Berat (gram)
Keterangan
Sampel 1 (6%) Sampel 2 (7%)
Berat Sampel (A) 300 300
Berat Kertas Saring 3.7 3.8
Berat Kertas Saring + Sampel 303.7 303.8
Berat Kertas Saring + Mineral 279.5 277.8
Berat Endapan (B) 24.2 26
Berat Aspal dalam Campuran 8.066666667 8.667
b. Pengolahan Data
Kadar aspal =
diperoleh pada pengujian sampel ternyata lebih besar dari kadar aspal yang direncanakan.
Pada sampel 1 diperoleh kadar aspal dalam campuran sebesar 8.067% ,dengan kadar aspal
rencana sebesar 6%, Sedangkan pada sampel 2 diperoleh kadar aspal dalam campuran
sebesar 8.667%, dengan kadar aspal rencana sebesar 7%.
Seharusnya, kadar aspal hasil pengujian dan kadar aspal rencan harus sama. Jika kadar
aspal yang diperoleh lebih besar daripada yang direncanakan, maka kemungkinan akan terjadi
bleeding. Sebaliknya, jika kadar aspal yang diperoleh lebih kecil dari yang direncenakan,
maka akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam menahan beban lalu lintas, karena
ikatan antar agregat kurang kuat.
Percobaan nilai kadar aspal yang diperoleh dan dengan yang direncenakan
kemungkinan diakibatkan pengadukan campuran aspal yang tidak merata, benda uji pecah
saat proses pembuatan sehingga benda uji dibuat ulang dan kemungkinan ada aspal yang
berlebih. Selain itu pada saat pengambilan sampel untuk ektraksi diambil secara acak
sehingga sampel yang terambil kemungkinan terlalu banyak mengandung aspal.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Praktikum uji bahan perkerasan jalan yang telah dilakukan di Laboratorium Jalan
Raya terdiri dari pengujian agregat, pengujian aspal dan pengujian campuran antara
aspal dan agregat.
b. Untuk peralatan pratikum seperti neraca atau timbangan tidak akurat. Sehingga
menyebabkan data tidak akurat dan teliti. Sebaiknya diperbaiki dahulu sebelum
dilakukan kegiatan pratikum.
c. Untuk percobaan Marshall, sebelum pembacaan dial flow harus dikalibrasi ulang
terlebih dahulu untuk mengetahui bekerja dengan baik atau tidak.Minimal 1 tahun
1 kalibrasi ulang.
d. Untuk percobaan penetrasi, cawan yang digunakan harus dibersihkan terlebih
dahulu, sehingga tidak ada sisa aspal yang menempel didalam cawan yang
mengakibatkan hasil tidak akurat.
e. Pada pengujian kadar aspal (ekstraksi), sebaiknya bahan kimia yang diperlukan
dalam pengujian disediakan lebih banyak agar pengujian yang dilakukan menjadi
lebih akurat.
f. Lebih teliti dalam percobaan dan menggunakan alat dengan benar.
g. Sebaiknya bahanbenda uji untuk praktikum tidak digunakan lebih dari satu kali
pada semuapercobaanujiaspal (penetrasi, titiknyala, titikbakar, daktilitas,
titiklembekdanberatjenis) dalampraktikum.
h. Pada pengujian marshall diupayakan peserta dapat memahami langkah-langkah
dan maksud dari pengamatan menggunakan alat marshall. Sehingga dapat
mempermudah pengolahan data dan mendapatkan hasil yang sesuai.
i. Pada praktikum supaya agregat memenuhi standar campuran lapis aspal beton
berdasarkan SNI 03-1737-1989 tabel IV diharapkan agregat berbentuk lebih
lonjong dan tidak terlalu pipih. Sehingga menambah rongga dalam campuran
benda uji dan nilai stabilitas memenuhi standar.