Anda di halaman 1dari 37

2.

Soal Tes Bentuk Objektif


Tes objektif (objective test) yang juga dikenal dengan istilah tes
jawaban pendek. Tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang
terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan
memilih salah satu atau lebih di antara beberapa kemungkinan jawaban
yang telah dipasangkan pada masing-masing item.[18] Pada tes objektif,
tugas siswa adalah memanipulasikan data yang telah ada di butir soal.
Soal tes objektif sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar kognitif
tingkat rendah. Hasil-hasil belajar kompleks seperti menciptakan dan
mengorganisasikan gagasan kurang cocok diukur menggunakan soal
bentuk ini.[19] Tes objektif dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan dari tes bentuk essai.[20]
a. Kelebihan tes objektif
1) Mengandung lebih banyak segi-segi positif, misalnya lebih representatif
mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur
tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru.
2) Cara memeriksanya lebih mudah dan cepat karena dapat menggunakan
kunci jawaban.
3) Pemeriksaannya bisa diwakili kepada orang lain.
4) Dalam pemeriksaannya, tidak ada unsur subjektif yang memengaruhi.
[21]

b. Kelemahan tes objektif


1) Kurang memberikan kesempatan untuk menyatakan isi hati atau
kecakapan yang sesungguhnya karena anak tidak membuat kalimat.
2) Memungkinkan anak mengisi jawaban dengan coba-coba.
3) Menyusun tes ini tidak mudah, sangat memerlukan waktu yang lama.
4) Kurang ekonomis karena memakan biaya yang cukup besar ketimbang
denga tes essai.
c. Macam-macam tes objektif
1) Tes benar-salah (True-False) adalah tes yang butir-butir soalnya
mengharuskan siswa mempertimbangkan suatu pernyataan sebagai
pernyataan yang benar atau salah.[22]
Contoh:
a) Y-N = Apakah Surabaya ibukota Jawa Tengah?
b) R-W = Joko Widodo merupakan presiden RI yang pertama.
2) Tes pilihan ganda (Multiple Choice Test) terdiri atas suatu keterangan atau
pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk
melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban
yang telah disediakan.[23]
Contoh:
Termometer ialah alat untuk mengukur.
a. Suhu udara c. Curah hujan
b. Suhu badan d. Kecepatan angin.

3) Menjodohkan (Matching Test)


Dalam bentuk tradisional item tes menjodohkan terdiri dari dua kolom
yang paralel. Tiap kata, bilangan, atau simbol dijodohkan dengan kalimat,
frase, atau kata dalam kolom yang lain.[24]
Contoh:
Premis Respon
1. Ibukota Indonesia a. Athena
2. Tempat penyelenggaraan b. Jakarta
Olimpiade pertama c. New York
3. Kota terbesar di dunia d. Paris
4. Disebut kota mode dunia e. New Delhi
f. Manila
4) Tes isian (Complition Test) merupakan tes yang butir-butir soalnya terdiri
dari kalimat pernyataan yang belum sempurna, di mana siswa diminta
untuk melengkapi kalimat tersebut dengan satu atau beberapa kata pada
titik-titik yang telah disediakan.[25]
Contoh:
a) Columbus menemukan Benua Amerika pada tahun.
b) Air dapat membeku pada suhu.derajat Fahrenheit.
d. Petunjuk operasional Penyusunan tes objektif
Dengan tujuan agar tes objektif betul-betul dapat menjalankan
fungsinya sebagai alat pengukur hasil belajar, maka petunjuk operasional
berikut ini kiranya dapat dijadikan pedoman dalam menyusun butir-butir
item tes objektif.
Pertama, untuk dapat menyusun butir-butir soal tes objektif yang
bermutu tinggi, pembuat soal tes harus membiasakan diri dan sering
berlatih, sehingga dari waktu ke waktu dapat merancang dan menyusun
dengan lebih baik dan sempurna.[26]
Kedua, setelah selesai melakukan tes sebaiknya menganalisa item,
dengan tujuan untuk mengetahui butir-butir item mana yang masuk
dalam kategori baik atau tidak.
Ketiga, dalam rangka mencegah timbulnya permainan spekulasi
dan kerjasama, perlu disiapkan peraturan di mana untuk soal yang
dijawab salah akan mendapatkan pengurangan skor. Dengan cara
demikian testee akan bekerja secara jujur dan berusaha menjawab soal
menurut keyakinannya.
Keempat, dalam menyusun soal-soal objektif hendaknya
menggunakan bahasa yang ringkas, sederhana, dan mudah dipahami oleh
testee.
Kelima, agar tes objektif di samping mengungkap aspek ingatan
atau hafalan juga dapat mengungkap aspek-aspek berpikir yang lebih
dalam, maka dalam merancang butir-butir item tes objektif hendaknya
tester menggunakan alat berupa Tabel Spesifikasi soal yang biasa dikenal
dengan kisi-kisi soal. Diharapkan dengan menggunakan alat itu akan
terjadi keseimbangan antara jumlah soal dengan aspek psikologis testee.

C. Tabel Spesifikasi (Kisi-kisi Soal)


1. Pengertian Kisi-kisi Soal
Dalam pembicaraan mengenai validitas tes disebutkan bahwa sebuah
tes harus memiliki validitas isi dan tingkah laku. Dan memang validitas
inilah yang terpenting dalam menyusun tes prestasi. Untuk menjaga agar
tes yang disusun tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek
kejiwaan (tingkah laku) yang akan dicakup dalam tes, dibuatlah sebuah
tabel spesifikasi.[27] Tabel spesifikasi yang juga dikenal dengan istilah
kisi-kisi soal atau blue print adalah sebuah tabel analisis yang di dalamnya
dimuat rincian materi tes dan tingkah laku beserta proporsi yang
dikehendaki oleh tester, di mana pada tiap petak (sel) dari tabel tersebut
diisi dengan angka-angka yang menunjukkan banyaknya butir soal yang
akan dikeluarkan dalam tes hasil belajar bentuk objektif.[28]
Dalam tabel spesifikasi, salah satu sisinya memuat uraian isi yang
tercakup dalam perencanaan tes dan sisi yang lain memuat komponen
perilaku yang ditunjukkan oleh tingkat kompetensi. Bila tingkat
kompetensi atau komponen perilaku yang telah diungkap telah
ditetapkan, kedua aspek perencanaan tersebut kemudian dimuat ke
dalam tabel spesifikasi.[29]
Dalam hubungan dengan pembuatan tabel spesifikasi soal tes hasil
belajar ini patut diketengahkan bahwa berdasarkan pedoman penyusunan
tes sumatif yang diterbitkan oleh proyek perintis sekolah pembangunan,
taraf kompetensi yang perlu diukur bagi murid-murid Sekolah Dasar, SMTP
dan SMTA adalah mencakup tiga macam, yaitu: ingatan, pemahaman, dan
aplikasi,[30] dengan proporsi seperti dapat diperiksa pada tabel dibawah
ini:

Format Tabel Spesifikasi


Pokok Materi Taraf Kompetensi
Ingatan Pemahama Aplikasi Jumlah
n
Bab I . . ..
Bab II . . ..
Bab III . ..
Jumlah . . ..
2. Langkah-langkah Pembuatan Kisi-kisi Soal
Misalkan seorang guru matematika ingin melakukan evaluasi hasil
belajar bidang studi matematika dengan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
a. Alokasi waktu tes = 90 menit
b. Materi tes diambilkan dari buku matematika, mulai dari Bab I sampai
dengan Bab V, yang setelah penelusuran ternyata memiliki perbandingan
persentase sebagai berikut:
* Bab I = 10%
* Bab II = 20%
* Bab III = 25%
* Bab IV = 30%
* Bab V = 15%
c. Aspek psikologis, dalam hal ini taraf kompetensi yang ingin diungkap
adalah aspek ingatan, pemahaman, dan aplikasi dengan persentase
sebagai berikut:
* Aspek ingatan = 50%
* Aspek pemahaman = 30%
* Aspek aplikasi = 20%
d. Bentuk tes = tes objektif
e. Jumlah butir soal = 60 soal
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang disebutkan di atas, maka
dalam rangka menyusun butir-butir soal tes objektif itu ditempuh langkah-
langkah atau prosedur kerja sebagaimana dikemukakan berikut ini:
Langkah pertama, menyiapkan tabel spesifikasinya, sebagaimana
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Materi Taraf Kompetensi Total
Tes 100%
Hafalan Pemaham Aplikasi
(50%) an (20%)
(30%)
Bab I 3 1,8 = 2 1,2 = 1 6
= 10% 6 3,6 = 4 2,4 = 2 12
Bab II = 7,5 = 8 4,5 = 4 3 15
20% 9 5,4 = 5 3,6 = 4 18
Bab III= 4,5 = 4 2,7 = 3 1,8 = 2 9
25%
Bab IV=
30%
Bab V =
15%
Total = 30 18 12 60
100% Soal
Keterangan
Proses pembuatan tabel spesifikasi di atas adalah sebagai berikut:
a. Jumlah butir soal yang akan dikeluarkan dalam tes adalah 60 butir
b. Persentase banyaknya butir soal dilihat dari segi isi mata pelajaran yang akan diujikan:
1) Bab I = 10% x 60 = 6 butir soal
2) Bab II = 20% x 60 = 12 butir soal
3) Bab III = 25% x 60 = 15 butir soal
4) Bab IV = 30% x 60 = 18 butir soal
5) Bab V = 15 % x 60 = 9 butir soal
Total = 60 butir soal
c. Persentase banyaknya butir soal dilihat dari segi taraf kompetensi yang akan diungkap
dalam tes pada masing-masing bab:
1) Bab I: Jumlah butir soal = 6, dengan perincian:
a) Taraf ingatan = 50% x 6 =3 = 3 soal
b) Taraf pemahaman = 30% x 6 = 1,8 = 2 soal
c) Taraf aplikasi = 20% x 6 = 1,2 = 1 soal
Total = 6 soal
2) Bab II: Jumlah butir soal = 12, dengan perincian:
a) Taraf ingatan = 50% x 12 =6 = 6 soal
b) Taraf pemahaman = 30% x 12 = 3,6 = 4 soal
c) Taraf aplikasi = 20% x 12 = 2,4 = 2 soal
Total = 12 soal
3) Bab III: Jumlah butir soal = 15, dengan perincian:
a) Taraf ingatan = 50% x 15 = 7,5 = 8 soal
b) Taraf pemahaman = 30% x 15 = 4,5 = 4 soal
c) Taraf aplikasi = 20% x 15 =3 = 3 soal
Total = 15 soal
4) Bab IV: Jumlah butir soal = 18, dengan perincian:
a) Taraf ingatan = 50% x 18 =9 = 9 soal
b) Taraf pemahaman = 30% x 18 = 5,4 = 5 soal
c) Taraf aplikasi = 20% x 18 = 3,6 = 4 soal
Total = 18 soal

5) Bab V: Jumlah butir soal = 9, dengan perincian:


a) Taraf ingatan = 50% x 9 = 4,5 = 4 soal
b) Taraf pemahaman = 30% x 9 = 2,7 = 3 soal
c) Taraf aplikasi = 20% x 9 = 1,8 = 2 soal
Total = 9 soal
Langkah kedua, menetapkan bentuk dan model tes objektif yang akan
diterapkan dalam rangka evaluasi hasil belajar, sebagai berikut:
a. Untuk mengungkap aspek ingatan yang mana dalam tabel spesifikasi di
atas telah ditentukan sebanyak 30 butir soal, dengan perinciannya
sebagai berikut:
1) Benar-salah, sebanyak 10 butir soal.
2) Menjodohkan, sebanyak 10 butir soal.
3) Isian, sebanyak 10 butir soal.
b. Untuk mengungkap aspek pemahaman yang mana dalam tabel spesifikasi
di atas telah ditentukan sebanyak 18 butir soal, dengan perinciannya
sebagai berikut:
1) Pilihan ganda model melengkapi lima pilihan, sebanyak 6 butir soal.
2) Pilihan ganda model asosiasi dengan lima pilihan, sebanyak 6 butir
soal.
3) Pilihan ganda model analisis kasus, sebanyak 6 butir soal.
c. Untuk mengungkap aspek aplikasi yang mana dalam tabel spesifikasi di
atas telah ditentukan sebanyak 12 butir soal, dengan perincian sebagai
berikut:
1) Pilihan ganda model analisis hubungan antar hal, sebanyak 4 butir soal.
2) Pilihan ganda model melengkapi berganda, sebanyak 4 butir soal.
3) Pilihan ganda model hal kecuali, sebanyak 4 butir soal.
Langkah ketiga, menetapkan banyaknya butir-butir soal yang
diambilkan dari tiap masing-masing bab, sehubungan dengan taraf
kompetensi yang akan diungkap dan bentuk tes objektif yang akan
digunakan.[31]
Contoh:
Format Penentuan dan Penyebaran Soal
No Kompetens Matter Indikator Bentuk No K
i Dasar Soal Soa et
l
1.1.1 Melakukan
1.1 Operasi 1.2 PG 1
operasi hitung Menbedak Isian 2
hitung bilangan an
bilangan bulat dan bilangan Menjo 3
bulat dan pecahan bulat dan dohka
pecahan pecahan n 4
1.3 Benar-
Menerapk salah
an prinsip
tentang
bilangan
bulat dan
pecahan
Langkah keempat, penulisan soal merupakan salah satu langkah
penting untuk dapat menghasilkan alat ukur atau tes yang baik. Penulisan
soal adalah penjabaran indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang
karakteristiknya sesuai dengan pedoman tabel spesifikasi. Setiap
pertanyaan harus jelas serta menggunakan bahasa yang efektif, baik
bentuk pertanyaan maupun bentuk jawabannya.[32]

Contoh:
Format Penulisan Kisi-kisi Soal
Sekolah : .. Jumlah soal : .
Mata pelajaran : .. Bentuk soal : .
Kurikulum : .. Penyusun : .
Alokasi waktu : ..
No Standar Kompete Kls/smt Materi Indikator No soal
Kompete nsi Dasar pokok soal
nsi

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis soal-soal:


1. Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami.
2. Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran ganda atau
membingungkan
3. Cara memenggal kalimat perlu diperhatikan agar tidak salah penafsiran.
Dalam matematika misalnya, penulisan pangkat harus diusahakan pada
tempat yang semestinya.
4. Petunjuk mengerjakan. Walaupun kadang-kadang siswa sudah biasa
melihat bentuk-bentuk soal, namun petunjuk mengerjakan soal
merupakan hal yang penting tidak boleh diabaikan.[33]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tes merupakan seperangkat rangsangan yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang
menjadi dasar bagi penetapan skor angka. Langkah-langkah menyusun
tes, yaitu: Menentukan tujuan tes, analisis kurikulum, analisis buku
pelajaran, menentukan kisi-kisi. Ditinjau dari segi bentuk soalnya, tes
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tes hasil belajar bentuk
uraian dan tes hasil belajar bentuk objektif. Tes hasil belajar bentuk
objektif banyak macamnya, diantaranya: Tes benar-salah, pilihan ganda,
menjodohkan, dan isian.
Kisi-kisi soal adalah sebuah tabel analisis yang di dalamnya dimuat
rincian materi tes dan tingkah laku beserta proporsi yang dikehendaki
oleh tester, di mana pada tiap petak (sel) dari tabel tersebut diisi dengan
angka-angka yang menunjukkan banyaknya butir soal yang dikeluarkan
dalam tes hasil belajar bentuk objektif. Langkah-langkah untuk menyusun
kisi-kisi soal, yaitu: membuat tabel spesifikasi, menetapkan bentuk dan
model tes, menetapkan banyaknya butir-butir soal, dan langkah terakhir
penulisan soal.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami berisikan tentang Tabel Spesifikasi
(Kisi-kisi Soal). Makalah inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan
maupun target yang ingin dicapai. Adapun kiranya terdapat kritik, saran
maupun teguran digunakan sebagai penunjang pada makalah ini.
Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.

Daftar Pustaka
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara.
________________. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi
Aksara.
Aswar, Saifuddin. 2013. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran
Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
B. Uno, Hamzah dkk. 2013. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Matondang, Zulkifli. 2002. Evaluasi Pembelajaran. Medan: Unimed.
Mudjiono, Dimyati. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Pramana, I. Nyoman dkk. Evaluasi Pendidikan. Beta.
Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwanto, M. Ngalim. 2013. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sukardi, M. 2012. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta:
Bumi Aksara.
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk
Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

PENGGUNAAN BENTUK SOAL PILIHAN GANDA

DALAM UJIAN

Wiwin Arbaini W

STAIN Curup Kab. Rejang Lebong, Bengkulu

Abstrak
Fleksibilitas dan kualitas bentuk soal pilihan ganda dapat mengukur jenjang kemampuan yang lebih
kompleks dengan efektif, berbeda dengan soal obyektif lainnya yang hanya mampu mengukur jenjang
kemampuan pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi saja. Soal pilihan ganda sering digunakan dalam
pengukuran pada skala besar dan standar nasional, baik pada lembaga pendidikan maupun bukan lembaga
pendidikan yang sifatnya kompetitif. Seperti: UAN, UMPTN, dan pada kegiatan tes lainnya. Dengan adanya
kritik tajam terhadap soal pilihan ganda yang tidak memenuhi syarat sebagai tes yang baik, maka suatu
keharusan dilakukan upaya pembenahan dimulai dari penulisan soal hingga penganalisisan soal. Terdapat
delapan variasi pokok yang popular soal pilihan ganda: 1) jawaban benar, 2) jawaban paling tepat, 3)
pernyataan tak lengkap, 4) negatif, 5) analisis konteks, 6) alternative tak lengkap, 7) kombinasi, 8) kompleks.
Beberapa keunggulan dan keterbatasan soal pilihan ganda, keunggulannya: cocok untuk mengukur ruang
lingkup yang luas dan beragam secara komprehensif, mengukur semua jenjang kemampuan menurut
taksonomi Bloom, dapat disusun yang reliabilitasnya memadai, karena jumlah soal yang cukup banyak, dapat
disekor dengan mudah dan cepat, baik dengan mesin maupun secara manual. Keterbatasannya: dalam
menulis soal bentuk pilihan ganda yang baik tidaklah mudah, terutama dalam hal menyediakan pengecoh
(distraktor) yang berfungsi, maka ada kecenderungan penulis soal hanya menulis soal-soal yang mengukur
jenjang yang rendah pada taksonomi Bloom, kurang mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya,
dan siswa akan sangat dibatasi dalam pengembangan ide-ide baru, kemampuan berbahasa, menampilkan
berbagai pengetahuan yang dimilikinya, bahkan kreativitasnya. Untuk memenuhi syarat tes yang baik,
dilakukan analisis soal dengan tujuan mengadakan identifikasi butir soal yang baik, kurang baik, dan butir
soal jelek, sehingga dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk
mengadakan perbaikan. Pada tulisan ini dikemukakan cara analisis yang dianggap paling sederhana yaitu
tanpa menggunakan rumus, kalkulator bahkan tanpa peralatan computer, analisis cukup dengan membuat
table dan grafik, mengacu pada konsep bahwa soal yang baik adalah soal yang mampu membedakan
kelompok atas dan kelompok bawah.
Kata kunci: soal pilihan ganda, syarat tes yang baik, variasi soal, keunggulan dan keterbatasan,
analisis soal.

PENDAHULUAN

Peranan bentuk soal pilihan ganda (Multiple Choice Test) di Indonesia makin
besar. Beberapa lembaga pendidikan sepertinya sebagian besar evaluasi hasil belajar
dilakukan melalui penerapan tes berbentuk soal pilihan ganda. Demikian pula upaya
untuk mengungkapkan potensi atau kemampuan belajar siswa juga dilakukan dengan
menerapkan alat uji yang berbentuk soal pilihan ganda. Dewasa ini dalam kegiatan-
kegiatan berskala besar, seperti Ujian Nasional (UN), Ujian Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (UMPTN), ujian saringan calon mahasiswa program Pasca Sarjana, seleksi calon
penerima beasiswa belajar keluar negeri, seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil,
dilaksanakan hampir seluruhnya dengan menerapkan tes yang berbentuk soal pilihan
ganda.

Dalam tulisan ini akan dikemukakan secara ringkas berbagai variasi bentuk soal
pilihan ganda beserta contoh-contohnya. Selanjutnya akan dikemukakan pula
keunggulan dan keterbatasan bentuk soal pilihan ganda dalam penerapannya untuk
ujian, dan penulis sajikan juga cara sederhana dalam menganalisis bentuk soal pilihan
ganda, dengan tujuan agar soal yang digunakan betul-betul soal yang berkualitas yang
valid (sahih), handal, mampu mengukur apa yang hendak diukur dalam penilaian
tersebut.

SOAL BENTUK PILIHAN GANDA (MULTIPLE CHOICE TEST)

Tes merupakan sebagai himpunan pertanyaan yang ha-rus dijawab, pernyataan


yang harus dipilih/ditanggapi, atau merupakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh
orang yang dites (testee) dengan tujuan untuk mengukur aspek perilaku tertentu dari
orang yang dikenai tes (Nofijanti, L. dkk, 2008:3-1).

Tes Obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
obyektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes
bentuk essay. Dalam penggunaan tes obyektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih
banyak daripada tes essay. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit
dapat diberikan 30-40 buah soal.

Berbeda dengan soal-soal obyektif lainnya yang hanya mampu mengukur jenjang
kemampuan pengetahuan, pemaham-an, aplikasi. Soal pilihan ganda ini dapat mengukur
jenjang kemampuan yang lebih komplek. Fleksibilitas dan kualitas soal mampu
mengukur jenjang kemampuan yang lebih komplek dengan efektif, karena itu sering
digunakan untuk pengukuran dengan standar nasional.

Multiple Choice Test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang
suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu
dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Multiple choice test atau
soal bentuk pilihan ganda pada dasarnya terdiri dari dua bagian; yaitu batang tubuh soal
(stem), yang berupa pertanyaan pengantar atau pernyataan tidak lengkap, dan dua atau
lebih kemungkinan jawaban atau alternative (option). Secara teknis jawaban yang benar
disebut jawaban atau kunci jawaban (key) dan yang lainnya disebut jawaban disebut
pengecoh (penggoda, penyesat, pengganggu) di dalam bahasa Inggris disebut dis-
tractors.

a. Jenis Analisis Konteks

Soal bentuk pilihan ganda jenis ini menuntut peng-ambil tes untuk memahami
seluruh konteks soal yang biasa-nya mempunyai format formal, kemudian
mengambil kesim-pulan darinya. Contoh: analisis cukup dengan membuat table dan
grafik, mengacu pada konsep bahwa soal yang baik adalah soal yang mampu
membedakan kelompok atas dan kelompok bawah.

1. Barang siapa tidak kehilangan sesuatu, dia masih mempunyai sesuatu itu.

Si Ani tidak kehilangan tahi lalat. Jadi, si Ani masih mempunyai tahi lalat

Penalaran di atas itu

A. Benar

B. Salah pada premis mayor

C. Salah pada premis minor

D. Salah pada kesimpulan

E. Tak dapat ditentukan, benar atau salah.

Jawaban = E

b. Jenis Alternative Tak-Lengkap

Kadang-kadang penulis soal berpendapat bahwa apabila kemungkinan


jawaban itu ditulis lengkap akan terlalu jelas bagi pengambil tes, oleh karena itu soal
tersebut tidak akan berfungsi sebagaimana diharapkan. Oleh karena itu
kemungkinan jawaban ditulis tidak lengkap agar pengambil tes lebih berfikir dalam
memilih jawaban yang benar. Contoh:

1. Nama murid Socrates yang terkenal bermula dengan huruf:

A. A sampai E

B. F sampai J
C. K sampai O

D. P sampai T

E. U sampai Z.

Jawaban = D (Plato),

Contoh lain:

2. Apabila anda menghitung akar 26, angka berapakah yang terdapat pada
decimal kedua?

A. 5

B. 6

C. 7

D. 8

E. 9.

Jawaban = E (26 = 5.099)

c. Jenis Kombinasi

Bentuk soal pilihan-ganda jenis kombinasi ini terdiri dari batang tubuh soal
diikuti oleh sejumlah kemungkinan jawaban di antaranya satu atau lebih benar.
Contoh:

PETUNJUK

Untuk soal-soal berikut ini pilihlah:

A. Jika (1), (2), dan (3) betul;

B. Jika (1) dan (3) betul

C. Jika (2) dan (4) betul;

D. Jika (4) saja yang betu;

E. Jika semuanya betul

Menurut bacaan di atas kelestarian lingkungan hidup di Indonesia terancam


punah karena
(1) Jumlah penduduk yang banyak

(2) Tingkat kelahiran yang lebih tinggi daripada ting-kat kematian.

(3) Struktur umur yang muda

(4) Pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa diikuti peningkatan produksi


pangan.

Jawaban = A

d. Jenis Kompleks

Soal bentuk pilihan-ganda jenis kompleks terdiri atas pernyataan mengenai


hubungan sebab-akibat, dan si peng-ambil tes diminta memilih dari kemungkinan
jawaban yang berkenaan dengan benar-tidaknya sebab, benar-tidaknya akibat, dan
ada tidaknya hubungan sebab akibat itu. Contoh:

PETUNJUK

Untuk soal-soal berikut setiap sol terdiri dari tiga bagian, yaitu: PERNYATAAN, kata
SEBAB, dan ALASAN, yang disusun berurutan. Pilihlah:

A. Jika pernyataan betul, alasan betul, keduanya menunjukkan hubungan


sebab-akibat.

B. Jika pernyataan betul dan alasan betul, tetapi ke-duanya tidak menunjukkan
hubungan sebab-aki-bat.

C. Jika pernyataan betul dan alasan salah.

D. Jika pernyataan salah dan alasan betul.

E. Jika pernyataan dan alasan kedua-duanya salah.


Hasil penelitian di Indonesia relative kecil

SEBAB
Para sarjana Indonesia tidak mendapat pendidikan me-ngenai bagaimana caranya
meneliti.
Jawaban = C

Kiranya jelas bahwa satu soal pilihan ganda jenis kompleks ini sebenarnya terdiri
atas beberapa soal yang terjalin menjadi satu. Untuk dapat menjawabnya dituntut
berfungsinya beberapa jenjang kompetensi sekaligus. Kedelapan macam/jenis bentuk
soal pilihan ganda yang telah disajikan di atas adalah jenis-jenis yang pokok. Para
penulis soal dapat memperkayanya dengan variasi lain.
Cara Mengolah Skor Tes Bentuk Pilihan Ganda

Untuk mengolah skor dalam tes bentuk pilihan ganda ini digunakan 2 macam
rumus:

a). Dengan denda, dengan rumus:

W
S = R -----------

01
S = skor yang diperoleh (Raw Score)

R = jawaban yang betul


W = jawaban yang salah

O = banyaknya option
1 = bilangan tetap

Contoh: murid menjawab betul 17 soal dari 20 soal. Soal bentuk multiple choice
ini dengan menggunakan option sebanyak 4 buah.

3
Skor = 17 ------- = 16

41
b) Tanpa denda, dengan rumus: S = R

BEBERAPA ISSUE AKADEMIK-TEKNIS DALAM SOAL BEN-TUK PILIHAN GANDA

Ada sejumlah issue yang telah dijadikan bahan kajian oleh para ahli di bidang
pengukuran psikologis. Beberapa issue akan dikemukakan di sini, sekedar untuk
ilustrasi.

Jumlah Kemungkinan Jawaban

Di Indonesia pada kegiatan berskala besar, seperti pe-nyelenggaraan UMPTN, dan


UN, selalu menggunakan soal bentuk pilihan ganda dengan lima kemungkinan jawaban.
Demikian pula tes-tes yang diproduksi oleh ETS dan ACT pada umumnya juga
menggunakan lima kemungkinan jawaban. Apakah lima kemungkinan jawaban itu yang
paling tepat. Ternyata tidak demikian bila digunakan criteria yang diajukan oleh Tversky
(1964:158) yaitu; (a) test power, (2) test discrimination capacity, dan (3) test
information. Menurut Tversky soal-soal yang memberi kontribusi optimal pada ketiga
criteria itu adalah soal-soal yang menggunakan tiga kemungkinan jawaban. Hasil-hasil
penelitian mengenai hal ini tidak seragam. Beberapa penelitian mendukung konsep
Tversky, seperti misalnya penelitian Costin (1970)) Hogben (1973), beberapa penelitian
lain tidak mendu-kung, misalnya penelitian Ebel (1969), Mattson (1965).

Kaitan Dengan Reliabilitas Tes


Pada umumnya skor untuk masing-masing soal adalah 1 (jika benar) atau 0 (jika
salah). Serlin dan Kaiser (1978) menemukan bahwa sekiranya lebih dari satu
kemungkinan jawaban yang benar (dengan skor berjenjang) maka koefisien reliabilitas
akan meningkat. Wilson (1982) menunjukkan bahwa dengan bentuk soal yang lazim,
diskor 1 atau 0, koefisien reliabilitas juga akan tinggi sekiranya taraf kesukaran p ada di
sekitar 0.50.

Response Biases

Penelitian-penelitian mengenai kecendrungan memilih kemungkinan jawaban


tertentu karena penampilan soalnya (response bias) telah banyak dilakukan.
Kecenderungan itu ternyata tertuju pada: 1) kemungkinan jawaban yang lebih panjang
dari kemungkinan yang lainnya, 2) kemungkinan jawaban yang berbunyi semua yang
tersebut di atas, dan 3) kemungkinan yang disebut pertama (A) relative kurang sering
dipilih.

Subjective Judgment Mengenai Karakteristik Soal Pilihan Ganda

Sekelompok pakar diminta membuat pendapat (subjecti-ve judgment) mengenai


karakteristik soal-soal pilihan ganda dalam hal (1) taraf kesukaran, (2) kompleksitas
bahasa, (3) relevansi isi, (4) kesesuaian dengan response set, dan (5) kompleksitas
proses. Hasil-hasil penelitian ini ternyata masih beragam (Green, 1983: Quereshi dan
Fisher, 1977; Ryan, 1968).

Apakah yang telah disajikan di atas sekedar merupakan ilustrasi untuk


menunjukkan bahwa secara teoretis banyak sekali hal yang dapat diangkat menjadi
bahan kajian mengenai bentuk soal pilihan ganda ini.

CARA SEDERHANA ANALISIS SOAL BENTUK PILIHAN GANDA

Tidak ada usaha guru yang lebih baik selain usaha untuk selalu meningkatkan
mutu tes yang disusunnya. Namun hal ini tidak dilaksanakan karena kecenderungan
seseorang untuk ber-anggapan bahwa yang menjadi hasil karyanya adalah yang terbaik,
atau setidak-tidaknya sudah cukup baik.

Tabel 1. Berisi data peserta tes yang disusun berdasarkan urutan subyeknya.

SUBYEK

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1
0 1 2

S 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1

O 2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0
A 3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0

L 4 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0

5 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0

6 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0

7 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0

8 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0

9 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

6 7 3 4 5 4 5 6 9 7 8 2

Artinya data dapat diurutkan berdasarkan absensi kelas atau nomor tes. Baris
paling atas adalah nomor subjek. Kolom paling kiri adalah nomor soal
Tabel 2. Berisi data peserta tes, tetapi telah diurutkan skor perolehannya. Dari kecil ke besar. Kemudian di bagi
menjadi tiga kelompok: KA (kelompok atas), KS (Kelompok sedang), dan KB (Kelombok Bawah)

S U B J E K ----------------------

< kel bawah < kel sedang < kel atas >
> >

1 3 4 6 5 7 8 1 2 1 1 1 Total
2 0 1 2

S 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 7

O 2 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9

A 3 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
L 4 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6

5 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 4

6 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7

7 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9

8 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 4

9 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 7

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

Total 2 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 9

Table 2, data diurutkan berdasarkan skor, dibagi menjadi 3 kelompok. Subyek 5,


7, 8, dan 1 kelompok sedang (KS). Subyek no.2, 9, 10, dan 11 kelompok atas (KA), dan
subyek no. 3, 4, 6, dan 12 kelompok bawah (KB). Selanjutnya untuk melihat kualitas soal
dengan cara membandingkan respon kelompok bawah (KB) dan kelompok atas (KA)
menggunakan diagram balok di bawah ini, soal yang baik tentunya harus dapat
membedakan KA dan KB. Jawaban KA harus lebih banyak dari KB. Melihat diagram no.1
adalah soal yang baik (dapat diterima), soal no.5 dan no.9 adalah kurang baik. Soal no.5
tidak dapat membedakan KA dan KB, dan soal no.9 KB lebih baik dari KA.

Diagram Balok tanpa memasukkan data KS (Kelompok Sedang)

Respon untuk soal no.1 Respon untuk soal no.5

1100 1000 1111 0011 0110 0011

5
2,5

4
2

Y 3 KA Y 1,5 K KA
2

1 KB

0 1

XX

Respon untuk soal no.9

1 1 11 0100 0111

3 KB

2 KA

Jika kita ingin melakukan analisis soal dengan lebih teliti, dapat pula dimasukkan
kelompok tengah/sedang (KS), lihat diagram balok di bawah ini.

Diagram Balok dengan memasukkan data KS (Kelompok Sedang)

Respon untuk soal no.1 Respon untuk soal no.5

5
4

K
3 A

K
2 S

K
1 B

XX

Respon untuk soal no.9

2,5

K K K
1,5 B S A
Y Y 3 KB

1
2 KA

0,5
1 KS

0
0

Bila soal yang kita buat mempunyai pola seperti gambar 5 di bawah ini maka soal
tersebut mempunyai diskriminasi yang positif, mampu membedakan siswa yang
berkemampuan rendah dan berkemampuan tinggi. Bila polanya seperti gambar 1, 2, 3,
dan 4 pada gambar di bawah ini maka soal tersebut merupakan soal yang tidak baik.
Soal no.6 dan soal no.7 tidaklah merupakan soal yang jelek, namun soal ini masih perlu
dipertimbangkan untuk dipakai. Soal no.6 tidak dapat membedakan KB dan KS, namun
dapat membedakan KB bersama KS dan KA. Soal no.7 dapat membedakan KB dengan KS
dan KA, namun tidak dapat membedakan KS dengan KA.

Soal dengan pola respon 5, menandakan soal tersebut mampu membedakan KB,
KS dan KA. Jumlah yang menjawab benar pada KA lebih banyak dari KS dan KB. Soal
demikian ini dapat dikatakan sebagai soal yang baik.

Soal yang mempunyai pola respon 1, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
jumlah respon baik pada KA, KS, dan KB. Soal demikian tidak memberikan informasi.
Dengan kata lain soal ini tidak mampu memberikan informasi perbedaan KA, KS, dan KB.
Soal demikian dikategorikan soal yang tidak baik.

Soal yang mempunyai pola respon 2, menunjukkan KB mencapai skor yang lebih
banyak dibandingkan KS. KS mencapai skor lebih banyak dari KA. Soal ini menyalahi
aturan bahwa kelompok atas harus mempunyai jumlah jawaban yang benar lebih banyak
dari KB. Dengan demikian soal dengan pola 2 dikatakan soal jelek.

Soal yang mempunyai pola respon 3, merupakan soal yang tidak baik, terlihat
bahwa KS lebih tinggi skornya dibandingkan KA dan KB, soal demikian tersebut tidak
stabil. Demikian juga soal dengan pola 4 adalah soal yang tidak baik, terlihat bahwa KS
lebih rendah dari KB dan KA, soal demikian tidak stabil.

Soal yang mempunyai pola respon 5 merupakan soal yang terbaik, KA lebih tinggi
dari KS dan KB dan jumlah skornya sama.

Untuk soal no.6, sekalipun soal ini tidak sesmpurna pola 5, tetapi sudah mampu
membedakan KB, KS, dan KA. Dengan demikian soal masih dapat diterima. Demikian
pula pola soal no.7, sekalipun soal tersebut tidak dapat membedakan KA dan KS tetapi
masih mampu membedakan KB dan KA.

Gambar/Pola 1

DITOLAK

Gambar/Pola 2

DITOLAK

Gambar/Pola 3

DITOLAK

Gambar/Pola 4

DITOLAK

Gambar/Pola 5
DITERIMA

Gambar 6

DITERIMA/DITOLAK

Gambar/Pola 7

DITERIMA/DITOLAK

Dengan menggunakan model pola kita dapat menetapkan suatu pola diterima
atau ditolak berdasarkan bentuk pola, berikut:

Contoh Soal:

Bila skor KB = 10, KS = 15 dan KA = 2

Soal demikian sesuai dengan pola 5 maka soal ini diterima. Dengan demikian bila
ingin menganalisis soal, kita cukup membuat garis- yang menggambarkan respon KB,
KS, dan KA. Langkah selanjutnya untuk menerima atau menolak soal adalah dengan
mencocokkannya dengan 7 pola di atas.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa soal bentuk pilihan ganda
telah mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1960-an. Namun sepanjang pengamatan
penulis pengenal-an masyarakat, juga masyarakat pendidik, terhadapnya masih sangat
dangkal. Kiranya masih banyak hal yang perlu dilakukan guna memanfaatkan secara
optimal soal-soal bentuk pilihan ganda itu.

Berbagai variasi soal pilihan ganda yang pokok dan popular antara lain: 1)
jawaban benar, 2) jawaban paling tepat, 3) pernyataan tak lengkap, 4) negatif, 5)
analisis konteks, 6) alternative tak lengkap, 7) kombinasi, 8) kompleks. Para penulis soal
dapat memperkaya dengan variasi yang lain.

Beberapa keunggulan dan keterbatasan soal pilihan ganda, keunggulannya:


cocok untuk mengukur ruang lingkup yang luas dan beragam secara komprehensif,
mengukur semua jenjang kemampuan menurut taksonomi Bloom, dapat disusun yang
reliabilitasnya memadai, karena jumlah soal yang cukup banyak, dapat diskor dengan
mudah dan cepat, baik dengan mesin maupun secara manual.

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, L.R. (1982). Writing Multiple Choice Items to Measure High Order Educational
Objectives. Educational and Psychological Measurement, 42, 803-806.

Arikunto, S.(1989). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara, XI,161-172.


Green, K.E. (1983). Subjective Judgment of Multiple Choice Characteristics. Educational
and Psycological Measurement, 43, 563-570.
Joesmani.(1988). Pengukuran dan Evaluasi dalam Pengukuran. Jakarta: Depdikbud Dirjen
PT.
Mentzer, T.L.(1982). Response Biases in Multiple Choice Item Files. Educational and
Psycological Measurement, 42, 437-448.
Muller, D.J.(1975). An Assessment of the Effectiveness of Complex Alternatives in Multple
Choice Achievement Test Items. Educational and Psycological Measurement, 35,
135-145.

Nofijanti, L. dkk..(2008). Evaluasi Pembelajaran edisi pertama paket 1-14. Lapis PGMI:
Learning Assistance Program for Islamic Schools.

Straton, R.G.(1980). A Comparison of Two, Three, and Four Choice Items Test Given a
Fixed Total Number of Choices. Educational and Psycological Measurement, 40,
357-365.
Suryabrata, S.(1987). Pengembangan Tes Hasil Belajar. Jakarta: Rajawali.

Wilson, V.L.(1982). Maximizing Reliability in Multiple Choice Questions. Educational and


Psycological Measurement, 42, 69-72.

Multiple Choice Test (Pilihan Ganda)


Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu
pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau multiple choice test terdiri atas bagian
keterangan (item) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan
jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa
pengecoh (distractor).
Tes objektid bentuk multiple choice item sering dikenal dengan istilah objektif bentuk
pilihan ganda, yaitu salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan atau
pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu
(atau lebih) dari beberapa kemungkinan jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal
yang bersangkutan.
Contoh 1 : Bentuk pertanyaan
Pilihlah satu jawaban yang tepat
1. Pada saat yang manakah bacaan Talbiyah dibaca oleh para jamaah haji?
A. Sai
B. Wukuf
C. Thawaf
D. Berangkat ke Arofah
E. Ihram
Contoh 2: Berbentuk pernyataan (statement)
Pilihlah satu jawaban yang tepat!
1. Orang yang menggantikan puasa Ramadhan dengan memberi makan kepada fakir miskin,
disebut membayar:
A. Jariyah
B. Fidyah
C. Shadaqah
D. Hibbah
E. Wakaf

Seperti dapat diperiksa pada dua contoh di atas, maka tes objektif bentuk multiple
choice item terdiri atas dua bagian, yaitu:
a) Item atau soal, yang dapat berbentuk pertanyaan dan dapat pula berbentuk pernyataan.
b) Option atau alternatif, yaitu kemungkinan-kemungkinan jawab yang dapat dipilih oleh testee.
Option atau alternatif ini terdiri atas dua bagian, yaitu:
(1) Satu jawaban betul, yang biasa disebut kunci jawaban.
(2) Beberapa pengecoh atau distractor, yang jumlahnya berkisar antara dua sampai lima buah.
Dalam perkembangannya, sampai saat ini tes objektif bentuk multiple choice item
dapat dibedakan menjadi sembilan model, yaitu:
a) Model melengkapi lima pilihan
b) Model asosiasi dengan lima atau empat pilihan
c) Model melengkapi berganda
d) Model analisis hubungan antar hal
e) Model analisis kasus
f) Model hal kecuali
g) Model hubungan dinamik
h) Model pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar.

a) Tes objektif bentuk multiple choice item model melengkapi lima pilihan
Tes objektif bentuk multiple choice item model melengkapi lima pilihan ini pada
umumnya terdiri atas: kalimat pokok (=item) yang berupa pernyataan yang belum lengkap,
diikuti oleh lima kemungkinan jawab (alternatif) yang dapat melengkapi pernyataan tersebut.
Tugas testee disini ialah: memilih salah satu diantara lima kemungkinan jawab tersebut, yang
menurut keyakinan testee adalah paling tepat (=merupakan jawaban yang benar).
Dengan demikian, pada tes objektif bentuk multiple choice item model melengkapi lima
pilihan ini, hanya akan kita jumpai satu jawaban yang benar.
Contoh 1:
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan jalan membubuhkan tanda silang (X) pada
huruf abjad A, B, C,D atau E.
1. Daulah Bani Abbasiyah mencapai puncak kejayaan atau zaman keemasan pada masa
pemerintahan
A. Umar bin Abdul Aziz
B. Utsman bin Affan
C. Yazid bin Muawiyah
D. Harun al-Rasyid
E. Al-Mamun (Kunci: D)
2. Sedangkan Daulah Bani Umayah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan
A. Ali bin Abi Thalib
B. Umar bin Khaththab
C. Muawiyah bin Abi Sofyan
D. Al-Mutashim
E. Khalid bin Walid (Kunci: C)

b) Tes Obyektif bentuk multiple choice item model asosiasi dengan lima atau empat pilihan
Tes Obyektif bentuk multiple choice item model asosiasi dengan lima atau empat pilihan
ini terdiri dari lima atau empat judul/istilah/ pengertian, yang diberi tanda huruf abjad
didepannya, dan diikuti oleh beberapa pernyataan yang diberi nomor urut didepannya. Untuk
tiap pernyataan tersebut testee diminta memilih salah satu judul/istilah/ pengertian yang
berhuruf abjad, yang menurut keyakinan testee adalah paling cocok (paling benar).
Contoh 1: Model Asosiasi dengan Lima Pilihan
Untuk butir soal nomor 1 sampai dengan 5 berikut ini, cocokkanlah istilah yang terdapat
di belakang huruf abjad, dengan pernyataan yang terdapat pada masing-masing soal:
A. Dzalim B. Fasiq C. Kafir D. Murtad E. Riya

Soal:
1. Orang yang tidak mengakui adanya Allah.
2. Orang yang menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.
3. Orang yang keluar dari agama Islam.
4. Orang yang tahu aturan dan kewajiban, tetapi tidak mau melakukannya.
5. Suka pamer dan ingin dipuji orang.

c) Tes Obyektif bentuk multiple choice item model melengkapi berganda


Butir soal sejenis ini pada dasarnya sama dengan multiple choice item model melengkapi
lima pilihan, yaitu terdiri atas satu kalimat pokok yang tidak (belum) lengkap, diikuti dengan
beberapa kemungkinan jawaban (bisa merupakan lima pernyataan dan bisa pula merupakan
empat pernyataan). Perbedaannya adalah, bahwa pada butir soal jenis ini, kemungkinan
jawaban betulnya bisa satu, dua, tiga, atau empat.
Contoh:
Tulislah:
A. Bila (1), (2) dan (3) betul.
B. Bila (1) dan (3) betul.
C. Bila (2) dan (4) betul.
D. Bila hanya (4) yang betul.
E. Bila semuanya betul.

Soal:
1. Hal-hal yang termasuk perbuatan thaharah adalah:
(1) Mandi
(2) Berwudhlu
(3) Menghilangkan najis
(4) Membaca doa iftitah
2. Nabu Muhammad SAW adalah Nabi terakhir, beliau adalah:
(1) Keturunan suku Quraisy
(2) Ibunya bernama Aminah
(3) Ayahnya bernama Abdullah
(4) Ayahnya wafat ketika beliau masih berada dalam kandungan
3. Haji Wada adalah haji yang dikerjakan
(1) Oleh semua ummat Islam
(2) Khusus oleh Nabi Muhammad SAW
(3) Sepuluh tahun sebelum Nabi wafat
(4) Setahun sebelum bulan haji berikutnya

d) Tes Obyektif bentuk multiple choice item model analisis hubungan antar hal
Tes Obyektif bentuk multiple choice item biasanya terdiri atas satu kalimat pernyataan
yang diikuti oleh satu kalimat keterangan. Kepada testee ditanyakan, apakah pernyataan itu
betul, dan apakah keterangan itu juga betul. Jika pernyataan dan keterangan itu betul, testee
harus memikirkan, apakah pernyataan itu disebabkan oleh keterangan yang diberikan,
ataukah pernyataan itu tidak disebabkan oleh keterangan tersebut?
Contoh:
Soal nomor 1 sampai dengan 3 berikut ini terdiri atas tiga bagian, yakni: Pernyataan,
Sebab dan Alasan, yang disusun secara berurutan.
Pilihlah:
A. Jika Pernyataan BETUL, Alasan BETUL dan keduanya menunjukkan HUBUNGAN SEBAB
AKIBAT.
B. Jika Pernyataan BETUL, Alasan BETUL, tetapi keduanya TIDAK MENUNJUKKAN
HUBUNGAN SEBAB AKIBAT.
C. Jika Pernyataan BETUL dan Alasan SALAH
D. Jika Pernyataan SALAH dan Alasan BETUL.
E. Jika Pernyataan SALAH dan Alasan Salah.

Soal:
1. Diantara syarat-syarat wajib haji adalah Islam.
SEBAB
Tidak wajib bahkan tidak akan sah jika haji orang kafir.
2. Seseorang akan berangkat menunaikan ibadah haji, tiba-tiba menderita sakit berat sehingga
tidak mungkin melaksanakan ibadah haji tersebut, dan karena itu gugurlah kewajiban
menunaikan ibadah hajinya untuk selama-lamanya.
SEBAB
Kewajiban menunaikan ibadah haji bagi orang Islam hanya satu kali dalam seumur hidupnya.
3. Nabi Muhammad SAW itu bersifat mashum atau terhindar dari dosa.
SEBAB
Dosa seseorang itu akan ditanggung sendiri oleh yang bersangkutan.

e) Tes Obyektif bentuk multiple choice item model analisis kasus


Butir soal jenis ini merupakan tiruan keadaan yang sebenarnya. Jadi seolah-olah testee
dihadapkan kepada suatu kasus. Dari kasus tersebut, kepada testee ditanyakan mengenai
berbagai hal dan kunci jawaban-jawaban itu tergantung pada tahu atau tidaknya testee dalam
memahami kasus tersebut.
Contoh:
Ikutilah kasus di bawah ini dan pilihlah jawaban yang tepat untuk soal-soal berikut ini:
Dalam usahanya untuk menyebarluaskan agama Islam sebagai agama wahyu, Nabi
Muhammad SAW memulai dakwahnya dari lingkup kecil menuju jangkauan yang luas.
Dimulai dari keluarga, kerabat dan seterusnya, menyebar kepada masyarakat luas.
Hal ini beliau lakukan dengan penuh kesabaran dan keuletan, meskipun dihadapannya
terbentang tantangan dan kendala yang datang dari masyarakat Quraisy. Kemudian detelah
beberapa cobaan datang dan risiko menimpa diri Nabi, serta dirasa dijadikan pusat
pemerintahan dan daerah penyebaran Islam, maka Nabi Muhammad SAW beserta
pengikutnya hijrah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.
Masyarakat Madinah adalah masyarakat yang komplek, terdiri atas golongan mukmin,
Yahudi, Nasrani dan sebagian kafir dzimny. Di tengah-tengah masyarakat yang demikian ini
ternyata Islam dapat berkembangan dengan pesat, bahkan dapat berdiri suatu Negara dan
pemerintahan Islam. Diantara mereka dibuat suatu perjanjian untuk bersama-sama
membangun negeri Madinah, dan kepada kafir dzimny Nabi memberi kebebasan untuk tetap
tinggal di sana; mereka dikenakan semacam pajak yang disebut jizah.
Soal:
Dari uraian di atas dapatlah ditarik pengeritan, bahwa:
A. Agama Islam itu memandang sama antara mukmin dengan orang kafir.
B. Orang kafir dzimny itu bukanlah termasuk musuh Islam.
C. Agama Islam dapat berkembang pesat karena adanya dukungan kafir dzimny.
D. Sejak dahulu Islam telah menekankan prinsip-prinsip toleransi dan kerjasama.
E. Antara agama Nasrani, Yahudi dan Islam pada dasarnya tidak berbeda.

f) Tes Obyektif bentuk multiple choice item model hal kecuali


Model Hal Kecuali ini dikembangkan atas dasar Asosiasi Positif dan Asosiasi Negatif
secara serempak.
Jika model semacam ini digunakan dalam tes hasil belajar, maka pada kolom sebelah kiri
dicantumkan tiga macam gejala atau kategori (yakni A, B dan C); sedangkan pada kolom
sebelah kanan terdapat lima hal atau keadaan (yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5), dimana empat
diantaranya cocok dengan satu hal yang berada di sebelah kiri.
Jawaban yang dikehendaki oleh tester ialah, agar testee menentukan hal berabjad mana
yang dipandang cocok dengan empat keadaan yang bernomor, dan keadaan yang tidak cocok
dengan hal dan keadaan itu. Jadi, disini testee diminta untuk memberikan dua buah jawaban,
yaitu: 1 huruf abjad dan 1 nomor.
Contoh:
Untuk soal di bawah ini anda diminta dua jawaban. Pada kolom sebelah kiri terdapat tiga
macam kategori, sedangkan pada kolom sebelah kanan terdapat lima macam hal, dimana
empat diantaranya berhubungan erat dengan salah satu kategori di kolom sebelah kiri.
Kategori manakah yang berhubungan erat dengan empat hal tersebut, dan pilihlah hal yang
tidak termasuk kelompok hal dimaksud di atas!
Soal:
A. Kriteria untuk menjadi Khalifah 1. Shiddiq
dalam pemerintahan Islam. 2. Amanah
B. Sifat-sifat orang yang sombong. 3. Khianat
C. Sifat-sifat yang dimiliki oleh Rasul. 4. Tabligh
5. Fathanah
(Kunci: C.3)

g) Tes Obyektif bentuk multiple choice item model hubungan dinamik


Tes Obyektif bentuk multiple choice item model hubungan dinamik ini adalah salah satu jenis
tes objektif bentuk pilihan ganda, yang menuntut kepada testee untuk memiliki bekal pengertian
atau pemahaman tentang perbandingan kuantitatif dalam hubungan dinamik.
Dalam praktek model ini lebih sesuai diterapkan pada tes hasil belajar yang termasuk
dalam kelompok mata pelajaran eksakta, seperti: Fisika, Kimia, Biologi dan sebagainya.
Contoh:
Pilihlah:
A. Jika (1) naik maka (2) naik.
Jika (1) turun maka (2) turun.
B. Jika (1) naik maka (2) turun.
Jika (1) turun maka (2) naik.
C. Jika perubahan pada (1) tidak mempengaruhi (2).
Soal:
1. (1) Volume urine.
(2) Berat jenis urine.
2. (1) Kadar protein plasma.
(2) Tekanan koloid osmotic plasma.
(Kunci: 1.C 2.A)
h) Tes Obyektif bentuk multiple choice item model perbandingan kuantitatif
Pada model perbandingan kuantitatif ini, yang perlu ditanyakan kepada testee adalah
hafalan kuantitatif yang sifatnya fundamental dan dikemudian hari perlu hafal di luar kepala,
didalam profesinya tanpa melihat buku, daftar atau tabel.
Contoh:
Petunjuk:
Di bawah ini terdapat beberapa soal mengenai perbandingan.
Tulislah:
A. Jika (1) lebih besar daripada (1)
B. Jika (1) lebih kecil daripada (2)
C. Jika keduanya sama besar atau hamper sama besar.

Soal:
1. (1) Berat Jenis Bensin
(2) Berat Jenis Air
2. (1) Pulai Irian
(2) Pulau Kalimantan
(Kunci: 1.B 2.A)
i) Tes Obyektif bentuk multiple choice item Model pemakaian Gambar/diagram/grafik/peta
Pada tes objektif bentuk multiple choice item model ini, terdapat
gambar/diagram/grafik/peta yang diberi tanda huruf abjad A, B, C, D dan sebagainya. Kepada
testee ditanyakan tentang sifat/keadaan/hal-hal tertentu yang berhubungan dengan tanda-
tanda tersebut.
Contoh:
Di bawah ini adalah peta benua Afrika, dimana pada bagian Utara benua tersebut terdapat
beberapa Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Soal:
1. Republik Arab Mesir.
2. Aljazair.
3. Libya.
4. Marokko.
5. Tunisia.
(Kunci: 1.C 2.A 3.B 4.D 5.E)

Kelebihan Item Tes Pilihan Ganda


Dalam evaluasi pembelajaran, item tes pilihan ganda mempunyai beberapa kelebihan
yang secara ringkas dapat dicermati dalam uraian berikut:
1. Tes pilihan ganda memiliki karakteristik yang baik untuk suatu alat pengukur hasil belajar
siswa. Karakter yang baik tersebut yaitu lebih fleksibel dalam implementasi evaluasi dan
efektif untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan belajar mengajar.
2. Item tes pilihan ganda yang dikonstruksi dengan intensif dapat mencakup hampir seluruh
bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas.
3. Item tes pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur penguasaan informasi para siswa yang
hendak dievaluasi.
4. Item tes pilihan ganda dapat mengukur kemampuan intelektual atau kognitif, afektif, dan
psikomotorik siswa.
5. Dengan menggunakan kunci jawaban yang sudah disiapkan secara terpisah, jawaban siswa
dapat dikoreksi dengan lebih mudah.
6. Hasil jawaban siswa yang diperoleh dari tes pilihan ganda dapat dikoreksi bersama, baik oleh
guru maupun siswa dengan situasi yang lebih kondusif.
7. Item tes pilihan ganda yang sudah dibuat terpisah antara lembar soal dan lembar jawaban,
dapat dipakai secara berulang-ulang.

Kelemahan Item Tes Pilihan Ganda


Kesulitan yang sering dialami para guru kelas, berkaitan dengan mengonstruksi item tes
pilihan ganda adalah kesulitan dalam menyusun item tes yang mengandung pokok persoalan
dengan tepat, dan menyusun jawaban alternatif dengan memperhitungkan beberapa jawaban
menjebak (distracters) yang memungkinkan dipilih siswa.
Disamping kelemahan pokok seperti yang diuraikan di atas, item tes pilihan ganda masih
memerlukan perhatian seorang guru atau evaluator, diantaranya adalah kelemahan yang
berkaitan dengan beberapa hal berikut.
1. Konstruksi item tes pilihan lebih sulit serta membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan penyusunan item tes bentuk objektif lainnya.
2. Tidak semua guru senang menggunakan tes pilihan ganda untuk mengukur hasil
pembelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu, misalnya satu semester atau satu
kuartal.
3. Item tes pilihan ganda kurang dapat mengukur kecakapan siswa dalam mengorganisasi
materi hasil pembelajaran.
4. Item tes pilihan ganda memberi peluang pada siswa untuk menerka jawaban.

Syarat yang diperhatikan untuk menyusun tes objektif multiple choice, diantaranya:
a. Statement harus jelas merumuskan suatu masalah. Tentukanlah sebelumnya bahwa hanya ada
satu jawaban yang paling benar dan tepat.
b. Baik statement maupun option sedapat mungkin jangan merupakan suatu kalimat yang
terlalu panjang.
c. Hindarkanlah option yang tidak ada sangkut-pautnya satu sama lain. Dengan kata lain,
option (pilihan jawaban) hendaknya homogen.
Contoh yang salah:
1. Hasil perkebunan Provinsi Lampung adalah:
a. Karet b. lada c. terigu d. bawang

Contoh yang baik:


1. Hasil Perkebunan Lampung yang terbesar adalah:
a. Karet
b. Lada
c. Kelapa sawit
d. kopi

c. Matching Test (Menjodohkan)


Tes objektif bentuk matching sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes
mencari pasangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan dan tes mempertandingkan.
Tes objektif bentuk matching merupakan salah satu bentuk tes objektif dengan ciri-
ciri sebagai berikut:
a) Tes terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
b) Tugas testee adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia,
sehingga sesuai atau cocok atau merupakan pasangan, atau merupakan jodoh dari
pertanyaannya.
Jadi dalam tes objektif bentuk matching ini, disediakan dua kelompok bahan dan
testee harus mencari pasangan-pasangan yang sesuai antara yang terdapat pada kelompok
pertama dengan yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai dengan petunjuk yang diberikan
dalam tes tersebut.
Contoh 1:
Di bawah ini terdapat dua daftar, yaitu daftar I dan daftar II. Tiap-tiap kata pada daftar
I mempunyai pasangan yang terdapat pada daftar II. Tulislah hufur abjad yang terdapat pada
daftar II di atas titik yang terdapat pada daftar I
Nomor 1 adalah contoh mengenai cara mengerjakan soal-soal berikutnya:
Daftar I Daftar II
1. B Shalat sunnah yang dilaksanakan pada tiap malam A. Istisqa
bulan Ramadhan. B. Tarawih
2. . Shalat sunnah yang dilakukan sewaktu memasuki C. Rawatib
masjid. D. Mutlak
3. . Shalat sunnah yang tidak ditentukan waktu dan tidak E. Khauf
pula ditentukan bilangan rakaatnya. F. Istikharah
4. . Shalat yang dilakukan sewaktu dalam keadaan takut G. Dhuha
atau dalam keadaan bahaya. H. Tahajjud
5. . Shalat sunnah yang dilakukan untuk memohon I. Tahiyatul Masjid
petunjuk terhadap perbuatan atau pekerjaan yang akan
dilaksanakan, apakah baik atau buruk, sebab masih terjadi
keragu-raguan.
6. . . dan seterusnya .

Tes objektif bentuk matching ini memiliki beberapa kebaikan, diantaranya ialah:
a) Pembuatan mudah.
b) Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan objektif.
c) Apabila tes jenis ini dibuat dengan baik, maka faktor menebak praktis dapat dihilangkan.
d) Tes jenis ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal, misalnya:
- Antara problem dan penyelesaiannya.
- Antara teori dan penemunya.
- Antara sebab dan akibatnya.
- Antara singkatan dan kata-kata lengkapnya.
- Antara istilah dan definisinya.

Adapun segi-segi kelemahan yang dimiliki oleh tes objektif bentuk matching antara
lain ialah:
a) Matching test cenderung lebih banyak mengungkapkan aspek hafalan atau daya ingat saja.
b) Karena mudah disusun, maka tes jenis ini acapkali dijadikan pelarian bagi pengajar, yaitu
dipergunakan kalau pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain.
c) Karena jawaban yang pendek-pendek, maka tes jenis ini kurang baik untuk mengevaluasi
pengertian dan kemampuan membuat tafsiran (interpretasi).
d) Tanpa disengaja, dalam tes ini sering menyelinap atau masuk hal-hal yang sebenarnya kurang
perlu untuk di ujikan.

Beberapa bentuk praktis menyusun tes bentuk ini adalah:


1) Soal harus sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang terdapat dalam kurikulum.
2) Kelompok hanya premis-premis yang homogen dan jawaban-jawaban yang homogen.
3) Jumlah respon yang dijadikan jawaban hendaknya lebih banyak bila dibandingkan dengan
statemen yang dijadikan soal (premis), misalnya lebih dua atau tiga. Hal ini untuk
memperkecil kemungkinan peserta tes menjawab benar soal dengan cara menebak.
4) Statement yang menjadi jawaban hendaknya disusun dalam kalimat yang lebih pendek dan
ringkas yang diletakkan pada lajur sebelah kanan. Sebab peserta tes akan mengalami
kesukaran ketika harus menjodohkan bagian yang pendek dengan bagian yang lebih panjang.
5) Butir soal dan pilihan jawaban pada satu halaman yang sama.
6) Statement yang menjadi soal, diletakkan di sebelah kiri dengan diberi nomor arab, sedangkan
jawaban diletakkan di sebelah kanan dengan menggunakan abjad.
7) Dalam membuat petunjuk, jelaskan dasar yang digunakan untuk menjodohkan. Dalam soal
menjodohkan yang bersifat sederhana, dasar untuk menjodohkan mungkin sudah jelas.
Kendatipun demikian harus dijelaskan secara eksplisit pada petunjuk, sehingga tidak
menimbulkan keraguan pada peserta didik.
8) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
9) Menggunakan bahasan yang komunikatif, sehingga mudah dimengerti.
10) Karena kecilnya faktor terkaan dalam menjawab tes bentuk ini, nilai dihitung dari jumlah
jawab benar.

d. Rearrangemenr Exercise
Maksud bentuk tes ini adalah tes berupa rangkaian kalimat utuh dan benar, kemudian
diceraikan secara tidak beraturan, sehingga bentuk aslinya sulit dikenali, peserta didik
diminta menyusun kembali sesuai dengan urutan yang benar.
Tes bentuk ini dapat mengukur kemampuan berfikir logis peserta didik. Bentuk tes ini
banyak digunakan untuk mata pelajaran bahasa. Kesulitan adalah dalam menentukan topik
bahasan yang memiliki homogenitas yang baik.
Bentuk ini apabila diterapkan pada mata pelajaran bahasa tidak ada masalah yang
pokok. Tetapi jika digunakan dalam ilmu sosial seperti sejarah, geografi dan agama, problem
homogenitas tersebut muncul.
Contoh:
Petunjuk : susunlah kalimat yang bercerai ini menjadi kalimat sempurna!
Soal:
lillahi inna raajiun wa inna ilaihi
A B C D E

C. Ketepatan Penggunaan Tes Objektif


Tes hasil belajar bentuk objektif sebagai salah satu jenis tes hasil belajar, tepat
dipergunakan apabila tester berhadapan dengan kenyataan-kenyataan seperti disebutkan
berikut ini:
1) Peserta tes jumlahnya cukup banyak. Dengan jumlah testee yang cukup banyak itu, maka
penggunaan tes uraian menjadi kurang efektif dan efisien, terutama ditinjau dari segi waktu
yang dibutuhkan untuk mengoreksi hasilnya.
2) Penyusun tes (tester) telah memiliki kemampuan dan bekal pengalaman yang luas dalam
menyusun butir-butir soal tes objektif. Perlu disadari, bahwa menyusun butir-butir soal tes
objektif itu tidaklah semudah seperti menyusun tes uraian. Kesulitan pertama yang akan
ditemui oleh pembuat soal tes objektif ialah dalam menentukan model-model tes objektif
mana yang paling tepat dipergunakan dalam tes, yang kiranya sesuai dengan ciri-ciri yang
dimiliki oleh bahan pelajaran yang akan diteskan. Kesulitan lainnya yang tidak lebih ringan
ialah, dalam hal menyusun alternatif atau option (kemungkinan jawab) yang harus
dipasangkan pada setiap butir soal.
3) Penyusun tes memiliki waktu yang cukup longgar dalam mempersiapkan penyusunan butir-
butir tes objektif. Berbeda dengan tes uraian, maka butir-butir soal yang harus dibut dalam tes
objektif jumlahnya cukup banyak. Pada umumnya jumlah butir soal tes objektif itu tidak
kurang dari 40 butir dengan berbagai variasinya dan harus bersifat komprehensif. Karena itu
untuk dapat menyusun butr-butir soal tes objektif dengan karakteristik seperti itu, diperlukan
waktu yang cukup longgar. Adalah tidak mungkin bagi tester untuk membuat butir-butir soal
tes objektif dengan secara mendadak atau terburu-buru.
4) Penyusun tes merencanakan, bahwa butir-butir soal tes objektif itu tidak hanya akan
dipergunakan dalam satu kali tes, melainkan akan dipergunakan lagi pada kesempatan tes-tes
hasil belajar yang akan datang. Mengeluarkan lagi butir-butir soal tes objektif yang telah
dikeluarkan sebelumnya adalah tidak terlalu sulit. Sekalipun itemnya sama, tetapi dengan
mengubah letak kunci jawabannya saja misalnya, atau dengan merevisi susunan kalimat
soalnya, butir-butir soal tes objektif itu masih relevan dan cukup handal untuk dijadikan alat
pengukur hasil belajar.
5) Penyusun tes mempunyai keyakinan penuh bahwa dengan menggunakan butir-butir soal tes
objektif yang disusunnya itu, akan dapat dilakukan penganalisisan dalam rangka mengetahui
kualitas butir-butir itemnya, misalnya dari segi derajat kesukarannya, daya pembedanya dan
sebagainya.
6) Penyusun tes berkeyakinan bahwa dengan mengeluarkan butir-butir soal tes objektif, maka
prinsip objektivitas akan lebih mungkin untuk diwujudkan ketimbang menggunakan butir-
butir soal tes subjektif. Seperti diketahui, bagi tes objektif hanya ada dua kemungkinan
jawaban, yaitu Betul dan Salah; jadi tidak akan ada jawaban separoh betul, seperempat
betul, betul sepertiga, atau sebangsa itu. Hal ini membuka kemungkinan bagi penyusun tes
untuk dapat terhindar dari faktor-faktor subjektif yang kemungkinan dapat menyelinap masuk
ke dalam dirinya. Dengan demikian pengukuran dan penilaian hasil belajar akan dapat
berjalan dengan lebih sehat dan fair.

Membuat Evaluasi Bentuk Pilihan Ganda


(Multiple Choice Test)
Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum
lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan
jawaban benar yang telah disiapkan

1. Pilihan ganda biasa (melengkapi pilihan)


Bentuk ini merupakan suatu kalimat pernyataan yang belum lengkap dan diikuti
empat atau lima kemungkinan jawaban yang tepat dan melengkapi pernyataan
tersebut.

2. Hubungan antar hal (Sebab akibat)


Bentuk tes ini terdiri dari dua kalimat : satu kalimat pernyataan dan satu kalimat
alasan. Ditanyakan apakah pernyataan memiliki hubungan sebab akibat atau tidak
dengan alasan.

3. Analisa Kasus
Bentuk tes analisa kasus ini menghadapkan peserta pada satu masalah.

4. Membaca Diagram, atau table


Bentuk soal ini mirip dengan bentuk pilihan ganda biasa, hanya saja disertai dengan
tabel.

5. Asosiasi pilihan ganda


Bentuk soal ini sama dengan bentuk soal melengkapi pilihan, yakni suatu pernyataan
yang tidak lengkap yang diikuti dengan beberapa kemungkinan, hanya perbedaan
pada bentuk asosiasi pilihan ganda kemungkinan jawaban bisa lebih dari satu,
sedangkan melengkapi pilihan hanya satu yang paling tepat.

Petunjuk :
Pilih A jika (1), (2) dan (3) benar
Pilih B jika (1) dan (3) benar
Pilih C jika (2) dan (4) benar
Pilih D jika hanya (4) yang benar
Pilih E jika semuanya benar

Saran Pembuatan Soal Pilihan Ganda


a) Pernyataan dan pilihan merupakan suatu rangkaian kalimat
b) Hindari pilihan yang tidak ada kaitannya satu sama lain
c) Buat pilihan yang mirip dengan jawaban kunci
d) Letak kunci jawaban sebaiknya tidak selalu berada pada tempat (poin) yang sama
e) Hindari kaitan antara satu soal dengan soal lainnya

Cara Memberikan Skor

Tanpa Denda
Skor = Banyaknya jawaban yang benar

Dengan Denda

Anda mungkin juga menyukai