Proses pengawetan mayat yang ada pada zaman modern sebenarnya hampir
sama dengan cara yang digunakan pada proses mumifikasi dari mesir. Perbedaannya
terletak pada bahan pegawet yang digunakan dan lamanya mayat tersebut dapat
bertahan. Pada zaman modern ini digunakan bahan pengawet berupa formalin yang
dapat mengawetkan mayat dalam jangka waktu yang relatif singkat, biasanya 7 hari
karena tujuan dari pengawetan mayat dengan formalin yaitu agar mayat tidak
membusuk selama penundaan pemakaman.
Formalin memiliki nama IUPAC metanal. Nama lain dari formalin antara lain
formol, morbicid, formic aldehyde, methyl oxide, oxymethylene, dan formoform.
Aldehida adalah senyawa utama pembentuk formalin yang berasal dari hidrokarbon
aldehid yang paling sederhana dengan rumus molekul H2CO atau HCOH.
Formalin memiliki sifat yang sama dengan aldehida yakni sangat reaktif; mudah
terbakar; memiliki bau yang tajam; tidak berwarna; mudah mengalami polimerisasi
pada suhu ruang; larut dalam air, aseton, benzena, dietil eter, kloroform, dan etanol; titik
leleh -118 C hingga -92 C; titik didih -21 C hingga -19 C; satu-satunya aldehida
yang berwujud gas pada suhu kamr; dan mudah dioksidasi oleh oksigen di atmosfer
membentuk asam format yang kemudian diubah menjadi Co2 oleh sinar matahari.
Menurut WHO (2002) larutan formaldehida 0,5 % dalam waktu 6-12 jam dapat
membunuh bakteri dan dalam waktu 2-4 hari dapat membunuh spora. Alasan
penggunaan formalin digunakan sebagai pengawet adalah harga formalin lebih murah
dibandingkan dengan pengawet lain, jumlah formalin yang digunakan lebih sedikit
dibandingakan dengan dengan pengawet lain, formalin mudah digunakan karena
bentuknya larutan, waktu yang diperlukan untuk proses pengawetan relatif singkat, dan
formalin mudah didapatkan dalam jumlah besar.
KESIMPULAN