Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Daun Ketapang


Daun ketapang berasal dari pohon ketapang yang memiliki nama latin Terminalia
Catappa.Sebutan lain untuk pohon ketapang adalah pohon tarisi, pohon kris, pohon sarisalo
(atau pohon ngusu. Di luar negeri pohon ini juga ditemukan dengan nama Singapore
almond, Indian almond, Malabar Tropical almond, Talisay tree, atau Beach almond.Habitat
pohon ketapang adalah di dataran rendah. Biasanya pohon ketapang ditemukan di sekitar
pantai, atau daerah rendah lain yang memiliki curah hujan rendah dan berhawa panas.
Daun ketapang diketahui memiliki serbuk simplisia yang mengandung senyawa kimia
tertentu simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan.Simplisia terdiri atas 3 jenis yaitu, simplisia nabati, hewani dan mineral
(pelikan) dengan uraian sebagai berikut,untuk mengetahui mutu simplisia, maka dilakukan
analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan kuantitatif. Pengujian mikroskopik termasuk
dalam analisis kuantitatif. Uji mikroskopik dilakukan menggunakan mikroskop yang derajat
pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia dapat diuji berupa sayatan
melintang, radial, paradermal, membujur ataupun serbuk. Dari pengujian ini akan diketahui
jenis simplisia berdasarkan pragmen pragenal spesifik masing-masing simplisiaSerbuk dari
simplisia memiliki beberapa persyaratan yaitu:
Kadar air. Kurang dari 10%
Angka Lempeng Total. kurang dari 10
Angka Kapang dan Khamir. Kurang dari 10
Mikroba Patogen: Negatif
Aflatoksin kurang dari 30 bpj.
Aflatoksin adalah segolongan senyawa toksik yang dikenal mematikan dan karsinogenik bagi
manusia dan hewan.
Larutan dengan konsentrasi 1 bpj artinya mengandung 1 gram zat terlarut didalam tiap 1 juta
gram larutan atau 1 mg zat terlarut dalam tiap 1 kg larutan.
Pada pembuatan bahan dasar obat harus dilakukan beberapa uji coba yaitu uji organoleptik.
Uji organoleptik merupakan cara pengujian dengan menggunakan indra manusia sebagai
alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian organoleptik
dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari
produk.
2.2 Kandungan Daun ketapang
Ketapang diketahui mengandung senyawa alelokimia seperti flavonoid, alkaloid,
tannin, tripenoid atau steroid, resin, dan saponin. Daun ketapang digunakan secara tradisional
untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. Ekstrak kloroform daun
ketapang terdapat triterpenoid yang dapat berperans ebagai antiinflamasi dengan menurunkan
edema lebih dari 50% (Fan dkk. 2004). Sedangkan ekstrak etanol berperan sebagai
hepatoprotektif dengan menghambat aktifitas peroksida (Gao dkk, 2004). Ketapang
merupakan salah satu obat tradisional yang memiliki senyawa metabolit sekunder yang
berpotensi sebagai antibakteri dan antioksidan (Rahayu, dkk, 2009).
Khasiat Bagi Kesehatan
- Meningkatkan daya ingat
Daun ketapang memiliki kandungan senyawa yang mengoptimalkan kerja otak, sehingga
mengonsumsinya dapat membantu mempertajam daya ingat.

- Mengurangi hipertensi
Daun ketapang dapat dikonsumsi untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah yang tinggi.
Cara untuk mengonsumsi dengan meminum air rebusannya secara rutin.
- Meredakan sariawan
Daun ketapang memiliki kandungan antiseptik yang cukup baik dan efektif untuk
menyembuhkan sariawan.

- Melancarkan pencernaan
Kandungan daun ketapang juga dapat menyembuhkan masalah pada sistem
pencernaan,  seperti diare, sembelit dan susah buang air besar.
- Meredakan nyeri haid
Meminum air rebusan daun ketapang ketika  haid dapat mengatasi rasa nyeri.
 -menyembuhkan penyakit kulit
Sebagai obat luar,daun ketapang dapat di oleskan pada kulit untuk menyembuhkan
berbagai macam penyakit seperti gatal,kadas,atau jamur.

2.3 Ekstrak dan Pembagian Ekstrak


Ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif melalui proses ektraksi
menggunakan pelarut, dimana pelarut yang digunakan diuapkan kembali sehingga zat
aktif ekstrak menjadi pekat. Bentuk dari ekstrak yang dihasilkan dapat berupa ekstrak
kental atau ekstrak kering tergantung jumlah pelarut yang diuapkan. Pembagian Ekstrak
menurut farmakope Indonesia:
1) Ekstrak cair
Adalah ekstrak hasil penyarian bahan alam dan masih mengandung pelarut.
2) Ekstrak kental
Adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dan sudah tidak mengandung
cairan pelarut lagi, tetapi konsistensinya tetap cair pada suhu kamar.
3) Ekstrak kering
Adalah ekstrak yang telah mengalami proses pengupan dan tidak lagi mengandung
mengandung pelarut dan berbentuk padat (kering).
b. Berdasarkan konsistensinya :
1) Ekstrak cair (Extracta Fluida Liquida).
2) Ekstrak semi solid (Extracta Spissa).
3) Ekstrak kering (Extracta Sicca).

c. Berdasarkan kandungan ekstrak :


1) Ekstrak alami
Adalah ekstrak murni yang mengandung bahan obat herbal alami kering, berminyak, tidak
mengandung solvent dan eksipien.
2) Ekstrak non alami
Sedangkan ekstrak herbal yang tidak mengandung bahan herbal alami. Ekstrak non alami
dapat berbentuk ekstrak kering (campuran gliserin, propilenglikol); extracta kering
(maltodekstrin, laktosa); ekstrak cair, tincture; sediaan cair non alcohol (gliserin, air); dan
maserat berminyak.
d. Berdasarkan komposisi yang ada di dalam ekstrak :
1) Ekstrak murni
Merupakan ekstrak yang tidak mengandung pelarut maupun bahan tambahan lainnya dan
biasanya merupakan produk antara, bersifat higroskopis serta memerlukan proses
selanjunya untuk menjadi sediaan ekstrak.
2) Sediaan ekstrak
Merupakan sediaan ekstrak herbal hasil pengolahan lebih lanjut dari ekstrak murni. Sediaan
ekstrak baik berbentuk kental maupun serbuk kering untuk selanjutnya dapat dibuat
menjadi sediaan obat seperti kapsul, tablet, cairan dan lain-lainnya.
e. Berdasarkan kandungan senyawa aktif :
1) Standardized extracts
Merupakan ekstrak yang diperoleh dengan cara menambahkan zat aktif yang aktifitas
terapeutiknya telah diketahui untuk mencapai komposisi yang dipersyaratkan. Selain itu
standardized extract juga dapat diperoleh dengan cara menambahkan bahan pembantu
atau mencampur antara ekstrak yang mengandung senyawa aktif lebih rendah sehingga
kandungan senyawa aktifnya dapat memenuhi persyaratan baku yang telah
ditetapkan.Contoh : Ekstrak kering dan Belladona (mengandung alkaloid hyoscyamin 0,95 –
1,05 %)
2) Quantified extract
Merupakan ekstrak yang diperoleh degan cara megatur kadar senyawa yang telah dietahui
aktifitas farmakologisnya agar memiliki khasiat yang sama. Quantified extract memiliki
kandungan zat aktif yang mempunyai aktifitas yang sudah diketahui, tetapi senyawa yang
bertanggu jawat terhadap aktivitas tersebut tidak diketahui. Pengaturan kadar senyawa
diperoleh dengan cara mencampur 2 jenis ekstrak yang memiliki spesifikasi sama dan
dalam
jumlah konstan.Contoh : Ekstrak daun Ginkgo biloba, ekstrak herbal Hypericum perforatum.
3) Other extract
Merupakan ekstrak yang diperoleh dengan cara mengatur proses produksi serta
spesifikasinya. Dalam hal ini kandungan senyawa yang bertanggung jawab terhadap efek
farmakologinya belum diketahui.Contoh : Cratageus Herba dan Passiflora incarnate.
f. Berdasarka pelarut yang digunakan dan hasil akhir dari ekstraksi
1) Ekstraksi air
Adalah ekstrak yang menggunakan air sebagai cairan pengekstraksi. Ekstrak yang diperoleh
pada metode ini dapat langsung digunakan ataupun diproses kembali dengan cara
pemekatan atau pengeringan.
2) Tinktur
Merupakan sediaan cair yang dibuat secara maserasi ataupun perkolasi dari suatu simplisia.
Pelarut yang umum digunakan dalam tinktur adalah etanol. Salah satu bagian simplisia
diekstrak dengan 2 - 10 bagian menstrum.
3) Ekstrak cair
Merupakan bentuk dari ekstrak cair yang mirip dengan tinktur namun, ekstrak cair telah
melalui proses pemekatan hingga diperoleh ekstrak yang sesuai dengan ketentuan
Farmakope.
4) Ekstrak encer (ekstrak tenuis)
Merupakan ekstrak yang dibuat sama seperti halnya ekstraksi cair, namun masih perlu
diproses lebih lanjut.
5) Ekstrak kental
Merupakan ekstrak yang telah mengalami proses pemekatan. Ekstrak kental ini sangat
mudah menyerap lembab sehingga mudah untuk ditumbuhi oleh kapang. Dalam bidang
industry, ekstrak kental ini sudah tidak lagi digunakan, hanya dijadikan sebagai produk
antara sebelum diproses menjadi ekstrak kering.
6) Ekstrak kering (extract sicca)
Merupakan ekstrak hasil pengentalan yang kemudian dilanjutkan dengan pengeringan.
Proses pengeringan dari ekstrak kental dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
diantaranya :
 Menggunakan bahan tambahan seperti laktosa, aerosil.
 Menggunakan proses kering baku.
 Menggunakan proses proses fluid bed drying(semprot kering).
7) Ekstrak minyak Merupakan ekstrak yang dibuat dengan cara mensuspensikan simplisia
dengan perbandingan tertentu dalam minyak yang telah dikeringkan, dengan cara yang
menyerupai maserasi.
8) Oleoresin
Merupakan sediaan yang dibuat dengan cara ekstraksi bahan oleoresin seperti Capsicum
fructus dan zingiberis rhizom dengan pelarut tertentu (umunya etanol).
Parameter yang mempengaruhi ekstraksi diantaranya adalah :
1) Pengembangan dan pemeliharaan tanaman
2) Difusi, pH, ukuran partikel, dan suhu.
3) Pilihan pelarut ekstraksi.

2.4 Syarat mutu serbuk simplisia


Adapun syarat-syarat yang harus ada dalam uji organoleptik adalah ada contoh yang diuji
yaitu benda perangsang, ada panelis sebagai pemroses respon, ada pernyataan respon yang
jujur respon dan spontan, tanpa penalaran, imaginasi, ilusi atau meniru orang lain atau
asosiasi. Tujuan uji organoleptik adalah untuk:
a.Pengembangan produk dan perluasan pasar
b.Pengawasan mutu, bahan mentah, dan komoditas
c.Perbaikan produk
d.Membandingkan produk sendiri dengan produk pesaing

Anda mungkin juga menyukai