Anda di halaman 1dari 59

WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

SKENARIO 2
Kejadian Penyakit dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pada tahun 2011, diterapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) Demam Berdarah Dengue di Kota
Pekanbaru. Pernyataan resmi ini disampaikan pejabat Wali Kota Pekanbaru setelah
mendengar laporan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dalam rapat koordinasi. Pada
bulan Februari 2010 terdapat sebanyak 202 kasus dan bulan Februari 2011 mencapai 450
kasus. Hal ini menunjukkan peningkatan sebesar kurang lebih dua kali lipat dari periode
tahun sebelumnya. IR (Incidence Rate) DBD menurut WHO di Indonesia adalah sebesar <50
per 100.000 penduduk dengan CFR (Case Fatality Rate) 0,2. Kematian yang terjadi pada
kasus DBD disebabkan masih kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap
gejala DBD. Sering kali pasien dating ke puskesmas dalam stadium lanjut, dimana terdapat
pendarahan spontan dan syok. Pada stadium demam terdapat kebiasaan masyarakat yang
cenderung untuk mengobati diri sendiri dengan cara membaluri badan dengan bawang merah
yang dicampur minyak goring terlebih dahulu kemudian membeli obat penurun panas di
warung atau took obat. Masyarakat tidak mengerti kalau pada saat mulai demam harus segera
dibawa ke Puskesmas.
Karena adanya KLB tersebut, Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) ke
lapangan untuk mengetahui penyebab terjadinya KLB. Berdasarkan hasil penyelidikan
epidemiologi, tersebut Puskesmas melakukan tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi
KLB.
Banyaknya penderita DBD di Puskesmas membutuhkan obat-obatan dan cairan infus bagi
pasien yang jumlahnya sangat banyak, sementara persediaan di Puskesmas juga terbatas.
Untuk mengatasi hal tersebut Puskemas melakukan rujukan kesehatan masyarakat ke Dinas
Kesehatan Kota Pekanbaru.
Program penanggulangan DBD yang berjalan seharusnya bukan hanya dikerjakan oleh
Puskesmas sendiri secara lintas program, tapi juga dikerjakan secara lintas sektoral demi
untuk meningkatkan mutu pelayanan. Pada saat yang bersamaan, terjadi ledakan kasus
Campak di Puskesmas setempat. Ternayta cakupan imunisasi Campak dalam 3 tahun terakhir
selalu berada pada kisaran < 50%.
Dalam pertemuan lintas sektoral, tokoh agama juga terlibat dalam ikut urun rembuk
penyelesaian masalah kesehatan di masyarakat. Tokoh agama menyampaikan, bahwa dalam
pandangan Islam mencipatakan kemaslahatan insani yang hakiki adalah merupakan salah satu
tujuan syariat Islam dan hukum menjaga kesehatan dan berobat adalah wajib.

Kata Sulit :

1 | Page
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

1. KLB (Kejadian Luar Biasa) : Status yang ditegakkan Indonesia untuk


mengklasifikasikan merebaknya suatu wabah penyakit
2. IR (Incidence Rate) : frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di
suatu tempat/wilayah/Negara pada waktu tertentu
3. CFR (Case Fatality Rate) : Presentasi angka kematian oleh sebab penyakit tertentu
untuk menentukan sebab keganasan/kegawatan kasus tersebut
4. PE (Penyelidikan Epidemiologi) : suatu kegiatan penyelidikan/survey yang bertujuan
untuk dapat gambaran masalah kesehatan secara menyeluruh.
5. Lintas Program : Penggabungan dan Penghubung antara program dalam suatu instansi
6. Lintas Sektoral : Program yang melibatkan suatu institusi yang membutuhkan
pemberdayaan dari pemerintah atau swasta mengenai peraturan yang ditetapkan untuk
mewujudkan alternative kebijakan secara terpadu

Pertanyaan :

2 | Page
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

1. Apa syarat Puskesmas merujuk ke Dinkes/RS?


2. Apa tindakan Puskesmas untuk menanggulangi KLB?
3. Apa kriteria KLB?
4. Mengapa masyarakat tidak mengerti jika mulai demam harus dibaw ake Puskesmas?
5. Siapa yang menetapkan KLB ?
6. Cara melakukan PE ?
7. Siapa yang melakukan PE ?
8. Bagaimana pandangan Islam tentang menjaga kesehatan dan berobat?
9. Apa beda KLB dan wabah?

Jawaban :
1. Jika sudah tidak bisa ditangani tenaga medis
2. Melakukan Penyelidikan Epidemiologi untuk mennetukan penanganan KLB
3. Peningkatan kejadian kesakitan dalam 3 kurun waktu tertentu, penyakit yang belum
ada di daerah itu mendadak naik
4. Kurang pengetahuan dari masyarakat , budaya dan social yang ada di masyarakat
5. Dinas kesehatan kabupaten/kota.
6. Survey, pengumpulan data, pengolahan , pengumpulan hasil, penyuluhan, feedback.
7. Puskesmas dan Dinas Kesehatan.
8. Wajib Menjaga Kesehatan
9. Wabah dan KLB memiliki mortalitas dan morbiditas. Tapi pada wabah lebih ke
peningkatan kejadian penyakit menular yang meningkat sedangkan KLB lebih ke
kesakitan dan kematian yang meningkat bermakna secara epidemiologi.

Hipotesis
Input (kurang pengetahuan) dan proses (6m 1i, kurang penyuluhan)

Insiden DBD meningkat 2 kali lipat

KLB Penaggulangan KLB

Puskesmas merujuk ke RS

LI. 1 Memahami dan Menjelaskan KLB

LO.1.1 Definisi KLB

3 | Page
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang
bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu (Kep. Dirjen
PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan salah satu istilah
yang sering digunakan dalam epidemiologi. Istilah ini juga tidak jauh dari istilah wabah yang
sring kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kedua istilah ini sering digunakan akan tetapi
sering kali kita tidak mengetahui apa arti kedua kata tersebut.Menurut UU : 4 Tahun 1984,
kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian
yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Kejadian Luar Biasa (adalah ) Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004.

Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan, mencabut
daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah

Perbedaan definisi antara Wabah dan KLB :


Wabah harus mencakup:
Jumlah kasus yang besar.
Daerah yang luas
Waktu yang lebih lama.
Dampak yang timbulkan lebih berat.

Ketentuan KLB untuk DBD :


Jumlah kasus bulan ini >2 X dari kasus bulan yang sama tahun lalu
Jumlah kasus bulan ini > 2X dari rata-rata tahun lalu
Jumlah kasus bulan ini > dari jumlah kasus tertinggi tahun lalu
1 kasus kematian
1 kasus DSS

Tujuan Umum KLB :


Mencegah meluasnya (penanggulangan)
Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian)

Tujuan khusus :
Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit
Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB
Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi KLB

LO.1.2 Penyebab KLB

1. Herd Immunity yang rendah

4 | Page
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Yang mempengaruhi rendahnya faktor itu, sebagian masyarakat sudah tidak kebal lagi, atau
antara yang kebal dan tidak mengelompok tersendiri.

2. Patogenesiti
Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul sakit.

3. Lingkungan Yang Buruk


Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi mempengaruhi kehidupan ataupun
perkembangan organisme tersebut.
Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat.
Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan.
Mempunyai masa inkubasi yang cepat.
Terjadi di daerah dengan padat hunian.

Jenis penyakit yang menimbulkan KLB :


Penyakit menular : Diare, Campak, Malaria, DHF
Penyakit tidak menular : Keracunan, Gizi buruk
Kejadian bencana alam yang disertai dengan wabah penyakit

LO.1.3 Klasifikasi KLB

Karakteristik Penyakit yang berpotensi KLB :


Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat.
Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan.
Mempunyai masa inkubasi yang cepat.
Terjadi di daerah dengan padat hunian.

Klasifikasi KLB menurut Penyebab:


1. Toksin
a. Entero toxin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera,
Eschorichia, Shigella.
b. Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, Clostridium
perfringens.
c. Endotoxin.
2. Infeksi : Virus, Bacteri, Protozoa, Cacing.
3. Toksin Biologis : Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-tumbuhan
4. Toksin Kimia Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam-logam lain
cyanida. Zat kimia organik: nitrit, pestisida. Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan
sebagainya

Klasifikasi menurut Sumber KLB

1. Manusia, ex: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti
Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis.

5 | Page
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

2. Kegiatan manusia, ex : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek,


penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).
3. Binatang, ex : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira, Salmonella,
Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton
4. Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya), ex : Salmonella, Staphylokok, Streptokok.
5. Udara, ex : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.
6. Permukaan benda-benda/alat-alat, ex : Salmonella.
7. Air, ex : Vibrio Cholerae, Salmonella.
8. Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.

LO.1.4 Kriteria KLB

Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang
Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu
kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:

1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).Jumlah penderita baru dalam
satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan
angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan
kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun
sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, "DHF/DSS": a). Setiap peningkatan kasus dari
periode sebelumnya (pada daerah endemis). b) Terdapat satu atau lebih penderita baru
dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari
penyakit yang bersangkutan.
9. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan
pestisida.

LO.1.5 Metodologi Penyelidikan KLB

6 | Page
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Tingkat atau pola dalam penyelidikan KLB ini sangat sulit ditentukan, sehingga metoda yang
dipakai pada penyelidikan KLB sangat bervariasi. Menurut Kelsey et al., 1986; Goodman et
al., 1990 dan Pranowo, 1991, variasi tersebut meliputi :
1. Rancangan penelitian, dapat merupakan suatu penelitian prospektif atau retrospektif
tergantung dari waktu dilaksanakannya penyelidikan. Dapat merupakan suatu
penelitian deskriptif, analitik atau keduanya.
2. Materi (manusia, mikroorganisme, bahan kimia, masalah administratif),
3. Sasaran pemantauan, berbagai kelompok menurut sifat dan tempatnya (Rumah sakit,
klinik, laboratorium dan lapangan).
4. Setiap penyelidikan KLB selalu mempunyai tujuan utama yang sama yaitu mencegah
meluasnya (penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan datang
(pengendalian), dengan tujuan khusus :
a. Diagnose kasus-kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit
b. Memastikan keadaan tersebut merupakan KLB
c. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
d. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
e. Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang berisiko akan terjadi
KLB

Langkah-langkah Penyelidikan KLB


1. Persiapan penelitian lapangan
2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB
3. Memastikan Diagnose Etiologis
4. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)
7. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran
8. Mengidentikasi keadaan penyebab KLB
9. Merencanakan penelitian lain yang sistematis
10. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan
11. Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi
12. Melaporkan hasil penyelidikan kepada Instansi kesehatan setempat dan kepada sistim
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi

LO.1.6 Penanggulangan KLB

7 | Page
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang
dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini
dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa
pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada
yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan
yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi
terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul
dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh
tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002).

Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta
Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan
segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan
bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi
wabah secara dini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih
dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit
didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat
diantisipasi (Sidemen A., 2003).

Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem
surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan
Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu sistem
jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita
adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara
cepat (Badan Litbangkes, Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus
dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan
sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal
menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit,
tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen
A., 2003)

Penaggulangan KLB Adalah kegiatan yg dilaksanakan utk menangani penderita, mencegah


perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB yg
sedang terjadi

Tujuan penanggulangan KLB :


Mengenal dan mendeteksi sedini mungkin terjadinya klb
Melalukan penyelidikan klb
Memberikan petunjuk dalam mencari penyebab dan diagnose klb
Memberikan petunjuk pengiriman dan penanggulangan klb
Mengembangkan sistem pengamatan yang baik dan menyeluruh, dan menyusun
perencanaan yang mantap untuk penanggulangan klb

Upaya Penanggulangan KLB :


Penyelidikan epidemiologis

8 | Page
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan


karantina
Pencegahan dan pengendalian
Pemusnahan penyebab penyakit
Penanganan jenazah akibat wabah
Penyuluhan kepada masyarakat

Indikator Program penanggulangan KLB adalah :


Terselenggaranya system kewaspadaan dini KLB di unit-unit pelayanan wilayan
puskesmas, kabupaten/kota, propinsi dan nasional.
Deteksi dan respon dini KLB
Tidak terjadi KLB besar.

Indikator Keberhasilan Penanggulangan KLB :


Menurunnya frek KLB
Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB
Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB
Memendeknya periode KLB
Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB

Penanggulangan pasien saat KLB :

1. Jangka pendek
Menemukan dan mengobati pasien
Melakukan rujukan dengan cepat
Malakukan kaporasi sumber air dan disinfeksi kotoran yang tercemar
Memberi penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi lingkungan
Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral
2. Jangka panjang
Memperbaiki faktor lingkungan
Mengubah kebiasaan tidak sehat menjadi sehat
Pelatihan petugas

Upaya penaggulangan KLB DBD :


Pengobatan/ perawatan penderita
Penyelidikan epidemiologi
Pemberantasan vector
Penyuluhan kepada mayarakat
Evaluasi/ penilaian penanggulangan KLB

Indikator keberhasilan penanggulangan KLB


1. Menurunnya frekuensi KLB.
2. Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB.
3. Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB.

9 | Page
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

4. Memendeknya periode KLB.


5. Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB.

LI.2 Memahami dan Menjelaskan Penyelidikan Epidemiologi

LO.2.1 Definisi Penyelidikan Epidemiologi (PE)


Penyelidikan Epidemiologi adalah rangkaian kegiatan untuk mengetahui suatu kejadian baik
sedang berlangsung maupun yang telah terjadi, sifatnya penelitian, melalui pengumpulan data
primer dan sekunder, pengolahan dan analisa data, membuat kesimpulan dan rekomendasi
dalam bentuk laporan.

LO.2.2 Tujuan dan Manfaat Epidemiologi


Manfaat Epidemiologi antara lain:
1. Membantu pekerjaan Administrasi Kesehatan
2. Dapat menerangkan penyebab masalah kesehatan
3. Dapat menerangkan perkembangan alamiah penyakit
4. Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan
a. Epidemi (singkat dan tinggi)
b. Pandemi (peningkatan yang sangat tinggi dan telah amat luas)
c. Endemi (frekuansi tetap dalam waktu yang lama)
d. Sporadik (berubah-ubah menurut perubahan waktu)

Tujuan Penyelidikan Epidemiologi (PE)


Mendapatkan besaran masalah yang sesunguhnya, Mendapatkan gambaran klinis dari suatu
penyakit, Mendapatkan gambaran kasus menurut variabel Epidemiology, Mendapatkan
informasi tentang faktor risiko (lingkungan, vektor, perilaku, dll) dan etiologi, Dari ke empat
tujuan di tersebut dapat dianalisis sehingga dapat memberikan suatu penanggulangan atau
pencegahan dari penyak

10 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

LO.2.3 Langkah Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE)

1. Tahap survey pendahuluan :


a. Memastikan adanya KLB
b. Menegakan diagnosa
c. Buat hypotesa sementara ( penyebab, cara penularan, faktor yg mempengaruhi)

2. Tahap Pengumpulan Data :


a. Identifikasi kasus kedalam variabel epid (orang, tempat, waktu)
b. Uji hipotesis
c. Menentukan kelompok yg rentan

3. Tahap pengolahan data :


a. Lakukan pengolahan menurut variable epid, menurut ukuran epid, menurut nilai
statstik.
b. Lakukan analisa data menurut variable epid, ukuran epid,dan nilai statistik.
Bandingkan dg nilai yang sudah ada
c. Buat intepretasi hasil analisa
d. Buat laporan hasil penanggulangan

4. Tentukan tindakan penanggulangan dan pencegahan :


a. Tindakan penanggulangan :
1. Pengobatan penderita
2. Isolasi kasus
b. Tindakan pencegahan :
1. Surveilans yg ketat
2. Perbaikan mutu lingkungan
3. Perbaikan status kesehatan masyarakat

LO.2.4 Indikasi Penyelidikan Epidemiologi (PE)


Pencegahan & Penanggulangan
Laporan masyarakat, politik, serta kepentingan legal aspek
On the Job Traning
Penelitian
Masalah Program Pemberantasan

LO.2.5 Ukuran Ukuran Dalam Epidemiologi

Proporsiadalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Proporsi


digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasi

11 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Ratio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling tergantung. Ratio digunakan untuk
menyatakan besarnya kejadian

Contoh: Jumlah Mahasiswa Stikes = 100, ratio pria : wanita = 2 : 3. Berapa jumlah masing2
mahasiswa?
Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang mempunyai risiko
kejadian tersebut. Rate digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian
tertentu dalam masyarakat

Contoh:
Campak berisiko pada balita
Diare berisiko pada semua penduduk
Ca servik berisiko pada wanita

PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN/ MORBIDITAS

INCIDENCE RATE
Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu
tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu

12 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

PREVALENCE RATE
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam masyarakat di
suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu. PR yang ditentukan pada waktu tertentu
(misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence Rate. PR yang ditentukan pada periode
tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000) disebut Periode Prevalence Rate.

ATTACK RATE
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu

PENGUKURAN MORTALITY RATE

CRUDE DEATH RATE


CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama satu tahun dibagi
jumlah penduduk pada pertengahan tahun

SPECIFIC DEATH RATE


SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu tahun dibagi
jumlah penduduk pada pertengahan tahun

13 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

CASE FATALITY RATE


CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk menentukan
kegawatan/ keganasan penyakit tersebut

MATERNAL MORTALITY RATE


MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/
melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup

INFANT MORTALITY RATE


IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per 1000
kelahiran hidup

NEONATAL MORTALITY RATE


NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi sampai umur < 4
minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup

PERINATAL MORTALITY RATE


PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28 minggu s/d
7 hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup

14 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

LI.3 Memahami dan Menjelaskan Perilaku Kesehatan Individu dan Masyarakat Dalam
Pola Mencari Pengobatan
Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai
dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka
mempunyai aktivitas masing-masing. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner (1938) seorang
ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua:
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).
Misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda
tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Misalnya : seorang ibu memeriksa kehamilannya atau membawa anaknya ke
puskesmas untuk diimunisasi.
Perilaku Kesehatan Individu
Perilaku kesehatan individu pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respons dan
stimulus atau perangsangan. Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan,
persepsi, dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan
stimulus atau rangsangan terdiri 4 unsur pokok, yakni : sakit & penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, dan lingkungan. Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 4 kelompok :

1) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usaha-


usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha
untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebeb itu perilaku pemeliharaan kesehatan
ini terdiri dari 3 aspek :
a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
c. perilaku gizi (makanan & minuman).
2) Perilaku Pencarian atau Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau
sering disebut Perilaku Pencarian Pengobatan (health seeking behavior) adalah
menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan.

15 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai
mencari pengobatan ke luar negeri.
3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi,
sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di
dalamnya/zat gizi, pengelolaan makanan, dll.
4) Perilaku Kesehatan Lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan,
baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana sehingga lingkungan
tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979)
membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan ini.
a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya
atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain :
a) Menu seimbang
b) Olahraga teratur
c) Tidak merokok
d) Tidak minum-minuman keras dan narkoba
e) Istirahat yang cukup
f) Pengendalian stres
g) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
b. Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit.
Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala
penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) mencakup :
a) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
b) Mengenal/mengetahu fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan
penyakit yang layak.
c) Mengetahu hak (misalnya : hak memperoleh perawatan dan
pelayanan kesehatan).

Kosa & Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi
oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan
kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap
indivisu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau
pencegahan yang berbeda meskipun gangguan kesehatannya sama. Pada umumnya tindakan
yang diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap
gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan
individu menstimulasi dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini
menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang
dialami dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya. Proses ini mengikuti
suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni :
1) Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau
ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang
lain (anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan. Selanjutnya
gangguan dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang
diberi informasi tersebut menilai dengan kriteria subjektif.

16 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

2) Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Disadari


bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang
bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan gangguan tersebut
dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancaman-ancaman ini akan
menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku.
3) Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialaminya. Oleh
karena gangguan kesehatan terjadi secara teratur di dalam suatu kelompok tertentu
maka setiap irang di dalam kelompok tersebut dapat menghimpun pengetahuan
tentang berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Dari sini
sekaligus orang menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu baik
secara tradisional maupun modern. Berbagai cara penerapan pengetahuan baik dalam
menghimpun berbagai macam gangguan maupun cara-cara mengatasinya tersebut
merupakan pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.
4) Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau menghilangkan
kecemasan atau gangguan tersebut. Di dalam hal ini baik orang awam maupun tenaga
kesehatan melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk
mengatasi gangguan kesehatan. Dari sini lahirlah pranata-pranata kesehatan baik
tradisional maupun modern.

Perilaku Kesehatan Masyarakat


Tradisi Masyarakat
Kepercayaan Masyarakat
Aspek Sos-Eko dalam Mengakses Pelayanan Kesehatan
Aspek Sos-Bud dalam Mengakses Pelayanan Kesehatan
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau
Stimulus Organisme Respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua
(Notoatmodjo, 2003) :
a. Perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior).Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

17 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT


Prinsip pendidikan kesehatan masyarakat
a. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas tetapi merupakan kumpulan
pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan
sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan
b. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang
lain karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan
dan tingkah lakunya sendiri.
c. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu
keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.
d. Penddikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan ( individu),keluarga,
kelompok, dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.

Ruang Lingkup Pendidikan kesehatan masyarakat.


Dimensi sasaran
Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu
Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu
Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas

Dimensi tempat pelaksanaan


Pendidikan kesehatan dirumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga
Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar

Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau
pekerja
Dimensi tingkat pelayanan kesehhatan
Pendidikan kesehatan promosi kesehatan ( health promotion) missal ; Peningkatan gizi,
perbaikan sanitasi lingkungan , gaya hidup dan sebagainya
Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus ( specific Protection) missal : imunisasi
Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnostic and
promt treatment ) missal : dengan pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari
dari resiko kecacatan
Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi missal : dengan memulihkan kondisi cacat
melalui latihan latihan tertentu

METODE PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT


a. Metode pendidikan individual ( perorangan)
Bimbingan dan penyuluhan ( guidance and counseling) yaitu ; kontak antara klien
dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi
dan dibantu penyelesaianya, akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan
bedasarkan kesadaran penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut ( mengubah
prilaku)
Interview ( wawancara);Yaitu merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan dan
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubhan untuk mengetahui
apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pngertian
dan kesadara yang kuat apabila belum maka peru penyuluhan yang lebih mendalam
lagi.
b. Metode pendidikan kelompok

18 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Kelompok Besar : Ceramah, seminar


kelompok Kecil : diskusi kelompok , Curah pendapat ( brain storming), Bola salju
( snow balling), kelompok kecil kecil ( buzz group), Memainkan peranan ( role play),
Permainan simulasi ( simulation game ).
c. Metode pendidikan massa
Ceramah umum ( public speaking)
Pidato pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun
radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa
Simulasi dialog atar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu
penyakit atau masalah kesehatan melalui tv atau radio
Tulisan tulisan di majalah / Koran baik dalam bentuk artikel maupun Tanya jawab /
konsultasi tentang kesehatan
Bill board yang dipasang dipinggir jalan ,spanduk dan poster
d. Alat bantu dan media pendidikan kesehatan masayarakat
Alat bantu (peraga) Alat alat yang digunakan oleh peserta didik dalam menyampaikan
bahan pendidikan /pengajaran. Macam macam alat bantu pendidikan : - Alat bantu lihat
( visual body) seperti Slide , film, film strip
Alat bantu dengar ( audio aids) seperti piringan hitam, radio, pita suara
Alat bantu lihat dengar seperti : Televisi
e. Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pedidikan ( audio visual aids)
disebut media pendidikan karena alat alat tersebut merupakan alat saluran ( channel) untuk
menyampaikan kesehatan karena alat alat tersebut digunakan untuk mempermudah
penerimaan pesan pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien . berdasarkan fungsinya
sebagai penyaluran pesan pesa kesehatan ( media) media ini dibagi menjadi 3 : Cetak ,
elektronik. Media papan ( billboard)

ILMU PERILAKU DAN PERILAKU KESEHATAN


Konsep perilaku
Skinner ( 1938 ) seorang ahli perilaku mengemukakakn bahwa perilaku adalah merupakan
hasil hubungan antara perangsang ( stimulus) dan tanggapan ( respon) ia membagi menjadi 2
yaitu ;
a. Respondent respons reflexive respons ialah yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu
.perangsangan semacam ini disebut elicting stimuli, karena menimbulkan respon respons
yang relative tetap misalnya : makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur , cahaya
yang kuat akan menimbulkan mata tertutup dll. Respondent respons ini mencakup juga
emosi respons atau emotional behavior. Emotional respons ini timbul karena hal yang
kurang mengenakan organism yang ersangkutan. Misalnya menangis karena sedih /
sakit .muka merah sebaliknya hal hal yang mengenakan pun dapat menimbulkan perilaku
emosinal misalnya tertawa, berjingkat jingkat karena senang.
b. Operant respons atau instrumental respons adalah respons yang timbul dan berkembang
diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut reinforcing stimuli
atau reinforce, karena perangsangan perangsangan tersebut memperkuat respons yang
telah dilakukan oleh organism. Oleh karena itu perangsangan yang demikian itu
mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan .Contoh :
apabila memperoleh hadiah maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik
lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain respons nya akan lebih intensif atau
lebih kuat lagi.

19 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

PERILAKU KESEHATAN
Yaitu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit , system
pelayanan kesehatan makanan serta lingkungan .perilaku kesehatan mencangkup 4 yaitu :
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik
pasif maupun aktif perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai
dengan tingkatan tingkatan pencegahan penyakit misalnya : Perilaku pencegahan
penyakit ( health prevention behavior) respon utuk melaakukan pencegahan penyakit
misalnya tidur dengan kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria .imunisasi
b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan , baik pelayanan kesehatan tradisional maupun
modern. Perilaku ini mencakup respons terhadap fasillitas pelayanan cara pelayanan,
petugas kesehatan, dan obat obatan yang terwjud dalam pengetahuan , persepsi, sikap
dan penggunaan fasilitas ,petugas dan obat obatan
c. Perilaku terhadap makanan ( nutrition behavior) yaitu respons seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan , meliputi pengetahuan ,persepsi, sikap
dan praktek kita terhadap makanan serta unsure unsure yang terkandung didalamnya
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan ( environmental health behavior) adalah respon
seseorang terhadap lingkungan sekitarnya sebagai determinan kesehatan manusia.
Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri dengan bersih ,
pembuangan air kotor dengan limbah dengan rumah yang sehat dengan pembersihan
sarang saranng nyamuk ( vector) dll.

KLASIFIKASI PERILAKU
a. Perilaku kesehatan ( health behavior) yaitu hal hal yang berkaitan dengan memelihara ,
meningkatkan dan mencegah penyakit dengan tindakan tindakan perorangan seperti
sanitasi, memilih makanan dn kebersihan
b. Perilaku sakit ( illness behavior) yaitu tindakan seseorang dalam menyikapi sakit dan
kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit ,penyebab penyakit serta usaha
usaha mencegah penyakit tersebut.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yaitu tindakan seseorang yang sedang sakit
untuk memperoleh kesembuhan .perilaku ini disamping berpengaruh terhadap
kesehatan /kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitanya sendiri
juga berpengaruh terhadap orang lain terutama anak anak yang belm mempunyai
kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatanya.

RESPON PERILAKU TERHADAP PENYAKIT


a. Bentuk pasif : respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara
langsung dapat terlihat oleh orang lain missal tanggapan atau sikap batin dan
pengetahuan.
b. Bentuk Aktif : yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung misalnya pada
kedua contoh diatas si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas untuk imunisasi

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


a. Faktor predisposing berupa pengetahuan , sikap , kepercayaa, tradisi, nilai dll
b. Faktor enabling /pemungkin berupa ketersediaan sumber sumber / fasilitas peraturan
peraturan
c. Faktor reinforcing/ mendorong/memperkuat berupa tokoh agama , tokoh masyarakat.

PERUBAHAN PERILAKU
a. Teori Stimulus dan Transformasi
b. Teori teori belajar social ( social searching )

20 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Tingkah laku sama ( same behavior )


Tingkah laku tergantung ( matched dependent behavior)
Tingkah laku salinan ( copying behavior )
c. Teori belajar social dari bandara dan walter
Efek modeling ( modeling effect ) yaitu peniru melakukan tingkah laku baru melalui
asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model
Efek menghambat ( inhibition) dan menghapus hambatan ( dishinbition ) dimana
tingkah laku yang tidak sesuai dengaan model dihambat timbulnya, sedangkan
tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan hambatannya
sehingga timbul tingkah laku yang dapat menjadi nyata
Efek kemudahan ( facilitation effect ) yaitu tingkah laku yang sudah pernah dipelajari
oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah laku model.

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mengobati


Mayoritas masyarakat dengan pengetahuan kurang dan sedang (78%), sikap yang sedang
(8%) cenderung akan berobat ke puskesmas jika mereka telah menderita atau merasakan
matanya sakit seperti gatal, mata merah, belekan, jika telah mengalami kebutaan, bila sudah
tidak dapat bekerja , tidak dapat mengenali seseorang dalam jarak dekat maupun jauh, dan
tidak bisa berjalan dengan baik. Mereka biasanya akan mengeluh sakit pada matanya
sehingga mereka baru memeriksakan sakitnya ke puskesmas. Berdasarkan teori perilaku
pencarian pelayanan kesehatan disebutkan bahwa perilaku orang yang sakit untuk
memperoleh penyembuhan mencakup tindakan- tindakan seperti perilaku pencarian dan
penggunaan fasilitas/tempat pelayanan kesehatan (baik tradisional maupun modern).
Tindakan ini dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan di luar negeri

Masyarakat jika menderita sakit cenderung mengobati sendiri terlebih dahulu dengan
membeli obat di warung seperti tetes mata, salep di apotik tanpa resep dari dokter, mereka
hanya menanyakan kepada penjaga apotik obat mana yang biasa digunakan untuk mata
merah, padahal dengan mereka membeli obat tanpa resep dokter belum tentu itu baik buat
kesehatan mata, dan belum tentu obat tersebut tidak menimbulkan efek samping jika
mengabaikan aturan pemakaian. Dan ada juga yang mengobati secara tradisional yaitu
dengan mengompres mata dengan air hangat, air sirih, air teh, daun kelor dan air bambu. Di
sisi lain masyarakat dengan pengetahuan baik (22%) dan bersikap baik (92%) berperilaku
langsung mengobati ke puskesmas atau rumah sakit. Hal ini dikarenakan mereka mengetahui
apa yang akan terjadi jika terlambat dalam melakukan pengobatan, dan juga mereka memiliki
dasar pengetahuan yang baik tentang kesehatan, khususnya kesehatan mata. Sehingga jika
mengalami gangguan pada mata mereka langsung mengobati dengan rasional.
Pelayanan Kesehatan Modern

1. Polindes.
Polindes adalah salah satu program pembangunan oleh pemerintah RI bidang kesehatan yang
berangkat dari persoalan tingginya angka kesakitan dan kematian ibu karena hamil dan
bersalin. Program ini merupakan program penyediaan fasilitas layanan kesehatan di desa
yang jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai. Tiga tujuan utama program adalah:
sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu, anak dan KB.
sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
sebagai tempat konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat,
dukun bayi dan kader kesehatan.

21 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Secara institusi dan gagasan, polindes merupakan representasi sistim medis modern yang
dalam proses intervensi di masyarakat sasaran akan bertemu dengan sistim medis lokal
tradisional. Dinamika dan proses komunikasi yang terjadi antara keduanya menghasilkan
adopsi parsial program oleh masyarakat sasaran. Hal yang menarik dari data temuan lapangan
adalah terdapat perbedaan perspektif antara program dan nilai-nilai lokal dalam
menginterpretasi kehamilan dan persalinan dan etiologi tentang sehat sakit. Program
beroperasi atas dasar prinsip-prinsip fisiologis dan model-model biomedis serta bekerja atas
diktum preventif.

Hal ini konsisten dengan cara kerja sistem medis modern (dalam hal ini program KIA di
polindes) yaitu mencegah lebih baik dari pada mengobati. Bagi pengetahuah lokal, kehamilan
dan persalinan lebih dijelaskan dalam kerangka religius dan transendental sehingga campur
tangan manusia dianggap minimal dan pasif. Dalam konteks pemikiran ini, pemeliharaan dan
perawatan dengan makna mencegah resiko sebalum terjadi tidak dikenal dan dianggap
mendahului takdir yang memberi rasionalisasi rendahnya angka kunjungan konsultasi ibu
selama kehamilan hingga paska bersalin. Pada gilirannya hal ini menghambat deteksi dini
resiko pada kehamilan ibu dan menghalangi upaya-upaya untuk mengatasinya. Pendekatan
program yang cendrung tekhnikal medis membuat program menjadi keras dan impersonal
bagi ibu. Memperhatikan dan mengadopsi sistim kognisi lokal, etiologi setempat dan pola
keterlibatan individu-individu dalam sistim sosial setempat kedalam program dapat memberi
keuntungan pada program dalam jangka panjang hingga program dapat menyediakan layanan
yang lebih sesuai dengan kondisi dan pengetahuan lokal. Upaya memahami nilai-nilai budaya
dan sistim sosial setempat memberi pemahaman tentang faktor- faktor yang menghambat
diadopsinya program dan merancang strategi yang dapat mendukung program. Kata kunci:
Polindes, pelayanan kesehatan ibu hamil bersalin, faklor sosial budaya.

2. Holistik Modern
Sudah saatnya bagi masyarakat untuk beralih ke layanan kesehatan holistik modern. Dalam
situasi biaya pelayanan kesehatan umum sekarang ini sangat tinggi dan kadang-kadang terasa
mencekik dan sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat, maka untuk mendapatkan
konsultasi dan pengobatan berbagai penyakit secara maksimum dengan akurat dan hemat,
sudah saatnya masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan Holistik Modern.

DR.ASVIAL RIVAI, M.D (M.A) sang pelopor dan pengembang layanan kesehatan holistik
modern itu di Indonesia sejak tahun 1997, menjelaskan. Di bawah ini, kami tampilkan
wawancara Kris Sadipun dari Bekasi Ekspres (BE) dengan DR.ASVIAL RIVAI (AR) di
Kantor Pusat Holistik Moderen, Mall Belannova, Sentul City, Bogor, dalam bentuk tanya-
jawab menyangkut keunggulan layanan kesehatan Holistik Moderen
BE: Apa yang dimaksud dengan layanan kesehatan Holistik Modern?
AR: Itu hanya sebuah nama. Apalah arti sebuah nama, banyak orang berkata begitu.
Tapi sebenarnya holistik modern merupakan sebuah sebutan terhadap satu sistem
pelayanan terpadu dalam memenuhi berbagai kebutuhan untuk pemeliharaan dan
perbaikan tingkat kesehatan yang mungkin sudah rusak yang disebut sakit-sakitan.
Layanan kesehatan holistik modern dalam arti yang sangat dalam, meliputi berbagai
pelayanan termasuk layanan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh, konsultasi
kesehatan secara menyeluruh (baik fisik, emosional dan juga kejiwaan), perawatan /
pengobatan penyakit-penyakit secara menyeluruh (juga fisik, emosional dan kejiwaan),
pemberian nasehat dan anjuran-anjuran kesehatan secara menyeluruh (berlaku juga
untuk kesehatan fisik, emosional dan kejiwaan), kontrol ulang serta bimbingan /
tuntunan selama penyakit-penyakitnya belum sembuh atau selama masih dibutuhkan

22 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

oleh sipenderita. Itu dilakukan secara terpadu oleh satu tenaga praktisi yang sudah
dilatih untuk menekuni profesi itu, tanpa harus rujuk kesana sini, tanpa harus ambil
darah, tanpa suntikan, tanpa melukai dan malah tanpa buka-buka pakaian sangat etis.

Dalam melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, digunakan berbagai metode yang


megacu pada ilmu pengetahuan kesehatan dengan benar, sebagai satu pandangan lain
nonmedis, yang merupakan terobosan baru dalam bidang kesehatan yang sangat sederhana
tapi sangat efektif, yaitu ilmu iridology yang berasal atau ditemukan oleh seorang dokter
medis di Eropa (yaitu satu ilmu pengetahuan bagaimana mendeteksi penyakit malalui tanda-
tanda yang terjadi pada mata akibat adanya gangguan penyakit itu), Ilmu kinesiology yang
berasal atau ditemukan oleh seorang ahli saraf di Amerika (yaitu ilmu pengetahuan
bagaimana mengetahui tingkat kesehatan organ-organ dan sistem tubuh melalui kelemahan
yang terjadi pada otot lengan) dan ilmu phytobiophysics yang berasal atau ditemukan oleh
seorang dokter juga di Inggris (yaitu bagaimana mengetahui dan memperbaiki tingkat
penyakit dan kelemahan tubuh seseorang melalui perobahan energy yang terjadi pada tubuh
yang ditest dengan energy bunga-bungaan berbagai warna). Dan ada juga berbagai cara
pendeteksian dan perawatan yang lain, seperti heart lock, jump leading, universal
energy, podorachidian dan lain-lain.

3. Pelayanan Kesehatan Tradisional


Sekalipun pelayanan kesehatan moderen telah berkembang di Indonesia, namun jumlah
masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi. Menurut Survei Sosial
Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar 57,7% penduduk Indonesia melakukan
pengobatan sendiri, sekitar 31,7% menggunakan obat tradisional serta sekitar 9,8%
menggunakan cara pengobatan.

Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara pengobatan atau
perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan yang diperoleh secara turun temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli
maupun yang berasal dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam
masyarakat (UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).

Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih tinggi di
Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
a. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.
b. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya masyarakat
menguntungkan pengobatan tradisional.
c. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen.
d. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa penyakit
tertentu.
e. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat) yang berasal
dari alam (back to nature).
f. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.
g. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.
h. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.
i. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.
j. Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tradisional.

23 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Pengobatan alternatif bias dilakukan dengan menggunakan obat-obat tradisional, yaitu bahan
atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik),
atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan
pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar
pengobatan kedokteran moderen (pelayanan kedoteran standar) dan digunakan sebagai
alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran moderen tersebut.

Berbagai istilah telah digunakan untuk cara pengobatan yang berkembang di tengah
masyarakat. WHO (1974) menyebut sebagai traditional medicine atau pengobatan
tradisional. Para ilmuwan lebih menyukai traditional healding. Adapula yang
menyebutkanalternatif medicine. Ada juga yang menyebutkan dengan folk medicine, ethno
medicine, indigenous medicine (Agoes, 1992;59).
Dalam sehari-hari kita menyebutnya pengobatan dukun. Untuk memudahkan penyebutan
maka dalam hal ini lebih baik digunakan istilah pengobatan alternatif, karena dengan istilah
ini apat ditarik garis tegas perbedaan antara pengobatan moderen dengan pengobatan di
luarnya dan juga
dapat merangkum sistem-sistem pengobatan oriental (timur) seperti pengobatan tradisional
atau sistem penyembuhan yang berakar dari budaya turun temurun yang khas satu etnis (etno
medicine).

Pengobatan alternatif sendiri mencakup seluruh pengobatan tradisional dan pengobatan


alternatif adalah pengobatan tradisional yang telah diakui oleh pemerintah. Pengobatan yang
banyak dijumpai adalah pengobatan alternatif yang berlatar belakang akar budaya tradisi
suku bangsa maupun agama. Pengobat (curer) ataupun penyembuh (healer) dari jasa
pengobatan maupun penyembuhan tersebut sering disebut tabib atau dukun. Pengobatan
maupun diagnosa yang dilakukan tabib atau dukun tersebut selalu identik dengan campur
tangan kekuatan gaib ataupun yang memadukan antara kekuata rasio dan batin.

Salah satu cirri pengobatan alternatif adalah penggunaan doa ataupun bacaan-bacaan. Doa
atau bacaan dapat menjadi unsur penyembuh utama ketika dijadikan terapi tunggal dalam
penyembuhan.Selain doa ada juga ciri yang lain yaitu adanya pantangan pantangan.

Pantangan berarti suatu aturan-aturan yang harus dijalankan oleh pasien. Pantangan-
pantangan tersebut harus dipatuhi demi kelancaran proses pengobatan, agar penyembuhan
dapat selesai dengan cepat. Dimana pantanganpantangan tersebut sesuai dengan penyakit
yang diderita pasien. Seperti misalnya penyakit patah tulang maupun terkilir, biasanya
dilarang unutk mengkonsumsi minum es dan kacang-kacangan. Makanan-makanan tersebut
menurutnya dapat mengganggu aliran syaraf-syaraf yang akan disembuhkan.
Asumsi Determinan Perilaku
Menurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan.
Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang
tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala
kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan
sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut
dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas,

24 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

sosial budaya dan sebagainya. Proses terbentuknya perilaku dapat diilustrasikan pada gambar
berikut :

Determinan perilaku
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat
mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain
1. Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa
kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes)
dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2) Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-
obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3) Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2. Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan
fungsi dari :
1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behavior itention).
2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accesebility of information).
4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan
(personal autonomy).

25 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).


3. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :
Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek
kesehatan).

(1) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang


lain.
(2) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu.
(3) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.
Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling
dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau
objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu
terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan
diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti
atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya
pengalaman seseorang.
Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa
yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan
sebagainya.
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya
disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu
berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia
(Notoatmodjo, 2003)

LI.4 Memahami dan Menjelaskan Pengaruh Sosial Budaya Dalam Perilaku Kesehatan
Masyarakat
Perilaku Kesehatan Masyarakat dan Pola pencarian pengobatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Bentuk dari
perilaku tersebut ada dua yaitu pasif dan aktif. Perilaku pasif merupakan respon internal dan
hanya dapat dilihat oleh diri sendiri sedangkan perilaku aktif dapat dilihat oleh orang lain.
Masyarakat memiliki beberapa macam perilaku terhadap kesehatan. Perilaku tersebut
umumnya dibagi menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit. Perilaku sehat yang
dimaksud yaitu perilaku seseorang yang sehat dan meningkatkan kesehatannya tersebut.
Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindari dari penyakit
dan penyebab penyakit atau masalah, atau penyebab masalah (perilaku preventif). Contoh
dari perilaku sehat ini antara lain makan makanan dengan gizi seimbang, olah raga secara
teratur, dan menggosok gigi sebelum tidur.

26 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Yang kedua adalah perilaku sakit. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit atau
telah terkena masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah
kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking
behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang bila terkena
masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan melalui sarana pelayanan kesehatan
seperti puskesmas dan rumah sakit.

Secara lebih detail, Becker (1979) membagi perilaku masyarakat yang berhubungan dengan
kesehatan menjadi tiga, yaitu:
1. perilaku kesehatan : hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatannya. Contoh : memilih makanan yang sehat, tindakan-
tindakan yang dapat mencegah penyakit.
2. perilaku sakit : segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individuyang
merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
Contoh pengetahuan individu untuk memperoleh keuntungan.
3. perilaku peran sakit : segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang
sedang sakit untuk memperoleh kesehatan.

Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma
sehat.Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah
tempatnya orang sakit. Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah sakit. Ini
adalah paradigma yang salah yang menitikberatkan kepada aspek kuratif dan rehabilitatif.
Sedangkan paradigma sehat Menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif,
berpandangan bahwa tindakan pencegahan itu lebih baik dan lebih murah dibandingkan
pengobatan.

Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat

Tantangan berat yang masih dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia


adalahsebagai berikut.
1. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta penyebaran
penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah.
2. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada golongan wanita.
3. Kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang kurang
menunjang dalam bidang kesehatan.

Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan.Aspek sosial


budaya yang berhubungan dengan kesehatanAspek soaial budaya yang berhubungan dengan
kesehatan anatara lain adalah faktorkemiskinan, masalah kependudukan, masalah lingkungan
hidup, pelacuran dan homoseksual.

Respon seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut :


1. Pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa. Alasannya antara lain
bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja mereka
sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apapun gejala yang
dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat
memprioritaskan tugas-tugas lain yang dianggap lebih penting daripada mengobati
sakitnya. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di

27 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

dalam hidup dan kehidupannya.Alasan lain yang sering kita dengar adalah fasilitas
kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik,
tidak responsif, dan sebagainya. Dan akhirnya alasan takut dokter, takut pergi ke rumah
sakit, takut biaya, dan sebagainya.
2. Kedua, tindakan mengobati sendiri, dengan alasan yang sama seperti telah diuraikan.
Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah
percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang
lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini
mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.
3. Ketiga, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional. Untuk
masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini masih menduduki tempat
teratas dibanding dengan pengobatan-pengobatan yang lain.Dukun yang melakukan
pengobatan tradisional merupakan bagian dari masyarakat, berada di tengah-tengah
masyarakat, dekat dengan masyarakat, dan pengobatan yang dihasilkan adalah
kebudayaan masyarakat, lebih diterima oleh masyarakat daripada dokter, bidan,
farmasis, dan sebagainya yang masih asing bagi mereka, seperti juga pengobatan yang
dilakukan dan obat-obatnya pun merupakan kebudayaan mereka.
4. Keempat, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat dan
sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan pada
umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol.
Namun demikian, sampai sejauh ini pemakaian obat-obat bebas oleh masyarakat belum
mengakibatkan masalah yang serius. Khususnya mengenai jamu sebagai sesuatu untuk
pengobatan makin tampak peranannya dalam kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu
diadakan penelitian yang lebih mendalam.
5. Kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan
oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam
balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.
6. Keenam, mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan
oleh dokter praktik.
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit adalah
berbeda dengan konsep kita tentang sehat-sakit itu. Demikian juga persepsi sehat-sakit antara
kelompok-kelompok masyarakat pun akan berbeda-beda pula.

Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan perilaku pencarian


pengobatan. Kedua pokok pikiran tersebut akan mempengaruhi atas dipakai atau tidak
dipakainya fasilitas kesehatan yang disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit masyarakat
belum sama dengan konsep sehat-sakit kita, maka jelas masyarakat belum tentu atau tidak
mau menggunakan fasilitas yang diberikan. Bila persepsi sehat-sakit masyarakat sudah sama
dengan pengertian kita, maka kemungkinan besar fasilitas yang diberikan akan mereka
pergunakan.

Perilaku pencarian pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor besar yaitu faktor
predisposing, faktor enabling, dan faktor need.
1. Faktor predisposing adalah predisposisi seseorang untuk menggunakan pelayanan yaitu
faktor demografi,faktor struktur sosial, dan faktor keyakinan terhadap kesehatan
2. Faktor Enabling merupakan kemampuan seseorang untuk mencari pelayanan berupa
sumberdaya keluarga atau sumber daya masyarakat.
3. Faktor need adalah kebutuhan seseorang akan pelayanan

28 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Komunikasi
Komunikasi kesehatan disebut juga promosi kesehatan. Karena komunikasi merupakan
kegiatan untuk mengondisikan fakktor-faktor predisposisi. Kurangnya pengetahuan, dan
sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, adanya tradisi, kepercayaan yang negative
tentang penyakit, makanan, lingkungan, dan sebagainya, mereka tidak berprilaku sesuai
dengan nilai-nilai kesehatan. Untuk itu maka diperlukan komunikasi, pemberian informasi-
informasi tentang kesehatan. Untuk berkomunikasi yang efektif para petugas kesehatan perlu
dibekali ilmu komunikasi, termasuk media komunikasinya.

Pola Pikir
Perilaku pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior) adalah pola atau perilaku
pencarian pelayanan kesehatan di masyarakat. Dua hal yang perannya kuat dalam
menentukan pengambilan keputusan tentang pengobatan.

Pertama adalah persepsi mereka terhadap penyakit. Orang yang mempesepsikan penyakitnya
sebagai penyakit ringan cenderung untuk memilih pengobatan sendiri (self medication)
misalnya dengan mencari obat di warung atau apotik, orang yang mengganggap penyakit
mereka serius, biasanya tiga hari sampai seminggu tidak sembuh cenderung untuk memilih
datang ke dokter atau layanan kesehatan, tetapi mereka yang menganggap penyakitnya sangat
serius atau kronis seperti diabetes, stroke dan hipertensi justru memilih pengobatan alternatif
baik itu tabib, pengobatan herbal, maupun dukun.

Kedua adalah persepsi mereka tentang layanan kesehatan profesional. Mereka yang
mempersepsikan bahwa pengobatan profesional sulit untuk dijangkau, mahal dan tidak
efektif cenderung untuk lari ke pengobatan sendiri dan pengobatan alternatif. Pada penderita
penyakit kronis yang sifatnya degeneratif seperti penyakit diabetes dan darah tinggi atau
strok, tampaknya kebanyakan mengangap bahwa penyembuhan melalui usaha medis adalah
sia-sia.

Kebiasaan
Aspek social dan budaya mempengaruhi kesehatan. Masing-masing kebudayaan memiliki
berbagai pengobatan untuk penyembuhan anggota masyarakatnya yang sakit. Pada
masyarakat tradisional, tidak semua penyakit itu disebabkan oleh penyebab biologis.
Kadangkala mereka menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh jahat atau
iblis yang mengganggu manusia dan menyebabkan sakit. Masing-masing suku memiliki cara
yang beda-beda dalam pengobatan penyakitnya yang tidak berhubungan dengan ilmu
kedokteran.

Penanggulangan
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas perlu ditunjang dengan
adanya penelitian-peneliatian sosial budaya masyarakat, persepsi dan perilaku masyarakat
tersebut terhadap sehat-sakit. Bila diperoleh data bahwa masyarakat masih mempunyai
persepsi sehat-sakit yang berbeda dengan kita, maka kita dapat melakukan pembetulan
konsep sehat-sakit itu melalui pendidikan kesehatan masyarakat. Dengan demikian,
pelayanan yang kita berikan akan diterima oleh masyarakat.

Dampak
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being ,
merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:
1. Environment atau lingkungan.

29 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological
balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat
preventif,promotif,kuratif,rehabilitatif.

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling
besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor
seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama
(yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat
menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
LI.5. Memahami dan menjelaskan pelayanan kesehatan dari Puskesmas

5.1. Pelayanan kesehatan

Sistem terdiri dari :


Input
Subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah sistem, seperti
sistem pelayanan kesehatan :
- Potensi masyarakat
- Tenaga kesehatan
- Sarana kesehatan
Proses
Kegiatan yg berfungsi untuk mengubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yg diharapkan
dari sistem tersebut, yaitu berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
Output
Hasil yang diperoleh dari sebuah proses, Output pelayanan kesehatan : pelayanan yang
berkualitas, efektif dan efisien serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga
pasien sembuh & sehat optimal.
Dampak
Akibat yang dihasilkan sebuah hasil dari sistem, relative lama waktunya. Dampak sistem
Pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat, angka kesakitan & kematian menurun.
Umpan balik (feedback)
Suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi dari sebuah sistem yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi, berupa kualitas tenaga kesehatan
Lingkungan
Semua keadaan di luar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan.

Tingkat Pelayanan Kesehatan


Menurut Leavel & Clark dalam memberikan pelayanan kesehatan harus memandang pada
tingkat pelayanan kesehatan yg akan diberikan, yaitu :
Health promotion (promosi kesehatan)
Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui peningkatan kesehatan,
Contoh : kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan.
Specifik protection (perlindungan khusus)

30 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Masyarakat terlindung dari bahaya/ penyakit2 tertentu. Cth : Imunisasi, perlindungan


keselamatan kerja
Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini & pengobatan segera)
Sudah mulai timbulnya gejala penyakit, Cth : survey penyaringan kasus.
Disability limitation (pembatasan cacat)
Dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami dampak kecacatan
akibat penyakit yang ditimbulkan.
Rehabilitation (rehabilitasi)
Dilaksanakan setelah pasien didiagnosa sembuh. Sering pada tahap ini dijumpai pada fase
pemulihan terhadap kecacatan seperti latihan- latihan yang diberikan pada pasien.

Lembaga pelayanan kesehatan


Rawat jalan
Institusi
Hospice
Community Based Agency
Lingkup sistem pelayanan kesehatan
Tertiary health service : tenaga ahli/subspesialis (RS tipe A atau B)
Secondary health care : RS yg tersedia tenaga spesialis
Primary health care : Puskesmas, balai kesehatan
Rumah sakit dapat dibagi dalam beberapa jenis menurut kategorinya :
Menurut pemilik : pemerintah, swasta
Menurut filosofi yang dianut : profit hospital dan non profit hospital
Menurut jenis pelayanan yang diselenggarakan : General Hospital dan Specialty
Hospital
Menurut lokasi (pemerintah) : pusat, provinsi dan kabupaten

Menurut kemampuan yang dimiliki rumah sakit di Indonesia dapat digolongkan


dalam beberapa kategori :
Rumah sakit tipe A : Specialis dan sub specialis lebih luas, Top referral hospital
Rumah sakit tipe B : Specialis dan sub specialis terbatas, pelayanan rujukan dari
kabupaten
Rumah sakit tipe C : Spesialis terbatas, Pelayanan rujukan dari Puskesmas
Rumah sakit tipe D : Pelayanan rujukan dari Puskesmas
Rumah sakit tipe E : (rumah sakit khusus) : RS Jiwa, RS Jantung, RS Paru,
kanker, Kusta.
- Puskesmas dibina oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota terkait kegiatan
upaya kesehatan masyarakat (UKM)
- Puskesmas dibina oleh rumah sakit kabupaten/kota terkait upaya kesehatan
perorangan (UKP)
Sedang dalam proses untuk penggabungan UKM dan UKP

UKM
Pemerintah dan peran serta aktif masyarkat dan swasta.
Mencakup: promkes, pemeliharaan kes, P2M, keswa, pengendalian penyakit tdk menular,
sanitasi dasar, gizi masyarakat.

UKP

31 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

dapat diselenggarakan oleh masyarakat, swasta dan Pemerintah .


Mencakup: promkes, pencegahan, pengobatan rwt jalan, pengobt rwt inap, rehabilitasi
Puskesmas :
Posyandu balita dan lansia
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Polindes (poliklinik desa)
Puskesmas kebanyakan hanya dijadikan tempat transit permohonan rujukan.

Trend Issu pelayanan kesehatan


Adanya fragmentasi pelayanan
penerapan otonomi
penetapan Puskesmas sebagai ujung tombak
Alokasi anggaran promotive dan prepentive
Serta kurangnya sumber daya manusia

Faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan


1. Ilmu pengetahuan & teknologi baru
2. Pergeseran nilai masyarakat
3. Aspek legal dan etik
4. Ekonomi
5. Politik
Masalah sistem pelayanan kesehatan
Upaya Kesehatan
Pembiayaan Kesehatan
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan
Manajemen dan Informasi Kesehatan
Pemberdayaan Masyarakat

Undang- undang sistem pelayanan kesehatan


Landasan Adil, yaitu Pancasila
Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya: Pasal 28 A, setiap
orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
Pasal 28 A ayat (1), setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan.

32 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Skema Fungsi kesehatan


Menurut skema di atas fungsi sistem kesehatan yaitu: (1) stewardship; (2)
Pendanaan; (3) Pengembangan Sumber Daya, termasuk SDM; dan (4) pemberi
pelayanan berusaha agar terjadi perluasan cakupan pelayanan kesehatan,
peningkatan mutu pelayanan, dan efisiensi yang pada akhirnya meningkatkan
status kesehatan.

5.2. Definisi puskesmas


Dr AZRUL AZWAR, MPH ( 1990 ) Pusat Kesehatan Masyarakat : adalah suatu
keseatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara
menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk-
bentuk usaha kesehatan pokok.
DEPARTEMEN KESEHATAN RI 1981 Pusat Kesehatan Masyarakat
( Puskesmas ) adalah : suatu kesatuan organisasi Kesehatan yang langsung
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terintegrasi di masyaakat
disuatu wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha kesehatan pokok
DEPARTEMEN KESEHATAN RI 1987 Puskesmas adalah sebagai pusat
pembangunan kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan
terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang
menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

Puskesmas adalah : suatu unit organisasi fungsional yang secara profesional melakukan
upaya pelayanan kesehatan pokok yang menggunakan peran serta masyarakat secara aktif
untuk dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
suatu wilayah kerja tertentu.
Menurut Kepmenkes RI No.128/Menkes/SK/II/2004 Puskesmas adalah UPTD
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Departemen Kesehatan RI 1991 Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional
yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

33 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

5.3.Visi, Misi, Tujuan, dan Fungsi puskesmas

1. Visi : Tercapainya kecamatan sehat Masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.

2. Misi :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.
3. Tujuan
Mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni;
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.

4. Fungsi
Puskesmas Pusat pembangunan berwawasan kesehatan. Mengupayakan program-
program pembangunan yang berwawasan kesehatan,yaitu :
Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar
menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya.
Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat.

Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan


masyarakat :
1) Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat.
2) Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaan.
3) Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan.
Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara


menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan yang meliputi :
1) Pelayanan kesehatan masyarakat (public goods)
2) Pelayanan kesehatan perorangan(private goods)

34 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

5.4. Program Pokok Puskesmas


1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular
4. Kesehatan Keluarga Dan Reproduksi
5. Perbaikan Gizi Masyarakat
6. Penyembuhan Penyakit Dan Pelayanan Kesehatan

1. Promosi Kesehatan
A. Pengertian
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan, kelompok
dan masyarakat, dalam berbagai tatanan, dengan membuka jalur komunikasi,
menyediakan informasi, dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan prilaku, dengan melakukan advokasi, pembinaan
suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat untuk mengenali,
menjaga/memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
B. Tujuan
Tercapainya perubahan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara prilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
C. Sasaran
a. Pelaksanaan posyandu dan Pembinaan kader
b. Penyuluhan Kesehatan
- Penyuluhan dalam gedung
- Penyuluhan luar gedung
Penyuluhan kelompok :
- Kelompok posyandu
- Penyuluhan masyarakat
- Anak sekolah
Penyuluhan perorangan : PHN
c. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
d. Advokasi program kesehatan dan program prioritas
Kampanye program prioritas antara lain : vitamin A, narkoba, P2M DBD,
HIV, malaria, diare
e. Promosi kesehatan tentang narkoba
f. Promosi tentang kepesertaan jamkesmas
g. Pembinaan dana sehat/jamkesmas

2. Kesehatan Lingkungan
A. Pengertian
Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang
pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat di
samping faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik dan faktor prilaku.
Bahaya potensial terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan
dapat bersifat fisik, kimia maupun biologi.
Sejalan dengan kebijaksanaanParadigma Sehat yang mengutamakan
upaya-upaya yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Maka
upaya kesehatan lingkungan sangat penting.

35 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Semua kegiatan kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh para staf


Puskesmas akan berhasil baik apabila masyarakat berperan serta dalam
pelaksanaannya harus mengikut sertakan masyarakat sejak perencanaan
sampai pemeliharaan.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan
terwujudnya kualitas lingkungan yang lebih sehat agar dapat
melindungi masyarakat dari segala kemungkinan resiko kejadian
yang dapat menimbulkan gangguan dan bahaya kesehatan
menuju derajat kesehatan keluarga dan masyarakat yang lebih
baik.
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin
masyarakat mencapai derajat kesehatan yang optimal
2. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dan keikut sertaan
sektor lain yang bersangkutan, serta bertanggung jawab atas
upaya peningkatan dan pelestarian lingkungan hidup.
3. Terlaksananya peraturan perundangan tentang penyehatan
lingkungan dan permukiman yang berlaku.
4. Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang
kegiatan dalam peningkatan kesehatan lingkungan dan
pemukiman.
5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi
perumahan, kelompok masyarakat, tempat pembuatan/penjualan
makanan, perusahaan dan tempat-tempat umum.
C. Kegiatan
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan
Puskesmas meliputi:
1. Penyehatan air
2. Penyehatan makanan dan minuman
3. Pengawasan pembuangan kotoran mannusia
4. Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
5. Penyehatan pemukiman
6. Pengawasan sanitasi tempat umum
7. Pengamanan polusi industri
8. Pengamanan pestisida
9. Klinik sanitasi

3. Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular


1. Penyakit Menular
Adalah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau toksinnya,
yang beraasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/
ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan.
2. Kejadian Luar Biasa (KLB)
Adalah kejadian kesakitan atau kematian yang menarik perhatian umum
dan mungkin menimbulkan kehebohan/ketakutan di kalangan
masyarakat, atau menurut pengamatan epidemiologik dianggap adanya
peningkatan yang berarti (bermakna) dari kejadiankesakitan/kematian
tersebut kepada kelompok penduduk dalam kurun tertentu.

36 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

3. Wabah Penyakit Menular


Adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
mennnimbulkan malapetaka (U.U. No. 4 tahun 1984 tentang wabah
penyakit yang mennular)
4. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular (P2M)
Penanggulangan KLB penyakit menular dilaksanakan dengan upaya-
upaya:
a. Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita, membangun
pos-pos kesehatan di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan
sarana obat yang memadai termasuk rujukan.
b. Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya, abatisasi
pada KLB, DBD, Kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemar pada
KLB diare, dsb.
c. Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan ,
pengamatan/pemantauan (surveinlans ketat) dan logistik.
5. Program Pencegahan
Adalah mencegah agar penyakit menular tidak menyebar didalam
masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan
kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan imunisasi.
6. Cara Penularan Penyakit Menular
Dikenal beberapa cara penularan penyakit menular yaitu:
a. Penularan secara kontak
b. Penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan minuman
yang tercemar
c. Penularan melalui vektor
d. Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik dan tato.
7. Surveilans Evidemiologi Penyakit Menular
Adalah suatu kegiatan pengumpulan data/informasi melalui pengamatan
terhadap kesakitan/kematian dan penyebarannya serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya secar sistematik, terus menerus dengan tujuan
untuk perencanaan suatu program, mengevaluasi hasil program, dan
sistem kewaspadaan dini. Secara singkat dapat dikatakan: Pengumpulan
Data/Informasi Untuk Menentukan Tindakan (Surveillance For Action).
B. Program Pemberantasan Penyakit Menular
a. Program imunisasi
b. Program TB paru dengan kegiatan penemuan penderita TBC
c. Program malaria dengan angka insiden malaria (AMI)
d. Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan penaggulangan
pneumonia
e. Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare
f. Program rabies
g. Program Surveilans
h. Pemberantasan P2B2 demam berdarah

4. Kesehatan Keluarga dan Reproduksi


A. Pengertian

37 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Kesehatan Keluarga adalah wujud keluarga sehat, kecil bahagia dan sejahtra
dari suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya (UU RI no 23 th 1992)
Kesehatan Reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang
utuh. Bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.(WHO)

B. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran kemandirian wanita dan keluarganya dalam
mengatur biologik keluarga termasuk fungsi reproduksinya serta berperan
serta aktif dalam mencegah dan menyelesaikan masalah kesehatan keluarga
serta meningkatkan kualitas hidup keluarga
Tujuan Khusus
1. Peran serta aktif wanita dan keluarganya dalam mencegah dan memecahkan
masalah kesehatan keluarga dan masalah reproduksi
2. Memberikan informasi, edukasi terpadu mengenai seksualitas dan kesehatan
reproduksi, manfaat dan resiko dari: obat, alat, perawatan, tindakan serta
kemampuan memilih kontrasepsi dengan tepat
3. Melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
4. Melaksanakan pelayanan kontrasepsi yang aman dan efektif
5. Kehamilan dap persalinan yang direncanakan dan aman
6. Pencegahan dan penanganan engguguran kandungan yang tidak dikehendaki
7. Pelayanan infertilitas
8. Informasi secara menyeluruh tentang pengaruh defisiensi hormon di usia
lanjut pada usia lanjut penapisan masalah malignasi

C. Kebijaksanaan Penyelenggaraan Pembinaan Kesehatan Keluarga dan


Reproduksi Sesuai dengan intervensi nasional penanggulangan masalah
kesehatan reproduksi di indonesia berdasarkan rekomendasi strategi regional
WHO untuk negara-negara Asia Tenggara, maka kegiatan pelayanan
reproduksi adalah:
1. Kesehatan Ibu Dan Anak
2. Kesehatan Anak Usia Sekolah
3. Kesehatan Remaja, termasuk pencegahan serta penanganan PMS (Penyakit
Menular akibat Hubungan Seks, HIV/AIDS)
4. Keluarga Berencana
5. Kesehatan Usia Lanjut (Program Pengembangan Puskesmas)
D. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan program di wilayah kerja dinilai dari:
1. Angka Kematian Bayi
2. Angka Kematian Ibu
3. Prosentase Ibu Hamil Yang Mempunyai Berat Badan Dan Tinggi Yang
Normal
4. Prosentase Ibu Hamil Dengan Anemia
5. Prosentase Balita Dengan Berat Badan Dan Tinggi Sesuai Umur

Kesehatan ibu dan anak


A. Pengertian
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan fungsi reproduksi yang

38 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

berkualitas serta upaya kelangsungan hidup, pengembangan dan perlindungan


bayi, anak bawah lima tahun (BALITA) dan anak usia pra sekolah dalam
proses tumbuh kembang.
Prioritas pelayanan KIA dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan
ibbu dan anak dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Pelayanan KIA Puskesmas terdiri dari
1. Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah Puskesmas
2. Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah

B. Tujuan
Tujuan Umum
Terciptanya pelayanan berkualitas denagn partisipasi penuh pengguna jasa
dan keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap ibu mempunyai
kesempatan yang terbaik dalam hal waktu dan jarak antar kehamilan,
melahirkan bayi sehat yang aman dalam lingkungan yang kondusif sehat,
denagn asuhan antenatal yang ade kuat, dengan gizi serta persiapan menyusui
yang baik.
Tujuan Khusus
a. Memberikan pelayanan kebidanan dasar dan KIE kepada ibu hamil termasuk
KB berupa pelayanan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan nifas
serta perawatan bayi baru lahir.
b. Memberikan pertolongan pertama penanganan kedaruratan kebidanan dan
neonatal serta merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II) sesuai
kebutuhan
c. Memantau cangkupan pelayanan kebidanan dasar dan penagganan
kedaruratan kebidanan neonatal
d. Meningkatkan kualitas pelayanan KIA secara berkelanjutan
e. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat
dalam upaya KIA
f. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal esensial seluruh bayi baru lahir
yang meliputi usaha pernafasan spontan, menjaga bayi tetap hangat,
menyusui dini dan eksklusif, mencegah interaksi serta tata laksana neonatal
sakit
g. Melaksanakan pemeliharaan kesehatan kepada seluruh balita dan anak pra
sekolah yang meliputi perawatn bayi baru lahir, pemeriksaan kesehatan rutin
pemberian imunisasi dan upaya perbaikan gizi
h. Melaksanakan secara dini pelayanan program dan stimulasi tumbuh kembang
pada seluruh balita dan anak pra sekolah yang melipui perkembangan
motorik, kemampuan berbicara dan kognitif serta sosialisasi dan kemandirian
anak
i. Melaksanakan management terpadu balita sakit yang datang berobat ke
fasilitas rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan tindak lanjutnya

C. Sasaran
Adalah ibu, bayi, balita, anak usia pra sekolah dan keluarga yang tinggal dan
beraada di wilayah kerja Puskesmas serta yang berkunjung ke Puskesmas.

Kesehatan Anak Usia Sekolah


A. Pengertian

39 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam rangka


meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk prilaku hidup sehat anak
usia sekolah yang berada di sekolah dan perguruan agama. Anak usia sekolah
(7-21 tahun) sesuai proses tumbuh kembang di bagi 3 subkelompok yaitu:
1. Pra-remaja (7-9 tahun)
2. Remaja (10-19 tahun)
3. Dewasa Muda (20-21 tahun)

B. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan peserta didik, sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya
Tujuan Khusus
a. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinssip
hidup sehat serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan
sekolah, perguruan agama, di rumah tangga maupun di lingkungan
masyarakat
b. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalah
gunaan narkotika dan bahan berbahaya, alkohol, rokok dan sebagainya
c. Meningkatnya mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan bagi peserta didik
ddik sekolah dan diluar sekolah
d. Terciptanya lingkungan kehidupan sehat di sekolah

C. Sasaran
Masyarakat sekolah dari tingkat pendidik dasar sampai dengan tingkat
pendidikan menengah termasuk perguruan agama,beserta lingkungannya,
serta perguruan tinggi (tingkat 1 dan 2)

Kesehatan Remaja
A. Pengertian
Adalah pembinaan yang meliputi perencanaan, penilaian, pembimbingan dan
pengendalian segala upaya untuk meningkatkan status kesehatan remaja dan
peningkatan peran serta aktif remaja dalam perawatan kesehatan diri dan
kesehaatan keluarga, dengan dukungan kerjasama lintas program dan lintas
ssektoral

B. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan hidup sehat remaja sebagai unsur kesehatan
keluarga, guna membina kesehatan diri dan lingkungannya dalam rangka
meningkatkan ketahanan diri, prestasi dan peran aktifnya dalam
pembangunan nasional
Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang perkembangan biologik yang
terjadi pada dirinya
b. Menurunnya angka kehamilan dikalangan remaja
c. Menurunnya angka kematian bayi dan ibu akibat kehamilan remaja
d. Menurunnya angka kejadian Penyakit akibat hubungan seksual(PHS) di
kalangan remaja

40 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

e. Meningkatnya peran serta aktif keluarga dan masyarakat dalam upaya


pembinaan kesehatan remaja.
C. Sasaran
Sasaran untuk wilayah Puskesmas
a. Sasaran Remaja
Remaja berusia 10-19 tahun dan belum kawin dalam institusi pendidikan
formal dan non formal di wilayah Puskesmas
Remaja berusia 10-19 tahun dan belum kawin dalam kelompok pekerja
Remaja berusia 10-19 tahun dalam kelompok masyarakat (Olahraga,
Kesenian, PMI Remaja, Pramuka, Karang Taruna)
b. Sasaran Pembina Remaja
Perkumpulan orang tua murid
Pimpinan/supervisor/pembimbing kegiatan remaja
Pimpinan kelompok pekerja/industri yang beranggotakan remaja
c. Sasaran Pengelola Kegiatan
Pimpinan pengelola program/upaya pelayanan kesehatana.
Petugas Pelayanan Kesehatan

Keluarga Berencana
A. Pengertian
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang
berkualitas.
Prioritas pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan
pasangan usia subur dan keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah
dan waktu kehamilan serta jarak antar kehamilan guna menurunkan angka
kelahiran nasional

B. Tujuan
Tujuan Umum
Adalah terciptanya pelayanan yang berkualitas dengan penuh pengguna jasa
pelayanan dan keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap pasangan usia subur
mempunya kesempatan yang terbaik dalam mengatur jumlah, waktu dan jarak
antar kehamilan guna merencanakan dan mewujudkan suatu keluarga kecil,
bahagia dan sejahtra.
Tujuan Khusus
a. Memberikan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas dan KIE kepada pasangan
usia subur dan keluarganya
b. Memberikan pertolongan pertama/penanganan efek samping dan kegagalan
metode kontrasepsi serta merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II) sesuai
dengan kebutuhan
c. Memantau cakupan pelayanan kontrasepsi dan kegagalan metoda kontrasepsi
d. Meningkatkan kualitas pelayanan KB secara berkelanjutan
e. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat dalam
upaya KB
f. Memberikan pelayanan kesehatan pasangan usia subur, calon pasangan usia subur,
serta anggota keluarga yang lain dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan
fungsi reproduksinya

41 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

g. Melaksanakan penanganan infentaris pasangan usia subur yang berkualitas dan


merunjuk ke fasilitas rujukan primer sesuai dengan kebutuhan
h. Melaksanakan managemen terpadu pelayanan kontrasepsi yang datang berobat ke
fasilitas rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan tindakan lanjutnya
C. Sasaran
a. Sasaran pelayanan KB adalah pasangan usia subur
b. Calon pasangan usia subur
c. Pasangan usia subur dengan wanita yang akan memasuki masa menoupaus
d. Keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja Puskesmas
e. WUS yang datang pada pelayanan rawat jalan Puskesmas yang dalam fase
intervensi pelayanan KB.

5. Perbaikan Gizi masyarakat


A. Pengertian
Adalah kegiatan untuk mengupayakan peningkatan status gizi masyarakat
dengan pengelolaan terkoordinasi dari berbagai profesi kesehatan serta
dukungan peran serta aktif masyarakat

B. Program
Upaya Perbaikan Gizi Puskesmas meliputi:
1. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
2. Upaya Perbaikan Gizi Institusi (UPGI)
3. Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi Yang Terdiri Dari:
a. Pencegahan Dan Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY)
b. Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Besi (AGB)
c. Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Kalori Energi Protein (KEP) Dan
Kurang Energi Kronis (KEK)
d. Pencegahan Dan Penaggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)
e. Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Kekurangan Gizi Mikro Lain
f. Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Gizi Lebih
4. Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG)

C. Tujuan
Tujuan Umum
Menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat
Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mewujudkan prilaku gizi yang baik dan benarsesuai
denagn gizi seimbang
b. Meningkatkan perhatian dan upaya peningkatan status gizi warga dari
berbagai institusi pemerintahan serta swasta
c. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas gizi/petugas
Puskesmas lainnya dalam merencanakan, melaksanakan, membina,
memantau dan mengevaluasi upaya perbaikan gizi masyarakat
d. Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan partisipasi keluarga
terhadap pencegahan dan penanggulangan masalah kelainan gizi
e. Terwujudnya rangkaian kegiatan pencatatan/pelaporan masalah gizi dan
tersedianya informasi situasi pangan dan gizi.
D. Sasaran

42 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Sasaran upaya perbaikan gizi adalah kelompok-kelompok yang beresiko


menderita kelainan gizi antara lain:
a. Bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak usia sekolah
b. Wanita Usia Subur (WUS) termasuk calon pengantin (cantin), ibu hamil, ibu
nifas, ibu menyusui, dan usia lanjut (usila)
c. Semua penduduk rawan gizi (endemik)
d. Semua anak dan dewasa mempunyai masalah gizi
e. Pekerja penghasilan rendah.

6. Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan


1. Pelayanan Medik Rawat Jalan
A. Pengertian
Adalah pelayanan medik yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan
(dokter) baik secara sendiri ataupun atas koordinasi bersama dengan sesama
profesi maupun pelaksana penunjang pelayanan kesehatan lain sesuai
dengan wewenangnya, untuk menyelesaikan masalah kesehatan dan
menyembuhkan penyakit yang ditemukan dari pengguna jasa pelayanan
kesehatan, dengan tidak memandang umur dan jenis kelamin, yang dapat
diselenggarakan pada ruang praktek.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan pelayanan medik rawat jalan adalah terwujudnya pengguna jasa
dan keluarganya yang partisipatif, sehat sejahtera, badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap anggota keluarga hidup produktif secara sosial
dan ekonomi dengan baik
Tujuan Khusus
Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatannya sendiri, trutama melalui
peningkatan kesehatan dasar dan pencegahan penyakit
Meningkatkan kesehatan pengguna jasa pelayanan, dan komunikasi yang
dilayani oleh Puskesmas
Terselenggaranya pelayanan medik yang berkualitas serta melibatkan
partisipasi keluarga terhadap perawatan untuk:
i. Mengurangi penderitaan karena sakit
ii. Mencegah timbul dan berkembangnya penyakit ke arah kecacatan
iii. Memulihkan kesehatan fisik, psikis dan sosial
Menurunnya angka morbidilitas penyakit di wilayah kerja Puskesmas.
C. Sasaran
Sasaran pelayanan medik rawat jalan yang diselenggarakan Puskesmas
adalah semua anggota masyarakat dengan tidak memandang umur, dan tidak
membedakan strata sosial.

2. Pelayanan Kedaruratan Medik


A. Pengertian
Adalah pelayanan medik terdepan yang merupakan penatalaksanaan
kecelakaan dan keadaan kedaruratan medik berkenaan dengan perubahan
keadaan baik fisiologik, anatomik dan mental psikologikal dari pengguna
jasa pelayanan, yang terjadi mendadak, yang tindakan mengatasinya harus

43 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

segera dilaksanakan di mulai dari tempat kejadian sampai dengan pelayanan


medik untuk menyelamatkan kehidupan.

B. Tujuan
Tujuan pelayanan kecelakaan dan kedaruratan medik adalah memberikan
pertolongan medik segera dengan menyelesaikan masalah kritis yang
ditemukan untuk mengambil fungsi vital tubbuh serta meringankan
penderitaaan dari pengguna pelayanan.

C. Prinsip Kerja
Pelayanan kedaruratan medik mempunyai prinsip-prinsip kerja khusus
yang harus dilaksanakan, yaitu:
a. Pertolongan harus cepat dan tepat
b. Pertolongan harus memenuhi standar pelayanan tingkat primer, yaitu :
i. Menstabilkan kondisi medik untuk evakuasi ke tempat rujukan
ii. Memperbaiki jalan nafas dan pernafasan spontan, agar terjaminnya
oksigenasi yang adekuat ke seluruh tubuh terutama otak
iii. Memperbaiki sirkulasi darah
iv. Menghilangkan dan mengurangi rasa nyeri
v. Melakukan tindakan invasif medik yang diperlukan
c. Memberikan informed consent kepada keluarga penderita

3. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


A. Pengertian
Adalah pelayanan gigi dan mulut yang dilakukan oleh pelaksana
pelayanan medik ataupun kesehatan yang berwenang dalam bidang
kesehatan gigi dan mulut, yang dilaksanakan sendiri atau bersama menurut
fungsinya masing-masing, gguna mengantisifasi proses penyakit gigi dan
mulut dan permasalahannya secara keseluruhan, yang dapat dilaksanakan
dalam prosedur pelayanan di kamar praktek dan dengan pembinaan
kesehatan wilayah setempat.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut meliputi:
a. Pelayanan kesehatan gigi dasar paripurna yang terintegrasi dengan program-
program lain di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan gigi esensial yang
terbanyak di butuhkan oleh masyarakat dengan mengutamakan upaya
peningkatan dan pencegahan penyakit gigi.
b. Pelayanan kesehatan gigi khusus adalah upaya perlindungan khusus,
tindakan, pengobatan dan pemulihan masalah kesehatan gigi dan mulut serta
pelayanan asuhan sistemik kesehatan gigi dan mulut.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah meningkatkannya
partisipasi anggota masyarakat dan keluarganya untuk bersama-sama
mewujudkan tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang
optimal
Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kesadaran, sikap dan prilaku masyarakat dalam
kemampuan pemeliharaan diri di bilang kesehatan gigi dan mulut dalam
mencari pertolongan sedini mungkin

44 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

b. Meningkatkan kesehatan gigi pengguna jasa pelayanan, keluarga dan


komunikasinya
c. Terselenggaranya pelayanan medik gigi dan mulut yang berkualitas
serta melibatkan partisipasi keluarga terhadap perawatan untuk:
i. Menghentikan perjalanan penyakit gigi dan mulut yang diderita
ii. Terhindarnya/berkurangnya gangguan fungsi kunyah akibat kerusakan
gigi dan mulut
iii. Mengurangi penderita karena sakit
iv. Mencegah timbul dan berkembangnya penyakit ke arah kecacatan
v. Memulihkan kesehatan gigi dan mulut
d. Menurunnya prevelensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita
masyarakat terutama pada kelompok masyarakat yang rawan
C. Sasaran
Kelompok rentan untuk mendapatkan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut yaitu:
a. Anak sekolah dasar (upaya kesehatan gigi sekolah)
b. kelompok ibu hamil dan menyusui
c. Anak pra sekolah
d. Kelompok masyarakat lain berpenghasilam rendah
e. Lansia

5.5. Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan, kekebalan seseorang


secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut
tidak akan sakit atau sakit ringan. (Depkes RI, 2005).

Tujuan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi lebih kebal terhadap penyakit sehingga
dapat menurunkan angka mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan.(A.Aziz, 2008)

Jenis Imunisasi Dasar, dan Pemberian


Di Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan leh emerintah/ imunisasi dasar
dan ada juga yang hanya anjuran. Imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana telah diwajibkan
oleh WHO ditambah dengan hepatitis B, sedangkan imunisasi yang hanya dianjurkan oleh
pemerintah dapat digunakan untuk mecegah suatu kejadian luar biasa atau penyakit endemik
atau untuk kepentingan tertentu misal imunisasi meningitis pada jamaah haji.

Jenis-Jenis Imunisasi :
a. Imunisasi pasif (passive immunization)
Imunisasi pasif ini adalah Immunoglobulin jenis imunisasi ini dapat mencegah
penyakitcampak (measles pada anak-anak).

b. Imunisasi aktif (active immunization)Imunisasi yang diberikan pada anak adalah


:
1. BCG, untuk mencegah penyakit TBC
2. DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit diptheri, pertusis dan tetanus
3. Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis
4. Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles)
5. Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis B (Notoatmodjo. 1997)

45 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Keberhasilan pemberian imunisasi pada anak dipengerhui oleh beberapa faktor,


diantaranya yaitu :
Tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi
Potensi antigen yang disuntikkan
Waktu pemberian imunisasi
Status nutrisi terutama protein karena protein diperlukan untuk sintesis
antibodi

Imunisasi dasar yang diwajibkan oleh pemerintah diantaranya


A. BCG
BCG (Bacillus Calmette Guerin) merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit TBC. Bisa pada TB meninges, TB milier
seluruh lapang paru atau TB tulang. Vaksin BCG meruoakan. Vaksin BCG
merupakan vaksin yang mengandung bakteri TB yang dilemahkan. Diberikan
segera setelah bayi kahir atau 1 bulan. Tapi menurut rekomendasi IDAI
diberikan pada usia 2-3bulan (tabel 1), bila vaksin BCG diberikan sesudah umur
3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin, bila tidak memungkikan, BCG
dapatdiberikan, namun observasi dalam 1minggu, bila ada reaksi lokal cepat di
tempat suntikan, perlu dievaluasi lebih lanjut untuk dignostik TB
Di Negara yang telah maju, imunisasi BCG diberikan kepada
mereka yang mempunyai resiko kontak dengan penderita TBC dan uji
tuberkulinya masih negative, misalnya dokter, mahasiswa k e d o k t e r a n , d a n
perawat. Uji tuberculin adalah suatu tes (uji) untuk
m e n g e t a h u i a p a k a h seseorang telah memiliki zat anti terhadap penyakit
TBC atau belum.Di Indonesia pemberian imunisasi BCG tidak hanya terbatas
pada mereka yang memiliki resikotinggi mengingat tingginya
kemungkinan infeksi kuman TBC. Imunisasi BCG diberikan
padas e m u a b a y i b a r u l a h i r s a m p a i u s i a k u r a n g d a r i d u a b u l a n .
P e n y u n t i k a n b i a s a n y a d i l a k u k a n dibagian atas lengan kanan
(region deltoid) dengan dosis 0,05 ml reaksi yang mungkin
timbulsetelah penyuntikan adalah : Kemerah-merahan disekitar suntikan,
dapat timbul luka yang lama sembuh di daerah suntikan, dan terjadi
pembengkakan di kelenjar sekitar daerah suntikan (biasanya di daerah
ketiak).Bila terjadi hal tersebut di atas yang penting adalah menjaga kebersihan
terutama daerah sekitar luka dan segera bawa ke dokter. Menurut penelitian
yang dilakukan Muchtasraningsih (2005) terhadap sejumlah pasien TB paru
BTA (+) rawat jalan selama tahun 300

B. Hepatitis B
Kandungan vaksin adalah HbsAg dalam bentuk cair, frekuensi pemberian pada
waktu 12jam setelah lahirr (taebl 1) secara intramuskular. Hasil penelitian
Muchlastriningsih (2005) bahwa pasien hepatitis yang dirawat jalan dan rawat
inap dari glongan usia 15-44 tahun (50,54%).
Adapun cara pemakaiannya (vaksin dari Koerean Green Cross) sebagai
berikut :
1.Imunisasi dasar dilakukan tiga kali. Dua kali pertama untuk
merangsang tubuhmenghasilkan zat anti dan yang ketiga untuk meningkatkan
jumlah zat anti yang sudahada

46 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

2.Jadwal imunisasi yang dianjurkan adalah untuk bayi baru lahir (0


11 bulan) dengan satukali suntikan dosis 0,5 ml satu bulan kemudian
mendapat satu kali lagi.
Setelah itu,imunisasi ketiga diberikan pada saat bayi berusia 6 bulan, mengenai
waktu pemberian suntikan yang ketiga ada beberapa pendapat. Untuk
pelaksanaan program diberikan 1 bulan setelah suntikan kedua. Hal ini semata-
mata untuk kemudahan dalam pelaksanaan,tetapi kekebalan yang didapat
tidaklah berbeda. Imunisasi hepatitis B ulangan dilakukan setiap 5 tahun sekali.

C. Imunisasi polio
Kandungannya adalah vairus yang dilemahkan, diberikan pada kunjungan
pertama. Bayi yang lahir di rumah bersalin atau rumah sakit, vaksin OPV (oral)
diberikan vaksin polio saat bayi dipulangkan utnuk menghindari transmisi virus
vaksin kepada bayi lain. Selanjutnya untuk polio 1, 2,3 dapat diberikan secara
OPV atau IPV

D. DPT
DPT (Diptheri, Pertussis, Tetanus) merupakannn vaksin difteri yang telah
dihilangkan sifat racunnya namun masih dapat merangsang pembentukan zat
anti (toksoid), diberikan melalui intramuskular. Diberikan pada usia 6 minggu.
Efek ringan pembengkakan lokal, nyeri lokal dan demam, nyeri berat mislnya
menangis hebat, kesakitan 4jam atau lebih, kesadaran menurun, kejang,
ensefalopati dan syok
Diberikan vaksin DTwp atau DtaP, Perbedaan utama pada komponen antigen
untuk pertusis. Vaksin DTwP berisi sel bakteri Pertusis utuh yang berisi ribuan
antigen, termasuk antigen yang tidak diperlukan, sehingga sering menimbulkan
reaksi panas tinggi, bengkak, merah, nyeri ditempat suntikan. Sedangkan vaksin
DTaP berisi bagian bakteri pertusis yang tidak utuh dan hanya mengandung
sedikit antigen yang dibutuhkan saja, sehingga jarang menimbulkan reaksi
tersebut. Karena proses pembuatan DTaP lebih rumit, maka harganya jauh lebih
mahal.
Reaksi yang dapat terjadi segera setelah vaksinasi DTwP antara lain demam
tinggi, rewel, di tempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan,
yang akan hilang dalam 2 hari. Orangtua/pengasuh dianjurkan untuk
memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah
pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika
demam berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3 - 4 jam bila diperlukan,
maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air
hangat. Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika orangtua merasa
khawatir, bawalah bayi/anak ke dokter. (Soedjatmiko IDAI, 2009).
Atau kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib. Ulangan DTP umur 18 bulan dan
5 tahun. Program BIAS : disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian
Kesehatan. Untuk anak umur di atas 7 tahun dianjurkan vaksin Td.

E. Campak
Diberikan pada umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan pada umur 5-7 tahun.
Program BIAS : disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan.
Imunisasi campak bisa diberikan sendir i atau bersama dalam imunisasi

47 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

MMR. Vaksin ini mengandung virus yang dilemahkan. Efek samping ini seperti
ruam dan pasan lokal. Menurut Muchlastriningsih (2005) jumlah pasien campak
rawat jalan paling banyak dari goongan usia 5-14tahun (30,6%)

Selain imunisasi wajib di atas, ada imunisasi yang dianjurkan diantaranya :


A. MMR
MMR (measles, mumps, dan rubella) merupakan imunisasi yang digunakan
dalam memebrikan kekebalan terhadap campak/measles, gondong, / mumps dan
cmpak jerman/ rubella. Dalam MMR antigen yang dipake adalah birus campak
yang dilemahkan, virus Rubella strain RA 27/3 dan virus gondong.vaksin ini
tidak dianjurkan untuk bayii dibawah usia 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi
interferensi dengan antibodi maternal yang tela ada. Khusus di daerah endemik,
sebaiknya diberikan imunisasi campak monovalen pada usia 4-6bulan atau 9-
11bulan dan booster/ulangan. dapat diberikan pada umur 12 bulan, apabila
belum mendapat vaksin campak umur 9 bulan. Selanjutnya MMR ulangan
diberikan pada umur 5-7 tahun.
B. Tifoid
Da 3 jenis vaksin tifoid diantaranya
kuman yang dimatikan diberikan pada bayi 6-12 bulan 0,1 ml
1-2 tahun 0,2ml, 2-12 tahun 0,5ml
Pada imunisasi awal diberikan 2x dengan interval
4minggu kemudaian booster 1 tahun kemudian
kuman yang dilemahkan(vivotif, berna) diberikan dalam bentuk Icapsul
enteric coastest seelum makan pada ari 1,2 dan 5 untuk anak usia dia atas 6 taun
dan
Antigen celular Vi polisakarida (Typphin, VI, pasrteur Merius). Vaksin kuman
yang dimatikan diberikan pada anak usia diatas 2tahun dan dapat diulang setiap
3 tahun
C. Varisella
dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk
sekolah dasar. Bila diberikan pada umur > 12 tahun, perlu 2 dosis dengan
interval minimal 4 minggu
D. Hepatitis A
Pemberian diberikan pada usia 1 tahun 2x interval 6-12bulan. Imunisasi awal
menggunakan vaksin Hrvrix (hepatitis A strain HM175 yang dinonaktifkan) lalu
booster pada 6 bulan setelahnya
E. HiB
HiB (Haemophilus Influenzae tipe b) vaksin ini adalah bentuk polisakarida
murni (PRP/purified capsular polysacharidae)diberikan pada usia 2 bulan, lalu
4 bulan lalu 6 bulan dan HiB 4 pada usia 15-24bulan

48 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Tabel 1. Jadwal imunisasi 2011-2012 (IDAI 2012)

Tabel 2. Kontra indikasi jenis vaksin (Wong, 2004)

49 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Tabel 3. Kejadian yang mungkin terjadi pascaimunisasi (Wong, 2004)

Perkembangan Imunisasi di Indonesia

Kegiatan imunisasi di Indonesia di mulai di Pulau Jawa dengan vaksin cacar pada tahun
1956. Pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil membasmi penyakit cacar. Pada tahun 1974,
Indonesia resmi dinyatakan bebas cacar oleh WHO, yang selanjutnya dikembangkan
vaksinasi lainnya. Pada tahun 1972 juga dilakukan studi pencegahan terhadap Tetanus
Neonatorum dengan memberikan suntikan Tetanus Toxoid (TT) pada wanita dewasa di Jawa
Tengah dan Jawa Timur, sehingga pada tahun 1975 vaksinasi TT sudah dapat dilaksanakan di
seluruh Indonesia. (Depkes RI,2005).

Program Imunisasi TT di Indonesia


Vaksin jerap TT ( Tetanus Toxoid ) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah
dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml
digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU.
Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi
Wanita Usia Subur (WUS) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi.
(Depkes RI, 2005)

Sifat Vaksin
Vaksin TT termasuk vaksin yang sensitif terhadap beku (Freeze Sensitive=FS) yaitu golongan
vaksin yang akan rusak bila terpapar/terkena dengansuhu dingin atau suhu pembekuan.
(Depkes RI, 2005).

Jadwal Imunisasi TT ibu hamil


1. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon pengantin) sudah mendapat TT sebanyak 2 kali, maka
kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT ulang dan pada kehamilan
berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang dicatat sebagai TT ulang juga.

2. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon pengantin) atau hamil sebelumnya baru mendapat TT
1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan kehamilan berikutnya cukup
diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang

3. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya, cukup
mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.

Cara pemberian dan dosis


1. Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
2. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan
secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4
minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan
kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis
ke empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke
tiga dan ke empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan
pada periode trimester pertama.
3. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4
minggu dengan ketentuan :
Vaksin belum kadaluarsa

50 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Vaksin disimpan dalam suhu +2 - +8C


Tidak pernah terendam air.
Sterilitasnya terjaga
VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B.
4. Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya

Efek Samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan kemerahan pada
lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala demam. (Depkes RI,
2005).

Kontraindikasi Vaksin TT
Ibu hamil atau WUS yang mempunyai gejala-gejala berat (pingsan) karena dosis pertama TT.
(Depkes RI, 2005).

Kerusakan Vaksin
Keterpaparan suhu yang tidak tepat pada vaksin TT menyebabkan umur vaksin menjadi
berkurang dan vaksin akan rusak bila terpapar /terkena sinar matahari langsung. (Depkes RI,
2005).

Perencanaan Program Vaksinansi


Pada program imunisasi menentukan jumlah sasaran merupakan suatu unsur yang paling
penting. Menghitung jumlah sasaran ibu hamil didasarkan 10 % lebih besar dari jumlah bayi.
Perhitungan ini dipakai untuk tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa.

Sasaran Imunisasi Ibu Hamil = 1,1 x Jumlah bayi

Menentukan Target Cakupan


Menentukan target cakupan adalah menetapkan berapa besar cakupan imunisasi yang akan
dicapai pada tahun yang direncanakan untuk mengetahui kebutuhan vaksin yang sebenarnya.
Penetapan target cakupan berdasarkan tingkat pencapaian di masing-masing wilayah kerja
maksimal 100 %.
Target Cakupan Imunisasi Ibu Hamil yang akan dicapai :
TT 1 Ibu hamil = 90% TT2 + (Plus TT3+TT4+TT5)=80%
Menghitung Indeks Pemakaian Vaksin (IP)
Menghitung indeks pemakaian vaksin berdasarkan jumlah cakupan imunisasi yang dicapai
secara absolut dan berapa banyak vaksin yang digunakan.Dari pencatatan stok vaksin setiap
bulan diperoleh jumlah ampul/vial vaksin yang digunakan. Untuk mengetahui berapa rata-
rata jumlah dosis diberikan untuk setiap ampul/vial, yang disebut Indeks Pemakaian Vaksin
(IP) dapat dihitung :

Jumlah suntikan (cakupan) yang dicapai tahun lalu


IP Vaksin = -----------------------------------------------------------------------------
Jumlah vaksin yang terpakai tahun lalu

Menghitung Kebutuhan Vaksin

51 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

1. Setelah menghitung jumlah sasaran imunisasi, menentukan target cakupan dan


menghitung besarnya indeks pemakaian vaksin, maka data-data tersebut
digunakan unuk menghitung kebutuhan vaksin.
2. Puskesmas mengirimkan rencana kebutuhan vaksin ke kabupaten/kota.(Depkes
RI, 2005).
Sebelum menghitung jumlah vaksin yang kita perlukan, terlebih dahulu dihitung
jumlah kontak tiap jenis Rumusnya :

Jumlah Kontak = Jumlah sasaran x Target cakupan

Untuk menghindari penumpukan vaksin, jumlah kebutuhan vaksin satu tahun


harus dikurangi sisa vaksin tahun lalu. Rumus Kebutuhan Vaksin ;
Jumlah kontak
Kebutuhan Vaksin =--------------------- =....ampul/vial
IP
LI.6 Sistem Rujukan Kesehatan Masyarakat
Sistem Rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, pragmatis, merata proaktif dan
koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang
paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama bagi ibu dan
bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar
dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan mutu
dan keterjangkauan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah mereka berada.
Sesuai SK Menteri Kesehatan Nomor 23 tahun 1972 tentang system rujukan adalah suatu
system penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal
balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari
unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam
arti unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Tujuan Depkes
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
masyarakat melalui peningkatan dan mekanisme rujukan berjenjang antar puskesmas dengan
RS Dati II, RS Dati I dan RS tingkat pusat dan labkes dalam suatu system rujukan, sehingga
dapat mendukung upaya mengurangi kematian ibu hamil dan melahirkan dan angka kematian
bayi.
Tugas Sistem Rujukan
Memeratakan pelayanan kesehatan melalui system jaringan pelayanan kesehatan mulai dari
Dati II sampai pusat karena keterbatasan sumber daya daerah yang seyogyanya bertanggung
jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya
Syarat Rujukan
Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab baik yang merujuk maupun yang menerima
rujukan .
Adanya pencatatan tertentu :
- Surat rujukan
- Kartu Sehat bagi klien yang tidak mampu

52 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

- Pencatatan yang tepat dan benar


- Kartu monitoring rujukan ibu bersalin dan bayi (KMRIBB)
Adanya pengertian timbal balik antar yang merujuk dan yang menerima rujukan
Adanya pengertian tugas tentang system rujuikan
Sifat rujukan horizontal dan vertical (kearah yang lebih mampu dan lengkap).
Jenis Rujukan
o Rujukan medis

- Rujukan pasien
- Rujukan pengetahuan
- Rujukan laboratorium atau bahan pemeriksaan
o Rujukan kesehatan

- Rujukan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan, misalnya : pengiriman dokter


ahli terutama ahli bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam dan dokter anak
dari RSU Provinsi ke RSU Kabupaten.
- Pengiriman asisten ahli senior ke RS Kabupaten yang belum ada dokter ahli dalam
jangka waktu tertentu.
- Pengiriman tenaga kesehatan dari puskesmas RSU Kabupaten ke RS Provinsi.
- Alih pengetahuan dan keterampilan di bidang klinik, manajemen dan pengoperasian
peralatan.
o Rujukan manajemen

- Pengiriman informasi
- Obat, biaya, tenaga, peralatan
- Permintaan bantuan : survei epidemiologi, mengatasi wabah (KLB)
Alur Rujukan

53 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Manfaat Rujukan
Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan :
1) Membantu penghematan dana karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat
kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
2) Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara kerja
berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
3) Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama aspek perencanaan.
Dari sudut masyarakat sebagai jasa pelayanan :
1) Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara
berulang-ulang.
2) Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui
dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.
Dari sudut tenaga kesehatan :
1) Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif, semangat
kerja, ketekunan dan dedikasi.
2) Membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui jalinan kerjasama.
3) Memudahkan/meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai
tugas dan kewajiban tertentu.
LI.7 Memahami dan Menjelaskan Hukum Syariat Islam dan KLB Dalam Pandangan
Islam
Menurut buku Syariah dan Ibadah (Pamator 1999) yang disusun oleh Tim Dirasah
Islamiyah dari Universitas Islam Jakarta, ada 5 (lima) hal pokok yang merupakan tujuan
utama dari Syariat Islam, yaitu:

1. Memelihara kemaslahatan agama (Hifzh al-din)

54 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung-jawab yang
hendak merusak aqidah, ibadah dan akhlak umat. Ajaran Islam memberikan kebebasan untuk
memilih agama, seperti ayat Al-Quran: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)
(QS Al-Baqarah [2]: 256).

Akan tetapi, untuk terpeliharanya ajaran Islam dan terciptanya rahmatan lilalamin, maka
Allah SWT telah membuat peraturan-peraturan, termasuk larangan berbuat musyrik dan
murtad: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang
mempesekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS An-Nisaa [4]:
48).

Dengan adanya Syariat Islam, maka dosa syirik maupun murtad akan ditumpas.

2. Memelihara jiwa (Hifzh al-nafsi)


Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang. Oleh sebab itu, diberlakukanlah hukum
qishash yang merupakan suatu bentuk hukum pembalasan. Seseorang yang telah membunuh
orang lain akan dibunuh, seseorang yang telah mencederai orang lain, akan dicederai,
seseorang yang yang telah menyakiti orang lain, akan disakiti secara setimpal. Dengan
demikian seseorang akan takut melakukan kejahatan. Ayat Al-Quran menegaskan:

Hai orang-orang yang beriman! Telah diwajibkan kepadamu qishash (pembalasan) pada
orang-orang yang dibunuh (QS Al-Baqarah [2]: 178).

Namun, qishash tidak diberlakukan jika si pelaku dimaafkan oleh yang bersangkutan, atau
daiat (ganti rugi) telah dibayarkan secara wajar. Ayat Al-Quran menerangkan hal ini:
Barangsiapa mendapat pemaafan dari saudaranya, hendaklah mengikuti cara yang baik
dan hendaklah (orang yang diberi maaf) membayar diat kepada yang memberi maaf dengan
cara yang baik (pula) (QS Al-Baqarah [2]: 178).

Dengan adanya Syariat Islam, maka pembunuhan akan tertanggulani karena para calon
pembunuh akan berpikir ulang untuk membunuh karena nyawanya sebagai taruhannya.
Dengan begitu, jiwa orang beriman akan terpelihara.

3. Memelihara akal (Hifzh al-aqli)


Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam amatlah penting. Akal manusia dibutuhkan
untuk memikirkan ayat-ayat Qauliyah (Al-Quran) dan kauniah (sunnatullah) menuju manusia
kamil. Salah satu cara yang paling utama dalam memelihara akan adalah dengan menghindari
khamar (minuman keras) dan judi. Ayat-ayat Al-Quran menjelaskan sebagai berikut:

Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) mengenai khamar (minuman keras) dan
judi. Katakanlah: Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa kedua-duanya lebih besar dari manfaatnya. (QS Al-Baqarah [2]: 219).
Syariat Islam akan memelihara umat manusia dari dosa bermabuk-mabukan dan dosa
perjudian.

4. Memelihara keturunan dan kehormatan (Hifzh al-nashli)


Islam secara jelas mengatur pernikahan, dan mengharamkan zina. Didalam Syariat Islam
telah jelas ditentukan siapa saja yang boleh dinikahi, dan siapa saja yang tidak boleh dinikahi.
Al-Quran telah mengatur hal-hal ini:

55 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.


Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. (QS Al-Baqarah [2]: 221).
Perempuan dan lak-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya
seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk
(menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang
yang beriman. (QS An-Nur [24]: 2).

Syariat Islam akan menghukum dengan tegas secara fisik (dengan cambuk) dan emosional
(dengan disaksikan banyak orang) agar para pezina bertaubat.

5. Memelihara harta benda (Hifzh al-mal)


Dengan adanya Syariat Islam, maka para pemilik harta benda akan merasa lebih aman,
karena Islam mengenal hukuman Had, yaitu potong tangan dan/atau kaki. Seperti yang
tertulis di dalam Al-Quran:

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagaimana) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.
Dan Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana (QS Al-Maidah [5]: 38).

Hukuman ini bukan diberlakukan dengan semena-mena. Ada batasan tertentu dan alasan yang
sangat kuat sebelum diputuskan. Jadi bukan berarti orang mencuri dengan serta merta
dihukum potong tangan. Dilihat dulu akar masalahnya dan apa yang dicurinya serta kadarnya.
Jika ia mencuri karena lapar dan hanya mengambil beberapa butir buah untuk mengganjal
laparnya, tentunya tidak akan dipotong tangan. Berbeda dengan para koruptor yang sengaja
memperkaya diri dengan menyalahgunakan jabatannya, tentunya hukuman berat sudah pasti
buatnya. Dengan demikian Syariat Islam akan menjadi andalan dalam menjaga suasana tertib
masyarakat terhadap berbagai tindak pencurian..
KLB Dalam Pandangan Islam
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.s.
As-Syura: 30)

Dalam sudut pandang wahyu Allah terakhir, musibah dan bencana ada kaitannya dengan dosa
atau maksiat yang dilakukan oleh manusia-manusia pendurhaka.Bencana alam berupa letusan
gunung api, banjir bandang, wabah penyakit, kekeringan, kelaparan, kebakaran, dan lain
sebagainya, dalam pandangan alam Islam (Islamic worldview), tidaklah sekedar fenomena
alam. Al-Quran menyatakan dengan lugas bahwa segala kerusakan dan musibah yang
menimpa umat manusia itu disebabkan oleh perbuatan tangan mereka sendiri. Tentu saja
kata tangan sebatas simbol perbuatan dosa/maksiat, karena suatu perbuatan maksiat
melibatkan panca indera, dan juga dikendalikan dan diprogram sedemikian rupa oleh otak,
kehendak dan hawa nafsu manusia. Maksiat, sebagaimana taat, ada yang bersifat menentang
tasyri Allah seperti melanggar perkara yang haram, dan ada yang bersifat menentang takwin
Allah (sunnatullah) seperti melanggar dan merusak alam lingkungan. Bahkan sebelum dunia
mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw. telah menetapkan dalam salah satu sabdanya,

56 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

Apabila kalian mendengar adanya wabah di suatu daerah,janganlah mengunjungi daerah itu,
tetapi apabila kalian berada di daerah itu, janganlah meninggalkannya.
7.2. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Dalam Menjaga Kesehatan dan
Berobat
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani,
harta, dan keturunan.Setidaknya tiga dari yang disebut berkaitan dengankesehatan. Tidak
heran jika ditemukan bahwa Islam amat kayadengan tuntunan kesehatan.

Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang
pentingnya kesehatan dalampandangan Islam.
1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat;
2. Afiat.

Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesra, kata "afiat" dipersamakan dengan "sehat". Afiat diartikan sehat dan
kuat,sedangkan sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai keadaan baik segenap badan serta
bagian-bagiannya (bebas dari sakit).Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap
anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang
dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat
adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan
pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari
penciptaan mata. Dalam konteks kesehatan fisik, misalnya ditemukan sabda Nabi
Muhammad Saw.:

Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu.

Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas
beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu.

Pembicaraan literatur keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan prinsip:
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan
sekian banyak petunjuk Kitab Suci dan Sunah Nabi Saw. yang pada dasarnya mengarah pada
upaya pencegahan.
Salah satu sifat manusia yang secara tegas dicintai Allah adalah orang yang menjaga
kebersihan. Kebersihan digandengkan dengan taubat dalam surat Al-Baqarah (2): 222:

Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat,dan senang kepada orang yang
membersihkan diri.
Tobat menghasilkan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan
kesehatan fisik.Wahyu kedua (atau ketiga) yang diterima Nabi Muhammad Saw. adalah:
Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala macam kekotoran (QS Al-Muddatstsir [74]:
4-5).

ISLAM MEMERINTAHKAN UMATNYA UNTUK BEROBAT


Berobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab berobat termasuk upaya
memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk salah satu tujuan syariat islam ditegakkan,
terdapat banyak hadits dalam hal ini, diantaranya;

1. Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

57 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1


Sesungguhnya Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan setiap
penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat dengan yang haram.
(HR.Abu Dawud 3874, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih wa Dhaif al-Jami
2643)

2. Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada Nabi
shallallahu alaihi wa sallam:

( ) :
:
( ) :
Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?,Nabi bersabda,berobatlah, karena sesungguhnya
Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya, kecuali satu penyakit
(yang tidak ada obatnya), mereka bertanya,apa itu ? Nabi bersabda,penyakit tua.
(HR.Tirmidzi 2038, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Sunan Ibnu Majah 3436)

1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:


a. Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka menyelamatkan
jiwa adalah wajib.
b. Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib padahal dia
mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh, berobat semacam ini
adalah untuk perkara wajib, sehingga dihukumi wajib.
c. Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular adalah wajib
untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.
d. Jika penyakit diduga kuat mengakibatkan kelumpuhan total, atau memperburuk
penderitanya, dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu mudhorot yang timbul lebih
banyak daripada maslahatnya seperti berakibat tidak bisa mencari nafkah untuk diri
dan keluarga, atau membebani orang lain dalam perawatan dan biayanya, maka dia
wajib berobat untuk kemaslahatan diri dan orang lain.
2. Berobat menjadi sunnah/ mustahab
Jika tidak berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan diri dan
orang lain, tidak membebani orang lain, tidak mematikan, dan tidak menular , maka berobat
menjadi sunnah baginya.
3. Berobat menjadi mubah/ boleh
Jika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak berakibat seperti kondisi
hukum wajib dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau tidak berobat
i. Berobat menjadi makruh dalam beberapa kondisi
a. Jika penyakitnya termasuk yang sulit disembuhkan, sedangkan obat yang digunakan
diduga kuat tidak bermanfaat, maka lebih baik tidak berobat karena hal itu diduga
kuat akan berbuat sis- sia dan membuang harta.
b. Jika seorang bersabar dengan penyakit yang diderita, mengharap balasan surga dari
ujian ini, maka lebih utama tidak berobat, dan para ulama membawa hadits Ibnu
Abbas dalam kisah seorang wanita yang bersabar atas penyakitnya kepada masalah
ini.
c. Jika seorang fajir/rusak, dan selalu dholim menjadi sadar dengan penyakit yang
diderita, tetapi jika sembuh ia akan kembali menjadi rusak, maka saat itu lebih baik
tidak berobat.

58 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1

d. Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu penyakit, dan
dengan penyakit itu dia berharap kepada Alloh mengampuni dosanya dengan sebab
kesabarannya.
e. Dan semua kondisi ini disyaratlkan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada
kebinasaan, jika mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat, maka
berobat menjadi wajib.
5. Berobat menjadi haram
Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya haram,
seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Pedoman Penanggulangan KLB-DBD bagi keperawatan di RS dan Puskesmas
Hadinegoro, Sri Rezeki. 2011. Panduan Imunisasi Anak, ed.1. Ikatan Dokter Anak Indonesia
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
Rajab, Wahyudin. 2008. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta :
EGC
Tamher dan Noorsiani. 2008. Flu Burung : Aspek Klinis dan Epidemiologis . Jakarta :
Salemba Medika
Trihono. 2010. Arrimes : Manajemen Puskesmas berbasis paradigma sehat. Jakarta : Sagung
Seto
Ahmad, Jurnal. 2013. Konsep Kesehatan dalam Islam.
http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/20/konsep-kesehatan-dalam-islam/(21 Mei
2013)

59 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai