Askep Teoritis Dan Kasus Gastritis Pada Lansia
Askep Teoritis Dan Kasus Gastritis Pada Lansia
PADA GASTRITIS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Jenis pekerjaan :
Alamat :-
Suku/bangsa :
Agama :-
Tanggal MRS :-
No. Registrasi :-
Tingkat pendidikan : Bagi orang/keluarga yang tingkat pendidikannya rendah/minim
mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini,
bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan
yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
2. Keluhan utama
Keluhan utama pasien dengan penyakit gastritis biasanya nyeri di ulu hati atau
nyeri didaerah Epigastrium dan perut sebelah kanan bawah.Nyeri yang dialami
dipengaruhi oleh pengalaman, persepsi, toleransi dan reaksi orang terhadap nyeri itu
sendiri. Individu memberi respon yang berbeda terhadap nyeri, ada yang disertai rasa
takut, gelisah, dan cemas sedangkan yang lain penuh dengan toleransi dan optimis.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan gastritis biasanya mengeluh nyeri.Nyeri yang dialami
dipengaruhi oleh pengalaman, persepsi, toleransi dan reaksi orang terhadap nyeri itu
sendiri. Individu memberi respon yang berbeda terhadap nyeri, ada yang disertai rasa
takut, gelisah, dan cemas sedangkan yang lain penuh dengan toleransi dan optimis.
Pasien gastritis biasanya juga mengalami mual dan muntah.Mual dan muntah
dikendalikan oleh pusat muntah pada dasar ventrikel otak keempat.Pusat muntah
dibagian dorsal lateral dari formasio retikularis medula oblongata, yaitu pada tingkat
nukleus motorik dorsal lateral dari syaraf vagus.Pusat ini terletak dekat dengan pusat
salivasi, vasomotor dan pernafasan. Alat keseimbangan dapat terserang akibat proses
proses sentral atau perifer. Peranan dari pusat muntah adalah mengkoordinir semua
komponen komplek yang terlibat dalam proses muntah.
Terjadinya muntah didahului oleh salivasi dan inspirasi dalam sfinter
esophagus akan relaksasi, laring dan palatum mole tingkat dan glotis menutup.
Selanjutnya diafragma akan berkontraksi dan menurun serta dinding perut juga
berkontraksi mengakibatkan suatu tekanan pada lambung dan sebagian isinya
dimuntahkan. Peristiwa ini didahului oleh statis lambung, kontraksi duodenum, dan
antrum lambung.Mual dirasakan sebagai sensasi tidak enak diepigastrium, dibelakang
tenggorokan dan perut.Sensasi mual biasanya disertai dengan berkurangnya motilitas
lambung dan meningkatnya kontraksi duodenum.
Terdapat lima penyebab muntah yang utama diantaranya adalah penyakit
psikogenik, proses proses sentral, proses sentral tidak langsung, penyakit perifer dan
iritasi lambung atau usus. Konsekuensi dari muntah yang berat dan lama akan
meningkatkan dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit serta gangguan asam basa.
5. Makanan / Cairan
Gejala :
a) anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga
obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
b) masalah menelan : cegukan
c) nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa,
turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
6. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur,
disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada
volume sirkulasi / oksigenasi).
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
a) nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,
nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan /
distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan
(gastritis akut)
b) nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung
terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus
gaster)
c) nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi
kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang
dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal)
d) tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis)
e) faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-
obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor
psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
8. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis /
hipertensi portal)
9. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA,
alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini
dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan
(misal: trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah
kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan
makan (Doengoes, 1999, hal: 455).
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah.Hasil tes
yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu
dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi.Tes darah
dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung
karena gastritis.
b. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H.
Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2).CO2 cepat diabsorbsi
melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak.Hasil yang
positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya
darah dalam feses.Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah
selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung
dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop
dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan
dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit
sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit.Pasien biasanya
tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari
anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam.Hampir tidak ada resioko akibat tes
ini.Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat
menelan endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini
akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit lambung.Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam
lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur
BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan
diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam
jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
g. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum
acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau
pentagastrin.Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan Gastritis yaitu:
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder karena stress
psikologi
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake
makanan
c. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas menurun dan proses penyakit
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
f. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada mukosa lambung
C. Perencanaan
No DIAGNOSA
INTERVENSI RASIONAL
. KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan
1. Selidiki keluhan
1. Untuk mengetahui
dengan iritasi mukosa nyeri, perhatikan lokasi, letak nyeri dan
lambung sekunder itensitas nyeri, dan memudahkan intervensi
karena stress psikologi skala nyeri yang akan dilakukan
2. Anjurkan pasien
2. Intervensi dini pada
untuk melaporkan nyeri kontrol nyeri
Tujuan:
segera saat mulai memudahkan
Setelah dilakukan
pemulihan otot dengan
tindakan keperawatan
menurunkan tegangan
selama 2 x 24 jam nyeri
3. Pantau tanda-tanda otot
dapat berkurang, pasien
3. Respon autonomik
vital
dapat tenang dan
meliputi, perubahan
keadaan umum cukup
pada TD, nadi, RR,
baik
yang berhubungan
4. Jelaskan sebab dan
dengan penghilangan
akibat nyeri pada klien
Kriteria Hasil:
nyeri
serta keluarganya
1. Klien 4. Dengan sebab dan
mengungkapakan nyeri akibat nyeri diharapkan
yang dirasakan klien berpartisipasi
5. Anjurkan istirahat
berkurang atau hilang dalam perawatan untuk
2. Klien tidak selama fase akut
mengurangi nyeri
6. Anjurkan teknik
menyeringai kesakitan 5. Mengurangi nyeri
3. TTV dalam batasan distruksi dan relaksasi
yang diperberat oleh
normal
gerakan
4. Intensitas nyeri 6. Menurunkan tegangan
berkurang (skala nyeri
7. Berikan situasi otot, meningkatkan
berkurang 1-10) lingkungan yang relaksasi, dan
5. Menunjukkan rileks,
kondusi meningkatkan rasa
istirahat tidur,
kontrol dan kemampuan
peningkatan aktivitas
koping
dengan cepat 7. Memberikan
8. Kolaborasi dengan
dukungan (fisik,
tim medis dalam
pemberian tindakan
emosional,
meningkatkan rasa
kontrol, dan
kemampuan koping)
8. Menghilangkan atau
mengurangi keluhan
nyeri klien
2. Nutrisi kurang dari
1. Anjurkan pasien
1. Menjaga nutrisi
kebutuhan tubuh untuk makan dengan pasien tetap stabil dan
berhubungan dengan porsi yang sedikit tapi mencegah rasa mual
kurangnya intake sering muntah
2. Berikan makanan
2. Untuk mempermudah
makanan
yang lunak pasien menelan
3. Kebersihan mulut
Tujuan: 3. Lakukan oral hygiene
dapat merangsang nafsu
Setelah dilakukan
makan pasien
tindakan keperawatan
4. Timbang BB dengan
4. Mengetahui
selama 3x24 jam teratur
perkembangan status
kebutuhan nutrisi
5. Observasi tekstur,
nutrisi pasien
pasien terpenuhi
turgor kulit pasien 5. Mengetahui status
6. Observasi intake dan
nutrisi pasien
Kriteria hasil: output nutrisi 6. Mengetahui
1. Keadaan umum keseimbangan nutrisi
cukup pasien
2. Turgor kulit baik
3. BB meningkat
4. Kesulitan menelan
berkurang
3. Kekurangan volume
1. Penuhi kebutuhan
1. Intake cairan yang
cairan kurang dari individual. Anjurkan adekuat akan
kebutuhan tubuh klien untuk minum mengurangi resiko
berhubungan dengan (dewasa : 40-60 dehidrasi pasien.
intake yang tidak cc/kg/jam).
2. Berikan cairan
adekuat dan output cair 2. Mengganti kehilangan
tambahan IV sesuai
yang berlebih (mual cairan dan memperbaiki
indikasi.
dan muntah) keseimbangan cairan
dalam fase segera.
Tujuan:
Setelah dilakukan
3. Awasi tanda-tanda
3. Menunjukkan status
tindakan keperawatan
vital, evaluasi turgor dehidrasi atau
selama 1x24 jam intake
kulit, pengisian kapiler kemungkinan
cairan adekuat.
dan membran mukosa. kebutuhan untuk
peningkatan
Kriteria Hasil:
4. Kolaborasi pemberian penggantian cairan.
1. Mukosa bibir lembab
2. Turgor kulit baik cimetidine dan
4. Cimetidine dan
3. Pengisian kapiler baik
ranitidine
4. Input dan output ranitidine berfungsi
seimbang untuk menghambat
sekresi asam lambung
4. Resiko tinggi infeksi
1. Monitor tanda dan
1. Mengetahui adanya
berhubungan dengan gejala infeksi sistemik infeksi pada pasien
2. Pasien tidak semakin
imunitas menurun dan dan lokal
stres dengan
proses penyakit 2. Monitor terhadap
keadaannya
kerentanan infeksi 3. Mengetahui turgor
Tujuan: 3. Batasi pengunjung kulit pasien
Setelah dilakukan 4. Mencegah
1. 5.
Pasien bebas dari Dorong 6.
masukan Mempercepat proses
2. Menunjukan imunisasi
8. Keluarga mengetahui
kemampuan untuk
7. Dorong pasien untuk manfaat imunisasi
mencegah timbulnya
istirahat
infeksi
9. Menjaga dan
3. Menunjukan perilaku mencegah dari bakteri
hidup sehat 8. Informasikan kepada
dan mikroorganisme
keluarga kapan jadwal
4. Personal hygiene yang dapat
imunisasi (DPT, Polio,
pasien terpenuhi baik memperburuk penyakit
Campak, Rubella) 10. Mengurangi inflamasi
sacara mandiri maupun
dibantu keluarga. 9. Jelaskan keuntungan
imunisasi
Setelah dilakukan
4. Kolaborasi pemberian
tindakan keperawatan, Antipiretik
pasien tidak mengalami
5. Monitor masukan dan
peningkatan suhu tubuh keluaran cairan dalam
24 jam
Kriteria hasil:
2. Menjelaskan tindakan
untuk mengurangi
peningkatan suhu tubuh
Tindakan untuk
mengurangi
peningkatan suhu
tubuh.
5. Respirasi normal
6. Cairan seimbang
(intake dan out put)
dalam 24 jam
1. IDENTITAS
a. Biodata Pasien
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bojong Menteng Rt. 03/ IX Kelurahan Pasir Kuda
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan px : Istri
Alamat : Bojong Menteng Rt. 03/ IX Kelurahan Pasir Kuda
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri perut.
b. Eliminasi
Di Runah : pasien mengatakan BAB 1x sehari pada waktu pagi dengan
konsistensi lembek, warna kuning, bau khas dan tidak ada keluhan
dalam BAB.
Klien BAK 2-6x sehari dengan warna kuning, bau khas, dan pasien
tidak ada kesulitan dalam BAK.
Di Rumah Sakit : pasien mengatakan selama dirawat di rumah sakit klien
BAB dengan frekuensi 1x sehari, konsistensi keras (berbentuk bulat-
bulat kecil), warna hitam, bau khas dan pasien mengeluh sulit untuk
BAB.
Pasien mengatakan BAK dengan frekuensi 5-6x sehari warna
kekuningan, bau khas dan tidak ada keluhan dalam BAK.
d. Aktifitas Fisik
Di Rumah : pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan
orang lain maupun alat bantu.
Di Rumah Sakit : pasien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
kemampuan, pasien ke kamar mandi dibantu oleh keluarga, pasien
tidak mengalami kesulitan dalam melakukan personal hygiene,
pasien mengatakan lebih banyak berbaring di tempat tidur karena
perut terasa sakit saat bergerak.
e. Personal Hygiene
Di Rumah : pasien mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, keramas 2
kali dalam seminggu, ganti baju 1 kali sehari, dan tidak ada
gangguan apapun.
Di Rumah Sakit : pasien diseka oleh keluarga 2 kali sehari yaitu pagi dan sore
dengan tidak memakai sabun.
4. DATA PSIKOSOSIAL
a. Status Emosi
Emosi pasien stabil.
b. Konsep Diri
Body Image : pasien mengetahui bahwa dirinya sedang sakit dan
membutuhkan pengobatan agar cepat sembuh
Self Ideal : pasien merasa diperlakukan dengan baik oleh perawat dan
mendapat perhatian yang cukup dari keluarga
Self Eksterm : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke
rumah
Role : pasien sebagai kepala keluarga.
Identity : pasien bernama Tn. S dengan usia 35 tahun yang
beralamatkan di Bojong Menteng Rt. 03/ IX Kelurahan Pasir Kuda
c. Interaksi Sosial
Hubungan pasien dengan perawat serta pasien lain dalam satu ruangan baik.
Pasien juga keluarga juga baik.
d. Spiritual
Pasien beragama Islam, sebelum sakit ia taat beribadah, tetapi sekarang tidak bisa
menjalankan sholat lima waktu. Pasien hanya dapat berdoa demi kesembuhannya.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Keadaan umum kurang
b. Kesadaran
CM (Composmentis) 4-5-6
c. Tanda-Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg S : 37C
N : 80 x/menit RR : 20 x/menit
d. Kepala
Kulit Kepala
Bersih tidak ada lesi, tidak ada tumor, rambut warna hitam, tidak ada nyeri tekan.
Wajah
Bentuk wajah simetris, tidak ada luka, tidak ada edema.
Mata
Simetris, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik.
Hidung
Bentuk simetris tidak ada polip, tidak ada keluhan dan kelainan pada hidung.
Telinga
Bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Mulut
Bibir tampak kering dengan gigi bersih, tidak ada perdarahan dan pembengkakan
gusi.
e. Leher
Tidak terdapat pembesaran tiroid.
g. Abdomen
Inspeksi : simetris, datar
Palpasi : ada nyeri tekan terhadap abdomen (ulu hati)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus 8x/menit
h. Ekstremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus RL 20 tpm (tetes per menit) pada tangan
kiri, tidak terdapat oedem.
Ekstremitas bawah : tidak terdapat luka, tidak terjadi kelumpuhan, dan tidak
oedem.
i. Genetalia
Tidak terpasang kateter.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
WBC (SEL DARAH PUTIH) : 9,51 . 103m/l (4,00 10,00)
RBC (eritrosit) : 5,39 . 106m/l (3,50 5,50)
HGB (hemoglobin) : 14,3 g/dl (11,0 16,0)
HCT (hemotokrit) : 42,8% (37,0 50,0)
MCV (Volume Korpuskular rerata) : 79,4 fl (80,0 50,0)
MCH : 26,5 pg (27,0 100,0)
MCHC : 33,0 g/dm (32,0 31,0)
RDW : 12,9% (1,5 36,0)
PLT : 207 . 103m/l (150 450)
MPV : 7,0 fl (7,0 11,0)
PDW : 16,1 (15,0 17,0)
8.
ANALISA DATA
Resume
EVALUASI
2 29 DS:
September 1.Tn. S mengatakan kalau daerah ulu hatinya masih
2012/19.00 terasa nyeri.
2.Tn.S mengatakan masih belum nafsu makan
3.Tn.S mengeluh sering merasa mual dan muntah
O : keadaan cukup
Makan / minum : 1/4 porsi /5-6 gelas
T : 110/70 mmHg
N : 84x/menit
RR: 20x/menit
S : 37,5 C
A : masalah teratasi sebagian
P : R dilanjutkan
Infus RL 20 tpm (tetes per menit)
Injeksi :
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :
Antasida (3x500 mg)