Sarcoma Synovial
Sarcoma Synovial
Oleh:
Pembimbing:
PENDAHULUAN
Synovial Sarcoma adalah salah satu kelainan dimana suatu kondisi serius
terdapat dijaringan lunak biasanya paling sering terjadi di dekat lutut, tetapi juga
hasil studi telah dikaitkan dengan genetik. Sinovial sarkoma sering terjadi pada
remaja dan orang dewasa muda dan lebih banyak menyerang wanita daripada laki
laki. Tumor dapat menyebar ke daerah lain dari tubuh, terutama kelenjar getah
bening. Jaringan sinovial banyak ditemukan sekitar tendon atau serat penghubung
otot dengan tulang. Selain itu bisa juga ditemukan disekitar tulang sendi. Lokasi
yang terkena adalah bagian lutut dapat juga terdapat pada lengan siku.
Gejala sinovial sarkoma dapat berupa tumor muncul sebagai massa yang
Secara umum, tumor yang masih kecil dari orang-orang yang menderita
menjadi besar, tidak bisa diangkat melalui pembedahan karena telah menyebar ke
LAPORAN KASUS
2.2 ANAMNESA
- KELUHAN UTAMA
Sesak nafas
- ANAMNESA KHUSUS
Sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh sesak nafas
yang dirasakan memberat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit,
keluhan disertai batuk berdahak putih, kadang disertai darah, sebanyak 1-1/2
sendok. Terdapat keluhan demam tidak terlalu tinggi hilang timbul. Keluhan
batuk sudah dirasakan sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit, disertai
dengan penurunan berat badan, keringat malam (-), bunyi mengi (-), kontak
TB (-), rin TB (-), DOE (+), arthopnen (-).
Pemeriksaan Fisik
Mata : Konjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/-. PCH (-), SPO (-)
Leher : JVP 5+2 cm H2O, KGB tb
Thorax : bentuk, gerak simetris/BPH ks v detra
Pulmo : VBS, VF, VR smur, kiri=kanan, ronkhi -/-, wh -/-
Cor : cardi megali (+) s1s2 (+) s3 (-) s4 (-) MWMN (-)
Abdomen : dextra, lembut, hepar/lien tt, ps (-) pp (-), BN (+) N
Ekstremitas : edema -/-, post amputasi pedis dextra belum knee
2.7 DIAGNOSIS
- DIAGNOSIS KERJA
Sarcoma synovial a/r pedis dextra std IV pasca amputasi below knee
dengan metastase paru dengan paraneoplastik syndrome (leukosistosis,
hiponasemia)
HHD kompensata
1. HEMATOLOGI 18 Parameter
MCH 24.7 fL
MCHC 32.7
pg
%
Hitung Jenis Leukosit
Basofil
Kimia Klinik
3 Urine/Feses
Urine Rutin
Makroskopis Urine
Kimia Urine
Mikroskopis Urine
Sel Epitel 3
4 Kimia Klinik
Bentuk simetris
COR membesar
Sinuses dan diafragma normal
Pulmo:
Hili kabur tertutup perbercakan
Corakan bronkovaskuler sulit dinilai
Tidak tampak bercak lunak di kedua lapang paru
Kesan:
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1 Etiologi
3.1.2 Patofisiologi
Pasien datang dengan massa jaringan lunak. Nyeri hadir dalam ~ 50%.
Beberapa pasien memperlihatkan suatu massa. Mungkin pertumbuhan yang cepat
atau lambat. Pasien dapat mencatat bahwa adanya massa untuk waktu yang
singkat dan berkembang atau yang telah ada untuk waktu yang lama dengan
pertumbuhan sedikit atau tidak ada.
Gangguan mobilisasi atau pergerakan bisa juga terjadi pada pasien dengan
synovial sarcoma karena dengan adanya massa yang membesar di sekitar sendi
dan mendesak sendi, sangat memungkinkan penderita akan kesulitan untuk
menggerakkan sendi tersebut.
A. Anamnesis
a. Tumor primer:
Lokasi tumor
Ukuran tumor
b. Metastasis regional:
C. Pemeriksaan Penunjang
7. Biopsi
Sebaiknya dilakukan core biopsy atau tru cut biopsy dan lebih
dianjurkan untuk dilakukan biopsi terbuka, yaitu bila ukuran tumor < 3 cm
dilakukan biopsi eksisi dan bila > 3 cm dilakukan biopsi insisi.
F. Prosedur terapi
Risk-adapted treatment program for synovial sarcoma, European pediatric
Soft Tissue Sarcoma Study Group EpSSG, NRSTS 2005 protocol.
1. Ekstremitas
2. Visceral/ retroperitoneal
A. Ekstremitas
Untuk SJL ukuran < 5 cm dan gradasi rendah, tidak ada tindakan adjuvant
setelah tindakan eksisi luas.
Bila SJL ukuran > 5 cm dan. gradasi rendah, perlu ditambahkan
radioterapi eksterna sebagai terapi adjuvan. erlu ditambahkan
Perlu perhatian khusus untuk SJL yang tidak ada respon terhadap
radioterapi atau khemoterapi dapat dipertimbangkan tindakan amputasi.
Bila SJL telah menginfiltrasi ginjal dan dari tes fungsi ginjal diketahui
ginjal kontralateral dalam kondisi baik, maka tindakan eksisi luas harus disertai
dengan tindakan nefrektomi. Dan bila telah menginfiltrasi kolon, maka dilakukan
reseksi kolon. Seringkali tindakan eksisi luas yang dilakukan tidak dapat
mencapai reseksi radikal karena terbatas oleh organ-organ vital seperti aorta, vena
cava, dan sebagainya, sehingga tindakan yang dilakukan tidak radikal dan terbatas
pada pseudo kapsul. Untuk kasus yang demikian perlu dipikirkan terapi adjuvan,
berupa khemoterapi dan atau radioterapi.
Doxorubicin + Dacarbazine
CyVADIC
Algoritma
1. Amputasi
Amputasi dilakukan pada sarkoma anggota gerak dengan batas satu sendi
diatasnya. Ada beberapa syarat bila kita melakukan amputasi:
Marginal Excition
Sebelum kita melakukan wide lokal eksisi, kita harus memperhatikan tipe
histologi, grade, ukuran tumor, dan lokasinya dimana.
Compartment reseksi
Sarkoma pada paha yang tidak melewati batas dari compartment dapat
dilakukan compartment reseksi.
Pada reseksi anterior idealnya dilakukan pada tumor yang hanya mengenai
kelompok otot quadrisep (vastus lateralis, vastus medius, vastus
intermedius serta rectus femoris) dan tidak mengenai tulang atau struktur
neurovaskuler yang penting.
Pada reseksi anterior idealnya dilakukan pada tumor yang hanya mengenai
kelompok otot quadrisep (vastus lateralis, vastus medius, vastus
intermedius serta rectus femoris) dan tidak mengenai tulang atau struktur
neurovaskuler yang penting.
2. Insisi elip longitudinal mulai dari anterior inferior iliac spine sampai ke
patella, bila patella terkena insisi diperlebar sampai tuberkel tibia, tulang
patella juga dieksisi
3. Kita buat flap (kulit dan jaringan subcutan) superficial dari fascia lata
dengan batas medialnya otot adductor dan batas lateralnya otot-otot
fleksor vena saphena diligasi pada fossa ovalis
4. Otot-otot quadriceps kita traksi ke lateral, cabang arteri dan vena femoralis
yang ke otot-otot tersebut kita ligasi mulai dari atas ke bawah, pada daerah
kanal hunter kita memotong otot yang melintang arteri femoralis
5. Pemotongan origo dan otot tensor fascia lata pada wing dari tulang ilium,
origo dari otot sartorius pada SIAS, serta origo dari otot rectus femoris
pada anterior inferior iliac spine dengan elektrocauter
7. Insersi pada tulang patella dipotong pada tulang tersebut juga ikut
terpotong bursa dari pre dan postpatela serta insersi otot vastus medial
juga dipotong pada ligamen kolateral medialis
10. Cuci luka operasi dengan cairan normal saline lalu pasang dua buah drain
dibawah flap. Dan fiksasi drain pada kulit lalu dihubungkan pada sistim
suction tertutup dengan vakum. Mobilisasi pasien setelah edema
berkurang
2. Insisi elip dari tuberkel pubis sampai epicondilus medialis dari tibia, T
insisi dilakukan bila tumor tersebut besar atau pada bagian atas dari otot-
otot adductor, flap dibuat dengan batas lateral otot sartorius, batas
medialnya ototoitot fleksor.
3. Kita buat flap dengan batas atas ramus pubis, batas bawah epicondilus
medial dari tibia, batas lateral otot sartorius, batas medialnya otot-otot
fleksor.
4. Arteri femoralis profondus diligasi dibagian distal dari medial circumflex
arteri femoralis
5. Otot-otot adductor dipotong origonya pada tulang pubis mulai dari origo
otot pectineus, adductor longus, adductor brevis, gracilis, adductor magnus
7. Kemudian cuci luka dengan cairan normal saline lalu pasang dua buah
drain dan fiksasi drain pada kulit lalu hubungkan pada sistim suction
tertutup dengan vakum
Komplikasi operasi
a. Perdarahan
Infeksi dapat muncul bila tehnik aseptik tidak dilaksanakan dengan tepat,
atau sudah ada infeksi di daerah yang di biopsi. Nekrosis flap terjadi bila terlalu
tegang atau terlalu tipis, atau tulang menekan flap dari dalam (pemotongan tulang
kurang pendek).
Elevasi tungkai selama 3-5 hari untuk mencegah edema post operasi
Drain diangkat kira-kira pada hari ke 5 bila produsi minimal
3.2.1 Definisi
Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan
penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy
(LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis,
yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
3.2.2 Pathofisiologi
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi
terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung bertambah.
Sebagai akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel kiri untuk meningkatkan kontraksi.
Hipertrofi ini ditandai dengan ketebalan dinding yang bertambah, fungsi ruang
yang memburuk, dan dilatasi ruang jantung. Akan tetapi kemampuan ventrikel
untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya
terlampaui dan terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung semakin terancam
seiring parahnya aterosklerosis koroner. Angina pectoris juga dapat terjadi kerana
gabungan penyakit arterial koroner yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard
yang bertambah akibat penambahan massa miokard.
Ketika terjadi friksi dengan makanan, palatum, dan gigi geligi anterior
rahang atas, lidah dalam keadaan normal mengalami keratinisasi yang akan
berdeskuamasi Lapisan ini akan diganti dengan sel epithelial yang baru dari
bawahnya. Ketika pergerakan lidah terbatas karena suatu penyakit atau kondisi
rongga mulut yang menyakitkan, papilla filiformis seolah-olah mengalami
pemanjangan dan diselimuti oleh bakteri seperti streptococcus dan jamur candida
albicans. Papilla yang memanjang ini memberikan gambaran lidah yang
berselaput ataupun berambut dan dapat menjadi tempat retensi debris dan
pigmentasi oleh makanan, rokok dan permen. Coated tongue seringkali disertai
dengan terjadinya pigmentasi lidah berupa pewarnaan hitam atau kecoklatan.
Coated tongue paling sering terjadi di dorsal lidah bagian tengah.Kelainan ini
bersifat asimtomatik tetapi dapat menyebabkan halitosis atau pengecapan rasa
abnormal (AAOMP, 2005).
3.5 Smokers Melanosis
Para peneliti telah menemukan bahwa adanya peranan pigmentasi melanin
diakumulasi oleh macam-macam obat seperti nikotin (bahan campuran polyacylic)
yang terkandung dalam sebatang rokok. Ketika nikotin berperan dalam afinitas
melanin di rambut, juga berperan dalam afinitas melanin yang terdapat pada kulit
dan jaringan lainnya (seperti mukosa mulut).
3.5.1 Etiologi
Nikotin yang terdapat dalam sebatang rokok akan menstimulasi secara
langsung melanocytes untuk meproduksi melanosomes, dimana akan
menghasilkan peningkatan endapan pigmen melanin pada basil melanosis dengan
berbagai macam jumlah takaran melanin. Melanosis rongga mulut terjadi
pengendapan melanin dalam lapisan sel basal pasa lapisan epitelium mukosa
mulut . Pigmentasi melanin pada membran mukosa mulut secara normal dilihat
mengelilingi daerah mukosa.17 Melanosis rongga mulut adalah suatu lesi yang
bersifat reversibel, dapat hilang apabila menghentikan kebiasaan merokok.
Smoker melanosis yang terjadi pada golongan etnis kulit hitam maupun
kulit putih, dimana meningkatnya pigmentasi yang berhubungan langsung dengan
kebiasaan merokok ( banyaknya jumlah rokok yang dihisap setiap hari, jenis
rokok yang dihisap, lama merokok dan cara seseorang menghisap rokok).
Pigmentasi gingiva meningkat sebanding dengan konsumsi tembakau. Adanya
hipotesis yang didapatkan bahwa kemungkinan nikotin menstimulasi aktivitas
melanosit dan produksi melanin atau berhubungan dengan ikatan melanin yang
berbahaya pada rokok tembakau.
PEMBAHASAN
Sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh sesak nafas
yang dirasakan memberat, keluhan disertai batuk berdahak putih, kadang disertai
darah. Terdapat keluhan demam tidak terlalu tinggi hilang timbul. Keluhan batuk
sudah dirasakan sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit, disertai dengan
penurunan berat badan.
Amin, Z. (2007). Kanker Paru. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK
UI.
Cawson's Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine ... Churchill
Livingstone, Jan 1, 2002 - Medical
Chandra, Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas.
Jakarta:EGC.
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. The Seventh Report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection and Treatment of High
Blood Pressure: the JNC 7 report. JAMA. May 212003; 289(19):2560-72
Hill.2000
Greenberg, M.S., M. Glick dan Ship, Jonathan A. 2008. Burkets Oral Medicine:
Diagnosis and Treatment. 11th Ed. London: BC Decker Inc.