ANAMNESIS
PSIKIATRI
Sabtu, 17 September 2011
Dr. Mutrarsi, DTM&H, SpKJ
Sebelumnya maaf ya kalo isinya terlalu bertele-tele dan gak jelas…………….. Anamnesis? Kalo denger
kata itu pasti udah gak asing lagi buat kita2. Secara hampir disetiap blok yang udah lewat skills labnya ada
materi anamnesis. Kali ini, anamnesisnya tu dikhususkan buat pasien yang mengalami gangguan jiwa. So,
gimana sih anamnesis yang baik pada pasien gangguan jiwa? Check this out…………..
Dari anamnesa, kadang2 dokter sudah bisa menemukan gejala-gejala yang dirasakan pasien.
Asalkan dokternya itu bisa menjadi pendengar yang baik……..
Anamnesis :
Autoanamnesis: anamnesis yang dilakukan langsung kepada pasien
Alloanamnesis: anamnesis yang dilakukan kepada orang lain, biasanya orang terdekat
pasien.
Yang perlu alloanamnesa itu tidak hanya pasien psikotik yang sulit diajak kompromi alias lagi
ngamuk atau sedang tidak tenang, kadang-kadang pasien nonpsikotik pun perlu alloanamnesa.
Kenapa pasien gangguan jiwa perlu alloanamnesa? Fungsinya utuk mengetahui sikap pasien dari
sudut pandang orang lain. Juga karena kadang-kadang pasien itu tidak mau mengakui gejala yang
dirasakannya. Makanya dokter itu harus bisa menganamnesa dengan baik dan benar, bisa
menjadi pendengar yang baik, berempati, tidak menghakimi pasien. Dari anamnesa yang baik
ada banyak manfaat yang bisa didapatkan seperti memperkirakan pemeriksaan apa yang harus
dilakukan, diagnosisnya, rencana terapi dan juga prognosisnya.
Berkaitan dengan identitas pasien ini dokter tidak boleh menyerahkan tugasnya kepada perawat
saja. Tapi justru dengan menannyakan identitas, dokter bisa melakukan pendekatan. Misalkan
di Jawa neh (sunda juga sih), cara berbicara dengan orang yang beda umur itu kan bedaaaaaaa.
Kebalik-kebalik aja bahasanya mungkin bisa bikin pasien jadi gak nyaman. Kalo udah gak nyaman,
pasien akan menjadi kaku. Padahal untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan itu pasien harus
dalam kondisi yang nyaman. Menanyakan status perkawinan juga bisa sangat sensitif, apalagi buat
perempuan (biasanya dari daerah) yang belum menikah di usia 30an.
Saat anamnesis, kadang-kadang bisa sekalian tanyakan bagaimana kondisi keluarga pasien.
Siapa tau gangguan yang dialaminya itu ada kaitannya dengan keluarga. Misalnya nih kayak
Anamesis Psikiatri 29
13th Block—Kedokteran Jiwa | 1st Chapter Venny
`
kisah pasiennya dr. Mutrarsi. Pasiennya itu cerita kalo anaknya perempuannya nikah dan terlalu
dominan dalam keluarganya (anak). Nah si bapak ini khawatir, namanya cowo kan bisa “lari cari
yang lain” secara biasanya cowo punya ego untuk lebih dihormati istrinya sedangkan dia
diperlakukan istrinya seolah-olah “direndahkan”. Nah, dari kisah ini kan tersirat adanya masalah
yang lagi dipikirin sama pasien. So, sebagai dokter itu tidak hanya mendengarkan cerita pasien tapi
juga harus bisa menangkap hal-hal yang tersiratnya. Harus bisa juga membaca mimik muka pasien,
kan mimik muka bisa mengekspresikan perasaan pasien.
Kepatuhan pasien itu bisa dipengaruhi oleh lingkungannya. Seperti dalam hal minum obat.
Misalnya tuh pasien harus rutin minum obat, ehhh sama tetangganya tuh dibilangin kalo minum obat
tuh bisa bikin ketergantungan. Karena dibilangin kayak gitu sama tetangganya, akhirnya pasien
terpengaruh dan tidak melanjutkan minum obatnya. Selain itu juga dipengaruhi oleh kondisi status
social. Walaupun sekarang ini ada AsKesKin, tapi kan transportasi ke tempat pelayanan
kesehatannya butuh biaya.
KELUHAN UTAMA
Apa yang menyebabkan pasien datang untuk mendapat pertolongan à jika pasien insighnya baik
(misal neurotik)
Merupakan pernyataan tentang sebab pasien datang ke rumah sakit/dibawa untuk mendapatkan
bantuan à jika pasien insighnya jelek (misal psikotik)
Pada gangguan jiwa berat à penderita dibawa ke rumah sakit jika sudah melakukan tindakan-
tindakan yang tidak bisa ditoleransi lagi oleh lingkungannya. Misalnya mengamuk tanpa sebab,
menyerang orang lain, merusak barang-barang atau melakukan hal-hal yang membahayakan /
menyakiti dirinya termasuk upaya bunuh diri.
Keluhan utama bisa ditanyakan kepada pasien sendiri kalo pasien insighnya baik. Ditanyakan apa
yang membuat pasien datang. Ataupun mungkin alloamamnesis kalo pasien insighnya buruk.
Ditanyakan apa yang membuat pasien dibawa ke dokter. Tapi jangan salah, belum tentu keluhan
yang pertama kali disebutkan pasien itu adalah keluhan utamanya. Banyak pasien yang
menyembunyikan keluhan utamanya, mereka biasanya datang karena alasan pengen kontrol. Kalo
pasien gak mau mengakui, dokter harus bisa mengakali agar pasien mau bercerita dan juga pintar-
pintar memperhatikan ekspresi pasien saat bercerita. Selain itu juga harus ditanyakan pandangan atau
tindakan pasien terhadap keluhan yang dirasakannya.
Anamesis Psikiatri 30
13th Block—Kedokteran Jiwa | 1st Chapter Venny
`
Ada pasien yang datang dengan keluhan sering kencing. Setelah dikonsulkan ke bagian
neurologi, tidak ditemukan kelainan pada pasien ini. Nah, usut punya usut ternyata dulu dia kena
fimosis sehingga disunatnya awal dan si pasien menjadi terpengaruh (kepikiran terus kali ya)
sehingga dia jadi sering kencing.
Dari cerita di atas ini, riwayat penyakit sekarang itu berhubungan dengan riwayat di masa
lalunya. Namanya juga kronologis, berarti dilihat prosesnya dari dulu (muncul pencetus) sampe
sekarang.
Banyak kejadian pasien yang datang ke dokter itu kondisinya udah parah padahal dia kena
gangguannya udah lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa beud... Karena keluarga dan lingkungannya “kurang
perhatian”. Sesudah pasiennya ngamuk-ngamuk, baru keluarga mengirimnya ke dokter. Atau
mungkin aja karena keluhan yang dirasakannya itu gejala fisik seperti nyeri dada, dia lebih dulu pergi
ke dokter ahli jantung. Setelah diperiksa ternyata tidak ada kelainan, baru deh si pasien ke psikiatri.
Indikasi pasien untuk mondok di RSJ kalo pasiennya sudah membahayakan diri dan
orang-orang di sekitarnya. Biasanya pasien dibawa ke RSJ kalo ketauan mau melakukan bunuh
diri. Bunuh diri ini paling banyak dilakukan oleh orang yang depresi. ada juga orang-orang yang
cuma mencari perhatian dia pura-pura mau bunuh diri tapi malah kebablasan. So, harus membedakan
kedua penyebab ini.
Ada juga pasien yang bunuh diri dengan cara nyemplungin diri ke sumur. Ternyata pasien ini
bukan depresi, tapi ada halusinasi sehingga dia sudah tidak nyaman dengan keadaannya yang
ketakutan dibayangi halusinasi. Dia berpikir nyemplung ke sumur akan lebih baik. Makanya, tidak
boleh langsung memberikan label (diagnosis) terhadap pasien kalo hanya menemukan satu gejala
saja. Untuk mendiagnosis itu harus dilakukan eksplorasi yang lebih mendalam.
Pada gangguan jiwa berat, anamnesisnya secara alloanamnesis karena pemahaman pasien
terhadap dirinya sendiri sudah jelek. Seorang pasien yang datang dengan keluhan cemas, gangguan
gastrointestinal, sakit dada, kemungkinan pasien tersebut mengalami gangguan kecemasan. Namanya
kemungkinan, kita harus melakukan koreksi dengan menggali lebih dalam informasi dari pasien..
Menyampaikan diagnosis kepada pasien juga bukan hal yang mudah karena pasien itu cenderung
lebih menerima kalo dia mengalami gangguan fisik daripada gangguan emosional.
Gangguan jiwa yang bisa menggangu aktivitas itu tidak hanya gangguan psikotik seperti
skizofrenia, tapi gangguan jiwa ringan seperti cemas, panik, fobia, dan yang lainnya juga bisa
menggangu aktivitas.
Pasien yang mengamuk tanpa sebab, merusak barang-barang di rumahnya bisa terjadi karena
adanya halusinasi. Pada saat dia marah, mungkin sulit mengetahui penyebabnya. Tapi kalo
dianamnesis saat dia tenang, mungkin pasien menceritakan halusinasi yang dia rasakan yang
membuatnya mengamuk. Menurut keluarganya, pasien ini mengamuk tiba-tiba dan tanpa sebab.
Mungkin saja pasien mengalami paranoid. Karena pasien paranoid itu membenci orang-orang
terdekatnya. Orang-orang terdekat kan biasanya selalu memperhatikan. Tapi bagi orang paranoid,
orang yang perhatian ini dikira mengamati dirinya. Makanya gak heran kalo orang paranoid
membenci orang tuanya atau orang yang paling dekat dengan dirinya.
Pada pasien gangguan jiwa yang cenderung lebih suka menyendiri, gak mau makan, sulit
berkomunikasi, jelas harus dilakukan alloanamnesa. Karena memang akan sulit mewawancara
pasiennya, pasiennya juga mungkin tidak akan mengakui. Selain menganamnesa, dokter juga harus
menilik. Nah, anamnesa+menilik kondisi pasien itu sama dengan observasi.
Anamesis Psikiatri 31
13th Block—Kedokteran Jiwa | 1st Chapter Venny
`
Keluhan-keluhan pasien itu harus dicatat untuk diklarifikasi. Cara menanyakan kepada pasien
juga janagn seperti mengintrogasi. Dalam menanyakan riwayat penyakit sekarang, harus ditanyakan
gejala mana yang lebih dulu muncul (gejala fisiknya kah atau gejala psikisny kah) dan juga apakah
gejalanya itu sudah pernah dirasakan sebelumnya atau belum.
###gangguan psikotik bisa terjadi akibat merasa disisihkan
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Merupakan riwayat penyakit sejak muncul pertama kali sampai dengan sakit yang sekarang, baik
penyakit psikis/fisik.
Berisi gejala, terapi, rumah sakit/tempat perawatan, lama sakit, hasil terapi terdahulu, derajat
ketaatan.
Pada penyakit regular, riwayat penyakit dahulu adalah kondisi yang berbeda dan terpisah dari
penyakitnya yang sekarang. Tapi pada skizofren, riwayat penyakit dahulu pernah dirasakan
berhubungan dengan penyakitnya sekarang.
Dalam riwayat penyakit psikiatri, ada riwayat penyakit dahulu yang tidak bisa dipisahkan dari
riwayat penyakitnya sekarang. Untuk riwayat penyakit dahulu perlu ditanyakan apakah pernah
mengalami gejala seperti ini sebelumnya, mungkin iya dia pernah merasakan yang sama tapi
penyebabnya berbeda. Ditanyakan juga onset penyakitnya, terapi (obatnya) apa yang dilakukan dan
bagaimana hasil terapinya itu, bagaimana efek terapinya. Kadang-kadang ada pasien psikotik yang
udah berobat, kemudian menghentikan minum obatnya, sekarang malah kambuh lagi. Gangguan
afektif biasanya bisa membaik setelah minum obat selama 2 minggu, kebanyakan pasien
menghentikan minum obatnya, dan beberapa lama kemudian dia kambuh lagi.
Pasien dengan gangguan psikotik dari gejalanya saja sudah tau gangguannya. Tapi kalo yang
neurotic, kadang pasiennya sendiri tidak menyadari keluhan psikisnya. Pasien neurotic juga bisa
tidak menyadari atau tidak mau mengakui pemicu dari keluhannya. Terus juga kalo pasien bilang
gejalanya itu mengganggu aktivitas, harus lebih klarifikasi lagi maksudnya mengganggunya itu
seperti apa. Pasien psikotik yang mengamuk belum tentu mengamuknya itu disebabkan oleh
halusinasinya, tapi sering juga karena dia merasa diasingkan.
Di rumah sakit sering ada kejadian kayak gini: ke IGD datang pasien yang punya riwayat
psikotik/pernah mondok di RSJ sakit. Misalkan harusnya dia dirawat dibangsal penyakit dalam. Tapi
dokternya itu malah merujuk ke bangsal penyakit jiwa dengan alasan si pasien takut mengamuk.
Seharusnya hal ini tidak boleh terjadi. Pasien berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik
terlepas dari gangguan jiwanya. Karena kalo tidak ditangani sesuai dengan penyakit fisiknya, pasien
bisa meninggal. Secara gangguan jiwa sendiri tidak bisa mengakibatkan kematian.
Pasien yang punya riwayat psikotik terus sakit dan kambuh lagi psikotiknya, bisa jadi psikotiknya
itu fungsional. Pada yang organic, kesadarannya tidak kompos mentis.
RIWAYAT KELUARGA
Berisi riwayat penyakit keluarga pasien, baik fisik/psikis, riwayat hospitalisasi & terapi, riwayat
pemakaian alkohol/penyalahgunaan zat, data demografik, sikap & tilikan keluarga pasien terhadap
penyakit pasien. Biasanya anak yang merokok itu bapaknya juga perokok berat. Jadi ada perilaku
imitasi pada anak. Sikap dan tilikan keluarga kepada pasien bisa memicu timbulnya gangguan.
Menyampaikan informasi mengenai pasien kepada keluarganya sebaiknya jangan di depan pasien.
Dokter dan keluarga harus mendiskusikan sikap yang mesti dilakukan keluarga untuk mengalihkan
perhatian pasien (supaya gak muncul gangguan/gangguannya makin parah) tanpa si pasiennya
Anamesis Psikiatri 32
13th Block—Kedokteran Jiwa | 1st Chapter Venny
`
merasa tidak diperhatikan. Soalnya kalo pasien merasa tidak diperhatikan, bisa muncul gejala-gejala
lain.
Anamesis Psikiatri 33
13th Block—Kedokteran Jiwa | 1st Chapter Venny
`
sering terjadi konstipasi, BAB di celana, dll). Toilet training umumnya pada anak umur 2-3
tahun.
Adanya gejala-gejala yang berhubungan dengan masalah perilaku
menghisap jempol, mudah marah, tik, mimpi-mimpi buruk, menggigit kuku, ketakutan.
Kebiasaan menghisap jempol itu tidak baik untuk anak, namun karena masih dalam fase oral
mereka menikmati perilakunya sehingga agak susah untuk menghentikannya. Apalagi kalo
anak cemas, hal-hal itu bisa menjadi manifestsi kecemasannya. Nah, tugas orang tua itu
mengalihkan perhatian anak salah satunya dengan mengajak ngobrol.
Kepribadian anak
rewel, mudah bergaul, bersahabat, aktivitas berlebihan dan pola-pola permainan yang disukai.
Kadang-kadang selain anamnesa, anak juga diperiksa dengan membawanya ke ruangan yang
banyak anak-anaknya untuk dilihat bagaimana kemampuan anak untuk berinteraksi dengan
teman sebayanya. Juga dilihat bagaimana dia menginterpretasikan suatu gambar.
MASA DEWASA:
a. Riwayat pekerjaan
b. Riwayat pernikahan
c. Riwayat keagamaan
d. Riwayat pendidikan
e. Riwayat hukum
f. Riwayat seksual
g. Kehidupan sosial
Anamesis Psikiatri 34
13th Block—Kedokteran Jiwa | 1st Chapter Venny
`
Orang yang pemalu, gak banyak bicara, suka menyendiri di kamar ternyata tidak selalu depresi.
Orang gak mau bicara itu kemungkinan dia lagi ada masalah atau lagi menahan amarah atau
takut ditertawakan atau takut salah.
h. Situasi tempat tinggal
Tidak semua orang yang tinggal bersama orang tua merasa nyaman lho. Banyak yang merasa
tidak lagi diperdulikan orang tuanya sehingga mereka menentang dan mencari tempat tinggal
baru yang membuatnya merasa lebih nyaman
i. Riwayat militer
j. Mimpi & fantasi
k. Nilai yang dianut
a. Riwayat pekerjaan
Jenis pekerjaan
Kualitas pekerjaan
Kepuasan pasien dengan pekerjaannya.
Sejak kapan dan berapa lama pasien bekerja
Pekerjaan yang tetap atau berganti-ganti / berpindah-pindah pekerjaan dan apa alasannya.
Apakah ada masalah yang berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri atau pimpinan dan teman-
teman kerjanya.
b. Riwayat Pernikahan
berapa lama pasien menikah
masalah yang berkaitan dengan pernikahan
jika terjadi perceraian, maka kita harus gali apakah sebab dari perceraian itu.
Perceraian bisa sebagai factor presipitasi jika pasien mengalami gangguan jiwa setelah proses
situ. Namun juga bisa gangguan jiwa tsb yang menimbulkan perceraian
c. Riwayat Pendidikan
pendidikan pasien, motivasi, kualitas dan masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan
sekolahnya.
Umur berapa pasien berhenti dari sekolahnya, apa sebabnya apakah karena ketidakmampuan
intelektualnya atau masalah social ekonominya.
Bagaimana prestasi sekolahnya selama ini, apakah relative konstan ataukah mengalami
penurunan dan apa sebabnya.
Apakah pemilihan disiplin ilmu adalah sesuai keinginannya atau paksaan dari pihak lain.
Apakah penderita pernah mengalami kegagalan dalam proses pendidikannya (misal tidak naik
kelas, DO, nilai menurun drastic, dll).
d. Aktivitas Keagamaan
o Perlu kita cari informasi tentang aktivitas keagamaan dalam keluarga
o latar belakang keagamaan kedua orang tuanya, apakah orang tuanya termasuk keras atau
permisif terhadap aktivitas keagamaan anaknya, apakah ada konflik antara keagamaan anak
dengan orang tuanya.
o Bagaimana ketaatan pasien dalam agamanya.
o Kepahaman kita terhadap data-data ini sangat bermanfaat terutama dalam penatalaksanaan
pasien.
e. Aktivitas Sosial
Anamesis Psikiatri 35
13th Block—Kedokteran Jiwa | 1st Chapter Venny
`
Bagaimana pasien selama ini berhubungan dengan lingkungan sosialnya,
bagaimana sikap pasien dengan teman sesama jenis dan lawan jenisnya,
apakah pasien termasuk orang-orang yang lebih suka mengisolasi diri atau pasien termasuk
antisocial, kalau pasien lebih memilih mengisolasi diri harus kita cari informasi mangapa ia
berlaku demikian apakah karena rendah dirinya, kecemasannya atau ketakutannya terhadap
orang lain.
g. Riwayat hukum
Apakah pasien pernah berurusan dengan masalah hukum, apa sebabnya?
Berikut ini beberapa pertanyaan dari temen-temen. Mudah-mudahan yang aku tulis gak salah
ya…
Q: Pada pasien yang mengalami gangguan jiwa dengan keluhan psikosomatik apakah harus
diobati juga gejala somatiknya?
A: Yang utama tetep harus dicari factor psikologisnya kemudian ditangani. Kalo ditemukan masalah
organiknya, untuk gejala somatiknya itu perlu ditangani juga. Untuk bisa menemukan factor
psikologisnya, harus terjalin kepercayaan antara dokter dengan pasien sehingga pasien nyaman untuk
bercerita.
Anamesis Psikiatri 36
13th Block—Kedokteran Jiwa | 1st Chapter Venny
`
sama. Pokoknya kita sebagai dokter jangan sok tahu walaupun pasien yang kita tangani itu teman
sendiri.
Anamesis Psikiatri 37