BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat diarahkan untuk dapat hidup sehat yang optimal hal tersebut
dimaksudkan dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang diselenggarakan
dengan menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya
kesehatan tersebut harus dilakukan bersama antara pemerintah, swasta dan
masyarakat secara serasi dan seimbang.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
LANDASAN TEORI
Definisi Ekstrak
Ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif dari tanaman
menggunakan pelarut, tetapi pelarutnya diuapkan kembali sehingga zat aktif
ekstrak menjadi pekat. Bnetuknya dapat kental atau kering tergantung apakah
sebagian aja pelarut yang diuapkan atau seluruhnya.
Berdasarkan konsistensinya :
1. Ekstrak cair : Ekstrak cair, tingtur, maserat minyak (Extracta Fluida (Liquida)
2. Semi solid : Ekstrak kental (Extracta spissa)
3. Kering : Ekstrak kering (Extracta sicca)
Ekstrak punya 3 bentuk fisik, yaitu cairan, setengah padat/ kental dan serbuk
kering.
Untuk ekstrak cair bisa dibuat dengan menyari simplisia dengan pelarut tanpa
pelarutnya diaupkan, atau menambahkan sjumlah pelarut ke dalam ekstrak kental
sehingga ekstrak tersebut jadi cair. Yang pertama biasanya dinamakan tingtur,
yang kedua disebut ekstrak cair.
Berdasarkan komposisi :
1. Ekstrak alami, ekstrak murni
sediaan obat herbal alami
(Native Herbal Drugs Preparation) kering (sicca), berminyak (oleoresin).
Tidak mengandung solvent (air, etanol), eksipien (maltodekstrin, laktosa,
sakarosa)
2. Ekstrak non
alami
sediaan ekstrak herbal, sediaan ekstrak (Non native Herbal Drugs
Preparation). Ekstrak non alami dapat berbentuk :extracta spissa (campuran
gliserin, propilenglikol); extracta sicca (maltodekstrin, laktosa); extracta fluida,
tingtur (tinctura), (air, etanol); sediaan cair non alkohol (gliserin, air) ; dan
maserat berminyak.
Ekstrak juga berdasarkan komposisi yang ada di dalamnya dibagi menjadi ekstrak
murni dan sediaan ekstrak. Disebut ekstrak murni apabila ekstraknya tidak
mengandung pelarut maupun bahan tambahan lainnya. Ekstrak seperti ini
biasanya merupakan produk antara, bersifat higroskopis dan memerlukan proses
selanjutnya untuk menjadi sediaan ekstrak.
Ekstrak non alami atau sediaan ekstrak herbal merupakan pengolahan lebih lanjut
dari ekstrak murni, untuk dibuat sediaan ekstrak, baik kental maupun serbuk
kering untuk selanjutnya dibuat sediaan obat seperti kapsul, tablet, cairan dan
lain-lainnya.
2. Quantified
extract merupakan
ekstrak yang diperoleh dengan mengatur kadar senyawa yang diketahui berperan
dalam menimbulkan khasiat farmakologi/klinis dengan tujuan agar khasiatnya
sama.
Quantified extract memiliki kandungan senyawa dengan aktifitas yang diketahui,
tetapi senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas tidak diketahui.
3. Other
extract
merupakan ekstrak yang diperoleh dengan mengatur proses produksi (keadaan
simplisia, pelarut, kondisi/cara ekstraksi) serta spesifikasinya.
Pada other extract kandungan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktifitas
tidak diketahui (belum diketahui senyawa yang bertanggung jawab menimbulkan
efek farmakologi)
Contoh :
Cratageus Herba dan Passiflora incarnata
Menurut Farmakope Eropa, ada tiga tipe ekstrak yaitu ekstrak tipe A
(Standardized extracts), tipe B (Quantified extracts), dan tipe C (Other extracts).
Pembuatan Ekstrak
Secara garis besar, tahapan pembuatan ekstrak yaitu pembuatan serbuk simplisia,
pemilihan pelarut atau cairan penyari, proses ekstraksi atau pemilihan cara
ekstraksi, separasi dan pemurnian, penguapan atau pemekatan, pengeringan
ekstrak dan penentuan rendemen ekstrak.
6. Pengeringan ekstrak
Pengeringan ekstrak umumnya dilakukan untuk membuat sediaan padat seperti
tablet, kapsul, pil dan sediaan padat lainnya. Pengeringan ekstrak dapat dilakukan
dengan penambahan bahan tambahan (non-native herbal drug preparation) atau
tanpa penambahan bahan tambahan (native herbal drug preparation).
Ekstrak Campuran
Pembuatan obat tradisional dapat dilakukan dengan menggunakan ekstrak tunggal
maupun ekstrak campuran. Ada dua pendekatan pada pembuatan ekstrak
campuran yaitu mixed extracts dan mixtures of extracts.
Mixed extracts
merupakan ekstrak yang dibuat dengan menggunakan satu
pelarut yang dianggap optimal untuk mengekstraksi campuran simplisia yang
akan dibuat ekstrak dan hasil yang diperoleh langsung sebagai ekstrak campuran.
Cara seperti ini lebih unggul dalam hal efisiensi waktu, tenaga dan peralatan.
Standardisasi Ekstrak
Standardisasi ekstrak merupakan proses pengaturan sejumlah tertentu senyawa
aktif atau golongan senyawa tertentu yang diketahui aktifitas terapeutiknya dalam
ekstrak dengan cara menambahkan bahan tambahan atau mencampur sediaan
ekstrak yang satu dengan lainnya.
1. Ekstrak yang diproduksi dengan proses produksi dan cara ekstraksi sesuai
kondisi yang telah ditetapkan.
Standardisasi dilakukan dengan memastikan konsistensi dari setiap bets produksi,
kemudian dilakukan uji klinis terhadap ekstrak, sehingga diperoleh data klinis
khasiat dan keamanannya.
Contoh ekstrak dengan standardisasi sepeerti ini yaitu Ginkgo biloba, Hypericum
perforatum dan serenoa repens.
Standardisasi terhadap ekstrak secara keseluruhan dilakukan apabila ekstrak telah
terbukti secara klinis. Pembuktian klinis terhadap khasiat dan keamanan ekstrak
kemudian ditetapkan dan proses standardisasi dilakukan berdasarkan hal tersebut.
2. Ekstrak yang telah atau belum terbukti efektif secara klinis, dimana
standardisasi dilakukan terhadap potensi keseluruhan ekstrak.
Hal ini hanya dapat dilakukan apabila terdapat bukti nyata ada hubungan antara
golongan zat kimia yang dipilih untuk standardisasi dengan aktivitas farmakologi
tanaman.
Contoh ekstrak tipe ini yaitu Coleus forskohlii, Matricaria chamomilla, Salix sp,
dan derivat salisilat.
Selain dari cara pembuatan di atas, bisa juga di lakukan dengan cara :
Ekstraksi yaitu kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Prinsip ekstraksi :
Penyarian :
Penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi atau
penyeduhan dengan air mendidih.
Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi atau
perkolasi.
Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi.
1. Maserasi
Suling atau uapkan maserat pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C
hingga konsistensi yang dikehendaki.
2. Perkolasi
Perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam biarkan cairan menetes, tuangi
massa dengan cairan penyari hingga jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir
diuapkan tidak meninggalkan sisa. Perkolat disuling atau diuapkan dengan
tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsistensi yang
dikehendaki
Pada pembuatan ekstrak cair 0,8 bagian perkolat pertama dipisahkan, perkolat
selanjutnya diuapkan hingga 0,2 bagian campur dengan perkolat pertama.
Pembuatan ekstrak cair dengan penyari etanol dapat juga dilakukan dengan cara
reperkolasi tanpa menggunakan panas.
Ekstrak yang diperoleh dengan penyari air hangatkan segera pada suhu kurang
lebih 90 0C, enapkan, serkai. Uapkan serkaian pada takanan rendah pada suhu
tidak lebih dari 50 0C hingga bobotnya sama dengan bobot simplisia yang
digunakan.
Enapkan di tempat sejuk selama 24 jam, serkai, uapkan pada tekanan rendah pada
suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsentrasi yang dikehendaki.
Untuk ekstrak kering dan kental perkolat disuling atau diupkan dengan tekanan
rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki.
Hal Yang Mempengaruhi Mutu Ekstrak
Faktor yang berpengaruh terhadap mutu ekstrak secara garis besar ada dua, yaitu
faktor biologi dan faktor kimia.
1. Faktor biologi
Faktor biologi yang mempengaruhi mutu ekstrak berhubungan dengan bahan baku
simplisia yang digunakan. Hal-hal yang berpengaruh antara lain : identitas jenis
(species), lokasi tumbuhan asal, periode pemanenan hasil tumbuhan,
penyimpanan bahan tumbuhan
a. Identitas jenis (species)
b. Lokasi tumbuhan asal
c. Periode pemanenan hasil tumbuhan
d. Penyimpanan bahan tumbuhan
e. Umur tumbuhan dan bagian yang digunakan
2. Faktor kimia
a. Faktor internal
1) Jenis senyawa aktif dalam bahan
2) Komposisi kualitatif senyawa aktif
3) Komposisi kuantitatif senyawa aktif
4) Kadar total rata-rata senyawa aktif
b. Faktor eksternal
1) Metode ekstraksi
2) Perbandingan ukuran alat ekstraksi
3) Ukuran, kekerasan dan kekeringan bahan
4) Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi
5) Kandungan logam berat
6) Kandungan pestisida
I. dentitas ekstrak
Contoh:
Ekstrak kental Rimpang temulawak (Extractum Curcumae Xanthorrhizae
Rhizomae Spsissum).
Ekstrak kental rimpang temulawak adalah ekstrak yang dibuat dari rimpang
tumbuhan Curcuma xanthorrhiza Roxb., suku Zingiberaceae.
2. Organoleptik ekstrak
Pemerian ekstrak yaitu bentuk, warna, bau, dan rasa.
3. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
Kandungan kimia, kurkumin, desmetoksikurkumin, minyak atsiri dengan
kandungan utama xanthorizol dan oleoresin
Contoh-contoh Ekstrak
1. Ekstrak Belladonae
Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati beras atau laktosa, keringkan pada
suhu tidak lebih dari 30 0C, tambahkan sejumlah pati beras atau laktosa hingga
tepat 3 bagian. Sisa dalam wadah berisi zat pengering.
2. Ekstrak Hiosiami (Hyosyami Extractum)
Ekstrak hiosiami kental disimpan dalam persediaan dalam bentuk serbuk yang
dibuat sebagai berikut :
Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati atau laktosa keringkan pada suhu
tidak lebih dari 80 0C, tambahkan sejumlah pati atau laktosa kering hingga tapat 3
bagian. Simpan dalam wadah berisi zat pengering.
Cara pembuatan :
campurkan 500 bagian serbuk (85/100) herba timi dengan campuran 125 bagian
air, 50 bagian gliserol dan 75 bagian etanol (90%). Biarkan campuran selama 24
jam dalam sebuah bejana tertutup, pindahkan ke dalam perkolator, perkolasi
dengan campuran yang terdiri dari 1 bagian etanol (90%) dan 3 bagian air q.s.
hingga diperoleh 175 bagian cairan, simpan cairan ini sebagai perkolat I
lanjutkan perkolasi dengan campuran etanol air seperti di atas, sehingga diperoleh
1500 bagian yang dinyatakan sebagai susulan I. Larutkan 30 bagian gliserol dalam
130 bagian susulan I yang mula-mula keluar, campurkan larutan ini dengan 325
bagian serbuk (85/100) herba timi. Biarkan campuran selama 24 jam dalam
sebuah bejana tertutup, pindahkan ke dalam sebuah perkolator, perkolasi dengan
sisa susulan I. Pisahkan 325 bagian cairan mula-mula keluar yang dinyatakan
sebagai hasil perkolasi II. Hasil perkolasi selanjutnya dinyatakan sebagai susulan
II.
Larutkan 20 bagian gliserol dalam 70 bagian susulan II yang mula-mula keluar,
campurkan larutan ini dengan 175 bagian serbuk (85/100) herba timi. Biarkan
campuran selam 24 jam dalam sebuah bejana tertutup, pindahkan ke dalam
perkolator, perkolasi dengan sisa susulan II q.s. hingga diperoleh campuran 500
bagian campuran yang dinyatakan sebagai hasil perkolasi III. Campur hasil
perkolasi I, II dan III.
Cara pembuatan : perkolasi serbuk biji strichni (24/34) yang telah dihilangkan
lemaknya dengan eter minyak tanah, dengan penyari etanol 70% v/v sampai sisa
penguapan dari 2 tetes perkolat terakhir dengan penambahan 2 tetes asam nitrat
tidak berwarna merah. Uapkan perkolat menurut cara yang tertera pada ekstrakta
hingga diperoleh ekstrak kering. Tetapkan kadar strichnina dan jika perlu
tambahkan laktosa hingga memenuhi persyaratan kadar.
Cara pembuatan : perkolasi 1800 bagian serbuk (8/24) akar pule pandak dengan
etanol 90% v/v hingga alkaloida tersari sempurna, suling etanol pada tekanan
rendah pada suhu tidak lebih dari 70 0C hingga diperoleh ekstrak lembek.
Tambahkan 50 bagian pati kering, lanjutkan penguapan hingga diperoleh ekstrak
kering. Tetapkan kadar elkaloidanya hingga memenuhi syarat kadar. Ayak melalui
pengayak no 12.
Cara pembuatan : perkolasi serbuk (8/24) kelembak dengan campuran yang terdiri
dari etanol 90% dan air volume sama, hingga perkolat terakhir hampir tidak
berwarna, uapkan perkolat hingga diperoleh ekstrak kering.
Cara pembuatan : pada 100 bagian serbuk (33/36) kulit frangula, tuangkan air
mendidih, biarkan selama 12 jam, peras. Pada sisa tambahkan 300 bagian air
mendidih, biarkan selama 6 jam, peras lagi. Kumpulkan sari, biarkan mengendap,
serkai, uapkan serkaian hingga diperoleh ekstrak kering.
Cara pembuatan : tuangi 100 bagian jadam dengan 500 bagian air mendidih,
tuangkan campuran sambil diaduk ke dalam 500 bagian air, biarkan di tempat
sejuk selam 24 jam, serkai, uapkan serkaian hingga kering.
Cara pembuatan : giling hati sapi segar dengan penggiling daging yang berlubang
3 mm, maserasi 1000 bagian dengan campuran 1500 bagian volume air dan 2
bagian volume HCl 4 N selama 12 jam, sambil berulang-ulang diaduk. Hangatkan
hingga suhu 80 0C serkai dan peras. Uapkan serkaian di atas penangas air hingga
100 bagian, dinginkan,campur dengan 150 bagian volume etanol, kocok selama
10 menit,saring. Suling etanol, uapkan sisa hingga 30 bagian volume, kocok
dengan 300 bagian volume etanol selama 10 menit, biarkan selama 12 jam.
Tuangkan etanol, larutkan sisa dalam air secukupnya hingga 135 bagian volume,
tambahkan 15 bagian volume tingtur kayu manis.
Cara pembuatan : maserasi 100 bagian serbuk (34/40) kulit kina dengan 50 bagian
campuran 35 bagian HCl encer p, 20 bagian gliserol p, 45 bagian air selama 24
jam, pindahkan ke dalam perkolator. Perkolasi mula-mula dengan 50 bagian sisa
campuran di atas yang diencerkan dengan 450 bagian air, kemudian dengan air
secukupnya hingga 2 tetes perkolat terakhir jika di tambah 8 tetes larutan
Na2CO3 p tidak keruh. Uapkan segera perkolat hingga diperoleh 90 bagian,
dinginkan, tambahkan 100 bagian etanol. Ekstrak ini berkadar 6 8 % alkaloida.
Cara pembuatan : Perkolasi, serbuk (24/34) biji kola dengan campuran 60 bagian
etanol 90% dan 40 bagian volume air hingga perkolat hampir tidak berasa dan
tidak berwarna, kemudian buatlah ekstrak cair.
Cara pembuatan : maserasi 100 bagian opium yang telah dipotong tipis dengan
500 bagian air selama 24 jam sambil berulang-ulang di aduk, peras, campur
dengan maserat I. Uapkan hingga sisa 200 bagian, biarkan selama 24 jam, saring.
Uapkan hingga diperoleh ekstrak kering. Tetapkan kadar morfinanya, atur kadar
dengan laktosa atau ekstrak opium kering lain hingga memenuhi persyaratan
kadar. Ekstrak ini mempunyai kadar morphin 20 %.
BAB III
PEMBAHASAN
Pemberian dilakukan dengan cara oral dengan dosis ekivalen lx, 10x dan 50x
dosis
khasiatnya. Juga telah ditelusuri ekstrak dari temulawak yang bersifat diuretik.
jadikan serbuk dan diayak. Serbuk yang telah diayak dibasahi dengan 2,5 sampai
5 bagian etanol 95% lalu dimasukkan dalam bejana tertutup dan diamkan selama
3 jam.
v Tampung 80% filtrat pertama dan pisahkan. Lalu perkolasi dilanjutkan sampai
dicapatitik akhir perkolasi yaitu penguapan 50 mg filtrat yang tidak meninggalkan
sisa. Filtrat yang didapatkan sampai 20%.
v Campurkan 80% filtrat pertama dengan 20% filtrat sisa dan divapkan
dalam oven pada suhu 35-40 sampai terdapat ekstrak kental. Didapatkan 60% dari
berat serbuk kering.
BAB IV
Kesimpulan
Ekstrak merupakan suatu sediaan pekat yang diperoleh dengan menyari zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
untuk mendapatkan suatu ekstrak yang baik, yang semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
rupa hingga memenuhi syarat baku yang telah ditetapkan