Anda di halaman 1dari 4

Johan Galtung

Analisis konflik mempunyai beberapa pandangan dan aliran. Kemunculan analisis konfik

tidak terlepas dari munculnya teori konflik pertama pada abad ke 18 sebagai respon dari

kemunculan demokratisasi dan industrialisasi.1 Analisis konflik sangat erat kaitan dengan tiga

pendekatan disiplin mazhab yaitu positivime, humanisme, dan juga kritis. Mazhab positivis lahir

dari kondisi konflik struktural dan melihat segala permasalahan dari sudut pandang luas (eagle

eyes perspective). Untuk mazhab humanisme merupakan respon atau kritik dari adanya

pendekatan stuktural yang dilakukan oleh madzhab positivis. Sehingga mazhab humanisme lebih

melihat konflik dari sudut pandang mikro dan berorientasi pada pendalaman pada aspek-aspek

detil tertentu (worm eyes perspective). Madzhab ini sering menggunakan interpretasi berupa

makna dan simbol yang digunakan dalam konflik atau yang melatarbelakangi munculnya

konflik. Sedangkan mazhab kritis bertolak dari hubungan dominasi kekuasaan yang seringkali

menindas struktur sosial di bawahnya, sehingga mazhab kritis berusaha menjadi jalan

pembebasan dari adanya ketertindasan yang ada di masyarakat. Mazhab ini di pelopori oleh

pemikir-pemikir Frankfurt yang sampai saat ini telah melahirkan generasi ketiga.

Dari ketiga mazhab mengenai konflik di atas, muncul satu pendekatan baru dalam

memahami konflik, yaitu pendekatan konflik multidisipliner. Pendekatan multidisipliner tidak

melihat konflik dari sudut pandang tertentu atau dari metode analisis tertentu. pendekatan ini

lebih mengedepankan efektifitas dan keakuratan dalam menganalisis konflik, sehingga

pendekatan ini berbasis kebutuhan terhadap analisis.

Salah satu tokoh yang mempopulerkan pendekatan ini adalaha John Galtung. Galtung

melihat bahwa konflik yang terjadi harus dilakukan intervensi, dan posisi intervensi konflik

1 Novri susan hal 31


harus mengambil posisi netral.2 John galtung meyakini bahwa masing masing individu,

kelompok, maupun organisasi membawa kepentingan yang berbeda-beda. Kepentingan yang ada

bisa berbentuk ekonomi maupun politik. Galtung merumuskan adanya segitiga konflik yang

merupakan analisis hubungan sebab akibat yang menyebabkan terjadinya konflik sosial. Dalam

segitiga Galtung, terdapat tiga hal yaitu sikap, tingkah laku, dan keadaan. Sikap merupakan

persepsi dari satu kelompok terhadap kelompok yang lain. keadaan yaitu posisi objektif yang

bisa menyebabkan terjadinya konflik hal ini bisa dicontohkan dengan adanya dominasi satu atas

sumberdaya sehingga kelompok lain akan berupaya merebut keberadaan sumberdaya tersebut.

Sedangkan tingkah laku merupakan tindakan manusia. tingkah laku bersifat kausalitas, dimana

ada yang menyakiti satu kelompok, maka kelompok tersebut bisa saja melakukan pembalasan.

Sedangkan sikap adalah pesepsi dan dari satu kelompok kepada kelompok yang lain.

Sumber : Galtung

2 Norvi Susan Hal 74


Kekerasan Galtung

Galtung menciptakan tiga dimensi kekerasan yaitu : kekerasan struktural, kultural, dan

kekerasan langsung. Resolusi Konflik

Ada tiga tahap penyelesaian konflik menurut John Galtung, yaitu:


a. Peacekeeping merupakan proses penyelesaian konflik dengan cara mengurangi
kekerasan melalui intervensi militer yang menjalankan peran sebagai penjaga
perdamaian yang netral.
b. Peacemaking merupakan pproses penyelesaian konflik yang tujuannya untuk
mempertemukan atau merekonsiliasi pihak yang berkonflik melalui mediasi,
negosiasi, arbitrasi terutama pada level elit atau pimpinan.
c. Peacebuilding merupakan proses implementasi perubahan atau rekonsiliasi
sosial, politik dan ekonomi demi terciptanya perdamaian yang bersifat
selamanya. Melalui metode ini diharapkan negative peace (atau the obsence of
violence) berubah menjadi positive peace dimana semua kalangan masyarakat
merasakan adanya keadilan social, kesejahteraan ekonomi dan keterwakilan
politik yang efektif.

Galtung (1969) mencatat sebagai berikut : violence is present when human beings
are being influenced so that their actual somatic and mental realizations are below
their potential realizations

Structural violence includes exploitation, penetration, segmentation,marginalization,and


fragmentation (Galtung, 1996, p. 197).

According to Galtung, positive peace, or "the absence of structural


violence is what we have referred to as social justice, which is a positively defined
condition fegaliterian distribution of power and resources)".7' We have defined
social justice as the objective of development, and the properties of this objective
were given in a definition of social justice. It is now appropriate to note that
the objectives of development and of positive peace are essentially similar.
Failure to achieve positive peace will result in conditions of structural violence
(and possibly personal violence), which "is present when human beings are being
influenced so that their actual somatic and mental realization are below their
potential realizations."8'
Manifestation

Interpretation

Core Values

Irealitiy

Potential Rality

Empirical
Realitiy

Unreal Conflict yaitu posisi di mana seseorang terancam dengan keberadaan orang atau
kelompok lain, meskipun konflik belum terjadi.

Anda mungkin juga menyukai