Anda di halaman 1dari 18

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA


SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Memasuki dunia industrialisasi yang semakin modern akan diikuti oleh penerapan
teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan makin kompleks dan rumit, yang akan
mengakibatkan suatu kemungkinan bahaya yang besar, berupa kecelakaan, kebakaran,
peledakan, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja, yang diakibatkan oleh
kesalahan dalam penggunaan peralatan, pemahaman dan kemampuan serta ketrampilan
tenaga kerja yang kurang memadai, dan hal inilah yang terjadi pada era industrialisasi
belakangan ini, yaitu adanya penerapan teknologi yang tinggi dan penggunaan bahan
yang beraneka ragam akan tetapi tidak diikuti dengan selaras oleh ketrampilan dan
keahlian tenaga kerjanya yang mengoperasikan peralatan dan mempergunakan bahan
dalam proses produksi tersebut, sehingga menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.

1.2. Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

2. Memperkenalkan berbagai konsep Sistim Manajemen Keselamatan & Kesehatan


Kerja terkini yang telah diterapkan di berbagai sektor industri di Indonesia.

3. Mempelajari cara pendekatan yang ideal yang dapat dijalankan sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik industri, sehingga K3 dapat menjadi suatu budaya
kerja dan sistim manajemen K3 dapat diterapkan secara efektif.
1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi

Penulis memilih masalah Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,


karena pembahasan mengenai Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
terlalu luas maka penulis hanya membatasi sampai lingkup perusahaan yang telah
menerapkan sistem OHSAS 18001:2007.

2. Perumusan Masalah

Dari Idetifikasi masalah tadi, penulis merumuskan masalah sebagiai


berikut :

a. Apa pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja?

b. Faktor-faktor apa saja yang mendukung berjalannya Sistem Menejemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja?

c. Manfaat apa saja yang tercipta dari penerapan Sistem Menejemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja?

d. Lembaga apa saja yang mendukung Sistem Menejemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 OHSAS-18001:2007

OHSAS-18001:2007 adalah standar sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.


Standar ini diterbitkan pada Juli 2007, menggantikan edisi sebelumnya, OHSAS-18001:1999.
OHSAS-18001 memberikan kerangka dasar dalam mengatur aktifitas-aktifitas organisasi dengan
mempertimbangkan aspek-aspek keselamatan dan kesehatan pekerja.
2.1.1 Penerapan OHSAS-18001

Penerapan OHSAS-18001 berarti merencanakan pengendalian dan menerapkan


pengendalian terhadap semua aktifitas dalam organisasi yang mempunyai potensi
membahayakan keselamatan dan kesehatan pekerja. Organisasi juga harus memahami semua
peraturan dan perundangan terkati keselamatan dan kesehatan kerja dan berupaya untuk
memenuhi peraturan dan perundangan tersebut.

Penerapan OHSAS-18001 membutuhkan komitmen dari pihak manajemen dan


pengembangan wawasan dan setiap karyawan akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

Sama halnya dengan penerapan ISO-9001, penerapan OHSAS-18001 juga membutuhkan


tahapan-tahapan yang sistematis, yang dimulai dari tahapan perencanaan perubahan,
pelaksanaan, pemantauan dan tindak lanjut.

Pada umumnya organisasi dapat menerapkan OHSAS-18001 dalam waktu sekitar


6 bulan. Variasi waktu tergantung dari ketersediaan sumber daya dalam organisasi, komitmen
pihak manajemen, tingkat resiko dan banyaknya potensi bahaya dalam aktifitas-aktifitas yang
dilakukan organisasi dan pengaturan program.

2.1.2 Manfaat Penerapan OHSAS-18001

Memberikan kerangka kerja dan panduan bagi organisasi dalam upaya menurunkan
resiko bahaya terkait keselamatan dan kesehatan pekerja

Meningkatkan citra organisasi dimata publik dan pihak-pihak yang berkepentingan


(pemerintah, pelanggan).

Meningkatkan hubungan yang harmonis antar pekerja dan pihak-pihak lain dalam
organisasi dengan cara memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan yang layak
terhadap pekerja.

Meningkatkan effisiensi dalam upaya organisasi untuk memenuhi peraturan dan regulasi
terkait keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.
2.1.3 Ukuran Keberhasilan dalam Penerapan OHSAS-18001

Keberhasilan dalam penerapan OHSAS-18001 diukur dari 2 parameter dasar: Kesesuaian


sistem manajemen dengan persyaratan OHSAS-18001 (yang berarti keberhasilan memperoleh
sertifikat OHSAS-18001) dan meningkatnya kemampuan organisasi dalam melakukan
pengendalian terhadap berbagai aktifitas yang mempunyai potensi bahaya keselamatan dan
kesehatan kerja yang pada akhirnya dapat menurunkan tingkat kecelakaan dan resiko kesehatan
bagi pekerjanya.

2.1.4 Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001

Manajemen K3 merupakan hal penting berkaitan dengan melakukan pemeliharaan sistem


kerja agar keselamatan, dan kesehatan kerja tetap terjaga. Permasalahan K3 memang gampang-
gampang sulit. Gampangnya, semua aturan dan rancangan sudah didesain sedemikian rupa untuk
meminimasi kecelakaan kerja, bahkan tidak sedikit ahli para pimpinan menggelontorkan banyak
biaya untuk permasalahan ini, namun susahnya, kok tetap saja kecelakaan terjadi lagi dan lagi.
Kemudian apa yang salah ?

K3 yang disingkat dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (bukan kesehatan dan
keselamatan kerja) perlu perancangan yang sangat-sangat baik. Beberapa hal yang perlu
direkayasa dalam upaya menciptakan kondisi seminimum mungkin sebagai penyebab kesalahan
dan kecelakaan kerja antara lain adalah

1. Hardware

2. Software

3. Peopleware

4. Methods

5. Enviroware

6. Organiware
7 tahapan umum dari suatu proses (produksi secara umum) maka masin-masing tahapan tersebut
bisa saja terjadi suatu kesalahan. Beberapa kesalahan tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1. Kesalahan desain

Kesalahan desain merupakan kesalahan yang terjadi pada tahap desain. Bisa saja hal ini terjadi
karena salah saat memperkirakan beban yang sesungguhnya dengan tidak menambahkan faktor
keamanan (safety factor) sehingga salah dalam menentukan perhitungan, dapat juga terjadi
karena tidak menambahkan unsur manusia di dalamnya sehingga penggunaan hanya berdasar
pada sudut pandang pendesain bukan sudut pandang pengguna (user), dan dapat juga disebabkan
karena masalah buku petunjuk petunjuk (user guide).

2. Kesalahan produksi

Kesalahan produksi dapat terjadi karena salah fabrikasi, salah rakit, salah inspeksi.

3. Kesalahan distribusi

Kesalahan distribusi atau diartikan sebagai kesalahan pengiriman barang/jasa dari produsen ke
konsumen dapat terjadi karena kesalahan pengemasan atau disebabkan oleh faktor-faktor lain
selama perjalanan.

4. Kesalahan instalasi

Disebabkan karena dua hal penting, yakni misfit dan mismacth.

4 kesalahan di atas terjadi pada fase di mana barang/jasa berada pada tangan produsen,
dan sebagai langkah kerekayasaan agar tidak terjadi kesalahan maupun kecelakaan kerja saat
penggunaan oleh user, maka suatu proses desain perlu memerhatikan hal-hal berikut, yaitu :

1. Manufacturing friendly design

2. Distribution friendly design


3. Installation friendly design

4. User friendly design

5. Maintenance friendl design

6. Error tolerant design

7. Error proof design

Secara teori memang banyak hal yang bisa dilakukan dalam mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, namun pada saat aplikasi ternyata program-program tersebut tidak juga
membuahkan hasil terutama di Indonesia, dimana banyak faktor yang mempengaruhi. Untuk itu
SMK3 (Sistem Manajemen K3) dapat dilaksanakan dengan baik jika melihat unsur 5E dan
semua itu harus dilaksanakan dengan baik. Apa saja 5E itu ?

1. Engineer

Merupakan tahapan desain dimana segala sesuatu harus dipertimbangkan. Seperti pada poin
sebelumnya di atas yakni menciptakan kondisi seminimum mungkin sebagai penyebab terjadinya
kesalahan dan kecelakaan kerja.

2. Educate

Yakni mengajari pengguna (user) tentang bagaimana suatu proses (prosedur) harus berlangsung.
Selain itu adanya materi pengajaran tentang pentingnya keselamatan kerja dalam kerja harus
perlu dipahami oleh semua pihak baik dari lini bawah, menengah maupun atasan.

3. Empower

Merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tahapan desain (engineer). Di mana segala hal yang
dirancang maupun dikonsepkan harus disesuaikan dengan kondisi lapangan. Sama halnya
dengan suatu kebijakan yang diputuskan oleh suatu organisasi, lembaga, perusahaan atau bahkan
negara harus sesuai dengan kondisi sesungguhnya dan tidak boleh sepihak. Terkadang keputusan
yang dibuat oleh lini manajerial tidak mempertimbangkan pendapat dari lini operasional
sehingga keputusan yang dibuat menjadi not implemntable (tidak bisa diaplikasikan).

4. Enable

Merupakan tahapan yang sangat penting atau bahkan dapat saya katakan paling penting. Enable
di sini diartikan sebagai peran manajemen dalam membina, merancang dan menjaga sistem
tersebut (SMK3). Banyaknya kecelakaan transportasi di Indonesia sebenarnya banyak
disebabkan oleh faktor manajerial. Kesalahan banyak terjadi di saat semua orang mengatakan
bahwa terjadinya kecelakaan diseabkan oleh human error padahal jika ditelusuri sebenanrnya
tidak lepas dari unsur manajerial Seperti bagaimana kondisi kerja pekerja tersebut? Apakah jam
kerjanya sesuai atau bahkan terlalu lama sehingga meningkatkan potensi terjadinya kantuk?
Bagaimana kelayakan gaji pekerja tersebut, sehingga pada saat jam kerja pekerja tidak
menyambi pekerjaannya untuk mendapat penghasilan tambahan. Kondisi tidak layaknya gaji
saya amati secara langsung, yaitu kepada seorang penjaga rel kereta api. Di mana saat ia harus
mnjaga rel kereta ia harus ikut angkut-angkut barang atau bahkan sekedar menambal ban.
Sungguh miris jika dipikir lebih dalam lagi karena kelayakan gaji yang diberikan sangatlah
rendah.

5. Enforce

Merupakan suatu langkah terakhir yang harus dilakukan agar menjaga SMK5 berlangsung
dengan baik, yakni dengan adanya pemaksaan. Suatu pemaksaan perlu dilakukan untuk
menjamin berlakunya SMK3 yang telah dibuat sedemikian rupa, dan pemaksaan ini ahrus benar-
benar dilakukan tanpa ada rasa ragu. Pemaksaan dirasa perlu jika aturan yang sudah dibuat
banyak dilanggar sehingga potensi kecelakaan kerja tidak diperhatikan sama sekali.

Seperti kasus yang terjadi pada ledakan SPBU yang disebabkan oleh penumpang yang
merokok (Semarang, 2007). Aturan memang sudah ada, dan terpampang jelas di setiap
SPBU namun tidak ada langkah enforce dari pihak terkait.

2.2. Pemahaman Konsep dan Implementasi Sistem Manajemen K3 (SMK3)


Pembangunan ketenagakerjaan diarahkan pada pembentukan tenaga professional yang
mandiri, beretos kerja tinggi dan produktif. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya
menyeluruh yang ditujukan pada pembentukan, peningkatan dan pengembangan tenaga kerja
yang berkualitas, produktif, efisien, efektif dan berkompetensi tinggi.

Dalam pembangunan ketenagakerjaan perlu dibina dan dikembangkan perbaikan syarat-


syarat kerja serta perlindungan tenaga kerja dalam menuju peningkatan kesejahteraan tenaga
kerja, sesuai dengan Undang-undang no.13 tahun 2003 pada pasal 86 dan 87, tentang
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap tenaga kerja, dan Setiap perusahaan
yang memperkerjakan tenaga kerja diatas seratus orang atau memiliki resiko besar terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja wajib memiliki ahli K3, sesuai dengan UU No.1 tahun 1970,
Permenaker No.Per.02/Men/1992 dan Permenaker No.Per.04/Men/1987.

Memasuki dunia industrialisasi yang semakin modern akan diikuti oleh penerapan
teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan makin kompleks dan rumit, yang akan
mengakibatkan suatu kemungkinan bahaya yang besar, berupa kecelakaan, kebakaran,
peledakan, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja, yang diakibatkan oleh kesalahan
dalam penggunaan peralatan, pemahaman dan kemampuan serta ketrampilan tenaga kerja yang
kurang memadai, dan hal inilah yang terjadi pada era industrialisasi belakangan ini, yaitu adanya
penerapan teknologi yang tinggi dan penggunaan bahan yang beraneka ragam akan tetapi tidak
diikuti dengan selaras oleh ketrampilan dan keahlian tenaga kerjanya yang mengoperasikan
peralatan dan mempergunakan bahan dalam proses produksi tersebut, sehingga menimbulkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.Bagaimana mengidentifikasi serta bagaimana
mengelolah bahaya tersebut adalah rangkaian dari suatu system yang dikenal dengan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang telah diundang-undangkan oleh
pemerintah Republik Indonesia dalam UU No. 1 tahun 1970 n peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. 5 tahun 1996.

2.2.1 Pokok-Pokok Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

SMK3 diatur dalam Permenaker No.05/MEN/1996 tentang Sistem Menejemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produkatif.

(Definisi tempat kerja : darat/perairan/udara/dalam tanah, ada kegiatan usaha, ada tenaga
kerja yang bekerja, ada sumber bahaya)

Tujuan penerapan SMK3 :


1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia
2. Meningkatkan komitmen pimpinan dalam melindungi tenaga kerja
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi globalisasi
4. Proteksi terhadap industri dalam negeri
5. Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional
6. Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor nasional
7. Meningkatkan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan sistem
8. Pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi terkait dengan penerapan K3L

Sesuai Pasal 3 Permenaker 05/MEN/1996, perusahaan yang mempekerjakan minimal 100 tenaga
kerja dan atau ada potensi bahaya ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja,
wajib menerapkan SMK3.

SMK3 terdiri dari 5 prinsip dasar dan 12 elemen :

PRINSIP DASAR
1. Penetapan kebijakan K3
2. Perencanaan penerapan K3
3. Penerapan K3
4. Pengukuran, pemantauan dan evaluasi kinerja K3
5. Peninjauan secara teratur untuk meningkatkan kinerja K3 secara berkesinambungan

ELEMEN

1. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen


2. Pendokumentasian strategi
3. Peninjauan ulang desain dan kontrak
4. Pengendalian dokumen
5. Pembelian
6. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3
7. Standar pemantauan
8. Pelaporan dan perbaikan
9. Pengelolaan material dan perpindahannya
10. Pengumpulan dan penggunaan data
11. Audit SMK3
12. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan

Pedoman penerapan SMK3 secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :


1. Komitmen dan kebijakan

1.1. Kepemimpinan dan komitmen


organisasi K3
menyediakan anggaran, SDM dan sarana
penetapan tanggung jawab, wewenang dan kewajiban
perencanaan K3
melakukan penilaian

1.2. Tinjauan awal K3


- identifikasi kondisi dan sumber bahaya
pengetahuan dan peraturan perundangan K3
membandingkan penerapan
meninjau sebab akibat
efisiensi dan efektifitas sistem

2. Perencanaan

2.1. Manajemen Resiko

2.2. Peraturan perundangan


2.3. Tujuan dan sasaran :
dapat diukur
indikator pengukuran
- sasaran pencapaian
jangka waktu pencapaian

2.4. Indikator Kinerja

2.5. Perencanaan awal dan perencanaan kegiatan yang sedang berlangsung

3. Penerapan

3.1. Jaminan kemampuan


SDM, sarana dan dana
integrasi
tanggung jawab dan tanggung gugat
konsultansi, motivasi dan kesadaran
pelatihan dan kompetensi kerja

3.2. Kegiatan pendukung


komunikasi
pelaporan
pendokumentasian
- pengendalian dokumen
pencatatan dan manajemen informasi

3.3. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko


manajemen resiko
perencanaan (design) dan rekayasa
pengendalian administratif
tinjauan kontrak
pembelian
prosedur menghadapi keadaan darurat atau bencana
prosedur menghadapi insiden
prosedur rencana pemulihan keadaan darurat

4. Pengukuran dan Evaluasi

4.1 Inspeksi, Pemantauan, Pengujian K3

4.2 Audit SMK3

4.3 Tindakan perbaikan dan pencegahan

5. Peninjauan Ulang dan Peniongkatan

5.1 Evaluasi penerapan SMK3

5.2 Tujuan, sasaran dan kinerja K3

5.3 Hasil audit SMK3

5.4 Evaluasi kebutuhan untuk peningkatan SMK3

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menejemen Keselamatan dan Kesehatan adalah bagian dari sistem perusahaan secara
keseluruhan yang menunjang akan perkembangan perusahaan itu sendiri. Dalam pelaksanaan
Sistem Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengginakan standar OHSAS 18001.
Elemen Kunci dari pelaksanaan Sistem Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja meliputi
Penetapan Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Menjamin komitmen,
Perencanaan, Penerapan, Pengukuran dan Evaluasi, serta Peninjauan ulang dan Peninngkataan
Sistem Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja oleh Menejemen.
3.2 Saran

Dengan dibuatnya makalah ini penulis mengharapakan agar kesadaran pentingnya


pemahaman konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja lebih diperhatikan lagi.

Diposkan 12th December 2011 oleh INDUSTRIAL_09


0

Tambahkan komentar

Industrial_09

Klasik

Kartu Lipat

Majalah

Mozaik

Bilah Sisi

Cuplikan

Kronologis

ex_Komarudin PERENCANAAN TATA LETAK PABRIK (PTLP)

by_KOMARUDIN MESIN KONVENSIONAL & NON KONVENSIONAL

Teknik Dasar Listrik

Persamaan Linear dan Matrik

Pengukuran Dengan Jangka Sorong

ALAT BANTU dan ALAT UKUR


SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TEORI TANJAKAN

Mengenal bagian2 mesin mobil [Ex; Avanzato]- diki

10 tips membeli mobil baru di dealer!- diki

Diki _ Cara Buat sim di Polres Karawang ,

Nyupir saat macet neh agan-agan

Diki _ cara setir mobil neh agan-agan

By Diki Setiako - Jurusan Kuliah dengan Prospek Gaji Besar

Gimana Cara Gampang Mulai Berbisnis ?

7 Tips for speaking English Fluently

INSPIRATIF

Antropometri _ ali

Kode etik sarjana teknik by Aris Triadi K

Mengenal jenis bearing oleh Hamid

STRATEGI PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG EFEKTIF

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Sehat, Dengan 20 Menit _ali

Tips....!

http://arkanaali.blogspot.com/

INTERNET GRATIS MENGGUNAKAN OPERAMINI ali_


aNalisa kerJa ali_045

SCRIPT EA indrafxScalping v5.1 ali_

Jadwal induk produksi

Metode GrafIk- BY DIKi

BY DIKi- OR

Makalah Kepemimpinan MSDM

Akuntansi nEEhhhhhhhhh

BARALAGoBlog: TEKNIK MANAJEMEN INDUSTRI (S1)

Ergonomi

reNuNgan_ ali

Tips Laptop Murah untuk Main Game ali_045

Tips BeBas PuNguTan Tilang...!!! ali_045

Terapi air putih oleh Hamid

NylEneH...'
ex_Komarudin PERENCANAAN TATA
LETAK PABRIK (PTLP)
PERENCANAAN TATA LETAK PABRIK (PTLP)

Dalam PTLP ini pada dasarnya akan meupakan proses pengurutan dari suatu perencanaan tata
letak yang sistematis. Urutan proses tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Pemilihan Lokasi
2. Opeation Process Chart (OPC)
3. Routing Sheet
4. Multi Product Process Chart (MPPC)
5. Menentukan Gudang
6. Ongkos Material Handling (OMH)
7. From To Chart (FTC)
8. Outflow, Inflow
9. Tabel Skala Prioritas (TSP)
10. Activity Relationship Diagram (ARD)
11. Activity Relationship Chart (ARC)
12. Area Alocation Diagram (AAD)
13. Template

PEMILIHAN LOKASI
Pemilihan lokasi pada dasarnya adalah menentukan suatu tempat
atau lokasi yang tepat untuk suatu perisahaan atau perkantoran
atau lokasi untuk tujuan tertentu, dengan memperhitungkan
kelebihan dan kekurangan lokasi tersebut. Dalam pemilihan
lokasi kita akan membandingkan suatu lokasi dengan lokasi
lainnya, berdasarkan nilai break even point lokasi tersebut.

Contoh :
Sebuah perusahaan akan mendirikan pabrik baru dengan calon
lokasi didirikan di Bandung, Cirebon, dan Bogor dengan data
sebagai berikut :
Bandung Cirebon Bogor
Pajak / th 1.000.000 500.000 1.200.000
Listrik / th 2.000.000 1.500.000 2.100.000
Ongkos buruh / unit 1.000 1.200 850
Ongkos operasi / unit 3.000 3.500 2.000
Kapasitas produksi = 1000 unit / th

Penyelesaian :

Penjualan = Fixed Cost + Variable Cost + Profit


BEP tercapai pada profit = 0
Maka BEP = Fixed Cost + Variable Cost
Bandung
Listrik/th 1.000.000
Pajak/th 2.000.000
FC
Jumlah 3.000.000

Ongkos buruh/unit 1.000


Ongkos operasi/unit 3.000
VC Juml ah 4.000
Jika dianggap sebagai persamaan linear, maka :

BEP = FC + VC (X) X = produksi

Bandung = 3.000.000 + 4.000 (1000) = 7.000.000


Cirebon = 2.000.000 + 4.700 (1000) = 6.700.000
Bogor = 3.300.000 + 2.850 (1000) = 6.150.000 *

Maka kita pilih lokasi Bogor


OPERATION PROCESS CHART (OPC)
OPC adalah suatu diagram yang menggambarkan langkah-
langkah proses yang dialami oleh bahan baku yag meliputi urutan
proses operasi dan pemeriksaan. Pembuatan OPC ini merupakan
tahap pertama dalam urutan untuk merencanakan tata letak
pabrik.

Pada OPC ini berisi informasi mengenai :

1. Deskripsi proses bagi setiap kegiatan/aktivitas


2. Waktu penyelesaian masing-masing kegiatan
3. Peralatan/mesin yang digunakan
4. Persentase scrap dari aktivitas

ROUTING SHEET
Langkah selanjutnya dalam merencanakan tata letak pabrik
adalah pembuatan routing sheet.
Routing sheet ini digunakan untuk :
1. Menghitung jumlah mesin yang diperlukan
2. Menghitung jumlah part yang harus dipersiapkan dalam usaha
memperoleh sejumlah produk jadi yang diinginkan.

Contoh Tabel Routing Sheet :

Anda mungkin juga menyukai