Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TUTORIAL

BLOK METABOLISME, OBAT, DAN NUTRISI


SKENARIO II

PENENTUAN DIAGNOSIS DAN TERAPI


BERDASARKAN PRINSIP EBM DAN
PATIENT SAFETY

KELOMPOK A-10

ARUM SONIA AZAHRA N A G0016029


BUKHORI AHMAD MUSLIM G0016047
FATHIA FAUZIA RAHMAH G0016075
FELIZIA ALIKA YUSMAN G0016081
HAIKAL FAIQ ALBASITH G0016099
KHODIJAH AL HASANAH G0016127
LAILI MUDRIKA PUTRI G0016251
MUHAMMAD IQBAL G0016149
NABILAH AULIA G0016159
RALITSA RATNA Q F E G0016179
SATRIO WASKITO UTOMO G0016199
TASYA FIRZANNISA G0016213
WIRID SIRRI NURROBBI G0016229

TUTOR : Jarot Subandono, dr., M.Kes


FAKULTAS KEDOKTERN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2016

BAB I
PENDAHULUAN

SKENARIO 2

Topik : Penentuan Diagnosis dan Terapi Berdasarkan Prinsip


EBM dan Patient Safety

Membidik Virus Zika


Seorang laki-laki berusia 37 tahun baru pulang dari menonton bola di
Amerika Latin (Brazilia), berjalan menggigil ketika turun dari pesawat.
Saat pemeriksaan di pintu gerbang thermal scanner bandara menunjukan
peningkatan suhu di atas 39 derajat celcius. Petugas bandara
memutuskan untuk mengantarkan ke ruang karantina karena curiga
terinfeksi Virus Zika. Dokter bandara memeriksa dan akhirnya merujuk
pasien ke rumah sakit untuk memastikan dugaan masalah pasien.
Keluhan utama pasien adalah demam sejak 4 hari berada di Brasilia
disertai sakit kepala, nyeri punggung, ruam di wajah, leher dan tangan
hingga perjalanan pulang. Dokter jaga di rumah sakit yang menerima
pasien langsung memerintahkan perawat mengambil sampel darah.
Karena terburu-buru, perawat mengambil sampel tanpa handscoen.
Selanjutnya, dokter melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai
dengan protokol penatalaksanaan infeksi Virus Zika. Dokter akan
mendiagnosis dan melakukan terapi lebih lanjut dengan prinsip EBM dan
Patient Safety. Di bangsal, dokter penanggungjawab pasien kemudian
mempelajari sumber informasi yang didapatkan dari artikel, jurnal dan
audio visual. Dokter berusaha berpikir kritis dalam menyimpulkan bukti
terkuat dari critical appraisal untuk mencari critical reasoning masalah
pasien.

BAB II

DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Langkah I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa


istilah dalam skenario

Dalam skenario ini, kami mengklarifikasi istilah-istilah berikut ini:

1. Thermal scanner
Pengukur suhu tubuh
2. Critical appraisal
Cara untuk mengkritisi secara ilmiah terhadap tulisan ilmiah
berdasarkan sikap ilmiah.
3. Critical reasoning
Beralasan secara kritis.

4. Ruam
Bintil-bintil merah pada kulit.
5. Bangsal
Ruangan untuk pasien.

B. Langkah II: Menentukan/ mendefinisikan permasalahan

Masalah yang terdapat pada skenario ini adalah:

1. Bagaimana diagnosis dan terapi yang berdasarkan EBM?


2. Bagaimana langkah-langkah berpikir kritis?
3. Apa definisi prinsip EBM?
4. Bagaimana prinsip Patient Safety?
5. Apa yang harus dilakukan tenaga medis lakukan untuk
mengedukasi masyarakat agar tahu gejala awal suatu
penyakit?
6. Bagaimana langkah-langkah mencari critical reasoning yang
benar?
7. Apa tujuan melakukan terapi lebih lanjut?
8. Apa yang merupakan contoh audio visual berdasarkan EBM?
9. Bagaimana bias disimpulkan bahwa pasien terserang Virus
Zika?
10. Mengapa kita harus berorientasi pada EBM?
11. Bagaimana cara melakukan critical appraisal yang
benar?
12. Apa itu PICO?
13. Bagaimana cara penulisan sumber pada daftar pustaka
dan batang tubuh dengan sistem Harvard dan sistem
Vancouver?

C. Langkah III : Menganalisis Permasalahan dalam Bentuk Pertanyaan


dan Membuat Jawaban Sementara
1. Diagnosis dan terapi berdasarkan EBM

1. Secara teori :

i. Definisi Masalah
ii. Mencari sumber info-info yang diinginkan
iii. Evaluai kritis terhadap informasi
iv. Mengaplikasikan info pada pasien
v. Mengevaluasi keefektifan sumber yang didapat

b. Secara praktik :
i. Keluhan awal
ii. Anamnesis dengan seven scared dan fundamental four
iii. Pemeriksaan fisik atau vital sign
iv. Pemeriksaan lanjutan
v. Diagnosis
vi. Tata laksana

Seven Scared meliputi lokasi, onset dan kronologi, kualitas,


kuantitas, faktor yang memperberat, faktor yang memperingan,
dan keluhan penyerta.
Fundamental four meliputi riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, faktor sosial dan
ekonomi.

2. Langkah-langkah cara berfikir kritis


i. Megklarifikasi masalah
ii. Mengasumsi masalah
iii. Memprediksi masalah
iv. Menghipotesis masalah
v. Menganalisi masalah
vi. Mengevaluasi masalah
vii. Menyimpulkan masalah

3. Definisi Prinsip EBM


Evidence Based Medicine merupakan integrasi hasil
penelitian terbaru dimana terdapat pengalaman klinik, pengetahuan
patofisiologi, dan keputusan terhadap kesehatan pasien. Ciri-ciri
dari Evidence Based Medicine adalah :
i. Berbasis bukti terbaik
ii. Membuat kita memiliki pandangan yang independen
iii. Bersikap kritis
iv. Berorientasi pada pasien bukan penyakit

4. Prinsip Patient Safety


Hand Hygiene sebelum dan sesuda bersentuhan dengan pasien
Meminimalisir kontak langsung dengan pasien dengan cara
memakai masker dan handscoen, untuk mencegah terjadinya
kesalahan dan efek samping bagi pasien yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan

Langkah yang harus tenaga medis lakukan agar masyarakat


tahu mengenai gejala awal suatu penyakit
Penyuluhan dari tenaga medis itu sendiri
Penyuluhan di sebuah acara dengan tenaga medis sebagai
pembicara
Bekerjasama dengan pihak instansi non kesehatan

Tujuan melakukan terapi lebih lanjut :


Untuk mengetahui lebih lanjut tentang suatu penyakit sehingga
dapat melakukan penanganan
Untuk memperpanjang harapan hidup dan kualitas hidup
Untuk mengurangi mortalitas
Untuk mengatasi keluhan pasien
Untuk mempercepat recovery pasien

Contoh audio visual berdasarkan EBM


Mencari dari website terpercaya, e-book terpercaya dan
documenter penelitian

Alasan mengapa pasien disimpulkan terserang Virus Zika


Karena pasien menunjukkan gejala-gejala terserang virus zika
setelah pulang dari negara tempat penyebaran virus zika yaitu
Brazil.

Alasan mengapa harus berorientasi pada EBM


Karena EBM merupakan sumber terpercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan. Hal ini juga bertujuan utuk mengurangi
polusi informasi.

5. Penulisan vancouver (daftar pustaka) :

Urutkan nama pengarang sesuai yang tertera pada jurnal

Memasukkan nama terakhir di bagian depan pada setiap pengarang

Ubah nama depan dan tengah dalam inisial

Gunakan koma (,) dan spasi untuk membedakan nama pengarang

Akhiri info nama pengarang dengan titik (.)

Jika halaman merupakan suatu pertimbangan dan jumlah pengarang


banyak, maka dapat menggunakan 3 pengarang pertama. Nama pengarang
terakhir diikuti dengan spasi kemudian diberikan et al

(Anwar, 2015)

Penulisan harvard (kutipan) :

Penempatan sumber kutipan tidak boleh mengaburkan bagian yang


dikutip

Nama penulis suatu sumber kutipan hanya ditulis nama belakang, tahun,
halaman sumber kutipan, dilanjutkan dengan isi teks yang dikutip

Jika penulis dua orang, beri dan diantara kedua nama

Jika penulis lebih dari dua orang, hanya nama belakang penulis pertama
yang ditulis diikuti dengan et al, tahun, dan halaman sumber kutipan.
Jika sumber kutipan adalah literatur terjemahan, akan yang disebut
sebagai sumber adalah nama penulis asli, diikuti tahun penerbitan tahun
literatur asli

Pencantuman halaman sumber kutipan setelah tahun bersifat wajib

(Riduwan, n.d.)

6. PICO = Patient and problem, Intervention, Comparison, Outcome

Patient and problem = pertanyaan klinis perlu dideskripsikan dengan jelas


karakteristik pasien dan masalah klinis pasien yang dihadapi pada praktik
klinis.

Intervention = pertanyaan klinis perlu menyebutkan dengan spesifik


intervensi yang ingin diketahui manfaat klinisnya.

Comparison = prinsip secara metodologi untuk dapat menarik kesimpulan


tentang manfaat suatu tes diagnostik, akurasi tes diagnostik perlu
dibandingkan dengan keberadaan penyakit yang sesungguhnya, tes
diagnostik yang lebih akurat, atau tes diagnostik lainnya.

Outcome = efektivitas intervensi diukur berdasarkan perubahan pada hasil


klinis

(Murti, n.d.)

7. Proses pemeriksaan lanjutan dilakukan hanya saat pemeriksaan awal dirasa


kurang cukup untuk mendiagnosis penyakit. Contohnya adalah CT scan, MRs,
rontgen, USG, dan lain-lain. (Sugiarto, 2016)

8. Melakukan dan menginterpretasikan hasil auto-, alo-, dan hetero-anamnesis.

Pemeriksaan fisik umum dan khusus sesuai dengan masalah pasien.

Melakukan dan menginterpretasikan pemeriksaan penunjang dasar dan


mengusulkan pemeriksaan penunjang lainnya yang rasional. (KKI, 2013)

9. Dapat disimpulkan bahwa pasien terkena virus zika adalah karena penderita
menunjukkan gejala-gejala setelah pulang dari lokasi penyebaran virus
tersebut, yaitu Brazil.

10. Kita harus berorientasi pada EBM karena EBM adalah sumber terpercaya dan
dapat dipertanggungjawabkan.

11. Critical appraisal merupakan cara atau metode untuk mengkritisi secara ilmiah
terhadap penulisan ilmiah. Critical appraisal adalah proses pemeriksaan penelitian
secara berhati-hati dan sistematis untuk menentukan nilainya, apakah dapat
dipercaya, dan relevansinya terhadap konteks tertentu.

Critical appraisal digunakan untuk menentukan:

Apakah fokus pertanyaanya benar

Apalah metode yang digunakan valid

Apakah hasil validnya penting

Apakah hasilnya dapat ditetapkan pada pasien atau kelompok

Cara validasi dengan critical appraisal:

Partisipan acak dalam perbandingan grup

Diikuti kurang lebih 80% pelajar

Probable clinical importance

Analisis data yang sistematis

12. PICO:
1.Patient and problem
Pertanyaan klinis perlu mendeskripsikan dengan jelas
karakteristik pasien dan masalah klinis pasien yang dihadapi pada
praktik klinis. Karakteristik pasien dan masalahnya perlu
dideskripsikan dengan eksplisit agar bukti-bukti yang dicari dari
database hasil riset relevan dengan masalah pasien dan dapat
diterapkan.
2. Intervention
Pertanyaan klinis perlu menyebutkan dengan spesifik intervensi
yang ingin diketahui manfaat klinisnya. Intervensi diagnostik
mencakup tes skrining, tes/ alat/ prosedur diagnostik, dan
biomarker. Intervensi terapetik meliputi terapi obat, vaksin,
prosedur bedah, konseling, penyuluhan kesehatan, upaya
rehabilitatif, intervensi medis dan pelayanan kesehatan lainnya.
3. Comparison
Prinsipnya, secara metodologis untuk dapat menarik
kesimpulan tentang manfaat suatu tes diagnostik, maka akurasi
tes diagnostik itu perlu dibandingkan dengan keberadaan penyakit
yang sesungguhnya, tes diagnostik yang lebih akurat yang disebut
rujukan standar (standar emas), atau tes diagnostik lainnya. Hanya
dengan melakukan perbandingan maka dapat disimpulkan apakah
tes diagnostik tersebut bermanfaat atau tidak bermanfaat untuk
dilakukan.
4.Outcome
Efektivitas intervensi diukur berdasarkan perubahan pada hasil
klinis (clinical outcome). Konsisten dengan triad EBM, EBM
memandang penting hasil akhir yang berorientasi pasien (patient-
oriented outcome) dari sebuah intervensi medis (Shaugnessy
danSlawson, 1997). Patient-oriented outcome dapat diringkas
menjadi 3D: (1) Death; (2) Disability; dan (3) Discomfort.
Intervensi medis seharusnya bertujuan untuk mencegah kematian
dini, mencegah kecacatan, dan mengurangi ketidaknyamanan.

1. Death.
Death (kematian) merupakan sebuah hasil buruk (bad
outcome) jika terjadi
dini atau tidak tepat waktunya.
2. Disability.
Disability (kecacatan) adalah ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari di rumah, di tempat bekerja,
melakukan aktivitas sosial, atau melakukan rekreasi..
Kecacatan mempengaruhi kualitas hidup pasien, diukur
dengan QALY (quality-adjusted life year), DALY (disability-
adjusted life year), HYE (healthy years equivalent), dan
sebagainya.
3. Discomfort.
Discomfort (ketidaknyamanan) merupakan gejala-gejala
seperti nyeri,
mual, sesak, gatal, telinga berdenging, cemas, paranoia, dan
aneka gejala lainnya yang mengganggu kenyamanan
kehidupan normal manusia, dan menyebabkan penderitaan
fisik dan/ atau psikis manusia. Ketidaknyamanan merupakan
bagian dari kualitas hidup pasien.
(Murti, n.d.)

D. Langkah V : Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran (Learning Object) dalam skenario ini


adalah :

1. Menjelaskan definisi prinsip EBM

2. Menjelaskan pelaksanaan prinsip patient safety

3. Menjelaskan critical appraisal

4. Menjelaskan critical reasoning

5. Menjelaskan cara penulisan sumber

6. Menjelaskan proses pemeriksaan awal


7. Menjelaskan proses pemeriksaan lanjutan

8. Menjelaskan cara mendiagnosis secara EBM

9. Menjelaskan cara terapi secara EBM yang terbaik dan


terbaru

E. Langkah V : Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran (Learning Object) dalam skenario ini


adalah :

1. Menjelaskan definisi prinsip EBM

2. Menjelaskan pelaksanaan prinsip patient safety

3. Menjelaskan critical appraisal

4. Menjelaskan critical reasoning

5. Menjelaskan cara penulisan sumber

6. Menjelaskan proses pemeriksaan awal

7. Menjelaskan proses pemeriksaan lanjutan

8. Menjelaskan cara mendiagnosis secara EBM

9. Menjelaskan cara terapi secara EBM yang terbaik


dan terbaru

F. Langkah VI : Mengumpulakn Informasi Baru dengan Belajar Mandiri

Pengumpulan informasi telah dilakukan oleh masing-masing


anggota kelompok kami dengan menggunakan sumber referensi
ilmiah seperti buku, jurnal, review, dan artikel ilmiah yang
berkaitan dengan skenario ini.

G. Langkah VII: melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru


yang diperoleh

1. Evidence Based Medicine (EBM)


a. Pengertian EBM adalah proses sistematis dalam mencari,
memilih, dan memakai bukti penelitian terkini sebagai dasar
untuk membuat keputusan medis atau sebagai bukti terbaik
untuk membuat keputusan mengenai perawatan diri pasien.
(Sevaraj, et al, 2010)
b. Kegunaan EBM adalah untuk membuat keputusan medis
yang lebih baik agar diperoleh hasil klinis yang optimal bagi
pasien dengan cara memadukan bukti terbaik yang ada,
keterampilan klinis, dan nilai-nilai pasien. (Murti, n.d.)
c. Pengertiam EBM adalah penelitian baru dengan subyek
pasien dan kejadian klinis dalam membuat keputusan klinis.
(Sugiarto, 2016)
d. Fungsi EBM adalah menambahkan bukan menggantikan
pengalaman klinis indicidu dengan pemabaham mekanisme
penyakit dasar yang juga berdasarkan ilmiah. (Guyyat, n.d.)
2. Patient safety
a. Patient safety adalah pasien bebas dari cedera yang
termasuk didalamnya adalah penyakit, cedera fisik, psikologis,
social, penderitaan, cacar, kematian, dll. yang seharusnya
tidak terjadi atau cedera potensial yang terkait dengan
pelayanan kesehatan. (KKP-RS, 2007)
b. Patient safety adalah suatu system dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang menyangkut risk
assessment, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk menimalkan risiko. (Depkes RI,
2006)

Cara-cara yang bisa ditempuh sebagai implementasi dari patient


safety ada beberapa, yaitu:
a. Cara I
Memaksimalkan kenyamanan dan martabat pasien.
Menjamin kemudahan pelaksanaan perawatan professional.
Membuat ketentuan yang sesuai untunk anggota keluarga
dan pengunjung.
Meminimalkan risiko infeksi.
Meminimalkan risiko efek samping lain, seperti jatuh atau
kesalahan pengobatan.
Mengelola transportasi pasien.
Memungkinkan untuk fleksibilitas penggunaan dari waktu ke
waktu dan persyaratan perencaaan pelayanan selanjutnya.
(The Comission on Patient Safety and Quality Assurance of
Irlandia, 2008)
b. Cara II
Perhatikan nama obat, rupa, dan ucapan yang mirip.
Pastikan identifikasi pasien.
Komunikasi secara benar saat serah terima pasien.
Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
Kendalikan cairan elektrolit pekat.
Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.
Hindari salah kateter dan salah sambung selang.
Gunakan alat injeksei sekali pakai.
Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi
nosokomal.
(Daud, 2007)
c. Cara III
Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
Memimpin dan mendukung staff.
Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko.
Kembangkan system pelaporan.
Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
(Depkes RI, 2006)
3. Critical appraisal
a. Critical appraisal adalah cara atau metode untuk mengkritisi
secara ilmiah terhadap penulisan ilmiah. (Sugiarto, 2016)
b. Critical appraisal adalah proses pemeriksaan pnelitian secara
berhati-hati dan sistematis unutk menentukan nilainya apakah
dapat dipercara dan relevan terhadap konteks tertentu. (UCC,
2016)
c. Critical appraisal digunakan untuk menentukan:
Apakah focus pertanyaannya benar?
Apakah metode yang digunakan valid?
Apakah hasil validnya penting?
Apakah hasilnya dapat diterapkan pada pasien/kelompok?
(Sugiarto, 2016)
d. Cara validasi:
Menggunakan partisipan acak dalam pembandingan grup.
Diikuti 80% pelajar.
Probable clinical importance.
Analisis data yang sistematis. (Trinder, 2008)
4. Critical reasoning
a. Critical reasoning adalah membertimbangkan segala aspek dari
suatu situasi ketika menentukan apa yang harus dilakukan atau
dipercaya. (Farlex, 2012) Ctritical reasoning berpusat dalam
pemberian alasan dari keyakinan dan tindakan seseorang,
menganalisis dan mengevaluasi penalaran, dan merancang &
membangun penalaran yang baik. (Thomson et al, 2002)

Anda mungkin juga menyukai