Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TUTORIAL

BLOK BUDAYA ILMIAH SKENARIO I


KONTROVERSI INFORMASI

KELOMPOK 10
Gregorius Yoga P.A

G0012087

Alfian Satria W

G0012011

Artrinda A.K.S.P

G0012029

Chrisanty A.Y

G0012047

Dita Mayasari

G0012063

Gladys Oktavia

G0012085

Krisnawati Intan S.

G0012109

Michael Sophian

G0012133

Rachmaniar Ratrianti

G0012169

Rosita Alifa P.

G0012195

Rusmita Hardinasari

G0012197

Syarif Hidayatullah

G0012217

Wahyu Septianingtyas

G0012227

TUTOR: Indriyati, Dra.


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2012

BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO I
KONTROVERSI INFORMASI
Seorang laki-laki, usia 30 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan
keluhan panas dan batuk darah. Laki laki tersebut mengeluh bahwa sakitnya
sudah lama dan berkali kali opname di rumah sakit dengan keluhan serupa.
Pasien membawa salah satu hasil pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan
jumlah Limfosit T Helper (CD4) yang menunjukkan hasil sangat rendah, sehingga
dokter menduga pasien menderita HIV_AIDS. Anamnesis lebih lanjut, ternyata
sebelumnya pasien ada riwayat memakai injeksi narkoba (IVDU) dan sering
berganti-ganti pasangan seksual. Diskusi seru terjadi antara dokter IGD dan pasien
tersebut. Pasien tersebut berkata pada dokter, Penyakit saya ini gara-gara
kencing di kamar mandi umum. Dokter menjelaskan kepada pasien bahwa
penularan penyakitnya dari hubungan seksual atau injeksi jarum suntik yang
dipakai bersama, tetapi pasien meyakini karena kencing di kamar mandi umum.

BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Seven Jump
1. Langkah

I:Membaca

skenario

dan

memahami

pengertian beberapa istilah dalam skenario


Dalam skenario ini kami mengklarifikasi istilah sebagai
berikut:
a. IVDU

Intraveneus

memaksa

narkoba

Drug

User)

masuk

ke

yaitu
dalam

tindakan
tubuh

(KBBI,2008).
b. Limfosit T Helper yaitu salah satu jenis sel limfosit
CD4 adalah sejenis protein di permukaan limfosit.
Limfosit T adalahsel paling penting dalam respon
imun (Patofisiologi EGC Vol.1, 2012).
c. HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu virus
yang menyebabkan AIDS (Kamus Kedokteran Dorland
EGC Ed.31, 2012).
d. CD4+ yaitu reseptor yang ada di Limfosit T Helper
(Patofisiologi EGC Vol.1, 2012).
e. Anamnesis : wawancara untuk mendapatkan data
medis, riwayat penyakit pasien (Dr. Jarot Subandono,
FakultasKedokteran,

Universitas

Sebelas

Maret

Surakarta, 2012)
f. Opname: perawatan inap di RS berdasarkan rujukan
pelayan kesehatan (Kamus Kedokteran Dorland EGC
Ed.31, 2012).
2. Langkah II: Menentukan/mendefinisikan permasalahan
Permasalahan
berikut:

pada

scenario

ini

yaitu

sebagai

a. Mengapa bisa panas dan batuk darah? Adakah kaitan


dengan HIV-AIDS?
b. Apakah penyebab limfosit T helper bias sangat
rendah?
c. Apakah ada hubungan penurunan limfosit T helper
dengan AIDS?
d. Mengapa bisa terjadi perdebatan seru antara pasien
dengan dokter IGD?
e. Mengapa dokter bisa mendiagnosis HIV-AIDS? Apa
f.
g.
h.
i.

dasar-dasarnya?
Apakah kontak umum dapat menularkan HIV-AIDS?
Referensi pasien terhadap pendapatnya darimana?
Adakah hubungan injeksi narkoba dengan HIV-AIDS?
Mengapa pasien opname berkali-kali dalam waktu
lama? Adakah hubungan dengan jumlah limfosit yang

rendah?
j. Bagaimana caradoktermenjelaskanpadapasien?
3. Langkah III: Menganalisis permasalahan dan membuat
penyataan

sementara

mengenai

permasalahan

(tersebut dalam langkah 2)


a. Apakah dasar dokter mendiagnosis pasien HIV-AIDS?
Hasil pemeriksaan Lab Limfosit T helper
Hasil anamnesis denganpasien
Dokter telah menggunakan EBM untuk diagnosis
b. Apakah
dasar
pasien
menduga
penyebab
penyakitnya?
Pasien tidak
secara

ilmiah

pengetahuan).
c. Bagaimana cara

mengetahui
dan

benar

penyebab

penyakit

(kedangkalan

menjelaskan

kepada

ilmu

pasien

penyebab penyakitnya secara ilmiah? Bukti apa saja


yang bisa diberikan?
Menyarankan pasien untuk menyaring informasi
Menjelaskan jalur penularan dan indikasi secara
ilmiah.

Menjelaskan ciri-ciri HIV secara ilmiah.


AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
:akumulasi penyakit yang disebabkan serangan
retrovirus

terhadap

system

kekebalan

tubuh

sehingga mudah terserang penyakit lain.


Seorang pasien diidentifikasikan terjangkit HIV

apabila jumlahlimfosit T dibawah 200/ mm3


Cara penularan HIV-AIDS :
1. Transmisi seksual : hubungan seksual (bergantiganti pasangan)
2. Transmisi non-seksual :
jarum suntik
- hubungan
ibu
dengan

anaknya (saat hamil)


Diduga pasien mengetahui penyakit HIV/AIDS
yang diidapnya, tapi secara psikis malu untuk
mengungkapkan.

4.

Langkah IV: Menginventarisasi permasalahan secara


sistematis

dan

pernyataan

sementara

mengenai

permasalahan pada langkah 3


1. Pasien memakai injeksi narkoba (IVDU) dan sering
berganti

pasanganPasien

mengeluhkan

sering

batuk darah,panas,opname dengan keluhan serupa


Uji lab menunjukan limfosit T helper sangat rendah
Dokter mendiagnosis adanya penyakit HIV pada
pasien
2. Kurangnya

pengetahuan

pasienKondisi

psikis

pasien malu mengakuiIsu beredar tentang jalur


penularan HIV Pasien menduga terinfeksi virus dari
WC umum
3. Dokter

menganalisis

informasi

dan

mengintegrasikan berbagai sumber pengetahuan

untuk

memecahkan

masalahDokter

mencari

sumber informasi relevan dan validPasien tidak


melihat, menangkap, maupun memikirkan masalah
dengan

baikPasien

informasi,

memandang

pentingnyaTerjadi
dokter

mengumpulkan

dan

semua

kontroversi

pasien

fakta

informasi
pendapat

Menyelesaikan

dan
sama

antara

kontroversi

dengan menerapkan bepikir kritis.


5. Langkah V: Merumuskan tujuan pembelajaran
1. Mengetahui informasi umum sekitar HIV AIDS yang bersifat
ilmiah dan valid, meliputi:
a. Pengertian
b. Gejala dan dampak penyakit yang ditimbulkan
c. Jalurpenularan
2. Mengkritisi

suatu

informasi

untuk

menilai

validitas

dan

kemampuan informasi tersebut dalam menyelesaikan masalah.


6. Langkah VI: Mengumpulkan informasi baru
Di langkah keenam ini, kami mencari informasi dari berbagai sumber
ilmiah secara mandiri.Informasi yang kami cari berasal dari website
ilmiah, textbook kedokteran, dan jurnal kedokteran.Kami mencari
informasi

yang

relevan

dengan

learning

objectives

dengan

menerapkan prinsip critical thinking dan critical appraisal.


7. Langkah VII: Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi
baru yg diperoleh
1. Learning Objective 1: Mengetahui informasi umum mengenai
HIV/AIDS yg bersifat ilmiah dan valid.

a. Pengertian HIV AIDS


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
menyebabkan AIDS, yang cara kerjanya menghancurkan sistem
kekebalan tubuh. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkanoleh virus
HIV.
b. Gejala HIV AIDS
Dalam kurun waktu 2-6 minggu sejak pertama kali terinfeksi
virus HIV, penderita akan mengalami gejala influenza (demam,
pusing, sakit tenggorokan). Setelahitu, penderita tidak akan
mengalami gejala lain dan merasa normal selama kurun waktu
8-10 tahun. Selama periode tersebut virus HIV akan
menghancurkan system imun tubuh dan penderita dapat
menularkan HIV ke orang lain. Setelah kurun waktutersebut,
penderita mulai terjangkit berbagai infeksi penyakit yang kronis,
seperti infeksi saluran pernapasan atas yang tidak kunjung
sembuh, diare kronis, toksoplasmosis, kandidiasispada organ
dalam,

hingga

kanker,

karena

rusaknya

system

imun

tubuh.Orang dengan virus HIV secara klinis dapat diketahui dari


jumlah CD4 yang kurang dari 200/l.
c. JalurPenularan HIV AIDS
1. Transmisi seksual :hubungan seksual (risiko penularan 8090%)
2. Transmisi non-seksual :
-

Penggunaan

jarum

suntik

yang

terinfeksi

bergantian (>90%)
-

Darah(>90%)

Dari ibu yang terinfeksikeanaknya (25-40%)

secara

2. Learning Objective 2 : Mengkritisi suatu informasi untuk menilai


validitas dan kemampuan informas itersebut dalam menyelesaikan
masalah.
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta,
mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat,
membuat

perbandingan,

menarikkesimpulan,

mengevaluasi

argumen, dan memecahkan masalah (Chance,1986). Tidak semua


informasi yang beredar adalah informasi yang benar dan telah
dibuktikan secara ilmiah. Dalam mengkaji informasi yang kita
dapatkan, kita butuh critical appraisal sehingga kita dapat menilai
validitas dari informasi tersebut dan informasi tersebut dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang kita hadapi.
Critical appraisal (telaahkritis) adalah cara atau metode untuk
mengkritisi

secara

ilmiah

terhadap

penulisan

ilmiah

(Sugiarto,2012). Kegunaan telaah kritis adalah untuk menilai


validitas (kebenaran) dan usefullness (kegunaan) dari suatu artikel
atau jurnal ilmiah dan untuk menentukan pemecahan atau
keputusan klinik.Langkah-langkahtelaahkritis, yaitu: Menentukan
apakah

informasi

sesuaid

engan

problem

klinik,

menilai

validitas(kebenaran) informasi, dan menilai usefulness (kegunaan)


dari informasi tersebut dalam memecahkan masalah klinik.
Permasalahan dalam scenario ini adalah kontroversi perbedaan
pendapat tentang cara penularan HIV-AIDS antara dokter dan
pasien. Dokter mengemukakan penyebab penyakit pasien berdasar
pengetahuan klinis yang ia ketahui. Selain berdasar pengetahuan
klinis yang dokter miliki, dokter juga memiliki bukti ilmiah, yaitu
hasil pemeriksaan laboraturium yang menunjukkan bahwa jumlah
CD4 pasien sangat rendah. Jumlah CD4 yang rendah merupakan
indikasi AIDS. Kencing di kamar mandi umum bukanlah jalur
penularan HIV AIDS yang ilmiah dan valid.Sedangkan pasien

mengemukakan penyebab penyakitnya berdasar informasi yang


beredar di masyarakat.
Dalam hal ini pasien hanya menerima informasi tersebut tanpa
menilai validitasdari informasi tersebut.Informasi bahwa penyebab
HIV AIDS yang diderita pasien disebabkan karena kencing di
kamar mandi umum tidak terbukti secara ilmiah dan tidak benar.

BAB III
SIMPULAN
Dalam melakukan suatu diagnose maupun terapi terhadap pasien, seorang
dokter perlu menggunakan prinsip EBM (Evidence Based Medicine) dan
memiliki pola berpikir yang kritis.EBM diperlukan oleh dokter dalam membantu
membuat keputusan klinis berdasarkan bukti terbaik serta memberikan pelayanan
medis yang berpusat pada pasien.
Berpikir kritis (Critical Thinking) merupakan kemampuan untuk berpikir
jernih dan rasional, yang meliputi kemampuan untuk berpikir reflektif dan
independen .Skenario yang diberikan membahas tentang kontroversi informasi
antara seorang dokter dengan pasien penderita HIV/AIDS. Dokter IGD
mengatakan bahwa pasien tertular virus HIV melalui hubungan seksual atau
injeksi jarum suntik (IVDU) yang dipakai bersama.Namun pasien penderita

HIV/AIDS tersebut meyakini bahwa ia tertular virus HIV karena buang air kecil
di kamar mandi umum. Langkah yang tepat untuk menyelesaikan masalah
tersebut adalah dengan menggunakan prinsip EBM, yakni mencari informasi
berdasarkan bukti-bukti penelitian yang ilmiah yang kemudian ditelaah
kebenarannya (validitas), serta dapat diterapkan pada pasien.
Untuk mengetahui informasi yang valid, maka diperlukan Critical
Appraisal. Oleh karena itu, Critical Thinking menjadi suatu pola pikir yang
sangat penting untuk dikuasai oleh seorang dokter, agar dokter mampu untuk
melakukan telaah kritis terhadap suatu informasi yang datang. Dengan begitu
dokter dapat menyaring informasi dengan kritis yang dapat digunakan untuk
melakukan diagnose maupun melakukan terapi pada pasien.

BAB IV
SARAN
Dalam skenario pertama pada blok budaya ilmiah ini pasien memiliki
pendapat yang berbeda dengan anamnesis dokter. Pasien berpendapat sesuai
dengan

kepercayaan

yang

dipegang

teguh

olehnya

sedangkan

dokter

mendiagnosis penyakit pasien tersebut sesuai dengan bukti ilmiah yang ada.
Untuk itu, pasien diharapkan dapat memilih dan memilah informasi yang
didapatnya, serta pasien diharapkan untuk mampu bersikap kritis dan mencari
sumber yang valid. Selain itu, kita harus bersikap tenang dan ilmiah dalam
mencari kebenaran dari kontroversi.
Tidak berbeda dengan pasien, kami sebagai peserta diskusi pun dituntut
untuk dapat mencari sumber informasi yang valid dan ilmiah. Tidak hanya
mencari, kami juga harus dapat mengeluarkan pendapat dan menyampaikan
informasi yang telah didapat kepada seluruh anggota diskusi. Namun ada sedikit

kendala yang kami hadapi terutama dalam hal pengumpulan literatur sebagai
bahan pokok dalam mendiskusikan skenario yang ada. Untuk itu, kami sebagai
peserta diskusi diharapkan untuk bisa lebih aktif dalam berpendapat dan lebih
berpikir kritis dalam membedakan artikel ilmiah dan artikel populer. Selain itu,
kami pun harus lebih memperbanyak referensi-referensi ilmiah untuk menjawab
berbagai permasalahan yang muncul dalam skenario, yang nantinya akan
bermanfaat bagi kami saat menghadapi kasus-kasus kesehatan yang semakin hari
semakin berkembang. Harapan kami dalamdiskusi tutorial yang akandatang, kami
telah mampumenerapkansikapkritisdalammemilih dan memilah informasi yang
valid dan ilmiah.
Sedangkan peran tutor dalam diskusi ini adalah sebagai fasilitator,
diharapkan dapat menolong peserta diskusi untuk memacu permasalahan
kelompok, mencermati tujuan belajar peserta yang muncul dalam diskusi, dan
menjaga agar proses tutorial tetap student centered.

DAFTAR PUSTAKA
Price SA, Wilson LM (2002).Patofisiologi :KonsepKlinis Proses-Proses Penyakit.
Edisike 6. Jakarta: EGC.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiti S (2009).
IlmuPenyakitDalam. Edisike 5. Jakarta: InternaPublishing.
www.aidsindonesia.or.id/dasar-hiv-aids (9 september 2012)
www.aidsindonesia.or.id/dasar-hiv-aids/mitos
www.aidsinfonet.org
www.artikelkedokteran.com/818/inveksi-virus-hiv-aids.html
www.kamusbahasaindonesia.org
www.library.med.utah.edu/webpath/tutorial/AIDS/HIV.html (9 september 2012)
www.library.usu.ac.id/download/fkm/fazidah4
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK26827/

www.news-medical.net/health/AIDS-Pathophysiology.aspx
www.pppl.depkes.go.id/asset/download/ANDA&HIV_AIDS,IMS.pdf
www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25203/Chapter52011.pdf

Anda mungkin juga menyukai