Contoh:
Format Penulisan Kisi-kisi Soal
Sekolah : .. Jumlah soal : .
Mata pelajaran : .. Bentuk soal : .
Kurikulum : .. Penyusun : .
Alokasi waktu : ..
No Standar Kompete Kls/smt Materi Indikator No soal
Kompete nsi Dasar pokok soal
nsi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tes merupakan seperangkat rangsangan yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang
menjadi dasar bagi penetapan skor angka. Langkah-langkah menyusun
tes, yaitu: Menentukan tujuan tes, analisis kurikulum, analisis buku
pelajaran, menentukan kisi-kisi. Ditinjau dari segi bentuk soalnya, tes
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tes hasil belajar bentuk
uraian dan tes hasil belajar bentuk objektif. Tes hasil belajar bentuk
objektif banyak macamnya, diantaranya: Tes benar-salah, pilihan ganda,
menjodohkan, dan isian.
Kisi-kisi soal adalah sebuah tabel analisis yang di dalamnya dimuat
rincian materi tes dan tingkah laku beserta proporsi yang dikehendaki
oleh tester, di mana pada tiap petak (sel) dari tabel tersebut diisi dengan
angka-angka yang menunjukkan banyaknya butir soal yang dikeluarkan
dalam tes hasil belajar bentuk objektif. Langkah-langkah untuk menyusun
kisi-kisi soal, yaitu: membuat tabel spesifikasi, menetapkan bentuk dan
model tes, menetapkan banyaknya butir-butir soal, dan langkah terakhir
penulisan soal.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami berisikan tentang Tabel Spesifikasi
(Kisi-kisi Soal). Makalah inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan
maupun target yang ingin dicapai. Adapun kiranya terdapat kritik, saran
maupun teguran digunakan sebagai penunjang pada makalah ini.
Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.
Daftar Pustaka
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara.
________________. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi
Aksara.
Aswar, Saifuddin. 2013. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran
Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
B. Uno, Hamzah dkk. 2013. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Matondang, Zulkifli. 2002. Evaluasi Pembelajaran. Medan: Unimed.
Mudjiono, Dimyati. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Pramana, I. Nyoman dkk. Evaluasi Pendidikan. Beta.
Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwanto, M. Ngalim. 2013. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sukardi, M. 2012. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta:
Bumi Aksara.
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk
Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
DALAM UJIAN
Wiwin Arbaini W
Abstrak
Fleksibilitas dan kualitas bentuk soal pilihan ganda dapat mengukur jenjang kemampuan yang lebih
kompleks dengan efektif, berbeda dengan soal obyektif lainnya yang hanya mampu mengukur jenjang
kemampuan pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi saja. Soal pilihan ganda sering digunakan dalam
pengukuran pada skala besar dan standar nasional, baik pada lembaga pendidikan maupun bukan lembaga
pendidikan yang sifatnya kompetitif. Seperti: UAN, UMPTN, dan pada kegiatan tes lainnya. Dengan adanya
kritik tajam terhadap soal pilihan ganda yang tidak memenuhi syarat sebagai tes yang baik, maka suatu
keharusan dilakukan upaya pembenahan dimulai dari penulisan soal hingga penganalisisan soal. Terdapat
delapan variasi pokok yang popular soal pilihan ganda: 1) jawaban benar, 2) jawaban paling tepat, 3)
pernyataan tak lengkap, 4) negatif, 5) analisis konteks, 6) alternative tak lengkap, 7) kombinasi, 8) kompleks.
Beberapa keunggulan dan keterbatasan soal pilihan ganda, keunggulannya: cocok untuk mengukur ruang
lingkup yang luas dan beragam secara komprehensif, mengukur semua jenjang kemampuan menurut
taksonomi Bloom, dapat disusun yang reliabilitasnya memadai, karena jumlah soal yang cukup banyak, dapat
disekor dengan mudah dan cepat, baik dengan mesin maupun secara manual. Keterbatasannya: dalam
menulis soal bentuk pilihan ganda yang baik tidaklah mudah, terutama dalam hal menyediakan pengecoh
(distraktor) yang berfungsi, maka ada kecenderungan penulis soal hanya menulis soal-soal yang mengukur
jenjang yang rendah pada taksonomi Bloom, kurang mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya,
dan siswa akan sangat dibatasi dalam pengembangan ide-ide baru, kemampuan berbahasa, menampilkan
berbagai pengetahuan yang dimilikinya, bahkan kreativitasnya. Untuk memenuhi syarat tes yang baik,
dilakukan analisis soal dengan tujuan mengadakan identifikasi butir soal yang baik, kurang baik, dan butir
soal jelek, sehingga dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk
mengadakan perbaikan. Pada tulisan ini dikemukakan cara analisis yang dianggap paling sederhana yaitu
tanpa menggunakan rumus, kalkulator bahkan tanpa peralatan computer, analisis cukup dengan membuat
table dan grafik, mengacu pada konsep bahwa soal yang baik adalah soal yang mampu membedakan
kelompok atas dan kelompok bawah.
Kata kunci: soal pilihan ganda, syarat tes yang baik, variasi soal, keunggulan dan keterbatasan,
analisis soal.
PENDAHULUAN
Peranan bentuk soal pilihan ganda (Multiple Choice Test) di Indonesia makin
besar. Beberapa lembaga pendidikan sepertinya sebagian besar evaluasi hasil belajar
dilakukan melalui penerapan tes berbentuk soal pilihan ganda. Demikian pula upaya
untuk mengungkapkan potensi atau kemampuan belajar siswa juga dilakukan dengan
menerapkan alat uji yang berbentuk soal pilihan ganda. Dewasa ini dalam kegiatan-
kegiatan berskala besar, seperti Ujian Nasional (UN), Ujian Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (UMPTN), ujian saringan calon mahasiswa program Pasca Sarjana, seleksi calon
penerima beasiswa belajar keluar negeri, seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil,
dilaksanakan hampir seluruhnya dengan menerapkan tes yang berbentuk soal pilihan
ganda.
Dalam tulisan ini akan dikemukakan secara ringkas berbagai variasi bentuk soal
pilihan ganda beserta contoh-contohnya. Selanjutnya akan dikemukakan pula
keunggulan dan keterbatasan bentuk soal pilihan ganda dalam penerapannya untuk
ujian, dan penulis sajikan juga cara sederhana dalam menganalisis bentuk soal pilihan
ganda, dengan tujuan agar soal yang digunakan betul-betul soal yang berkualitas yang
valid (sahih), handal, mampu mengukur apa yang hendak diukur dalam penilaian
tersebut.
Tes Obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
obyektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes
bentuk essay. Dalam penggunaan tes obyektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih
banyak daripada tes essay. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit
dapat diberikan 30-40 buah soal.
Berbeda dengan soal-soal obyektif lainnya yang hanya mampu mengukur jenjang
kemampuan pengetahuan, pemaham-an, aplikasi. Soal pilihan ganda ini dapat mengukur
jenjang kemampuan yang lebih komplek. Fleksibilitas dan kualitas soal mampu
mengukur jenjang kemampuan yang lebih komplek dengan efektif, karena itu sering
digunakan untuk pengukuran dengan standar nasional.
Multiple Choice Test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang
suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu
dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Multiple choice test atau
soal bentuk pilihan ganda pada dasarnya terdiri dari dua bagian; yaitu batang tubuh soal
(stem), yang berupa pertanyaan pengantar atau pernyataan tidak lengkap, dan dua atau
lebih kemungkinan jawaban atau alternative (option). Secara teknis jawaban yang benar
disebut jawaban atau kunci jawaban (key) dan yang lainnya disebut jawaban disebut
pengecoh (penggoda, penyesat, pengganggu) di dalam bahasa Inggris disebut dis-
tractors.
Soal bentuk pilihan ganda jenis ini menuntut peng-ambil tes untuk memahami
seluruh konteks soal yang biasa-nya mempunyai format formal, kemudian
mengambil kesim-pulan darinya. Contoh: analisis cukup dengan membuat table dan
grafik, mengacu pada konsep bahwa soal yang baik adalah soal yang mampu
membedakan kelompok atas dan kelompok bawah.
1. Barang siapa tidak kehilangan sesuatu, dia masih mempunyai sesuatu itu.
Si Ani tidak kehilangan tahi lalat. Jadi, si Ani masih mempunyai tahi lalat
A. Benar
Jawaban = E
A. A sampai E
B. F sampai J
C. K sampai O
D. P sampai T
E. U sampai Z.
Jawaban = D (Plato),
Contoh lain:
2. Apabila anda menghitung akar 26, angka berapakah yang terdapat pada
decimal kedua?
A. 5
B. 6
C. 7
D. 8
E. 9.
c. Jenis Kombinasi
Bentuk soal pilihan-ganda jenis kombinasi ini terdiri dari batang tubuh soal
diikuti oleh sejumlah kemungkinan jawaban di antaranya satu atau lebih benar.
Contoh:
PETUNJUK
Jawaban = A
d. Jenis Kompleks
PETUNJUK
Untuk soal-soal berikut setiap sol terdiri dari tiga bagian, yaitu: PERNYATAAN, kata
SEBAB, dan ALASAN, yang disusun berurutan. Pilihlah:
B. Jika pernyataan betul dan alasan betul, tetapi ke-duanya tidak menunjukkan
hubungan sebab-aki-bat.
SEBAB
Para sarjana Indonesia tidak mendapat pendidikan me-ngenai bagaimana caranya
meneliti.
Jawaban = C
Kiranya jelas bahwa satu soal pilihan ganda jenis kompleks ini sebenarnya terdiri
atas beberapa soal yang terjalin menjadi satu. Untuk dapat menjawabnya dituntut
berfungsinya beberapa jenjang kompetensi sekaligus. Kedelapan macam/jenis bentuk
soal pilihan ganda yang telah disajikan di atas adalah jenis-jenis yang pokok. Para
penulis soal dapat memperkayanya dengan variasi lain.
Cara Mengolah Skor Tes Bentuk Pilihan Ganda
Untuk mengolah skor dalam tes bentuk pilihan ganda ini digunakan 2 macam
rumus:
W
S = R -----------
01
S = skor yang diperoleh (Raw Score)
O = banyaknya option
1 = bilangan tetap
Contoh: murid menjawab betul 17 soal dari 20 soal. Soal bentuk multiple choice
ini dengan menggunakan option sebanyak 4 buah.
3
Skor = 17 ------- = 16
41
b) Tanpa denda, dengan rumus: S = R
Ada sejumlah issue yang telah dijadikan bahan kajian oleh para ahli di bidang
pengukuran psikologis. Beberapa issue akan dikemukakan di sini, sekedar untuk
ilustrasi.
Response Biases
Tidak ada usaha guru yang lebih baik selain usaha untuk selalu meningkatkan
mutu tes yang disusunnya. Namun hal ini tidak dilaksanakan karena kecenderungan
seseorang untuk ber-anggapan bahwa yang menjadi hasil karyanya adalah yang terbaik,
atau setidak-tidaknya sudah cukup baik.
Tabel 1. Berisi data peserta tes yang disusun berdasarkan urutan subyeknya.
SUBYEK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1
0 1 2
S 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1
O 2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0
A 3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0
L 4 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0
5 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0
6 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0
7 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0
8 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0
9 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
6 7 3 4 5 4 5 6 9 7 8 2
Artinya data dapat diurutkan berdasarkan absensi kelas atau nomor tes. Baris
paling atas adalah nomor subjek. Kolom paling kiri adalah nomor soal
Tabel 2. Berisi data peserta tes, tetapi telah diurutkan skor perolehannya. Dari kecil ke besar. Kemudian di bagi
menjadi tiga kelompok: KA (kelompok atas), KS (Kelompok sedang), dan KB (Kelombok Bawah)
S U B J E K ----------------------
< kel bawah < kel sedang < kel atas >
> >
1 3 4 6 5 7 8 1 2 1 1 1 Total
2 0 1 2
S 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 7
O 2 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9
A 3 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
L 4 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6
5 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 4
6 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7
7 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9
8 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 4
9 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 7
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
Total 2 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 9
5
2,5
4
2
Y 3 KA Y 1,5 K KA
2
1 KB
0 1
XX
1 1 11 0100 0111
3 KB
2 KA
Jika kita ingin melakukan analisis soal dengan lebih teliti, dapat pula dimasukkan
kelompok tengah/sedang (KS), lihat diagram balok di bawah ini.
5
4
K
3 A
K
2 S
K
1 B
XX
2,5
K K K
1,5 B S A
Y Y 3 KB
1
2 KA
0,5
1 KS
0
0
Bila soal yang kita buat mempunyai pola seperti gambar 5 di bawah ini maka soal
tersebut mempunyai diskriminasi yang positif, mampu membedakan siswa yang
berkemampuan rendah dan berkemampuan tinggi. Bila polanya seperti gambar 1, 2, 3,
dan 4 pada gambar di bawah ini maka soal tersebut merupakan soal yang tidak baik.
Soal no.6 dan soal no.7 tidaklah merupakan soal yang jelek, namun soal ini masih perlu
dipertimbangkan untuk dipakai. Soal no.6 tidak dapat membedakan KB dan KS, namun
dapat membedakan KB bersama KS dan KA. Soal no.7 dapat membedakan KB dengan KS
dan KA, namun tidak dapat membedakan KS dengan KA.
Soal dengan pola respon 5, menandakan soal tersebut mampu membedakan KB,
KS dan KA. Jumlah yang menjawab benar pada KA lebih banyak dari KS dan KB. Soal
demikian ini dapat dikatakan sebagai soal yang baik.
Soal yang mempunyai pola respon 1, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
jumlah respon baik pada KA, KS, dan KB. Soal demikian tidak memberikan informasi.
Dengan kata lain soal ini tidak mampu memberikan informasi perbedaan KA, KS, dan KB.
Soal demikian dikategorikan soal yang tidak baik.
Soal yang mempunyai pola respon 2, menunjukkan KB mencapai skor yang lebih
banyak dibandingkan KS. KS mencapai skor lebih banyak dari KA. Soal ini menyalahi
aturan bahwa kelompok atas harus mempunyai jumlah jawaban yang benar lebih banyak
dari KB. Dengan demikian soal dengan pola 2 dikatakan soal jelek.
Soal yang mempunyai pola respon 3, merupakan soal yang tidak baik, terlihat
bahwa KS lebih tinggi skornya dibandingkan KA dan KB, soal demikian tersebut tidak
stabil. Demikian juga soal dengan pola 4 adalah soal yang tidak baik, terlihat bahwa KS
lebih rendah dari KB dan KA, soal demikian tidak stabil.
Soal yang mempunyai pola respon 5 merupakan soal yang terbaik, KA lebih tinggi
dari KS dan KB dan jumlah skornya sama.
Untuk soal no.6, sekalipun soal ini tidak sesmpurna pola 5, tetapi sudah mampu
membedakan KB, KS, dan KA. Dengan demikian soal masih dapat diterima. Demikian
pula pola soal no.7, sekalipun soal tersebut tidak dapat membedakan KA dan KS tetapi
masih mampu membedakan KB dan KA.
Gambar/Pola 1
DITOLAK
Gambar/Pola 2
DITOLAK
Gambar/Pola 3
DITOLAK
Gambar/Pola 4
DITOLAK
Gambar/Pola 5
DITERIMA
Gambar 6
DITERIMA/DITOLAK
Gambar/Pola 7
DITERIMA/DITOLAK
Dengan menggunakan model pola kita dapat menetapkan suatu pola diterima
atau ditolak berdasarkan bentuk pola, berikut:
Contoh Soal:
Soal demikian sesuai dengan pola 5 maka soal ini diterima. Dengan demikian bila
ingin menganalisis soal, kita cukup membuat garis- yang menggambarkan respon KB,
KS, dan KA. Langkah selanjutnya untuk menerima atau menolak soal adalah dengan
mencocokkannya dengan 7 pola di atas.
Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa soal bentuk pilihan ganda
telah mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1960-an. Namun sepanjang pengamatan
penulis pengenal-an masyarakat, juga masyarakat pendidik, terhadapnya masih sangat
dangkal. Kiranya masih banyak hal yang perlu dilakukan guna memanfaatkan secara
optimal soal-soal bentuk pilihan ganda itu.
Berbagai variasi soal pilihan ganda yang pokok dan popular antara lain: 1)
jawaban benar, 2) jawaban paling tepat, 3) pernyataan tak lengkap, 4) negatif, 5)
analisis konteks, 6) alternative tak lengkap, 7) kombinasi, 8) kompleks. Para penulis soal
dapat memperkaya dengan variasi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, L.R. (1982). Writing Multiple Choice Items to Measure High Order Educational
Objectives. Educational and Psychological Measurement, 42, 803-806.
Nofijanti, L. dkk..(2008). Evaluasi Pembelajaran edisi pertama paket 1-14. Lapis PGMI:
Learning Assistance Program for Islamic Schools.
Straton, R.G.(1980). A Comparison of Two, Three, and Four Choice Items Test Given a
Fixed Total Number of Choices. Educational and Psycological Measurement, 40,
357-365.
Suryabrata, S.(1987). Pengembangan Tes Hasil Belajar. Jakarta: Rajawali.
Seperti dapat diperiksa pada dua contoh di atas, maka tes objektif bentuk multiple
choice item terdiri atas dua bagian, yaitu:
a) Item atau soal, yang dapat berbentuk pertanyaan dan dapat pula berbentuk pernyataan.
b) Option atau alternatif, yaitu kemungkinan-kemungkinan jawab yang dapat dipilih oleh testee.
Option atau alternatif ini terdiri atas dua bagian, yaitu:
(1) Satu jawaban betul, yang biasa disebut kunci jawaban.
(2) Beberapa pengecoh atau distractor, yang jumlahnya berkisar antara dua sampai lima buah.
Dalam perkembangannya, sampai saat ini tes objektif bentuk multiple choice item
dapat dibedakan menjadi sembilan model, yaitu:
a) Model melengkapi lima pilihan
b) Model asosiasi dengan lima atau empat pilihan
c) Model melengkapi berganda
d) Model analisis hubungan antar hal
e) Model analisis kasus
f) Model hal kecuali
g) Model hubungan dinamik
h) Model pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar.
a) Tes objektif bentuk multiple choice item model melengkapi lima pilihan
Tes objektif bentuk multiple choice item model melengkapi lima pilihan ini pada
umumnya terdiri atas: kalimat pokok (=item) yang berupa pernyataan yang belum lengkap,
diikuti oleh lima kemungkinan jawab (alternatif) yang dapat melengkapi pernyataan tersebut.
Tugas testee disini ialah: memilih salah satu diantara lima kemungkinan jawab tersebut, yang
menurut keyakinan testee adalah paling tepat (=merupakan jawaban yang benar).
Dengan demikian, pada tes objektif bentuk multiple choice item model melengkapi lima
pilihan ini, hanya akan kita jumpai satu jawaban yang benar.
Contoh 1:
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan jalan membubuhkan tanda silang (X) pada
huruf abjad A, B, C,D atau E.
1. Daulah Bani Abbasiyah mencapai puncak kejayaan atau zaman keemasan pada masa
pemerintahan
A. Umar bin Abdul Aziz
B. Utsman bin Affan
C. Yazid bin Muawiyah
D. Harun al-Rasyid
E. Al-Mamun (Kunci: D)
2. Sedangkan Daulah Bani Umayah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan
A. Ali bin Abi Thalib
B. Umar bin Khaththab
C. Muawiyah bin Abi Sofyan
D. Al-Mutashim
E. Khalid bin Walid (Kunci: C)
b) Tes Obyektif bentuk multiple choice item model asosiasi dengan lima atau empat pilihan
Tes Obyektif bentuk multiple choice item model asosiasi dengan lima atau empat pilihan
ini terdiri dari lima atau empat judul/istilah/ pengertian, yang diberi tanda huruf abjad
didepannya, dan diikuti oleh beberapa pernyataan yang diberi nomor urut didepannya. Untuk
tiap pernyataan tersebut testee diminta memilih salah satu judul/istilah/ pengertian yang
berhuruf abjad, yang menurut keyakinan testee adalah paling cocok (paling benar).
Contoh 1: Model Asosiasi dengan Lima Pilihan
Untuk butir soal nomor 1 sampai dengan 5 berikut ini, cocokkanlah istilah yang terdapat
di belakang huruf abjad, dengan pernyataan yang terdapat pada masing-masing soal:
A. Dzalim B. Fasiq C. Kafir D. Murtad E. Riya
Soal:
1. Orang yang tidak mengakui adanya Allah.
2. Orang yang menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.
3. Orang yang keluar dari agama Islam.
4. Orang yang tahu aturan dan kewajiban, tetapi tidak mau melakukannya.
5. Suka pamer dan ingin dipuji orang.
Soal:
1. Hal-hal yang termasuk perbuatan thaharah adalah:
(1) Mandi
(2) Berwudhlu
(3) Menghilangkan najis
(4) Membaca doa iftitah
2. Nabu Muhammad SAW adalah Nabi terakhir, beliau adalah:
(1) Keturunan suku Quraisy
(2) Ibunya bernama Aminah
(3) Ayahnya bernama Abdullah
(4) Ayahnya wafat ketika beliau masih berada dalam kandungan
3. Haji Wada adalah haji yang dikerjakan
(1) Oleh semua ummat Islam
(2) Khusus oleh Nabi Muhammad SAW
(3) Sepuluh tahun sebelum Nabi wafat
(4) Setahun sebelum bulan haji berikutnya
d) Tes Obyektif bentuk multiple choice item model analisis hubungan antar hal
Tes Obyektif bentuk multiple choice item biasanya terdiri atas satu kalimat pernyataan
yang diikuti oleh satu kalimat keterangan. Kepada testee ditanyakan, apakah pernyataan itu
betul, dan apakah keterangan itu juga betul. Jika pernyataan dan keterangan itu betul, testee
harus memikirkan, apakah pernyataan itu disebabkan oleh keterangan yang diberikan,
ataukah pernyataan itu tidak disebabkan oleh keterangan tersebut?
Contoh:
Soal nomor 1 sampai dengan 3 berikut ini terdiri atas tiga bagian, yakni: Pernyataan,
Sebab dan Alasan, yang disusun secara berurutan.
Pilihlah:
A. Jika Pernyataan BETUL, Alasan BETUL dan keduanya menunjukkan HUBUNGAN SEBAB
AKIBAT.
B. Jika Pernyataan BETUL, Alasan BETUL, tetapi keduanya TIDAK MENUNJUKKAN
HUBUNGAN SEBAB AKIBAT.
C. Jika Pernyataan BETUL dan Alasan SALAH
D. Jika Pernyataan SALAH dan Alasan BETUL.
E. Jika Pernyataan SALAH dan Alasan Salah.
Soal:
1. Diantara syarat-syarat wajib haji adalah Islam.
SEBAB
Tidak wajib bahkan tidak akan sah jika haji orang kafir.
2. Seseorang akan berangkat menunaikan ibadah haji, tiba-tiba menderita sakit berat sehingga
tidak mungkin melaksanakan ibadah haji tersebut, dan karena itu gugurlah kewajiban
menunaikan ibadah hajinya untuk selama-lamanya.
SEBAB
Kewajiban menunaikan ibadah haji bagi orang Islam hanya satu kali dalam seumur hidupnya.
3. Nabi Muhammad SAW itu bersifat mashum atau terhindar dari dosa.
SEBAB
Dosa seseorang itu akan ditanggung sendiri oleh yang bersangkutan.
Soal:
1. (1) Berat Jenis Bensin
(2) Berat Jenis Air
2. (1) Pulai Irian
(2) Pulau Kalimantan
(Kunci: 1.B 2.A)
i) Tes Obyektif bentuk multiple choice item Model pemakaian Gambar/diagram/grafik/peta
Pada tes objektif bentuk multiple choice item model ini, terdapat
gambar/diagram/grafik/peta yang diberi tanda huruf abjad A, B, C, D dan sebagainya. Kepada
testee ditanyakan tentang sifat/keadaan/hal-hal tertentu yang berhubungan dengan tanda-
tanda tersebut.
Contoh:
Di bawah ini adalah peta benua Afrika, dimana pada bagian Utara benua tersebut terdapat
beberapa Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Soal:
1. Republik Arab Mesir.
2. Aljazair.
3. Libya.
4. Marokko.
5. Tunisia.
(Kunci: 1.C 2.A 3.B 4.D 5.E)
Syarat yang diperhatikan untuk menyusun tes objektif multiple choice, diantaranya:
a. Statement harus jelas merumuskan suatu masalah. Tentukanlah sebelumnya bahwa hanya ada
satu jawaban yang paling benar dan tepat.
b. Baik statement maupun option sedapat mungkin jangan merupakan suatu kalimat yang
terlalu panjang.
c. Hindarkanlah option yang tidak ada sangkut-pautnya satu sama lain. Dengan kata lain,
option (pilihan jawaban) hendaknya homogen.
Contoh yang salah:
1. Hasil perkebunan Provinsi Lampung adalah:
a. Karet b. lada c. terigu d. bawang
Tes objektif bentuk matching ini memiliki beberapa kebaikan, diantaranya ialah:
a) Pembuatan mudah.
b) Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan objektif.
c) Apabila tes jenis ini dibuat dengan baik, maka faktor menebak praktis dapat dihilangkan.
d) Tes jenis ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal, misalnya:
- Antara problem dan penyelesaiannya.
- Antara teori dan penemunya.
- Antara sebab dan akibatnya.
- Antara singkatan dan kata-kata lengkapnya.
- Antara istilah dan definisinya.
Adapun segi-segi kelemahan yang dimiliki oleh tes objektif bentuk matching antara
lain ialah:
a) Matching test cenderung lebih banyak mengungkapkan aspek hafalan atau daya ingat saja.
b) Karena mudah disusun, maka tes jenis ini acapkali dijadikan pelarian bagi pengajar, yaitu
dipergunakan kalau pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain.
c) Karena jawaban yang pendek-pendek, maka tes jenis ini kurang baik untuk mengevaluasi
pengertian dan kemampuan membuat tafsiran (interpretasi).
d) Tanpa disengaja, dalam tes ini sering menyelinap atau masuk hal-hal yang sebenarnya kurang
perlu untuk di ujikan.
d. Rearrangemenr Exercise
Maksud bentuk tes ini adalah tes berupa rangkaian kalimat utuh dan benar, kemudian
diceraikan secara tidak beraturan, sehingga bentuk aslinya sulit dikenali, peserta didik
diminta menyusun kembali sesuai dengan urutan yang benar.
Tes bentuk ini dapat mengukur kemampuan berfikir logis peserta didik. Bentuk tes ini
banyak digunakan untuk mata pelajaran bahasa. Kesulitan adalah dalam menentukan topik
bahasan yang memiliki homogenitas yang baik.
Bentuk ini apabila diterapkan pada mata pelajaran bahasa tidak ada masalah yang
pokok. Tetapi jika digunakan dalam ilmu sosial seperti sejarah, geografi dan agama, problem
homogenitas tersebut muncul.
Contoh:
Petunjuk : susunlah kalimat yang bercerai ini menjadi kalimat sempurna!
Soal:
lillahi inna raajiun wa inna ilaihi
A B C D E
3. Analisa Kasus
Bentuk tes analisa kasus ini menghadapkan peserta pada satu masalah.
Petunjuk :
Pilih A jika (1), (2) dan (3) benar
Pilih B jika (1) dan (3) benar
Pilih C jika (2) dan (4) benar
Pilih D jika hanya (4) yang benar
Pilih E jika semuanya benar
Tanpa Denda
Skor = Banyaknya jawaban yang benar
Dengan Denda