Anda di halaman 1dari 21

DEFINISI EKSTRAK

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh rakyat Indonesia dimana


kesehatan adalah kebutuhan yang harus dimiliki seluruh bangsa tujuan dan cita-
cita sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Pembangunan Kesehatan diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.

Masyarakat diarahkan untuk dapat hidup sehat yang optimal hal tersebut
dimaksudkan dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang diselenggarakan
dengan menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya
kesehatan tersebut harus dilakukan bersama antara pemerintah, swasta dan
masyarakat secara serasi dan seimbang.

Kemampuan setiap penduduk untuk hidup sehat membawa pengertian masyarakat


sebagai subyek dan bukan hanya sebagai obyek. Dengan demikian upaya
kesehatan merupakan upaya yang berorientasi kepada kesehatan masyarakat yang
bersifat menyeluruh dengan peran serta aktif masyarakat.

Sudah ratusan tahun lalu, manusia mengetahui adanyaquinta essentia yang


terdapat dalam tumbuhan, hewan dan mineral. Disamping quinta essentia yang
bermanfaat bagi manusia, terdapat banyak zat-zat yang hanya diperlukan bagi
kehidupan tumbuhan dan hewan sendiri. Manusia hanya memerlukan quinta
essentia, mereka berusaha untuk memisahkannya dari tumbuhan dan hewan
tersebut.
Pada tahun 1300 Raymundus Lullius menarik quinta essentia dengan anggur yang
dimasukkan dalam botol, dan dibiarkan diluar rumah agar memperoleh panas atau
cahaya matahari. Karena cahaya matahari mengandung ultra violet yang dapat
merusak quinta essentia tersebut, maka pada perbaikan selanjutnya penarikan
dijaga jangan sampai dipengaruhi oleh sinar matahari langsung. Di Indonesia
penarikan sari tersebut dilakukan dengan cara memipis yaitu melumatkan bahan
dengan bantuan air, pada alat yang disebut pipisan kemudian diperas dan
ampasnya di buang.

B. Rumusan Masalah

Apakah yang dimaksud dengan ekstrak?

Apa saja macam-macam ekstrak?

Bagaimana tahap-tahap melakukan ekstrak?

C. Tujuan

Untuk memenuhi salah satu pelajaran Ilmu Resep


Memisahkan zat-zat esensial yang terkandung dalam simplisia dari zat-zat lain
yang di anggap kurang bermanfaat

Untuk mengetahui tentang ekstrak

Untuk mengetahui macam-macam ekstrak

Untuk mengetahui tahapan dalam pembuatan ekstrak

BAB II
LANDASAN TEORI

Definisi Ekstrak
Ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif dari tanaman
menggunakan pelarut, tetapi pelarutnya diuapkan kembali sehingga zat aktif
ekstrak menjadi pekat. Bnetuknya dapat kental atau kering tergantung apakah
sebagian aja pelarut yang diuapkan atau seluruhnya.

Jenis jenis Ekstrak


Ekstrak dapat dibedakan berdasarkan konsistesi, komposisi dan senyawa aktif
yang terdapat di dalamnya.

Berdasarkan konsistensinya :
1. Ekstrak cair : Ekstrak cair, tingtur, maserat minyak (Extracta Fluida (Liquida)
2. Semi solid : Ekstrak kental (Extracta spissa)
3. Kering : Ekstrak kering (Extracta sicca)

Ekstrak punya 3 bentuk fisik, yaitu cairan, setengah padat/ kental dan serbuk
kering.
Untuk ekstrak cair bisa dibuat dengan menyari simplisia dengan pelarut tanpa
pelarutnya diaupkan, atau menambahkan sjumlah pelarut ke dalam ekstrak kental
sehingga ekstrak tersebut jadi cair. Yang pertama biasanya dinamakan tingtur,
yang kedua disebut ekstrak cair.

Berdasarkan komposisi :
1. Ekstrak alami, ekstrak murni
sediaan obat herbal alami
(Native Herbal Drugs Preparation) kering (sicca), berminyak (oleoresin).
Tidak mengandung solvent (air, etanol), eksipien (maltodekstrin, laktosa,
sakarosa)
2. Ekstrak non
alami
sediaan ekstrak herbal, sediaan ekstrak (Non native Herbal Drugs
Preparation). Ekstrak non alami dapat berbentuk :extracta spissa (campuran
gliserin, propilenglikol); extracta sicca (maltodekstrin, laktosa); extracta fluida,
tingtur (tinctura), (air, etanol); sediaan cair non alkohol (gliserin, air) ; dan
maserat berminyak.

Ekstrak juga berdasarkan komposisi yang ada di dalamnya dibagi menjadi ekstrak
murni dan sediaan ekstrak. Disebut ekstrak murni apabila ekstraknya tidak
mengandung pelarut maupun bahan tambahan lainnya. Ekstrak seperti ini
biasanya merupakan produk antara, bersifat higroskopis dan memerlukan proses
selanjutnya untuk menjadi sediaan ekstrak.
Ekstrak non alami atau sediaan ekstrak herbal merupakan pengolahan lebih lanjut
dari ekstrak murni, untuk dibuat sediaan ekstrak, baik kental maupun serbuk
kering untuk selanjutnya dibuat sediaan obat seperti kapsul, tablet, cairan dan
lain-lainnya.

Berdasarkan pengetahuan tentang senyawa aktif yang terdapat di dalamnya,


ekstrak dapat dibedakan menjadi adjusted/standardised extracts, quantified
extract, others extracts.
1. Standardised
extracts merupakan
ekstrak yang diperoleh dengan mengatur kadar senyawa aktif (menambahkan
dalam batas toleransi) yang aktifitas terapeutiknya diketahui dengan tujuan untuk
mencapai komposisi yang dipersyaratkan.
Standardised extract diperoleh dengan menambahkan bahan pembantu atau
mencampur ekstrak hasil bets produksi antara ekstrak yang kandungan senyawa
aktifnya tinggi dengan ekstrak yang kandungan senyawa aktifnya rendah yang
sering terjadi pada pembuatan sediaan ekstrak alami (native herbal drug
preparation), sehingga kandungan senyawa aktifnya memenuhi baku yang
ditetapkan.
Contoh :
Ekstrak daun digitalis, ekstrak kering daun Senna (mengandung hidroksi antrasen
5,5 8,0% dihitung sebagai sennoside B), ekstrak kering daun Belladona
(mengandung alkaloid hyoscyamin 0,95 1,05%).

2. Quantified
extract merupakan
ekstrak yang diperoleh dengan mengatur kadar senyawa yang diketahui berperan
dalam menimbulkan khasiat farmakologi/klinis dengan tujuan agar khasiatnya
sama.
Quantified extract memiliki kandungan senyawa dengan aktifitas yang diketahui,
tetapi senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas tidak diketahui.

Pengaturan kadar senyawa tersebut hanya dapat diperoleh dengan cara


mencampur ekstrak pada satu bets tertentu dengan ekstrak bets lain yang memiliki
spesifikasi sama dan dalam jumlah native herbal extract yang konstan.
Contoh :
Ekstrak daun Ginkgo biloba, ekstrak herba Hypericum perforatum

3. Other
extract
merupakan ekstrak yang diperoleh dengan mengatur proses produksi (keadaan
simplisia, pelarut, kondisi/cara ekstraksi) serta spesifikasinya.
Pada other extract kandungan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktifitas
tidak diketahui (belum diketahui senyawa yang bertanggung jawab menimbulkan
efek farmakologi)
Contoh :
Cratageus Herba dan Passiflora incarnata

Menurut Farmakope Eropa, ada tiga tipe ekstrak yaitu ekstrak tipe A
(Standardized extracts), tipe B (Quantified extracts), dan tipe C (Other extracts).

1. Type A (Standardized extracts): Ekstrak yang distandardisasi berdasarkan


senyawa aktif atau golongan senyawa yang diketahui.
2. Type B (Quantified exracts) : Ekstrak yang distandardisasi berdasarkan
kandungan senyawa dengan aktifitas yang diketahui, sedangkan senyawa aktif
yang bertanggung jawab terhadap aktifitas belum diketahui.
3. Type C (Other extracts) : Ekstrak yang distandardisasi berdasarkan senyawa
dalam ekstrak namun tidak diketahui hubungan farmakologinya, dibuat agar
selalu memiliki mutu yang sama dengan mengatur proses produksi (keadaan
simplisia, pelarut, kondisi/cara ekstraksi) serta spesifikasinya.

Pembuatan Ekstrak
Secara garis besar, tahapan pembuatan ekstrak yaitu pembuatan serbuk simplisia,
pemilihan pelarut atau cairan penyari, proses ekstraksi atau pemilihan cara
ekstraksi, separasi dan pemurnian, penguapan atau pemekatan, pengeringan
ekstrak dan penentuan rendemen ekstrak.

1. Pembuatan serbuk simplisia


Pembuatan serbuk simplisia dimaksudkan untuk memperluas permukaan simplisia
yang kontak dengan cairan penyari. Proses penyerbukan dilakukan sampai derajat
kehalusan serbuk yang optimal. Selanjutnya akan dijelaskan pada Bab 2.
Ekstraksi.

2. Pemilihan pelarut atau cairan penyari


Pelarut atau cairan penyari menentukan senyawa kimia yang akan terekstraksi dan
berada dalam ekstrak. Dengan diketahuinya senyawa kimia yang akan diekstraksi
atau yang diduga berkhasiat akan memudahkan proses pemilihan cairan penyari.

3. Proses ekstraksi atau pemilihan cara ekstraksi


Cara ekstraksi yang dipilih ikut menentukan kualitas ekstrak yang diperoleh.
Dalam memilih cara ekstraksi harus diperhatikan prinsip ekstraksi yaitu menyari
senyawa aktif sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya hingga diperoleh
efisiensi ekstraksi.

4. Separasi dan pemurnian


Separasi atau pemisahan dan pemurnian merupakan salah satu proses yang
diperlukan terhadap ekstrak dalam rangka meningkatkan kadar senyawa aktifnya.
Separasi dapat dilakukan dengan cara-cara tertentu seperti dekantasi, penyaringan,
sentrifugasi, destilasi dan lain-lain. Pemurnian ekstrak dapat dilakukan dengan
cara mengekstraksi zat-zat yang tidak diinginkan dalam ekstrak akan terpisah dari
zat-zat yang diinginkan.

5. Penguapan atau pemekatan


Penguapan atau pemekatan merupakan proses meningkatkan jumlah zat terlarut
dalam ekstrak dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya dengan cara penguapan,
tetapi tidak sampai kering.

6. Pengeringan ekstrak
Pengeringan ekstrak umumnya dilakukan untuk membuat sediaan padat seperti
tablet, kapsul, pil dan sediaan padat lainnya. Pengeringan ekstrak dapat dilakukan
dengan penambahan bahan tambahan (non-native herbal drug preparation) atau
tanpa penambahan bahan tambahan (native herbal drug preparation).

7. Penentuan rendemen ekstrak


Rendemen ekstrak dihitung dengan cara membandingkan jumlah ekstrak yang
diperoleh dengan simplisia awal yang digunakan. Rendemen ekstrak dapat
digunakan sebagai parameter standar mutu ekstrak pada tiap bets produksi
maupun parameter efisiensi ekstraksi.

Ekstrak Campuran
Pembuatan obat tradisional dapat dilakukan dengan menggunakan ekstrak tunggal
maupun ekstrak campuran. Ada dua pendekatan pada pembuatan ekstrak
campuran yaitu mixed extracts dan mixtures of extracts.

Mixed extracts
merupakan ekstrak yang dibuat dengan menggunakan satu
pelarut yang dianggap optimal untuk mengekstraksi campuran simplisia yang
akan dibuat ekstrak dan hasil yang diperoleh langsung sebagai ekstrak campuran.
Cara seperti ini lebih unggul dalam hal efisiensi waktu, tenaga dan peralatan.

Skema pembuatan ekstrak campuran (mixed extracts)


Mixtures of
extracts
merupakan ekstrak yang dibuat dengan cara mengekstraksi masing-
masing simplisia sesuai dengan pelarutnya masing-masing yang dianggap
optimal, kemudian ekstrak yang dihasilkan dicampur sesuai dengan takaran yang
diinginkan menjadi campuran ekstrak.
Cara ini lebih disukai karena masing-masing simplisia dapat diekstraksi dengan
pelarut dan kondisi ekstraksi yang sesuai, sehingga menghasilkan senyawa aktif
dalam jumlah yang lebih banyak.

Skema pembuatan Campuran ekstrak (mixtures of extracts)

Standardisasi Ekstrak
Standardisasi ekstrak merupakan proses pengaturan sejumlah tertentu senyawa
aktif atau golongan senyawa tertentu yang diketahui aktifitas terapeutiknya dalam
ekstrak dengan cara menambahkan bahan tambahan atau mencampur sediaan
ekstrak yang satu dengan lainnya.

Penggunaan ekstrak terstandar dengan mengatur komponen kimia ekstrak berada


pada jumlah yang tetap atau konstan sangat luas digunakan pada saat ini.
Pada dasarnya ada empat cara standardisasi ekstrak yaitu :

1. Ekstrak yang diproduksi dengan proses produksi dan cara ekstraksi sesuai
kondisi yang telah ditetapkan.
Standardisasi dilakukan dengan memastikan konsistensi dari setiap bets produksi,
kemudian dilakukan uji klinis terhadap ekstrak, sehingga diperoleh data klinis
khasiat dan keamanannya.
Contoh ekstrak dengan standardisasi sepeerti ini yaitu Ginkgo biloba, Hypericum
perforatum dan serenoa repens.
Standardisasi terhadap ekstrak secara keseluruhan dilakukan apabila ekstrak telah
terbukti secara klinis. Pembuktian klinis terhadap khasiat dan keamanan ekstrak
kemudian ditetapkan dan proses standardisasi dilakukan berdasarkan hal tersebut.

2. Ekstrak yang telah atau belum terbukti efektif secara klinis, dimana
standardisasi dilakukan terhadap potensi keseluruhan ekstrak.
Hal ini hanya dapat dilakukan apabila terdapat bukti nyata ada hubungan antara
golongan zat kimia yang dipilih untuk standardisasi dengan aktivitas farmakologi
tanaman.
Contoh ekstrak tipe ini yaitu Coleus forskohlii, Matricaria chamomilla, Salix sp,
dan derivat salisilat.

3. Ekstrak yang distandardisasi menggunakan kandungan kimia yang menjamin


identitas ekstrak (senyawa identitas) dan konsistensi mutu produk tiap bets
produksi. Ekstrak secara keseluruhan belum memiliki data uji klinis dan senyawa
marker tidak mempunyai aktivitas farmakologi yang relevan. Contoh ekstrak tipe
ini yaitu Echinacea angustifolia dan echinacosida, ekstrak alkohol temulawak.

4. Ekstrak herbal yang distandardisasi dengan menambahkan bahan kimia hasil


isolasi ke dalam maatriks ekstrak dan di jual sebagai Standardized
extract.Contohnya adalah penambahan cafffeine, yang murah dan banyak
tersedia ke dalam ekstrak guarana dan biji kola.

Selain dari cara pembuatan di atas, bisa juga di lakukan dengan cara :

Ekstraksi yaitu kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Prinsip ekstraksi :

Penyarian :

Penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi atau
penyeduhan dengan air mendidih.

Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi atau
perkolasi.
Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi.

1. Maserasi

Suling atau uapkan maserat pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C
hingga konsistensi yang dikehendaki.

2. Perkolasi

Perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam biarkan cairan menetes, tuangi
massa dengan cairan penyari hingga jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir
diuapkan tidak meninggalkan sisa. Perkolat disuling atau diuapkan dengan
tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsistensi yang
dikehendaki

Pada pembuatan ekstrak cair 0,8 bagian perkolat pertama dipisahkan, perkolat
selanjutnya diuapkan hingga 0,2 bagian campur dengan perkolat pertama.

Pembuatan ekstrak cair dengan penyari etanol dapat juga dilakukan dengan cara
reperkolasi tanpa menggunakan panas.

Ekstrak yang diperoleh dengan penyari air hangatkan segera pada suhu kurang
lebih 90 0C, enapkan, serkai. Uapkan serkaian pada takanan rendah pada suhu
tidak lebih dari 50 0C hingga bobotnya sama dengan bobot simplisia yang
digunakan.

Enapkan di tempat sejuk selama 24 jam, serkai, uapkan pada tekanan rendah pada
suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsentrasi yang dikehendaki.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya

Untuk ekstrak kering dan kental perkolat disuling atau diupkan dengan tekanan
rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki.
Hal Yang Mempengaruhi Mutu Ekstrak
Faktor yang berpengaruh terhadap mutu ekstrak secara garis besar ada dua, yaitu
faktor biologi dan faktor kimia.
1. Faktor biologi
Faktor biologi yang mempengaruhi mutu ekstrak berhubungan dengan bahan baku
simplisia yang digunakan. Hal-hal yang berpengaruh antara lain : identitas jenis
(species), lokasi tumbuhan asal, periode pemanenan hasil tumbuhan,
penyimpanan bahan tumbuhan
a. Identitas jenis (species)
b. Lokasi tumbuhan asal
c. Periode pemanenan hasil tumbuhan
d. Penyimpanan bahan tumbuhan
e. Umur tumbuhan dan bagian yang digunakan

2. Faktor kimia
a. Faktor internal
1) Jenis senyawa aktif dalam bahan
2) Komposisi kualitatif senyawa aktif
3) Komposisi kuantitatif senyawa aktif
4) Kadar total rata-rata senyawa aktif
b. Faktor eksternal
1) Metode ekstraksi
2) Perbandingan ukuran alat ekstraksi
3) Ukuran, kekerasan dan kekeringan bahan
4) Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi
5) Kandungan logam berat
6) Kandungan pestisida

Parameter dan metode Uji Ekstrak


Untuk menjamin mutu ekstrak pada setiap bets produksi, harus ada parameter
yang diukur dan dan dijamin dalam keadaan konstan. Namun berbeda dengan obat
kimia yang kadar zat aktifnya tertentu, penjaminan mutu ekstrak belum dapat
dilakukan terhadap bahan aktifnya. Parameter yang dapat ditentukan yaitu :
a. Parameter spesifik
Parameter spesifik merupakan parameter yang sedapat mungkin disusun hanya
dimiliki oleh ekstrak tanaman yang bersangkutan. Parameter spesifik meliputi.

I. dentitas ekstrak
Contoh:
Ekstrak kental Rimpang temulawak (Extractum Curcumae Xanthorrhizae
Rhizomae Spsissum).
Ekstrak kental rimpang temulawak adalah ekstrak yang dibuat dari rimpang
tumbuhan Curcuma xanthorrhiza Roxb., suku Zingiberaceae.
2. Organoleptik ekstrak
Pemerian ekstrak yaitu bentuk, warna, bau, dan rasa.
3. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
Kandungan kimia, kurkumin, desmetoksikurkumin, minyak atsiri dengan
kandungan utama xanthorizol dan oleoresin

b. Parameter Non spesifik


Parameter non spesifik merupakan pengujian fisika, kimia dan mikrobiologi yang
dilakukan terhadap ekstrak yang dilakukan untuk menjamin mutu ekstrak pada
setiap bets produksi.
Parameter yang diuji antara lain :
1. Susut pengeringan
2. Bobot jenis
3. Kadar air
4. Kadar abu
5. Sisa pelarut
6. Residu pestisida
7. Cemaran logam berat
8. Cemaran mikroba (ALTB, MPN Coliform, Uji angka kapang khamir dan uji
cemaran aflatoksin).

c. Uji Kandungan kimia ekstrak


Uji ini dilakukan jika kandungan kimia ekstrak dan metode ujinya telah diketahui.
Pengujian yang dilakukan antara lain : pola kromatogram esktrak, kadar total
golongan kandungan kimia dan kadar kandungan kimia tertentu.

Contoh-contoh Ekstrak

1. Ekstrak Belladonae

Cara pembuatan : perkolasi 100 bagian serbuk belladon (85/100) dengan


campuran etanol encer dan larutan dalam air asam asetat 2% v/v volume sama
sehingga alkaloida tersari sempurna yang diperiksa dengan cara sebagai berikut :

Kocok kuat-kuat campuran 3 ml eter, 5 tetes amonia encer dan 2 ml perkolat.


Uapkan 2 ml lapisan eter, larutkan sisa dalam 1 tetes H2SO4 encer, kemudian
tambahkan 5 tetes air dan 1 tetes larutan kalium tetraiodida hidrargyrat (II) tidak
terjadi kekeruhan. Suling etanol dengan perkolat, biarkan di tempat sejuk selama
24 jam. Tambahkan talk, saring, cuci sisa dengan 100 bagian air. Uapkan filtrat
menurut cara yang tertera pada extracta hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak
ini berkadar 1,3% alkaloida.

Penyimpanan : Ekstrak belladon dapat disimpan dalam persediaan dalam bentuk


serbuk kering yang dibuat sebagai berikut :

Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati beras atau laktosa, keringkan pada
suhu tidak lebih dari 30 0C, tambahkan sejumlah pati beras atau laktosa hingga
tepat 3 bagian. Sisa dalam wadah berisi zat pengering.
2. Ekstrak Hiosiami (Hyosyami Extractum)

Cara pembuatan : sama dengan cara pembuatan Belladonae Extractum yang


dibuat dari serbuk hiosiamin

Ekstrak hiosiami kental disimpan dalam persediaan dalam bentuk serbuk yang
dibuat sebagai berikut :

Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati atau laktosa keringkan pada suhu
tidak lebih dari 80 0C, tambahkan sejumlah pati atau laktosa kering hingga tapat 3
bagian. Simpan dalam wadah berisi zat pengering.

3. Ekstrak Akar Manis (Glycyrrhizae Succus Extractum)

Cara pembuatan : penyarian dilakukan dengan air mendidih kemudian diuapkan


hingga kering.

4. Ekstrak Timi (Thymi Extractum)

Cara pembuatan :

campurkan 500 bagian serbuk (85/100) herba timi dengan campuran 125 bagian
air, 50 bagian gliserol dan 75 bagian etanol (90%). Biarkan campuran selama 24
jam dalam sebuah bejana tertutup, pindahkan ke dalam perkolator, perkolasi
dengan campuran yang terdiri dari 1 bagian etanol (90%) dan 3 bagian air q.s.
hingga diperoleh 175 bagian cairan, simpan cairan ini sebagai perkolat I

lanjutkan perkolasi dengan campuran etanol air seperti di atas, sehingga diperoleh
1500 bagian yang dinyatakan sebagai susulan I. Larutkan 30 bagian gliserol dalam
130 bagian susulan I yang mula-mula keluar, campurkan larutan ini dengan 325
bagian serbuk (85/100) herba timi. Biarkan campuran selama 24 jam dalam
sebuah bejana tertutup, pindahkan ke dalam sebuah perkolator, perkolasi dengan
sisa susulan I. Pisahkan 325 bagian cairan mula-mula keluar yang dinyatakan
sebagai hasil perkolasi II. Hasil perkolasi selanjutnya dinyatakan sebagai susulan
II.
Larutkan 20 bagian gliserol dalam 70 bagian susulan II yang mula-mula keluar,
campurkan larutan ini dengan 175 bagian serbuk (85/100) herba timi. Biarkan
campuran selam 24 jam dalam sebuah bejana tertutup, pindahkan ke dalam
perkolator, perkolasi dengan sisa susulan II q.s. hingga diperoleh campuran 500
bagian campuran yang dinyatakan sebagai hasil perkolasi III. Campur hasil
perkolasi I, II dan III.

5. Ekstrak Strichi (Strychni Extractum)

Cara pembuatan : perkolasi serbuk biji strichni (24/34) yang telah dihilangkan
lemaknya dengan eter minyak tanah, dengan penyari etanol 70% v/v sampai sisa
penguapan dari 2 tetes perkolat terakhir dengan penambahan 2 tetes asam nitrat
tidak berwarna merah. Uapkan perkolat menurut cara yang tertera pada ekstrakta
hingga diperoleh ekstrak kering. Tetapkan kadar strichnina dan jika perlu
tambahkan laktosa hingga memenuhi persyaratan kadar.

6. Ekstrak Pulepandak (Rouwolfiae Extractum)

Cara pembuatan : perkolasi 1800 bagian serbuk (8/24) akar pule pandak dengan
etanol 90% v/v hingga alkaloida tersari sempurna, suling etanol pada tekanan
rendah pada suhu tidak lebih dari 70 0C hingga diperoleh ekstrak lembek.
Tambahkan 50 bagian pati kering, lanjutkan penguapan hingga diperoleh ekstrak
kering. Tetapkan kadar elkaloidanya hingga memenuhi syarat kadar. Ayak melalui
pengayak no 12.

7. Ekstrak Kelembak (Rhei Extractum)

Cara pembuatan : perkolasi serbuk (8/24) kelembak dengan campuran yang terdiri
dari etanol 90% dan air volume sama, hingga perkolat terakhir hampir tidak
berwarna, uapkan perkolat hingga diperoleh ekstrak kering.

8. Ekstrak Stramonium (Stramonium Extractum)


Cara pembuatan : perkolasi 1000 g serbuk (8/24) herba stramonium dengan etanol
45%. Pisahkan 850 ml perkolat pertama, teruskan perkolasi hingga penyarian
sempurna. Suling etanol dari perkolat sisa hingga menjadi ekstrak kental, larutkan
ekstrak dalam perkolat pertama. Tetapkan kadar alkaloidanya, jika perlu
tambahkan etanol 45% q.s. hingga memenuhi persyaratan kadar. Biarkan selama
tidak kurang dari 24 jam, jika perlu saring.

9. Ekstrak Frangulae (frangulae extractum)

Cara pembuatan : pada 100 bagian serbuk (33/36) kulit frangula, tuangkan air
mendidih, biarkan selama 12 jam, peras. Pada sisa tambahkan 300 bagian air
mendidih, biarkan selama 6 jam, peras lagi. Kumpulkan sari, biarkan mengendap,
serkai, uapkan serkaian hingga diperoleh ekstrak kering.

10. Ekstrak Jadam (Aloes Extractum)

Cara pembuatan : tuangi 100 bagian jadam dengan 500 bagian air mendidih,
tuangkan campuran sambil diaduk ke dalam 500 bagian air, biarkan di tempat
sejuk selam 24 jam, serkai, uapkan serkaian hingga kering.

11. Ekstrak Kecambah (Malti Extractum)

Cara pembuatan : panaskan campuran kecambah yang telah dimemarkan dengan


air panas 3 kali bobot kecambah selama 3 jam. Biarkan mengenap, pisahkan
cairan, sari sisa dengan air panas. Campuran sari dipanaskan pada suhu kurang
lebih 90 0C selama 1 jam, kemudian aupkan hingga diperoleh massa kental.

12. Ekstrak Hati (Hepatis Extractum)

Cara pembuatan : giling hati sapi segar dengan penggiling daging yang berlubang
3 mm, maserasi 1000 bagian dengan campuran 1500 bagian volume air dan 2
bagian volume HCl 4 N selama 12 jam, sambil berulang-ulang diaduk. Hangatkan
hingga suhu 80 0C serkai dan peras. Uapkan serkaian di atas penangas air hingga
100 bagian, dinginkan,campur dengan 150 bagian volume etanol, kocok selama
10 menit,saring. Suling etanol, uapkan sisa hingga 30 bagian volume, kocok
dengan 300 bagian volume etanol selama 10 menit, biarkan selama 12 jam.
Tuangkan etanol, larutkan sisa dalam air secukupnya hingga 135 bagian volume,
tambahkan 15 bagian volume tingtur kayu manis.

13. Ekstrak Kina (Cinchonae Extractum)

Cara pembuatan : maserasi 100 bagian serbuk (34/40) kulit kina dengan 50 bagian
campuran 35 bagian HCl encer p, 20 bagian gliserol p, 45 bagian air selama 24
jam, pindahkan ke dalam perkolator. Perkolasi mula-mula dengan 50 bagian sisa
campuran di atas yang diencerkan dengan 450 bagian air, kemudian dengan air
secukupnya hingga 2 tetes perkolat terakhir jika di tambah 8 tetes larutan
Na2CO3 p tidak keruh. Uapkan segera perkolat hingga diperoleh 90 bagian,
dinginkan, tambahkan 100 bagian etanol. Ekstrak ini berkadar 6 8 % alkaloida.

14. Ekstrak Kola (Colae Extractum)

Cara pembuatan : Perkolasi, serbuk (24/34) biji kola dengan campuran 60 bagian
etanol 90% dan 40 bagian volume air hingga perkolat hampir tidak berasa dan
tidak berwarna, kemudian buatlah ekstrak cair.

15. Ekstrak Opium (Opii Extractum)

Cara pembuatan : maserasi 100 bagian opium yang telah dipotong tipis dengan
500 bagian air selama 24 jam sambil berulang-ulang di aduk, peras, campur
dengan maserat I. Uapkan hingga sisa 200 bagian, biarkan selama 24 jam, saring.
Uapkan hingga diperoleh ekstrak kering. Tetapkan kadar morfinanya, atur kadar
dengan laktosa atau ekstrak opium kering lain hingga memenuhi persyaratan
kadar. Ekstrak ini mempunyai kadar morphin 20 %.
BAB III

PEMBAHASAN

Ekstrak alkohol temulawak (Curcuma xanthorrhiza ROXB) secara empirik temu


lawak dikenal sebagai obat kencing batu.

Pemberian dilakukan dengan cara oral dengan dosis ekivalen lx, 10x dan 50x
dosis

Manusia. Dapat menghambat proses pembentukan atau menghancurkan batu


kandung kemih.

Di antara sekian banyak penggunaan temulawak yang di ketahui, secara empirik


digunakan untuk mengobati batu ginjal. Sifat diuretik rebusan rimpang temulawak
telah dibuktikan

khasiatnya. Juga telah ditelusuri ekstrak dari temulawak yang bersifat diuretik.

Kandungan dari temulawak banyak diketahui di antaranya minyak atsiri dan


berbagai macam kurkuminoid. Karena suatu zat yang bersifat diuretika juga dapat
bekerja sebagai anti batu ginjal.
Pembuatan ekstrak ekstrak Temulawak :

v Rimpang (temulawak dibersihkan dan dikeringkan kemudian di-

jadikan serbuk dan diayak. Serbuk yang telah diayak dibasahi dengan 2,5 sampai
5 bagian etanol 95% lalu dimasukkan dalam bejana tertutup dan diamkan selama
3 jam.

v Pindahkan masa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil ditekan


perlahan-

lahan.Tambahkanlarutan etanol 95% secukupnya sampai cairan mulai menetes


dan di atas serbuk masih terdapat selapis larutan etanol.

v Tutup perkolator, diamkan selama 24 jam. Biarkan

cairan filtrat menetes dengan kecepatan I ml/menit. Tambahkan

berulang-ulang etanol 95% secukupnya sampai selalu terdapat

selapis etanol di atas permukaan simplisia.

v Tampung 80% filtrat pertama dan pisahkan. Lalu perkolasi dilanjutkan sampai
dicapatitik akhir perkolasi yaitu penguapan 50 mg filtrat yang tidak meninggalkan
sisa. Filtrat yang didapatkan sampai 20%.

v Campurkan 80% filtrat pertama dengan 20% filtrat sisa dan divapkan
dalam oven pada suhu 35-40 sampai terdapat ekstrak kental. Didapatkan 60% dari
berat serbuk kering.
BAB IV

Kesimpulan

Ekstrak merupakan suatu sediaan pekat yang diperoleh dengan menyari zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
untuk mendapatkan suatu ekstrak yang baik, yang semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
rupa hingga memenuhi syarat baku yang telah ditetapkan

Anda mungkin juga menyukai