Anda di halaman 1dari 3

Epidemiologi

Tonsilitis akut disebabkan oleh bakteri dan virus dan akan disertai dengan gejala sakit
telinga saat menelan, bau mulut, dan air liur bersama dengan radang tenggorokan dan demam.
Dalam hal ini, permukaan tonsil mungkin merah cerah atau memiliki lapisan putih keabu-abuan,
sedangkan kelenjar getah bening di leher akan membengkak.
Tonsil adalah salah satu jaringan limfoid pada tubuh manusia selain kelenjar limfe, limpa,
timus, adenoid, apendiks (usus buntu), agregat jaringan limfoid di lapisan dalam saluran
pencernaan yang disebut bercak Peyer atau gut associated lymphoid tissue (GALT), dan sum-
sum tulang. Jaringan limfoid mengacu secara kolektif pada jaringan yang menyimpan,
menghasilkan, atau mengolah limfosit. Limfosit yang menempati tonsil berada di tempat yang
strategis untuk menghalang mikroba-mikroba yang masuk melalui inhalasi atau dari mulut
(Sherwood, 2001).
Tonsilitis kronik pula merupakan peradangan pada tonsila palatina yang lebih dari 3
bulan ataupun tonsilitis akut yang berulang. Menurut kajian yang dilakukan oleh National Center
of Health Statistics pada Januari 1997 di United State, penyakit kronik pada tonsil dan adenoid
adalah tinggi, dengan prevalensi 24,9% per 1000 orang anak-anak yang berusia di bawah 18
tahun. (Collin, 1997).
Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT pada 7 provinsi di Indonesia pada tahun
1994-1996, prevalensi kejadian tonsilitis kronik adalah yang tertinggi setelah nasofaringitis akut
(4,6%) yaitu sebanyak 3,8%. Insiden tonsilitis kronik di RS Dr. Kariadi Semarang mencapai
23,36% dan 47% di antaranya pada usia 6-15 tahun. Sedangkan di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada
periode April 1997 sampai dengan Maret 1998 ditemukan 1024 pasien tonsilitis kronik atau
6,75% dari seluruh jumlah kunjungan (Farokah et al., 2007).
Faringitis dan tonsilitis sering ditemukan bersamaan. Tonsilofaringitis merupakan
peradangan yang berulang pada tonsil dan faring yang memiliki faktor predisposisi antara lain
rangsangan kronis rokok, makanan tertentu, higiene mulut yang buruk, pasien yang biasa
bernapas melalui mulut karena hidungnya tersumbat, pengaruh cuaca dan pengobatan
tonsilofaringitis sebelumnya yang tidak adekuat ( Adams, G.L. 1997).
Tonsilitis kronis merupakan kondisi di mana terjadi pembesaran tonsil disertai dengan
serangan infeksi yang berulang-ulang. Tonsillitis merupakan salah satu penyakit yang paling
umum ditemukan pada masa anak-anak. Angka kejadian tertinggi terutama antara anak-anak
dalam kelompok usia antara 5 sampai 10 tahun yang mana radang tersebut merupakan infeksi
dari berbagai jenis bakteri (Brook dan Gober, dalam Hammouda, 2009). Tonsilitis kronis
merupakan penyakit yang terjadi di tenggorokan terutama terjadi pada kelompok usia muda
(Kurien, 2000)
Pola penyakit THT (Telinga Hidung Tenggorokan) bervariasi pada tiap-tiap negara.
Banyak faktor lingkungan dan sosial diyakini bertanggung jawab terhadap etiologi infeksi
penyakit ini. Penelitian yang dilakukan di Departemen THT Islamabad-Pakistan selama 10 tahun
(Januari 1998-Desember 2007) dari 68.488 kunjungan pasien didapati penyakit Tonsilitis Kronis
merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai yakni sebanyak 15.067 (22%) penderita.
Sementara penelitian yang dilakukan di Malaysia pada poli THT Rumah Sakit Sarawak selama 1
tahun dijumpai 8.118 kunjungan pasien dan jumlah penderita penyakit Tonsilitis Kronis
menempati urutan keempat yakni sebanyak 657 (8,1%) (Shah, 2007). Dalam analisa tentang
kekambuhan penyakit-penyakit kronis pada saluran nafas atas dilakukan penelitian terhadap total
populasi lebih dari 3,5 juta jiwa populasi di Amerika Serikat mendapatkan prevalensi penderita
tonsillitis kronis sebesar 15,9/1.000 penduduk. Menurut penelitian di Rusia mengenai prevalensi
dan pencegahan keluarga dengan tonsilitis kronis didapatkan data bahwa sebanyak 84 (26,3%)
dari 307 ibu-ibu usia reproduktif didiagnosa tonsilitis kronis. (Awan Z,, et al, 2009). Berdasarkan
data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi (Indonesia) pada tahun 1994-1996, prevalensi
tonsilitis kronis 4,6% tertinggi setelah Nasofaringitis Akut (3,8%)). Sedangkan penelitian di
RSUP Dr. Hasan Sadikin pada periode April 1997 sampai dengan Maret 1998 ditemukan 1024
pasien tonsilitis kronis atau 6,75% dari seluruh jumlah kunjungan. Data morbiditas pada anak
menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 pola penyakit anak laki-laki dan
perempuan umur 5-14 tahun yang paling sering terjadi, tonsilitis kronis menempati urutan kelima
(10,5% pada laki-laki, 13,7% pada perempuan) (Hannaford PC, et al, 2005).
Tonsil dan adenoid merupakan salah satu organ pertahanan tubuh utama yang terdapat
pada saluran napas atas. Sistem pertahanan tubuh ini akan berfungsi sebagai imunitas lokal untuk
menghasilkan antibodi yang akan melawan infeksi yang terjadi baik akut atau kronik,
terbentuknya antigen disebabkan rangsangan bakteri, virus, infeksi serta iritasi lingkungan
terhadap tonsil dan adenoid. Jika terjadi infeksi akan menyebabkan terjadinya tonsillitis yaitu
radang tonsil palatina yang dapat juga disertai dengan peradangan pada faring. Radang ini dapat
disebabkan oleh infeksi grup A Streptococcuus hemolitikus, Pneumokokus, Staphylococcus dan
Haemofilus influenza, biasanya menyerang anak pra sekolah sampai dewasa, dapat
mengakibatkan komplikasi seperti peritonsilar abses, parafaring abses, demam rematik dan
glomerulonefritis akut dan radang katup jantung (Brodsky L, Poje C. 2006)

http://rianasarii.blogspot.co.id/2013/12/paper-ilmu-penyakit-tonsilitis-disusun.html

Anda mungkin juga menyukai