disusun oleh :
Uba Umbara, M.Pd.,MM.
Evan Farhan Wahyu Puadi, M.Pd
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya, dunia matematika dengan dunia nyata itu terpisah. Dunia
matematika merupakan kumpulan dari ide-ide yang hanya bisa dipahami jika ide
tersebut disampaikan dengan symbol-simbol yang disepakati secara bersama,
mematuhi aturan-aturan logis yang terkonstruk secara hierarkis. Menurut Dienes
(dalam Hudoyo, 1988) dikatakan bahwa setiap konsep atau prinsip matematika dapat
dimengerti secara sempurna hanya jika pertama-tama disajikan kepada peserta didik
dalam bentuk-bentuk kongkret. Sehingga, peranan media/alat manipulative yang
dapat mengkomunikasikan ide matematika sangatlah penting.
Dalam pembelajran matematika di sekolah menangah pertama (SMP) yang
berumur 12 15 tahun pada dasarnya perkembangan intelektualnya termasuk dalam
tahap operasional kongkret, sebab berfikir logiknya didasarkan atas manipulasi fisik
dari obyek-obyek. Dengan kata lain penggunaan media / alat peraga dalam
pembelajaran matematika di SMP memang diperlukan, karena sesuai dengan tahap
berpikir anak. Dengan menggunakan media/alat peraga tersebut anak akan lebih
memudahkan dalam memahami konsep matematika secara nyata berdasarkan fakta
yang jelas dan dapat dilihatnya. Sehingga anak lebih mudah memahami topik yang
disajikan.
Oleh sebab itu perlu kiranya pada penulisan modul kali ini mahasiswa sebagai
calon pendidik di satuan pendidikan menengah dan atas, diberikan bekal alternatif
pembelajaran dengan memanfaatkan media/alat peraga yang mengaktifkan peserta
didik, agar pebelajaran bisa terlaksana sesuai tujuan yang diharapkan.
B. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiawa dapat memperoleh
tambahan wawasan tentang pemanfaatan dan pengembangan media/alat peraga untuk
meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas profesionalnya nanti sebagai
pembimbing peserta didik di sekolah.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi dalam modul ini meliputi sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN, membahas tentang: latar belakang penulisan,
tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, dan cara pemanfaatkan modul.
2. BAB II PENGENALAN DAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA
MATEMATIKA DI SMP, membahas tentang: pemanfaatan dan
pengembangan alat peraga matematika di SMP
3. BAB IV PENUTUPAN berisi rangkuman dan tes.
D. Pemanfaatan Modul
Modul ini dapat dimanfaatkan pada Perkuliahan Praktik Peraga Matematika
yang dibimbing oleh seorang dosen Pengampu matakuliah Praktik peraga
matematika sebagai fasilitator kegiatan. Akan lebih bermanfaat bila dilaksanakan
pemodelan dalam pertemuan tersebut, agar mahasiswa memperoleh gambaran yang
jelas dari alternatif pembelajaran penggunaan alat peraga yang dibahas.
Modul ini memerlukan waktu kurang lebih dua kali pertemuan dengan setiap
pertemuan empat kali 50 menit. Setiap selesai pertemuan diharapkan mahasiswa
mempelajari kembali topik yang telah dibahas (sebagai tugas mandiri), agar apa yang
telah dipelajari lebih dipahami secara utuh. Sebagai tugas terstruktur mahasiswa
dapat merancang analisis kebutuhan dan pengembangan alat peraga yang sangat
dibutuhkan untuk jenjang kelas yang diampunya dari bahan-bahan yang sederhana.
Pembahasan alat peraga pada modul ini dipilih yang belum digunakan pada modul
lain misalnya modul pengukuran dan geometri. Namun demikian masih ada pula
yang sebagaian terbahas secara bersamaan.
BAB II
PENGENALAN DAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA
Berikut ini adalah beberapa alat peraga matematika, yang bisa digunakan dalam
kegiatan pembelajaran.
Blok Al-Khawarizmi merupakan alat peraga untuk aljabar. Alat ini lebih populer
dengan nama Dienes AEM (Algebraic Experience Models) untuk membentuk
dan memfaktorkan persamaan kuadrat. Oleh tim KMK UHAMKA, alat ini
diperluas penggunaannya pada perkalian dua bilangan. Sehingga posisi alat
peraga ini dapat seperti posisi jari dalam jarimatika ataupun abacus dalam
sempoa.
x x2 x
(x + 1)
Sehingga x (x + 1) = x2 + x
2. (x + 2) (x + 2)
(x + 2)
x2 4x
(x + 2) 4
Sehingga (x + 2) (x + 2) = x2 + 4x + 4
3. (x + 2) (x + 3)
(x + 3)
x2 5x
6
(x + 2)
Sehingga (x + 2) (x + 3) = x2 + 5x + 6
1
x x 1
Pada kasus ini, awalnya selalu dipandang sebagai material yang luasnya
2
x . Kemudian akan dikeluarkan untuk konsep pengurangan, dan dimasukkan
untuk konsep penjumlahan. Sehingga di kepala kita, yang terkonsep adalah x2.
Dikeluarkan
4. x(x 2)
(x 2) Keterangan:
2x
Dikeluarkan material ukuran
luas x sebanyak 2, yaitu 2x,
berarti dikurangi 2x, atau (
x 2x)
Sehingga x(x 2) = x2 2x
5. (x 1)(x + 2) Dikeluar
(x 1)
x
(x + 2)
2 4
Keterangan:
Dikeluarkan sebuah material ukuran luas x, berarti ( x)
Dimasukkan material ukuran luas x sebanyak 2, yaitu 2x, berarti ditambah
2x, atau (+2x)
Dikeluarkan persegi satuan sebanyak 4, berarti ditambahkan 4, (+4)
Sehingga (x 1)(x + 2) = x2 x + 2x 4
= x2 + x 4
Dikeluarkan
6. (x 3)(x + 3)
(x 3) 3
(x + 3)
3
9
Dikeluarkan
7. (x 2)(x 3)
(x 3)
3x
(x 2)
2
6
Keterangan:
Dikeluarkan material ukuran luas x sebanyak 3, yaitu 3x, berarti dikurangi 3x,
atau ( 3x)
Dimasukkan persegi satuan sebanyak 6, berarti ditambahkan 6, (+6)
Dikeluarkan material ukuran luas x sebanyak 2, yaitu 2x, berarti dikurangi 2x,
atau ( 2x)
Sehingga (x 2)(x 3) = x2 2x 3x + 6
= x2 5x + 6
x 2 x
x 6 9
(x + 3)
Sehingga faktor dari x2 + 6x + 9 adalah (x + 3) dan (x + 3)
Jadi x2 + 6x + 9 = (x + 3)(x + 3)
(x + 4)
3. x2 + 6x + 8
(x + 2)
x2 6 8
4. 2x2 + 7x + 5
2x2 7 5
(2x + 5)
(x + 1)
Sehingga faktor dari 2x2 + 7x + 5 adalah (x + 1) dan (2x + 5). Jadi 2x2 + 7x + 5 = (x
+ 1)(2x + 5)
5. x2 + x 2
Dimasukkan
x x (x 1)
(x + 2)
Dikeluarkan
Keterangan:
Dikeluarkan persegi satuan sebanyak 2
Disusun kembali materialnya, sehingga membentuk persegipanjang yang
berukuran
(x 1) dan (x + 2)
Jadi x2 + x 2 = (x 1)(x + 2).
6. x2 9 x
9
Dikeluarkan Disusun kembali, sehingga membentuk persegi panjang
(x 3)
(x + 3)
Keterangan:
Dikeluarkan persegi satuan sebanyak 9
Disusun kembali materialnya, sehingga membentuk persegipanjang yang
berukuran
(x 3) dan (x + 3)
Jadi x2 9 = (x 3)(x + 3).
IV. Penggunaannya Pada Perkalian
11 11 41 41
(10 + 1)
= 100 + 20 + 1 = 1600 + 80
(40 + 1)
= 121 +1
= 1681
(10 + 1) (40 + 1)
21 21
= 400 + 40 + 1 91 91
= 441 = 8100 +
(20 + 1)
180 + 1
(90 + 1)
= 8281
(20 + 1)
(90 + 1)
12 12 52 52
= 100 + 40 = 2500 +
(10 + 2)
(50 + 2)
+4 200 + 4
= 144 = 2704
(10 + 2) (50 + 2)
12 14
= 100 + 60 + 8
= 168
(10 + 2)
(10 + 4)
72 74
= 4900 + 420 + 8
= 5328
(70 + 2)
(70 + 4)
Bagi anda, posisi blok Al-Khawarizmi ini dapat berada dalam ide (mental),
sehingga anda dapat dengan mudah melakukan perkalian bilangan dua digit.
Satu-satunya cara yang paling ampuh adalah berlatih secara terus-menerus. Tidak
ada kata berhenti belajar bagi pecandu matematika. Semoga kita memperkuat
barisan orang-orang yang menjadikan matematika mudah, asik dan
menyenangkan bagi orang lain. Mari mengembangkan pembelajaran matematika
kreatif dan inovatif.
Bahan Bacaan
Asyhadi, A. (2005). Pengenalan Laboratorium Matematika di Sekolah. IHT
Media Bagi Staf LPMP Pengelola Laboratorium Matematika Tanggal 5
s.d. 11 September 2005 di PPPG Matematika Yogyakarta.
Bell, F. H. (1978). Teaching and Learning Mathematics (the secondary
schools). USA: Wm. C. Brown Company Publisher.
Kelly, C. A. (2006). Using Manipulatives in Mathematical Problem Solving: A
Performance-Based Analysis.TMME, vol3, no.2, p.184-193 2006 The
Montana Council of Teachers of Mathematics.
Pantaleon, K.V. 2009. Keefektifan Penggunaan Alat Peraga dalam
Pembelajaran Matematika di SD. Tesis Program Pascasarjana UNY:
Tidak Diterbitkan.
Rohayati, A. (2010). Alat Peraga Pembelajaran Matematika. Makalah [Tersedia
Online]
Ruseffendi, ET. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan
CBSA. Bandung: Tarsito.
Sobel, MA. dan Maletsky, EM. (2004). Mengajar Matematika. Jakarta:
Erlangga.
Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika
(berparadigma Eksploratif dan Investigasi). Jakarta: Leuser Cita
Pustaka.
Wahidin. 2010. Pencapaian Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah
Matematik Siswa melalui Pembelajaran Berbantuan Alat Peraga. Tesis
UPI.
2. Bangun datar luasan, memahami bentuk-bentuk bangun datar dan sifat-
sifatnya
Untuk dapat menjelaskan luas suatu bangun segiempat maka haruslah kita
terlebih dahulu ketahui bentuk-bentuk bangun segiempat tersebut.
Dari empat jenis segiempat ini, kita dapat menghitung luasnya dengan
mengguanakan berbagai pendekatan. Salah satunya yaitu menggunakan pendekatan
luas segitiga.
Untuk memudahkan guru dalam menerangkan cara menghitung luas suatu
bangun segiempat dengan pendekatan luas bangun segitiga maka diperlukan
beberapa alat peraga, yaitu :
1. PAPAN GABUS
- Model i
Ambillah selembar kertas karton dan selembar
kertas berwarna, kemudian gambar sebuah
bangun belah ketupat pada kedua kertas tersebut
yang kongruen (sama)
Potonglah gambar bangun belah ketupat pada
masing-masing kertas tersebut sehingga
terbentuk bangun belah ketupat.
Tempelkan bangun belah ketupat yang terbuat
dari kertas berwana pada bagian atas bangun
belah ketupat yang terbuat dari kertas karton.
- Model ii
Gambarlah sebuah bangun belah ketupat yang
ukurannya sama dengan ukuran belah ketupat
model i, kemudian potonglah bangun belah
ketupat tersebut.
Tarik garis pada kedua diagonal bangun belah
ketupat tersebut, kemudian potonglah bangun
tersebut pada salah satu diagonalnya sehingga
terbentuk dua bangun segitiga yang ukurannya
sama.
Tempelkan kertas berwarna pada kedua bagian
bangun belah ketupat tersebut. Warna setiap
bagian belah ketupat tersebut harus berbeda.
Cara penggunaan
A. Indikator
Peserta didik dapat menemukan rumus luas bangun belah ketupat dengan
menggunakan pendekatan luas bangun segitiga.
B. Persyaratan yang harus dimilki oleh peserta didik
Memahami konsep luas segitiga
Memahami belah ketupat dan unsur-unsurnya.
C. Langkah-langkah penggunaan
Letakkan pada papan gabus kedua model bangun belah ketupat tersebut.
Dengan cara menghimpitkan kedua model tersebut, dapat ditunjukkan bahwa
kedua bangun tersebut kongruen.
Kemudian tunjukkan bahwa panjang diagonal pertama (diagonal yang lebih
panjang) adalah x dan panjang diagonal kedua (diagonal yang pendek)
adalah y
Ubahlah model bangun belah ketupat yang ke-ii menjadi dua buah bangun
segitiga.
- Model i
Ambillah sebuah kertas karton dan sebuah
kertas berwarna, kemudian gambar
sebuah bangun layang-layang pada
kedua kertas tersebut, ukuran kedua
bangun layang-layang tersebut harus
sama.
Potonglah gambar bangun layang-layang
pada masing-masing kertas tersebut
sehingga terbentuk bangun layang-
layang.
Cara penggunaan
A. Indikator
Peserta didik dapat menemukan rumus luas bangun layang-layang dengan
menggunakan pendekatan luas bangun segitiga.
B. Persyaratan yang harus dimilki oleh peserta didik
- Memahami konsep luas segitiga
- Memahami layang-layang dan unsur-unsurnya.
C. Langkah-langkah penggunaan
Letakkan pada papan gabus kedua model bangun layang-layang tersebut.
Dengan cara menghimpitkan kedua model tersebut, ditunjukkan bahwa
kedua bangun tersebut kongruen.
Kemudian tunjukkan bahwa panjang diagonal pertama (datar) adalah x dan
panjang diagonal kedua (tegak) adalah y
Ubahlah model bangun layang-layang yang ke-ii menjadi dua buah bangun
segitiga.
Model i
Ambillah sebuah kertas karton dan sebuah
kertas berwarna, kemudian gambar sebuah
bangun trapesium pada kedua kertas
tersebut, ukuran kedua bangun trapesium
tersebut harus sama.
Potonglah gambar bangun trapesium pada
masing-masing kertas tersebut sehingga
terbentuk bangun trapesium.
Tempelkan bangun trapesium yang terbuat
dari kertas berwana pada bagian atas
bangun trapesium yang terbuat dari kertas
karton.
Model ii
Gambarlah sebuah trapesium yang ukurannya
sama dengan ukuran trapesium model i,
kemudian potonglah bangun trapesium
tersebut.
Tarik garis pada salah satu diagonal bangun
trapesium tersebut, kemudian potonglah
sehingga terbentuk dua bangun segitiga.
Segitiga yang lancip kita sebut segitiga a
dan segitiga yang tumpul kita sebut segitiga
b.
Cara penggunaan
A Indikator
Peserta didik dapat menemukan rumus luas bangun trapesium dengan menggunakan
pendekatan luas bangun segitiga.
B Persyaratan yang harus dimilki oleh peserta didik
- Memahami konsep luas segitiga
- Memahami trapesium dan unsur-unsurnya.
C Langkah-langkah penggunaan
- Letakkan pada papan gabus kedua model bangun trapesium tersebut.
- Dengan cara menghimpitkan kedua model tersebut, ditunjukkan bahwa kedua bangun
tersebut kongruen.
- Ubahlah model bangun trapesium yang ke-ii menjadi dua buah bangun segitiga.
- Kemudian tunjukkan bahwa panjang alas segitiga a adalah x dan panjang alas segitiga
b adalah y serta tinggi kedua bangun segitiga tersebut adalah t.
- Kemudian tentukan luas segitiga a dan segitiga b
L segitiga a = alas x tinggi
=x.t
L segitiga b = alas x tinggi
=y.t
- Luas trapesium adalah jumlah luas segitiga a dan segitiga b
Luas trapesium = L segitiga a + L segitiga b
=x.t+y.t
=(x+y).t
= x jumlah panjang sisi sejajar x tinggi
c. Aturan main
i. Terdapat 3 tiang pada papan. Kita asumsikan tiang sebelah kanan sebagai
tiang asal, tiang tengah sebagai tiang singgah dan tiang sebelah kiri
sebagai tiang tujuan
ii. Semua cakram ditumpuk pada tiang asal dan harus dipindahkan ke taing
tujuan dengan susunan seperti semula dan diperbolehkan memindahkan
ke tiang singgah sebagai bantuan
iii. Hanya satu cakram yang boleh dipindahkan dalam satu waktu
iv. Setiap perpindahan berupa pengambilan cakram teratas dari satu tiang dan
memasukkannya ke tiang lain, diatas cakram lain yang mungkin sudah ada
di tiang tersebut.
v. Tidak boleh meletakan cakram diatas cakram lain yang lebih kecil.
vi. Percobaan dapat dimulai dari 1 buah cakram, 2 buah cakram, 3 buah
cakram, dan 4 buah cakram.
vii. Setiam pemindahan cati cakram dari satu tiang ke tiang yang lain
diperhitungkan sebagai satu langkah perpindahan.
viii. Total pemidahan adalah banyaknya pemindahan minimal.