Anda di halaman 1dari 3

PSIKOLOGI PERSEPSI

SINESTESIA

Oleh :

BILLY AUSTEN MANANGKALANGI

13213113

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2017
Sinestesia (Synesthesia/sinsTHZH/)

Sinestesia berasal dari bahasa yunani syn yang berarti bersama


dan aisthsis yang berarti sensasi/indera. Sinestesia merupakan
pengindraan suatu kejadian yang dilakukan oleh dua atau lebih indera
yang berbeda seperti contoh menilai rasa makanan menggunakan bentuk
secara visual ataupun merasakan rasa sakit sebagai suara yang
melengking dan sebagainya. Hal ini hanya dapat terjadi pada orang-orang
yang mengalami penyakit sinestesia sehingga pada umumnya orang tidak
dapat mengalami hal seperti ini. Penyakit ini dapat terjadi bukan karena
rusaknya alat indera tertentu tetapi karena tercampurnya berbagai
pengindraan di dalam otak karena alat indera hanya mengirimkan sinyal
berupa pulsa listrik (electric pulse) dan otaklah yang merekonstruksi dan
mengolah semua informasi dari alat indera menjadi suatu rangsang.
Penyakit ini disebabkan oleh faktor genetik yang diturunkan oleh
kromosom X sehingga menyebabkan wanita lebih rentan terhadap
sinestesia.

Jika tidak mengalami sinestesia, orang hanya dapat menilai rasa


makanan dengan menggunakan lidah sebagai indera pengecap sehingga
rasa yang umum yang dapat dirasakan hanyalah manis, asin, asam, pahit
dan umami. Tetapi pada orang yang mengalami penyakit sinestesia, rasa
dapat dinilai oleh indera lain seperti indra penglihat yaitu mata sebagai
bentuk-bentuk tertentu seperti rasa manis berbentuk lingkaran dan rasa
asam berbentuk segitiga. Hal ini tidak dapat dirasakan orang normal
karena rasa seharusnya tidak dapat diterima oleh indera lain selain lidah.

Sinestesia sudah ditulis secara ilmiah sejak 300 tahun lalu. Ditulis,
pada abad ke 17 ada seorang tuna netra yang menyatakan mampu
mendengar penyakit cacar air, yakni seperti bunyi terompet. Akan tetapi,
hingga akhir abad ke 19, tidak ada penelitian sistematis mengenai
sinestesia. Baru pada tahun 1883 ilmuwan Inggris, Francis Galton,
melakukan penelitian dengan membandingkan persepsi para sinesthetiker
yakni pengidap sinesthesia.

Galton menarik kesimpulan, bentuk sinesthesia paling umum,


adalah fenomena mendengar warna. Memang kedengarannya amat
janggal, warna dapat didengar. Hasil penelitian Galton cukup lama
terlupakan dari khasanah ilmu pengetahuan. Akan tetapi di akhir tahun
70-an, sinestesia ibaratnya ditemukan kembali oleh Dr, Richard Cytowic,
pakar ilmu saraf dan peneliti otak terkemuka, pendiri rumah sakit Capitol
Neurology di AS.

Kasus sinestesia pertamanya ditemukan secara tidak sengaja, pada


tahun 1979. Ketika makan malam dengan seorang temannya, ia
mendengar komentar, rasa ayamnya kurang banyak titiknya. Sebagai
seorang dokter ahli saraf, Cytowic langsung bereaksi, dengan menanyai
lebih jauh temannya tersebut. Dengan malu-malu, temannya mengakui, ia
memiliki persepsi bentuk pada rasa makanan. Misalnya saja, ayam yang
enak rasanya bentuknya terdiri dari banyak titik. Temannya juga
mengeluh, banyak yang menyangka ia gila atau kecanduan narkoba,
karena persepsinya yang tidak lazim itu. Ketika ditanyai lebih lanjut,
temannya mengatakan ia merasakan persepsi bentuk dari rasa
dimanapun ia makan. Ternyata kelainan itu sudah diidapnya sejak lahir.
Temannya juga mengeluh, tidak ada satupun dokter menganggap
fenomena itu sebagai penyakit. Dr.Cytowic langsung teringat pada
penelitian Galton mengenai gejala sinetesia. Ketika temannya diberitahu,
bahwa ia tidak sendirian, karena cukup banyak yang mengidap kelainan
tersebut, barulah temannya merasa lega.

Sumber:

http://www-rainandasalengko.blogspot.co.id/2012/12/synesthesia-suatu-kelainan-
yang-unik.html

https://henrymanampiring.com/2011/05/01/dunia-ajaib-synesthesia/

http://www.news-medical.net/news/2007/07/25/34/Indonesian.aspx

http://www.kompasiana.com/hnitaramadani/sinestesia_552be1556ea8347b488b4
5cf

Anda mungkin juga menyukai