Anda di halaman 1dari 25

A.

Judul : Indera Pembau,Pengecap,dan Keterkaitan Keduanya Pada Mamalia


B. Tujuan :
a) Praktikan mengetahui pentingnya pengaruh rangsangan bau terhadap
kepekaan seseorang
b) Praktkan mampu menentukan kecermatan pengecap praktikan pada pengunaan
beberapa bahan
c) Praktikan mampu menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat
sensasi kecap primer berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan yang
bersangkutan
d) Praktikan mampu menentukan daerah penyebaran reseptor kecap selain kecap
primer
e) Praktikan mampu mengetahui pentingnya pengaruh bau terhadap kesan
pengecapan
C. Dasar Teori
Lidah Sebagai Indera Pengecap

Lidah sebagian besar terdiri atas 2 kelompok otot yaitu otot intrinsik dan otot
ekstrinsik. Otot intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, sementara otot
ekstrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan
gerakan-gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah
mengaduk makanan, menekannya pada langit-langit, dan gigi dan akhirnya
mendorongnya masuk farinks. Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh
darah dan urat saraf masuk dan keluar pada akarnya. Bagian-bagian lidah terdiri atas
pangkal lidah (radiks lingua), punggung lidah (dorsum lingua) dan ujung lidah (apeks
lingua). Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi bawah, sementara
dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian atas lidah. Apabila lidah
digulung ke belakang, maka tampaklah permukaan bawahnya yang disebut frenulum
linguae, sebuah struktur ligamen halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada
dasar mulut. Bagian anterior lidah bebas tidak terkait. Bila dijulurkan, maka ujung
lidah meruncing, dan bila terletak tenang di dasar mulut, maka ujung lidah berbentuk
bulat lonjong.

Pengecapan dirasakan oleh adanya reseptor pengecap yang disebut sel-sel


pengecap. Reseptor pengecap ini secara konstan memberi informasi mengenai
sifatsifat zat yang masuk ke mulut pada waktu makan. Reseptor pengecap
disebut juga puting pengecap. Puting pengecap ini terdapat pada papilla pada
lidah. Pada manusia jumlahnya kira-kira 2000 buah. Puting pengecap terdiri
dari sel-sel reseptor pengecap berbentuk epiteloid, tersusun mengelilingi pori
dalam membran mukosa mulut. Dari permukaan setiap sel pengecap muncul
tonjolan-tonjolan sangat halus seperti rambut disebut mikrovili, yang
panjangnya beberapa mikron menembus pori masuk ke dalam rongga mulut.
Mikrovili inilah yang mendeteksi bermacam-macam rasa.Diantara sel-sel
pengecap dari tiap puting pengecap, dan juga di dalam lekukan-lekukan
membran sel terdapat jalinan saraf pengecap yang terdiri dari dua atau tiga
serabut. (Carola, Robert, et.al,1992).

Saraf ini meneruskan impuls dari sel-sel pengecap. Sebelum suatu zat
dapat dirasakan, zat itu harus dilarutkan terlebih dahulu dalam cairan mulut,
dan kemudian berdifusi ke dalam pori yang mengandung mikrovili. Zat-zat yang
sangat mudah larut dan sangat mudah berdifusi seperti garam misalnya, atau senyawa
bermolekul kecil biasanya menimbulkan derajat rasa kecap lebih tinggi daripada zat-
zat yang lebih sukar larut dan sukar berdifusi, seperti misalnya proteinprotein atau
zat-zat lain yang berukuran besar.

Taste buds

Taste buds mengandung sel reseptor kecap (gustatoris), terletak di dalam


epitel mulut (berlapis gepeng), terutama pada papilla, tetapi dapat juga dijumpai
di tempat lain dalam rongga mulut, palatum, dan epiglotis (Roland 1996). Taste
buds memiliki beberapa tipe reseptor rasa, setiap tipe ini akan mendeteksi satu
jenis rasa dari 5 rasa dasar yaitu, asam, asin, manis, pahit, dan umami. Seluruh
rasa ini dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah, tetapi satu jenis rasa
akan lebih sensitif pada daerah tertentu (Jacewicz 2008).
Taste buds merupakan sel epitel yang telah dimodifikasi, beberapa
diantaranya disebut sebagai sel sustentakular dan lainnya disebut sebagai sel
reseptor. Sel-sel reseptor ini terus-menerus digantikan melalui pembelahan
mitosis dari sel-sel epitel di sekitarnya dengan waktu paruh sekitar sepuluh
hari (Guyton 2009).
Taste buds terdapat tiga jenis sel epitel: 1) Sel penyokong atau sel
sustentakular, terletak terutama di bagian perifer taste buds; 2) Sel pengecap
neuroepitel yang biasanya hanya berjumlah 10 sampai 14 sel pada tiap taste
buds; 3) Sel basal letaknya di perifer dekat lamina basal, dianggap sebagai sel
induk (stem) sel jenis lainnya. Pergantian sel di dalam taste buds berlangsung
relatif cepat, masa hidup pada umumnya 10 hari, dan sel sustentakular mungkin
merupakan suatu tahap perantara dalam perkembangan diferensiasi sel
sensorik. Rangsang kimiawi sampai pada sel sensoris dan diteruskan oleh
neurotransmiter ke ujung akhir saraf yang berbentuk putik dan terletak diantara
sel-sel. Akhir akhir ini telah dapat diperlihatkan bahwa satu kuncup kecap (satu
papilla) dapat merasakan keempat macam rasa dasar; tentunya tak ada
perbedaan struktural yang ditemukan untuk menjelaskan perbedaan dalam
rasa dasar tersebut. Saraf dari taste buds yang letaknya pada dua pertiga bagian
depan lidah berjalan di dalam chorda thympani, cabang
saraf fasialis; sedangkan dari taste buds pada sepertiga bagian belakang lidah
berjalan dalam saraf glosofaringues yang membawa rasa kecap dari epiglotis
dan faring bawah berjalan dalam saraf vagus (C.Roland 1996).

Fisiologi Lidah

Terdapat 4 tipe
rasa dasar pada lidah
yaitu asam, asin,
manis, dan pahit.
Seluruh rasa ini
dapat dirasakan oleh
seluruh permukaan
lidah. Rasa manis
dan rasa asin
dirasakan pada
ujung lidah, asam pada samping lidah dan pahit pada daerah sekitar
papilla sirkumvalata.Keempat rasa ini dikenal dengan istilah sensasi rasa
primer (Don W 2002). Selain itu, ada rasa kelima yang telah teridentifikasi
yakni umami yang dominan ditemukan pada glutamat (Marya, 2002).

a. Rasa Manis
Gula atau pemanis buatan tidak langsung masuk sel rasa, tetapi
memicu dulu perubahan di dalam sel. Senyawa tersebut akan terikat
reseptor pada permukaan sel rasa yang digandeng dengan molekul
Gprotein. Dinamakan G-protein karena untuk aktivitasnya protein ini
diatur oleh Guanin Trifosfat (Irianto 2012). Beberapa jenis zat kimia
yang menyebabkan rasa ini meliputi gula, glikol, alkohol, aldehida, keton,
amida, ester, asam amino, asam sulfonat, asam halogen, dan garam
anorganik dari timah hitam dan berilium.Hampir semua zat yang
menyebabkan rasa manis merupakan zat kimia organik, satu-satunya zat
anorganik yang menimbulkan rasa manis merupakan garam-garam tertentu
dari timah hitam dan berillium (Guyton 2009).
b. Rasa Asam
Ion hidrogen dalam larutan dapat menyebabkan sensasi rasa
asam.Ion ini bereaksi terhadap sel rasa dalam tiga cara yaitu, dapat
masuk kedalam sel secara langsung, memblokir kanal ion kalium
pada mikrovili, dan mengikat kanal bukaan di mikrovili, sehingga
ion-ion positif dapat masuk dalam sel rasa. Muatan positif ini akan
berakumulasi dan mendorong terjadinya depolarisasi yang dapat
melepaskan neurotransmiter dan menyalurkan sinyal ke otak (Irianto
2012).
c. Rasa Asin Garam dapur atau Natrium Klorida (NaCl) adalah satu contoh
dari garam yang dapat menimbulkan sensasi rasa asin. Ion natrium
masuk melalui kanal ion pada mikrovili bagian apikal, atau lewat
kanal pada basolateral (sisi) sel rasa, hal inilah yang akan
membangunkan sel rasa tersebut (Irianto 2012). Kualitas rasa asin
sedikit berbeda dari satu garam dengan garam lainnya karena beberapa
jenis garam juga mengeluarkan rasa lain di samping rasa asin (Guyton
2009).
d. Rasa Pahit
Seperti rasa manis, rasa pahit tidak disebabkan suatu jenis agen
kimia. Pembagian kelas zat yang sering menyebabkan rasa pahit
adalah zat organik rantai panjang yang berisi nitrogen dan alkaloid
yang terdiri dari banyak obat yang digunakan dalam kedokteran
seperti kuinin, kafein, strikmin, dan nikotin (Irianto 2012), misalnya
kuinin, zat ini bereaksi melalui G-protein bersama reseptor dan
second messenger. Namun, hanya second messenger yang mampu
mendorong pelepasan ion kalsium dari retikulum endoplasma.
Depolarisasi pun terjadi akibat terakumulasinya ion kalsium, dan
terjadi juga pelepasan neurotransmiter (Guyton 2009).
e. Rasa Umami
Umami berasal dari bahasa Jepang yang berarti Meaty atau
Savory (enak, sedap, lezat). Rasa umani ditimbulkan oleh glutamat,
yaitu asam amino yang banyak terdapat pada protein daging dan ikan. Zat
ini bereaksi melalui G-protein bersama reseptor atau second
messenger Namun, belum diketahui tahapan antara second messenger
dan pelepasan neurotransmiter (Irianto 2012).

Gambar 2. Letak
reseptor rasa pada lidah
(Jacob 2010).

Jenis Jenis Papilla


Terdapat 4 jenis papilla pada manusia,yaitu:
a. Papilla filiformis terdapat di atas seluruh permukaan lidah,
umumnya tersusun dalam barisan barisan sejajar dengan sulkus
terminalis (Jacob 2010). Papilla filiformis bentuknya kurang lebih
seperti kerucut, langsing dan tingginya 2-3 mm. Bagian tengahnya
terdiri atas jaringan ikat lamina propria. Jaringan ikat ini juga
membentuk papila sekunder. Epitel yang meliputi papila sebagian
mengalami pertandukan yang cukup keras sifat nya (C.Roland
1996).
b. Papilla fungifornis letaknya tersebar di antara deretan papilla
filiformis, dan jumlahnya makin banyak ke arah ujung lidah,
bentuknya seperti jamur dengan tangkai pendek, dan bagian atas
yang lebih lebar.Jaringan ikat di tengah-tengah papilla membentuk
papilla sekunder sedangkan epitel di atasnya tipis sehingga pleksus
pembuluh darah di dalam lamina propria menyebabkannya
berwarna merah atau merah muda. Taste buds terdapat di dalam
epitel (C.Roland 1996).Papila ini diinervasi oleh nervus facial
(N.VII) (Jacob 2010). Sebuah penelitian di China
mengungkapkan bahwa adanya hubungan antara kepadatan
papilla fungiform dengan pemeriksaan rasa manis
menggunakan larutan sukrosa pada pria dewasa muda.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa anatomi papilla sangat
erat hubungannya dengan ambang sensitivitas rasa khususnya
pada papilla fungiformis (Zhang Gen-H et al. 2008).
c. Papilla sirkumvalata (vallum = dinding) pada manusia jumlahnya
hanya 10 sampai 14, dan letaknya di sepajang sulkus terminalis.
Papilla ini sensitif terhadap rasa asam dan pahit di 1/3
posterior lidah yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal
(IX) (Jacob 2010).Tiap papilla menonjol sedikit di atas permukaan
dan dibatasi oleh suatu parit melingkar banyak taste buds pada
epitel dinding lateralnya.Saluran keluar kelenjar serosa (kelejar
ebner) bermuara pada dasar alur itu. Kelenjarnya sendiri terletak
pada lapisan yang lebih dalam. Sekret serosa cair kelenjar tersebur
membersihkan parit dari sisa bahan makanan, sehingga
memungkinkan penerimaan rangsang kecap baru oleh taste buds
(C.Roland 1996).
d. Pipila foliata terletak pada bagian samping dan belakang lidah,
berbentuk lipatan-lipatan mirip daun, dengan taste buds di dalam
epitel lekukan yang terdapat di lipatan. Sama seperti pada papilla
sirkumvalata, kelenjar-kelenjar serosa bermuara pada dasar alur.
Sensitivitas papila ini lebih dominan terhadap rasa asam yang
diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX) (Jacob 2010).
Semua
papilla mengandung banyak saraf sensorik untuk rasa sentuhan dan
taste buds terdapat pada semua papilla kecuali papilla filiformis
(C.Roland 1996).
Gambar 3. Letak papila pada lidah
manusia (Jacob 2010)

Proses Pengecapan :

Ujung saraf pengecap berada di taste buds pada seluruh permukaan lidah.
Dengan demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam saliva akan mengadakan kontak
dan merangsang ujung-ujung serabut saraf pengecap kemudian timbul impuls yang
akan menjalar ke nervus facial (VII) dan nervus glossopharyngeal (IX). Impuls dari
daerah lain selain lidah berjalan melalui nervus vagus (X). Impuls di ketiga saraf
tersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari
sana, axon berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis
kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex
serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus dan sebagai hasilnya
kita dapat mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut kita. 21
Tiap rasa utama tersebut tidak mutlak sebagai proses spesifik, artinya rasa oleh
masing-masing ion atau molekul zat tersebut dapat bereaksi pada saat yang berlainan
dengan setiap epitel neuron ujung serabut syaraf pengecapan. Jadi setiap taste buds
dapat bereaksi untuk semua rasa walau dengan intensitas berbeda.

Indera pencium kita atau olfaksi barangkali 20.000 kali lebih sensitif
dibandingkan indera pengecap kita. Kita dapat mengecap 'kinine dalam konsentrasi
seperdua juta bagian, tetapi kita dapat mencium mercaptans (sejenis zat kimia)
dalam konsentrasi sepertiga puluh miliar bagian. Orang dewasa dapat mencium
dengan baik sampai 10.000 bau yang berbeda, dan anak-anak dapat mencium lebih
banyak lagi bau-bauan. Kelemahannya adalah bahwa indera pencium kita tidaklah
begitu sempurna. Beberapa gas beracun tertentu termasuk karbonmonooksida tidak
terdeteksi oleh reseptor olfaktori kita. Alat pencium (indera pembau) terletak
dalam rongga hidung (cavum nasi). Rongga hidung dilapisi oleh sel-sel epitel
atau mukosa. Mukosa atau epitelium berisi sel-sel basal (basal cells), sel-sel
penunjang (sustentacular/supporting cells), dan selsel bipolar penciuman
(olfaktorius). Sel-sel bipolar adalah sel-sel saraf (nervus olfaktorius) yang
mempunyai tonjolan-tonjolan berupa mikrovili seperti rambut, yang disebut
rambut penciuman atau silia penciuman. Rambut penciumanlah yang mendeteksi
berbagai macam bau-bauan. Sel tersebut mempunyai dendrit yang disebut
batang penciuman (olfaktory rod) yang menonjol dari permukaan epitel rongga
hidung. Reseptor penciuman menerima stimulus dari zat-zat berbau yang
sumbernya di luar hidung yang menimbulkan terjadinya potensial-potensial
pada sel bipolar. Sel bipolar mempunyai dua fungsi yaitu sebagai reseptor dan
sebagai sel ganglion.

Nervus olfaktorius atau saraf kranial pertama (I) melayani ujung organ
pencium, dan merupakan reseptor yang sangat spesifik. Serabut saraf ini timbul pada
bagian atas selaput lendir hidung dikenal sebagai bagian olfaktorik hidung.Nervus
olfaktorius dilapisi oleh sel-sel yang sangat khusus yang mengeluarkan fibril-fibril
halus untuk berjalin dengan serabut-serabut dari bulbus olfaktorius.Bulbus
olfaktorius yang pada hakekatnya merupakan bagian dari otak yang terpencil adalah
bagian yang agak berbentuk bulbus (membesar) dari saraf olfaktorius yang terletak di
atas lempeng kribiformis tulang etmoidalis.Dari bulbus olfaktorius perasaan bergerak
melalui traktus olfaktorius dengan perantaraan beberapa stasiun penghubung,hingga
mencapai daerah penerimaan akhir dalam pusat olfaktori pada lobus temporalis otak,
di mana perasaan itu ditafsirkan. Rasa penciuman dirangsang oleh zat kimia yang
berbentuk uap atau gas yang terhirup ataupun oleh unsur-unsur halus.

Rasa penciuman itu sangat peka dan kepekaannya mudah hilang, bila
dihadapkan pada suatu bau yang sama untuk suatu waktu yang cukup lama. Misalnya
orang yang berada dalam satu ruangan yang sesak dan pengap, akan segera tidak
merasakan bau yang tidak enak, sementara di lain pihak bau itu akan segera
menyengat hidung orang yang baru datang dari lingkungan udara segar yang masuk
ke dalam ruangan itu. Rasa penciuman juga diperlemah, bila selaput lendir hidung
sangat kering,sangat basah atau membengkak, seperti halnya seseorang diserang
pilek.

Bagaimana bau-bauan menggiatkan rambut penciuman, tidak dipahami


dengan benar. Bagaimana indera dapat membedakan bau berbagai jenis bahan?
Masih sedikit sekali pengetahuan mengenai hal ini. Namun bau yang sangat
mudah tercium adalah pertama zat-zat yang sangat mudah menguap dan
kedua zat-zat yang sangat mudah larut dalam lemak. Mengapa demikian?
Kemudahan menguap ini penting karena bau hanya dapat mencapai rongga di
puncak hidung dengan cara mengikuti aliran udara.Kelarutan dalam lemak
penting karena rambut penciuman sendiri merupakan tonjolan dari membran
sel penciuman, dan kita tahu semua membran sel terutama terdiri dari
senyawa lemak. Bila suatu zat yang mengandung bau larut dalam membran
rambut penciuman akan berubahlah potensial membran dan menimbulkan
impuls saraf dalam sel penciuman.

a) Penciuman Bau Primer Kita sangat sukar untuk mempelajari sel-sel


penciuman, dan oleh sebab itu kita tidak mengetahui dengan pasti rangsang
kimiawi primer yang mana yang dapat menggiatkan jenis sel penciuman
tertentu. Namun berdasarkan penelitian kasar beberapa sensasi primer berikut
telah dipostulasikan (ada tujuh kategori mengenai bau primer dalam bahasa
Indonesia) yaitu 1. bau kamfer (camphorous) 2. Kasturi (muskal/musky) 3.
bunga-bungaan (floral) 4. pepermin 5. eter (etheral) 6. Pedas (pungent) 7.
busuk (putrid). Meskipun tiap reseptor dapat membeda-bedakan bau, tertentu
tetapi dapat pula terjadi tumpang tindih. Teori stereokimia mengemukakan tiap
zat yang berbau, mempunyai konfigurasi tertentu. Mungkin daftar di atas
hanyalah berdasarkan dugaan dan dapat mengandung kesalahan.
b) Adaptasi terhadap Bau Seperti pada penglihatan, penciuman dapat beradaptasi
dengan baik sekali. Pada waktu pertama sekali mencium mungkin bau itu
menyengat, tetapi setelah semenit atau lebih, bau itu akan sukar sekali
tercium. Reseptor penciuman menggugah orang terhadap hadirnya suatu
bau, tetapi tidak dapat mempertahankan orang itu agar dapat mencium
bau tersebut terus menerus. Hal ini sangat menguntungkan orang-orang
yang harus bekerja dalam lingkungan yang berbau busuk.

c) Bau yang tidak Tertutupi Tidak seperti mata yang dapat melihat beberapa
warna sekaligus pada saat yang bersamaan, sistem penciuman hanya dapat
mendeteksi satu macam bau pada suatu saat, padahal bau bisa terdiri dari
beberapa macam bau.Bila bau busuk dan bau bunga hadir bersamaan, maka
yang dominan ialah yang intensitasnya lebih kuat, tetapi bila keduanya
mempunyai intensitas yang sama, maka bau yang tercium terletak di tengah
antara bau busuk dan bau bunga. Dominasi oleh bau yang berintensitas lebih
tinggi disebut masking (menutupi). Efek ini dipakai di rumah sakit, kamar
kecil, dan tempattempat lain agar bau busuk hilang dan berubah menjadi
menyenangkan. Caranya ialah dengan membakar dupa, atau menguapkan zat-
zat yang baunya menyenangkan untuk menutupi bau-bauan yang tidak
dikehendaki.
d) Hantaran Sinyal Penciuman ke Susunan Saraf Pusat Karena penciuman
adalah fenomena subjektif yang hanya dapat diteliti secara memuaskan pada
manusia, sedikit sekali yang diketahui tentang hantaran sinyal penciuman ke
otak. Jalur penciuman berakhir di dua daerah di otak yang disebut
daerah penciuman medialis dan daerah penciuman lateralis, keduanya tampak
dalam Gambar 7.22 berikut.

Gambar.4 Susunan sistem penciuman dan jalur untuk menghantarkan impuls


penciuman ke susunan saraf pusat (Guyton, 1994 h : 263; Guyton & Hall, 1997 h :
846).

Daerah penciuman medialis terletak di tengah-tengah otak, di bagian anterior, dan


sedikit superior dari hipotalamus. Sedangkan daerah penciuman lateralis terletak di
bagian bawah otak, menyebar ke lateral, ke bagian dasar lobus temporalis anterior.
Daerah penciuman medialis terutama berkaitan dengan fungsi primitif misalnya
pengeluaran air liur sebagai respon terhadap bau, mengecapkan bibir, dan menyebabkan
binatang dapat menjilati makanan cair. Sebaliknya daerah penciuman lateralis yang
mencakup bagian-bagian dari amigdala di lobus temporalis berkaitan erat dengan
fungsi susunan saraf yang lebih tinggi.Jalur langsung berjalan dari daerah ini ke korteks
temporalis, hippokampus, dan korteks pre frontalis, ke semuanya merupakan bagian-
bagian korteks yang berfungsi penting.Daerah penciuman lateralis bertanggung jawab
mengenai responrespon yang kompleks terhadap rangsang penciuman. Misalnya
pengenalan jenis bau tertentu seperti yang dimiliki oleh binatang tertentu mungkin
merupakan fungsi dari daerah ini.Demikian juga pengenalan makanan yang lezat atau
menjijikkan yang berdasarkan pengalaman yang telah lalu mungkin merupakan fungsi
dari daerah ini.Pada manusia tumor otak yang terletak di daerah ini sering
menyebabkan penderita mencium bau-bau abnormal yang bermacam-macam,
menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, dan pada akhir tahap akhir keadaan ini,
sering berlanjut sampai berbulan-bulan.

Hubungan Indera Pembau dan Pengecap

Indera pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari
makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh
reseptor olfaktori. Keadaan ini akan terganggu pada saat kita sedang sakit pilek,
dimana hubungan antara rongga hidung dan rongga mulut terganggu, sehingga uap
bahan makanan dari mulut tidak dapat mencapai rongga hidung dan makanan seakan-
akan kehilangan rasanya (Isnaeni,2006).
Kemampuan pembau dan pengecap manusia terus berkembang sepanjang
hidupnya, dimulai pada saat bayi lahir. Sel-sel pembau yang terletak di bagian atas
hidung berkembang setelah bayi lahir. Kepekaan pengecapan sangat dipengaruhi
indera pembau. Perkembangan sel-sel pengecapan yang terletak di permukaan lidah
dan di daerah pipi. Setelah tumbuh dewasa, kemampuan manusia tersebut akan
semakin tajam dan mulai bisa membedakan antara bau yang sedap dan busuk
(Isnaeni,2006).
Kemampuan manusia dalam mencium dan mengecap sesuatu berbeda.
Kemampuan tersebut ditentukan oleh banyaknya jumlah reseptor pembau yang ada
pada hidung kita. Sedangkan perbedaan pengecapan pada manusia ditentukan oleh
banyaknya papila yang terdapat di lidah. Pengalaman pertama manusia dalam
mencium atau mengecap suatu makanan bisa menentukan reaksi-reaksi selanjutnya
untuk makanan yang sama. Ketika manusia menilai makanan tertentu tidak sedap
baunya atau terasa pahit atau asam, maka ketika mereka menjumpai makanan tersebut
untuk kesekian kalinya, mereka lebih memilih untuk tidak memakannya lagi
(Khumairoh,2014).
D. Alat dan Bahan
Bahan :

- Minyak kayu putih - larutan gula


- Minyak angin -larutan asam
- Parfum - larutan pil kina
- Minyak cengkeh - larutan pedas
- Air - bengkoang
- Apel - kentang
- Pir - larutan garam

Alat :

- Spet - gelas
- Sapu tangan - Stopwatch
- Cutton bud - peta lidah
- Pisau - tissue
- Sendok

-Patikan praktikan tidak


-Praktikan diminta
flu atau sakit
berkumur dan
-Tutup mata praktikan memberishkan lidah
dengan tissue
-Ambil minyak kayu putih
dengan springe,letakkan -Tutup mata praktikan
dalam kondisi terbalik
-Tuangkan cairan uji pada
-Tutup salah satu luang cutton bud
hidung
-Sentuhkan cutton bud
praktikan,letakkan
E. Langkah Kerja pring
pada tempat pusat
tadi tepat
1. Indera Pembaudibawah 2. pengecap(
Indera Pengecap
depan, tepi
lubang hidung satunya
depan, tepi belakang dan
-Praktikan diminta pangkal lidah)
Praktikan
membau Praktikan
-Parktikan ditanya rasa
-Tanyakan bau apa yang apa yang dirasakan apad
dibaunya setiap kali sentuhan dan
tempat mana yang
- ulangi denagn bahan paling terasa
lain
-Prakikan diminta
-Ubah posisi springe berkumur dan
didepan hidung dengan membersihakn lidah
jarak 1,5 cm dengan tissue lagi
sebelum mengganti
- ulangi hingga praktikan dengan larutan lain
tidak mampu lagi
Praktikan Sesuai /
tidak

3.Hubungan Indera Pembau dan Pengecap

OFT dan
ORT -Ditutup matanya denagn
sapu tangan dan hidung
ditutup

-Lidah dibersihakn dengan


tissue

-Letakkan sekerat bahan


secara bergantian dan
tanyakan apa yang dirasakan
setiap kali bahan diletakkan
dan tanyakan pa dia mampu
membau / mengecap

-Ulangi percobaan dengan


hidung terbuka
F. Hasil dan Pembahasan

Tabel.1 Hasil pengamatan pada indera pembau


Bisa / tidak
Bahan Bau
Posisis 1 Posisi 1
Minyak kayu +++ ++
putih

Keterangan : (-) = Tidak bau

(+) =Cukup bau

(++)=Bau

( +++)=Sangat bau

Tabel.2 Hasil pengamatan pada uji bau

Rata- Rata-
Bahan OFT (detik) ORT(detik)
rata(detik) rata(detik)
13,8 10,5
Minyak kayu putih 15,3 15,52
16,2 18,7
17,7 17,26
121 21
Menthol 117,67 25
136 34
96 20
38 28
Minyak tawon 43 23,6
29 15
62 38
33,64 19,25
31,14 19,83
Parfum 31,8 18,4
30,62 16,16

Tabel.3 Tepi depan

Letak Manis Asin Asam Pahit Pedas


Depan (+) (+) (+) (+) (+)
Tepi depan (+) (+) (+) (+) (+)
Tepi belakang (+) (+) (+) (+) (+)
Pangkal (-) (-) (+) (+) (-)

Tabel.4 Hubungan Indera Pembau dan Pengecap


Bahan Letak
Bau
Hidung tertutup Hidung terbuka
Pear Tepi belakang - +
Kentang Tepi belakang - +
Apel Tepi depan + +
Bengkoan Tepi depan + +
g
G. Pembahasan
Hasil praktikum indera pembau pada setiap praktikan menghasilkan nilai
OFT (Olfactory Fatigue System) dan ORT (Olfactory Recovery System) yang
berbeda. Angka kepekaan OFT tertinggi didapatkan dari minyak menthol. Minyak
menthol yang digunakan yaitu Fresh Care.Sedangkan kandungan ORT tertinggi
didapatkan dari minyak kayu putih.
Kandungan
methol...............................................................................................................................
.
Sehingga saat praktikan mencium aroma minyak menthol tersebut merasakan
hangat di sekitar area hidung. Pada bagian konka nasal superior terdapat akar sel-sel
dan jaringan syaraf pembau (nervus olfaktorius yang merupakan syaraf kranial
pertama) yang berfungsi untuk mendeteksi bau-bauan yang masuk melalui hirupan
nafas. Tanggung jawab sistem pembau (sistem olfaction) adalah mengindikasikan
molekulmolekul kimia menthol yang dilepaskan di udara yang mengakibatkan bau
tajam. Molekul kimia menthol diudara dapat dideteksi bila ia masuk ke reseptor
olfactory epithelia melalui proses penghirupan. Posisi minyak terhadap praktikan
berpengaruh terhadap hasil OFT dan ORT. Posisi tegak menunjukkan hasil lebih
tinggi daripada posisi minyak dimiringkan. Hal ini dikarenakan apabila sumber bau
tersebut berada dalam posisi tegak akan memperlancar stimulus senyawa kimia yang
terkandung di dalamnya yang akan ditangkap oleh kemoreseptor di dalam hidung.
Apabila posisi sumber bau tersebut tidak tegak (dijauhkan dari manusia) maka
mengurangi proses stimulus kimia yang mudah terbawa oleh angin sehingga
berpengaruh terhadap respon indra pembau (Shallenberger, 1993).
Alat pencium (indera pembau) terletak dalam rongga hidung (cavum nasi).
Rongga hidung dilapisi oleh sel-sel epitel atau mukosa. Mukosa atau epitelium berisi
sel-sel basal (basal cells), sel-sel penunjang (sustentacular/supporting cells), dan
selsel bipolar penciuman (olfaktorius). Sel-sel bipolar adalah sel-sel saraf (nervus
olfaktorius) yang mempunyai tonjolan-tonjolan berupa mikrovili seperti rambut,
yang disebut rambut penciuman atau silia penciuman. Rambut penciumanlah yang
mendeteksi berbagai macam bau-bauan. Sel tersebut mempunyai dendrit yang
disebut batang penciuman (olfaktory rod) yang menonjol dari permukaan epitel
rongga hidung. Reseptor penciuman menerima stimulus dari zat-zat berbau yang
sumbernya di luar hidung yang menimbulkan terjadinya potensial-potensial pada sel
bipolar. Sel bipolar mempunyai dua fungsi yaitu sebagai reseptor dan sebagai sel
ganglion.

Nervus olfaktorius atau saraf kranial pertama (I) melayani ujung organ
pencium, dan merupakan reseptor yang sangat spesifik. Serabut saraf ini timbul pada
bagian atas selaput lendir hidung dikenal sebagai bagian olfaktorik hidung.Nervus
olfaktorius dilapisi oleh sel-sel yang sangat khusus yang mengeluarkan fibril-fibril
halus untuk berjalin dengan serabut-serabut dari bulbus olfaktorius.Bulbus
olfaktorius yang pada hakekatnya merupakan bagian dari otak yang terpencil adalah
bagian yang agak berbentuk bulbus (membesar) dari saraf olfaktorius yang terletak
di atas lempeng kribiformis tulang etmoidalis.Dari bulbus olfaktorius perasaan
bergerak melalui traktus olfaktorius dengan perantaraan beberapa stasiun
penghubung,hingga mencapai daerah penerimaan akhir dalam pusat olfaktori pada
lobus temporalis otak, di mana perasaan itu ditafsirkan. Rasa penciuman dirangsang
oleh zat kimia yang berbentuk uap atau gas yang terhirup ataupun oleh unsur-unsur
halus.
Rasa penciuman itu sangat peka dan kepekaannya mudah hilang, bila
dihadapkan pada suatu bau yang sama untuk suatu waktu yang cukup lama. Teori
mengatakan bahwa kecenderungan bau yang sangat mudah tercium pertama adalah
zat-zat yang sangat mudah menguap dan kedua zat-zat yang sangat mudah larut
dalam lemak, hal ini karena bau hanya dapat mencapai rongga di puncak hidung
dengan cara mengikuti aliran udara.Kelarutan dalam lemak penting karena rambut
penciuman sendiri merupakan tonjolan dari membran sel penciuman, dan kita tahu
semua membran sel terutama terdiri dari senyawa lemak. Bila suatu zat yang
mengandung bau larut dalam membran rambut penciuman akan berubahlah potensial
membran dan menimbulkan impuls saraf dalam sel penciuman. Dalam kegiatan
parktikum ini digunakan minyak kayu putih yang merupakan zat yang mudah
menguap. Adapun kandungan minyak kayu putih itu snediri anatar lain
meliputi Eukaliptus 99,75 %, dan Fragrance Lavender oli sebesar 0,25 % .
Bahan aktif minyak kayu putih adalah eucalyptol ditambah dengan unsur-
unsur lain meliputi valeral dehyde, sequiterpene, pinocarveol, pinen, terpineol,
camphenglobulal, cineol, fenchen, dan butylaldehyde. Minyak kayu putih memiliki
dampak memanasi otot-otot. Hal ini juga mengandung sifat antiseptik, antivirus, dan
sifat anti bakteri yang kuat. Minyak kayu putih juga membantu dalam mengurangi
batukdan demam, membantu menurunkan kadar gula darah, dan juga sebagai obat
diuretik.

Kemudian untuk indera pengecap yang pada praktikum kali ini dilakukan uji
penentuan kecermatan indera pengecapan subjek uji denagn menggunakan aneka
bahan uji seperti larutan garam, larutan gula, larutan asam, larutan pahit dan larutan
pedas. Uji kali ini juga menentukan daerah peneybaran reseptor dari ke-lima sensasi
kecap primer berdasarkan kepekaan tertingg terhadap bahan yang bersangkuatn.
Dari hasil kegiatan parktikum didapatkan hasil bahwa pada saat pemberian larutan
gula indera pengecap bagian ujung, tepi depan, tepi belakang mampu merasakan
mais kecuali pangkal lidah. Kemudian pada pemberian larutan asin lidah bagian
ujung, tepi depan, tepi belakang mampu merasakan asin kecuali pangkal. Pada
larutan asam,kesemua bagian lidah mampu merasakan asam. Pada larutan pahit
ujung lidah, tepi depaan, tepi belakang mampu merasakan pahit kecuali pangkal
lidah. Dan pada larutan pedas kesemua bagian lidah mampu meraskannya.

Lidah sebagian besar terdiri atas 2 kelompok otot yaitu otot intrinsik dan otot
ekstrinsik. Otot intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, sementara otot
ekstrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan
gerakan-gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah
mengaduk makanan, menekannya pada langit-langit, dan gigi dan akhirnya
mendorongnya masuk farinks. Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh
darah dan urat saraf masuk dan keluar pada akarnya. Bagian-bagian lidah terdiri atas
pangkal lidah (radiks lingua), punggung lidah (dorsum lingua) dan ujung lidah (apeks
lingua). Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi bawah, sementara
dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian atas lidah. Apabila lidah
digulung ke belakang, maka tampaklah permukaan bawahnya yang disebut frenulum
linguae, sebuah struktur ligamen halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada
dasar mulut. Bagian anterior lidah bebas tidak terkait. Bila dijulurkan, maka ujung
lidah meruncing, dan bila terletak tenang di dasar mulut, maka ujung lidah berbentuk
bulat lonjong.

Pengecapan dirasakan oleh adanya reseptor pengecap yang disebut sel-sel


pengecap. Reseptor pengecap ini secara konstan memberi informasi mengenai
sifatsifat zat yang masuk ke mulut pada waktu makan. Reseptor pengecap disebut
juga puting pengecap. Puting pengecap ini terdapat pada papilla pada lidah. Pada
manusia jumlahnya kira-kira 2000 buah. Puting pengecap terdiri dari sel-sel reseptor
pengecap berbentuk epiteloid, tersusun mengelilingi pori dalam membran mukosa
mulut. Dari permukaan setiap sel pengecap muncul tonjolan-tonjolan sangat halus
seperti rambut disebut mikrovili, yang panjangnya beberapa mikron menembus pori
masuk ke dalam rongga mulut. Mikrovili inilah yang mendeteksi bermacam-macam
rasa.Diantara sel-sel pengecap dari tiap puting pengecap, dan juga di dalam lekukan-
lekukan membran sel terdapat jalinan saraf pengecap yang terdiri dari dua atau tiga
serabut.

Saraf ini meneruskan impuls dari sel-sel pengecap. Sebelum suatu zat dapat
dirasakan, zat itu harus dilarutkan terlebih dahulu dalam cairan mulut, dan kemudian
berdifusi ke dalam pori yang mengandung mikrovili. Zat-zat yang sangat mudah larut
dan sangat mudah berdifusi seperti garam misalnya, atau senyawa bermolekul kecil
biasanya menimbulkan derajat rasa kecap lebih tinggi daripada zat-zat yang lebih
sukar larut dan sukar berdifusi, seperti misalnya proteinprotein atau zat-zat lain yang
berukuran besar.

Taste buds mengandung sel reseptor kecap (gustatoris), terletak di dalam


epitel mulut (berlapis gepeng), terutama pada papilla, tetapi dapat juga dijumpai di
tempat lain dalam rongga mulut, palatum, dan epiglotis (Roland 1996). Taste buds
memiliki beberapa tipe reseptor rasa, setiap tipe ini akan mendeteksi satu jenis rasa
dari 5 rasa dasar yaitu, asam, asin, manis, pahit, dan umami. Seluruh rasa ini dapat
dirasakan oleh seluruh permukaan lidah, tetapi satu jenis rasa akan lebih sensitif pada
daerah tertentu (Jacewicz 2008). Senyawa tersebut akan terikat
reseptor pada permukaan sel rasa yang digandeng dengan molekul Gprotein.
Dinamakan G-protein karena untuk aktivitasnya protein ini diatur oleh Guanin
Trifosfat (Irianto 2012). Beberapa jenis zat kimia yang menyebabkan rasa ini meliputi
gula, glikol, alkohol, aldehida, keton, amida, ester, asam amino, asam sulfonat, asam
halogen, dan garam anorganik dari timah hitam dan berilium.Hampir semua zat yang
menyebabkan rasa manis merupakan zat kimia organik, satu-satunya zat anorganik
yang menimbulkan rasa manis merupakan garam-garam tertentu dari timah hitam dan
berillium (Guyton 2009). Ujung saraf pengecap berada di taste buds pada seluruh
permukaan lidah. Dengan demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam saliva akan
mengadakan kontak dan merangsang ujung-ujung serabut saraf pengecap kemudian
timbul impuls yang akan menjalar ke nervus facial (VII) dan nervus
glossopharyngeal (IX). Impuls dari daerah lain selain lidah berjalan melalui nervus
vagus (X). Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk
ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa sinyal dan bertemu
dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls
diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar ke
thalamus dan sebagai hasilnya kita dapat mengecap makanan yang masuk ke dalam
mulut kita.Tiap rasa utama tersebut tidak mutlak sebagai proses spesifik, artinya rasa
oleh masing-masing ion atau molekul zat tersebut dapat bereaksi pada saat yang
berlainan dengan setiap epitel neuron ujung serabut syaraf pengecapan. Jadi setiap
taste buds dapat bereaksi untuk semua rasa walau dengan intensitas berbeda.

Pada Rasa Asam Ion hidrogen dalam larutan dapat menyebabkan sensasi rasa
asam.Ion ini bereaksi terhadap sel rasa dalam tiga cara yaitu, dapat masuk ke
dalam sel secara langsung, memblokir kanal ion kalium pada mikrovili,
dan mengikat kanal bukaan di mikrovili, sehingga ion-ion positif dapat
masuk dalam sel rasa. Muatan positif ini akan berakumulasi dan
mendorong terjadinya depolarisasi yang dapat melepaskan neurotransmiter dan
menyalurkan sinyal ke otak (Irianto 2012).
Pada rasa asin garam dapur atau Natrium Klorida (NaCl) Ion natrium masuk
melalui kanal ion pada mikrovili bagian apikal, atau lewat kanal pada
basolateral (sisi) sel rasa, hal inilah yang akan membangunkan sel rasa
tersebut (Irianto 2012). Kualitas rasa asin sedikit berbeda dari satu garam
dengan garam lainnya karena beberapa jenis garam juga mengeluarkan
rasa lain di samping rasa asin (Guyton 2009).

Pada rasa pahit terdapat embagian kelas zat yang sering menyebabkan rasa
pahit adalah zat organik rantai panjang yang berisi nitrogen dan alkaloid yang terdiri
dari banyak obat yang digunakan dalam kedokteran seperti kuinin, kafein,
strikmin, dan nikotin (Irianto 2012), misalnya kuinin, zat ini bereaksi
melalui G-protein bersama reseptor dan second messenger. Namun, hanya
second messenger yang mampu mendorong pelepasan ion kalsium dari
retikulum endoplasma. Depolarisasi pun terjadi akibat terakumulasinya
ion kalsium, dan terjadi juga pelepasan neurotransmiter (Guyton 2009).

Papila pada lidah sangat berperan dalam proses pengecapan .Papilla filiformis
terdapat di atas seluruh permukaan lidah, umumnya tersusun dalam barisan barisan
sejajar dengan sulkus terminalis (Jacob 2010). Papilla fungifornis letaknya tersebar di
antara deretan papilla filiformis, dan jumlahnya makin banyak ke arah ujung lidah,
bentuknya seperti jamur dengan tangkai pendek, dan bagian atas yang lebih lebar.
Sebuah penelitian di China mengungkapkan bahwa adanya hubungan antara
kepadatan papilla fungiform dengan pemeriksaan rasa manis menggunakan larutan
sukrosa pada pria dewasa muda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa anatomi papilla
sangat erat hubungannya dengan ambang sensitivitas rasa khususnya pada papilla
fungiformis (Zhang Gen-H et al. 2008). Papilla sirkumvalata (vallum = dinding) pada
manusia jumlahnya hanya 10 sampai 14, dan letaknya di sepajang sulkus terminalis.
Papilla ini sensitif terhadap rasa asam dan pahit di 1/3 posterior lidah yang diinervasi
oleh nervus glossopharyngeal (IX) (Jacob 2010). Pipila foliata terletak pada bagian
samping dan belakang lidah, berbentuk lipatan-lipatan mirip daun, dengan taste buds
di dalam epitel lekukan yang terdapat di lipatan. Sensitivitas papila ini lebih dominan
terhadap rasa asam yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX) (Jacob 2010).

Hasil praktikum hubungan indera pengecap dengan indera pembau


menunjukkan adanya pengaruh diantara keduanya. Rasa merupakan sensasi yang
diterima oleh rongga mulut, sedangkan aroma adalah sensasi dari senyawa volatil
yang diterima oleh rongga hidung (Taylor, 2002). Interaksi antara rasa dan aroma
lebih pada memodifikasi intensitas rasa yang diterima dengan adanya keberadaan
aroma atau bau tertentu. Keberadaan aroma suatu bahan memicu sensasi akan rasa
bahan tersebut. Indera pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan
bau dari makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima
oleh reseptor olfaktori. Keadaan ini akan terganggu pada saat kita sedang sakit pilek,
dimana hubungan antara rongga hidung dan rongga mulut terganggu, sehingga uap
bahan makanan dari mulut tidak dapat mencapai rongga hidung dan makanan seakan-
akan kehilangan rasanya (Isnaeni,2006).Hal ini dibuktikan bahwa hasil kepekaan
akan rasa bahan pada saat hidung praktikan ditutup lebih rendah dibandingkan saat
hidung praktikan dibuka. Hal ini didukung oleh penelitian Taylor (2002) dengan
menggunakan aroma peach dapat meningkatkan konsentrasi aroma peach dan durasi
sensasinya. Menurut Valentin et al (2006) terdapat beberapa faktor fisik seperti
temperatur, warna, tekstur, suara dan iritasi berpengaruh terhadap interaksi antara
indera pembau dengan pengecap.
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan praktikum indera pembau ,pengecap dan keterkaitan
keduanya pada mamalia dapat disimpulkan :
a. Rangsangan bau mempeengaruhi kepekaan seseorang.Pada indera pembau
digunakan minyak kayu putih yang mana praktikan dapat peka terhadap minyak
kayu putih dengan indeks (+++) pada posisi minyak di bawah hidung dan indeks
(++) pada minyak kayu putih di depan hidung ,dengan rata-rata OFT sebesar 15,3
dan ORT 15,5
b. Praktikan pada kecermatan pengecapan dengan beberapa bahan dapat
membedakan dengan cermat.Ujung lidah dapat merasakan rasa asin,manis,asam
,pahit ,pedas.Sedangkan pangkal lidah hanya dapat merasakan pahit.
c. Pengujian pada hidung tertutp ,praktikan kurang dapat merasakn bahan uji secara
optimal,sebaliknya saat uji dengan hidung terbuka praktikan merasakn bahan uji
dengan optimal.
I. Diskusi
a. Diantara bahan-bahan yang ada, bau apa yang lebih merangsang praktikan,
jelaskan mengapa?
Jawab : Bau dari minyak menthol. Hal ini dikarenakan adanya kandungan
menthol sebanyak 20% berdasarkan komposisi minyak menthol (fresh care)
yang digunakan. Salah satu fungsi menthol sebagai diaforetik (menghangatkan
dan menginduksi keringat) sehingga dapat merangsang indra pembau
praktikan secara cepat.
b. Sebutkan bagian lidah yang paling peka terhadap perasa primer dengan peta
rasa.
Jawab : Bagian lidah yang paling peka terhadap perasa primer dengan peta
rasa yaitu manis , asin , asam dan pahit (8).
c. Apakah ada hubungan antara indera pembau dengan indera pengecap?
Jelaskan mengapa?
Jawab : Terdapat hubungan antara indera pembau dengan indera pengecap.
Interaksi antara rasa dan aroma lebih pada memodifikasi intensitas rasa yang
diterima dengan adanya keberadaan aroma atau bau tertentu. Keberadaan
aroma suatu bahan memicu sensasi akan rasa bahan tersebut. Hal ini
dibuktikan bahwa hasil kepekaan akan rasa bahan pada saat hidung praktikan
ditutup lebih rendah dibandingkan saat hidung praktikan dibuka.

J. Daftar Pustaka

C.Roland .(1996). Petunjuk Modern Kepada Kesehatan. Bandung,


Indonesia Publishing House.

http://eprints.upnjatim.ac.id/47/1/58C9Fd01.pdf (Diakses pada tanggal 26 Maret


2017,pukul 13.02 WIB)

http://elisa.ugm.ac.id/user/.../54db24054fbe39c7034cefddf93bbf71 Diakses pada


tanggal 26 Maret 2017,pukul 13.02 WIB)

https://fri3ta.files.wordpress.com/2010/06/hidung.pdf (Diakses pada tanggal 26 Maret


2017,pukul 14.00 WIB)

https://vartikel.com/19296/kandungan-minyak-kayu-putih-cara-menggunakan-dengan-
tepat (Diakses pada tanggal 26 Maret 2017,pukul 14.00 WIB)

http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/dentino/article/.../566/479. (Diakses pada


tanggal 26 Maret 2017,pukul 14.00 WIB)

http://unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/1.Cover_.pdf(Diakses pada
tanggal 26 Maret 2017,pukul 14.00 WIB)

Irianato (2002). Human Anatomy and Physiology Laboratory Texbook,., USA :


Whittier Publications Inc.

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.


Jacob. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Alihbahasa Widjayakusumah,
Djauhari M. et al. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Khumairoh, Siti Nur. 2014. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Laporan Praktikum. IAIN
Walisongo. Semarang.

Marya, (2002). Human Anatomy and Physiology with Interactive Physiology 10-
System Suite, 8th Edition. Pearson Education, Inc., publishing as Benjamin
Cummings

Valentin, D., C. Chrea and D.H. Nguyen. 2006. Taste-odour Interactions in Sweet Taste
Perception. In W.J. Spillane (ed). England: Woodhead Publishing Limited.

www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../4/Chapter%20II.pdf (Diakses pada


tanggal 27 Maret 2017,pukul 13.40 WIB)

www. journal.unair.ac.id/download-fullpapers-perbedaan%20persepsi%2(Diakses pada


tanggal 27 Maret 2017,pukul 14.00 WIB)

Zhang Gen-H et al.. 2008. Biology the World of Life. Sixth Ed. USA, Harper Collins
Publisher Inc.
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN

Indera Pembau, Pengecap, dan Keterkaitan Keduanya pada Mamalia

Pelaksanaan :Jumat ,24 Maret 2017


Dosen : Dr. Raharjo, M.Si.
Dra. Nur Kuswanti, M.Sc.St.
Nur Qomariyah, S.Pd., M.Si.
Erlix Rakhmad Purnama, M.Si.

Kelompok 3
1.Rizki Dwi Putri (15030244006)
2.Tyagita Nurina Nafi (15030244015)
3. Juni Rahayu (15030244016)
4.Dain Puspita (15030244042)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
TAHUN 2017

Anda mungkin juga menyukai