Lidah sebagian besar terdiri atas 2 kelompok otot yaitu otot intrinsik dan otot
ekstrinsik. Otot intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, sementara otot
ekstrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan
gerakan-gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah
mengaduk makanan, menekannya pada langit-langit, dan gigi dan akhirnya
mendorongnya masuk farinks. Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh
darah dan urat saraf masuk dan keluar pada akarnya. Bagian-bagian lidah terdiri atas
pangkal lidah (radiks lingua), punggung lidah (dorsum lingua) dan ujung lidah (apeks
lingua). Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi bawah, sementara
dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian atas lidah. Apabila lidah
digulung ke belakang, maka tampaklah permukaan bawahnya yang disebut frenulum
linguae, sebuah struktur ligamen halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada
dasar mulut. Bagian anterior lidah bebas tidak terkait. Bila dijulurkan, maka ujung
lidah meruncing, dan bila terletak tenang di dasar mulut, maka ujung lidah berbentuk
bulat lonjong.
Saraf ini meneruskan impuls dari sel-sel pengecap. Sebelum suatu zat
dapat dirasakan, zat itu harus dilarutkan terlebih dahulu dalam cairan mulut,
dan kemudian berdifusi ke dalam pori yang mengandung mikrovili. Zat-zat yang
sangat mudah larut dan sangat mudah berdifusi seperti garam misalnya, atau senyawa
bermolekul kecil biasanya menimbulkan derajat rasa kecap lebih tinggi daripada zat-
zat yang lebih sukar larut dan sukar berdifusi, seperti misalnya proteinprotein atau
zat-zat lain yang berukuran besar.
Taste buds
Fisiologi Lidah
Terdapat 4 tipe
rasa dasar pada lidah
yaitu asam, asin,
manis, dan pahit.
Seluruh rasa ini
dapat dirasakan oleh
seluruh permukaan
lidah. Rasa manis
dan rasa asin
dirasakan pada
ujung lidah, asam pada samping lidah dan pahit pada daerah sekitar
papilla sirkumvalata.Keempat rasa ini dikenal dengan istilah sensasi rasa
primer (Don W 2002). Selain itu, ada rasa kelima yang telah teridentifikasi
yakni umami yang dominan ditemukan pada glutamat (Marya, 2002).
a. Rasa Manis
Gula atau pemanis buatan tidak langsung masuk sel rasa, tetapi
memicu dulu perubahan di dalam sel. Senyawa tersebut akan terikat
reseptor pada permukaan sel rasa yang digandeng dengan molekul
Gprotein. Dinamakan G-protein karena untuk aktivitasnya protein ini
diatur oleh Guanin Trifosfat (Irianto 2012). Beberapa jenis zat kimia
yang menyebabkan rasa ini meliputi gula, glikol, alkohol, aldehida, keton,
amida, ester, asam amino, asam sulfonat, asam halogen, dan garam
anorganik dari timah hitam dan berilium.Hampir semua zat yang
menyebabkan rasa manis merupakan zat kimia organik, satu-satunya zat
anorganik yang menimbulkan rasa manis merupakan garam-garam tertentu
dari timah hitam dan berillium (Guyton 2009).
b. Rasa Asam
Ion hidrogen dalam larutan dapat menyebabkan sensasi rasa
asam.Ion ini bereaksi terhadap sel rasa dalam tiga cara yaitu, dapat
masuk kedalam sel secara langsung, memblokir kanal ion kalium
pada mikrovili, dan mengikat kanal bukaan di mikrovili, sehingga
ion-ion positif dapat masuk dalam sel rasa. Muatan positif ini akan
berakumulasi dan mendorong terjadinya depolarisasi yang dapat
melepaskan neurotransmiter dan menyalurkan sinyal ke otak (Irianto
2012).
c. Rasa Asin Garam dapur atau Natrium Klorida (NaCl) adalah satu contoh
dari garam yang dapat menimbulkan sensasi rasa asin. Ion natrium
masuk melalui kanal ion pada mikrovili bagian apikal, atau lewat
kanal pada basolateral (sisi) sel rasa, hal inilah yang akan
membangunkan sel rasa tersebut (Irianto 2012). Kualitas rasa asin
sedikit berbeda dari satu garam dengan garam lainnya karena beberapa
jenis garam juga mengeluarkan rasa lain di samping rasa asin (Guyton
2009).
d. Rasa Pahit
Seperti rasa manis, rasa pahit tidak disebabkan suatu jenis agen
kimia. Pembagian kelas zat yang sering menyebabkan rasa pahit
adalah zat organik rantai panjang yang berisi nitrogen dan alkaloid
yang terdiri dari banyak obat yang digunakan dalam kedokteran
seperti kuinin, kafein, strikmin, dan nikotin (Irianto 2012), misalnya
kuinin, zat ini bereaksi melalui G-protein bersama reseptor dan
second messenger. Namun, hanya second messenger yang mampu
mendorong pelepasan ion kalsium dari retikulum endoplasma.
Depolarisasi pun terjadi akibat terakumulasinya ion kalsium, dan
terjadi juga pelepasan neurotransmiter (Guyton 2009).
e. Rasa Umami
Umami berasal dari bahasa Jepang yang berarti Meaty atau
Savory (enak, sedap, lezat). Rasa umani ditimbulkan oleh glutamat,
yaitu asam amino yang banyak terdapat pada protein daging dan ikan. Zat
ini bereaksi melalui G-protein bersama reseptor atau second
messenger Namun, belum diketahui tahapan antara second messenger
dan pelepasan neurotransmiter (Irianto 2012).
Gambar 2. Letak
reseptor rasa pada lidah
(Jacob 2010).
Proses Pengecapan :
Ujung saraf pengecap berada di taste buds pada seluruh permukaan lidah.
Dengan demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam saliva akan mengadakan kontak
dan merangsang ujung-ujung serabut saraf pengecap kemudian timbul impuls yang
akan menjalar ke nervus facial (VII) dan nervus glossopharyngeal (IX). Impuls dari
daerah lain selain lidah berjalan melalui nervus vagus (X). Impuls di ketiga saraf
tersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari
sana, axon berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis
kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex
serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus dan sebagai hasilnya
kita dapat mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut kita. 21
Tiap rasa utama tersebut tidak mutlak sebagai proses spesifik, artinya rasa oleh
masing-masing ion atau molekul zat tersebut dapat bereaksi pada saat yang berlainan
dengan setiap epitel neuron ujung serabut syaraf pengecapan. Jadi setiap taste buds
dapat bereaksi untuk semua rasa walau dengan intensitas berbeda.
Indera pencium kita atau olfaksi barangkali 20.000 kali lebih sensitif
dibandingkan indera pengecap kita. Kita dapat mengecap 'kinine dalam konsentrasi
seperdua juta bagian, tetapi kita dapat mencium mercaptans (sejenis zat kimia)
dalam konsentrasi sepertiga puluh miliar bagian. Orang dewasa dapat mencium
dengan baik sampai 10.000 bau yang berbeda, dan anak-anak dapat mencium lebih
banyak lagi bau-bauan. Kelemahannya adalah bahwa indera pencium kita tidaklah
begitu sempurna. Beberapa gas beracun tertentu termasuk karbonmonooksida tidak
terdeteksi oleh reseptor olfaktori kita. Alat pencium (indera pembau) terletak
dalam rongga hidung (cavum nasi). Rongga hidung dilapisi oleh sel-sel epitel
atau mukosa. Mukosa atau epitelium berisi sel-sel basal (basal cells), sel-sel
penunjang (sustentacular/supporting cells), dan selsel bipolar penciuman
(olfaktorius). Sel-sel bipolar adalah sel-sel saraf (nervus olfaktorius) yang
mempunyai tonjolan-tonjolan berupa mikrovili seperti rambut, yang disebut
rambut penciuman atau silia penciuman. Rambut penciumanlah yang mendeteksi
berbagai macam bau-bauan. Sel tersebut mempunyai dendrit yang disebut
batang penciuman (olfaktory rod) yang menonjol dari permukaan epitel rongga
hidung. Reseptor penciuman menerima stimulus dari zat-zat berbau yang
sumbernya di luar hidung yang menimbulkan terjadinya potensial-potensial
pada sel bipolar. Sel bipolar mempunyai dua fungsi yaitu sebagai reseptor dan
sebagai sel ganglion.
Nervus olfaktorius atau saraf kranial pertama (I) melayani ujung organ
pencium, dan merupakan reseptor yang sangat spesifik. Serabut saraf ini timbul pada
bagian atas selaput lendir hidung dikenal sebagai bagian olfaktorik hidung.Nervus
olfaktorius dilapisi oleh sel-sel yang sangat khusus yang mengeluarkan fibril-fibril
halus untuk berjalin dengan serabut-serabut dari bulbus olfaktorius.Bulbus
olfaktorius yang pada hakekatnya merupakan bagian dari otak yang terpencil adalah
bagian yang agak berbentuk bulbus (membesar) dari saraf olfaktorius yang terletak di
atas lempeng kribiformis tulang etmoidalis.Dari bulbus olfaktorius perasaan bergerak
melalui traktus olfaktorius dengan perantaraan beberapa stasiun penghubung,hingga
mencapai daerah penerimaan akhir dalam pusat olfaktori pada lobus temporalis otak,
di mana perasaan itu ditafsirkan. Rasa penciuman dirangsang oleh zat kimia yang
berbentuk uap atau gas yang terhirup ataupun oleh unsur-unsur halus.
Rasa penciuman itu sangat peka dan kepekaannya mudah hilang, bila
dihadapkan pada suatu bau yang sama untuk suatu waktu yang cukup lama. Misalnya
orang yang berada dalam satu ruangan yang sesak dan pengap, akan segera tidak
merasakan bau yang tidak enak, sementara di lain pihak bau itu akan segera
menyengat hidung orang yang baru datang dari lingkungan udara segar yang masuk
ke dalam ruangan itu. Rasa penciuman juga diperlemah, bila selaput lendir hidung
sangat kering,sangat basah atau membengkak, seperti halnya seseorang diserang
pilek.
c) Bau yang tidak Tertutupi Tidak seperti mata yang dapat melihat beberapa
warna sekaligus pada saat yang bersamaan, sistem penciuman hanya dapat
mendeteksi satu macam bau pada suatu saat, padahal bau bisa terdiri dari
beberapa macam bau.Bila bau busuk dan bau bunga hadir bersamaan, maka
yang dominan ialah yang intensitasnya lebih kuat, tetapi bila keduanya
mempunyai intensitas yang sama, maka bau yang tercium terletak di tengah
antara bau busuk dan bau bunga. Dominasi oleh bau yang berintensitas lebih
tinggi disebut masking (menutupi). Efek ini dipakai di rumah sakit, kamar
kecil, dan tempattempat lain agar bau busuk hilang dan berubah menjadi
menyenangkan. Caranya ialah dengan membakar dupa, atau menguapkan zat-
zat yang baunya menyenangkan untuk menutupi bau-bauan yang tidak
dikehendaki.
d) Hantaran Sinyal Penciuman ke Susunan Saraf Pusat Karena penciuman
adalah fenomena subjektif yang hanya dapat diteliti secara memuaskan pada
manusia, sedikit sekali yang diketahui tentang hantaran sinyal penciuman ke
otak. Jalur penciuman berakhir di dua daerah di otak yang disebut
daerah penciuman medialis dan daerah penciuman lateralis, keduanya tampak
dalam Gambar 7.22 berikut.
Indera pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari
makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh
reseptor olfaktori. Keadaan ini akan terganggu pada saat kita sedang sakit pilek,
dimana hubungan antara rongga hidung dan rongga mulut terganggu, sehingga uap
bahan makanan dari mulut tidak dapat mencapai rongga hidung dan makanan seakan-
akan kehilangan rasanya (Isnaeni,2006).
Kemampuan pembau dan pengecap manusia terus berkembang sepanjang
hidupnya, dimulai pada saat bayi lahir. Sel-sel pembau yang terletak di bagian atas
hidung berkembang setelah bayi lahir. Kepekaan pengecapan sangat dipengaruhi
indera pembau. Perkembangan sel-sel pengecapan yang terletak di permukaan lidah
dan di daerah pipi. Setelah tumbuh dewasa, kemampuan manusia tersebut akan
semakin tajam dan mulai bisa membedakan antara bau yang sedap dan busuk
(Isnaeni,2006).
Kemampuan manusia dalam mencium dan mengecap sesuatu berbeda.
Kemampuan tersebut ditentukan oleh banyaknya jumlah reseptor pembau yang ada
pada hidung kita. Sedangkan perbedaan pengecapan pada manusia ditentukan oleh
banyaknya papila yang terdapat di lidah. Pengalaman pertama manusia dalam
mencium atau mengecap suatu makanan bisa menentukan reaksi-reaksi selanjutnya
untuk makanan yang sama. Ketika manusia menilai makanan tertentu tidak sedap
baunya atau terasa pahit atau asam, maka ketika mereka menjumpai makanan tersebut
untuk kesekian kalinya, mereka lebih memilih untuk tidak memakannya lagi
(Khumairoh,2014).
D. Alat dan Bahan
Bahan :
Alat :
- Spet - gelas
- Sapu tangan - Stopwatch
- Cutton bud - peta lidah
- Pisau - tissue
- Sendok
OFT dan
ORT -Ditutup matanya denagn
sapu tangan dan hidung
ditutup
(++)=Bau
( +++)=Sangat bau
Rata- Rata-
Bahan OFT (detik) ORT(detik)
rata(detik) rata(detik)
13,8 10,5
Minyak kayu putih 15,3 15,52
16,2 18,7
17,7 17,26
121 21
Menthol 117,67 25
136 34
96 20
38 28
Minyak tawon 43 23,6
29 15
62 38
33,64 19,25
31,14 19,83
Parfum 31,8 18,4
30,62 16,16
Nervus olfaktorius atau saraf kranial pertama (I) melayani ujung organ
pencium, dan merupakan reseptor yang sangat spesifik. Serabut saraf ini timbul pada
bagian atas selaput lendir hidung dikenal sebagai bagian olfaktorik hidung.Nervus
olfaktorius dilapisi oleh sel-sel yang sangat khusus yang mengeluarkan fibril-fibril
halus untuk berjalin dengan serabut-serabut dari bulbus olfaktorius.Bulbus
olfaktorius yang pada hakekatnya merupakan bagian dari otak yang terpencil adalah
bagian yang agak berbentuk bulbus (membesar) dari saraf olfaktorius yang terletak
di atas lempeng kribiformis tulang etmoidalis.Dari bulbus olfaktorius perasaan
bergerak melalui traktus olfaktorius dengan perantaraan beberapa stasiun
penghubung,hingga mencapai daerah penerimaan akhir dalam pusat olfaktori pada
lobus temporalis otak, di mana perasaan itu ditafsirkan. Rasa penciuman dirangsang
oleh zat kimia yang berbentuk uap atau gas yang terhirup ataupun oleh unsur-unsur
halus.
Rasa penciuman itu sangat peka dan kepekaannya mudah hilang, bila
dihadapkan pada suatu bau yang sama untuk suatu waktu yang cukup lama. Teori
mengatakan bahwa kecenderungan bau yang sangat mudah tercium pertama adalah
zat-zat yang sangat mudah menguap dan kedua zat-zat yang sangat mudah larut
dalam lemak, hal ini karena bau hanya dapat mencapai rongga di puncak hidung
dengan cara mengikuti aliran udara.Kelarutan dalam lemak penting karena rambut
penciuman sendiri merupakan tonjolan dari membran sel penciuman, dan kita tahu
semua membran sel terutama terdiri dari senyawa lemak. Bila suatu zat yang
mengandung bau larut dalam membran rambut penciuman akan berubahlah potensial
membran dan menimbulkan impuls saraf dalam sel penciuman. Dalam kegiatan
parktikum ini digunakan minyak kayu putih yang merupakan zat yang mudah
menguap. Adapun kandungan minyak kayu putih itu snediri anatar lain
meliputi Eukaliptus 99,75 %, dan Fragrance Lavender oli sebesar 0,25 % .
Bahan aktif minyak kayu putih adalah eucalyptol ditambah dengan unsur-
unsur lain meliputi valeral dehyde, sequiterpene, pinocarveol, pinen, terpineol,
camphenglobulal, cineol, fenchen, dan butylaldehyde. Minyak kayu putih memiliki
dampak memanasi otot-otot. Hal ini juga mengandung sifat antiseptik, antivirus, dan
sifat anti bakteri yang kuat. Minyak kayu putih juga membantu dalam mengurangi
batukdan demam, membantu menurunkan kadar gula darah, dan juga sebagai obat
diuretik.
Kemudian untuk indera pengecap yang pada praktikum kali ini dilakukan uji
penentuan kecermatan indera pengecapan subjek uji denagn menggunakan aneka
bahan uji seperti larutan garam, larutan gula, larutan asam, larutan pahit dan larutan
pedas. Uji kali ini juga menentukan daerah peneybaran reseptor dari ke-lima sensasi
kecap primer berdasarkan kepekaan tertingg terhadap bahan yang bersangkuatn.
Dari hasil kegiatan parktikum didapatkan hasil bahwa pada saat pemberian larutan
gula indera pengecap bagian ujung, tepi depan, tepi belakang mampu merasakan
mais kecuali pangkal lidah. Kemudian pada pemberian larutan asin lidah bagian
ujung, tepi depan, tepi belakang mampu merasakan asin kecuali pangkal. Pada
larutan asam,kesemua bagian lidah mampu merasakan asam. Pada larutan pahit
ujung lidah, tepi depaan, tepi belakang mampu merasakan pahit kecuali pangkal
lidah. Dan pada larutan pedas kesemua bagian lidah mampu meraskannya.
Lidah sebagian besar terdiri atas 2 kelompok otot yaitu otot intrinsik dan otot
ekstrinsik. Otot intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, sementara otot
ekstrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan
gerakan-gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah
mengaduk makanan, menekannya pada langit-langit, dan gigi dan akhirnya
mendorongnya masuk farinks. Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh
darah dan urat saraf masuk dan keluar pada akarnya. Bagian-bagian lidah terdiri atas
pangkal lidah (radiks lingua), punggung lidah (dorsum lingua) dan ujung lidah (apeks
lingua). Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi bawah, sementara
dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian atas lidah. Apabila lidah
digulung ke belakang, maka tampaklah permukaan bawahnya yang disebut frenulum
linguae, sebuah struktur ligamen halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada
dasar mulut. Bagian anterior lidah bebas tidak terkait. Bila dijulurkan, maka ujung
lidah meruncing, dan bila terletak tenang di dasar mulut, maka ujung lidah berbentuk
bulat lonjong.
Saraf ini meneruskan impuls dari sel-sel pengecap. Sebelum suatu zat dapat
dirasakan, zat itu harus dilarutkan terlebih dahulu dalam cairan mulut, dan kemudian
berdifusi ke dalam pori yang mengandung mikrovili. Zat-zat yang sangat mudah larut
dan sangat mudah berdifusi seperti garam misalnya, atau senyawa bermolekul kecil
biasanya menimbulkan derajat rasa kecap lebih tinggi daripada zat-zat yang lebih
sukar larut dan sukar berdifusi, seperti misalnya proteinprotein atau zat-zat lain yang
berukuran besar.
Pada Rasa Asam Ion hidrogen dalam larutan dapat menyebabkan sensasi rasa
asam.Ion ini bereaksi terhadap sel rasa dalam tiga cara yaitu, dapat masuk ke
dalam sel secara langsung, memblokir kanal ion kalium pada mikrovili,
dan mengikat kanal bukaan di mikrovili, sehingga ion-ion positif dapat
masuk dalam sel rasa. Muatan positif ini akan berakumulasi dan
mendorong terjadinya depolarisasi yang dapat melepaskan neurotransmiter dan
menyalurkan sinyal ke otak (Irianto 2012).
Pada rasa asin garam dapur atau Natrium Klorida (NaCl) Ion natrium masuk
melalui kanal ion pada mikrovili bagian apikal, atau lewat kanal pada
basolateral (sisi) sel rasa, hal inilah yang akan membangunkan sel rasa
tersebut (Irianto 2012). Kualitas rasa asin sedikit berbeda dari satu garam
dengan garam lainnya karena beberapa jenis garam juga mengeluarkan
rasa lain di samping rasa asin (Guyton 2009).
Pada rasa pahit terdapat embagian kelas zat yang sering menyebabkan rasa
pahit adalah zat organik rantai panjang yang berisi nitrogen dan alkaloid yang terdiri
dari banyak obat yang digunakan dalam kedokteran seperti kuinin, kafein,
strikmin, dan nikotin (Irianto 2012), misalnya kuinin, zat ini bereaksi
melalui G-protein bersama reseptor dan second messenger. Namun, hanya
second messenger yang mampu mendorong pelepasan ion kalsium dari
retikulum endoplasma. Depolarisasi pun terjadi akibat terakumulasinya
ion kalsium, dan terjadi juga pelepasan neurotransmiter (Guyton 2009).
Papila pada lidah sangat berperan dalam proses pengecapan .Papilla filiformis
terdapat di atas seluruh permukaan lidah, umumnya tersusun dalam barisan barisan
sejajar dengan sulkus terminalis (Jacob 2010). Papilla fungifornis letaknya tersebar di
antara deretan papilla filiformis, dan jumlahnya makin banyak ke arah ujung lidah,
bentuknya seperti jamur dengan tangkai pendek, dan bagian atas yang lebih lebar.
Sebuah penelitian di China mengungkapkan bahwa adanya hubungan antara
kepadatan papilla fungiform dengan pemeriksaan rasa manis menggunakan larutan
sukrosa pada pria dewasa muda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa anatomi papilla
sangat erat hubungannya dengan ambang sensitivitas rasa khususnya pada papilla
fungiformis (Zhang Gen-H et al. 2008). Papilla sirkumvalata (vallum = dinding) pada
manusia jumlahnya hanya 10 sampai 14, dan letaknya di sepajang sulkus terminalis.
Papilla ini sensitif terhadap rasa asam dan pahit di 1/3 posterior lidah yang diinervasi
oleh nervus glossopharyngeal (IX) (Jacob 2010). Pipila foliata terletak pada bagian
samping dan belakang lidah, berbentuk lipatan-lipatan mirip daun, dengan taste buds
di dalam epitel lekukan yang terdapat di lipatan. Sensitivitas papila ini lebih dominan
terhadap rasa asam yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX) (Jacob 2010).
J. Daftar Pustaka
https://vartikel.com/19296/kandungan-minyak-kayu-putih-cara-menggunakan-dengan-
tepat (Diakses pada tanggal 26 Maret 2017,pukul 14.00 WIB)
http://unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/1.Cover_.pdf(Diakses pada
tanggal 26 Maret 2017,pukul 14.00 WIB)
Khumairoh, Siti Nur. 2014. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Laporan Praktikum. IAIN
Walisongo. Semarang.
Marya, (2002). Human Anatomy and Physiology with Interactive Physiology 10-
System Suite, 8th Edition. Pearson Education, Inc., publishing as Benjamin
Cummings
Valentin, D., C. Chrea and D.H. Nguyen. 2006. Taste-odour Interactions in Sweet Taste
Perception. In W.J. Spillane (ed). England: Woodhead Publishing Limited.
Zhang Gen-H et al.. 2008. Biology the World of Life. Sixth Ed. USA, Harper Collins
Publisher Inc.
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
Kelompok 3
1.Rizki Dwi Putri (15030244006)
2.Tyagita Nurina Nafi (15030244015)
3. Juni Rahayu (15030244016)
4.Dain Puspita (15030244042)