KELOMPOK A-10
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO 2
BAB II
1. Thermal scanner
Pengukur suhu tubuh
2. Critical appraisal
Cara untuk mengkritisi secara ilmiah terhadap tulisan ilmiah
berdasarkan sikap ilmiah.
3. Critical reasoning
Beralasan secara kritis.
4. Ruam
Bintil-bintil merah pada kulit.
5. Bangsal
Ruangan untuk pasien.
1. Secara teori :
i. Definisi Masalah
ii. Mencari sumber info-info yang diinginkan
iii. Evaluai kritis terhadap informasi
iv. Mengaplikasikan info pada pasien
v. Mengevaluasi keefektifan sumber yang didapat
b. Secara praktik :
i. Keluhan awal
ii. Anamnesis dengan seven scared dan fundamental four
iii. Pemeriksaan fisik atau vital sign
iv. Pemeriksaan lanjutan
v. Diagnosis
vi. Tata laksana
(Anwar, 2015)
Nama penulis suatu sumber kutipan hanya ditulis nama belakang, tahun,
halaman sumber kutipan, dilanjutkan dengan isi teks yang dikutip
Jika penulis lebih dari dua orang, hanya nama belakang penulis pertama
yang ditulis diikuti dengan et al, tahun, dan halaman sumber kutipan.
Jika sumber kutipan adalah literatur terjemahan, akan yang disebut
sebagai sumber adalah nama penulis asli, diikuti tahun penerbitan tahun
literatur asli
(Riduwan, n.d.)
(Murti, n.d.)
9. Dapat disimpulkan bahwa pasien terkena virus zika adalah karena penderita
menunjukkan gejala-gejala setelah pulang dari lokasi penyebaran virus
tersebut, yaitu Brazil.
10. Kita harus berorientasi pada EBM karena EBM adalah sumber terpercaya dan
dapat dipertanggungjawabkan.
11. Critical appraisal merupakan cara atau metode untuk mengkritisi secara ilmiah
terhadap penulisan ilmiah. Critical appraisal adalah proses pemeriksaan penelitian
secara berhati-hati dan sistematis untuk menentukan nilainya, apakah dapat
dipercaya, dan relevansinya terhadap konteks tertentu.
12. PICO:
1.Patient and problem
Pertanyaan klinis perlu mendeskripsikan dengan jelas
karakteristik pasien dan masalah klinis pasien yang dihadapi pada
praktik klinis. Karakteristik pasien dan masalahnya perlu
dideskripsikan dengan eksplisit agar bukti-bukti yang dicari dari
database hasil riset relevan dengan masalah pasien dan dapat
diterapkan.
2. Intervention
Pertanyaan klinis perlu menyebutkan dengan spesifik intervensi
yang ingin diketahui manfaat klinisnya. Intervensi diagnostik
mencakup tes skrining, tes/ alat/ prosedur diagnostik, dan
biomarker. Intervensi terapetik meliputi terapi obat, vaksin,
prosedur bedah, konseling, penyuluhan kesehatan, upaya
rehabilitatif, intervensi medis dan pelayanan kesehatan lainnya.
3. Comparison
Prinsipnya, secara metodologis untuk dapat menarik
kesimpulan tentang manfaat suatu tes diagnostik, maka akurasi
tes diagnostik itu perlu dibandingkan dengan keberadaan penyakit
yang sesungguhnya, tes diagnostik yang lebih akurat yang disebut
rujukan standar (standar emas), atau tes diagnostik lainnya. Hanya
dengan melakukan perbandingan maka dapat disimpulkan apakah
tes diagnostik tersebut bermanfaat atau tidak bermanfaat untuk
dilakukan.
4.Outcome
Efektivitas intervensi diukur berdasarkan perubahan pada hasil
klinis (clinical outcome). Konsisten dengan triad EBM, EBM
memandang penting hasil akhir yang berorientasi pasien (patient-
oriented outcome) dari sebuah intervensi medis (Shaugnessy
danSlawson, 1997). Patient-oriented outcome dapat diringkas
menjadi 3D: (1) Death; (2) Disability; dan (3) Discomfort.
Intervensi medis seharusnya bertujuan untuk mencegah kematian
dini, mencegah kecacatan, dan mengurangi ketidaknyamanan.
1. Death.
Death (kematian) merupakan sebuah hasil buruk (bad
outcome) jika terjadi
dini atau tidak tepat waktunya.
2. Disability.
Disability (kecacatan) adalah ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari di rumah, di tempat bekerja,
melakukan aktivitas sosial, atau melakukan rekreasi..
Kecacatan mempengaruhi kualitas hidup pasien, diukur
dengan QALY (quality-adjusted life year), DALY (disability-
adjusted life year), HYE (healthy years equivalent), dan
sebagainya.
3. Discomfort.
Discomfort (ketidaknyamanan) merupakan gejala-gejala
seperti nyeri,
mual, sesak, gatal, telinga berdenging, cemas, paranoia, dan
aneka gejala lainnya yang mengganggu kenyamanan
kehidupan normal manusia, dan menyebabkan penderitaan
fisik dan/ atau psikis manusia. Ketidaknyamanan merupakan
bagian dari kualitas hidup pasien.
(Murti, n.d.)