Anda di halaman 1dari 13

Inductively Coupled Plasma (ICP)

Oktober 13, 2011

Pendahuluan

Inductively Coupled Plasma (ICP) adalah sebuah teknik analisis yang digunakan untuk
deteksi dari trace metals dalam sampel lingkungan pada umumnya. Prinsip utama ICP dalam
penentuan elemen adalah pengatomisasian elemen sehingga memancarkan cahaya panjang
gelombang tertentu yang kemudian dapat diukur. Teknologi dengan metode ICP yang
digunakan pertama kali pada awal tahun 1960 dengan tujuan meningkatkan pekembangan
teknik analisis.

Sejak itu, ICP telah disempurnakan dan digunakan bersama-sama dengan prosedur preparasi
sampel untuk beragam matriks untuk analisis kuantitatif. Berikut adalah penjelasan
komponen, fungsi, cara kerja hingga menghasilkan data dari instrumentasi ICP dan
aplikasinya dalam analisis sampel lingkungan

ICP-Optical Emission Spectrophotometer

Prinsip Kerja dan Komponen ICP-OES

Perangkat keras ICP OES yang utama adalah plasma, dengan bantuan gas akan
mengatomisasi elemen dari energy ground state ke eksitasi state sambil memancarkan energy
cahaya hv.

Proses ini terjadi oleh Plasma yang dilengkapi dengan tabung konsentris yang disebut torch,
paling sering dibuat dari silika. Torch ini terletak di dalam water-cooled coil of a radio
frequency (r.f.) generator. Gas yang mengalir ke dalam Torch, r.f. diaktifkan dan gas di coil
region menghasilkan electrically conductive.

Pembentukan induksi plasma sangat bergantung pada kekuatan magnetic field dan pola yang
mengikuti aliran gas. Perawatan plasma biasanya dengan inductive heating dari gas mengalir.
Induksi dari magnetic field yang yang menghasilkan frekuensi tinggi annular arus listrik di
dalam konduktor. Yang mengakibatkan pemanasan dari konduktor akibat dari ohmic
resistance.

Untuk mencegah kemungkinan short-circuiting serta meltdown, plasma harus diisolasi dari
lingkungan instrumen. Isolasi dapat dilakukan dengan aliran gas-gas melalui sistem. Tiga
aliran gas melalui sistem outer gas, intermediate gas, dan inner atau carrier gas. outer gas
biasanya gas Argon atau Nitrogen. Outer gas berfungsi untuk mempertahankan plasma,
menjaga posisi plasma, dan osilasi panas plasma dari luar torch. Argon umumnya digunakan
untuk intermediate gas dan inner atau carrier gas. Fungsi carrier gas adalah untuk membawa
sampel ke plasma.

ICP OES terdiri dari komponen berikut:

sampel introduction system (nebulizer)

ICP torch

High frequency generator

Transfer optics and spectrometer

Computer interface

Sampel yang akan dianalisis harus dalam larutan. Untuk sampel padatan diperlukan preparasi
sampel dengan proses digestion pada umumnya dengan acid digestion. Nebulizer berfungsi
untuk mengubah larutan sampel menjadi erosol. Cahaya emisi oleh atom suatu unsur pada
ICP harus dikonversi ke suatu sinyal listrik yang dapat diukur banyaknya. Hal ini diperoleh
dengan mengubah cahaya tersebut ke dalam komponen radiasi (hampir selalu dengan cara
difraksi kisi) dan kemudian mengukur intensitas cahaya dengan photomultiplier tube pada
panjang gelombang spesifik untuk setiap elemen. Cahaya emitted oleh atom atau ions dalam
ICP dikonversikan ke sinyal listrik oleh photomultiplier dalam spectrometer. Intensitas dari
sinyal dibandingkan intensitas standard yang diketahui konsentrasinya yang telah diukur
sebelumnya. Beberapa elemen memiliki lebih dari satu wavelengths spesifik dalam spektrum
yang dapat digunakan untuk analisis. Dengan demikian, pilihan wavelength yang paling
sesuai sangat mempengaruhi akurasi.

Kelebihan dan Kekurangan ICP-OES

Keuntungan dari ICP dengan kemampuan mengidentifikasi dan mengukur semua elemen
yang diukur dengan bersamaan, ICP cocok untuk mengukur semua konsentrasi elemen dari
ultratrace sampai ke tingkat komponen utama, batas deteksi pada umumnya rendah untuk
sebagian besar elemen khas dengan rentang dari 1 100 mg / L. ICP menyelesaikan
pembacaan berbagai elemen yang dianalisis dapat dilakukan dalam jangka waktu yang
singkat yaitu 30 detik dan hanya menggunakan 5 ml sampel. Walaupun secara teori, semua
unsur kecuali Argon dapat ditentukan menggunakan ICP,namun beberapa unsur tidak stabil
memerlukan fasilitas khusus untuk menanganinya. Selain itu, ICP memiliki kesulitan
menangani analisis senyawa halogens, optik khusus untuk transmisi wavelengths sangat
singkat sangat diperlukan.
Aplikasi OES

ICP dapat digunakan dalam analisis kuantitatif untuk jenis sampel bahan-bahan alam seperti
batu, mineral, tanah, endapan udara, air, dan jaringan tanaman dan hewan, mineralogi,
pertanian, kehutanan, peternakan, kimia ekologi, ilmu lingkungan dan industri makanan,
termasuk pemurnian dan distribusi anlisa elemen air yang tidak mudah dikenali oleh AAS
seperti Sulfur, boraks, fosfor, Titanium, dan Zirconium

ICP Mass Spectrometry

Prinsip Kerja dan Komponen ICP-MS

Efisiensi dari ICP dalam memproduksi singly-charged positive ions bagi sebagian besar
elemen menjadikannya sumber yang efektif untuk ionisasi spectrometry massa. ICP-
spectrometry massa memiliki kemampuan untuk membedakan antara massa dari berbagai
isotopes elemen yang mana lebih dari satu isotop stabil terjadi.

Proses yang terjadi pada alat spectrometer massa

Atom dapat dibelokkan dalam sebuah medan magnet (dengan anggapan atom tersebut diubah
menjadi ion terlebih dahulu). Karena partikel-partikel bermuatan listrik dibelokkan dalam
medan magnet dan partikel-partikel yang tidak bermuatan (netral) tidak dibelokkan.

Urutannya adalah sebagai berikut:

Tahap pertama : Ionisasi

Atom di-ionisasi dengan mengambil satu atau lebih elektron dari atom tersebut supaya
terbentuk ion positif. Ini juga berlaku untuk unsur-unsur yang biasanya membentuk ion-ion
negatif (sebagai contoh, klor) atau unsur-unsur yang tidak pernah membentuk ion (sebagai
contoh, argon). spektrometer massa ini selalu bekerja hanya dengan ion positif.

Tahap kedua : Percepatan

Ion-ion tersebut dipercepat supaya semuanya mempunyai energi kinetik yang sama.

Tahap ketiga : Pembelokan

Ion-ion tersebut dibelokkan dengan menggunakan medan magnet, pembelokan yang terjadi
tergantung pada massa ion tersebut. Semakin ringan massanya, akan semakin dibelokan.
Besarnya pembelokannya juga tergantung pada besar muatan positif ion tersebut. Dengan
kata lain, semakin banyak elektron yang ediambilf pada tahap 1, semakin besar muatan ion
tersebut, pembelokan yang terjadi akan semakin besar.

Tahap keempat : Pendeteksian

Sinar-sinar ion yang melintas dalam mesin tersebut dideteksi dengan secara elekt

Penjelasan tentang apa yang terjadi


Keadaan hampa udara

Penting bagi ion-ion yang telah dibuat dalam ruang ionisasi untuk dapat bergerak lurus dalam
mesin tanpa bertabrakan dengan molekul2 udara.

Ionisasi

Sampel yang berbentuk gas (vaporised sampel) masuk ke dalam ruang ionisasi. Kumparan
metal yang dipanaskan dengan menggunakan listrik melepaskan elektron-elektron yang ada
pada sampel dan elektron-elektron lepas itu menempel pada perangkap elektron (electron
trap) yang mempunyai muatan positif.

Partikel-partikel dalam sampel tersebut (atom atau molekul) dihantam oleh banyak sekali
elektron-elektron, dan beberapa dari tumbukan tersebut mempunyai energi cukup untuk
melepaskan satu atau lebih elektron dari sampel tersebut sehingga sampel tersebut menjadi
ion positif.

Kebanyakan ion-ion positif yang terbentuk itu mempunyai muatan +1 karena akan jauh lebih
sulit untuk memindahkan elektron lagi dari sampel yang sudah menjadi ion positif.

Ion-ion positif yang terbentuk ini ediajak keluarf dan masuk ke bagian mesin yang
merupakan sebuah lempengan metal yang bermuatan positif (Ion repellel).

Tambahan: Seperti yang anda akan lihat sebentar lagi, seluruh ruang ionisasi ini dilakukan
dengan menggunakan tegangan listrik positif yang besar (10.000 V). Ketika kita berbicara
tentang kedua lempengan bermuatan positif, berarti lempengan tersebut mempunyai muatan
lebih dari 10.000 V.

Percepatan

Ion-ion positif yang ditolak dari ruang ionisasi yang sangat positif itu akan melewati 3 celah,
dimana celah terakhir itu bermuatan 0 V. Celah yang berada di tengah mempunyai voltase
menengah. Semua ion-ion tersebut dipercepat sampai menjadi sinar yang sangat terfokus.

Pembelokkan

Ion yang berbeda-beda akan dibelokkan secara berbeda pula oleh medan magnet. Besarnya
pembelokan yang dialami oleh sebuah ion tergantung pada:

* Massa ion tersebut.


Ion-ion yang bermassa ringan akan dibelokkan lebih daripada ion-ion yang bermassa berat.

* Muatan ion.
Ion yang mempunyai muatan +2 (atau lebih) akan dibelokkan lebih daripada ion-ion yang
bermuatan +1.

Dua faktor diatas digabungkan ke dalam Perbandingan Massa/Muatan. Perbandingan ini


mempunyai simbol m/z (atau m/e)
Sebagai contoh: Apabila sebuah ion mempunyai massa 28 dan bermuatan +1, maka
perbandingan massa/muatan ion tersebut adalah 28. Ion yang mempunyai massa 56 dan
bermuatan +2 juga mempunyai perbandingan massa/muatan yang sama yaitu 28.

Pada gambar diatas, sinar A mengalami pembelokkan yang paling besar, yang berarti sinar
tersebut terdiri dari ion-ion yang mempunyai perbandingan massa/muatan yang terkecil.
Sedangkan sinar C mengalami pembelokkan yang paling kecil, berarti ia terdiri dari ion-ion
yang mempunyai perbandingan massa/muatan yang paling besar.

Akan jauh lebih mudah untuk membahas masalah ini jika kita menganggap bahwa muatan
semua ion adalah +1. Hampir semua ion-ion yang lewat dalam spektrometer massa ini
bermuatan +1, sehingga besarnya perbandingan massa/muatannya akan sama dengan massa
ion tersebut.

Tambahan: Anda juga harus mengerti bahwa kemungkinan adanya ion bermuatan +2(atau
lebih), tetapi kebanyakan soal-soal akan memberikan spektrum massa dimana ion-ion nya
hanya bermuatan +1. Kecuali bila ada petunjuk dalam soal tersebut, anda bisa menganggap
bahwa ion yang sedang dibicarakan dalam soal tersebut adalah bermuatan +1

Jadi dengam menganggap semua ion bermuatan +1, maka sinar A terdiri dari ion yang paling
ringan, selanjutnya sinar B dan yang terdiri dari ion yang paling berat adalah sinar C. Ion-ion
yang ringan akan lebih dibelokkan daripada ion yang berat.

Pendeteksian

Pada gambar diatas, hanya sinar B yang bisa terus melaju sampai ke pendetektor ion. Ion-ion
lainnya bertubrukan dengan dinding dimana ion-ion akan menerima elektron dan
dinetralisasi. Pada akhirnya, ion-ion yang telah menjadi netral tersebut akan dipisahkan dari
spektrometer massa oleh pompa vakum.

Ketika sebuah ion menubruk kotak logam, maka ion tersebut akan dinetralisasi oleh elektron
yang pindah dari logam ke ion (gambar kanan). Hal ini akan menimbulkan ruang antara
elektron-elektron yang ada dalam logam tersebut, dan elektron-elektron yang berada dalam
kabel akan mengisi ruang tersebut.

Aliran elektron di dalam kabel itu dideteksi sebagai arus listrik yang bisa diperkuat dan
dicatat. Semakin banyak ion yang datang, semakin besat arus listrik yang timbul.

Mendeteksi ion-ion lainnya.

Bagaimana ion-ion lainnya dapat dideteksi padahal sinar A dan sinar B sudah tidak ada lagi
dalam mesin?

Ingat bahwa sinar A dibelokkan paling besar, berarti ia mempunyai nilai m/z yang paling
kecil(ion yang paling ringan bila bermuatan +1) Untuk membuat sinar ini sampai ke detektor
ion, anda perlu membelokkan sinar tersebut dengan menggunakan medan magnet yang lebih
kecil(gaya luar yang lebih kecil).
Untuk membuat ion-ion yang mempunyai nilai m/z yang besar(ion yang berat bila bermuatan
+1) sampai ke detektor ion, maka anda perlu membelokkannya dengan menggunakan medan
magnet yang lebih besar.

Dengan merubah besarnya medan magnet yang digunakan, maka anda bisa membawa semua
sinar yang ada secara bergantian ke detektor ion, dimana disana ion-ion tersebut akan
menimbulkan arus listrik dimana besarnya berbanding lurus dengan jumlah ion yang datang.
Massa dari semua ion yang dideteksi itu tergantung pada besarnya medan magnet yang
digunakan untuk membawa sinar tersebut ke detektor ion. Mesin ini dapat disesuaikan untuk
mencatat arus listrik (yang merupakan jumlah ion-ion) dengan m/z secara langsung. Massa
tersebut diukur dengan menggunakan skala 12C.

Tambahan: Skala 12C adalah skala dimana isotop 12C mempunyai berat tepat 12 unit.

Bagaimana bentuk output dari spektrometer massa

Hasil dari pencatat diagram disederhanakan menjadi diagram garis. Ini menunjukkan arus
listrik yang timbul oleh beragam ion yang mempunyai perbandingan m/z masing2.

Diagram garis Molybdenum (Mo) adalah sebagai berikut:

Garis tegak lurus itu menunjukkan besarnya arus listrik yang diterima oleh alat pencatat arus
yang berarti banyaknya ion datang ke detektor. Seperti yang anda bisa lihat dari diagram
diatas, ion yang paling banyak adalah ion yang mempunyai perbandingan m/z 98. Ion-ion
lainnya mempunyai perbandingan m/z 92,94,95,96,97 dan 100.

Ini berarti molybdenum mempunyai 7 macam isotop. Dengan menganggap bahwa semua ion
tersebut bermuatan +1 maka berarti massa dari ketujuh isotop tersebut adalah
92,94,95,96,97 ,98 dan 100.

Tambahan: Bila ada ion bermuatan +2 , maka anda akan tahu karena semua garis yang ada
pada diagram diatas akan mempunyai garis lain dengan besar 1/2 dari nilai m/z (karena,
sebagai contoh, 98/2=49). Garis-garis itu akan jauh lebih sedikit daripada garis ion +1 karena
kemungkinan terbentuknya ion +2 adalah jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan
kemungkinan terbentuknya ion +1

Kelebihan dan kekurangan ICP-MS

Yang paling penting dari keuntungan ICP-MS termasuk kemapuan pembacaan multi-element,
sensitivitas tinggi, dan kemungkinan untuk memperoleh informasi mengenai isotopic elemen
bisa ditentukan. Kekurangan pada ICP-MS site, isobaric adanya gangguan yang dihasilkan
oleh polyatomic yang timbul dari plasma gas dan udara yaitu isotopes dari Argon, oksigen,
nitrogen, dan hidrogen dapat menggabungkan diri atau bersama dengan unsur lainnya untuk
menghasilkan isobaric gangguan. ICP-MS tidak berguna dalam deteksi dari nonmetals.

Aplikasi ICP-MS dalam Kimia Lingkungan

Matriks sampel lingkungan, yang mungkin berisi konsentrasi rendah dan mengandung unsur
campur, sehingga pada sejarahnya ada kesulitan dalam menentukan analit dalam sampel yang
dianalisis. ICP-MS dikembangkan di tahun 1980-an dan telah digunakan dalam bidang
lingkungan karena sensitivitas yang tinggi dan kemampuan multi unsur. ICP-MS
menawarkan penetapan langsung dari beberapa elemen di tanah, seperti boraks, fosfor, dan
molybdenum, pada tingkat tidak dapat diakses oleh metode lain

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
A. PENDAHULUAN
Kimia analitik instrument adalah cabang ilmu yang berhubungan dengan
identifikasi atau penentuan komposisi dengan bantuan instrument (alat) khas.
Keuntungan analisis berlangsung cepat dengan sedikit pereaksi baik jenis
maupun
jumlahnya, dan kelemahannya bergabtung pada ketelitian alat. Spektroskopi
merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang spektrum
yang
dihasilkan oleh sebuah materi. Ilmu ini telah berkembang sejak abad ke-17.
Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya berdasarkan
cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh
materi
tersebut.
Berdasarkan materi yang dianalasis, spektroskopi dibedakan menjadi dua
yaitu spektroskopi atom untuk analisis atom dan spektroskopi molekul untuk
analisis.
Sedangkan berdasarkan prinsip kerjanya, spektroskopi dapat dibedakan menjadi
4
jenis yaitu spektroskopi absorbsi, spektroskopi scattering, spektroskopi
fluoresensi,
dan spektroskopi emisi. Spektroskopi yang akan dibahas pada makalah ini adalah
spektroskopi emisi, yaitu spektroskopi yang didasarkan pada energi yang
dipancarkan
oleh atom untuk berubah dari keadaan terksitasi ke keadaan dasar.
Salah satu jenis spektroskopi emisi adalah ICP (Inductively Coupled Plasma)
yaitu instrumen yang digunakan untuk menganalisis kadar unsur-unsur logam
dari
suatu sampel dengan memanfaatkan plasma untuk atomisasi. Plasma itu sendiri
adalah suatu elektrik netral, gas terionisasi tinggi yang terdiri dari ion, elektron,
dan
atom. ICP ada tiga jenis yaitu ICP-AES, ICP-AOS, dan ICP-MS. Adapun yang akan
dibahas dalam makalah ini yaitu ICP-AES, yaitu instrumen ICP yang digunakan
untuk menentukan kadar unsur logam dalam suatu sampel dengan
memanfaatkan
prinsip eksitasi elektron dalam atom, yaitu pemancaran gelombang dari keadaan
eksitasi ke keadaan dasar. Tujuan utama dari ICP adalah untuk mendapatkan
unsur-
unsur yang memancarkan karakteristik cahaya tertentu yang kemudian dapat
diukur.
B. PRINSIP KERJA DAN OPERASIONAL ICP-AES
ICP-AES digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif unsure lgam
dalam suatu sampel. Sampel diberikan suhu yang sangat tinggi dari plasma
argon
(hingga 10.000 K) yang memecah sampel menjadi atom-atom, kemudian
diionisasi
dan dieksitasikan. Ketika elektron yang sudah tereksitasi di dalam ion ini kembali
ke
tingkat energi yang lebih rendah, maka akan memancarkan cahaya. Panjang
gelombang yang dipancarkan oleh elemen tertentu berfungsi sebagai sidikjari
untuk
elemen itu. Dengan data panjang gelombang dan jumlah cahaya yang dihasilkan
kemudian bisa ditentukan elemen apa dan konsentrasinya.
Berikut adalah gambar skema sederhana dari ICP-AES.
Secara sederhana, pada ICP-AES sampel dilewatkan pada plasma sehingga
partikel-
partikel elektron pada atom akan mengalami eksitasi, dan pada saat kembali ke
keadaan awal, akan memancarkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu
yang
diproses oleh monokromator dan merubahnya menjadi satu garis spectrum
sehingga
melalui detektor bisa diketahui kandungan unsure logam dan kadarnya di dalam
sampel. Untuk lebih jelasnya, diuraikan dalam gambar berikut.
Sampel yang berbentuk larutan di dalam tempat sampel dipompakan ke dalam
nebulizer oleh pompa peristaltic. Pada nebulizer, digunakan aliran argon untuk
merubah larutan menjadi butir-butir cairan atau aerosol. Setelah nebulizer,
sampel
akan masuk ke spray chamber. Spray chamber berfungsi untuk
mentransportasikan
aerosol ke plasma. Pada spray ini, aerosol mengalami desolvasi atau volatisasi
yaitu
proses penghilangan pelarut sehingga didapatkan aerosol kering yang bentuknya
telah
seragam. Kemudian masuk ke daerah plasma untuk atomisasi.
Pada proses atomisasi, digunakan aliran argon sebagai sumber plasma. Selain
itu terdapat kumparan magnet yang terus berputar untuk menjaga nyala plasma.
Di
dekat plasma, terdapat RF Generator, yaitu alat yang menyediakan tegangan
(700-
1500 watt) untuk menyalakan plasma dengan argon sebagai sumber gasnya.
Tegangan ini ditransferkan ke plasma melalui load coil, yang mengelilingi puncak
dari obor. Dengan plasma, aerosol tadi diuraikan menjadi latom-atom logam,
dimana
elektron di dalam atom tersebut mengalami eksitasi ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Saat elektron mengalami perubahan dari keadaan tereksitasi ke keadaan
dasar,
maka akan terpancar cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Panjang
gelombang
ini merupakan sidik jari atau khas bagi setiap unsure logam. Cahaya ini
ditangkap
oleh monokromator dan akan diubah menjadi satu garis cahaya. Kemudian oleh
detektor akan diproses dan ditampilkan hasilnya pada display.
C. PERBANDINGAN ANTARA ICP-AES DENGAN AAS.
ICP merupakan salah satu contoh instrument untuk menganalisis atom, yaitu
untuk menentukan kadar unsure logam di dalam sampel. Fungsi ini hampir sama
dengan fungsi instrumen AAS. Keduanya juga mengalami atomisasi dan eksitasi
elektron. Berikut diberikan beberapa kesamaan AAS dengan ICP-AES. Oerbedaan
AAS dengan ICP_AES antara lain adalah:
1. Sama-sama merupakan instrument untuk analisis atom
2. Sama-sama berfungsi untuk menentukan kadar unsure logam dalam sampel
3. Sama-sama mengalami atomisasi dan eksitasi elektron
4. Sama-sama menggunakan nebulzer untuk merubah cairan menjadi aerosol
5. Sama-sama menggunakan data penjang gelombang dari cahaya yang
dihasilkan oleh atom
Adapun perbedaan AAS dengan ICP-AES adalah:
1. Pada AAS, proses atomisasi dibantu oleh nyala apa dengan pembakar
dari campuran bahan bakar dengan oksidan. Sedangkan pada ICP-AES,
digunakan plasma untuk atomisasi
2. Pada AAS, yang diukur adalah panjang gelombang cahaya yang
dipancarkan oleh atom karena energi dari keadaan dasar ke keadaan
tereksitasi. Sedangkan ICP AES seblaiknya, yaitu yang diukur adalah
panjang gelombang cahaya yang dipancarkan oleh atom karena energi dari
keadaan terkesitasi kembali ke keadan dasar.
3. AAS bekerja dengan prinsip absorbansi yaitu penyerapan cahaya oleh
sampel. Sedangkan ICP-AES menggunakan prinsip emisi yaitu dihasilkannya
energi dari pemancaran cahaya karena elektron yang berpindah dari keadaan
tereksitasi ke keadaan dasar.
D. KESIMPULAN

Inductively Coupled Plasma (ICP) merupakan instrumen yang digunakan

untuk menganalisis kadar unsur-unsur logam dari suatu sampel dengan


menggunakan metode spektorfotometer emisi yang memanfaatkan plasma
untuk atomisasi

ICP terdiri dari tempat sampel, pompa peristaltik, nebulizer, chamber, torch,

plasma, medan magnet, RF generator, difraksi kisi, dan fotomultiplayer.

ICP bekerja dengan cara memecah sampel menjadi atom-atom yang

terionisasi dan tereksitasi oleh plasma yang akan memancarkan cahaya


dengan panjang gelombang sehingga bisa ditentukan elemen-elemennya.
MAKALAH KIMIA INSTRUMEN OPERASIONAL INDUCTIVELY COUPLED PLASMA
ATOMIC EMISSION SPECTROPHOTOMETRY (ICP-AES)
A. PENDAHULUAN Kimia analitik instrument adalah cabang ilmu yang
berhubungan dengan identifikasi atau penentuan komposisi dengan bantuan
instrument (alat) khas. Keuntungan analisis berlangsung cepat dengan sedikit
pereaksi baik jenis maupun jumlahnya, dan kelemahannya bergabtung pada
ketelitian alat. Spektroskopi merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang
mempelajari tentang spektrum yang dihasilkan oleh sebuah materi. Ilmu ini telah
berkembang sejak abad ke-17. Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari
materi dan atributnya berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang
dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh materi tersebut. Berdasarkan materi
yang dianalasis, spektroskopi dibedakan menjadi dua yaitu spektroskopi atom
untuk analisis atom dan spektroskopi molekul untuk analisis. Sedangkan
berdasarkan prinsip kerjanya, spektroskopi dapat dibedakan menjadi 4 jenis
yaitu spektroskopi absorbsi, spektroskopi scattering, spektroskopi fluoresensi,
dan spektroskopi emisi. Spektroskopi yang akan dibahas pada makalah ini adalah
spektroskopi emisi, yaitu spektroskopi yang didasarkan pada energi yang
dipancarkan oleh atom untuk berubah dari keadaan terksitasi ke keadaan dasar.
Salah satu jenis spektroskopi emisi adalah ICP (Inductively Coupled Plasma) yaitu
instrumen yang digunakan untuk menganalisis kadar unsur-unsur logam dari
suatu sampel dengan memanfaatkan plasma untuk atomisasi. Plasma itu sendiri
adalah suatu elektrik netral, gas terionisasi tinggi yang terdiri dari ion, elektron,
dan atom. ICP ada tiga jenis yaitu ICP-AES, ICP-AOS, dan ICP-MS. Adapun yang
akan dibahas dalam makalah ini yaitu ICP-AES, yaitu instrumen ICP yang
digunakan untuk menentukan kadar unsur logam dalam suatu sampel dengan
memanfaatkan prinsip eksitasi elektron dalam atom, yaitu pemancaran
gelombang dari keadaan eksitasi ke keadaan dasar. Tujuan utama dari ICP adalah
untuk mendapatkan unsurunsur yang memancarkan karakteristik cahaya
tertentu yang kemudian dapat diukur.
B. PRINSIP KERJA DAN OPERASIONAL ICP-AES ICP-AES digunakan untuk analisis
kualitatif dan kuantitatif unsure lgam dalam suatu sampel. Sampel diberikan
suhu yang sangat tinggi dari plasma argon (hingga 10.000 K) yang memecah
sampel menjadi atom-atom, kemudian diionisasi dan dieksitasikan. Ketika
elektron yang sudah tereksitasi di dalam ion ini kembali ke tingkat energi yang
lebih rendah, maka akan memancarkan cahaya. Panjang gelombang yang
dipancarkan oleh elemen tertentu berfungsi sebagai sidikjari untuk elemen itu.
Dengan data panjang gelombang dan jumlah cahaya yang dihasilkan kemudian
bisa ditentukan elemen apa dan konsentrasinya. Berikut adalah gambar skema
sederhana dari ICP-AES. Secara sederhana, pada ICP-AES sampel dilewatkan
pada plasma sehingga partikelpartikel elektron pada atom akan mengalami
eksitasi, dan pada saat kembali ke keadaan awal, akan memancarkan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu yang diproses oleh monokromator dan
merubahnya menjadi satu garis spectrum sehingga melalui detektor bisa
diketahui kandungan unsure logam dan kadarnya di dalam sampel. Untuk lebih
jelasnya, diuraikan dalam gambar berikut.
Sampel yang berbentuk larutan di dalam tempat sampel dipompakan ke dalam
nebulizer oleh pompa peristaltic. Pada nebulizer, digunakan aliran argon untuk
merubah larutan menjadi butir-butir cairan atau aerosol. Setelah nebulizer,
sampel akan masuk ke spray chamber. Spray chamber berfungsi untuk
mentransportasikan aerosol ke plasma. Pada spray ini, aerosol mengalami
desolvasi atau volatisasi yaitu proses penghilangan pelarut sehingga didapatkan
aerosol kering yang bentuknya telah seragam. Kemudian masuk ke daerah
plasma untuk atomisasi. Pada proses atomisasi, digunakan aliran argon sebagai
sumber plasma. Selain itu terdapat kumparan magnet yang terus berputar untuk
menjaga nyala plasma. Di dekat plasma, terdapat RF Generator, yaitu alat yang
menyediakan tegangan (7001500 watt) untuk menyalakan plasma dengan argon
sebagai sumber gasnya. Tegangan ini ditransferkan ke plasma melalui load coil,
yang mengelilingi puncak dari obor. Dengan plasma, aerosol tadi diuraikan
menjadi latom-atom logam, dimana elektron di dalam atom tersebut mengalami
eksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Saat elektron mengalami perubahan
dari keadaan tereksitasi ke keadaan dasar, maka akan terpancar cahaya dengan
panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang ini merupakan sidik jari atau
khas bagi setiap unsure logam. Cahaya ini ditangkap oleh monokromator dan
akan diubah menjadi satu garis cahaya. Kemudian oleh detektor akan diproses
dan ditampilkan hasilnya pada display. C. PERBANDINGAN ANTARA ICP-AES
DENGAN AAS. ICP merupakan salah satu contoh instrument untuk menganalisis
atom, yaitu untuk menentukan kadar unsure logam di dalam sampel. Fungsi ini
hampir sama dengan fungsi instrumen AAS. Keduanya juga mengalami atomisasi
dan eksitasi elektron. Berikut diberikan beberapa kesamaan AAS dengan ICP-
AES. Oerbedaan AAS dengan ICP_AES antara lain adalah: 1. Sama-sama
merupakan instrument untuk analisis atom 2. Sama-sama berfungsi untuk
menentukan kadar unsure logam dalam sampel 3. Sama-sama mengalami
atomisasi dan eksitasi elektron 4. Sama-sama menggunakan nebulzer untuk
merubah cairan menjadi aerosol 5. Sama-sama menggunakan data penjang
gelombang dari cahaya yang dihasilkan oleh atom Adapun perbedaan AAS
dengan ICP-AES adalah: 1. Pada AAS, proses atomisasi dibantu oleh nyala apa
dengan pembakar dari campuran bahan bakar dengan oksidan. Sedangkan pada
ICP-AES, digunakan plasma untuk atomisasi 2. Pada AAS, yang diukur adalah
panjang gelombang cahaya yang dipancarkan oleh atom karena energi dari
keadaan dasar ke keadaan tereksitasi. Sedangkan ICP AES seblaiknya, yaitu
yang diukur adalah panjang gelombang cahaya yang dipancarkan oleh atom
karena energi dari keadaan terkesitasi kembali ke keadan dasar. 3. AAS bekerja
dengan prinsip absorbansi yaitu penyerapan cahaya oleh sampel. Sedangkan
ICP-AES menggunakan prinsip emisi yaitu dihasilkannya energi dari pemancaran
cahaya karena elektron yang berpindah dari keadaan tereksitasi ke keadaan
dasar.

D. KESIMPULAN Inductively Coupled Plasma (ICP) merupakan instrumen yang


digunakan untuk menganalisis kadar unsur-unsur logam dari suatu sampel
dengan menggunakan metode spektorfotometer emisi yang memanfaatkan
plasma untuk atomisasi ICP terdiri dari tempat sampel, pompa peristaltik,
nebulizer, chamber, torch, plasma, medan magnet, RF generator, difraksi kisi,
dan fotomultiplayer. ICP bekerja dengan cara memecah sampel menjadi atom-
atom yang terionisasi dan tereksitasi oleh plasma yang akan memancarkan
cahaya dengan panjang gelombang sehingga bisa ditentukan elemen-
elemennya.

Anda mungkin juga menyukai