Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Biji Alpukat


Tanaman alpukat berasal dari Amerika tengah yang beriklim tropis dan telah
menyebar hampir ke seluruh negara sub-tropis dan tropis termasuk indonesia.
Hampir semua orang mengenal dan menyukai buah alpukat, buah alpukat
mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Disamping daging buahnya, biji alpukat
juga memiliki potensi karena proteinnya tinggi bahkan alpukat memiliki kandungan
minyak yang cukup tinggi sehingga biji alpukat dapat dijadikan sebagai sumber
minyak nabati. Minyak biji alpukat mengandung fatty acid methyl esters yang
berpotensi sebagai bahan bakar alternatif : avocado biodiesel. Selain itu ekstrak biji
alpukat mempunyai fungsi dalam bidang lain, yaitu sebagai obat antidiabetes . Biji
alpukat mengandung 15% sampai dengan 25% minyak (Prasetyowati, dkk., 2010). Tabel
2.1 merupakan komposisi asam lemak yang terkandung dalam minyak biji alpukat.
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Biji Alpukat
Asam Lemak Komposisi (%)
Asam Miristat (14:0) 1,4120
Asam Palmitat (16:0) 20,3439
Asam Stearat (18:0) 1,2328
Asam Arachidat (20:0) 1,8139
Asam Palmitoleat (16:1) 2,7729
Asam Oleat (18:1) 15,8823
Asam Gadoleat (20:1) 4,2160
Asam Linoleat (18:2) 47,3531
Asam Linolenat (18:3) 4,9721
(Risyad, 2015)

2.2 Asam Linoleat (Omega 6)


Asam linoleat (omega 6) adalah asam lemak tidak jenuh ganda yang memiliki
ikatan ganda pertamanya pada posisi ke-6. Omega 6 termasuk salah satu asam lemak
esensial, yaitu asam yang tidak bisa dibuat oleh tubuh baik dari asam lemak lain
maupun dari karbohidrat ataupun asam amino. Asam lemak esensial sangat penting
bagi pertumbuhan dan perkembangan normal janin dan bayi, serta untuk
perkembangan otak dan penglihatan.
Asam lemak esensial sebenarnya terdiri dari asam linoleat (linoleic acid), asam
linolenat (linolenic acid) serta asam arachidonic (arachidonic acid). Asam
arachidonat adalah salah satu jenis asam lemak omega-6 yang banyak dijumpai pada
membran sel dan merupakan senyawa yang penting dalam komunikasi antar sel dan
menjadi senyawa prekursor (penyusun) bagi senyawa-senyawa penting lainnya
dalam tubuh. Senyawa induknya adalah asam linoleat (LA = linoleic acid) atau
omega 6 (Diana, 2013).
Rumus kimia asam linoleat sering ditulis dengan C:18:2:9,12, artinya asam
lemak ini memiliki atom C berjumlah 18, memiliki ikatan rangkap berjumlah 2 yaitu
pada ujung bernomor 9 dan 12 yang dihitung dari gugus karboksil. Posisi ikatan
ganda juga dapat ditulis dengan simbol omega (). Asam linoleat dapat disebut 6
dan 9 karena memiliki ikatan ganda pada atom C nomor 6 dan 9. Adapun rumus
bangun dari asam linoleat adalah sebagai berikut :
CH3(CH2)4C=C- CH2C=C(CH2)7COOH

H H H H
Gambar 2.1 Struktur bangun asam linoleat
(Surdayantiningsih, 2009)
Sumber makanan yang mengandung asam linoleat (omega 6) antara lain pada
daging, unggas, telur, alpukat, sereal, gandum, margarin, minyak nabati, minyak biji
rami, minyak kedelai, minyak biji kapas, minyak bunga matahari, minyak jagung,
biji labu, biji bunga matahari, biji kenari, kacang mete, kacang kedelai, dan kacang-
kacangan lainnya. Jumlah asam linoleat (omega 6) yang diperlukan oleh tubuh
sekitar 7-16 g perhari tergantung usia dan jenis kelamin. Asam lemak omega 6 sama
pentingnya seperti asam lernak omega 3, meski jumlahnya tidak dianjurkan sebesar
omega 3. Namun faktanya, orang justru lebih banyak mengkonsumsi asam lemak
omega 6 dibandingkan omega 3. Hal ini disebabkan karena banyak makanan yang
kita makan sehari-hari menggunakan minyak yang tinggi kandungan asarn lemak
omega,6.
Omega 6 sama esensialnya dengan omega 3 namun dalam pengkonsumsiannya
harus hati-hati sebab apabila jumlahnya tidak seimbang dengan konsumsi omega 3,
akan berakibat negatif bagi tubuh walaupun omega 6 memiliki arti penting bagi
tubuh, sehingga rasio seimbang antara omega 6 dan omega 3 sangatlah penting. Bila
rasio keseimbangan tidak diperhatikan akan terjadi perubahan fungsi pada omega 6
dan omega 3. Perbandingan konsumsi omega 6: omega 3 adalah 1:2 (Diana, 2013).

2.3 Manfaat Asam Linoleat (Omega 6)


Peran omega 3 seringkali bekerja sinergis dan didukung oleh keberadaan
omega 6. Beberapa manfaat omega 3 didukung dan bahkan hanya bisa muncul oleh
keberadaan omega 6. Peran omega 6 menjadi penting karena sifatnya yang
mendukung fungsi omega-3. Namun, fungsi omega 6 tidak semata-mata sebagai
penyokong omega 3. Omega 6 juga memiliki kelebihan tersendiri yang tak kalah
pentingnya dari omega 3. Omega 6 mempunyai beberapa keuntungan, terutama bagi
para binaragawan karena lemak jenis ini membantu mencegah pemecahan otot dan
meningkatkan pertumbuhan otot. Lemak ini juga mempunyai efek anti peradangan
sehingga dapat meningkatkan daya pulih bagi para binaragawan. Keuntungan
mengkonsumsi omega 6 sama dengan lemak tak jenuh tunggal (omega 9) yaitu
membantu melawan penyakit jantung dan depresi. Defisiensi omega 6 yang
berkepanjangan dapat berakibat fatal. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa
asam lemak tidak jenuh ganda berasal dari minyak sayuran teratama asam lemak
omega 6 mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menimbulkan penyakit kanker
daripada asam lemak-jenuh. Walaupun omega 6 baik untuk kesehatan tetapi banyak
orang mengkonsumsi omega 6 terlalu banyak daripada omega 3 dapat memicu
penyakit degeneratif kronis di kemudian hari seperti meningkatkan resiko penyakit
kanker, jantung dan obesitas. Ketidakseirnbangan konsumsi omega 6 juga dapat
berakibat pada peradangan, jantung koroner, asma, depresi dan artritis. Untuk para
binaragawan, efek yang tidak diinginkan adalah berkurangnya massa otot dan daya
pulih sendi (Diana, 2013).

2.4 Proses Pembuatan Asam Linoleat


2.4.1 Proses Twitchell dan Pressing
Bahan baku dicuci dengan asam sulfat pekat untuk menghilangkan zat warna.
Lemak atau minyak kemudian dicampur 25-50% air (persen berat) dan ditambahkan
dengan 1% twitchell reagent (sulfonat aromatik yang bertindak sebagai katalis) dan
0,5% asam sulfat. Selanjutnya, dilakukan proses hidrolisis dengan proses perebusan
pada tangki terbuka selama 24-36 jam dengan konversi lemak atau minyak menjadi
asam lemak dan gliserol sebesar 90%. Asam lemak yang telah dipisahkan dengan
gliserol selanjutnya didinginkan pada refrigerator. Setelah dingin, asam lemak
dipindahkan, dibungkus dalam kantung burlap dan ditekan pada hidraulik press.
Cairan yang keluar dinamakan red oil (linoleic acid atau asam linoleat) dan residu
single press merupakan asam stearat (umumnya dari 55% asam palmitat dan 45%
asam stearat) dengan bilangan iodin 9-14 (Anita, 2013).

2.4.2 Proses Splitting


Pada proses ini bahan baku minyak yaitu minyak biji alpukat direaksikan
dengan air (condensate water) di dalam sebuah menara pemisah (splitting tower)
pada suhu 260 oC dengan tekanan 55 atm, sehingga terjadi reaksi hidrolisa antara
trigliserida yang terkandung dalam minyak biji alpukat dengan air. Dalam reaksi
hidrolisa, minyak atau lemak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol
(Anita, 2013). Minyak biji alpukat masuk pada bagian bawah tower sedangkan air
kondensat dari bagian atas tower.

2.4.3 Proses Hidrolisis


2.4.3.1 Proses Hidrolisis Minyak Biji Alpukat
Minyak biji alpukat mentah merupakan bahan baku pembuatan asam linoleat.
Asam linoleat dihasilkan melalui proses hidrolisis asam lemak dari minyak biji
alpukat dalam splitter, proses ini dilakukan secara kontinu dan berlawanan arah pada
temperatur dan tekanan tinggi, sehingga menghasilkan asam lemak dan gliserin yang
berupa sweet water. Sistem berlawanan arah terjadi pada temperatur 240 oC dan
tekanan 47- 49 atm. Minyak biji alpukat dipompakan dari bagian menara kira-kira 90
cm dari atas menara, sedangkan air dialirkan melalui puncak menara. Perbandingan
antara minyak biji alpukat dan air yang direaksikan adalah 40-50 % berat minyak.
Minyak biji alpukat disemburkan menembus campuran gliserin yang terakumulasi di
bagian bawah menara, selanjutnya menembus campuran air dan minyak biji alpukat
sehingga mencapai hidrolisis yang sempurna. Sistem yang kontinu dan berlawanan
arah dengan temperatur dan tekanan tinggi dan akan menghasilkan derajat hidrolisis
yang tinggi. Keuntungan dari pemakaian proses hidrolisis ini adalah proses
pemisahan asam lemak dengan gliserol lebih murni, sedangkan kerugiannya asam
lemak terhidrolisis masih mengandung air dengan kandungan air yang cukup tinggi
(Herlianti, 2007).

2.4.3.2 Proses Fraksinasi Asam Lemak


Untuk menghasilkan asam lemak dengan kemurnian yang tinggi 98 %, maka
dilakukan fraksinasi asam lemak yang merupakan hasil hidrolisis minyak biji alpukat
mentah. Ada 4 jenis proses fraksinasi asam lemak, yaitu:
a. Proses fraksinasi kering (wenterizatio)
Fraksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang dilakukan didasarkan
oleh berat molekul dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah
dibandingkan dengan proses yang lain namun hasil kemurnian fraksinasinya
kurang memberi mutu yang baik.
b. Proses fraksinasi basah (wet fractination)
Fraksinasi basah adalah suatu fraksinasi menggunakan zat pembasah (weting
agent) atau disebut juga proses hydrophilization atau detergent proses. Hasil
fraksinasi dari proses ini sama dengan proses fraksinasi kering.
c. Proses fraksinasi dengan menggunakan solvent (pelarut)/solvent fractionation
Merupakan suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut aseton.
Proses ini lebih mahal dibandingkan denagan proses fraksinasi lainnya,
karena menggunakan bahan pelarut serta tinggi biaya produksi.
d. Proses fraksinasi dengan pengembunan (fractional condensation)
Proses fraksinasi ini merupakan suatu proses fraksinasi yang didasarkan
kepada titik didih dari suatu zat / bahan sehingga dihasilkan suatu produk
dengan kemurnian yang tinggi. Fraksinasi pengembunan ini mempunyai
biaya yang cukup tinggi, namun proses produksi lebih cepat dan
kemurniannya lebih tinggi (Herlianti, 2007).
Berdasarkan dari keuntungannya, maka pemisahan asam linoleat dari rancangan
ini menggunakan fraksinasi dengan proses pengembunan, karena produk asam
linoleat yang diinginkan lebih kurang 98% sehingga asam linoleat yang dihasilkan
bersifat murni.

2.5 Pemilihan Proses


Dari ketiga proses di atas, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Pemilihan Proses Pembuatan Asama Linoleat
No Proses Kelebihan Kekuranagn
Membutuhkan bahan
tambahan berupa
Twitchell dan Didapat asam lemak
1 twitchell reagent
Pressing dengan kemurnian 90%
(sulfonat aromatik) dan
asam sulfat
Proses pemisahan asam Lemak yang terhidrolisis
2 Hidrolisis lemak dan gliserol lebih masih mengandung
murni banyak air
Kemurnian produk
3 Fraksinasi Kering Proses paling murah
kurang
Penambahan (wetting
4 Fraksinasi Basah Murah
agent)
Mahal dikarenakan
Kemurniaan produk
5 Fraksinasi Solven menggunakan pelarut
cukup tinggi
(solven)
Proses cepat dan
Fraksinasi
6 kemurnian produk cukup Biaya produksi mahal
Pengembunan
tinggi

Dari Tabel 2.2 diatas maka dipilih proses hidrolisa minyak atau lemak dan untuk
mendapatkan asam linoleat dengan cara fraksinasi kering dengan pertimbangan asam
linoleat yang dihasilkan pada proses tersebut lebih banyak dan cara pembuatan yang
lebih efisien, sedangkan untuk mendapatkan minyak dari biji alpukat dilakukan
ekstraksi dengan cara pengepresan.

2.6 Deskripsi Proses Pembuatan Asam Linoleat dari Minyak Biji Alpukat

Biji Alpukat

Pembersihan Pengotor

Pengelupasan Kulit Biji

Penggilingan
Pemanasan Air

Pengepresan

Minyak Mentah Cake

Pemanasan Gum

Air Pencampuran

Pemisahan

Pengeringan Wet gum

Minyak
murni

Air Hidrolisis

Asam Lemak
Gliserol
A
A

Air Flash Tank

Asam Oleat, Asam Palmitat, Asam


Stearat, Asam Linoleat, Asam Linolenat

Asam Stearat
dan Asam Kristalisasi
Palmitat

Asam Linoleat, Asam


Linolenat dan Asam Oleat
Kristalisasi

Asam Oleat Asam Linoleat dan Asam Linolenat

Penyimpanan

Gambar 2.1 Diagram Pembuatan Asam Linoleat dari Minyak Biji Alpukat

2.6.1 Penyimpanan Biji Alpukat (Storage)


Biji alpukat harus disimpan dengan baik agar dihasilkan produk dengan
kualitas yang baik. Jika biji dalam keadaan kering, maka penyimpanan harus dalam
keadaan kering pula agar didapat hasil kualitas ekstraksi yang baik begitu juga
sebaliknya. Penyimpanan biji alpukat yang baik dilakukan pada suhu yang agak
tinggi, berkisar 40 oC, karena biji alpukat yang banyak mengandung air, sehingga
akan mudah membusuk jika disimpan pada suhu rendah (Bachman, 2001).

2.6.2 Proses Pencucian (Cleaning)


Setelah biji alpukat disimpan di penyimpanan, langkah awal adalah tahap
pencucian. Pencucian ini berguna agar bahan biji alpukat tidak terkontaminasi oleh
material asing dan proses ekstraksi dapat dilaksanakan dengan efisiensi yang tinggi.
Pencucian dilakukan dengan penyemprotan air atau penyaringan kering dengan
keluaran berupa batu kecil, pasir, pengotor dan perusak biji menggunakan mesin
seed air screen cleaning (Bachman, 2001).

2.6.3 Proses Pengelupasan (Dehulling)


Proses pengelupasan ini bertujuan untuk memecahkan atau melepaskan kulit
luar dari biji alpukat. Biji alpukat yang telah di dehulling akan terpisah dari kulitnya
dengan biji bagian dalam yang nantinya akan meningkatkan efisiensi ekstraksi
karena akan mengurangi cake yang dihasilkan. Pada proses ini digunakan mesin
dehulling (Bachman, 2001).

2.6.4 Proses Penggilingan (Grinding)


Setelah biji alpukat telah bersih dari pengotor dan kulit luarnya, dilakukan
proses pengecilan ukuran untuk memperluas permukaan dan mempermudah proses
ekstraksi. Proses yang digunakan adalah penggilingan dengan mesin grinder. Ukuran
potongan yang kecil akan memaksimalkan hasil ekstraksi, namun jika terlalu kecil
akan menyulitkan proses pemisahan (Bachman, 2001).

2.6.5 Proses Pemanasan (Heating)


Langkah terakhir dari persiapan bahan baku biji alpukat adalah pemanasan.
Pemanasan dilakukan pada suhu 100 oC agar air yang terkandung dalam ptotongan
biji alpukat berkurang atau hilang. Selain itu pemanasan juga berfungsi untuk
membunuh enzim yang tidak diinginkan dalam proses (Bachman, 2001).

2.6.6 Proses Pengepresan (Pressing)


Bahan biji alpukat yang telah dikeringkan, kemudian dilakukan pengepresan
pada tekanan 30 psi (2 atm) dengan mesin filter pump and press sehingga akan
dihasilkan minyak mentah dari filter dan cake akan tertahan di filter sebagai produk
buangan. Minyak mentah yang telah didapatkan kemudian di simpan dalam tangki
penyimpanan (Bachman, 2001).

2.6.7 Tangki Minyak Biji Alpukat


Tangki bahan baku minyak biji alpukat yang diberi dari luar dipompakan ke
tangki bahan baku yang dirancang sesuai dengan kapasitas dari asam linoleat. Di
dalam tangki ini suhu tetap dipertahankan 30 oC dengan kemurnian minyak biji
alpukat 98 % (Herlianti, 2007).

2.6.8 Proses Hidrolisa


Spilitter adalah sebagai tempat berlangsungnya proses hidrolisis minyak biji
alpukat mentah. Reaksi hidrolisis minyak alpukat mentah dapat dilihat pada gambar
2.1 :
Gambar 2.2 Reaksi Hidrolisis
(Herianti, 2007)
Minyak/lemak masuk pada temperatur 75 oC dari dasar menara, sedangkan air
masuk dari bagian atas menara. Perbandingan air masuk adalah 40-50% berat dari
lemak. Tekanan splitting 50-55 atm dengan temperatur 225 oC, reaksi berlangsung
secara kontinu (terus menerus) (Herlianti, 2007).
Pada proses splitting terbentuk dua produk, yaitu produk atas yang mempunyai
titik didih tinggi menghasilkan asam lemak, sedangkan produk bawah yang
mempunyai titik didih rendah akan menghasilkan gliserol. Asam lemak yang keluar
dari proses splitting akan mengalir ke kolom flash tank pada tekanan 58,5 atm,
sedangkan gliserol yang keluar dari bawah mengalir ke tangki gliserol pada tekanan
yang sama (Herlianti, 2007).

2.6.9 Proses Degumming


Secara teknis, degumming merupakan suatu operasi pemurnian minyak dari
biji-bijian yang pada umumnya mengandung zat pengotor baik yang bersifat koloid
maupun yang terlarut di dalamnya. Dengan kata lain, degumming adalah suatu proses
untuk menghilangkan getah (gum) yang tidak diinginkan, dimana getah tersebut akan
mengganggu stabilitas produk minyak pada tahap selanjutnya.
Proses degumming terdiri atas 6 jenis, yaitu :
1. Dry degumming
Pada proses ini penghilangan getah dilakukan melalui pengendapan
dalam kondisi asam dan melalui penyaringan selama proses pengelantangan
(bleaching). Proses ini digunakan untuk minyak yang rendah pospatidanya,
seperti minyak sawit, minyak laurat, lemak.
2. Water degumming
Water degumming adalah suatu proses penghilangan getah melalui
pengendapan dengan hidrasi air murni terhadap minyak mentah (crude oil)
melalui pemisahan sentrifugal. Metode ini digunakan ketika hendak
mengekstraksi getah untuk produksi lecitin, minyak kedelai dan untuk
minyak mentah dengan kadar pospat 200 ppm. Dalam proses ini, air
merupakan bahan utama yang digunakan untuk menghilangkan hydratable
phosphatides dari minyak nabati dan proses ini dapat berlangsung secara
batch maupun kontinu tergantung pada jenis minyak yang akan didegumming
dan jumlah minyak yang akan diproses.
3. Acid degumming
Pada proses ini, getah diendapkan oleh beberapa bentuk reaksi pada
kondisi asam dan setelah itu getah dihilangkan dengan pemisahan sentrifugal.
Dalam metode ini, getah dapat dihidrasi pada temperatur diatas 40 oC dan
proses ini memudahkan untuk dilakukan dewaxing yang biasanya berkaitan
dalam memproses minyak bunga matahari. Pada proses penyulingan organik,
cairan organik (asam sitrat) biasa digunakan dan sisa pospatida dihilangkan
dengan pengelantangan mrnggunakan silika hidrogel.
4. Enzimatic degumming
Enzimatic degumming merupakan degumming yang spesial dengan
menggunakan enzim yang food-grade. Jenis minyak yang digunakan dalam
proses ini adalah minyak kacang kedelai dan minyak rapeseed. Keuntungan
menggunakan enzimatic degumming adalah tidak terbentuknya sabun selama
reaksi sehingga tidak ada minyak yang hilang ketika pemisahan.
5. EDTA degumming
EDTA degumming adalah sebuah proses degumming secara fisika-kimia.
Proses ini melibatkan eliminasi pospolipid dengan menggunakan chelating
agent yaitu ethylene diamine tetraacetic acid (EDTA), dengan adanya sebuah
zat pengemulsi.
6. Membrane degumming
Membrane degumming adalah sebuah proses yang biasanya digunakan
dalam pabrik ekstraksi. Pemisahan menggunakan membran adalah proses
yang memisahkan komponen-komponen yang berbeda berdasarkan berat
molekul atau ukuran partikel dan bentuk masing-masing komponen dan
tergantung pada interaksi komponen-komponen tersebut terhadap permukaan
membran dan komponen-komponen lainnya yang ada dalam campuran.
Selama memproses minyak, miscella yang mengandung 25-30% minyak
mentah dan 70-75% hexan tercapai melalui ekstraksi sebelum penghilangan
pelarut. Pospolipid bisa dipisahkan dari trigliserida pada tahap miscella
menggunakan membran yang tepat.
Dari 6 jenis degumming yang biasa dilakukan untuk memurnikan
minyak, maka dalam hal memurnikan minyak biji alpukat, akan dipilih proses
wet degumming. Hal ini dikarenakan prosesnya lebih sederhana dan tidak
menggunakan bahan kimia sebagaimana proses degumming yang lainnya.
Pada proses wet degumming, minyak mentah akan dipanaskan pada suhu
80-100oC dalam heater. Setelah dipanaskan, minyak mentah akan
dipompakan ke sebuah tangki berpengaduk dan dialirkanlah air ke dalam
tangki tersebut sehingga terjadi proses pencampuran selama 15-30 menit.
Kemudian campuran tersebut dialirkan ke unit separator untuk memisahkan
minyak dengan air. Keluaran dari separator yakni minyak biji alpukat yang
sudah didegumming kemudian dikeringkan untuk menghilangkan air yang
masih terkandung dalam minyak tersebut.
(Madya, 2006)

2.6.10 Flash Tank


Produk asam lemak yang keluar dari proses splitting, kemudian mengalir ke
flash tank asam lemak. Pada proses splitting, produk keluar pada tekanan sangat
tinggi, maka pada flash tank tekanan tersebut akan diturunkan, air yang ada akan
diuapkan. Kondisi proses ini diekspansikan dari tekanan 1 atm dan suhu 110 oC,
komposisi yang keluar dari splitting adalah asam palmitat, asam stearat, asam
linoleat, asam linolenat dan asam oleat (Herlianti, 2007).

2.6.11 Crystallizer
Pada crystallizer pemisahan lanjutan terjadi untuk memisahkan asam lemak
jenuh dan tak jenuh berdasarkan titik bekunya, dimana pada saat dilakukan
pengkristalan, asam lemak jenuh (asam palmitat dan asam stearat) yang akan
mengkristal terlebih dahulu. Campuran asam lemak jenuh dan tak jenuh dialirkan
menuju heat exchanger dan dipanaskan sampai 85 oC, untuk memudahkan proses
kristalisasi. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan steam yang memasuki heat
exchanger. Kemudian campuran dipompakan menuju tangki kristalisasi. Dimana
pada tangki kristalisasi terjadi penurunan suhu minyak melalui 2 tahapan.
Tahapan penurunan suhu pertama :
Dari suhu 85 oC, diturunkan menjadi 55 oC.
Dari suhu 55 oC, diturunkan menjadi 45 oC.
Media pendingin dipergunakan air dari cooling tower dengan suhu 24 oC (suhu ini
adalah suhu yang dapat dihasilkan oleh cooling tower tersebut).
Kemudian tahap penurunan suhu kedua :
Dari suhu minyak 45 oC, diturunkan menjadi 38 oC.
Dari suhu minyak 38 oC, diturunkan menjadi 33 oC.
Dari suhu minyak 33 oC, diturunkan menjadi 29 oC.
Pada proses penurunan suhu yang kedua ini media pendingin yang dipergunakan
adalah air dari chiller dengan suhu 10-11 oC. Ruang dalam tangki kristalisasi terbagi
atas dua kolom yaitu kolom minyak dan kolom air, dimana air dan minyak tidak
bercampur.
Setelah terpisah antara asam lemak jenuh dan tak jenuh, maka akan dilakukan
pengkristalan yang kedua kalinya pada crystallizer. Tujuan dilakukan pengkristalan
yang kedua adalah untuk memisahkan antara asam linoleat dan linolenat dari asam
oleat sebagai produk yang diinginkan.

2.7 Sifat Bahan Baku dan Produk


2.7.1 Bahan Baku
1. Minyak Biji Alpukat
Adapun sifat-sifat Minyak Biji Alpukat adalah sebagai berikut :
Karakteristik Jumlah
FISIKA
Spesific Gravity (25oC) 0,915 0,916
Melting Point 10,50 oC
Flash Point 245 oC
Refractive Index 1,462
Viscosity 0,357 poise
KIMIA
FFA 0,367% - 0,82%
Bilangan Saponifikasi (mgKOH/g) 246,84
Bilangan Iodin (mgiodine/g) 42,664
Bilangan Ester 241,640
Bilangan Peroksida (Mili
3,3
Equivalents Perokside/1000 g Oil)
Bahan Yang Tak Tersabunkan 15,250%
Bilangan Asam (mgKOH/g) 5,200
(Rachimoellah, 2009)
2. Air
Adapun sifat-sifat air adalah sebagai berikut :
Rumus Molekul : H2O
Titik Didih : 100 oC
Titik Beku : 0 oC
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Spesific Gravity : 1,00
Densitas : 0,998 g/cm3
o
Viskositas (25 C) : 8,949 cP
(ScienceLab, 2015d)

2.7.2 Produk
1. Asam Oleat
Adapun sifat-sifat produk utama asam oleat adalah sebagai berikut :
Rumus Molekul : H18H34O2
Berat Molekul : 282,47 g/mol
Titik Lebur : 13,4 oC (alpha) dan 16,3 oC (beta)
Titik Didih : 286 oC
Densitas (20 oC) : 0,8905 g/cm3
Tekanan Uap (20 oC) : > 1hPa
(Wiley, 2012)
2. Gliserol
Adapun sifat-sifat produk samping gliserol adalah sebagai berikut :
Berat Molekul : 92,09 gr/mol
Titik Didih : 290 oC
Titik Leleh : 19 oC
Specific Gravity : 1,2636
Tekanan Uap (20 oC) : 0 kPa
Densitas Uap (Udara = 1) : 3,17
(ScienceLab, 2015)
3. Asam Palmitat
Adapun sifat-sifat produk samping asam palmitat adalah sebagai berikut :
Berat Molekul : 256,42 gr/mol
Titik Didih : 271,5 oC
Densitas : 0,849 gr/cm3
Titik Leleh : 63 oC
Bentuk : Padatan Putih
(Perry, 1993)
4. Asam Stearat
Adapun sifat-sifat produk samping asam stearat adalah sebagai berikut :
Berat Molekul : 284,48 gr/mol
Titik Leleh : 69,4 oC
Titik Didih : 291 oC (terdekomposisi pada 350 oC)
Specific Gravity (Air = 1) : 0,9408
Bentuk : Padatan Kristal / Bubuk
Kelarutan : Mudah larut dalam dietil eter
Kestabilan : Produk Stabil
(ScienceLab, 2015c)
5. Asam Linoleat
Adapun sifat-sifat produk samping asam stearat adalah sebagai berikut :
Berat Molekul : 280,46 gr/mol
Titik Leleh : -5 oC
Specific Gravity (Air = 1) : 0,903
Bentuk : Cair
Kelarutan : Mudah larut dalam metanol dan aceton
Kestabilan : Produk Stabil
(ScienceLab, 2015a)
6. Asam Linolenat
Adapun sifat-sifat produk samping asam stearat adalah sebagai berikut :
Berat Molekul : 278,44 gr/mol
Titik Leleh : -11,3 oC
Specific Gravity (Air = 1) : 0,9164
Bentuk : Cair
Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin
Kestabilan : Produk Stabil
(ScienceLab, 2015b)

DAFTAR PUSTAKA
Anita, Zulisma. 2013. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Asam Oleat dari Refined
Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS) dengan Kapasitas 50.000
ton/tahun. Universitas Sumatera Utara.
Bachman, Janet. Small-Scale Oilseed Processing, Value-Added & Processing Guide.
Appropriate Technology Transfer for Rural Areas (ATTRA) 800-346-9140.
NCAT Agriculture Specialist: 2001.
Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Buah-Buahan dan Sayuran Tahunan.
www.bps.go.id.
Chandra, Andy., Hie Maria Inggrid dan Verawati. 2013. Pengaruh pH dan Jneis
Pelarut pada Perolehan dan Karakterisasi Pati dari Biji Alpukat. Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Universitas Katolik
Parahyangan.
Diana, Fivi Melva. 2012. Omega 6. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.7, No.1. Studi
Literatur. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Andalas: Padang.
Herlianti, Novi., 2007. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Asam Oleat Dari CPO
dengan Kapasitas 1000 Ton/Hari. Teknologi Kimia Industri Departemen
Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Medan
Perry, Robert H dan Don W Green. Perrys Chemical Engineers Handbook. Edisi
ke-7. Mc Graw Hill.
Pramudono, Bambang., Septian Ardi Widioko, Wawan Rustyawan. Ekstraksi
Kontinyu dengan Simulasi Batch Tiga Tahap Aliran Lawan Arah:
Pengambilan Minyak Biji Alpukat Menggunakan Pelarut n-Hexane dan Iso
Propil Alkohol. Jurnal Reaktor, Vol. 12 No. 1, Juni 2008, hal. 37 - 41.
Prasetyowati, Retno Pratiwi dan Fera Tris O. 2010. Pengambilan Minyak Biji
Alpukat (Persea Americana Mill) dengan Metode Ekstraksi. Jurnal Teknik
Kimia No.2, Vol. 17. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Universitas
Sriwijaya: Palembang.
Rachimoellah, H.M., Resti, Dyah Ayu., Zibbeni, Ali., Susila, I Wayan. Production of
Biodiesel through Transesterification of Avocado (Persea Gratissima) Seed
Oil Using Base Catalyst. Jurnal Teknik Mesin Vol. 11, No. 2, 2009, hal. 85-
90.
ScienceLab. 2015. Glycerin Material Safety Data Sheet. Science Laboratorium
Chemical and Laboratory Equipment.
________. 2015a. Linoleic Acid Material Safety Data Sheet. Science Laboratorium
Chemical and Laboratory Equipment.
________. 2015b. Linolenic Acid Material Safety Data Sheet. Science Laboratorium
Chemical and Laboratory Equipment.
________. 2015c. Stearic Acid Material Safety Data Sheet. Science Laboratorium
Chemical and Laboratory Equipment.
________. 2015d. Water Material Safety Data Sheet. Science Laboratorium
Chemical and Laboratory Equipment.
Wiley. 2012. Oleic Acid. The MAK Collection for Occupational Health and Safety.
John Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai