BAB I
PENDAHULUAN
Sastra adalah hasil karya cipta manusia yang dituangkan melalui bahasa, baik sastra tulisan
maupun sastra lisan. Sastra lisan merupakan sastra yang terus berkembang dalam konteks
kehidupan masyarakat itu sendiri sebagai pengguna sastra lisan tersebut. Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin jauh pula tonggak perjalanan sastra
tersebut, bahkan tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan sastra lisan Aceh seperti
mengalami problematika tersendiri. Meskipun pada kenyataannya sejarah kesusastraan di Aceh
sudah lama ada dan mengakar dalam kehidupan masyarakat Aceh.
Salah satu sendi dari sastra lisan Aceh adalah pantun atau pantn dalam bahasa Aceh. Ketika
berbicara tentang pantun, yang terlintas dipikiran seseorang adalah bahwa pantun merupakan
rentetan kata yang disusun rapi oleh penyair yang memiliki maksud tertentu dan memiliki
kesatuan makna tersendiri serta bersajak akhir ab-ab. Tapi sayangnya dewasa ini, pantun sudah
jarang diminati oleh masyarakat.
Sebenarnya jika dilihat lebih dalam, pantun tidak hanya sebuah karya sastra lisan Aceh yang
untuk sebagian daerah menganggapnya tabu tapi pada kenyataannya ada juga sebagian dari
masyarakat Aceh yang masih mengindahkan sebuah karya sastra yang berlebel pantun. Pantun
yang memiliki bentuk dan dengan isi yang berciri khas tersendiri mampu membuatnya berbeda
dari sastra-sastra lain pada umumnya. Pantun memiliki banyak jenisnya, salah satunya ialah
pantun yang digunakan pada acara pasta perkawinan yang disebut dengan istilah meutalh
pantn (dalam bahasa Aceh) yang memiliki arti berbalas pantun (dalam bahasa Indonesia).
Meutalh pantn (berbalas pantun) pada acara pesta perkawinan tidak hanya dipandang dari segi
sastranya melainkan juga didukung oleh adat dan budaya di suatu daerah yang tersebar di Aceh.
Dulu, adat meutalh pantn (berbalas pantun) sudah menjadi adat dan tradisi masyarakat Aceh.
Tapi, sayangnya dewasa ini adat yang dulu telah mendarah daging sudah tidak lagi diindahkan
oleh sebagian masyarakat Aceh. Hanya beberapa daerah di Aceh yang masih dijumpai adat dan
nilai budaya tinggi tentang kegiatan meutalh pantn pada acara pesta perkawinan. Hal ini
merupakan suatu tradisi yang harus selalu diindahkan dan dilaksanakan demi mencapai
kekhidmatan dalam acara pesta perkawinan. Jika ada acara pesta perkawinan, maka daerah yang
memiliki adat meutalh pantn akan melaksanakan kegiatan berbalas pantun ketika mempelai
laki-laki (lint bar) sampai di rumah mempelai wanita (dara bar). Pantun yang digunakan
dalam kegiatan meutalh pantn disebut dengan istilah pantn seumapa.
Orang yang biasa melakukan kegiatan meutalh pantn memang merupakan orang yang sudah
mahir dalam hal ini. Tapi, bukan berarti orang yang berbalas pantun tersebut pada saat kegiatan
meutalh pantn membawa teks pantun tersebut, keduanya juga tidak saling sepakat tentang
pantun yang akan diajukan dan yang akan dibalas, bahkan mereka pun tidak saling mengenal.
Sebaliknya, keduanya mampu bekerja sama untuk menyukseskan kegiatan meutalh pantn
tersebut.
Pantn seumapa merupakan pantun yang disampaikan oleh pihak lint bar dan pihak dara
bar pada prosesi perkawinan. Ketika rombongan mempelai lint bar sampai di depan rumah
mempelai dara bar, pihak dari lint bar menyapa pihak dara bar sebagai tuan rumah dengan
maksud menyatakan bahwa rombongan lint bar sudah sampai. Lalu, dijawab oleh pihak dara
bar, tidak kalah dari pihak mempelai wanita, pihak mempelai laki-laki pun membalas pantun
yang diajukan, kegiatan ini terus berlangsung dengan begitu seru dan penuh tantangan yang
harus diselesaikan oleh pihak mempelai laki-laki. Sebelum pihak mempelai laki-laki (lint bar)
dinyatakan menang oleh pihak mempelai wanita dalam hal berbalas pantun, mereka tidak
dibenarkan masuk ke wilayah rumah mempelai wanita (dara bar).
Pada masa tradisi ini masih dijunjung tinggi, banyak pihak lint bar yang kalah harus kembali
ke kampung halaman karena pernikahan dibatalkan. Namun, meskipun tradisi berbalas pantun
masih ada di daerah tertentu saat ini, hal tersebut hanya dilakukan sebagai syarat adat saja.
Pantn seumapa yang dilontarkan oleh kedua belah pihak mempelai dimodifikasi sesuai dengan
konteks pesta perkawinan, hal ini dilakukan agar terciptanya keselarasan antara tuan rumah
dengan kondisi saat berlangsungnya acara pesta tersebut.
Jika ditelusuri lebih jauh tentang isi yang terkandung dalam pantun ketika kegiatanmeutalh
pantn ternyata sangatlah unik dan mengandung makna yang mendalam dari setiap larik pantun
tersebut. Mulai dari dua baris pertama (sampiran) dan dua baris terakhir (isi) yang merupakan
konsep terbentuknya sebuah karya sastra lisan Aceh yaitu pantn.
Dari uraian pada latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian. Adapun judul penelitian ini adalah Analisis Isi Pantun
dalam Kegiatan Meutalh Pantn pada Acara Pesta Perkawinan diKota Lhokseumawe.
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimanakah isi pantun dalam meutalh pantn pada acara pesta perkawinan diKota
Lhokseumawe?
1.3 Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan mendeskripsikan data tentang isi pantun dalam meutalh pantn pada acara
pesta perkawinan di Kota Lhokseumawe.
Berdasarkan uraian permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas,
penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu secara teoretis dan praktis.
Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan
memberi konstribusi menyeluruh sehingga dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
tentang isi pantun dalam meutalh pantn pada acara pesta perkawinan di Kota Lhokseumawe.
Selanjutnya, secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang isi pantun dalam meutalh pantn pada acara pesta
perkawinan di Kota Lhokseumawe dan untuk lebih memotivasi potensi yang ada dalam diri
peneliti.
Sedangkan, bagi mahasiswa lain dapat memberi informasi empiris dan pendalaman ilmu serta
pengetahuan mengenai bidang kesusastraan, sehingga akan memotivasi untuk lebih mencintai
karya sastra lisan berbentuk pantun.
Penelitian ini tentang isi pantun dalam meutalh pantn pada acara pesta perkawinan di Kota
Lhokseumawe. Mengingat cakupan lokasi penelitian terlalu luas, maka peneliti membatasi
masalah ini pada isi pantun dalam meutalh pantn pada acara pesta perkawinan di Desa
Batuphat Barat, Komplek PT Arun Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe.
Untuk menyamakan pemahaman antara peneliti dengan pembaca, maka perlu dijelaskan istilah-
istilah sebagai berikut :
1) Analisis adalah proses penguraian/pembahasan terhadap suatu permasalahanyaitu
tentang isi pantun dalam meutalh pantn pada acara pesta perkawinan diKota
Lhokseumawe untuk diketahui dan ditemukan inti permasalahan lalu disimpulkan.
2) Isi pantun adalah sesuatu yang mengandung makna/maksud dari ucapan yang bersajak
yang terdiri atas empat baris satu larik.
3) Meutalh pantn adalah sebuah kegiatan yang diberi lebel oleh masyarakat Aceh yang
memiliki arti berbalas pantun.
4) Acara pesta perkawinan adalah sebuah ritual yang dilakukan oleh kedua belah pihak,
baik pihak mempelai wanita (dara bar) maupun pihak mempelai laki-laki (dara bar)
berdasarkan kebudayaan di suatu daerah yang bersangkutan.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
Pantun adalah puisi melayu asli yang sudah mengakar lama dalam budaya masyarakat. Pantun
merupakan salah satu jenis karya sastra lama. Lazimnya pantun hanya terdiri atas 4 larik (baris)
bersajak ab-ab dan aa-aa. Pada awal mulanya pantun merupakan sastra lisan, tapi kini pantun
juga ada dalam bentuk tulisan. Keseluruhan bentuk pantun hanyalah berupa sampiran dan isi.
Sampiran terletak pada baris pertama dan kedua dan biasanya tidak berhubungan secara langsung
dengan bagian kedua. Baris ketiga dan keempat ialah bagian isi yang merupakan tujuan dari
puisi tersebut.
Rizal (2010 : 12), mengemukakan bahwa Pantun merupakan puisi asli anak Indonesia dan
bangsa-bangsa serumpun Melayu (Nusantara), milik budaya bangsa. Bersajak akhir dengan pola
ab-ab yang mana terdiri dari empat baris, dua baris pertama merupakan sampiran atau bayangan
dan dua baris terakhir sebagai isi pantun atau maksud. Sampiran memiliki fungsi estetik untuk
mengantarkan isi (makna/maksud).Maksud dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa
pantun adalah sebuah puisi asli Indonesia yang bersajak akhir ab-ab dan tersusun atas sampiran
dan isi. Sampiran dari setiap larik pantun berfungsi sebagai keindahan serta sebagai pembuka isi
pantun.
Kosasih (2008 : 17), mengemukakan bahwa Pantun merupakan puisi lama yang terikat oleh
berbagai ketentuan, seperti banyaknya larik setiap bait, banyaknya suku kata dalam setiap larik
atau pola rimanya. Ketentuan-ketentuan tersebutlah yang membedakan pantun dengan puisi lama
lainnya.
Maksud dari uraian di atas menjelaskan bahwa pantun merupakan sebuah bentuk puisi lama yang
tersusun berdasarkan kriteria tertentu, misalnya larik setiap bait, suku kata yang digunakan dan
pola rima atau sajak akhirnya. Hal tersebutlah yang membedakan pantun dengan bentuk puisi
lama lainnya.
Fang (Harun, 2012 : 164), mengungkapkan bahwa Pantun adalah senandung atau puisi rakyat
yang dinyanyikan. Maksud dari pernyataan Fang di atas adalah pantun merupakan sebuah puisi
rakyat yang dilantunkan atau dinyanyikan.
Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas, yang menjelaskan tentang pengertian pantun,
maka dapat disimpulkan bahwa pantun merupakan sebuah karya sastra lama yang berbentuk
lisan dan dilantunkan yang terdiri atas empat larik, yaitu atas delapan sampai dua belas suku kata
dan bersajak akhir dengan pola aa-aa dan ab-ab serta baris pertama dan kedua merupakan
sampiran sedangkan baris ketiga dan keempat ialah isi.
2.2 Ciri-ciri Pantun
Pantun yang merupakan sebuah karya sastra lisan, memiliki ciri tersendiri yang mampu
membedakannya dengan sastra lisan lain. Ciri tersebut merupakan sesuatu yang harus ada dan
membangun sebuah sastra lisan yang berlebel pantun. Tanpa ciri-ciri atau kriteria-kriteria itu,
maka sastra lisan tersebut tidaklah dinamakan dengan pantun. Ciri utama dari
pantun adalah bersajak akhir dengan ab-ab atau aa-aa dan dua baris pertama disebut sampiran
sedangkan dua baris terakhir merupakan isi.
Rizal (2010 : 14), mengemukakan bahwa Pantun adalah bentuk puisi yang mempunyai ciri-
ciri tersendiri, yaitu sebagai berikut :
6) Mementingkan rima akhir dan rumus rima itu ialah ab-ab, maksudnya bunyi akhir
baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan baris kedua sama dengan baris keempat.
Kosasih (2008 : 18), mengemukakan bahwa Pantun merupakan puisi yang memiliki ketentuan-
ketentuan tersendiri, yaitu sebagai berikut :
3) Dua baris pertama merupakan sampiran dan dua baris berikutnya merupakan isi
pantun.
4) Pantun mementingkan rima akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a. Bunyi akhir baris
pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan baris kedua sama dengan bunyi akhir baris
keempat.
Harun (2012 : 167), menyatakan bahwa Ada hal-hal yang paling mendasar yang harus
diperhatikan oleh para penggubah pantun Aceh, yaitu :
1) Keharmonisan bunyi, yaitu buhu (ritma) dan pakhk (rima).
Berdasarkan pendapat Rizal dan Kosasih di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pantun
memiliki ciri-ciri tersendiri yaitu terdiri atas empat larik (empat baris bila dituliskan), setiap baris
terdiri dari delapan sampai dua belas suku kata, bersajak akhir dengan polaaa-aa dan ab-ab,
terdiri atas sampiran dan isi, yaitu baris pertama dan kedua merupakan sampiran dan baris ketiga
dan keempat merupakan isi, setiap sampiran dan isi di baris pertama, kata pertama ditulis
dengan huruf kapital dan di baris kedua, kata pertamaditulis dengan huruf kecil.
Berdasarkan pendapat Harun, jelas bahwa pantun khususnya pantun Aceh memiliki ciri yang
juga hampir sama dengan pantun Melayu, hanya saja pantun Aceh lebih menekankan kepada
keharmonisan bunyi dan persajakannya.
Pantun yang merupakan sebuah karya sastra lisan juga memiliki jenis-jenis tersendiri. Secara
umum pantun tersebut terbagi berdasarkan bentuk dan isinya. Dari kedua pembagian tersebut,
pantun terbagi lagi ke dalam beberapa penggolongan yang lebih khusus lagi.
Rizal (2010 : 16), mengemukakan bahwa Pantun Melayu terbagi berdasarkanbentuk dan
isinya.
Pantun biasa adalah pantun yang bercirikan bersajak ab-ab, tiap bait empat baris yang terdiri dari
8-12 suku kata, terbagi atas dua bagian yaitu dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris
terakhir disebut isi, dan dapat selesai dalam satu bait (Rizal, 2010 : 16).
Contoh :
Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup terdiri dari satu bait saja, karena antara bait yang
satu dengan yang lainnya memiliki perkaitan yaitu baris kedua dan keempat pada bait pertama
dipakai kembali pada baris pertama dan ketiga di bait kedua dan seterusnya (Rizal, 2010 : 19).
Contoh :
ruku-ruku di peringgi
(3) Talibun
Talibun adalah pantun yang jumlah barisnya lebih dari 4 baris dan satu bait pantun talibun
jumlah barisnya selalu genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya, terdiri dari dua bagian yaitu
sampiran dan isi, jika satu bait berisi 6 baris, maka 3 baris pertama ialah sampiran dan 3 baris
sisanya ialah isi, sedangkan untuk sajaknya menjadi a-b-c-a-b-c (Rizal, 2010 : 18).
Karmina adalah pantun yang terdiri atas dua baris, baris pertama merupakan sampiran dan baris
kedua merupakan isi (Kosasih, 2008 : 19).
Dalam penulisannya terdapat dua pendapat dalam menulis pantun ini, ada yang menulis dua baris
dan ada pula yang menulisnya empat baris (Rizal, 2010 : 17).
Contoh:
Atau
Ada ubi
ada talas
Ada budi
ada balas
Maka dapat disimpulkan bahwa semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian,
yaitusampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam
(mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tidak mempunyai
hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan
rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi yaitu tujuan pantun tersebut.
Karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki bagian
sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun versi pendek sedangkan talibun adalah versi
panjang.
Contoh :
b) Pantun Teka-teki
Contoh :
Contoh :
Pantun muda (remaja) adalah pantun yang sering digunakan dalam kalangan remaja. Pantun ini
ada lima, yaitu :
a) Pantun Dagang
Contoh :
b) Pantun Perkenalan
Contoh :
Contoh :
d) Pantun Perceraian
Contoh :
e) Pantun Nasib
Contoh :
Pantun jenaka merupakan pantun yang digunakan untuk bersenda gurau, baik dikalangan anak-
anak ataupun remaja.
Contoh :
Pantun orang tua ialah pantun yang digunakan dikalangan orang tua.
a) Pantun Nasihat
Contoh :
Hati-hati menyeberang
b) Pantun Adat
Contoh :
c) Pantun Agama
Contoh :
Harun (2012 : 168), menyatakan bahwa Ditinjau dari karakteristiknya, pantun Aceh dapat
didekati dari dua sisi, yaitu sisi bentuk dan sisi isi atau makna yang dikandungnya. Kedua sisi
tersebut adalah sebagai berikut :
Dilihat dari jumlah baris sebait, bentuk pantun dapat dikelompokkan ke dalam enam golongan,
yaitu :
Zainuddin (Harun, 2012 : 169), menjelaskan bahwa Pantun dua belas baris sebait disebut
dengan haba mealeuet karena di dalamnya terdapat ibarat dan falsafah untuk mengingatkan
manusia.
Contohnya :
Zainuddin (Harun, 2012 : 169), menjelaskan bahwa Meskipun pantun delapan baris sebait tidak
bersajak akhir (pakhk akh) secara baik, pantun ini memiliki persajakan zig-zag yang bagus.
Contohnya :
Zainuddin (Harun, 2012 : 170), menyatakan bahwa Pantun enam baris sebait banyak juga
ditemukan dalam kehidupan masyarakat Aceh. Pantun ini menggunakan persajakan ab-ab-ab.
Contohnya :
Harun (2012 : 170), menjelaskan bahwa Pantun empat baris sebait memiliki pola yang sama
dengan pantun Melayu. Ciri utama dari pantun ini adalah pemakaian rima akhir ab-ab dan
memperhatikan persajakan zig-zag yaitu rima akhir-tengah-akhir-tengah yang bersajak aa-aa,
maksudnya terdapat persajakan akhir baris pertama dengan tengah baris kedua; persajakan
tengah baris kedua dengan akhir baris ketiga dan akhir baris ketiga dengan pertengahan baris
keempat.
Contohnya :
Harun (2012 : 171), menjelaskan bahwa Dalam kesusasteraan Aceh terdapat pantun tiga baris
sebait. Dilihat dari karakteristik persajakannya, pantun tersebut dapat digolongkan ke dalam
bentuk pantun. Persajakan akhir pun beragam, ada yang berpola a-b-a, a-a-a, a-a-b dan a-b-c.
Meskipun terdapat keanekaragaman rima tetapi jika dioralkan, pantun tersebut akan melahirkan
bunyi ritmis yang padu, disebabkan karena adanya bunyi vokal yang sama (repetisi) antara baris
yang satu dengan yang lainnya. Hal ini memang berbeda jauh dengan ciri pantun dalam
kesusasteraan Melayu yang tidak mengenal bentuk pantun yang jumlah barisnya ganjil.
Contohnya :
Harun (2012 : 172), menyatakan bahwa Pantun dua baris sebait dalam sastra Aceh sangat
banyak jumlahnya. Sebagian diantaranya ada yang bersajak akhir a-a dan ada juga yang bersajak
akhir a-b. Dalam khasanah sastra Melayu, jika sebuah pantun bersajak akhir a-a maka disebut
pantun kilat. Namun, dalam kesusasteraan Aceh meskipun bersajak akhir a-b pantun tersebut
dapat digolongkan ke dalam pantun kilat karena terdapat harmoni persajakan akhir-tengah
(internal).
Contohnya :
Berdasarkan isi yang dikandungnya, pantun Aceh dapat dikelompokkan ke dalam sebelas jenis,
yaitu sebagai berikut :
Harun (2012 : 174), menyatakan bahwa Orang Aceh dikenal sebagai salah satu suku yang
gemar berpantun, salah satu bentuk pantun tersebut adalah pantun agama yang dikemas menjadi
ungkapan bijak. Pantun ini mengandung ajaran agama yang kebanyakan isinya disampaikan
secara tidak langsung atau tersirat.
Contohnya :
Pantun di atas melukiskan betapa pentingnya peran ayah, ibu dan guru dalam kehidupan
manusia. Mereka adalah tiga serangkai yang harus dimuliakan dengan derajat yang sama, tidak
boleh dibeda-bedakan.
Harun (2012 : 175), menyatakan bahwa Pantun nasihat kebanyakan diciptakan untuk memenuhi
fungsi edukasional yaitu memberikan pengajaran kepada generasi penerus atau kepada siapa pun
yang membutuhkannya.
Contohnya :
Pantun di atas menganjurkan agar kita menikah dan berteman dengan orang yang cocok,
seimbang dan saling menolong.
(3) Pantun Adat
Harun (2012 : 176), menyatakan bahwa Pantun adat merupakan salah satu sarana yang ampuh
untuk menanamkan nilai-nilai adat, di mana adat itu sendiri merupakan sesuatu yang sangat
dijaga oleh komunitas tertentu dan karena itu perlu dipertahankan, termasuk mengingatkannya
melalui pantun.
Contohnya :
Pantun di atas memberikan peringatan kepada generasi penerus untuk tidak mempermainkan
adat dan menjaganya dengan baik agar tidak hilang dikikis peradaban lain yang belum tentu
lebih baik.
Harun (2012 : 176), menyatakan bahwa Pantun nasib merupakan pantun yang lahir dari orang
yang merantau, orang yang ditinggal perantau atau orang tertentu yang bermaksud melukiskan
kenyataan atau menghibur hati mereka. Sebab, orang-orang tersebut merindukan kampung
halaman atau orang yang ditinggalkannya. Sehingga mereka meratapinya atau melampiaskan
rasa rindunya dengan berpantun.
Contohnya :
Le makanan ln di nanggroe
Pantun di atas melukiskan rasa jengkel perantau yang disuguhi makanan tidak layak yang dapat
yang dapat merepresentasikan dirinya sebagai tidak berharga.
Contohnya :
Pantun di atas menggambarkan seorang laki-laki yang sedang dimabuk asmara dan sudah
menjurus ke making love (hasrat bercinta).
Harun (2012 : 183), menyatakan bahwa Pantun jenaka merupakan pantun yang diciptakan para
tetua untuk menggambarkan suasana tertentu dalam masyarakat.
Contohnya :
Pantun di atas mendeskripsikan keceriaan orang yang menuturkannya dan menimbulkan rasa
senang orang yang mendengarnya.
Contohnya :
Pantun di atas mendeskripsikan tentang orang menulis (ureueng teumulh). Di mana bentuk
tangan yang tergenggam (reugam) dilukiskan sebagai seekor burung; makanan dalam
genggaman adalah pena; anak yang dimaksud di sini adalah tulisan. Sebab orang yang menulis,
tangannya yang menggenggam pena pasti maju-mundur dan menghasilkan tulisan.
Harun (2012 : 185), menyatakan bahwa Pantun dukacita tidak banyak ditemukan, dikarenakan
realitas sosial masyarakat Aceh yang dilarang memanfaatkan suasana duka untuk diratapi.
Contohnya :
Pantun di atas mewakili rasa duka yang dialami seorang pemuda Aceh setelah ditinggal pergi
ayahnya dalam menegakkan kebenaran. Simbol senjata tajam berupa rincng, peudeueng, rudh,
siwah, krh yang ditinggalkan sang ayah melambangkan kedukaan. Karena itu, perjuangan harus
dilanjutkan dengan senjata tersebut. Di samping untuk menegakkan kebenaran, perjuangan ini
juga dilakukan untuk menuntut bela sang ayah.
Contohnya :
Pantun di atas merupakan pantun yang lazim digunakan pada acara pesta pernikahan. Ditujukan
kepada seluruh masyarakat agar memperbanyak keluarga melalui tali pernikahan karena semakin
banyak anggota keluarga, semakin semarak pulalah kehidupan keluarga tersebut. Seperti yang
dilukiskan dalam pantun tersebut semarak orang karena banyak saudara semisal semarak
langit karena bertaburan bintang.
Harun (2012 : 187), menyatakan bahwa Pantun anak-anak (aneuk miet) adalah pantun yang
berkenaan dengan dunia anak-anak. Di dalamnya banyak terkandung nasihat dengan
menggunakan bahasa yang puitis, ritmis dan enak didengar.
Contohnya :
Pok-pok y
Harun (2012 : 191), menyatakan bahwa Pantun seumapa merupakan pantun yang isinya
berhubungan dengan masalah perkawinan, yaitu pantun yang disampaikan oleh pihak lint
bar dan pihak dara bar pada prosesi perkawinan.
Contohnya :
.....
.....
Meutalh pantn merupakan kegiatan yang memiliki arti berbalas pantun dalam bahasa
Indonesia. Dengan kata lain, meutalh pantn ialah kegiatan berbalas pantun pada acara pesta
perkawinan yang dilakukan oleh dua orang, yaitu satu orang dari pihak mempelai lint bar dan
satu orang dari pihak mempelai dara bar.
Harun (2012 : 191), menjelaskan bahwa Meutalh pantn adalah kegiatan berbalas pantun yang
dilakukan oleh pihak mempelai lint bar dan pihak mempelai dara bar, dengan
menggunakan pantn seumapa. Sejalan dengan pendapat di atas jelas bahwa meutalh pantn
adalah kegiatan berbalas pantun yang dilakukan antara kedua belah pihak mempelai pengantin
atau pihak dara bar dan lint bar.
1) Ketika mempelai pengantin laki-laki (lint bar) sampai, yang menjadi syeh di pihak
lint bar menyapa pihak dara bar sebagai tuan rumah dengan pantn seupamamelalui meutalh
pantn.
2) Lalu, pihak mempelai dara bar membalas pantun yang diajukan oleh pihak lint bar,
begitu seterusnya.
3) Pantn seumapa yang diajukan oleh kedua belah pihak mempelai dimodifikasi
sedemikian rupa sehingga cocok dan sesuai dengan situasi dan kondisi saat itu.
4) Ketika pihak lint bar dinyatakan menang atau berhasil menjawab semua
pertanyaan yang diajukan dalam pantn seumapa melalui meutalh pantn, barulah pihak
mempelai lint bar diperbolehkan masuk ke dalam rumah pengantin dara bar.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik yang digunakan dalam meutalh pantn
adalah secara lisan dan langsung bertatap muka dengan kedua belah pihak mempelai dan syeh
yang menjadi pemantun dari pihak lint bar mulai mengawali kegiatan meutalh pantn dengan
menggunakan pantn seumapa lalu dijawab oleh pihak dara bar dan seterusnya.
Meutalh pantn memiliki fungsi tersendiri yang dapat membuat kegiatan ini masih memiliki
nilai budaya tinggi di suatu daerah di Aceh, di mana melalui kegiatan meutalh pantn kedua
belah pihak mempelai, baik dari pihak dara bar maupun pihak lint bar dapat saling bertegur
sapa sebelum masuk ke dalam rumah mempelai dara bar. Harun (2012 : 2, 191), menjelaskan
bahwa Meutalh pantn memiliki fungsi tersendiri yaitu sebagai alat untuk menyapa pihak dara
bar sebagai tuan rumah yang diawali oleh pihak lint bar ketika sampai di tempat dara bar,
juga sebagai adat dan tradisi dari suatu daerah tertentu.
Sejalan dengan pendapat di atas jelas bahwa meutalh pantn memiliki fungsi sebagai media
untuk saling bertegur sapa atau seumapa antara kedua belah pihak mempelai pengantin. Selain
itu, seumapa yang dilakukan dalam kegiatan meutalh pantn juga merupakan suatu tradisi atau
budaya yang di suatu daerah masih dilaksanakan meskipun tidak dengan aturan yang seketat
dulu.
2.7 Daya Sugesti Pantn Aceh
Para menyuguh pantun berusaha memberikan dan menciptakan kesan yang mendalam
dengan pantun yang akan diucapkan. Mereka memilih kata-kata yang tepat untuk memikat hati
dan menarik perhatian para pendengar atau pembaca. Di mana, pantun yang diucapkan mampu
memberikan kesan tersendiri dan makna yang mendalam kepada para pendengar atau pembaca.
Harun (2012 : 203), mengungkapkan bahwa Kata-kata yang digunakan dalam pantun
seakan-akan memancarkan daya magis tertentu sehingga mampu menyentuh dan
membangkitkan perasaan seorang manusia, yaitu :
1) Perasaan Marah
Contohnya :
Ie lat meungayak-ayak
Dari kutipan pantun di atas, kata-kata yang digunakan mampu membangkitkan perasaan
marah pendengarnya. Dua baris pertama yang digunakan sebagai sampiran melukiskan
perumpamaan bahwa gelombang yang terdapat dalam air suwak lebih hebat dari pada gelombang
air di lautan. Padahal, suwak atau telaga dalam kenyataannya berair tenang meskipun ada riak-
riak kecil jika angin kencang bertiup. Dua baris selanjutnya merupakan isi yang mencerminkan
sikap marah pemakai pantun yang ditujukan kepada seseorang atau sekelompok orang yang
dinilainya lancang atau memperlihatkan keangkuhan dan kesombongan.
2) Perasaan Sedih
Contohnya :
Dari kutipan pantun di atas, melukiskan rasa sedih seorang putra mahkota yang kekuasaannya
dirampas oleh saudara kandungnya. Selain itu, pantun ini dapat juga digunakan dalam berbagai
kesempatan, misalnya untuk menyatakan situasi yang tidak baik karena terjadi perebutan
kekuasaan, jabatan, harta benda dan kekasih. Bila dibayangkan bagaimana kesedihan seseorang
yang meratapi nasibnya dengan ungkapan Kalau demikian keadaannya biarlah hancur langkah
bawa. Sebab, dari pada menanggung malu dengan keadaan yang tidak lazim, lebih baik pergi
menjauh ke negeri lain atau tidak berada lagi pada tempat yang sama dengan orang yang tidak
disenangi atau orang yang telah menghancurkan kehidupannya.
3) Perasaan Semangat/Berani
Contohnya :
Kutipan pantun di atas menggambarkan keadaan hidup seorang pemuda atau gadis yang merana
dalam negeri yang dilanda perang. Orang tuanya telah meninggal dalam peperangan. Ia tidak lagi
memiliki siapa-siapa dan berada dalam kemiskinan. Karena itu, dengan tekad bulat ia maju ke
medan perang membela tanah airnya tanpa takut kehilangan nyawa.
4) Perasaan Haru
Contohnya :
5) Perasaan Kesal
Contohnya :
Dari penggalan pantun di atas menggambarkan kiasaan kepada seseorang yang seakan-akan
berlaku baik, padahal dia bertindak tidak sesuai dengan perilakunya itu. Pantun ini ditujukan
kepada seseorang yang munafik atau lain di mulut lain di hati. Pemantun menyimpan kekesalan
kepada seseorang karena orang tersebut selama ini telah menipu, mengecoh atau
memperdayanya dengan tindakan-tindakan yang seakan baik dan benar. Ungkapan bersorban ku
sangka lebai dan tiada ku tahu pencuri orang menunjukkan rasa kesal tersebut.
Contohnya :
Dari kutipan pantun di atas menggambarkan maksud si pemantun yang menyampaikan kepada
pendengarnya bahwa hidupnya ada dalam bahaya. Ke mana pun dia pergi terasa tidak tenang dan
aman; di gunung, di sungai, di laut, di negeri sendiri, senantiasa diintai maut. Kata-
kata dimangsai oleh, dan di bunuh melambangkan ketakutan yang dapat menyugesti
seseorang dengan rasa susah. Pantun di atas pernah populer pada masa perang Aceh. Lazimnya
pantun ini ditujukan kepada para cuwak atau pengkhianat yang memihak kepada
musuh. Cuwak ini kemudian dianggap oleh rakyat sebagai musuh bersama, sehingga di mana
pun dia berada akan dicari dan dibasmi. Pantaslah orang seperti ini kemudian merasa tidak aman
dalam hidupnya lalu meninggalkan kampung halaman untuk menyelamatkan diri dari intaian
maut.
7) Perasaan Kecewa
Contohnya :
Penggalan pantun di atas mencerminkan ungkapan rasa kecewa seseorang kepada orang tertentu.
Penyebabnya mungkin karena orang tersebut telah ditolongnya, tetapi kemudian
meninggalkannya tanpa pamit. Pantun ini dikiaskan kepada keberadaan orang kaya yang sering
menolong orang tetapi orang yang ditolongnya kemudian meninggalkan dirinya pada saat ia
telah jatuh miskin. Jika seseorang menyampaikan pantun ini berarti ia menunjukkan
kekecewaannya kepada orang yang tidak tahu berterima kasih.
8) Perasaan Malu
Contohnya :
Kutipan pantun di atas menggambarkan ungkapan rasa malu seseorang, yaitu rasa malu seorang
orang tua yang bermaksud meminang seorang gadis untuk anaknya, tetapi terpaksa diurungkan
karena menyadari dirinya sebagai orang miskin. Dalam kehidupan masyarakat Aceh, bila pantun
ini di dilontarkan kepada pendengar terutama orang tua akan tahu maksudnya. Kata-kata yang
dipakai dalam pantun ini mampu menyugesti pendengar mengenai rasa malu sebuah keluarga.
9) Perasaan Gembira
Contohnya :
Kutipan pantun di atas dibangun dengan kata-kata yang memiliki kekuatan magis untuk
menunjukkan perasaan gembira manusia. Bintang yang bertaburan, sawah yang dipenuhi
penanam padi dan kayu yang bercabang banyak, merupakan ungkapan yang memanifestasikan
rasa gembira. Demikianlah, seseorang yang memiliki keluarga besar akan merasa gembira
mendengar pantun ini.
Contohnya :
Penggalan pantun di atas mendeskripsikan perasaan takut yang dialami seseorang manakala ia
bermusuhan dengan seseorang yang mengancam keselamatan dirinya. Musuh tersebut boleh jadi
bersikap baik tetapi suatu saat akan membunuh dirinya. Jika seseorang mendengarkan pantun
tersebut, terutama yang memiliki musuh mengalami rasa takut. Ia akan menimbang-nimbang,
hatinya was-was, apakah musuhnya akan membalas dendam atau tidak. Ungkapan tumor dalam
hati yang menghabiskan nyawabermakna musuh dalam selimut sangatlah berbahaya.
Contohnya :
Ase peulasn
Tabri bu pijuet
Tabri k teumbn
(Harun, 2012 : 209)
Kutipan pantun di atas mengambarkan perasaan benci seseorang yang sangat dalam kepada
seseorang. Hal ini ditunjukkan dengan ungkapan anjing hiasan atauanjing yang tidak
berbulu untuk menunjukkan rasa bencinya kepada seseorang yang ditawarkan pekerjaan yang
baik tetapi ia malah memilih pekerjaan yang tidak baik.
Contohnya :
Pantun di atas melukiskan sifat sang penyu yang meski bertelur banyak, tetapi tidak sombong.
Sebaliknya, ayam yang hanya bertelur satu, malah ribut seluruh kampung. Daya kata-kata
dengan perumpamaan tersebut melahirkan rasa kurang senang kepada orang sombong.
Contohnya :
Pantun di atas mengandung kata-kata yang berdaya sugesti untuk membangkitkan perasaan
ikhlas manusia dalam pekerjaan sosial. Tanpa keikhlasan tersebut, pekerjaan sosial sulit sekali
dilaksanakan, sama seperti ungkapan dalam baris terakhir jangan sampai arang habis, tetapi besi
tidak berpijar. Jika dilantunkan dalam sebuah kegiatan amal, seseorang diajak untuk berhati
ikhlas menyumbangkan darma baktinya dalam pekerjaan sosial tersebut.
Contohnya :
Mangat-mangat gul labu
Pantun di atas melukiskan perasaan ragu yang dimiliki oleh seorang madu (istri dengan
istri). Jika pantun ini dilontarkan kepada orang yang bermadu, maka ia akan menimbulkan rasa
ragu kepada madunya. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak madu yang bermuka manis
kepada madunya, tetapi tidak senang di hatinya.
Contohnya :
Pantun di atas mampu menyugesti seorang anak yang mendengarnya untuk mengingat jasa
ibunya yang begitu tulus memeliharanya dengan penuh kasih dan cinta. Anak tersebut akan
menaruh perasaan sayang kepada ibunya, sekaligus merasakan bahwa pengabdiannya
kepada orang tua belum sebanding dengan yang ia terima. Ia pun akan menaruh perasaan
menyesal karena selama ini selalu menghitung apa yang diberikan kepada orang tuanya.
Dalam menyampaikan maksud tertentu, masyarakat Aceh sering menggunakan pantun sebagai
penyambung. Baik dalam hal mengajari anak-anak untuk selalu ingat kepada sang pencipta atau
untuk menghormati orang tua. Dalam kehidupan masyarakat Aceh tidak asing terdengar lontaran
tutur bersajak, baik seorang ibu yang meninabobokkan anaknya, muda mudi yang sedang dilanda
rindu dan sebagainya.
Salah satu tradisi dalam beberapa daerah di Aceh ialah berbalas pantun (meutalh pantn) pada
acara pesta perkawinan. Dengan tujuan untuk mencerminkan adat dan budaya masyarakat sekitar
dan sebagai simbol untuk menyampaikan maksud kedatangan dari pihak mempelai lint bar ke
rumah mempelai dara bar, yang tersirat melalui untaian kata-kata penuh makna yaitu pantun.
Tradisi ini masih diindahkan disebagian tempat di daerah Aceh, salah satunya di Kota
Lhokseumawe.
Pantun yang digunakan dalam meutalh pantn pada acara pesta perkawinan disebut dengan
istilah pantn seumapa. Harun (2012 : 191), menjelaskan bahwa Pantn seupama merupakan
pantun yang isinya berhubungan dengan masalah perkawinan yang disampaikan oleh pihak lint
bar dan pihak dara bar pada prosesi perkawinan. Maksud dari pernyataan di atas
adalah pantn seupama merupakan pantun yang digunakan ketika kegiatan berbalas pantun pada
acara pesta perkawinan dan pantun tersebut berhubungan dengan masalah perkawinan.
Seumapa merupakan teguran atau sapaan yang dapat diartikan sebagai pengenalan diri kepada
orang yang dituju. Dalam seumapa ini, disampaikan pesan secara tanya jawab melalui berpantun
dan dijawab pula dengan syair pantun. Seumapa yang diucapkan oleh dua orang syeh yang telah
dipersiapkan yang terdiri dari satu orang dipihak dara bar dan satu orang dari pihak lint bar.
Seumapa dimulai oleh rombongan lint karena dianggap sebagai tamu dan wajib
memperkenalkan diri. Dalam seumapa kedua syeh saling membalas pantun dan juga saling
memberikan pertanyaan yang dapat menghibur bagi semua yang menyaksikan upacara tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat
deskriptif, karena data hasil penelitian berbentuk penjelasan atau deskripsi data-data hasil
penelitian secara aktual, artinya data yang akan dianalisis merupakan hasil penelitian saat ini,
bukan penelitian terdahulu atau masa yang akan datang.
Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Kutha Ratna (2009 : 47), ia mengemukakan
bahwa Pendekatan kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah yaitu data dalam
hubungannya dengan konteks keberadaannya. Objek penelitian bukan gejala sosial sebagai
bentuk substantif melainkan makna-makna yang terkandung dibalik tindakan yang justru
mendorong timbulnya gejala sosial tersebut. Dalam hubungan inilah pendekatan kualitatif
dianggap sama dengan pemahaman. Sesuai dengan namanya, pendekatan ini mempertahankan
nilai-nilai sehingga pendekatan ini dipertentangkan dengan pendekatan kualitatif yang berarti
bebas nilai.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hermeneutik.Penggunaan jenis ini
dianggap tepat karena peneliti mengungkapkan isi pantun yang terdapat dalam meutalh pantn
pada acara pesta perkawinan di Kota Lhokseumawe.Hal ini sesuai dengan pernyataan
Endraswara (2003 : 157), ia mengemukakan bahwa Studi sastra mengenal hermeneutik sebagai
tafsir sastra yaitu langkah dalam memperoleh pesan dan makna. Penafsiran dalam sastra lisan
hendak mengikuti lapis-lapis karya sastra tersebut. Maksudnya, sastra lisan tersebut adakalanya
cocok untuk ditafsirkan dalam konteks apapun. Satu sastra lisan dapat ditafsirkan ke dalam
beberapa hal tergantung konteks yang dikehendaki karena itu karya sastra lisan tergolong karya
yang terbuka terhadap penafsiran. Tafsiran boleh bebas yang penting mampu mengungkapkan
apa yang ada di balik karya itu.
Sesuai dengan pendekatan dan jenis penelitian yang dikemukakan sebelumnya, maka
kehadiran peneliti di lokasi penelitian sangat diperlukan, di mana peneliti bertindak sebagai
instrumen dan pengumpul data. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Moleong (2010 :
168), ia menyatakan bahwa Instrumen penelitian dimaksudkan sebagai alat pengumpul data
penelitian. Pengumpulan data oleh peneliti dilakukan dengan cara perekaman, yaitu merekan
pantun dalam meutalh pantn pada acara pesta perkawinan. Lalu, rekaman tersebut diputar dan
selanjutnya ditulis dalam bentuk teks pantun, sehingga memudahkan peneliti dalam menganalisis
data.
Penelitian ini dilakukan di Desa Batuphat Barat, Komplek PT Arun KecamatanMuara Satu Kota
Lhokseumawe, pada saat berlangsungnya kegiatan meutalh pantn pada acara pesta perkawinan
yaitu pada tanggal 06 Maret 2013. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena letak Desa Batuphat
Barat, Komplek PT Arun Kecamatan Muara SatuKota Lhokseumawe, srategis dan mudah
dijangkau sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama hingga peneliti sampai ke tempat
tersebut. Selain itu, letak rumah acara pesta perkawinan yang peneliti datangi juga tidak
langsung berhadapan dengan jalan raya, sehingga proses perekaman yang dilakukan peneliti
hasilnya maksimal dan tidak terganggu dengan kebisingan jalan raya.
Data dalam penelitian ini adalah rekaman pantun yang diucapkan pada saat kegiatan meutalh
pantn pada acara pesta perkawinan di Desa Batuphat Barat, Komplek PT Arun Kecamatan
Muara Satu Kota Lhokseumawe, yaitu pada tanggal 06 Maret 2013. Sedangkan sumber data
penelitian adalah orang yang mengajukan dan membalas pantun pada saat kegiatan meutalh
pantn pada acara pesta perkawinan di Desa Batuphat Barat, Komplek PT Arun Kecamatan
Muara Satu Kota Lhokseumawe, yaitu syeh dari pihak mempelai lint bar yang bernama bapak
Alam sedangkan dari pihak mempelai dara bar yang bernama bapak Razali.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik perekaman.Endraswara
(2003 : 152), mengemukakan bahwa Pengumpulan data sastra lisan dapat diawali dengan
langkah perekaman. Perekaman sejauh mungkin harus dilaksanakan dalam konteks sastra lisan
asli. Maksudnya, sastra lisan
1) Peneliti mencari di mana ada kegiatan meutalh pantn pada acara pesta perkawinan
dan pada tanggal 06 Maret 2013 peneliti menemukan tempat acara pesta perkawinan yang
melakukan kegiatan meutalh pantn yaitu di Desa Batuphat Barat, Komplek PT Arun
Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe.
2) Peneliti merekam pantun yang dipakai pada kegiatan meutalh pantn tersebut.
Data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis secara kualitatif
yaitu menganalisis isi pantun dalam meutalh pantn pada acara pesta perkawinan di kota
Lhokseumawe. Hal ini sejalan dengan penjelasan Sugiono (2009 : 337), ia menyatakan bahwa
analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan
setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori Miles dan Huberman. Miles dan
Huberman (Sugiono 2009 : 337), mengemukakan bahwa Aktifitas dalam analisis kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya
sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu mereduksi data, menyajikan data dan
menyimpulkan data.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah mengolah data
menurut jenisnya, menganalisis isi pantun dan menyimpulkan.
1) Mereduksi data
Tahap mereduksi data mulai dilakukan melalui proses penyeleksian, identifikasi dan
pengklasifikasian. Penyeleksian dan pengidentifikasian merupakan kegiatan untuk menyeleksi
dan mengidentifikasi data-data pada kategori isi pantun yang dipakai pada kegiatan meutalh
pantn pada acara pesta perkawinan. Tahap pengklasifikasian merupakan proses yang dilakukan
untuk mengklasifikasikan data, memilih data dan mengelompokkan data.
2) Menyajikan Data
Menyajikan Data merupakan kegiatan pengelompokkan data melalui tahap reduksi data pada
kategori isi pantun yang dipakai pada kegiatan meutalh pantn pada acara pesta perkawinan.
3) Menarik Simpulan
Menarik simpulan dilakukan setelah mengikuti dua tahap. Simpulan ditarik setelah data disusun
dan diperiksa kembali. Selanjutnya, didiskusikan dengan pembimbing. Setelah proses ini dilalui,
hasil akhir penelitian analisis isi pantun dalam meutalh pantn pada acara pesta perkawinan di
Kota Lhokseumawe, disajikan dalam bentuk laporan penelitian.
Pemeriksaan terhadap keabsahan data merupakan salah satu bagian yang penting di dalam
penelitian kualitatif, yaitu untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan. Apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat
dan menggunakan teknik yang tepat, maka akan diperoleh hasil penelitian yang benar-benar
dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai segi.
Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan teknik triangulasi dan uraian
rinci. Moleong (2010 : 330), menjelaskan bahwa Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Di mana dengantriangulasi peneliti
dapat me-recheck hasil temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber,
metode atau teori.
Sedangkan Teknik uraian rinci merupakan teknik yang menuntut peneliti untuk
menguraikan secara khusus sekali segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat
memahami temuan-temuan yang diperoleh. Temuan itu tentunya bukan bagian dari uraian rinci
melainkan penafsiran yang dilakukan dalam bentuk uraian rinci berdasarkan data yang
diperoleh (Moleong, 2010 : 337).
Maka, jelas bahwa melalui triangulasi dan uraian rincilah keabsahan data tentang isi
pantun dalam meutalh pantn pada acara pesta perkawinan di Desa Batuphat Barat, Komplek
PT Arun Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe dapat dibuktikan keabsahan datanya.
1) Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan penelitian ini, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah mencari
kegiatan meutalh pantn pada acara pesta perkawinan lalu merekam pantun yang diucapkan
dalam kegiatan tersebut.
2) Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini, peneliti mengelompokkan data berdasarkan isi pantun yang terdapat dalam
kegiatan meutalh pantn pada acara pesta perkawinan.
3) Tahap Observasi
Observasi ini dilakukan dengan tujuan agar memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang
data berupa isi pantun yang terdapat dalam kegiatan meutalh pantn pada acara pesta
perkawinan.
4) Tahap Refleksi
Dalam tahap refleksi, yang dilakukan peneliti adalah menganalisis data-data yang diperoleh dari
rekaman pantun pada kegiatan meutalh pantn yang telah menjadi teks pantun lalu menganalisis
isi pantun tersebut dan disimpulkan.
BAB IV
Adapun hasil penelitian tentang isi pantun yang terdapat dalam pantn seumapa yang
digunakan pada saat meutalh pantn pada acara pesta perkawinan di Desa Batuphat Barat
Komplek PT Arun Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe, maka penulis menjabarkan
isi/makna pantn seumapa tersebut sebagai berikut :
1) Menyatakan Berani
Data 1
Kn, kamoe paloh nyoe bk tgk abh teuh, aneuk miet teu giedham
Data 3
Data 4
Data 5
Data 6
Data 7
Beuthat neupeugah droe neuh nyan murid Alm. nek Rasyid Bireuen
Iln pih ln jak seumapa bak binh lat sampoe trk u binh papeuen
Nibak uroe nyoe sinoe di PT Arun nyoe takaln so nyan leubeh useueng
Apa ngn kumun nak takaln uroe nyoe soe nyang juara
2) Menyatakan Haru
Data 1
Thn dua ribe lhe sayang gop nyan nyawng tuhan tueng
3) Menyatakan Kesal
Data 1
Data 2
Sampoe oh dudoe juet neu tanyoe bak droe jih h hoe u Samadua
Data 3
Data 4
Data 5
Data 6
Data 7
Data 8
Nyoe lint bar nyoe umpama ija palikat kamoe meuka meujeut jak tiyeueng
Data 9
Data 10
4) Menyatakan Susah-gundah
Data 1
5) Menyatakan Kecewa
Data 1
Data 2
Data 3
Data 4
Ln jak seumapa phn dari Banda Aceh sampoe trok ho u Alu Papeun
Data 5
6) Menyatakan Malu
Data 1
7) Menyatakan Gembira
Data 1
Data 2
Data 3
Bismillahirrahmanirrahim
Data 4
Kareuna pukat ka meusawak jarng
8) Menyatakan Takut
Data 1
Data 1
Data 1
Data 2
Nyan bk neuharap uroe nyoe bak kamoe tgk keu barang peuneuwoe
Atau pih keu bungng jaroe hana ngn kamoe bloe tgk hana beulanja
Data 4
Data 5
Hana that meuharap dikamoe nyan hai tgk keu barang peuneuwoe
Data 7
Data 1
Sulu-sulu bayu di gunng
Data 2
Data 3
Pint ln palang
Data 1
Data 2
Data 3
Data4
Data 5
Neuduek neupiyh hai tgk pat-pat nyan lapang
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang isi pantun yang terdapat dalam pantn seumapa yang
digunakan pada saat meutalh pantn pada acara pesta perkawinan di Desa Batuphat Barat
Komplek PT Arun Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe, maka penulis menjelaskan
pembahasan sebagai berikut :
1) Menyatakan Berani
Data 1
Pantn seumapa di atas mendeskripsikan tentang perasaan berani si pemantun dari pihak
mempelai lint bar yang jelas terlihat disetiap baris bait pantun tersebut, di mana pihak
mempelai lint bar menantang pihak mempelai dara bar untuk membuktikan bahwa mempelai
lint bar tidak seperti yang mereka katakan. Bahkan pihak mempelai lint bar membela
mempelai lint bar dengan mengatakan bahwa sebanyak apapun kitab yang dibawa, pasti
mampu dipahami dan diberi makna olehnya. Pemantun menjelaskan secara tidak langsung
kepada pendengar bahwa dari pihak mempelai lint bar berani mengatakan bahwa mempelai
lint bar yang mereka dampingi tidak seperti yang pihak mempelai dara bar ragukan.
Data 2
Kn, kamoe paloh nyoe bk tgk abh teuh, aneuk miet teu giedham
Pantn seumapa di atas mendeskripsikan tentang perasaan berani pihak mempelai dara bar yang
mengatakan bahwa mereka tidak mau menerima sembarangan orang yang akan diijadikan
sebagai pendamping anak mereka. Hal ini tercermin dari baris ketiga bait pantun tersebut yang
menjelaskan bahwa jika kita memilih orang untuk dijadikan pendamping hidup haruslah yang
taat agama. Pemantun menjelaskan secara tidak langsung kepada pendengar bahwa dari pihak
mempelai dara bar berani mengatakan bahwa mereka mencari orang yang akan dijadikan
pendamping hidup anak mereka yang taat agama karena mereka menganggap diri mereka lebih
pantas mendapatkan hal tersebut.
Data 3
Pantn seumapa di atas medeskripsikan tentang perasaan berani dari pihak mempelai lint bar
yang terlihat dari dua baris terakhir bait pantun tersebut yang melukiskan bahwa pihak mempelai
lint bar sampai berani bernazar jika mendapatkan orang yang lebih pandai dalam seumapa di
PT Arun dan akan lebih belajar kepada orang tersebut. Pemantun menjelaskan secara tidak
langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai lint bar berani mencari tantangan, yaitu
orang yang pandai dalam seumapa.
Data 4
Pantn seumapa di atas mendeskripsikan tentang perasaan berani pihak mempelai lint bar
dalam mencari lawan meutaleh pantn sampai diumpamakan pada baris ketiga yaitu hutan pun
akan dilalui untuk mencari lawannya dalam meutalh pantn. Pemantun menjelaskan secara
langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai lint bar berani mencari tantangan, yaitu
orang yang akan dijadikan lawan dalam meutalh pantn.
Data 5
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang perasaan berani dari pihak mempelai lint bar
yang terlukis dalam baris kelima yaitu jika pihak mempelai dara bar menantang maka pihak
mempelai lint bar akan siap dengan tantangan tersebut dan meminta kepada keluarga
mempelai lint bar untuk bersabar meskipun cuacanya panas. Pemantun menjelaskan secara
langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai lint bar berani menerima tantangan
apapun dari pihak mempelai dara bar, meskipun cuacanya tidak mendukung diharapkan kepada
pihak mempelai lint bar untuk bersabar.
Data 6
Bk neumeult-lt uroe nyoe ngn aneuk Rimueng
Pantn seumapa di atas melukiskan tentang perasaan berani dari pihak mempelai lint bar yang
tidak mau mengalah atau bahkan tidak akan terus-menerus bersabar dengan perlakuan dari pihak
mempelai dara bar yang semakin menjadi-jadi. Hal tersebut terlukis dalam dua baris terakhir
bait pantun tersebut yaitu jika mereka mengajar maka pihak lint bar akan berlari tapi jika
sudah terjatuh maka pihak lint bar pun tidak akan bersabar lagi. Pemantun menjelaskan secara
tidak langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai lint bar berani menerima tantangan
apapun dari pihak mempelai dara bar, tetapi jika sudah kelewatan pihak lint bar pun tidak
akan tinggal diam.
Data 7
Beuthat neupeugah droe neuh nyan murid Alm. nek Rasyid Bireuen
Iln pih ln jak seumapa bak binh lat sampoe trk u binh papeuen
Nibak uroe nyoe sinoe di PT Arun nyoe takaln so nyan leubeh useueng
Apa ngn kumun nak takaln uroe nyoe soe nyang juara
Pantn seumapa di atas mendeskripsikan tentang perasaan berani dari pihak mempelai dara bar
yang juga tidak mau kalah dengan pihak mempelai lint bar dalam hal seumapa. Bahkan pihak
dara bar mengajak pihak lint bar untuk menentukan siapa yang lebih hebat atau pandai dalam
hal seumapa. Pemantun menjelaskan secara langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai
dara bar berani menantang pihak lint bar dalam hal seumapa agar diketahui siapa yang lebih
pandai.
2) Menyatakan Haru
Data 1
Thn dua ribe lhe sayang gop nyan nyawng tuhan tueng
Pantn seumapa di atas mendeskripsikan tentang perasaan haru dari pihak mempelai lint bar
ketika mengenang seseorang yang sudah meninggal dan dulunya orang tersebut merupakan
orang yang pandai dalam seumapa. Tetapi pada baris terakhir pantun tersebut, pemantun
menjelaskan bahwa dialah penggantinya dalam hal seumapa.Pemantun menjelaskan secara
langsung kepada pendengar bahwa ia mengenang seseorang yang dulunya sebelum meninggal
pandai dalam hal seumapa.
3) Menyatakan Kesal
Data 1
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang perasaan kesal dari pihak lint bar yang jelas
terlihat dari baris ketiga sampai baris terakhir, yang mengungkapkan rasa kekesalan dari pihak
lint bar atas perlakuan pihak dara bar yang tadinya mengatakan sudah menerima dengan
ikhlas apa yang dibawa oleh pihak mempelai lint bar, setelah itu mereka berlaku sebaliknya
setelah melihat isi keranjang yang katanya terlihat jelas isinya jika dipandang dari luar. Pemantun
menjelaskan secara tidak langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai lint bar
mengungkapkan rasa kekesalan mereka atas sikap dari pihak dara bar yang tidak bersikap
seperti yang pertama diucapkannya, tetapi sebaliknya.
Data 2
Sampoe oh dudoe juet neu tanyoe bak droe jih h hoe u Samadua
Pantn seumapa di atas mendeskripsikan tentang perasaan kesal dari pihak mempelai lint bar
yang merasa kesal atas ketidakpercayaan dari pihak mempelai dara bar terhadap mempelai lint
bar. Terlihat jelas dalam bait tersebut, sampai pihak mempelai dara bar menanyakan kepada
pihak mempelai lint bar tentang doa mandi. Tetapi, pihak mempelai lint bar pun tidak
tinggal diam dan membela mempelai lint bar dengan mengatakan bahwa anak mereka tidak
bodoh bahkan selalu menuntut ilmu kesemua tempat. Pemantun menjelaskan secara langsung
kepada pendengar bahwa pihak mempelai lint bar kesal atas rasa ketidakpercayaan dari pihak
mempelai dara bar yang meragukan mempelai lint bar.
Data 3
Pantn seumapa di atas mendeskripsikan tentang perasaan kesal yang dialami oleh pihak
mempelai lint bar atas perdebatan yang terjadi dengan pihak mempelai dara bar. Hal tersebut
terlukis dari tiga baris terakhir pantun tersebut yaitu pernyataan dari pihak mempelai lint bar,
bahwa tidak mungkin doa mandi saja anak kami tidak, sebab duluan dia belajar baru dinikahkan.
Kekesalan tersebut terlihat jelas pada pihak lint bar karena pihak dara bar menganggap remeh
mempelai lint bar. Pemantun menjelaskan secara langsung kepada pendengar bahwa pihak
mempelai lint bar kesal atas aggapan dari pihak mempelai dara bar yang menganggap remeh
dan meragukan mempelai lint bar.
Data 4
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang perasaan kesal dari pihak lint bar yang
bertubi-tubi mendapat pertanyaan yang selalu meragukan akan pemahaman dari mempelai lint
bar. Hal itu sudah jelas terlihat dalam bait pantun tersebut, di mana pihak dara bar malah
menanyakan tentang doa buka idang/doa bersetubuh. Tetapi pihak mempelai lint bar tidak
mau tinggal diam dengan keraguan dari pihak dara bar. Pihak mempelai lint bar kembali
mengatakan bahwa doa tersebut selalu dibaca oleh anak mereka dalam Al quran. Pemantun
menjelaskan secara tidak langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai lint bar kesal
atas aggapan dari pihak mempelai dara bar yang meragukan mempelai lint bar.
Data 5
Pantn seumapa di atas mendeskripsikan tentang perasaan kesal yang dialami oleh pihak
mempelai lint bar. Hal tersebut terjadi karena pihak mempelai dara bar yang meragukan akan
ilmu yang dimiliki oleh mempelai lint bar. Tetapi, pihak mempelai lint bar menyatakan
bahwa mempelai lint bar mengerti tentang agama, bahkan mereka sampai menjual tanah
persawahannya demi anaknya menuntut ilmu. Pemantun menjelaskan secara tidak langsung
kepada pendengar bahwa pihak mempelai lint bar kesal atas aggapan dari pihak mempelai
dara bar yang menganggap mempelai lint bar adalah orang yang tidak memahami tentang
agama.
Data 6
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang perasaan kesal yang dialami oleh pihak
mempelai lint bar. Hal tersebut terjadi karena pihak mempelai dara bar yang masih
meragukan ilmu yang dimiliki oleh mempelai lint bar. Tetapi, pihak mempelai lint bar
menyatakan bahwa mempelai lint bar sudah menuntut ilmu ke mana saja, jadi untuk ilmu
umum dan agama yang dimiliki oleh mempelai lint bar sudah tidak harus diragukan lagi.
Pemantun menjelaskan secara tidak langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai lint
bar kesal atas aggapan dari pihak mempelai dara bar yang menganggap mempelai lint bar
adalah orang yang tidak memiliki ilmu atau tidak paham tentang ilmu, baik ilmu umum maupun
agama.
Data 7
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang perasaan kesal si pemantun dari pihak
mempelai dara bar yang terlihat pada tiga baris terakhir yang melukiskan bahwa pihak
mempelai dara bar tidak berkenan kepada pihak mempelai lint bar, sehingga pihak mempelai
lint bar tidak diizinkan memasuki rumah mempelai dara bar bahkan pihak mempelai lint
bar disuruh berdiri di luar rumah dan tidak diperkenankan untuk menginjakkan kakinya di
tangga rumah, selain itu mereka juga disuruh berdiri di luar sampai jam 13.00. Pemantun
menjelaskan secara tidak langsung kepada pendengar bahwa dari pihak mempelai dara bar tidak
berkenan dengan pihak mempelai lint bar dan tidak menunjukkan rasa keakraban atau
persaudaraan kepada pihak mempelai lint bar yang sudah hadir di hadapan mereka.
Data 8
Nyoe lint bar nyoe umpama ija palikat kamoe meuka meujeut jak tiyeueng
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang perasaan kesal si pemantun dari pihak
mempelai lint bar yang terlihat hampir disetiap baris bait tersebut. Rasa kesaltersebut muncul
karena pihak mempelai dara bar sudah mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya
diucapkan. Pihak lint bar tidak terima atas apa yang dilontarkan oleh pihak dara bar, yang
membuat rasa kesabaran mereka hilang dan kedatangan mereka seperti tidak dihargai. Tetapi,
pihak lint bar tidak mau kalah dengan memberikan pembelaan kepada lint bar yang mereka
dampingi tersebut seperti kain sarung yang bagus, bukan kain murahan dijumpai disembarang
tempat atau dalam goni. Pemantun menjelaskan secara tidak langsung kepada pendengar bahwa
dari pihak mempelai lint bar tidak berkenan dengan cara pihak mempelai dara bar
menyambut kedatangan pihak mempelai lint bar. Bahkan pihak tuan rumah telah membuat
rasa sakit hati pihak mempelai lint bar.
Data 9
Pantn seumapa di atas mendeskripsikan tentang perasaan kesal si pemantun dari pihak
mempelai lint bar yang terlihat pada tiga baris terakhir yang melukiskan bahwa pihak
mempelai lint bar merasakan rasa sakit hati yang mendalam karena pihak mempelai dara bar
telah menyuruh mereka hanya diam di luar dan tidak boleh menginjakkan kaki mereka di tangga.
Pemantun mengungkapkan secara tidak langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai lint
bar tidak menerima perlakuan dari pihak mempelai dara bar, bahkan rasa kesal dan sakit hati
mereka tidak terbendung lagi.
Data 10
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang perasaan kesal si pemantun dari pihak
mempelai lint bar yang terlihat pada dua baris terakhir yang melukiskan bahwa pihak
mempelai lint bar akan mengajak pulang mempelai lint bar, dikarenakan mereka sudah
tidak sanggup lagi mendengar apa yang tidak lontarkan oleh pihak mempelai dara bar yang
selalu menyudutkan mempelai lint bar. Bahkan mereka tidak mau menerima kedatangan
mempelai lint bar. Pemantun menjelaskan secara tidak langsung kepada pendengar bahwa
pihak mempelai lint bar tidak mau menerima perlakuan dari pihak mempelai dara bar dan
mereka akan mengajak mempelai lint bar untuk pulang.
4) Menyatakan Susah-gundah
Data 1
Pantn seumapa di atas mendeskripsikan tentang perasaan susah dan gundah yang dialami oleh
pihak mempelai dara bar. Hal tersebut jelas terlihat dari bait pantun tersebut yang menyatakan
perasaan susah dan gundah ketika pihak dara bar menunggu kedatangan pihak lint bar yang
tak kunjung sampai dan khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam perjalanan, bahkan
pada dua baris terakhir pihak dara bar menyatakan bahwa daun sirih pun sudah layu karena
terjemur diterik matahari. Pemantun menjelaskan secara langsung kepada pendengar bahwa
pihak mempelai dara bar susah dan gundah menanti kedatangan pihak mempelai lint bar.
5) Menyatakan Kecewa
Data 1
Pantn seumapa di atas mendeskripasikan tentang perasaan kecewa yang dirasakan oleh pihak
mempelai dara bar atas bungkusan yang dibawa oleh pihak mempelai lint bar. Pihak
mempelai dara bar merasa kecewa karena isi bungkusan tersebut dapat dilihat dengan jelas dari
luar, selayaknya bungkusan tersebut dibungkus rapi dan tertutup. Pihak dara bar beranggapan
bahwa dengan begitu seakan-akan isi keranjang tersebut akan dibawa ke pasar. Rasa kekecewaan
tersebut juga jelas terlihat pada dua baris terakhir yang diumpamakan oleh pihak mempelai dara
bar dengan budaya yang tidak diindahkan. Pemantun menjelaskan secara tidak langsung kepada
pendengar bahwa pihak mempelai dara bar kecewa atas apa yang dibawa oleh pihak mempelai
lint bar.
Data 2
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang perasaan kecewa yang dirasakan oleh pihak
mempelai lint bar, di mana cara seumapa pihak mempelai dara bar sudah berbeda dan banyak
yang memojokkan pihak mempelai lint bar. Rasa kekecewaan tersebut terlihat jelas dalam bait
pantun tersebut. Pemantun menjelaskan secara tidak langsung kepada pendengar bahwa pihak
mempelai lint bar kecewa dengan cara seumapa pihak mempelai dara bar.
Data 3
Pantn seumapa di atas mendeskripsikan tentang perasaan kecewa yang dirasakan oleh pihak
mempelai lint bar, di mana cara seumapa pihak mempelai dara bar sudah berbeda dan banyak
yang memojokkan pihak mempelai lint bar. Rasa kekecewaan tersebut terlihat jelas dalam bait
pantun tersebut. Pemantun menjelaskan secara tidak langsung kepada pendengar bahwa pihak
mempelai lint bar kecewa dengan cara seumapa pihak mempelai dara bar.
Data 4
Ln jak seumapa phn dari Banda Aceh sampoe trok ho u Alu Papeun
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang perasaan kecewa yang dirasakan oleh pihak
mempelai lint bar atas cara seumapa oleh pihak mempelai dara bar yang sudah tidak
menunjukkan keakraban tetapi sebaliknya, bahkan pihak lint bar menyatakan bahwa belum
pernah mendengar perkataan yang seperti itu. Pemantun menjelaskan secara tidak langsung
kepada pendengar bahwa pihak mempelai lint bar kecewa dengan cara seumapa pihak
mempelai dara bar.
Data 5
Pantn seumapa di atas mendeskripsikan tentang perasaan kecewa yang dirasakan oleh pihak
mempelai dara bar, di mana mereka merasa kecewa kepada pihak mempelai lint bar yang
terlihat jelas pada dua baris terakhir yaitu kekecewaan pihak mempelai dara bar karena pihak
mempelai lint bar baru sebentar disuruh tunggu di luar tetapi menjadi marah, yaitu tersirat
dalam baris terakhir Ka mirah n glunyueng ka seuuem ngn muka. Pemantun menjelaskan
secara tidak langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai dara bar kecewa dengan
tanggapan yang diberikan oleh pihak mempelai lint bar.
6) Menyatakan Malu
Data 1
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang perasaan malu yang dialami oleh pihak
mempelai lint bar, hal tersebut terlihat jelas pada dua baris terakhir, yaitu pihak mempelai lint
bar tidak mau menerima kekalahan atas perdebatan yang terjadi antara pihak mempelai dara
bar, karena pihak lint bar merasa malu dengan orang sekitar pada saat pulang. Pemantun
menjelaskan secara langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai lint bar malu
terhadap orang sekitar, jika seandainya tidak bisa melanjutkan kegiatan seumapa tersebut atau
kalah.
7) Menyatakan Gembira
Data 1
Pantn seumapa di atas mendeskripsikan tentang perasaan gembira atau bahagia yang dialami
oleh pihak mempelai lint bar, hal tersebut dikarenakan mereka telah sampai di tempat pihak
mempelai dara bar dan menyatakan bahwa akan memulai pembicaraan dan bertegur sapa antara
kedua belah pihak, baik pihak mempelai dara bar maupun pihak mempelai lint bar. Pemantun
menjelaskan secara langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai lint bar merasa
gembira karena telah sampai di tempat yang dituju dengan selamat.
Data 2
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang perasaan gembira yang dirasakan oleh pihak
mempelai lint bar yang telah mengantarkan mempelai lint bar dan diserahkan kepada orang
tua dari mempelai dara bar, dan meminta kepada orang tua dari mempelai dara bar untuk
menyambut kedatangan dan menerimanya, yang merupakan jodoh dari anak mereka. Pemantun
menjelaskan secara langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai lint bar merasa
gembira karena telah mengantarkan mempelai lint bar ke rumah mempelai dara bar.
Data 3
Bismillahirrahmanirrahim
Pantn seumapa di atas mendeskripsikan tentang perasaan gembira dari pihak mempelai dara
bar ketika menjawab salam yang diucapkan dari pihak mempelai lint bar yang telah datang.
Selain itu, menjwab salam merupakan sebuah perbuatan yang akan mendapat pahala di sisi Allah
swt. Pemantun menjelaskan secara langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai dara bar
merasa gembira atas kedatangan pihak mempelai lint bar.
Data 4
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang perasaan gembira yang dirasakan oleh pihak
mempelai dara bar karena dengan adanya pernikahan tersebut maka mereka akan menjadi
saudara, dan perasaan gembira pun terhadap terpancar dari raut wajah pihak mempelai dara bar
ketika menerima apa yang telah dibawa oleh pihak mempelai lint bar. Hal tersebut terlihat
jelas dari mulai baris ketiga sampai terakhir.Pemantun menjelaskan secara langsung kepada
pendengar bahwa pihak mempelai dara bar merasa gembira atas pesta pernikahan tersebut yang
dapat mempererat persaudaraan di antara mereka serta menerima dengan senang hati apa yang
dibawa oleh pihak mempelai lint bar.
8) Menyatakan Takut
Data 1
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang perasaan takut yang dialami oleh pihak
mempelai dara bar atas keputusan yang dibuat oleh pihak mempelai lint bar yang ingin
kembali ke rumah mereka dan acara pesta pernikahannya dibatalkan. Pemantun menjelaskan
secara langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai dara bar merasa takut atas keputusan
dari pihak mempelai lint bar yang tidak ingin melanjutkan acara pesta pernikahan tersebut.
Data 1
Pantn seumapa di atas mendeskripsikan tentang perasaan kurang senang yang dirasakan oleh
pihak dara bar atas apa yang dibawaoleh pihak mempelai lint bar. Sebelumnya mereka telah
menerima, hanya saja rasa kurang senang tersebut muncul ketika pihak dara bar melihat isi
keranjang yang terlihat dengan jelas dari luar. Hal tersebut tersirat pada baris kelima dan keenam.
Pemantun menjelaskan secara langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai dara bar
merasa kurang senang terhadap bagaimana pihak mempelai lint bar membungkus barang
bawaannya.
Data 1
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang rasa ikhlas yang diharapkan oleh pihak
mempelai lint bar ketika memulai kegiatan seumapa dengan pihak mempelai dara bar. Rasa
ikhlas tersebut dilukiskan oleh pihak mempelai lint bar dimulai pada baris ketiga sampai baris
terakhir, yaitu dengan menyatakan bahwa adat istiadat di sini belum dipahami sepenuhnya oleh
mempelai lint bar, harapannya semoga dibina. Begitu juga sebaliknya jika mempelai dara bar
ke tempat mempelai lint bar. Pemantun menjelaskan secara tidak langsung kepada pendengar
bahwa pihak mempelai lint bar mengharapkan rasa keikhlasan pada pihak mempelai dara bar
agar mau membina mempelai lint bar, begitu juga sebaliknya.
Data 2
Nyan bk neuharap uroe nyoe bak kamoe tgk keu barang peuneuwoe
Atau pih keu bungng jaroe hana ngn kamoe bloe tgk hana beulanja
Data 3
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang rasa ikhlas yang ditunjukan oleh pihak
mempelai lint bar kepada pihak mempelai dara bar. Hal tersebut jalas terlihat dalam bait
pantn di atas, berupa bungkusan yang isinya gula sekilo yang dibawa oleh pihak mempelai lint
bar untuk pihak mempelai dara bar. Selain itu, rasa keikhlasan juga diharap dari pihak
mmepelai dara bar untuk menerima apa yang dibawa, meskipun hanya gula sekilo. Pemantun
menjelaskan secara tidak langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai lint bar memberi
dengan keikhlasan dan mengharapkan keikhlasan dari pihak mempelai dara bar atas barang
yang dibawa.
Data 4
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang rasa ikhlas yang ditunjukkan oleh pihak
mempelai lint bar ketika mengakhiri seumapanya dan memohon maaf jika ada kesalahan serta
mengucapkan terima kasih kepada pihak mempelai dara bar yang telah menunggu kedatangan
mereka serta memberikan kesempatan bicara kepada pihak mempelai dara bar. Pemantun
menjelaskan secara langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai lint bar
mengungkapkan rasa keikhlasan yang dalam atas penyambutan mereka.
Data 5
Hana that meuharap dikamoe nyan hai tgk keu barang peuneuwoe
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang rasa ikhlas yang ditunjukkakn oleh pihak
mempelai dara bar kepada pihak mempelai lint bar, hal tersebut jelas terlihat pada dua baris
terakhir bait pantun tersebut yaitu pihak mempelai dara bar dengan rasa ikhlasnya tidak
mengharapkan bingkisan dari pihak mempelai lint bar, tetapi yang terpenting adalah mereka
bisa menyambung tali persaudaraan antara kedua belah pihak. Pemantun menjelaskan secara
langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai dara bar menunjukkan rasa keikhlasannya
dengan tidak mengharapkan sesuatu dari pihak mempelai lint bar.
Data 6
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang rasa ikhlas yang diungkapkan oleh pihak
mempelai lint bar yang mengakui kekeliruan mereka pada saat membungkus bingkisan yang
dibawa untuk pihak mempelai dara bar serta meminta maaf dan pada kesempatan yang akan
datang mereka akan memperbaiki sesuatu yang tidak berkenan pada hari tersebut menjadi lebih
baik lagi. Rasa keikhlasan seperti ini sungguh sangat jarang dijumpai, di mana seseorang mau
mengakui kesalahannya dan akan memperbaiki dikeesokan harinya. Pemantun menjelaskan
secara langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai lint bar menunjukkan rasa
keikhlasan kepada pihak mempelai dara bar dengan berani mengakui kekeliruan mereka.
Data 7
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang rasa ikhlas yang ditunjukkan oleh pihak
mempelai lint bar kepada pihak mempelai dara bar. Hal tersebut jelas terlihat padadua baris
terakhir bait pantun tersebut yaitu dengan ikhlasnya pihak mempelai lint bar mau menerima
kritikan dan masukan dari pihak mempelai dara bar dengan dada lapang, tanpa saling
menyalahkan. Pemantun menjelaskan secara langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai
lint bar menunjukkan rasa keikhlasan yang dalam dengan cara mau menerima kritikan dari
pihak mempelai dara bar.
Data 1
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang perasaan ragu-ragu yang ditunjukkan oleh
pihak mempelai dara bar terhadap mempelai lint bar. Hal tersebut terlihat pada dua baris
terakhir bait pantn tersebut yaitu pihak mempelai dara bar tidak langsung mengizinkan pihak
mempelai lint bar memasuki rumah tetapi mereka menanyakan terlebih dahulu beberapa
pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan tersebutlah yang menyebabkan rasa keragu-raguan dari
pihak mempelai dara bar. Pemantun menjelaskan secara tidak langsung kepada pendengar
bahwa pihak mempelai dara bar memiliki rasa keragu-raguan terhadap mempelai lint bar.
Data 2
Pantn seumapa di atas mendeskripsikan tentang perasaan ragu-ragu yang ditunjukkan oleh
pihak mempelai dara bar terhadap mempelai lint bar. Hal tersebut jelas terlihat pada baris
keempat bait pantn tersebut, di mana baris tersebut mengandung pertanyaan yang masih
meragukan bagi pihak mempelai dara bar, yaitu apakah mempelai lint bar sudah bisa
membaca doa mandi. Bahkan pihak mempelai dara bar menyatakan jika belum bisa hendaknya
mempelai lint bar belajar terlebih dahulu. Pemantun menjelaskan secara langsung kepada
pendengar bahwa pihak mempelai dara bar menunjukkan rasa keraguan terhadap mempelai
lint bar yang terungkap melalui pertanyaan yang diajukan oleh pihak mempelai dara bar
dalam bait pantun tersebut.
Data 3
Pint ln palang
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang perasaan ragu-ragu yang ditunjukkan oleh
pihak mempelai dara bar terhadap mempelai lint bar. Hal tersebut juga terlihat jelas dalam
dua baris terakhir bait pantun tersebut, di mana pihak mempelai dara bar mengajukan
pertanyaan kepada mempelai lint bar, yaitu apakah ia sudah bisa membaca da buka
idang/doa bersetubuh. Pemantun menjelaskan secara langsung kepada pendengar bahwa pihak
mempelai dara bar menunjukkan rasa keraguan terhadap mempelai lint bar yang terungkap
melalui pertanyaan yang diajukan oleh pihak mempelai dara bar dalam bait pantun tersebut.
Data 1
Pantn seumapa di atas mendeskripsikan tentang perasaan sayang yang diharapkan oleh pihak
mempelai lint bar dari pihak mempelai dara bar, yang tersirat mulai dari baris ketiga samapai
baris terakhir bait pantn tersebut, yaitu pihak mempelai lint bar mengharapkan rasa sayang
dari pihak mempelai dara bar sehingga mereka dipersilahkan masuk ke rumah dan tidak lagi
berdiri di luar rumah, di mana cuacanya pun sangat tidak mendukung sampaikeringat sudah
membasahi wajah mempelai lint bar. Pemantun menjelaskan secara langsung kepada
pendengar bahwa pihak mempelai lint bar mengharapkan rasa kasih sayang dari pihak
mempelai dara bar agar mereka diizinkan masuk ke rumah.
Data 2
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang perasaan sayang yang ditunjukkan oleh pihak
mempelai dara bar terhadap pihak mempelai lint bar yang sudah menunggu kedatangan
mereka. Meskipun demikian, bukan berarti pihak mempelai dara bar mengizinkan pihak
mempelai lint bar untuk langsung masuk ke rumah, mereka tetap diperkenankan menunggu di
luar terlebih dahulu, semua itu disebabkan oleh adat yang berlaku di tempat pihak mempelai dara
bar. Selain itu, pihak mempelai dara bar juga mengharapkan kepada pihak mempelai lint bar
untuk menghargai adat istiadat tempat mereka dan terus mengindahkannya. Pemantun
menjelaskan secara tidak langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai dara bar
mengungkapkan rasa kasih sayang terhadap pihak mempelai lint bar, serta rasa sayang pihak
mempelai dara bar terhadap adat dan budaya mereka.
Data 3
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang perasaan sayang yang ditunjukkan oleh pihak
mempelai dara bar kepada pihak mempelai lint bar, yaitu dengan meminta kesediaan kepada
pihak mempelai lint bar untuk tidak lagi berselisih paham, apalagi kedua anak mereka sudah
menjadi suami-istri dan dua keluarga tersebut telah menjadi saudara. Pemantun menjelaskan
secara tidak langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai dara bar mengungkapkan rasa
kasih sayang mereka kepada pihak mempelai lint bar dengan tidak lagi berselisih paham.
Data 4
Pantn seumapa di atas menggambarkan tentang perasaan sayang yang ditunjukkan oleh pihak
mempelai dara bar kepada pihak mempelai lint bar, serta menunjukkan rasa keakraban antara
kedua belah pihak dengan mempersilahkan pihak mempelai lint bar memasuki rumah pihak
mempelai dara bar. Selain itu, pihak mempelai dara bar juga menyuruh salah satu dari
keluarga mempelai dara bar untuk menjemput rombongan lint bar. Pemantun menjelaskan
secara langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai dara bar menunjukkan rasa kasih
sayang terhadap pihak mempelai lint bar dengan menjemput lint bar beserta rombongan
masuk ke dalam rumah.
Data 5
Pantn seumapa di atas mendeskripsikan tentang perasaan sayang yang ditunjukkan oleh pihak
keluarga mempelai dara bar yang diwujudkan dengan cara mempersilahkan rombongan lint
bar mengambil tempat dan menikmati makanan yang telah disediakan oleh pihak dara bar.
Pemantun menjelaskan secara langsung kepada pendengar bahwa pihak mempelai dara bar
mengungkapkan rasa sayang mereka dengan menjamu rombongan lint bar, meskipun hanya
dengan makanan seadanya.
Sebenarnya dalam sastra Aceh khususnya pantn terdapat lima belas makna yang terkandung
dalam pantn. Namun, dalam pantn seumapa yang peneliti analisis hanya terdapat dua belas
makna pantn. Jadi, peneliti hanya mengkaji apa yang ada dalam teks pantn seumapa tersebut,
yaitu menyatakan berani, menyatakan haru, menyatakan kesal, menyatakan susah-gundah,
menyatakan kecewa, menyatakan malu, menyatakan gembira, menyatakan takut, menyatakan
kurang senang, menyatakan ikhlas, menyatakan ragu-ragu, dan menyatakan sayang.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data tentang isi pantun yang terdapat dalam pantn seumapa
yang digunakan pada saat meutalh pantn pada acara pesta perkawinan di Desa Batuphat Barat
Komplek PT Arun Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe yang telah dipaparkan dalam bab
IV, maka penulis menyimpulkan bahwa :
1) Isi/makna yang dikandung oleh pantn seumapa mampu memberikan dan menciptakan
kesan yang mendalam kepada pendengar. Hal tersebut disebabkan oleh pemilihan kata-kata yang
tepat untuk memikat hati dan menarik perhatian para pendengar.
2) Berdasarkan hasil penelitian tentang isi pantun dalam pantn seumapa yang digunakan
pada saat meutalh pantn pada acara pesta perkawinan di Desa Batuphat Barat Komplek PT
Arun Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe terdapat dua belas isi/makna pantun. Adapun
kedua belas isi/makna tersebut adalah: (1) menyatakan berani, (2) menyatakan
haru, (3) menyatakan kesal, (4)menyatakan susah-gundah, (5) menyatakan
kecewa, (6) menyatakan malu, (7)menyatakan gembira, (8) menyatakan takut, (9) menyatakan
kurang senang, (10)menyatakan ikhlas, (11) menyatakan ragu-ragu, dan (12) menyatakan
sayang.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis menyarankan kepada berbagai pihak yaitu
sebagai berikut :
1) Kajian dalam penelitian pantn seumapa ini hanya berhubungan dengan isi pantunnya
saja. Namun, masih banyak masalah lain yang belum disentuh oleh penelitian ilmiah,
seperti bentuk pantn seumapa, nilai budaya, dan yang lainnya,karena itu perlu diteliti pada
kesempatan berikutnya.
3) Melalui penelitian ini, peneliti mengharapkan kepada prodi bahasa, sastra Indonesia
dan daerah agar memperhatikan lagi materi perkuliahan tentang sastralisan Aceh melalui
berbagai cara, misalnya dengan menyajikan bahan bacaan yang bermutu dan tenaga pendidik
yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Harun, Mohd. 2012. Pengantar Sastra Aceh. Banda Aceh : Cita Pustaka Media Perintis.
Kosasih, Engkos. 2008. Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:
Erlangga.
Kutha Ratna, Nyoman. 2010. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Denpasar : Pustaka
Pelajar.
Pratama, Bagus Aditya. 2008. Koleksi Pantun dan Puisi. Surabaya : Pustaka Media.
Redaksi, Tim. 2010. Kamus Dwibahasa Indonesia Aceh. Banda Aceh : Pena.
Rizal, Yose. 2010. Apresiasi Puisi dan Sastra Indonesia. Jakarta : As Agency.
Sulaiman, Budiman. dkk. 2002. Peulajaran Basa Aceh 1 untuk SLTP Kelas 1. Medan : Pabelan.