Wrap Up Skenario 2 Kedkom A 1
Wrap Up Skenario 2 Kedkom A 1
SKENARIO 2
Kejadian Penyakit dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pada tahun 2011, diterapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) Demam Berdarah Dengue di Kota
Pekanbaru. Pernyataan resmi ini disampaikan pejabat Wali Kota Pekanbaru setelah
mendengar laporan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dalam rapat koordinasi. Pada
bulan Februari 2010 terdapat sebanyak 202 kasus dan bulan Februari 2011 mencapai 450
kasus. Hal ini menunjukkan peningkatan sebesar kurang lebih dua kali lipat dari periode
tahun sebelumnya. IR (Incidence Rate) DBD menurut WHO di Indonesia adalah sebesar <50
per 100.000 penduduk dengan CFR (Case Fatality Rate) 0,2. Kematian yang terjadi pada
kasus DBD disebabkan masih kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap
gejala DBD. Sering kali pasien dating ke puskesmas dalam stadium lanjut, dimana terdapat
pendarahan spontan dan syok. Pada stadium demam terdapat kebiasaan masyarakat yang
cenderung untuk mengobati diri sendiri dengan cara membaluri badan dengan bawang merah
yang dicampur minyak goring terlebih dahulu kemudian membeli obat penurun panas di
warung atau took obat. Masyarakat tidak mengerti kalau pada saat mulai demam harus segera
dibawa ke Puskesmas.
Karena adanya KLB tersebut, Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) ke
lapangan untuk mengetahui penyebab terjadinya KLB. Berdasarkan hasil penyelidikan
epidemiologi, tersebut Puskesmas melakukan tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi
KLB.
Banyaknya penderita DBD di Puskesmas membutuhkan obat-obatan dan cairan infus bagi
pasien yang jumlahnya sangat banyak, sementara persediaan di Puskesmas juga terbatas.
Untuk mengatasi hal tersebut Puskemas melakukan rujukan kesehatan masyarakat ke Dinas
Kesehatan Kota Pekanbaru.
Program penanggulangan DBD yang berjalan seharusnya bukan hanya dikerjakan oleh
Puskesmas sendiri secara lintas program, tapi juga dikerjakan secara lintas sektoral demi
untuk meningkatkan mutu pelayanan. Pada saat yang bersamaan, terjadi ledakan kasus
Campak di Puskesmas setempat. Ternayta cakupan imunisasi Campak dalam 3 tahun terakhir
selalu berada pada kisaran < 50%.
Dalam pertemuan lintas sektoral, tokoh agama juga terlibat dalam ikut urun rembuk
penyelesaian masalah kesehatan di masyarakat. Tokoh agama menyampaikan, bahwa dalam
pandangan Islam mencipatakan kemaslahatan insani yang hakiki adalah merupakan salah satu
tujuan syariat Islam dan hukum menjaga kesehatan dan berobat adalah wajib.
Kata Sulit :
1 | Page
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Pertanyaan :
2 | Page
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Jawaban :
1. Jika sudah tidak bisa ditangani tenaga medis
2. Melakukan Penyelidikan Epidemiologi untuk mennetukan penanganan KLB
3. Peningkatan kejadian kesakitan dalam 3 kurun waktu tertentu, penyakit yang belum
ada di daerah itu mendadak naik
4. Kurang pengetahuan dari masyarakat , budaya dan social yang ada di masyarakat
5. Dinas kesehatan kabupaten/kota.
6. Survey, pengumpulan data, pengolahan , pengumpulan hasil, penyuluhan, feedback.
7. Puskesmas dan Dinas Kesehatan.
8. Wajib Menjaga Kesehatan
9. Wabah dan KLB memiliki mortalitas dan morbiditas. Tapi pada wabah lebih ke
peningkatan kejadian penyakit menular yang meningkat sedangkan KLB lebih ke
kesakitan dan kematian yang meningkat bermakna secara epidemiologi.
Hipotesis
Input (kurang pengetahuan) dan proses (6m 1i, kurang penyuluhan)
Puskesmas merujuk ke RS
3 | Page
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang
bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu (Kep. Dirjen
PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan salah satu istilah
yang sering digunakan dalam epidemiologi. Istilah ini juga tidak jauh dari istilah wabah yang
sring kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kedua istilah ini sering digunakan akan tetapi
sering kali kita tidak mengetahui apa arti kedua kata tersebut.Menurut UU : 4 Tahun 1984,
kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian
yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Kejadian Luar Biasa (adalah ) Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004.
Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan, mencabut
daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah
Tujuan khusus :
Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit
Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB
Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi KLB
4 | Page
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Yang mempengaruhi rendahnya faktor itu, sebagian masyarakat sudah tidak kebal lagi, atau
antara yang kebal dan tidak mengelompok tersendiri.
2. Patogenesiti
Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul sakit.
1. Manusia, ex: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti
Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis.
5 | Page
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang
Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu
kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).Jumlah penderita baru dalam
satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan
angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan
kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun
sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, "DHF/DSS": a). Setiap peningkatan kasus dari
periode sebelumnya (pada daerah endemis). b) Terdapat satu atau lebih penderita baru
dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari
penyakit yang bersangkutan.
9. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan
pestisida.
6 | Page
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Tingkat atau pola dalam penyelidikan KLB ini sangat sulit ditentukan, sehingga metoda yang
dipakai pada penyelidikan KLB sangat bervariasi. Menurut Kelsey et al., 1986; Goodman et
al., 1990 dan Pranowo, 1991, variasi tersebut meliputi :
1. Rancangan penelitian, dapat merupakan suatu penelitian prospektif atau retrospektif
tergantung dari waktu dilaksanakannya penyelidikan. Dapat merupakan suatu
penelitian deskriptif, analitik atau keduanya.
2. Materi (manusia, mikroorganisme, bahan kimia, masalah administratif),
3. Sasaran pemantauan, berbagai kelompok menurut sifat dan tempatnya (Rumah sakit,
klinik, laboratorium dan lapangan).
4. Setiap penyelidikan KLB selalu mempunyai tujuan utama yang sama yaitu mencegah
meluasnya (penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan datang
(pengendalian), dengan tujuan khusus :
a. Diagnose kasus-kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit
b. Memastikan keadaan tersebut merupakan KLB
c. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
d. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
e. Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang berisiko akan terjadi
KLB
7 | Page
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang
dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini
dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa
pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada
yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan
yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi
terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul
dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh
tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002).
Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta
Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan
segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan
bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi
wabah secara dini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih
dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit
didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat
diantisipasi (Sidemen A., 2003).
Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem
surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan
Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu sistem
jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita
adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara
cepat (Badan Litbangkes, Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus
dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan
sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal
menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit,
tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen
A., 2003)
8 | Page
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
1. Jangka pendek
Menemukan dan mengobati pasien
Melakukan rujukan dengan cepat
Malakukan kaporasi sumber air dan disinfeksi kotoran yang tercemar
Memberi penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi lingkungan
Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral
2. Jangka panjang
Memperbaiki faktor lingkungan
Mengubah kebiasaan tidak sehat menjadi sehat
Pelatihan petugas
9 | Page
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
10 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
11 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Ratio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling tergantung. Ratio digunakan untuk
menyatakan besarnya kejadian
Contoh: Jumlah Mahasiswa Stikes = 100, ratio pria : wanita = 2 : 3. Berapa jumlah masing2
mahasiswa?
Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang mempunyai risiko
kejadian tersebut. Rate digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian
tertentu dalam masyarakat
Contoh:
Campak berisiko pada balita
Diare berisiko pada semua penduduk
Ca servik berisiko pada wanita
INCIDENCE RATE
Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu
tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu
12 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
PREVALENCE RATE
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam masyarakat di
suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu. PR yang ditentukan pada waktu tertentu
(misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence Rate. PR yang ditentukan pada periode
tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000) disebut Periode Prevalence Rate.
ATTACK RATE
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu
13 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
14 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
LI.3 Memahami dan Menjelaskan Perilaku Kesehatan Individu dan Masyarakat Dalam
Pola Mencari Pengobatan
Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai
dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka
mempunyai aktivitas masing-masing. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner (1938) seorang
ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua:
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).
Misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda
tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Misalnya : seorang ibu memeriksa kehamilannya atau membawa anaknya ke
puskesmas untuk diimunisasi.
Perilaku Kesehatan Individu
Perilaku kesehatan individu pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respons dan
stimulus atau perangsangan. Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan,
persepsi, dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan
stimulus atau rangsangan terdiri 4 unsur pokok, yakni : sakit & penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, dan lingkungan. Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 4 kelompok :
15 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai
mencari pengobatan ke luar negeri.
3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi,
sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di
dalamnya/zat gizi, pengelolaan makanan, dll.
4) Perilaku Kesehatan Lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan,
baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana sehingga lingkungan
tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979)
membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan ini.
a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya
atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain :
a) Menu seimbang
b) Olahraga teratur
c) Tidak merokok
d) Tidak minum-minuman keras dan narkoba
e) Istirahat yang cukup
f) Pengendalian stres
g) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
b. Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit.
Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala
penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) mencakup :
a) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
b) Mengenal/mengetahu fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan
penyakit yang layak.
c) Mengetahu hak (misalnya : hak memperoleh perawatan dan
pelayanan kesehatan).
Kosa & Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi
oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan
kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap
indivisu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau
pencegahan yang berbeda meskipun gangguan kesehatannya sama. Pada umumnya tindakan
yang diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap
gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan
individu menstimulasi dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini
menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang
dialami dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya. Proses ini mengikuti
suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni :
1) Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau
ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang
lain (anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan. Selanjutnya
gangguan dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang
diberi informasi tersebut menilai dengan kriteria subjektif.
16 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau
Stimulus Organisme Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua
(Notoatmodjo, 2003) :
a. Perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior).Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
17 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau
pekerja
Dimensi tingkat pelayanan kesehhatan
Pendidikan kesehatan promosi kesehatan ( health promotion) missal ; Peningkatan gizi,
perbaikan sanitasi lingkungan , gaya hidup dan sebagainya
Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus ( specific Protection) missal : imunisasi
Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnostic and
promt treatment ) missal : dengan pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari
dari resiko kecacatan
Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi missal : dengan memulihkan kondisi cacat
melalui latihan latihan tertentu
18 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
19 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
PERILAKU KESEHATAN
Yaitu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit , system
pelayanan kesehatan makanan serta lingkungan .perilaku kesehatan mencangkup 4 yaitu :
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik
pasif maupun aktif perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai
dengan tingkatan tingkatan pencegahan penyakit misalnya : Perilaku pencegahan
penyakit ( health prevention behavior) respon utuk melaakukan pencegahan penyakit
misalnya tidur dengan kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria .imunisasi
b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan , baik pelayanan kesehatan tradisional maupun
modern. Perilaku ini mencakup respons terhadap fasillitas pelayanan cara pelayanan,
petugas kesehatan, dan obat obatan yang terwjud dalam pengetahuan , persepsi, sikap
dan penggunaan fasilitas ,petugas dan obat obatan
c. Perilaku terhadap makanan ( nutrition behavior) yaitu respons seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan , meliputi pengetahuan ,persepsi, sikap
dan praktek kita terhadap makanan serta unsure unsure yang terkandung didalamnya
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan ( environmental health behavior) adalah respon
seseorang terhadap lingkungan sekitarnya sebagai determinan kesehatan manusia.
Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri dengan bersih ,
pembuangan air kotor dengan limbah dengan rumah yang sehat dengan pembersihan
sarang saranng nyamuk ( vector) dll.
KLASIFIKASI PERILAKU
a. Perilaku kesehatan ( health behavior) yaitu hal hal yang berkaitan dengan memelihara ,
meningkatkan dan mencegah penyakit dengan tindakan tindakan perorangan seperti
sanitasi, memilih makanan dn kebersihan
b. Perilaku sakit ( illness behavior) yaitu tindakan seseorang dalam menyikapi sakit dan
kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit ,penyebab penyakit serta usaha
usaha mencegah penyakit tersebut.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yaitu tindakan seseorang yang sedang sakit
untuk memperoleh kesembuhan .perilaku ini disamping berpengaruh terhadap
kesehatan /kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitanya sendiri
juga berpengaruh terhadap orang lain terutama anak anak yang belm mempunyai
kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatanya.
PERUBAHAN PERILAKU
a. Teori Stimulus dan Transformasi
b. Teori teori belajar social ( social searching )
20 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Masyarakat jika menderita sakit cenderung mengobati sendiri terlebih dahulu dengan
membeli obat di warung seperti tetes mata, salep di apotik tanpa resep dari dokter, mereka
hanya menanyakan kepada penjaga apotik obat mana yang biasa digunakan untuk mata
merah, padahal dengan mereka membeli obat tanpa resep dokter belum tentu itu baik buat
kesehatan mata, dan belum tentu obat tersebut tidak menimbulkan efek samping jika
mengabaikan aturan pemakaian. Dan ada juga yang mengobati secara tradisional yaitu
dengan mengompres mata dengan air hangat, air sirih, air teh, daun kelor dan air bambu. Di
sisi lain masyarakat dengan pengetahuan baik (22%) dan bersikap baik (92%) berperilaku
langsung mengobati ke puskesmas atau rumah sakit. Hal ini dikarenakan mereka mengetahui
apa yang akan terjadi jika terlambat dalam melakukan pengobatan, dan juga mereka memiliki
dasar pengetahuan yang baik tentang kesehatan, khususnya kesehatan mata. Sehingga jika
mengalami gangguan pada mata mereka langsung mengobati dengan rasional.
Pelayanan Kesehatan Modern
1. Polindes.
Polindes adalah salah satu program pembangunan oleh pemerintah RI bidang kesehatan yang
berangkat dari persoalan tingginya angka kesakitan dan kematian ibu karena hamil dan
bersalin. Program ini merupakan program penyediaan fasilitas layanan kesehatan di desa
yang jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai. Tiga tujuan utama program adalah:
sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu, anak dan KB.
sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
sebagai tempat konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat,
dukun bayi dan kader kesehatan.
21 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Secara institusi dan gagasan, polindes merupakan representasi sistim medis modern yang
dalam proses intervensi di masyarakat sasaran akan bertemu dengan sistim medis lokal
tradisional. Dinamika dan proses komunikasi yang terjadi antara keduanya menghasilkan
adopsi parsial program oleh masyarakat sasaran. Hal yang menarik dari data temuan lapangan
adalah terdapat perbedaan perspektif antara program dan nilai-nilai lokal dalam
menginterpretasi kehamilan dan persalinan dan etiologi tentang sehat sakit. Program
beroperasi atas dasar prinsip-prinsip fisiologis dan model-model biomedis serta bekerja atas
diktum preventif.
Hal ini konsisten dengan cara kerja sistem medis modern (dalam hal ini program KIA di
polindes) yaitu mencegah lebih baik dari pada mengobati. Bagi pengetahuah lokal, kehamilan
dan persalinan lebih dijelaskan dalam kerangka religius dan transendental sehingga campur
tangan manusia dianggap minimal dan pasif. Dalam konteks pemikiran ini, pemeliharaan dan
perawatan dengan makna mencegah resiko sebalum terjadi tidak dikenal dan dianggap
mendahului takdir yang memberi rasionalisasi rendahnya angka kunjungan konsultasi ibu
selama kehamilan hingga paska bersalin. Pada gilirannya hal ini menghambat deteksi dini
resiko pada kehamilan ibu dan menghalangi upaya-upaya untuk mengatasinya. Pendekatan
program yang cendrung tekhnikal medis membuat program menjadi keras dan impersonal
bagi ibu. Memperhatikan dan mengadopsi sistim kognisi lokal, etiologi setempat dan pola
keterlibatan individu-individu dalam sistim sosial setempat kedalam program dapat memberi
keuntungan pada program dalam jangka panjang hingga program dapat menyediakan layanan
yang lebih sesuai dengan kondisi dan pengetahuan lokal. Upaya memahami nilai-nilai budaya
dan sistim sosial setempat memberi pemahaman tentang faktor- faktor yang menghambat
diadopsinya program dan merancang strategi yang dapat mendukung program. Kata kunci:
Polindes, pelayanan kesehatan ibu hamil bersalin, faklor sosial budaya.
2. Holistik Modern
Sudah saatnya bagi masyarakat untuk beralih ke layanan kesehatan holistik modern. Dalam
situasi biaya pelayanan kesehatan umum sekarang ini sangat tinggi dan kadang-kadang terasa
mencekik dan sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat, maka untuk mendapatkan
konsultasi dan pengobatan berbagai penyakit secara maksimum dengan akurat dan hemat,
sudah saatnya masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan Holistik Modern.
DR.ASVIAL RIVAI, M.D (M.A) sang pelopor dan pengembang layanan kesehatan holistik
modern itu di Indonesia sejak tahun 1997, menjelaskan. Di bawah ini, kami tampilkan
wawancara Kris Sadipun dari Bekasi Ekspres (BE) dengan DR.ASVIAL RIVAI (AR) di
Kantor Pusat Holistik Moderen, Mall Belannova, Sentul City, Bogor, dalam bentuk tanya-
jawab menyangkut keunggulan layanan kesehatan Holistik Moderen
BE: Apa yang dimaksud dengan layanan kesehatan Holistik Modern?
AR: Itu hanya sebuah nama. Apalah arti sebuah nama, banyak orang berkata begitu.
Tapi sebenarnya holistik modern merupakan sebuah sebutan terhadap satu sistem
pelayanan terpadu dalam memenuhi berbagai kebutuhan untuk pemeliharaan dan
perbaikan tingkat kesehatan yang mungkin sudah rusak yang disebut sakit-sakitan.
Layanan kesehatan holistik modern dalam arti yang sangat dalam, meliputi berbagai
pelayanan termasuk layanan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh, konsultasi
kesehatan secara menyeluruh (baik fisik, emosional dan juga kejiwaan), perawatan /
pengobatan penyakit-penyakit secara menyeluruh (juga fisik, emosional dan kejiwaan),
pemberian nasehat dan anjuran-anjuran kesehatan secara menyeluruh (berlaku juga
untuk kesehatan fisik, emosional dan kejiwaan), kontrol ulang serta bimbingan /
tuntunan selama penyakit-penyakitnya belum sembuh atau selama masih dibutuhkan
22 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
oleh sipenderita. Itu dilakukan secara terpadu oleh satu tenaga praktisi yang sudah
dilatih untuk menekuni profesi itu, tanpa harus rujuk kesana sini, tanpa harus ambil
darah, tanpa suntikan, tanpa melukai dan malah tanpa buka-buka pakaian sangat etis.
Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara pengobatan atau
perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan yang diperoleh secara turun temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli
maupun yang berasal dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam
masyarakat (UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).
Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih tinggi di
Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
a. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.
b. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya masyarakat
menguntungkan pengobatan tradisional.
c. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen.
d. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa penyakit
tertentu.
e. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat) yang berasal
dari alam (back to nature).
f. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.
g. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.
h. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.
i. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.
j. Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tradisional.
23 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Pengobatan alternatif bias dilakukan dengan menggunakan obat-obat tradisional, yaitu bahan
atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik),
atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan
pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar
pengobatan kedokteran moderen (pelayanan kedoteran standar) dan digunakan sebagai
alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran moderen tersebut.
Berbagai istilah telah digunakan untuk cara pengobatan yang berkembang di tengah
masyarakat. WHO (1974) menyebut sebagai traditional medicine atau pengobatan
tradisional. Para ilmuwan lebih menyukai traditional healding. Adapula yang
menyebutkanalternatif medicine. Ada juga yang menyebutkan dengan folk medicine, ethno
medicine, indigenous medicine (Agoes, 1992;59).
Dalam sehari-hari kita menyebutnya pengobatan dukun. Untuk memudahkan penyebutan
maka dalam hal ini lebih baik digunakan istilah pengobatan alternatif, karena dengan istilah
ini apat ditarik garis tegas perbedaan antara pengobatan moderen dengan pengobatan di
luarnya dan juga
dapat merangkum sistem-sistem pengobatan oriental (timur) seperti pengobatan tradisional
atau sistem penyembuhan yang berakar dari budaya turun temurun yang khas satu etnis (etno
medicine).
Salah satu cirri pengobatan alternatif adalah penggunaan doa ataupun bacaan-bacaan. Doa
atau bacaan dapat menjadi unsur penyembuh utama ketika dijadikan terapi tunggal dalam
penyembuhan.Selain doa ada juga ciri yang lain yaitu adanya pantangan pantangan.
Pantangan berarti suatu aturan-aturan yang harus dijalankan oleh pasien. Pantangan-
pantangan tersebut harus dipatuhi demi kelancaran proses pengobatan, agar penyembuhan
dapat selesai dengan cepat. Dimana pantanganpantangan tersebut sesuai dengan penyakit
yang diderita pasien. Seperti misalnya penyakit patah tulang maupun terkilir, biasanya
dilarang unutk mengkonsumsi minum es dan kacang-kacangan. Makanan-makanan tersebut
menurutnya dapat mengganggu aliran syaraf-syaraf yang akan disembuhkan.
Asumsi Determinan Perilaku
Menurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan.
Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang
tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala
kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan
sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut
dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas,
24 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
sosial budaya dan sebagainya. Proses terbentuknya perilaku dapat diilustrasikan pada gambar
berikut :
Determinan perilaku
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat
mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain
1. Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa
kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes)
dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-
obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3) Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2. Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan
fungsi dari :
1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behavior itention).
2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accesebility of information).
4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan
(personal autonomy).
25 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
LI.4 Memahami dan Menjelaskan Pengaruh Sosial Budaya Dalam Perilaku Kesehatan
Masyarakat
Perilaku Kesehatan Masyarakat dan Pola pencarian pengobatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Bentuk dari
perilaku tersebut ada dua yaitu pasif dan aktif. Perilaku pasif merupakan respon internal dan
hanya dapat dilihat oleh diri sendiri sedangkan perilaku aktif dapat dilihat oleh orang lain.
Masyarakat memiliki beberapa macam perilaku terhadap kesehatan. Perilaku tersebut
umumnya dibagi menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit. Perilaku sehat yang
dimaksud yaitu perilaku seseorang yang sehat dan meningkatkan kesehatannya tersebut.
Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindari dari penyakit
dan penyebab penyakit atau masalah, atau penyebab masalah (perilaku preventif). Contoh
dari perilaku sehat ini antara lain makan makanan dengan gizi seimbang, olah raga secara
teratur, dan menggosok gigi sebelum tidur.
26 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Yang kedua adalah perilaku sakit. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit atau
telah terkena masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah
kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking
behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang bila terkena
masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan melalui sarana pelayanan kesehatan
seperti puskesmas dan rumah sakit.
Secara lebih detail, Becker (1979) membagi perilaku masyarakat yang berhubungan dengan
kesehatan menjadi tiga, yaitu:
1. perilaku kesehatan : hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatannya. Contoh : memilih makanan yang sehat, tindakan-
tindakan yang dapat mencegah penyakit.
2. perilaku sakit : segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individuyang
merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
Contoh pengetahuan individu untuk memperoleh keuntungan.
3. perilaku peran sakit : segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang
sedang sakit untuk memperoleh kesehatan.
Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma
sehat.Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah
tempatnya orang sakit. Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah sakit. Ini
adalah paradigma yang salah yang menitikberatkan kepada aspek kuratif dan rehabilitatif.
Sedangkan paradigma sehat Menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif,
berpandangan bahwa tindakan pencegahan itu lebih baik dan lebih murah dibandingkan
pengobatan.
27 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
dalam hidup dan kehidupannya.Alasan lain yang sering kita dengar adalah fasilitas
kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik,
tidak responsif, dan sebagainya. Dan akhirnya alasan takut dokter, takut pergi ke rumah
sakit, takut biaya, dan sebagainya.
2. Kedua, tindakan mengobati sendiri, dengan alasan yang sama seperti telah diuraikan.
Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah
percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang
lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini
mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.
3. Ketiga, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional. Untuk
masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini masih menduduki tempat
teratas dibanding dengan pengobatan-pengobatan yang lain.Dukun yang melakukan
pengobatan tradisional merupakan bagian dari masyarakat, berada di tengah-tengah
masyarakat, dekat dengan masyarakat, dan pengobatan yang dihasilkan adalah
kebudayaan masyarakat, lebih diterima oleh masyarakat daripada dokter, bidan,
farmasis, dan sebagainya yang masih asing bagi mereka, seperti juga pengobatan yang
dilakukan dan obat-obatnya pun merupakan kebudayaan mereka.
4. Keempat, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat dan
sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan pada
umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol.
Namun demikian, sampai sejauh ini pemakaian obat-obat bebas oleh masyarakat belum
mengakibatkan masalah yang serius. Khususnya mengenai jamu sebagai sesuatu untuk
pengobatan makin tampak peranannya dalam kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu
diadakan penelitian yang lebih mendalam.
5. Kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan
oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam
balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.
6. Keenam, mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan
oleh dokter praktik.
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit adalah
berbeda dengan konsep kita tentang sehat-sakit itu. Demikian juga persepsi sehat-sakit antara
kelompok-kelompok masyarakat pun akan berbeda-beda pula.
Perilaku pencarian pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor besar yaitu faktor
predisposing, faktor enabling, dan faktor need.
1. Faktor predisposing adalah predisposisi seseorang untuk menggunakan pelayanan yaitu
faktor demografi,faktor struktur sosial, dan faktor keyakinan terhadap kesehatan
2. Faktor Enabling merupakan kemampuan seseorang untuk mencari pelayanan berupa
sumberdaya keluarga atau sumber daya masyarakat.
3. Faktor need adalah kebutuhan seseorang akan pelayanan
28 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Komunikasi
Komunikasi kesehatan disebut juga promosi kesehatan. Karena komunikasi merupakan
kegiatan untuk mengondisikan fakktor-faktor predisposisi. Kurangnya pengetahuan, dan
sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, adanya tradisi, kepercayaan yang negative
tentang penyakit, makanan, lingkungan, dan sebagainya, mereka tidak berprilaku sesuai
dengan nilai-nilai kesehatan. Untuk itu maka diperlukan komunikasi, pemberian informasi-
informasi tentang kesehatan. Untuk berkomunikasi yang efektif para petugas kesehatan perlu
dibekali ilmu komunikasi, termasuk media komunikasinya.
Pola Pikir
Perilaku pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior) adalah pola atau perilaku
pencarian pelayanan kesehatan di masyarakat. Dua hal yang perannya kuat dalam
menentukan pengambilan keputusan tentang pengobatan.
Pertama adalah persepsi mereka terhadap penyakit. Orang yang mempesepsikan penyakitnya
sebagai penyakit ringan cenderung untuk memilih pengobatan sendiri (self medication)
misalnya dengan mencari obat di warung atau apotik, orang yang mengganggap penyakit
mereka serius, biasanya tiga hari sampai seminggu tidak sembuh cenderung untuk memilih
datang ke dokter atau layanan kesehatan, tetapi mereka yang menganggap penyakitnya sangat
serius atau kronis seperti diabetes, stroke dan hipertensi justru memilih pengobatan alternatif
baik itu tabib, pengobatan herbal, maupun dukun.
Kedua adalah persepsi mereka tentang layanan kesehatan profesional. Mereka yang
mempersepsikan bahwa pengobatan profesional sulit untuk dijangkau, mahal dan tidak
efektif cenderung untuk lari ke pengobatan sendiri dan pengobatan alternatif. Pada penderita
penyakit kronis yang sifatnya degeneratif seperti penyakit diabetes dan darah tinggi atau
strok, tampaknya kebanyakan mengangap bahwa penyembuhan melalui usaha medis adalah
sia-sia.
Kebiasaan
Aspek social dan budaya mempengaruhi kesehatan. Masing-masing kebudayaan memiliki
berbagai pengobatan untuk penyembuhan anggota masyarakatnya yang sakit. Pada
masyarakat tradisional, tidak semua penyakit itu disebabkan oleh penyebab biologis.
Kadangkala mereka menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh jahat atau
iblis yang mengganggu manusia dan menyebabkan sakit. Masing-masing suku memiliki cara
yang beda-beda dalam pengobatan penyakitnya yang tidak berhubungan dengan ilmu
kedokteran.
Penanggulangan
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas perlu ditunjang dengan
adanya penelitian-peneliatian sosial budaya masyarakat, persepsi dan perilaku masyarakat
tersebut terhadap sehat-sakit. Bila diperoleh data bahwa masyarakat masih mempunyai
persepsi sehat-sakit yang berbeda dengan kita, maka kita dapat melakukan pembetulan
konsep sehat-sakit itu melalui pendidikan kesehatan masyarakat. Dengan demikian,
pelayanan yang kita berikan akan diterima oleh masyarakat.
Dampak
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being ,
merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:
1. Environment atau lingkungan.
29 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological
balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat
preventif,promotif,kuratif,rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling
besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor
seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama
(yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat
menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
LI.5. Memahami dan menjelaskan pelayanan kesehatan dari Puskesmas
30 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
UKM
Pemerintah dan peran serta aktif masyarkat dan swasta.
Mencakup: promkes, pemeliharaan kes, P2M, keswa, pengendalian penyakit tdk menular,
sanitasi dasar, gizi masyarakat.
UKP
31 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
32 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Puskesmas adalah : suatu unit organisasi fungsional yang secara profesional melakukan
upaya pelayanan kesehatan pokok yang menggunakan peran serta masyarakat secara aktif
untuk dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
suatu wilayah kerja tertentu.
Menurut Kepmenkes RI No.128/Menkes/SK/II/2004 Puskesmas adalah UPTD
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Departemen Kesehatan RI 1991 Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional
yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
33 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
1. Visi : Tercapainya kecamatan sehat Masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
2. Misi :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.
3. Tujuan
Mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni;
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.
4. Fungsi
Puskesmas Pusat pembangunan berwawasan kesehatan. Mengupayakan program-
program pembangunan yang berwawasan kesehatan,yaitu :
Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar
menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya.
Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat.
34 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
1. Promosi Kesehatan
A. Pengertian
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan, kelompok
dan masyarakat, dalam berbagai tatanan, dengan membuka jalur komunikasi,
menyediakan informasi, dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan prilaku, dengan melakukan advokasi, pembinaan
suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat untuk mengenali,
menjaga/memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
B. Tujuan
Tercapainya perubahan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara prilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
C. Sasaran
a. Pelaksanaan posyandu dan Pembinaan kader
b. Penyuluhan Kesehatan
- Penyuluhan dalam gedung
- Penyuluhan luar gedung
Penyuluhan kelompok :
- Kelompok posyandu
- Penyuluhan masyarakat
- Anak sekolah
Penyuluhan perorangan : PHN
c. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
d. Advokasi program kesehatan dan program prioritas
Kampanye program prioritas antara lain : vitamin A, narkoba, P2M DBD,
HIV, malaria, diare
e. Promosi kesehatan tentang narkoba
f. Promosi tentang kepesertaan jamkesmas
g. Pembinaan dana sehat/jamkesmas
2. Kesehatan Lingkungan
A. Pengertian
Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang
pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat di
samping faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik dan faktor prilaku.
Bahaya potensial terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan
dapat bersifat fisik, kimia maupun biologi.
Sejalan dengan kebijaksanaanParadigma Sehat yang mengutamakan
upaya-upaya yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Maka
upaya kesehatan lingkungan sangat penting.
35 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
36 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
37 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Kesehatan Keluarga adalah wujud keluarga sehat, kecil bahagia dan sejahtra
dari suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya (UU RI no 23 th 1992)
Kesehatan Reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang
utuh. Bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.(WHO)
B. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran kemandirian wanita dan keluarganya dalam
mengatur biologik keluarga termasuk fungsi reproduksinya serta berperan
serta aktif dalam mencegah dan menyelesaikan masalah kesehatan keluarga
serta meningkatkan kualitas hidup keluarga
Tujuan Khusus
1. Peran serta aktif wanita dan keluarganya dalam mencegah dan memecahkan
masalah kesehatan keluarga dan masalah reproduksi
2. Memberikan informasi, edukasi terpadu mengenai seksualitas dan kesehatan
reproduksi, manfaat dan resiko dari: obat, alat, perawatan, tindakan serta
kemampuan memilih kontrasepsi dengan tepat
3. Melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
4. Melaksanakan pelayanan kontrasepsi yang aman dan efektif
5. Kehamilan dap persalinan yang direncanakan dan aman
6. Pencegahan dan penanganan engguguran kandungan yang tidak dikehendaki
7. Pelayanan infertilitas
8. Informasi secara menyeluruh tentang pengaruh defisiensi hormon di usia
lanjut pada usia lanjut penapisan masalah malignasi
38 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
B. Tujuan
Tujuan Umum
Terciptanya pelayanan berkualitas denagn partisipasi penuh pengguna jasa
dan keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap ibu mempunyai
kesempatan yang terbaik dalam hal waktu dan jarak antar kehamilan,
melahirkan bayi sehat yang aman dalam lingkungan yang kondusif sehat,
denagn asuhan antenatal yang ade kuat, dengan gizi serta persiapan menyusui
yang baik.
Tujuan Khusus
a. Memberikan pelayanan kebidanan dasar dan KIE kepada ibu hamil termasuk
KB berupa pelayanan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan nifas
serta perawatan bayi baru lahir.
b. Memberikan pertolongan pertama penanganan kedaruratan kebidanan dan
neonatal serta merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II) sesuai
kebutuhan
c. Memantau cangkupan pelayanan kebidanan dasar dan penagganan
kedaruratan kebidanan neonatal
d. Meningkatkan kualitas pelayanan KIA secara berkelanjutan
e. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat
dalam upaya KIA
f. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal esensial seluruh bayi baru lahir
yang meliputi usaha pernafasan spontan, menjaga bayi tetap hangat,
menyusui dini dan eksklusif, mencegah interaksi serta tata laksana neonatal
sakit
g. Melaksanakan pemeliharaan kesehatan kepada seluruh balita dan anak pra
sekolah yang meliputi perawatn bayi baru lahir, pemeriksaan kesehatan rutin
pemberian imunisasi dan upaya perbaikan gizi
h. Melaksanakan secara dini pelayanan program dan stimulasi tumbuh kembang
pada seluruh balita dan anak pra sekolah yang melipui perkembangan
motorik, kemampuan berbicara dan kognitif serta sosialisasi dan kemandirian
anak
i. Melaksanakan management terpadu balita sakit yang datang berobat ke
fasilitas rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan tindak lanjutnya
C. Sasaran
Adalah ibu, bayi, balita, anak usia pra sekolah dan keluarga yang tinggal dan
beraada di wilayah kerja Puskesmas serta yang berkunjung ke Puskesmas.
39 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
B. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan peserta didik, sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya
Tujuan Khusus
a. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinssip
hidup sehat serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan
sekolah, perguruan agama, di rumah tangga maupun di lingkungan
masyarakat
b. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalah
gunaan narkotika dan bahan berbahaya, alkohol, rokok dan sebagainya
c. Meningkatnya mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan bagi peserta didik
ddik sekolah dan diluar sekolah
d. Terciptanya lingkungan kehidupan sehat di sekolah
C. Sasaran
Masyarakat sekolah dari tingkat pendidik dasar sampai dengan tingkat
pendidikan menengah termasuk perguruan agama,beserta lingkungannya,
serta perguruan tinggi (tingkat 1 dan 2)
Kesehatan Remaja
A. Pengertian
Adalah pembinaan yang meliputi perencanaan, penilaian, pembimbingan dan
pengendalian segala upaya untuk meningkatkan status kesehatan remaja dan
peningkatan peran serta aktif remaja dalam perawatan kesehatan diri dan
kesehaatan keluarga, dengan dukungan kerjasama lintas program dan lintas
ssektoral
B. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan hidup sehat remaja sebagai unsur kesehatan
keluarga, guna membina kesehatan diri dan lingkungannya dalam rangka
meningkatkan ketahanan diri, prestasi dan peran aktifnya dalam
pembangunan nasional
Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang perkembangan biologik yang
terjadi pada dirinya
b. Menurunnya angka kehamilan dikalangan remaja
c. Menurunnya angka kematian bayi dan ibu akibat kehamilan remaja
d. Menurunnya angka kejadian Penyakit akibat hubungan seksual(PHS) di
kalangan remaja
40 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Keluarga Berencana
A. Pengertian
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang
berkualitas.
Prioritas pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan
pasangan usia subur dan keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah
dan waktu kehamilan serta jarak antar kehamilan guna menurunkan angka
kelahiran nasional
B. Tujuan
Tujuan Umum
Adalah terciptanya pelayanan yang berkualitas dengan penuh pengguna jasa
pelayanan dan keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap pasangan usia subur
mempunya kesempatan yang terbaik dalam mengatur jumlah, waktu dan jarak
antar kehamilan guna merencanakan dan mewujudkan suatu keluarga kecil,
bahagia dan sejahtra.
Tujuan Khusus
a. Memberikan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas dan KIE kepada pasangan
usia subur dan keluarganya
b. Memberikan pertolongan pertama/penanganan efek samping dan kegagalan
metode kontrasepsi serta merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II) sesuai
dengan kebutuhan
c. Memantau cakupan pelayanan kontrasepsi dan kegagalan metoda kontrasepsi
d. Meningkatkan kualitas pelayanan KB secara berkelanjutan
e. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat dalam
upaya KB
f. Memberikan pelayanan kesehatan pasangan usia subur, calon pasangan usia subur,
serta anggota keluarga yang lain dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan
fungsi reproduksinya
41 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
B. Program
Upaya Perbaikan Gizi Puskesmas meliputi:
1. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
2. Upaya Perbaikan Gizi Institusi (UPGI)
3. Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi Yang Terdiri Dari:
a. Pencegahan Dan Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY)
b. Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Besi (AGB)
c. Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Kalori Energi Protein (KEP) Dan
Kurang Energi Kronis (KEK)
d. Pencegahan Dan Penaggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)
e. Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Kekurangan Gizi Mikro Lain
f. Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Gizi Lebih
4. Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG)
C. Tujuan
Tujuan Umum
Menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat
Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mewujudkan prilaku gizi yang baik dan benarsesuai
denagn gizi seimbang
b. Meningkatkan perhatian dan upaya peningkatan status gizi warga dari
berbagai institusi pemerintahan serta swasta
c. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas gizi/petugas
Puskesmas lainnya dalam merencanakan, melaksanakan, membina,
memantau dan mengevaluasi upaya perbaikan gizi masyarakat
d. Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan partisipasi keluarga
terhadap pencegahan dan penanggulangan masalah kelainan gizi
e. Terwujudnya rangkaian kegiatan pencatatan/pelaporan masalah gizi dan
tersedianya informasi situasi pangan dan gizi.
D. Sasaran
42 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
B. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan pelayanan medik rawat jalan adalah terwujudnya pengguna jasa
dan keluarganya yang partisipatif, sehat sejahtera, badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap anggota keluarga hidup produktif secara sosial
dan ekonomi dengan baik
Tujuan Khusus
Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatannya sendiri, trutama melalui
peningkatan kesehatan dasar dan pencegahan penyakit
Meningkatkan kesehatan pengguna jasa pelayanan, dan komunikasi yang
dilayani oleh Puskesmas
Terselenggaranya pelayanan medik yang berkualitas serta melibatkan
partisipasi keluarga terhadap perawatan untuk:
i. Mengurangi penderitaan karena sakit
ii. Mencegah timbul dan berkembangnya penyakit ke arah kecacatan
iii. Memulihkan kesehatan fisik, psikis dan sosial
Menurunnya angka morbidilitas penyakit di wilayah kerja Puskesmas.
C. Sasaran
Sasaran pelayanan medik rawat jalan yang diselenggarakan Puskesmas
adalah semua anggota masyarakat dengan tidak memandang umur, dan tidak
membedakan strata sosial.
43 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
B. Tujuan
Tujuan pelayanan kecelakaan dan kedaruratan medik adalah memberikan
pertolongan medik segera dengan menyelesaikan masalah kritis yang
ditemukan untuk mengambil fungsi vital tubbuh serta meringankan
penderitaaan dari pengguna pelayanan.
C. Prinsip Kerja
Pelayanan kedaruratan medik mempunyai prinsip-prinsip kerja khusus
yang harus dilaksanakan, yaitu:
a. Pertolongan harus cepat dan tepat
b. Pertolongan harus memenuhi standar pelayanan tingkat primer, yaitu :
i. Menstabilkan kondisi medik untuk evakuasi ke tempat rujukan
ii. Memperbaiki jalan nafas dan pernafasan spontan, agar terjaminnya
oksigenasi yang adekuat ke seluruh tubuh terutama otak
iii. Memperbaiki sirkulasi darah
iv. Menghilangkan dan mengurangi rasa nyeri
v. Melakukan tindakan invasif medik yang diperlukan
c. Memberikan informed consent kepada keluarga penderita
B. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah meningkatkannya
partisipasi anggota masyarakat dan keluarganya untuk bersama-sama
mewujudkan tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang
optimal
Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kesadaran, sikap dan prilaku masyarakat dalam
kemampuan pemeliharaan diri di bilang kesehatan gigi dan mulut dalam
mencari pertolongan sedini mungkin
44 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
5.5. Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi lebih kebal terhadap penyakit sehingga
dapat menurunkan angka mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan.(A.Aziz, 2008)
Jenis-Jenis Imunisasi :
a. Imunisasi pasif (passive immunization)
Imunisasi pasif ini adalah Immunoglobulin jenis imunisasi ini dapat mencegah
penyakitcampak (measles pada anak-anak).
45 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
B. Hepatitis B
Kandungan vaksin adalah HbsAg dalam bentuk cair, frekuensi pemberian pada
waktu 12jam setelah lahirr (taebl 1) secara intramuskular. Hasil penelitian
Muchlastriningsih (2005) bahwa pasien hepatitis yang dirawat jalan dan rawat
inap dari glongan usia 15-44 tahun (50,54%).
Adapun cara pemakaiannya (vaksin dari Koerean Green Cross) sebagai
berikut :
1.Imunisasi dasar dilakukan tiga kali. Dua kali pertama untuk
merangsang tubuhmenghasilkan zat anti dan yang ketiga untuk meningkatkan
jumlah zat anti yang sudahada
46 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
C. Imunisasi polio
Kandungannya adalah vairus yang dilemahkan, diberikan pada kunjungan
pertama. Bayi yang lahir di rumah bersalin atau rumah sakit, vaksin OPV (oral)
diberikan vaksin polio saat bayi dipulangkan utnuk menghindari transmisi virus
vaksin kepada bayi lain. Selanjutnya untuk polio 1, 2,3 dapat diberikan secara
OPV atau IPV
D. DPT
DPT (Diptheri, Pertussis, Tetanus) merupakannn vaksin difteri yang telah
dihilangkan sifat racunnya namun masih dapat merangsang pembentukan zat
anti (toksoid), diberikan melalui intramuskular. Diberikan pada usia 6 minggu.
Efek ringan pembengkakan lokal, nyeri lokal dan demam, nyeri berat mislnya
menangis hebat, kesakitan 4jam atau lebih, kesadaran menurun, kejang,
ensefalopati dan syok
Diberikan vaksin DTwp atau DtaP, Perbedaan utama pada komponen antigen
untuk pertusis. Vaksin DTwP berisi sel bakteri Pertusis utuh yang berisi ribuan
antigen, termasuk antigen yang tidak diperlukan, sehingga sering menimbulkan
reaksi panas tinggi, bengkak, merah, nyeri ditempat suntikan. Sedangkan vaksin
DTaP berisi bagian bakteri pertusis yang tidak utuh dan hanya mengandung
sedikit antigen yang dibutuhkan saja, sehingga jarang menimbulkan reaksi
tersebut. Karena proses pembuatan DTaP lebih rumit, maka harganya jauh lebih
mahal.
Reaksi yang dapat terjadi segera setelah vaksinasi DTwP antara lain demam
tinggi, rewel, di tempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan,
yang akan hilang dalam 2 hari. Orangtua/pengasuh dianjurkan untuk
memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah
pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika
demam berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3 - 4 jam bila diperlukan,
maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air
hangat. Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika orangtua merasa
khawatir, bawalah bayi/anak ke dokter. (Soedjatmiko IDAI, 2009).
Atau kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib. Ulangan DTP umur 18 bulan dan
5 tahun. Program BIAS : disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian
Kesehatan. Untuk anak umur di atas 7 tahun dianjurkan vaksin Td.
E. Campak
Diberikan pada umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan pada umur 5-7 tahun.
Program BIAS : disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan.
Imunisasi campak bisa diberikan sendir i atau bersama dalam imunisasi
47 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
MMR. Vaksin ini mengandung virus yang dilemahkan. Efek samping ini seperti
ruam dan pasan lokal. Menurut Muchlastriningsih (2005) jumlah pasien campak
rawat jalan paling banyak dari goongan usia 5-14tahun (30,6%)
48 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
49 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Kegiatan imunisasi di Indonesia di mulai di Pulau Jawa dengan vaksin cacar pada tahun
1956. Pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil membasmi penyakit cacar. Pada tahun 1974,
Indonesia resmi dinyatakan bebas cacar oleh WHO, yang selanjutnya dikembangkan
vaksinasi lainnya. Pada tahun 1972 juga dilakukan studi pencegahan terhadap Tetanus
Neonatorum dengan memberikan suntikan Tetanus Toxoid (TT) pada wanita dewasa di Jawa
Tengah dan Jawa Timur, sehingga pada tahun 1975 vaksinasi TT sudah dapat dilaksanakan di
seluruh Indonesia. (Depkes RI,2005).
Sifat Vaksin
Vaksin TT termasuk vaksin yang sensitif terhadap beku (Freeze Sensitive=FS) yaitu golongan
vaksin yang akan rusak bila terpapar/terkena dengansuhu dingin atau suhu pembekuan.
(Depkes RI, 2005).
2. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon pengantin) atau hamil sebelumnya baru mendapat TT
1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan kehamilan berikutnya cukup
diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang
3. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya, cukup
mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.
50 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Efek Samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan kemerahan pada
lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala demam. (Depkes RI,
2005).
Kontraindikasi Vaksin TT
Ibu hamil atau WUS yang mempunyai gejala-gejala berat (pingsan) karena dosis pertama TT.
(Depkes RI, 2005).
Kerusakan Vaksin
Keterpaparan suhu yang tidak tepat pada vaksin TT menyebabkan umur vaksin menjadi
berkurang dan vaksin akan rusak bila terpapar /terkena sinar matahari langsung. (Depkes RI,
2005).
51 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
52 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
- Rujukan pasien
- Rujukan pengetahuan
- Rujukan laboratorium atau bahan pemeriksaan
o Rujukan kesehatan
- Pengiriman informasi
- Obat, biaya, tenaga, peralatan
- Permintaan bantuan : survei epidemiologi, mengatasi wabah (KLB)
Alur Rujukan
53 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Manfaat Rujukan
Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan :
1) Membantu penghematan dana karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat
kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
2) Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara kerja
berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
3) Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama aspek perencanaan.
Dari sudut masyarakat sebagai jasa pelayanan :
1) Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara
berulang-ulang.
2) Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui
dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.
Dari sudut tenaga kesehatan :
1) Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif, semangat
kerja, ketekunan dan dedikasi.
2) Membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui jalinan kerjasama.
3) Memudahkan/meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai
tugas dan kewajiban tertentu.
LI.7 Memahami dan Menjelaskan Hukum Syariat Islam dan KLB Dalam Pandangan
Islam
Menurut buku Syariah dan Ibadah (Pamator 1999) yang disusun oleh Tim Dirasah
Islamiyah dari Universitas Islam Jakarta, ada 5 (lima) hal pokok yang merupakan tujuan
utama dari Syariat Islam, yaitu:
54 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung-jawab yang
hendak merusak aqidah, ibadah dan akhlak umat. Ajaran Islam memberikan kebebasan untuk
memilih agama, seperti ayat Al-Quran: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)
(QS Al-Baqarah [2]: 256).
Akan tetapi, untuk terpeliharanya ajaran Islam dan terciptanya rahmatan lilalamin, maka
Allah SWT telah membuat peraturan-peraturan, termasuk larangan berbuat musyrik dan
murtad: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang
mempesekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS An-Nisaa [4]:
48).
Dengan adanya Syariat Islam, maka dosa syirik maupun murtad akan ditumpas.
Hai orang-orang yang beriman! Telah diwajibkan kepadamu qishash (pembalasan) pada
orang-orang yang dibunuh (QS Al-Baqarah [2]: 178).
Namun, qishash tidak diberlakukan jika si pelaku dimaafkan oleh yang bersangkutan, atau
daiat (ganti rugi) telah dibayarkan secara wajar. Ayat Al-Quran menerangkan hal ini:
Barangsiapa mendapat pemaafan dari saudaranya, hendaklah mengikuti cara yang baik
dan hendaklah (orang yang diberi maaf) membayar diat kepada yang memberi maaf dengan
cara yang baik (pula) (QS Al-Baqarah [2]: 178).
Dengan adanya Syariat Islam, maka pembunuhan akan tertanggulani karena para calon
pembunuh akan berpikir ulang untuk membunuh karena nyawanya sebagai taruhannya.
Dengan begitu, jiwa orang beriman akan terpelihara.
Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) mengenai khamar (minuman keras) dan
judi. Katakanlah: Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa kedua-duanya lebih besar dari manfaatnya. (QS Al-Baqarah [2]: 219).
Syariat Islam akan memelihara umat manusia dari dosa bermabuk-mabukan dan dosa
perjudian.
55 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Syariat Islam akan menghukum dengan tegas secara fisik (dengan cambuk) dan emosional
(dengan disaksikan banyak orang) agar para pezina bertaubat.
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagaimana) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.
Dan Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana (QS Al-Maidah [5]: 38).
Hukuman ini bukan diberlakukan dengan semena-mena. Ada batasan tertentu dan alasan yang
sangat kuat sebelum diputuskan. Jadi bukan berarti orang mencuri dengan serta merta
dihukum potong tangan. Dilihat dulu akar masalahnya dan apa yang dicurinya serta kadarnya.
Jika ia mencuri karena lapar dan hanya mengambil beberapa butir buah untuk mengganjal
laparnya, tentunya tidak akan dipotong tangan. Berbeda dengan para koruptor yang sengaja
memperkaya diri dengan menyalahgunakan jabatannya, tentunya hukuman berat sudah pasti
buatnya. Dengan demikian Syariat Islam akan menjadi andalan dalam menjaga suasana tertib
masyarakat terhadap berbagai tindak pencurian..
KLB Dalam Pandangan Islam
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.s.
As-Syura: 30)
Dalam sudut pandang wahyu Allah terakhir, musibah dan bencana ada kaitannya dengan dosa
atau maksiat yang dilakukan oleh manusia-manusia pendurhaka.Bencana alam berupa letusan
gunung api, banjir bandang, wabah penyakit, kekeringan, kelaparan, kebakaran, dan lain
sebagainya, dalam pandangan alam Islam (Islamic worldview), tidaklah sekedar fenomena
alam. Al-Quran menyatakan dengan lugas bahwa segala kerusakan dan musibah yang
menimpa umat manusia itu disebabkan oleh perbuatan tangan mereka sendiri. Tentu saja
kata tangan sebatas simbol perbuatan dosa/maksiat, karena suatu perbuatan maksiat
melibatkan panca indera, dan juga dikendalikan dan diprogram sedemikian rupa oleh otak,
kehendak dan hawa nafsu manusia. Maksiat, sebagaimana taat, ada yang bersifat menentang
tasyri Allah seperti melanggar perkara yang haram, dan ada yang bersifat menentang takwin
Allah (sunnatullah) seperti melanggar dan merusak alam lingkungan. Bahkan sebelum dunia
mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw. telah menetapkan dalam salah satu sabdanya,
56 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Apabila kalian mendengar adanya wabah di suatu daerah,janganlah mengunjungi daerah itu,
tetapi apabila kalian berada di daerah itu, janganlah meninggalkannya.
7.2. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Dalam Menjaga Kesehatan dan
Berobat
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani,
harta, dan keturunan.Setidaknya tiga dari yang disebut berkaitan dengankesehatan. Tidak
heran jika ditemukan bahwa Islam amat kayadengan tuntunan kesehatan.
Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang
pentingnya kesehatan dalampandangan Islam.
1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat;
2. Afiat.
Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesra, kata "afiat" dipersamakan dengan "sehat". Afiat diartikan sehat dan
kuat,sedangkan sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai keadaan baik segenap badan serta
bagian-bagiannya (bebas dari sakit).Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap
anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang
dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat
adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan
pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari
penciptaan mata. Dalam konteks kesehatan fisik, misalnya ditemukan sabda Nabi
Muhammad Saw.:
Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas
beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu.
Pembicaraan literatur keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan prinsip:
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan
sekian banyak petunjuk Kitab Suci dan Sunah Nabi Saw. yang pada dasarnya mengarah pada
upaya pencegahan.
Salah satu sifat manusia yang secara tegas dicintai Allah adalah orang yang menjaga
kebersihan. Kebersihan digandengkan dengan taubat dalam surat Al-Baqarah (2): 222:
Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat,dan senang kepada orang yang
membersihkan diri.
Tobat menghasilkan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan
kesehatan fisik.Wahyu kedua (atau ketiga) yang diterima Nabi Muhammad Saw. adalah:
Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala macam kekotoran (QS Al-Muddatstsir [74]:
4-5).
57 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
Sesungguhnya Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan setiap
penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat dengan yang haram.
(HR.Abu Dawud 3874, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih wa Dhaif al-Jami
2643)
2. Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada Nabi
shallallahu alaihi wa sallam:
( ) :
:
( ) :
Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?,Nabi bersabda,berobatlah, karena sesungguhnya
Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya, kecuali satu penyakit
(yang tidak ada obatnya), mereka bertanya,apa itu ? Nabi bersabda,penyakit tua.
(HR.Tirmidzi 2038, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Sunan Ibnu Majah 3436)
58 | P a g e
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-1
d. Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu penyakit, dan
dengan penyakit itu dia berharap kepada Alloh mengampuni dosanya dengan sebab
kesabarannya.
e. Dan semua kondisi ini disyaratlkan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada
kebinasaan, jika mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat, maka
berobat menjadi wajib.
5. Berobat menjadi haram
Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya haram,
seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Pedoman Penanggulangan KLB-DBD bagi keperawatan di RS dan Puskesmas
Hadinegoro, Sri Rezeki. 2011. Panduan Imunisasi Anak, ed.1. Ikatan Dokter Anak Indonesia
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
Rajab, Wahyudin. 2008. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta :
EGC
Tamher dan Noorsiani. 2008. Flu Burung : Aspek Klinis dan Epidemiologis . Jakarta :
Salemba Medika
Trihono. 2010. Arrimes : Manajemen Puskesmas berbasis paradigma sehat. Jakarta : Sagung
Seto
Ahmad, Jurnal. 2013. Konsep Kesehatan dalam Islam.
http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/20/konsep-kesehatan-dalam-islam/(21 Mei
2013)
59 | P a g e