Anda di halaman 1dari 5

Teori Holografik

Penjelasan Saintifik Kenihilan Eksistensi Alam Semesta

Didalam dunia fisika terdapat dua teori yang fundamental yakni teori relativitas Einstein dan
teori mekanika kuantum. Tetapi kedua teori ini mengalami masalah dalam memahami realitas alam
semesta yang real time dan real space. Masalah ini mencolok yakni ketika teori Einstein hanya
berbicara tentang gravitasi di skala alam semesta yang luas, sedangkan teori kuantum justru
menegaskan bahwa di tingkat alam mikro tidak ada peran gravitasi. Sehingga kedua teori ini saling
membantu dalam 'menghasilkan kegagalan'.

Kedua teori ini runtuh seperti runtuhnya cahaya ketika melewati bidang event horison black
hole. Kedua teori itu tidak mampu menjelaskan fenomena black hole yang justru memberikan bukti,
bahwa di tingkatan mikrokosmos/dunia kuantum ternyata bisa terjadi konsentrasi gravitasi yang
luar biasa dasyat. Sehingga apapun yang tersedot ke dalam black hole tak mampu keluar lagi.
Termasuk foton cahaya yang tak mempunyai masa sekalipun tak mampu meloloskan diri dari gaya
gravitasi tersebut.

Fenomena paling eksotis di alam semesta ini; Black hole, menjadi bukti bahwa gravitasi tidak
hanya bekerja berdasarkan masa benda. Karena ia mampu bekerja dan berinteraksi dengan foton
cahaya yang bermasa hampir nol. Ini lha bukti bahwa gaya gravitasi bisa berinteraksi dengan
benda-benda berskala mikro atau kuantum, tidak hanya bekerja pada benda-benda yang besar
skalanya.

Kegagalan kedua teori ini menyebabkan diajukan teori alternatif dalam memecahkan masalah
tersebut. Teori ini dikenal dengan teori M-Theory. Teori yang diajukan oleh Edward Witten ini
menjelaskan bahwa alam semesta ini hanyalah penampakan getaran dari tali senar/dawai/string
yang sangat kecil yang hanya memiliki dimensi panjang yang berasal dari membran gravitasi di luar
alam semesta 3 dimensi ini atau disebut alam pararel. Pada getaran tertentu ia tampak sebagai
materi, di getaran lain ia akan tampak sebagai energi. Pada getaran tertentu pula getaran ini tampak
sebagai cahaya, gaya gravitasi, gaya elektromagnetik, maupun gaya nuklir baik yang kuat maupun
lemah.

Pada dasarnya semua penampakan di alam semesta ini hanyalah getaran dawai halus
penyusun paling dasar seluruh eksistensi. Bukan hanya material ataupun energial, tetapi juga ruang
dan waktu. Di teori ini mendukung adanya alam lain yang berdimensi lebih tinggi yakni alam yang
mencapai 11 dimensi (10 dimensi ruang dan 1 dimensi waktu, mungkin kita orang islam
mngenalnya dengan alam dimensi langit ketujuh), kita sekarang berada di alam 3 dimensi ruang dan
1 dimensi waktu. Di teori ini semua jenis gaya yang berperan dalam interaksi dasar antar partikel
dijembatani yakni gaya elektromagnetik, nuklir kuat, nuklir lemah dan gravitasi.

Menariknya prediksi M-Theory didukung oleh teori lain dengan pendekatan yang berbeda,
tetapi sama-sama didasari dari kegagalan teori Einstein dan Kuantum. Teori ini menjadi trend dari
kalangan ilmuan Fisika Teori saat ini, teori tesebut bernama Teori Holografik.

Teori ini muncul dari penemuan ilmuan Perancis, Alain Aspect. Dalam penelitian bersama
timnya ia menemukan 'bukti aneh' bahwa partikel sub-atomik seperti elektron dapat mengalami
interaksi secara real-time meskipun jaraknya sangat jauh. Tak ada bedanya baik antara jarak 1 meter
maupun dengan 1 miliar tahun cahaya sekalipun. Dalam keadaan tertentu interaksi antar benda itu
dapat berjalan serentak saat itu pula.

Bukti tersebut melanggar prinsip dasar teori Einstein yang menyatakan setiap interaksi
membutuhkan proses dengan kecepatan yang mengharamkan melebihi kecepatan cahaya. Pada
skala makrokosmos, teori ini gagal dalam menjelaskan fenomena: mengapa antar galaksi yang
jaraknya ribuan tahun cahaya bisa terikat dengan gaya gravitasi secara real time atau serentak.
Apakah laju gaya gravitasi melebihi kecepatan cahaya?. Fakta yang bertolak belakang yang
diyakini selama ini didalam teori Relativitas Einstein.

Dari penelitian tersebut, muncul teori holografik yang diajukan pakar Fisika Teoritis dari
Unervesitas London, David Bohm dan pakar neurofisiologi Karl Pribarm dari Unervesitas Stanford.
Menurut David Bohm interaksi real-time antar benda yang jaraknya mencapai tahunan cahaya dapat
dijelaskan teori Holografik. Teori ini menjelaskan bahwa, semua realitas ini sebenarnya hanyalah
ilusi semata. Sekedar proyeksi dari sebuah realitas yang 'lebih dalam dan absolut', di balik apa yang
bisa kita observasi selama ini.

Hal itu dapat dianalogikakan demikian. Ada seekor ikan di dalam sebuah aquarium besar, lalu
diseluruh sisinya dipasangi kamera. Sehingga setiap sisi depan-belakang, kanan-kiri, atas-bawah
diawasi oleh satu kamera. Selanjutnya keenam kamera tersebut dihubungkan dengan enam monitor
diruangan yang berbeda. Kita sebagai pengamat menyaksikan ikan tersebut dengan tidak langsung
melalui keenam monitor tersebut. Dan tentunya, seluruh kamera akan menangkap gambar ikan dari
sisi yang berbeda pula: kepala, ekor, sirip atas-bawah, dan samping.

Maka ketika ikan itu bergerak, seluruh layar monitor akan menampilakan 'ikan yang berbeda'.
Monitor satu menampilakan gerakan kepala, monitor dua gerakan ekor, selanjutnya pula dengan
monitor lain yang akan menampilan gerakan bagian tubuh lain. Semuanya itu terjadi secara
serentak, tanpa membutuhkan proses waktu.

Hal itu juga berlaku ketika monitor-monitor tersebut dipisahkan dalam jarak tahunan cahaya,
seluruh monitor akan menampilkan perubahan tersebut secara serentak, terhadap peristiwa tunggal
yang terjadi di akuarium tersebut. Tidak ada interaksi benda yang melebihi kecepatan cahaya dalam
peristiwa tersebut. Karena yang kita lihat hanyalah proyeksi sesuatu yang tunggal belaka.

Begitulah realitas alam semesta ini menurut paradigma holografik. Seluruh materi-energi, dan
ruang-waktu tak lebih dari sekedar proyeksi dari 'Realitas Tunggal' yang tersembunyi di balik segala
yang dapat kita observasi. Kenapa itu bisa terjadi?, jawaban realita tersebut dijelaskan oleh pakar
Neurofisologi, Karl Pribram dari Unervesitas Stanford.

Menurut Pribram, hal itu dikarenakan otak kita bekerja secara holografik. Otak manusia
dengan panca inderanya sebenarnya yang mentransfer 'Realitas Sejati' dibalik alam semesta ini.
Seperti kamera, yang kemudian ditampilkan dalam 'layar monitor' pemahaman otak kita atau
dikenal dengan presepsi. Mirip dengan kamera yang digunakan untuk memantau ikan di akurium
dalam analogika di atas tadi. Seluruh frekuensi yang didapat dari mata, telinga, hidung, kulit dan
lidah diproyeksikan ke dalam 'layar monitor' otak kita. Dan kemudian menghasilkan gambar-
gambar holografik yang kita pahami sebagai presepsi.

Begitulah kurang lebih cara kerja otak kita. Ia bekerja layaknya monitor-monitor yang
menerima proyeksi dari berbagai sistem sensoris dalam tubuh kita, yang kemudian menghasilkan
interfrensi frekuensi dari berbagai sudut dari sistem saraf otak, sehingga menghasilkan image atau
presepsi tiga dimensi. Tetapi sebenarnya itu semu belaka. Kita tidak pernah 'melihat' realitas
sesungguhnya di alam semesta ini, kecuali sesudah melewati 'kamera' sistem saraf sensoris panca
indera dan 'layar monitor' sistem saraf otak kita..!

Mekanisme holografik ini lha yang dapat menjelaskan, kenapa sistem memori di otak kita luar
biasa hebat dan besarnya. Andaikan semua kenangan di otak kita ditransfer ke komputer dalam
format video Full HD (High Definition) entah berapa ribu Terrabyte harddisk yang harus disediakan
untuk menampung kenangan dalam otak kita. Hal itu dikarenakan sistem memori kita tidak terjadi
secara terpusat di salah satu bagian otak kita, tetapi menyebar ke seluruh bagian otak. Ini sangat
sesuai dengan cara kerja produksi gambar holografik, dimana perpaduan gelombang yang
berinterferensi itu terjadi di semua titik-titik cahaya yang diproyeksikan. Dan bisa mencapai variasi
jumlah yang tak terhingga, hanya dengan mengubah sedikit sudut pancaran sinar laser yang
ditembakkan ke dalam pelat film.
(Penjelasan tentang produksi gambar holografik tiga dimensi dapat dilihat dalam link berikut:-)

Melalui teori holografik ini pula dapat dipahami bagaimana otak kita dapat 'melihat'
gelombang suara dan 'mendengar' gelombang cahaya. Termasuk menangkap berbagai frekuensi
yang diterima oleh seluruh permukaan tubuh maupun yang langsung menuju otak kita. Berbagai
ekperimen menghasilkan petunjuk bahwa jarak frekuensi yang dapat diterima panca indera kita itu
jauh lebih lebar dari yang diperkirakan. Tubuh kita mampu menangkap frekuensi alam semesta
sekitarnya, dan merekam secara holografik dalam otak kita. Dengan cara itu dapat dipahami
mengapa kita dapat melakukan hubungan telepati, merasakan ketidakberesan pada orang-orang
terdekat kita, dan menangkap tanda-tanda alam disekitarnya secara langsung ke otak tergantung
tingkat kepekaan kita.

Pemahaman manusia terhadap alam semesta ke masa depan boleh jadi akan mengalami
revolusi besar-besaran seiring diterimanya teori Holografik secara luas. Pijakannya sangat kuat dan
data-data yang menjadi semakin terbukti ke masa depan. Bahwa, segala sesesuatu yang kita rasakan
tak lebih hanya sekedar hologram yang diproyeksikan ke kanvas layar alam semesta dari 'Realitas
Sejati' yang berada dibalik segala yang bisa kita observasi.

Alam semesta yang luar biasa dasyatnya ini hanyalah bayangan semu dari Dia Yang Maha
Nyata dan Ghaib lagi Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Hanya manusia yang tidak tau diri yang
merasa dirinya 'ada', apalagi yang merasa akan eksis selamanya di alam yang fana ini. Dalam
firman-Nya di Al-Qur'an Dia menjelaskan bahwa kehidupan ini sebenarnya menipu dan semu, hal
ini terdapat di QS.Al-Hadiid:20. Selanjutnya dalam QS.An-Nur:35, diri-Nya mengibaratkan sebagai
pelita dan seluruh makhluknya ibarat cahaya. Yang nyata pastilah pelita, sedangkan cahaya
hanyalah hasil pancaran dari pelita.

Teori Holografik memberikan penjelasan secara saintifik, bahwa semua realitas ini., termasuk
diri kita sendiri hanyalah Hologram dari diri-Nya Yang Maha Meliputi. Perpaduan teori-M dan teori
Holografik juga menghasilkan pemahaman holistik tentang keberadaan alam lain yang berdimensi
tinggi yang dulu oleh para ilmuan dicemooh dan diabaikan keberadaannya. Tetapi sekarang ilmuan
terbaik di planet ini, dana miliaran US dollar digelontorkan, tekhnologi paling muthakir dikerahkan
baik teleskop yang mampu melihat jarak belasan miliaran tahun cahaya saat-saat alam semesta
masih 'bayi', satelit dengan detektor yang mampu mendeteksi gaya maupun energi yang sangat
kecil, superkomputer dan jaringan internet tercepat di dunia serta membangun labolatorium raksasa
dibawah tanah yakni Large Huge Collider digunakan untuk memahami fenomena alam dimensi lain
yang disebut-sebut sebagai alam pararell yang dahulu dianggap mistis.

Di satu sisi, M-Theory memberikan prediksi matematisnya secara dimensional. Di lain sisi
teori Holografik memberikan dukungan secara filosofis dan data-data empiris ditingkat interaksi
presepsi otak manusia dan antar partikel di jarak tahunan cahaya. Perpaduannya, sungguh sangat
membantu dalam memahami ayat-ayat kauniyah Allah yang terhampar di Alam Semesta ini agar
semakin mengenal keberadaan-Nya..

Segala Puji Selalu Hanya Untuk Allah, pemberi cahaya langit dan bumi beserta isinya..
Wallahu a'lam bisshawab

Beradasarkan buku Mengarungi Arsy Allah karya Dr.Agus Mustofa, Parallel Worlds karya
Prof.Dr.Michio Kaku, In Search of Dark Matter karya Prof.Ken Freeman dan Mysteries of the
Universe karya Dr.Dennis Overbye.

Buat diriku sendiri semoga menjadi bagian dari rangkaian catatan pengingat dalam menjalani
kehidupan fana ini serta bertambahnya wawasan dalam memahami eksistensi baik makhluk-Nya
maupun diri-Nya dan kecintaan.q terhadap kalam-Nya, Al-Qur'an.,

Buat temen-temen.q juga () moga jadi tambahan pengetahuan dan upgrade kebanggaan
terhadap Al-Qur'an, terbukti lhoo semakin lama seiring dengan kemajuan pengetahuan dan
tekhnologi, Kitab Suci kita semakin 'unjuk gigi' dalam keunggulan pengetahuan sainsnya dan
tentunya secara umum sebagai kitab pedoman bagi seluruh umat manusia hingga hancurnya seluruh
eksistensi Alam Semesta ini. Salah satunya manfaatnya kitab kita dibidang astronomi ialah,
Pengetahuan salah satu ayat di. QS.An-Nur digunakan ilmuan untuk memperjelas pengamatan
galaksi yang sangat jauh jaraknya menggunakan fenomena Lensa Galaksi. Dan masih banyak lagi
keajaiban sains lainnya yg blum ak tulis disini. Jangan sia-sia.in pengetahuan di kitab suci kita, yg
mungkin g ada di kitab suci lainnya.

Akhirnya, mungkin ada yg agak kesulitan memahami tulisan ini pha lg yg backgroundnya
diluar IPA., tetapi tujuannya plg endak., menjadikan kesadaran kekerdilan dan ketiadaan arti kita di
hadapan kebesaran Kuasa-Nya. Ibarat angka berapapun jika dibandingkan (baca:dibagi) dengan
angka yang tak terhingga maka hasilnya adalah Nol. Yup kita nol dengan ketidak terhingganya
kebesaran Allah.. kita seperti angka 0, ada maknanya tapi kosong isinya. Maka g ada alasan lg
untuk g bersimpuh sujud dengan serendah-rendahnya dalam kekhusukan merasakan kehadiran dan
kebesaran Allah Yang Maha Perkasa, ikut larut bersama-sama alunan tasbih seluruh makhluk-Nya
baik di alam mikro maupun makro dan jutaan malaikat yang mengelilingi 'Arsy-Nya hingga tk
terasa tetesan air mata membasahi tempat sujud kita. Itu lha saat paling indah bersama kekasih
sebenarnya-benarnya kekasih kita; Allah Azza Wa Jalla.. :)

Anda mungkin juga menyukai